Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Teori dan Keutamaan Sholat Dhuha

Disusun Oleh :
Kevin Alfio Syahri Ramadhan
(201980141)

Trisakti School of Management


BEKASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kepada Allah Swt.
Karena atas qudrat, hidayah dan inayah nya, saya dapat membuat
makalah ini sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa shalawat serta
salam semoga Allah tetap curah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad
Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kepada kita selaku
umatnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Gaffar Ruskhan,
M.Hum selaku dosen mata kuliah Agama Islam, yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kesalahan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi saya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bekasi, 17 Mei 2020

Kevin Alfio S.R

1
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................1
Daftar Isi......................................................................................................
2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................... 3
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................
3
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Shalat Dhuha...................................................................
4
2.2 Hukum Shalat Dhuha.....................................................................….
4
2.3 Waktu Shalat Dhuha...........................................................................
4
2.4 Bilangan Raka’at Shalat Dhuha..........................................................
5
2.5 Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha.................................
6
2.6 Fadhilah Shalat Dhuha.......................................................................
7
2.7 Do’a Dalam Shalat Dhuha..................................................................
8
BAB III Penutup

2
3.1 Kesimpulan.......................................................................................
11
3.2 Saran………………………………………………………………………12
Daftar Pustaka…………………………………………………….……………13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan kewajiban hamba Allah Swt yang beriman.
Bentuknya adalah gerakan dan do’a dengan menghadapkan wajahnya
kepada Yang Maha Pencipta. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali
diperhitungkan dan pertama dihisab di akhirat. Di dalam ibadah shalat ada
dua macam bentuk, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. Menurut hadits
bukhori, shalat wajib adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh masing-
masing orang muslim, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
tidak dikerjakan mendapat dosa. Shalat wajib ini ada lima macam waktu,
diantaranya shalat subuh dikerjakan menjelang fajar, shalat dzuhur
dikerjakan pada saat matahari melebihi bayangan kita, shalat Ashar
dikerjakan ketika sore sebelum matahari berwarna merah, shalat Maghrib
dikerjakan ketika matahari sudah tenggelam, dan terakhir shalat Isya
dikerjakan setelah shalat Maghrib.
Dijelaskan dalam hadits Bukhori, bahwa shalat sunnah adalah
ibadah shalat yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak
dikerjakan tidak berdosa. Shalat sunnah banyak macamnya, diantaranya
yaitu shalat dhuha, shalat witir, shalat tahajjud dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Shalat Dhuha
2. Hukum Shalat Dhuha
3. Waktu Shalat Dhuha
4. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
5. Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha
6. Fadhilah Shalat Dhuha
7. Do’a Dalam Shalat Dhuha
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang shalat dhuha
2. Untuk memenuhi tugas individu mata kuliah agama islam

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat Dhuha
Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari yang dianjurkan.
Pahalannya di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa melakukannya, dan
mendorong umat muslimin untuk melakukannya juga. Beliau menjelaskan
barangsiapa yang shalat empat rakaat pada awal siang hari, niscaya
Allah mencukupkan pada sore harinya. Sebagaimana beliau juga
menjelaskan bahwa shalat dhuha itu sama dengan tiga ratus enam puluh
sedekah.
Adapun pendapat yang lain bahwa shalat dhuha ialah shalat
sunah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-
kurangya shalat ini dua raka’at, boleh empat raka’at, enam, delapan atau
dua belas raka’at.[2]
2.2 Hukum Shalat Dhuha
Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu barangsiapa yang
menginginkan pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau tidak,
tidak ada larangan pula meninggalkannya.
Dari Abu Sa’id r.a berkata:
)‫ (رواه الترمذي‬.‫ُصلِّي َها‬
َ ‫ َو َي َد ُع َها َح َّتى َنقُو َل اَل ي‬،‫ُصلِّى الض َُّحى َح َّتى َنقُو ُل اَل َي َد ُع َها‬ َ ‫َك‬
َ ‫ان صلى هللا عليه وسلم ي‬
Artinya:
“Rosulullah Saw selalu melaksanakan shalat dhuha sampai-
sampai kita mengira bahwa tidak pernah meninggalkannya, tetapi jika
meninggalkannya sampai-sampai kita mengira, bahwa beliau tidak pernah
meninggalkannya.” (H.R Turmudzi)
2.3 Waktu Shalat Dhuha
Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik kira-kira setinggi tiga
tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah
langit (istiwa) dan pada saat itu makruh hukumnya untuk melakukan
shalat. Menurut pandangan yang lain, shalat dhuha dimulai ketika

4
matahari naik setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari tergelincir
(istiwa).[3]
Disunahkan juga melaksanakan pada waktu naik agak tinggi dan
panas agak terik. Dari Zaid bin Arqam r.a berkata:
‫ت‬ َ ‫اَل ةُ ااْل َ َّو ِابي َْن ا َِذا َر َم‬i‫ص‬
ِ i‫ض‬ ُّ ‫لُّ ْو َن‬i‫ُص‬
َ ‫ا َل‬ii‫ َحىى َف َق‬i‫الض‬ َ ‫ا ِء َو ُه ْم ي‬ii‫ل قُ َب‬i
ِ i‫لم َعلَى اَه‬ii‫ه وس‬ii‫َخ َر َج ال َّن ِبيُّ صلى هللا علي‬
)‫ (رواه احمد ومسلم وترمذى‬.‫ال م َِن الض َُّحى‬ ِ ‫ص‬
َ ‫الِف‬
Artinya:
“Nabi Saw keluar menuju tempat ahli quba, dikala itu mereka
sedang mengerjakan shalat dhuha. Beliau lalu bersabda: “inilah shalat
orang-orang yang kembali kepada Allah, yakni di waktu anak-anak unta
telah bangkit karena kepanasan waktu dhuha.” (H.R Ahmad dan Muslim)
2.4 Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah dua raka’at, dan
maksimalnya delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua belas
raka’at. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa shalat dhuha tidak
ada batasannya, tetapi pendapat kedua tadilah yang kuat. Berikut dalil
tentang bilangan raka’at shalat dhuha.[4]
1. Dua raka’at
‫ه‍ ٍْر‬i‫ ِّل َش‬i‫ ِة اَي َِّام مِنْ ُك‬i‫ َي ِام َثالَ َث‬i‫ص‬ َ ‫اَ ْو‬:‫ا َل‬ii‫َعنْ اَ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َق‬
ِ ‫لم ِب‬ii‫ه وس‬ii‫لى هللا علي‬ii‫انِي َخلِ ْيلِي ص‬i‫ص‬
)‫ (رواه متفق عليه‬.َ‫َو َر ْك َع َتى الض َُّحى َواَنْ ا ُ ْو ت َِر َق ْب َل اَنْ اَرْ قُد‬
Artinya:
“Abu Hurairah r.a berkata: “Kekasihku Rosulullah Saw berpesan
kepadaku, supaya berpuasa tiga hari di tiap-tiap bulan, dan shalat dhuha
dua raka’at, dan shalat witir sebelum tidur.” (H.R Muttafaqun ‘Alaih)
2. Empat raka’at
ٍ ‫صلِّى الض َُّحى اَرْ َب َع َر َك َعا‬
)‫ (رواه مسلم‬.ُ‫ت َو َي ِز ْي ُد َما َشا َء هللا‬ َ ‫ان ال َّن ِبيُّ صلى هللا عليه وسلم ُي‬
َ ‫َك‬
Artinya:
“Aisyah r.a berkata: “ Rosuluullah Saw biasa melaksanakan shalat
dhuha empat raka’at, dan kadang-kadang melebihi dari itu sekehendak
Allah.” (H.R Muslim)
3. Delapan raka’at

5
ِ ‫ت ي َُسلِّ ُم مِنْ ُك ِّل َر ْك َع َتي‬
)‫ (رواه ابو داود‬.‫ْن‬ ٍ ‫صلَّى ُسب َْح َة الض َُّحى َث َمان َِي َر َك َعا‬
َ ‫اَنَّ ال َن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم‬
Artinya:
“Bahwa Nabi Saw mengerjakan shalat dhuha sebanyak delapan
raka’at dan tiap-tiap dua raka’at beliau salam.” (H.R Abu Daud)
4. Dua belas raka’at
ً i‫صلَّى الض َُّحى ا ِْث َن َتى َع ْش َر َة َر َك َع‬
‫ة َب َنى‬i ِ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬:‫س َرضِ َى هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
َ ْ‫هللا صلى هللا عليه وسلم َمن‬ ْ ‫َعنْ اَ َن‬
)‫ (رواه الترمذى‬.ِ‫الج َّنة‬
َ ْ‫هللاُ لَ ُه َقصْ رً ا فِي‬
Artinya:
“Dari Anas r.a berkata: Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa
yang shalat dhuha dua belas raka’at. Niscaya Allah dirikan gedung
baginya di surga.” (H.R Turmudzi)
2.5 Surat-surat yang harus di baca
1. Surat-surat yang harus dibaca sesudah membaca al-fatihah pada tiap-
tiap raka’at boleh mana saja yang mudah.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan:
)٢٠:‫ (المزمل‬...‫فاقرئوا ما تيسر من القران‬
Artinya:
“...... bacalah oleh kamu apa-apa yang mudah dari pada Al-Qur’an.”
(Q.S Al-Muzammil:20)[5]
2. Jika dikerjakan dua raka’at disunahkan pada raka’at pertama sesudah
membaca Fatihah, membaca surat “Wasy-Syamsi Wadhuhahaa....” dan
pada raka’at kedua sesudah membaca Fatihah, membaca surat “
Wadhuha...”. jika dikerjakan lebih dari dua raka’at , maka disunahkan tiap-
tiap dua raka’at salam.
Surat yang dibaca seperti yang disebutkan di atas, sedang raka’at
selebihnya membaca surat Al-Kafirun dan surat Al-Ikhlas.
3. Cara yang terbaik, apabila dikerjakan dua raka’at, maka pada raka’at
pertama sesudah membaca Fatihah, kemudian membaca ayat Al-Kursi
sepuluh kali dan pada raka’at kedua sesudah membaca Fatihah,
membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali juga.[6]
Demikian sesuai hadits nabi Muhammad Saw dengan sabdanya:

6
‫ة‬i‫ا تح‬i‫ة االولى ف‬i‫ر كع‬i‫عن انس رضى هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم من صلى الضحى يقرأ في ال‬
‫توجب‬ii‫ اس‬،‫رات‬ii‫ر م‬ii‫د عش‬ii‫و هللا اح‬ii‫ل ه‬ii‫اب وق‬ii‫ة الكت‬ii‫ا تح‬ii‫ة ف‬ii‫ وفي الثاني‬،‫رات‬ii‫الكتاب واية الكرسى عشر م‬
‫رضوان هللا االكبر‬.
Artinya:
“Anas r.a meriwayatkan dari Nabi Saw, “Barangsiapa yang
melaksanakan shalat dhuha membaca pada raka’at pertama surat Al-
Fatihah dan ayat kursi sepuluh kali, serta pada raka’at kedua sesudah
Fatihah membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali, pasti ia mendapat
keridhoan yang terbesar dari Allah.”

2.6 Fadhilah Shalat Dhuha


Shalat dhuha sebagai shalat sunah yang sangat banyak sekali
fadhilahnya (keutamaannya).
Sangat baik sekali shalat dhuha ini, kita Mudawamahkan
(langgengkan) yakni kita biasakan sehari-hari melaksanakannya. Karena
ditinjau dari segala segi baik sekali bagi yang melaksanakannya, sebagai
Maghfiroh (ampunan), mencari ketenangan hidup, serta sebagai sarana
untuk memohon tambahnya rizqi kepada Allah. Maka shalat dhuha ini
patut sekali kita langgengkan setiap hari.[7]
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah r.a dalam haditsnya sebagai berikut:
‫ (رواه‬.‫ر‬ii‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من حافظ على شفعة الضحى غفر له ذنوبه وان مثل زبد البح‬
)‫الترمذى‬
Artinya:
“Siapa saja yang dapat mengerjakan shalat dhuha dengan
langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak
buih dilautan.” (H.R Turmudzi)
Dalam hadits lain dinyatakan, sebagai beriku:
‫ وال يحافظ على صالة الضحى اال اواب‬،‫صالة الضحى تجلب الرزق وتنفى الفقر‬.
Artinya:

7
“Shalat dhuha itu mendatangkan rizqi dan menolak kefakiran
(kemiskinan), dan tidak ada yang akan memelihara shalat dhuha, kecuali
hanya orang-orang yang bertaubat.”
Dari Nu’was bin Sam’an r.a bahwa nabi bersabda:
‫اكم‬ii‫ (رواه الح‬.‫ره‬ii‫ك احخ‬ii‫ار اكف‬ii‫ات فى اول النه‬ii‫ع ركع‬ii‫زن عن ارب‬ii‫ ابن ادم ال تعج‬:‫ل‬ii‫ز وج‬ii‫ال هللا ع‬ii‫ق‬
)‫والطبرانى‬
Artinya:
“Allah ‘azza wajalla berfirman: “Wahai anak adam, jangan sekali-
kali engkau malas mengerjakan empat raka’at pada waktu permulaan
siang (yakni) shalat dhuha, nanti pasti akan Kucukupkan kebutuhanmu
pada waktu sorenya.” (H.R Hakim dan Thabroni)
Dari Abu Dzar r.a berkata:
‫ل‬ii‫ وك‬،‫دقة‬ii‫بيحة ص‬ii‫ل تس‬ii‫ فك‬،‫دقة‬ii‫دكم ص‬ii‫الئ من اح‬ii‫ل س‬ii‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يصبح على ك‬
،‫دقة‬ii‫ر ص‬ii‫دقة ونهى عن المنك‬ii‫المعروف ص‬ii‫ر ب‬ii‫ وام‬،‫ وكل تكبيرة صدقة‬،‫ وكل تهليلة صدقة‬،‫تحميدة صدقة‬
)‫ (رواه احمد ومسلم وابو داود‬.‫ويجزى من ذلك ركعتان بركعهما من الضحى‬
Artinya;
“Rosulullah Saw bersabda: “Hendaklah masing-masing tiap-tiap
pagi bershodaqoh untuk persendian (ruas tulang) badannya. Maka tiap
kali bacaan tasbih itu shodaqoh, setiap tahmid itu shodaqoh, setiap tahlil
shodaqoh, setiap takbir juga shodaqoh, menyuruh kebaikan dan melarang
kemungkaran atau kejahatan itu shodaqoh, dan sebagai ganti itu semua,
cukuplah mengerjakan shalat dhuha dua raka’at.” (H.R Ahmad, Muslim
dan Abu Daud)
Abu Hurairah juga berkata, bahwasanya Nabi Saw pernah
bersabda:
‫الة‬i‫داومون على ص‬i‫انوا ي‬i‫ذين ك‬ii‫ اين ال‬:‫ادى‬i‫ادى من‬i‫ة ن‬i‫ان في الجنة بابا يقال له الضحى فاذا كان يوم القيام‬
)‫ (رواه الطبرانى‬.!‫الضحى؟ هذا بابكم فادخلوه برحمة هللا‬
Artinya:
“Bahwasanya di surga ada pintu yang dinamakan “Dhuha”. Maka
jika telah datang hari kiamat kelak, berserulah (malaikat) penyeru:
“Manakah orang-orang yang telah melanggengkan shalat dhuha? Inilah

8
pintu kamu, silahkan masuk kedalam dengan rahmat Allah.” (H.R
Thobroni)
2.7 Do’a Dalam Shalat Dhuha
Do’a yang dibaca setelah shalat dhuha[8]:
،‫متك‬ii‫مة عص‬ii‫درتك والعص‬ii‫اللهم إن الضحاء ضحاءك والبهاء بهائك والجمال جمالك والقوة قوتك والقدرة ق‬
‫ا‬ii‫ره وإن حرام‬ii‫را فيس‬ii‫ان معس‬ii‫ه وإن ك‬ii‫ان في االرض فاخرج‬ii‫ه وإن ك‬ii‫اللهم إن كان رزقى في السماء فانزل‬
‫فطهره وإن كان بعيدا فقربه بحق ضحائك وبهائك وجمالك وقوتك وقدرتك اتنى ما اتيت عبادك الصالحين‬.
Artinya:
“Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu,
kemegahan ialah kemegahan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan
itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu
perlindungan-Mu. “Ya Allah jika rizqiku masih di langit, turunkanlah dan
jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar maka mudahkanlah,
jika haram maka sucikanlah, jika masih jauh maka dekatkanlah, berkat
waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu,
limpahkanlah kepada kami seperti yang telah engkau limpahkan kepada
hamba-hamba yang shaleh.”
Adapun do’a yang lainnya yaitu:
)‫ (رواه الترمذى‬.‫اللهم بك اسبحنا وبك امسينا وبك نحيا وبك نموت وإليك النشور‬
Artinya:
“Ya Allah, dengan rahmat Engkau aku berada di waktu pagi ini,
dan dengan rahmat Engkau aku berada di sore ini, dan dengan rahmat
Engkau aku hidup dan aku akan mati dan kepada-Mu aku akan kembali.”
(H.R Turmudzi).
Dengan kita mempraktekan sholat dhuha beserta do’a nya maka
allah akan memberikan kita rahmat berupa ampunan, lipatan pahala,
keutamaan-keutamaan yang sudah bisa di rasakan di dunia dan nanti
akhirat, ini sudah menjadi janji dari allah bahwasan nya barang siapa yang
mendekatkan diri kepada kepada allah satu jengkal, maka allah mendekat
kepada hamba 1 lengan, barang siapa yang mendekatkan diri kepada
allah dengan berjalan maka allah mendekat kepada hamba dengan berlari

9
ini membuktikan bahwa ingatnya allah lebih besar dari pada ingatnya
hamba kepada allah, mengapa kita kita perlu pula mengamalkan doa dari
sholat dhuha itu sendiri karena allah sudah berfirman bahwa “berdoa lah
maka akan aku kabulkan”. Dan juga diperkuat kembali dari sabda
rasululloh SAW :
‫ ِه‬i‫ ٍل َف َعلَ ْي‬i ‫ص‬ِ ‫ ِة َم ْف‬i‫ون َو َثالَ ُثمِا َئ‬ ِ ‫ َيقُو ُل فِى اإلِ ْن َس‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫ ُّت‬i‫ان ِس‬ ُ ْ‫أَ ِبى ب َُر ْي َد َة َيقُو ُل َسمِع‬
‫ ِج ِد‬ii‫ك َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل ال ُّن َخا َع ُة فِى ْال َم ْس‬ ُ ِ‫ َقالُوا َف َم ِن الَّذِى يُط‬.» ‫ص َد َق ًة‬
َ ِ‫يق َذل‬ َ ‫صد ََّق َعنْ ُك ِّل َم ْفصِ ٍل ِم ْن َها‬َ ‫أَنْ َي َت‬
‫ك‬ َ ‫ئ َع ْن‬ ُ ‫يق َفإِنْ لَ ْم َت ْقدِرْ َف َر ْك َع َتا الض َُّحى ُتجْ ِز‬ َّ ‫َت ْدفِ ُن َها أَ ِو ال َّشىْ ُء ُت َنحِّ ي ِه َع ِن‬
ِ ‫الط ِر‬

“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki


kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa
yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai
Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan,
“Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari
jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup
lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari yang dianjurkan.
Pahalannya di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa melakukannya, dan
mendorong umat muslimin untuk melakukannya juga. Beliau menjelaskan
barangsiapa yang shalat empat rakaat pada awal siang hari, niscaya
Allah mencukupkan pada sore harinya. Sebagaimana beliau juga
menjelaskan bahwa shalat dhuha itu sama dengan tiga ratus enam puluh
sedekah.
Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu barangsiapa yang
menginginkan pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau tidak,
tidak ada larangan pula meninggalkannya.
Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik kira-kira setinggi tiga
tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah
langit (istiwa) dan pada saat itu makruh hukumnya untuk melakukan
shalat. Menurut pandangan yang lain, shalat dhuha dimulai ketika
matahari naik setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari tergelincir
(istiwa).
Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah dua raka’at, dan
maksimalnya delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua belas
raka’at. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa shalat dhuha tidak
ada batasannya, tetapi pendapat kedua tadilah yang kuat. Berikut dalil
tentang bilangan raka’at shalat dhuha.
Sangat baik sekali shalat dhuha ini, kita Mudawamahkan
(langgengkan) yakni kita biasakan sehari-hari melaksanakannya. Karena
ditinjau dari segala segi baik sekali bagi yang melaksanakannya, sebagai
Maghfiroh (ampunan), mencari ketenangan hidup, serta sebagai sarana

11
untuk memohon tambahnya rizqi kepada Allah. Maka shalat dhuha ini
patut sekali kita langgengkan setiap hari.

3.2 Saran
Inilah yang dapat saya paparkan dalam makalah ini, yang tentunya
pembahasan Teori dan manfaat dari sholat dhuha, setelah kita
mengetahui teori dan praktek nya maka ibadah sholat sunah dhuha ini
sudah bisa di amalkan dalam kehidupan sehari-hari atau di ajarkan
kepada teman atau saudara kita sehingga pahala yang kita dapat bisa
terus mengalir, memperoleh keutamaan-keutamaan di dunia dan diakhirat
dan ditinggikan derajat nya di surga kelak, di sini masih sangat sedikit,
serta perlu diperdalam dan diperluas lagi. Dan untuk memperluas serta
mendalaminya itu butuh waktu yang lama dan dosen yang benar-benar
paham dan mengerti tentang materi ini. Dan membutuhkan referensi yang
banyak pula.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Habsyi, Muhammad Bagir. 2000. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-


sunah dan Pendapat Para Ulama. Bandung: Mizan.
Daradjat Zakiyah, dkk. 1983. Ilmu Fiqh I. Jakarta: Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama, cet II.
Rifa’i, Mohammad. 1978. Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
Shiddiq, Abdul Rosyad. 2006. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
cet III.
Sudarsono, A. Munir. 2013. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

[1]Abdur Rosyad Shiddiq. Fikih Ibadah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


2006) hal. 442.
[2] Moh. Rifa’i. Tuntunan Shalat Lengkap. (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1978) hal. 278.
[3] Ibid, Tuntunan Shalat Lengkap. (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1978) hal. 278.
[4] Zakiyah Daradjat dkk. Ilmu Fiqh. (Jakarta: PPP, cet-2, 1983) hal. 209.
[5] Depag. Al-qur’an dan Terjemahannya.
[6] Ibid. Tuntunan Shalat Lengkap. (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1978) hal. 280.

13
[7] A. Munir, Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013) hal. 130.
[8] Muhammad Bagir, Al-Habsyi. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-
sunah dan Pendapat Para Ulama. (Bandung: Mizan, 2000) hal. 178.

14

Anda mungkin juga menyukai