Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang sempurna dan dapat dikatakan pula bahwa
Islam adalah agama yang komprehensif, karena di dalamnya mengatur segala
lini kehidupan manusia
Terdapat tiga unsur pokok dalam agama Islam, yaitu Aqidah (keimanan),
Akhlaq (etika) dan Syariah (hukum). Dalam hal ini akan dibahas mengenai
Syariah yang meliputi ibadah dan muamalah. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa ibadah merupakan hal yang penting bagi manusia sebagai sarana
dalam berhubungan dengan Allah SWT. Sedangkan muamalah merupakan
sarana bagi manusia dalam berhubungan dengan sesamanya.
Terdapat banyak jenis ibadah dalam Islam, salah satunya adalah shalat.
Shalat merupakan implementasi kehambaan manusia dalam menuhankan
Allah SWT. Melalui shalat manusia menampakkan ketidakmampuan dirinya
pada satu posisi dan menempatkan kemahakuasaan Allah SWT. pada posisi
yang lain. Karena itulah, di dalam dan di luar shalat manusia meminta dan
berdoa kepada Allah SWT, baik yang besar maupun yang kecil.
Terdapat banyak jenis shalat yang bisa dikerjakan oleh seorang muslim
selain shalat shalat fardhu, seperti shalat id, shalat gerhana, dll. Di sini kami
akan membahas mengenai shalat.
B Rumusan Masalah
1 Apa itu shalat jamak dan bagaimana ketentuannya?
2 Apa itu shalat qasar dan bagaimana ketentuannya?
3 Apa itu shalat Jumat dan bagaimana ketentuannya?
4 Apa itu shalat sunnah?
5 Bagaimana pembagian shalat sunnah?
6 Bagaimana masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat?
C Tujuan
1 Menjelaskan shalat jamak dan ketentuannya.
2 Menjelaskan shalat qasar dan ketentuannya.
3 Menjelaskan shalat Jumat dan ketentuannya.
4 Menjelaskan shalat sunnah.

5
6

Menjelaskan pembagian shalat sunnah.


Menjelaskan masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Shalat Jamak dan Ketentuannya
1 Pengertian Shalat Jamak

Jamak artinya mengumpulkan atau menggabungkan. Jadi, shalat jamak


adalah menggabungkan satu shalat dengan shalat yang lain.1
Dalil yang dapat dijadikan pedoman untuk shalat jamak ini adalah

Dari Abdullah bin Abbas berkata:Rasulullah SAW. pernah menjamak


antara shalat dzuhur dan shalat ashar ketika beliau sedang bepergian dan

beliau juga menjamak shalat maghrib dan isya. (HR. Muslim)


Shalat yang dapat dijamak adalah shalat dzuhur, ashar, maghrib, dan isya.
Shalat dzuhur dapat dijamak dengan shalat ashar, sedangkan shalat maghrib
dapat dijamak dengan isya.2
2 Pembagian Shalat Jamak
Shalat jamak terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Jamak Taqdim
Jamak taqdim artinya didahulukan, yaitu menggabungkan shalat dzuhur
dengan shalat ashar di waktu dzuhur dan menggabungkan shlat maghrib
dengna isya di waktu maghrib.
Syarat jamak taqdim ada empat, yaitu sebagai berikut:
Tartib, artinya mendahulukan shalat yang pertama dari shalat yang
kedua seperti mendahulukan shalat dzuhur dari shalat ashar atau
mendahulukan shalat maghrib dari shalat isya.
Niat jamak taqdim di dalam shalat yang pertama. Adapun niatnya
adalah sebagai berikut:
Niat shalat jamak taqdim dzuhur dengan ashar:

1 Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan
Sunnah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 170.
2 Ibid., hlm. 171.

Aku niat shalat fardhu dzuhur empat rakaat dijamak kepada ashar
dengan jamak taqdim karena Allah Taala
Kemudian berdiri lagi untuk melakukan shalat ashar dengan niat:

Aku niat shalat fardhu ashar empat rakaat dijamak kepada dzuhur
dengan jamak taqdim karena Allah Taala
Niat shalat jamak taqdim maghrib dengan isya:


\



Aku niat shalat fardhu maghrib tiga rakaat dijamak kepada isya
dengan jamak taqdim karena Allah Taala
Kemudian berdiri lagi untuk melakukan shalat isya dengan niat:

\



Aku niat shalat fardhu isya empat rakaat dijamak kepada maghrib
dengan jamak taqdim karena Allah Taala
Muwalah, artinya berurutan. Maksudnya adalah setelah selesai
melaksanakan shalat yang pertama langsung berdiri lagi untuk
melakukan shalat yang kedua. Jadi, tidak boleh dipisah terlalu lama,
yang melebihi waktu kira-kira melakukan shalat dua rakaat.
Masih dalam udzur.
b. Jamak Takhir
Jamak takhir artinya diakhirkan, yaitu menggabungkan shalat dzuhur
dengan shalat ashar di waktu ashar dan menggabungkan shalat maghrib
dengan isya di waktu isya.
Syarat jamak takhir ada dua, yaitu sebagai berikut:
Niat jamak takhir, niat ini dilakukan pada waktu shalat yang pertama,
misalnya ingin menjamak takhir shalat dzuhur dengan shalat ashar
maka pada waktu dzuhur diniatkan menjamak takhir shalat dzuhur
tersebut. Begitu pula jika ingin menjamak takhir shalat maghrib
4

dengan isya maka pada waktu maghrib kita niat menjamak takhir
shalat maghrib tersebut. Pada waktu dzuhur atau maghrib ini hanya
melakukan niat saja, sedangkan shalatnya dilakukan pada waktu ashar
atau isya. Niat tersebut cukup diucapkan dalam hati: Aku niat
menjamak takhirkan shalat dzuhur/maghrib kepada shalat ashar/isya
karena Allah. Dan nanti ketika ingin melaksanakan shalat di waktu
ashar/isya barulah niat dan sekaligus shalat.
Adapun niatnya adalah sebagai berikut:
Niat shalat jamak takhir dzuhur dengan ashar:

\





Aku niat shalat fardhu dzuhur empat rakaat dijamak kepada ashar
dengan jamak takhir karena Allah Taala
Kemudian berdiri lagi untuk melakukan shalat ashar dengan niat:

Aku niat shalat fardhu ashar empat rakaat dijamak kepada dzuhur
dengan jamak takhir karena Allah Taala

Niat shalat jamak takhir maghrib dengan isya:





\
Aku niat shalat maghrib tiga rakaat dijamak kepada isya dengan
jamak takhir karena Allah Taala
Kemudian berdiri lagi untuk melakukan shalat isya dengan niat:

\


5

Aku niat shalat fardhu isya empat rakaat dijamak kepada maghrib
dengan jamak takhir karena Allah Taala
Ketika mengerjakan shalat kedua masih ada udzur.3
3 Hal-hal yang Membolehkan Menjamak Shalat
Bagi seseorang dibolehkan menjamak (manggabungkan) shalat dzuhur
dengan ashar dan maghrib dengan isya, secara taqdim maupun takhir. Sedang
shalat subuh tetap harus dikerjakan pada waktunya. Demikian itu jika
didapatkan salah satu keadaan berikut:
a. Menjamak di Arafah secara taqdim, begitu juga di Muzdalifah. Hal ini
berdasarkan hadis dari Abdullah bin Masud, katanya:






)

(

Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, Rasulullah tidak pernah
mengerjakan satu shalatpun kecuali tepat pada waktunya selain dua
shalat yang beliau jamak (gabung), yakni dzuhur dengan ashar di Arafah
dan maghrib dengan isya di Muzdalifah. (Diriwayatkan oleh Syaikhan).
Berdasarkan hal ini ulama Hanafi berpendapat menjamak shalat itu hanya
boleh dilakukan dalam dua hal ini, yakni di Arafah dan Muzdalifah, dan
ini pun harus dilakukan berjamaah dengan imam (pemimpin) kaum
Muslimin atau wakilnya. Di luar ini tidak diperkenankan menjamak, baik
dalam perjalanan maupun ketika berada di rumah.
b. Menjamak dalam perjalanan. Menjamak dua shalat dalam perjalanan baik
taqdim ataupun takhir pada salah satu waktu dari kedua shalat itu boleh
dilakukan.4
3 Ibid., hlm. 171-175.
4 Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Salat Empat Mazhab, terj. Zeid Husein AlHamid & M. Hasanudin, (Jakarta: PT. Putera Litera AntarNusa, 2001),
hlm.393-394.

c. Menjamak di saat hujan turun, juga disebabkan adanya salju atau embun.5
Perihal menjamak shalat ketika tidak safar lantaran halangan hujan, Imam
SyafiI berpendapat membolehkan, apakah di siang atau malam hari.
Sedang Imam Malik berpendapat tidak boleh di siang hari, sedang malam
hari dibolehkan. Bahkan ia juga membolehkan tatkala banyak lumpur,
bukan karena hujan di malam hari.6
d. Menjamak karena sakit atau uzur. Dibolehkan menjamak disebabkan sakit
atau uzur menurut ulama Hanbali dan Maliki.7
B. Shalat Qasar dan Ketentuannya
1. Pengertian dan Hukum Shalat Qasar
Secara etimologi qasar artinya meringkas atau memperpendek. Dalam
istilah fiqih, mengqasar shalat artinya mengurangi jumlah rakaat dari yang
empat menjadi dua rakaat.
Dalil yang dijadikan pedoman untuk shalat qasar adalah firman Allah
SWT. dalam surah An-Nisa (4): 101.







Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa

kamu mengqasar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.


Sesunguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS.
An-Nisa (4): 101).
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa diperbolehkan mengqasar
shalat baik dalam keadaan takut maupun aman. 8

5 Ibid., hlm. 396.


6 Ibnu Rusyd, Bidayatu l-Mujtahid, terj. M. A. Abdurrahman & A. Haris
Abdullah, (Semarang: CV. Asy Syifa, 1990), hlm. 366-367.
7 Abdul Qadir, Salat Empat Mazhab., hlm. 397.
8 Ahmad Nawawi, Panduan Praktis., hlm. 176.

Adapun mengenai hukum dari mengqasar shalat adalah mubah (boleh


dikerjakan dan boleh tidak). Seorang musafir boleh melakukan shalat itmam
(sempurna empat rakaat) atau diqasar (diringkas menjadi dua rakaat) karena
mengqasar shalat adalah rukhshah (kemurahan/keringanan) dalam agama dan
diperbolehkan untuk memilih.
Adapun shalat yang dapat diqasar menurut kesepakatan para ulama adalah
shalat fardhu yang jmlah rakaatnya empat, yaitu shalat dzuhur, ashar, dan isya.
Sedangkan shalat subuh dan maghrib tidak dapat diqasar. Karena apabila
shalat

subuh

diqasar

akan

menjadi

satu

rakaat

maka

tidak

ada

kesamaannyadengan shalat fardhu. Demikian pula bila shalat maghrib diqasar


maka akan sulit pembagiannya dan akan menghilangkan ciri khususnya
sebagai witrun nahar (shalat ganjil di siang hari).9
2. Syarat Mengqasar Shalat
Mengqasar shalat dalam perjalanan itu mempunyai beberapa syarat
tertentu sebagai berikut:
a. Jarak perjalanan pergi (bukan pulang pergi) mencapai 16 farsakh. Satu
farsakh sama dengan tiga mil, dan satu mil sama dengan 6000 hasta
tangan. Jarak ini sama dengan 80,540 km. tetapi menurut ulama Maliki,
sah qasar dalam perjalanan 65,764 km. selanjutnya, ulama Hanafi
berpendapat jarak diperbolehkannya qasar ini dihitung dengan wakt,
yaitu tiga marhalah (tiga hari perjalanan) menurut ukuran hari terpendek
dalam setahun. Lebih lanjut mereka memperkirakan tiga marhalah itu
sama dengan 24 farsakh, hamper 85 km.
b. Niat bepergian. Dalam hal ini harus diperhatikan dua hal: Pertama, niat
menempuh perjalanan dengan sempurna sejak dari pertama kali
berangkat. Jadi seandainya seseorang pergi tanpa tujuan tertentu maka ia
tidak boleh mengqasar shalat, sekalipun ia telah menjelajahi seluruh
penjuru bumi. Kedua, berhak menetapkan niat sendiri. Karena itu tidak
dipandang cukup niat seorang pengikut tanpa adanya niat orang yang
9 Ibid., hlm. 177-178.

diikutinya, seperti prajurit dengan komandannya dan istri dengan


suaminya.
c. Perjalanannya itu harus mubah, tidak dilarang syariat. 10 Jenis
kemusafiran yang membolehkan qasar shalat hanya dibatasi pada
kemusafiran dengan tujuan ibadah, seperti haji, umrah dan jihad.
Demikian menurut sebagian fuqaha, yang dikemukakan oleh Imam
Ahmad. Menurut pendapat lain yang dikemukakan oleh Imam Malik dan
asy-SyafiI, qasar shalat dibenarkan karena safar ibahah, bukan safar
maksiat. Sedang pendapat lain lagi membolehkan qasar shalat di dalam
safar ibahah, ibadah atau maksiat (semua jenis safar). Pendirian ini
disampaikan oleh Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya, ats-Tsaur
dan Abu Tsaur.11
d. Musafir harus sudah melewati batas kota dari mana ia pergi, atau
melewati bangunannya, begitu juga pinggir kebun yang dihuni orang
yang masih bersambungan dengan kota itu.
e. Tidak boleh bermakmum kepada orang mukim atau musafir yang
menyempurnakan shalatnya.
f. Niat qasar pada setiap shalat yang dilakukan secar qasar.12 Niatnya
adalah:

//


Aku niat shalat fardhu dzuhur/ashar/isya dua rakaat diqasar karena


Allah Taala.
C. Shalat Jumat dan Ketentuannya
1. Pengertian dan Hukum Shalat Jumat
Shalat Jumat adalah shalat yang dikerjakan secara berjamaah pada hari
Jumat di waktu dzuhur dengan diawali dua khutbah.
10 Abdul Qadir, Salat Empat Mazhab., hlm.389-391.
11 Ibnu Rusyd, Bidayatu l-Mujtahid., hlm. 355-356.
12 Abdul Qadir, Salat Empat Mazhab.,hlm 391-392.

Shalat Jumat hukumnya fardhu ain bagi setiap laki-laki muslim yang
telah memnuhi syarat. Allah SWT. berfirman:

Hai orang-orang beriman, apabila diseur untuk menunaikan shalat

Jumat maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah


jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS.
Al-Jumah (62): 9)13
Sebagian fuqaha ada yang berpendirian bahwa shalat Jumat merupakan
fardhu kifayah. Bahkan Imam Malik mengemukakan pendirian yang sangat
asing: bahwa shalat Jumat adalah sunnah.14
2. Syarat Wajib Shalat Jumat
Terdapat syarat-syarat wajib melaksanakan shalat Jumat antara lain:
a. Islam, tidak diwajibkan shalat Jumat bagi orang kafir.
b. Baligh/mumayyiz.
c. Berakal, tidak diwajibkan shalat Jumat bagi orang ayan atau gila.
d. Laki-laki, tidak diwajibkan shalat Jumat bagi wanita.
e. Sehat, tidak diwajibkan shalat Jumat bagi orang sakit.
f. Menetap, tidak diwajibkan shalat Jumat bagi musafir.
g. Merdeka, tidak diwajibkkan shalat Jumat bagi hamba sahaya.15
3. Syarat Sah Shalat Jumat
Shalat Jumat juga mempunyai beberapa syarat sah, antara lain:
a. Dilaksanakan pada waktu shalat dzuhur, yaitu sejak matahari tergelincir
dari tengah langit hingga baying-bayang sesuatu benda sama panjang
dengan benda tersebut. Hal itu berdasarkan hadis dari Anas:

Nabi mengerjakan shalat Jumat di kala matahari telah tergelincir.


(Hadis Ahmad, Bukhari, Abu Daud dan Baihaqi).

13 Ahmad Nawawi, Panduan Praktis., hlm.146.


14 Ibnu Rusyd, Bidayatu l-Mujtahid., hlm.330.
15 Ahmad Nawawi, Panduan Praktis., hlm.147.

10

Tetapi menurut golongan Maliki, waktu shalat Jumat itu terus berlanjut
hingga matahari terbenam. Sementara itu, golongan Hanbali berpendapat
bahwa waktu Jumat itu mulai sejak matahari naik kurang lebih sepanjang
sepenggalah sampai dengan akhir waktu dzuhur. Namun waktu sebelum
matahari tergelincir hanya merupakan waktu jawaz, yakni waktu
dimana shalat Jumat boleh dilaksanakan. Sedang waktu sesudah matahari
tergelincir adalah waktu wujub, waktu dimana Jumat wajib
dilaksanakan dan pelaksanaannya di waktu ini lebih utama.
b. Dilaksanakan dengan berjamaah. Karena itu, shalat Jumat tidak boleh
dilakukan secara perorangan, berdasarkan hadis dari Tariqbin Syihab,
Nabi bersabda:

Jumat adalah suatu hak kewajiban atas setiap Muslim dengan

berjamaah. (Hadis Abu Daud).


c. Jumlah peserta shalat Jumat tidak kurang dari empat puluh orang
termasuk imam; Ini merupakan pendirian Imam asy-SyafiI dan Imam
Ahmad, dan mereka ini harus balig, berakal sehat, merdeka, penduduk
setempat dan laki-laki. Menurut ulama mazhab Hanafi, salat Jumat itu
sah dilaksanakan hanya dengan tiga orang selain imam, karena tiga itu
telah disebut berjamaah, sedangkan yang disyaratkan dalam Jumat
hanyalah berjamaah. Sedang menurut ulama Maliki, jumlah minimum
peserta Jumat (yang dengan jumlah ini Jumat dinyatakan sah) adalah
dua belas orang laki-laki selain imam.
d. Hanya ada satu Jumat, artinya shalat Jumat itu hanya dilaksanakan di
satu tempat, kecuali jika terdapat beberapa shalat Jumat yang
disebabkan sesuatu uzur, seperti sempitnya tempat atau dikhawatirkan
akan timbul fitnah diantara dua kelompok yang saling bermusuhan.
Karena itu jika di suatu tempat (kampung atau kelurahan) terdapat
beberapa shalat Jumat tanpa ada uzur, maka yang dianggap sah adalah
Jumat yang dimulai lebih dahulu. Menurut ulama Maliki, jika terdapat

11

Shalat Jumat di beberapa tempat tanpa uzur maka yang sah ialah Jumat
yang diselenggarakan di Masjid Jami tertua di kampong atau tempat itu.
Sememntara itu ulama Hanafi dan Hanbali berpendapat tidak disyaratkan
harus hanya ada satu Jumat bagi keabsahannya, sekalipun hal ini lebih
diutamakan.
e. Tempat pelaksanaan Jumat harus kota, demikian menurut ulama Hanafi.
Di samping itu mereka menyaratkan pula bahwa yang menjadi imam
Jumat haruslah penguasa wilayah atau wakilnya. Jika penguasa itu telah
mengizinkan pelaksanaan shalat Jumat di saat membangun masjid,
shalat Jumat boleh diselenggarakan di tempat itu dan tidak diperlukan
izin lagi untuk setiap pelaksanaannya. Menurut para imam mazhab yang
lain, shalat Jumat itu sah dilaksanakan di kota atau di kampong, tanpa
beda, dengan ketentuan para pesertanya itu penduduk setempat. Maka
atas dasar ini ia tidak sah dilaksanakan di hutan-hutan.
f. Dua khutbah.
4. Syarat Khutbah Jumat
Khutbah mempunyai beberapa syarat tertentu, jika salah satu syarat ini
tidak terpenuhi maka khutbah tidak sah.
Syarat-syarat khutbah antara lain:
a. Dilaksanakan sebelum shalat. Demikianlah tradisi yang diterima dari
Rasul dan para khalifahnya, dan hal ini telah menjadi Ijma, konsensus
kaum Muslimin yang tidak diperselisihkan lagi.
b. Niat. Jika khutbah dilaksanakan tanpa niat maka maka ia tidak sah.
Tetapi menurut golongan Maliki, niat ini tidak menjadi persyaratan.
c. Disampaikan dengan bahasa Arab. Dan jika tidak mampu maka cukuplah
pembacaan ayat saja yang memakai bahasa Arab. Tetapi menurut ulama
Maliki, khutbah haruslah dengan bahasa Arab sekalipun hadirin tidak
memahami maksudnya, dan jika sama sekali tidak ada yang mampu
dengan bahasa Arab maka gugurlah kewajiban Jumat dari mereka.
Dalam pada itu, ulama Hanafi berpendapat boleh berkhutbah dengan

12

selain bahasa Arab sekalipun khatibnya bisa berbahasa Arab, baik hadirin
Jumat itu orang Arab ataupun bukan.
d. Dilakasanakan dalam waktu shalat Jumat. Dan jika dilaksanakan
sebelum masuk waktu dan shalat dilaksanakan pada waktunya maka hal
ini tetap tidak sah.
e. Mengeraskan suara ketika menyampaikan khutbah, sehingga dapat
terdengar oleh sejumlah orang yang wajib melaksanakan Jumat.
f. Berturut-turut antara dua khutbah dan antara khutbah dengan shalat,
sehingga antara keduanya itu tidak terselang dengan waktu yang lama.
g. Berdiri dalam kedua khutbah jika mampu, kalau tidak maka boleh
dilakukan sambil duduk. Ulama Hanbali dan Hanafi berpendapat, berdiri
ketika berkhutbah itu hukumnya sunah, bukan fardhu.
h. Duduk diantara dua khutbah, sekedar tumaninah. Seandainya seseorang
berkhutbah sambil duduk karena suatu uzur, maka ia wajib berdiam
diantara dua khutbah itu lebih dari sekedar menarik nafas. Demikian
pendapat ulama Syafiiah, berdasarkan hadis Abdullah bin Umar, sedang
menurut ulama yang lain hukumnya sunah.
i. Khatib harus suci dari hadas dan najis serta tertutup auratnya. Apabila ia
berhadas di tengah berkhutbah, hendaklah ia memutuskan khutbahnya,
lalu berwudhu dan kemudian meneruskan khutbahnya. Persyaratan ini
hanya dipegangi oleh ulama SyafiI, sedang menurut ulama mazhab lain
hal itu hukumnya sunah.
j. Khatib hendaklah orang yang wajib melaksanakan Jumat. Karenanya
khutbah tidak boleh, tidak sah disampaikan oleh hamba sahaya atau
musafir, sekalipun ia telah niat untuk menetap di tempat itu dalam
beberapa waktu yang karenanya ia tidak lagi dianggap musafir.
Demikian pendapat ulama mazhab Hanbali.
5. Rukun Khutbah Jumat
Khutbah itu mempunyai beberapa rukun, namun dalam hal ini terdapat
perbedaan pendapat diantara para imam mazhab. Ulama Hanafi dan Maliki
menyatakan khutbah hanya mempunyai satu rukun saja, sedang selebihnya
adalah sunah. Berikut ini uraiannya masing-masing:
13

a. Memuji Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah. Menurut ulama


mazhab Hanafi, khutbah hanya mempunyai satu rukun, yaitu zikir
kepada Allah secara mutlak, sehingga ia dapat terwujud meskipun hanya
dengan membaca tahmid, tasbih ataupun tahlil, tetapi makruh hukumnya
jika hanya sebatas itu saja. Alas an kelompok ini ialah firman Allah
SWT:

Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah

jual beli. (al-Jumuah [62]: 9)


Zikir kepada Allah yang dimaksud dalam ayat ini adalah khutbah. Dan
selain itu hukumnya sunah belaka. Menurut ulama Maliki rukun khutbah
ialah bahwa khutbah itu harus mencakup kabar gembira (tabsyir) atau
peringatan (tahzir), dan selain itu adalah sunah.
Dengan penjelasan ini, maka rukun-rukun yang disebutkan di bawah ini
adalah menurut ulama Syafii dan Hanbali.
g. Membaca selawat untuk Nabi dalam masing-masing kedua khutbah,
berdasarkan firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (al-Ahzab[33]: 56)


Juga berdasarkan perbuatan Rasul sendiri, dimana beliau selalu
mengucapkan selawat bagi dirinya dalam setiap khutbahnya.
h. Berwasiat atau menasehatkan agar bertakwa kepada Allah di masingmasing kedua khutbah, dan tidak mesti menggunakan kata-kata wasiat.
Karena itu cukuplah dengan mengucapkan Atiullah (taatlah kepada
Allah). Ini disyaratkan karena hal itu merupakan intisari dan tujuan
utama khutbah.
i. Membaca sesuatu ayat Quran dalam salah satu khutbah, namun yang
lebih utama ialah dalam khutbah pertama

14

j. Membaca doaa bagi kaum Mukminin dan Mukminat, khusus dalam


khutbah kedua, demikian pendapat Syafiiah.16
D. Shalat sunnah
1. Pengertian shalat naf (sunnah) dan dasar hukumnya
Shalat nafl (sunnah) adalah shalat yang dianjurkan
untuk dikerjakan selain shalat fardhu. Apabila dikerjakan
mendapatkan

pahala

dan

apabila

ditinggalkan

tidak

berdosa. Shalat nafl disebut juga shalat nafal, tathawwu,


mandub, mustahab, marghub fih, atau hasan.
Nafl artinya tambahan; tathawwu artinya kerelaan hati;
mandhub artinya disukai atau disenangi begitu pula
mustahab dan marghub fih; sedangkan hasan artinya baik.
Jadi, shalat shalat nafl adalah shalat tambahan yang
dilakukan dengan kerelaan hati, penuh suka cita dan
sangat dicintai oleh Allah SWT. Serta hukumnya adalah
sunnah.
Dari Abu Umamah, bahwa Nabi berkata:





( )





Allah tidak memperhatikan sesuatu amal perbuatan
seorang hamba yang lebih utama daripada dua rakaat
shalat

sunnah

yang

dikerjakannya.

Sesungguhnya

kebaikan senantiasa tercurahkan di atas kepala hamba itu


selama ia dalam shalat (HR. Ahmad dan Tirmizi)
2. Keutamaan shalat nafl (sunnah)
16 Abdul Qadir, Salat Empat Mazhab.,hlm.353-363.

15

Shalat sunnah mempunyai keutamaan dan keagungan


yang sangat banyak diantara:
1. Shalat sunnah kelak pada hari kiamat akan menjadi
amalan tambahan atau cadangan sekiranya shalat
wajib lima waktu tidak sempurna pelaksanaanya.
2. Membiasakan shalat sunnah bisa menjadi penyebab
masuk surga bersama Rasulullah saw.
3. Shalat sunnah dapat meninggikan derajat dan
menghapus kesalahan.
4. Shalat sunnah yang dikerjakan di rumah akan
mendatangkan berkah dan kebaikan.
5. Shalat sunnah akan mendatangkan cinta Allah kepada
hamba-Nya.
6. Shalat sunnah adalah bentuk wujud syukur seorang
hamba kepada Allah.
7. Disediakan pahala berupa bangunan gedung di surga
bagi yang melakukannya.
8. Membersihkan pelakunya dari semua dosa baik yang
sudah berlalu atau yang tertunda.
9. Di samping itu shalat sunnah mutlaq juga dapat lebih
mendekatkan dir kepada sang Khaliq.
3. Macam-macam shalat nafl (sunnah)
Shalat nafl (sunnah) dibagi menjadi dua, yaitu shalat
sunnah yang dikerjakan sendiri (munfarid) dan shalat
sunnah yang dikerjakan berjamaah.
Shalat sunnah yang dikerjakan munfarid (sendiri) adalah
sebagai berikut:

Shalat
Shalat
Shalat
Shalat

sunnah
sunnah
sunnah
sunnah

rawatib.
wudhu.
tahiyyat masjid.
muthlaq.

16

Shalat
Shalat
Shalat
Shalat
Shalat
Shalat
Shalat
Shalat

sunnah
sunnah
sunnah
sunnah
sunnah
sunnah
sunnah
sunnah

awwabin.
hajat.
istikharah.
dhuha.
tahajud.
tasbih.
taubat.
safar.

Adapun shalat sunnah yang dikerjakan secara berjamaah,


yaitu sebagai berikut.
Shalat sunnah idain.
Shalat sunnah tarawih.
Shalat sunnah witir.
Shalat sunnah istisqa.
Shalat sunnah kusuf (gerhana).
E. PEMBAGAIAN SHALAT SUNNAH
1. Shalat sunnah yang dikerjakan sendiri.
a. Shalat Sunnah Rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang
dikerjakan sebelum atau sesudah shalat fardlu.Apabila
dikerjakan sebelum shalat fardlu maka disebut shalat sunnah
qabliyah dan apabila dikerjakan sesudah shalat fardlu disebut
shalat sunnah badiyyah.
Shalat sunnah rawatib dibagi menjadi dua bagaian yaitu:
Shalat sunnah muakkad,adalah shalat sunnah rawatib
yang selalu dikerjakan oleh Rasulallah SAW baik

dirumah maupun diperjalan.


Shlalat sunnah ghairu muakkad,adalah shalat sunnah
rawatib yang terkadang ditinggalkan oleh Rasulullah
SAW ketika di perjalan.

17

Adapun jumlah shalat sunnah rawatib ada dua puluh dua


rakaat,yang sepuluh rakaat masuk dalam katagori
muakkadah,sedangkan sisanya dua belas rakaat masuk dalam
katagori sunnah ghairu muakkad.
Sepuluh rakaat shalat sunnah muakaddah adalah
Dua rakaat sebelum shalat subuh
Dua rakaat sebelum shalat zhuhur
Dua rakaat setelah shalat zhuhur
Dua rakaat setelah shalat magrib
Dua rakaat setelah shalat isya
Dua belas shalat sunnah ghairu muakkad adalah
Dua rakaat sebelum shalat zhuhur (sebagai tambahan

shalat sunnahmuakkad,jadi jumlahnya empat rakaat)


Dua rakaat setelah shalat zhuhur (sebgai tambahan shalat
sunnah muakkad, jadi jumlahnya empat rakaat)
Empat rakaat sebelum ashar
Da rakaat sebelum magrib
Dua rakaat sebelum isya.
Rasulullah bersabda:




Berkata sahabat Abdullah bin umar;Saya hafal dari nabi

Muhammad SAW sepuluh rakaat (shalat sunnah), yaitu dua


rakaat sebelum zhuhur ,dua rakaat setelahnya, dua raakat
seelah

magib

di

rumahnya,dua

rakaat

setelah

isya

dirumahnya,dan dua raakat sebelum subuh.(HR.Al-Bukhori).


Syarat dan rukun shalat rawatib sama dengan shalat
fardlu, yang membedakan hanyalah pada hukum fardhu dan
sunnahya saja.

18

Sedangkan waktu pelaksanaanya mengikuti shalat fardhu


dan telah diuraikan pada pembahasan mengenai shalat
fardhu.
Niatnaya telah dibagi menjadi dua yaitu qabliyah dan
badiyyah
Qabliyah subuh

Aku niat shalat sunnah qabliyyah subuh dua rakaat karena


Allah TAala.
Qabliyyah dan badiyyah zhuhur

Aku niat shalat sunnah (qabliyyah/badiyyah) zhuhur dua

rakaat karena Allah taala.


Qabliyyah Ashar

Aku niat shalat sunnah qabliyyah ashar dua rakaat karena


Alah Taala.
Qabliyyah/Badiyyah magrib


/
Aku niat shalat sunnah (qabliyyah/badiyyah) magrib dua

rakaat karena ALLAH taala.


Qabliyyah/Badiyyah Isya



Aku niat shalat sunnah (Qabliyyah/badiyyah) isya dua
rakaat karena Allah Taala
19

Qabliyyah/Badiyyah jumat



Aku niat shalat sunah(qaliyyah/badiyyah) jumat karena
Allah Taala.
b. Shalat Sunnah Wudhu
Shalat sunnah wudhu adalah shalat sunnah yang
dilakukan setelah berwudhu,baik wudhu yang dilakukan untuk
shalat fardhu atau lainya. Akan tetapi apabila melakukan
wudhu untuk melakukan shalat sunnah rawatib maka sudah
cukup mengantikan kesunahan shalat sunnah wudhu, dalam
artian dapat pahala shalat shalat sunah wudhu dan shalat
sunnah rawatib.
Untuk syarat dan rukunnya sama dengan shalat
fardhu,namun yang membedakan hanyalah pada hukum
fardhu dan sunnahya saja.
Sedangkan niatnya adalah



Aku niat shalat sunnah wudhu dua rakaat karena Allah
taala
Waktu untuk melakukan shalat sunnah wudhu adalah
setelah wudhu dan berakhir setelah anggota wudhu kering.
c. Shalat Sunnah Tahiyyat Masjid
Shalat sunnah tahiyyat masjid adalah shalat sunnah yang
dilakukan apabila seseorang memasuki masjid baik itu masjid
jami(masjid yang dilakukan uuntuk shalat jumat) maupun
ghairu jami(masjid yang tidak digunakan uuntuk shalat
jumat/mushalla).
20

Syarat dan rukunnya sama dengan shalat farhu yang


membedakan hanyalah pada hukum fardhu dan sunnahnya
saja, dan uuntuk rakaatnya ada dua rakaat.
Sedangkan niatnya adalah



Aku niat shalat sunnah tahiyyatmasjid dua rakaat karena Allah
Taala.
Sedangkan waktunya adalah pada saat memasuki masjid
tanpa harus duduk terlebih dahulu.
d. Shalat Sunnah Mutlak
Shalat sunnah mutlak adalah shalat yang dikerjakan
secara mutlak,tanpa dibatasi tempat dan waktu kecuali yang
diharamkan utuk shalat sunnah.dan paling utama dilakukan
pada malam hari.
Sedangkan niatnya adalah

Aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah Taala


Syarat dan rukunnya sama dengan shalat fardhu, yang
membedakan hanyalah pada hukum fardhu dan sunnahya
saja dan waktunya tidak ada batasanya kecuali pada lima
waktu yang diharamkan.

e. Shalat Sunnah Awwabin


Shalat sunnah Awwabin adalah shalat sunnah yang
dilakukan antara magrib dan isya. Awwabin artinya orangorang yang kembali, maksudnya orang yang melakukan
shalat sunnah awwabin adalah mereka yang kembali kepada
Allah dijalan yang benar dan diridhai-Nya.
21

Mengenai syarat dan rukun shalat sunnah awwabin ssama


dengan shalat fardhu karena kaifiyatnya ssama yang
membedakan adalah pada hukum fardhu/sunnahnya saja,
adapun jumlah rakaatnya minimal dua rakaat, paling
sempurna dua puluh raaat, dan mendekati sempurna adalah
enam rakaat.
Niatnya adalah sebagai berikut



Aku niat shalt sunnah awwabin dua rakaat karena Allah
Taala
Waktu mengerjakan shalat awabin adalah antara shalat
magrib dan isya. Apabila waktu shalat magrib telah habis
maka waktu shalat awwabin pun habis.

Shalat sunnah Hajat


Shalat sunnah Hajat adalah shalat sunnah yang dilakukan

apabila ada hajat atau kebutuhan yang penting misalnya ingin


memeulai bedagang, membangunrumah dsb,dengan harapan
apa yang menjadi hajatnya tekabul tau dimudahkan oleh Allah
SWT.
Mengenai syarat dan rukun shalat sunnah awwabin ssama
dengan shalat fardhu karena kaifiyatnya ssama yang
membedakan adalah pada hukum fardhu/sunnahnya, Adapun
jumlah rakaatnya adlah dua rakaat.
Niatnya adalah sebagai berikut



aku niat shalat sunnah hajjat dua rakaat karena Allah
Taala.
22

Waktunya dapat dilaksanakan kapanpin baik siang


maupun malam kecuali pada lima waktu yang diharamkan.
Namun yang palin utama adalah melakukanya pada
pertengahan malam yang akhir sekitar pukul tiga dini hari.

Shalat sunnah Istikharah


Shalat sunnah istikharah adlah shalat sunnah yang

dilakukan untuk meminta petunjuk kbaikan untuk mengambl


keputusan. Diambil dari akar kata istikharah-yasthakiruistikharatan, yang artinya memilih atau mencari yang baik.
Mengenai syarat dan rukun shalat sunnah awwabin ssama
dengan shalat fardhu karena kaifiyatnya ssama yang
membedakan adalah pada hukum fardhu/sunnahnya, Adapun
jumlah rakaatnya adalah dua rakaat.
Niatnya adalah



aku niat shalat sunnah isthikarah dua rakaat karena Allah
Taala.
Shalat isthikarah tidak memiliki waktu yang
khusus,kapanpun boleh dilakukan baik siang maupun malam
kecuali lima waktu yang diharamkan. Namun yang paling
utama adalah melakukanya pada pertengahan malam yang
akhir sekitar pukul tiga dini hari.
Doa setelah shalat sunnah istikharah



-



-





23




Ya Allah sesunguhnya aku memohon yang terbaik

menurut llmu-Mu, aku memohon kekuatan dengan qudrat-Mu


dan aku memohon anugerha-Mu yang Agung karena
Engkaulah yang berkuasa dan aku tidak memiliki kekuasaan,
Engkau yang mengetahui sedang aku tidak memiliki
pengetahuan, Engkaulah yang maha mengetahui segala
sesuatu yang tersembunyi.Ya Allah apabila Engkau
mengetahui bahwa masalah ini (sebutkan hajjatnya) baik
bagiku, dalam agamaku , kehidupanku, dan akibatnya bagiku,
maka putuskanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku,
kemudian curahkanlah keberkahan bagiku dalam urusan
ini.Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini
(sebutkan hajatnya) tidak baik bagiku dalam agamaku,
kehidupanku, dan akibatnya bagiku, sekarang dan yang akan
datang, maka jauhkanlah urusan ini dariku dan jauhkan aku
darinya dan berikanlah aku kebaikan dimanapun aku berada
serta berilah keridaan padanya.

Shalat Sunnah Dhuha


Shalat sunnah sunnah dhuha adalh shalat sunnah yang

dikerjakan pada waktu dhuha. Dhuha artinya pagi hari


menjelang siang antara jam 7 sampai jam 11 siang.
Syarat dan rukunya sama dengan shalat fardhu yang
membedakan hanyalah hukum fardhu dan sunnahya
saja.Untuk rakaatnya minimal dua rakaat dan yang utama

24

adalah delapan rakaat,sedang terbanyak adalah dua belas


rakaat.
Niatnya adalah

Aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah

Taala
Waktunya adalah terbitnya matahari sepenggalan sampai
dengan tergelincirnya matahari.

Shalat Sunnah Tahajud


Shalat sunnah tahajud adalah shalat setelah tidur waktu

malam, tahajud menurut bahasa adalah malam.


Niatnya adalah



Aku niat shalat sunnah tahajjud dua rakaat karena Allah
Taala.
Syarat dan rukunya adalah harus tidur terlebih dahulu
setelah shalat isya, rukunya sama dengan shalat fardhu.
Jumlah rakaatnya adalah minimal dua rakaat dan
maksimal tak terhingga.

Shalat Sunnah Tasbih


Shalat sunnah tasbih adalah shalat sunnah yang

didalamnya terdapat bacaan tasbih setiap rakaat terdapat 75


kali tasbih.
Syarat dan rukunya sama dengan shalat fardhu yang
membedakan hanyalah hukum fardhu /sunnahnya saja dan
diberi tambahan 75 kali tasbih disetiap rakaat.
Niatnya adalah

25

Aku niat shalat sunnah tasbih dua rakaat karena Allah

Taala.
Apabila dikerjakan empat rakaat maka niatnya adalah

saya niat shalat sunnah tasbih empat rakaat karena Allah Taala.
Waktunya bolehsiang ataupun malam kecuali pada lima
waktu yang diharamkan.

Shalat Sunnah Taubat


Shalat sunnah taubat adalah shalat sunnah dalam rangka

memohon ampunan kepada Allah SWT atas kesalahsan dan


dosa yang dilakukan.
Niatnya adlah



aku niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah
Taala.
2. Shalat Sunnah Yang Dikerjakan Bersama
a. Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan
malam hari pada bulan suci ramadhan. Waktunya setelah
shalat isya sampai fajar.Tarawih artinya bersenang-senang
atau istirahat. Dinamakan shalat tarawih karena para sahabat
melakukan istirahat saat dua kali salam (empat rakaat)
dengan tawaf mengelilingi kabah.
Jumlah rakatnya sebagaian besar ulama melakukan shalat
tarawih 20 rakaat di tambah witir 3 rakaat, jumlah seluruhnya

26

23 rakaat. sedang sebagaian lagi melakukan dengan 8 rakaat


ditambah 3 witir jadi 11 rakaat.
Shalat tarawih di jaman Raulullah saw. Tidak dilakukan
secara jamaah.shalat tarawih secara berjamaah adalah
mengikuti tuntunan dari Umar bin Khatab dan Umar beserta
para sahabat yang lain yang menjalankannya dengan 20
rakaat ditambah 3 witir.
Niatnya adalah

Aku niat shalat tarawih dua rakaat menjadi


imam/makmum karena allah Taala.

b. Shalat Sunnah Witir


Shalat sunnah witir adalah shalat sunnah ganjil yang
dikerjakan pada waktu malam hari setelah shalat Isya.Witir
artinya ganjil,disebut shalat witir karena jumlah rakaatnya
ganjil 1,3,5,7,9 sampai 11 rakaat. Hukum shalat witir adalah
sunnah muakkadah.
Syarat dan rukunya sama dengan shalat sunnah rawatib,
yang membedakan hanyalah jumlah rakaatnya. Jumlah
rakaatnya paling banyak 11 rakaat paling sedikit 1 rakaat dan
boleh dikerjakan dalam sekali salam , boleh pula dua kali
salam degan 10 rakaat salam dan ditambah satu rakaat.
Niatnya adalah

Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah


Taala.
c. Shalat Sunnah Istisqa

27

Istisqa artinya meminta siraman air hujan. Jadi shalat


istisqa adalah shalat yang dilakukan untuk memita turunya
hujan.Waktunya dikerjakan pada waktu kemarau panjang,
kekeringan, matinya tumbuhan atau terlantarnya hewan, dan
lebih baik dilakukan pada siang hari karena banyak orang dan
anaknya datang.
Niatnya adalah




Aku niat shalat sunnah Istiqa menjadi (makmum/imam)
karena Allah Taala.
Mengenai syarat dan rukunya sama dengan shalat fardhu.
d. Shalat sunnah Idain
1 Pengertian dan Hukum shalat sunnah idain
Shalat sunnah idain adalah shalat sunnah yang dikerjakan
pada hari raya. Ada dua hari raya yang dikenal dalam agama
Islam, yaitu Hari Raya idainul Fitri dan Hari Raya idainul
Adha. Shalat idainul Fitri adalah shalat shalat sunnah yang
dikerjakan pada tanggal 1 syawwal. Sedangkan shalat idainul
adha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada tanggal 10
dzulhijjah.17
Shalat dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) itu
hukumnya sunnah muakkad menurut mazhab Maliki dan
Syafii, dan menurut mazhab Hanafi adalah wajib. Sedang
menurut mazhab Hanbali fardhu kifayah atas setiap orang
yang telah wajib melaksanakan shalat Jumat. Karena itu
shalat Id ini harus dilaksanakan seperti shalat Jumat dengan
17 Ahmad Nawawi, Panduan Praktis., hlm. 223-277.

28

segala syarat dan rukunnya, kecuali khutbah yang dalam


shalat Id hukumnya sunnah.
Dasar hukum Id ini adalah firman Allah swt18.:

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu. Dan kehendaklah kamu


mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185)
Firman Allah swt di surah lain:

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.


(QS. Al-Kautsar: 2)19
2 Syarat, rukun, dan jumlah rakaat shalat sunnah idain
Mengenai syarat dan rukun shalat sunnah idain sama
dengan syarat dan rukun shalat fardhu, karena kaifiyat-nya

sama, yang membedakan hanyalah pada hukum fardhu atau


sunnahnya, dan penambahannya bacaan takbir sebelum
membaca surat al-Fatihah dan akan menjelaskan pada
keterangan berikut ini.
3 Niat shalat sunnah idain

/ ( ) / )
(





Artinya:

18 Abdul Qadir, Salat Empat Mazhab.,hlm. 288.


19 Abdul A. Muhammad Azzam & A. Wahhab S. Hawwas, Fiqh Ibadah,
terj. Kamran Asat I. dkk. (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 319.

29

Aku niat shalat sunnah idainul (Fitri/Adha) dua rakaat menjadi


(imam/makmum) karena Allah Taala.
4 Waktu pelaksanaan shalat sunnah idain
Waktu pelaksanaan shalat idain adalah sama dengan
waktu shalat dhuha, yaitu ketika matahari naik setengalahan
(kira-kira pukul 7.00 pagi) sampai dengan mendekati waktu
zawal (tergelincir matahari).
5 Tata cara shalat sunnah idain
Shalat idain dilakukan berjamaah di masjid atau
lapangan, namun yang memiliki udzur syari boleh
melakukannya sendiri di rumah.
a. Shalat sunnah idain tidak didahului adzan atau iqamah,
tetapi muadzin cukup mengucapkan:

b. Pada rakaat pertama sebelum membaca surah al-Fatihah


membaca takhir sebanyak 7 kali, dan makmum
mengikuti imam dengan membaca keras. Pada rakaat
kedua sebelum membaca surah al-Fatihah membaca
takbir sebanyak 5 kali, dan makmum mengikuti imam
dengan membaca keras.
c. Di antara takbir-takbir itu diselingi oleh bacaan tasbih.
d. Setelah shalat lalu dilakukan khutbah dua kali, mengenai
syarat dan rukunnya sama dengan dua khutbah jumat.
e. Pada khutbah pertama di awal khutbah imam membaca
takbir sebanyak 9 kali, dan pada khutbah kedua
membaca takbir sebanayak 7 kali.
f. Setelah khutbah selesai lalu para jamaah melakukan
mukhafahah dengan berbaris teratur untuk saling
memaafkan.
30

e. Shalat sunnah gerhana


1 Pengertian dan dalil shalat sunnah gerhana
Gerhana bulan atau gerhana matahari merupakan
fenomena alam yang biasa terjadi. Gejala ini bahkan dapat
diprediksikan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya ilmu astronomi. Ketika terjadi gerhana
bulan disebut khusuf dan ketika terjadi gerhana matahari
disebut kusuf, keduanya berarti terhalang atau tertutupi.
Artinya, ketika terjadi gerhana, sianr matahari dan bulan
terhalang.
2 Syarat, rukun, dan jumlah rakaat shalat sunnah gerhana
Mengenai syarat dan rukunya sama dengan shalat fardhu,
yang membedakan hanyalah pada waktu ruku dilakukan dua
kali di setiap rakaat bila mengerjakannya mengikuti tata cara
yang paling utama. Apadun rakaatnya adalah dua rakaat.
3 Niat shalat sunnah gerhana
Niat shalat gerhana matahari adalah sebagai berikut:

/ )










(
Artinya:
Aku niat shalat sunnah gerhana matahari menjadi
(imam/makmum) dua rakaat karena Allah Taala.
Niat shlat sunnah gerhana bulan sebagai berikut:

/ )










(

Artinya:
Aku niat shalat sunnah gerhana bulan menjadi

(imam/makmum) dua rakaat karena Allah Taala.


4 Tata cara shalat sunnah gerhana

31

Shalat gerhana yang utama dilaksanakan secara


berjamaah di dlam masjid. Pada shalat gerhana matahari
imam membaca sirr (pelan), dan shalat gerhana bulan imam
membaca jahr (keras). Ada tiga cara dalam melaksanakan
shalat gerhana, yaitu sebagai berikut.
a. Shalat dua rakaat sebagaimana shalat sunnah rawatib.
b. Shalat dua rakaat dengan dua kali bacaan fatihah dan
surah dengan bacaan surat pendek (mufashal), serta dua
ruku dan dua sujud. Caranya adalah setelah membaca
surah al-Fatihah lalu membaca surah, kemudian ruku.
Setelah itu bangun dari ruku lalu membaca surah alFatihah dan surah lain lagi kemudian ruku lagi dilanjutkan
itidal, sujud, dam seterusnya. Begitu pula pada rakaat
kedua. Jadi, di setiap rakaat membaca dua kali surah alFatihah dan surah lain serta dua kali ruku.
c. Shalat dua rakaat dengan dua kali bacaan fatihah dan
surah dengan bacaan surah panjang, serta dua ruku dan
dua sujud, caranya adalah setelah membaca surah alfatihah lalu membaca surah al-baqarah, kemudian ruku.
Setelah bangun dari ruku lalu membaca surah al-fatihah
dan surah ali imran kemudian ruku lagi dilanjutkan itidal,
sujud, dan seterusnya. Pada rakaat kedua membaca surah
al-fatihah lalu membaca surah an-nisa kemudian ruku lalu
bangun dari ruku dilajutkan membaca surah al-fatihah dan
surah al-maidah. Jadi, di setiap rakaat membaca dua kali
surah al-fatihah dan surah yang panjang serta dua kali
ruku. Apabila surah itu tidak hafal maka boleh

32

menggantinya dengan surah lain yang seukuran dengan


itu.
d. Setelah selesai shalat gerhana lalu imam berdiri dan naik
ke mimbar untuk melaksanakan khutbah. Dalam
khutbahnya imam mengajak kepada para jamaah untuk:
Meningkatkan takwa kepada Allah swt.
Melakukan taubat, dan
Mengingat akan kebesaran dan ayat-ayat kekuasaan
Allah swt.20

F. Masalah-masalah Kontemporer dalam Masyarakat


1. Perjalanan pulang pergi mencapai batas Qasar.
Seseorang menempuh perjalanan kurang dari dua
marhalah (batas diperbolehkannya qashar), namun karena
bolak-balik, sehingga jarak tempuhnya mencapai dua
marhalah, bahkan lebih. Apakah ia boleh mengqashar
shalat?
Jawab: Tidak diperbolehkan, karena bukan termasuk
bepergian jauh.
2. Pergi berekreasi melakukan shalat Qasar.
Bepergian yang memperbolehkan jama atau qasar adalah
jika ada ghardlun shahih (tujuan yang positif) dan bukan
karena maksiat. Apakah bepergian dengan tujuan untuk
refreshing menghilangkan rasa sumpek, diperbolehkan
mengqasar shalat?
Jawab: Boleh, karena refreshing termasuk ghardlun
shahih.21
3. Sekolah umum mendirikan shalat Jumat.
20 Ahmad Nawawi, Panduan Praktis., hlm. 278-313.

33

Sering kita temukan di sekolah umum atau pabrik-pabrik


mendirikan shalat Jumat sendiri, sementara kebanyakan
siswa dan karyawannya bukan berasal penduduk
setempat. Sahkah shalat Jumat tersebut, mengingat
syarat sahnya shalat Jumat harus dilakukan oleh penduduk
setempat?
Jawab: Tidak sah, jika jamaah dari penduduk setempat
kurang dari 40 orang. Namun menurut mazhab Hanafiyah,
shalat Jumatnya sah. Karena penduduk setempat bukan
menjadi syarat sahnya shalat Jumat.22
4. Shalat Dzuhur sebelum shalat Jumat selesai.
Entah karena apa, si paimin mengunci diri di dalam
kamarnya dan tidak melaksanakan shalat Jumat. Padahal
fisiknya lumayan sehat, walaupun hatinya sedikit terluka
akibat ditinggal pergi pacarnya. Karena dipastikan tidak
akan melaksanakan shalat Jumat, akhirnya ia langsung
melakukan shalat Dzuhur walaupun shalat Jumat belum
selesai. Apakah shalat Dzuhurnya si Paimin dianggap sah
dalam kasus di atas?
Jawab: Tidak boleh, bahkan tidak sah jika melakukan
shalat Dzuhur. Karena baginya diwajibkan shalat Jumat.23

21 Kodifikasi Angkatan Santri 2009, Kang Santri Menyingkap


Problematika Umat, (Kediri: Pustaka DAly, 2010), hlm. 158-159.
22 Ibid., hlm. 141.
23 Ibid., hlm. 148.

34

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
1 Shalat jamak adalah menggabungkan satu shalat dengan shalat yang lain.
Shalat yang dapat dijamak adalah shalat dzuhur, ashar, maghrib, dan isya.
Shalat dzuhur dapat dijamak dengan shalat ashar, sedangkan shalat
maghrib dapat dijamak dengan isya.
2 Secara etimologi qasar artinya meringkas atau memperpendek. Dalam
istilah fiqih, mengqasar shalat artinya mengurangi jumlah rakaat dari
yang empat menjadi dua rakaat.

35

Shalat Jumat adalah shalat yang dikerjakan secara berjamaah pada hari
Jumat di waktu dzuhur dengan diawali dua khutbah.Shalat Jumat
hukumnya fardhu ain bagi setiap laki-laki muslim yang telah memnuhi
syarat.
4 Shalat nafl (sunnah) adalah shalat yang dianjurkan untuk
dikerjakan selain shalat fardhu. Apabila dikerjakan
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak
berdosa.
5 Shalat sunnah yang dikerjakan munfarid (sendiri) adalah
sebagai berikut:
Shalat sunnah rawatib.
Shalat sunnah wudhu.
Shalat sunnah tahiyyat masjid.
Shalat sunnah muthlaq.
Shalat sunnah awwabin.
Shalat sunnah hajat.
Shalat sunnah istikharah.
Shalat sunnah dhuha.
Shalat sunnah tahajud.
Shalat sunnah tasbih.
Shalat sunnah taubat.
Shalat sunnah safar.
Adapun shalat sunnah yang dikerjakan secara berjamaah,
yaitu sebagai berikut.

Shalat
Shalat
Shalat
Shalat
Shalat

sunnah
sunnah
sunnah
sunnah
sunnah

idain.
tarawih.
witir.
istisqa.
kusuf (gerhana).

36

Anda mungkin juga menyukai