A. ShalatTarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam bulan suci
Ramadhan. 1 Disebut shalat tarawih, karena tiap-tiap salam diselingi dengan istirahat
sebentar. Shalat tarawih itu hukum sunnah Mu’akkad lebih utama dikerjakan dengan
Adapun waktu dalam melaksnakan shalat ini adalah sesudah shalat Isya
hingga tebit fajar waktu Subuh. Bilangan rakaatnya 11 rakaat, sebagaimana yang
pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw yang berdasarkan hadist Riwayat Bukhari dan
Muslim bersumber dari Aisyah ra. “ Dari Aisyah katanya: Yang dikerjakan oleh
Rasulullah saw baik pada bulan Ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas
Hadis lain yang menjelaskan yaitu “Dari Jabir: Sesungguhnya Nabi Saw telah
dimasjid, mereka shalat lagi dirumah. Pada masa khalifah Umar bin Khattab beliau
sedangkan yang ikut dalam jama’ah Khalifah itu ada beberapa sahabat yang terkenal
dan terkemuka di masa itu. 3 Mereka seseorangpun tidak ada yang membantah kepada
Artinya : “Saya niat shalat sunnah tarawih dua rakaat karena Allah”.
Secara umum ,waktu mengerjakan sholat terawih adalah ba’da sholat isya’
sampai terbit fajar. Akan tetapi, waktu paling utama untuk melakukan sholat terawih
adalah sepertiga akhir malam. Bagi yang belum melaksanakan sholat Isya, tidak
sholat 4 rakaat dengan satu salam, atau ia sholat terawih sebelum sholat fardhu isya
waktu sepertiga malam, karena di waktu itu adalah waktu yang lebih mudah menapai
Sholat Terawih merupakan salah satu syiar islam dibulan ramadhan yang
penuh keutamaannya di sisi Allah SWT, Sholat terawih termasuk bagian dari
qiyamu ramadhan,yakni sholat yang dilakukan setelah sholat isya dan sebelum witir
selama bulan ramadhan,hukum sholat terawih adalah sunnah bagi laki-laki dan
perempuan.
Syaikh Shâlih Fauzân menjawab: Shalat tarawih itu sunnah muakkadah (yang
ditekankan), dan dilakukan langsung setelah shalat Isya` dan sunnah rawatibnya.
sampai waktu lain sebagaimana ditanyakan, kemudian kembali lagi ke masjid dan
kebiasaan yang telah berjalan. Para ulama menyebutkan, shalat tarawih dikerjakan
pelaksanaannya, kami tidak mengatakan ini haram, akan tetapi hal ini berbeda
dengan kebiasaan yang sudah berlaku, yaitu shalat tarawih dikerjakan di awal
Pada dasarnya antara shalat tarawih yang 20 raka’at maupun 8 rakaat adalah
sama persis, yang membedakan adalah jumlah bilangan raka’atnya saja, tidak ada
yang lebih dari itu. Oleh karena itu saya mencontohkan tata cara shalat tarawih yang
20 raka’at, sehingga secara otomatis orang yang melakuka shalat tarawih 8 raka’at
bisa mengikuti.
raka’at salam, sehingga jumlah salam atau tasyahud akhir berjumlah 10x ( sepuluh
kali ). Setelah selesai, baru dilanjutkan shalat witir 3 rakaat dengan dua salam. Jadi,
dua raka’at pertama salam, diteruskan satu raka’at berikutnya juga salam. Sedangkan
untuk shalat tarawih dengan 8 raka’at, boleh dikerjakan dengan 4 raka’at salam 4
raka’at salam, sehingga jumlah salam atau tasyahud akhir adalah dua kali. Atau 2
raka’at salam 2 raka’at salam (seperti pada shalat tarawih 20 raka’at) sehingga jumlah
Inilah sebabnya, mengapa antara shalat tarawih yang 20 raka’at dengan yang 8
raka’at bisa digabungkan dalam satu jama’ah. Caranyan dengan melakukan shalat
tarawih dua raka’at salam dua rakaat salam. Bagi yang memilih shalat tarawih 8
raka’at, langsung berhenti pada raka’at kedelapan. Semenetara bagi yang memilih
shalat tarawih 20 raka’at bisa menyempurnakan hingga jumlah yang ke 20, kemudian
B. ShalatWitir
1. PengertianShalatWitir
Yang dimaksud dengan shalat Witir, ialah shalat yang dikerjakan antara setelah shalat
2. HukumShalatWitir
Shalat Witir merupakan shalat sunnah muakkadah. 5
menurut mayoritas ulama. Hal ini didasarkan pada beberapa dalil, di antaranya sebagai
berikut :
Artinya : Dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , beliau berkata: “Jadikanlah akhir
shalat kalian di malam hari dengan Witir”. [Muttafaqun ‘alaihi)] Dalam hadits ini
malam. Ibnu Daqîqi al-‘Iid menyatakan, orang yang mewajibkan shalat witir berdalil
dengan bentuk perintah (dalam hadits ini). Seandainya berpendapat kewajiban witir
Artinya : Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam bersabda: “Shalat Witir wajib bagi
setiap muslim. Barang siapa yang ingin berwitir dengan lima rakaat, maka
kerjakanlah; yang ingin berwitir tiga rakaat, maka kerjkanlah; dan yang ingin
berwitir satu rakaat, maka kerjakanlah!” [HR Abu Dawud, an-Nasâ`i dan Ibnu
Mâjah, dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâwud, no.
1421].
sampai shalat fajar”. [HR Ahmad dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Silsilah
Namun ada juga dalil lain yang memalingkannya dari perintah-perintah dalam dua
hadits di atas, yaitu sebagaimana hadits Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu, beliau
berkata :
Artinya : “Shalat Witir tidak wajib seperti bentuk shalat wajib, namun ia adalah
Dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan an-Nasâ`i, 1/368 dan Shahih al-
ص ْو ِت ِه َواَل ُي ْف َق ُه َما َيقُو ُل َح َّتى َد َناَ ُّس يُسْ َم ُع َد ِوي صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مِنْ َأهْ ِل َنجْ ٍد َث َ ْأ َ ِ ُول هَّللاِ َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َرس
ِ َّاِئر الر
ت فِي ْال َي ْو ِم َواللَّ ْيلَ ِة َف َقا َل َه ْل َعلَيَّ غَ ْي ُر َها َ ِ َفِإ َذا ه َُو َيسْ َأ ُل َعنْ اِإْلسْ اَل ِم َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخمْس
ٍ صلَ َوا
َقا َل اَل ِإاَّل َأنْ َت َط َّو َع
salllam dalam keadan rambut kusut, terdengar gema suaranya yang tidak jelas dan
tidak dimengerti apa yang dikatakannya hingga dekat. Ternyata ia bertanya tentang
Islam, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam menjawab: “Shalat lima waktu
sehari dan semalam,” lalu ia bertanya lagi: “Apakah ada yang lainnya atasku?” Beliau
dalil qath’i, pembatasan shalat-shalat wajib dalam sehari semalam hanya lima shalat;
tentulah pendapat madzhab Hanafi lebih dekat kepada kebenaran. Oleh karena itu,
harus dikatakan, bahwa perintah disini tidak menunjukkan wajib, bahkan untuk
dipalingkan dari kewajiban dengan dalil-dalil yang lebih rendah dari dalil-dalil qath’i
ini. Sehingga mayoritas ulama sepakat (shalat witir) hukumnya sunnah dan tidak
wajib, dan inilah yang benar. Kami nyatakan hal ini dengan mengingatkan dan
adalah sunnah muakkadah berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, dan yang terus-
3. WaktuShalatWitir
Para ulama sepakat, bahwa awal waktu shalat Witir adalah setelah shalat Isyâ` hingga
Imâm Muhammad bin Nashr al-Marwazi (wafat tahun 294 H) mengatakan: “Yang telah
disepakati para ulama, bahwasanya waktu shalat Witir ialah antara (setelah) Shalat Isyâ`
sampai terbitnya fajar Subuh. Mereka berselisih pada waktu setelah itu hingga shalat
Subuh. Hal ini didasarkan pada banyak hadits, di antaranya sebagai berikut :
a) Hadits ‘Aisyah Rsdhiyallahu anhuma , beliau berkata :
Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam shalat antara setelah selesai shalat Isya`, yaitu
yang disebut oleh orang-orang dengan – al-‘atamah – sampai fajar sebelas rakaat
dengan salam setiap dua raka’at dan berwitir satu raka’at”. [HR Muslim].
أخرجه أحمد.”صالَ ِة ْال َفجْ ِر َ صالَ ِة ْال ِع َشا ِ?ء ِإ
َ لى َ صلُّ ْو َها فِ ْي َما َبي َْن
َ َف
Artinya : “Maka shalatlah di antara shalat Isyâ` sampai shalat fajar”. [HR Ahmad dan
dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Silsilah Ahâdits ash-Shahîhah, no. 108 (1/221)].
Adapun akhir waktu shalat Witir jelas ditegaskan juga oleh hadits yang lainnya, yaitu
sebagai witir bagi shalat yang telah dilaksanakannya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].
9 Mukhtashar Kitab al-Witri Abu Abdillah Muhammad bin Nashr al-Marwazi. Diringkas oleh
Ahmad bin ‘Ali al-Maqrizi (wafat tahun 845), Tahqiq: Ibrahim Muhammad al-‘Ali dan
Muhammad Abdullah Abu Sha’lik, Maktabah al-Manar, Yordania, Cetakan Pertama, Tahun
Pelaksanaan shalat Witir, yang utama dilakukan di akhir shalat malamnya, 10 dengan dasar
Artinya : Dari Nabi Shallallahu alaihi wa salllam , beliau berkata: “Jadikanlah akhir shalat
Sedangkan waktunya tergantung kepada keadaan pelakunya. Yang utama, bagi seseorang
yang khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam, maka ia mengerjakannya sebelum
tidur. Adapun seseorang yang yakin dapat bangun pada akhir malam, maka yang utama
َ َّ َو َمنْ َطم َِع َأنْ َيقُ ْو َم آخ َِرهُ؛ َف ْلي ُْوتِرْ آخ َِر اللَّي ِْل ؛ َفِإن، اف َأنْ الَ َيقُ ْو َم مِنْ آخ ِِر اللَّي ِْل ؛ َف ْلي ُْوتِرْ َأوَّ لَ ُه
صالَ َة آخ ِِر اللَّي ِْل َ َمنْ َخ
أخرجه مسلم.ُضل َ َو َذل َِك َأ ْف، ٌَم ْشه ُْو َدة
Artinya : “Barang siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka witrirlah di
awalnya. Dan yang yakin akan bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam;
karena shalat di akhir malam disaksikan dan itu lebih utama”. [HR Muslim].
5. JumlahRakaatnya
Jumlah raka’at dalam shalat Witir boleh dilakukan dengan satu raka’at, tiga raka’at, lima
raka’at, tujuh raka’at, sembilan raka’at dan sebelas raka’at. dengan dasar sabda Rasulullah
Artinya : "Shalat Witir wajib bagi setiap muslim. Barang siapa yang ingin berwitir dengan
lima raka’at, maka kerjakanlah. Yang ingin berwitir tiga raka’at, maka kerjkanlah; dan
yang ingin berwitir satu raka’at, maka kerjakanlah!”. [HR Abu Dâwud, an-Nasâ`i dan Ibnu
Mâjah, dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâwud, no. 1421].
Hal ini didasarkan pada hadits Abu Ayyûb di atas yang berbunyi :
Artinya : “Dan yang ingin berwitir satu raka’at, maka kerjakanlah!”. [HR Abu Dâwud,
Shalat Witir tiga raka’at boleh dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Shalat tiga raka’at, dilaksanakan dengan dua raka’at salam, kemudian ditambah
satu rakaat salam. Ini didasarkan hadits Ibnu ‘Umar, beliau radhiyallahu anhu
berkata
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َي ْفصِ ُل َبي َْن ْال َو ْت ِر َوال َّش ْف ِع ِب َتسْ لِي َم ٍة َويُسْ ِم ُع َنا َها
َ ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ َك
Artinya : “Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam memisah antara yang
ganjil dan genap dengan salam, dan beliau perdengarkan kepada kami”. [HR
Ahmad dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Irwâ` al-Ghalîl, no. 327].
Juga didasrkan pada perbuatan Ibnu ‘Umar.sendiri yang berbunyi : َأنَّ َعبْدَ هَّللا ِ ب َْن ُع َم َر
b. Shalat tiga raka’at secara bersambung dan tidak duduk tahiyyat, kecuali di akhir
raka’at saja.
َأ ْو، ْس
ٍ َولَكِنْ َأ ْو ِتر ُْوا ِب َخم، ب
ِ صالَ ِة ْال َم ْغ ِر ٍ َ” الَ ُت ْو ِتر ُْوا ِب َثال: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ث ُت َش ِّبه ُْوا ِب ِ َقا َل َرس ُْو ُل
َ هللا
أخرجه الحاكم.”َ َأ ْو بِِإحْ دَى َع َش َرة، َأ ْو ِبتِسْ ٍع، ِب َسب ٍِْع
dengan tiga rakaat menyerupai shalat Maghrib, namun berwitirlah dengan lima
raka’at, tujuh, sembilan atau sebelas raka’at”. [HR al-Hâkim dan dishahihkan
sebagaimana dikisahkan oleh Ubai bin Ka’ab, ia berkata: هللا َي ْق َرُأ م َِن ْال ِو ْت ِر ِبـ َ َك
ِ ان َرس ُْو ُل
أخرجه النسائي.” َّ ُي َسلِّ ُم ِإاَّل فِيْ آخ ِِرهِن. Artinya : “Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa
salllam membaca dari shalat witirnya surat al-A’lâ dan pada raka’at kedua
membaca surat al-Kâfirûn, dan rakaat ketiga membaca Qul Huwallahu Ahad.
Beliau tidak salam, kecuali di akhirnya”. [HR an-Nasâ`i, dan dishahihkan Syaikh
Shalat Witir lima raka’at dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
b. Shalat lima raka’at bersambung dan tidak duduk tasyahud kecuali di akhirnya. Hal
Artinya : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam pernah shalat malam tiga belas
raka’at; berwitir darinya lima raka’at. Beliau tidak duduk kecuali di akhirnya”. [HR
Muslim]
Shalat Witir tujuh raka’at dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Shalat enam raka’at, dilakukan setiap dua raka’at salam kemudian satu raka’at.
b. Shalat tujuh raka’at bersambung, dan tidak duduk kecuali pada raka’at keenam, lalu
bertasyahud, kemudian bangkit tanpa salam, dan langsung ke raka’at ketujuh baru
kemudian salam.
ُ َو َي ْذ ُك ُره، هللا
َ َف َيحْ َم ُد، الثا ِم َن ِة ?ٍ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا َأ ْو َت َر ِبتِسْ ِع َر َك َعا
َّ ْت ؛ لَ ْم َي ْقع ُْد ِإالَّ فِي َ َك،
ِ ان َرس ُْو ُل
َ هللا
ُث َّم ي َُسلِّ ُم َتسْ لِ ْي َم ًة، َو َي ْدع ُْو،َّ َف َي ْذ ُك ُر هللاَ َع َّز َو َجل، ُ َف َيجْ لِس، ُصلِّي ال َّتاسٍِ َع َة
َ ُث َّم ي، ُث َّم َي ْن َهضُ َواَل ُي َسلِّم، َو َي ْدع ُْو
?ٍ ُف ؛ َأ ْو َت َر ِب َسب ِْع َر َك َعا
اَل َي ْق ُع ُد ِإالَّ فِيْ السَّا ِد َس ِ?ة ُث َّم، ت َ ضع َ َفلَمَّا َكب َُر َو، ٌْن َوه َُو َجالِس ِ ُصلِّي َر ْك َع َتيَ ُث َّم ي، يُسْ ِم ُع َنا
َُّ ، ُثم ي َُسلِّم َتسْ لِ ْي َم ًة، صلِّي السَّاب َع َ?ة
أخرجه مسلم والنسائي. ٌْن َوه َُو َجالِس ِ صلِّيْ َر ْك َع َتي َ ث ُي ُ َّ ِ َ َف ُي، َي ْن َهضُ ِوالَ ي َُسلِّ ُم
Artinya : “Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam berwitir sembilan
raka’at, beliau tidak duduk kecuali di raka’at kedelapan, lalu memuji Allah,
mengingat dan berdoa, kemudian bangkit tanpa salam; kemudian shalat raka’at
kesembilan, lalu duduk dan berdzikir kepada Allah dan berdoa; kemudian salam
satu kali. Beliau memperdengarkan salamnya kepada kami. Kemudian shalat dua
raka’at dalam keadaan duduk. Ketika sudah menua dan lemah, beliau berwitir
dengan tujuh raka’at, tidak duduk kecuali pada raka’at keenam kemudian bangkit
tanpa salam, lalu shalat raka’at ketujuh kemudian salam; kemudian shalat dua
Demikian juga shalat Witir yang sembilan raka’at, ialah sebagai berikut :
b. Shalat sembilan raka’at bersambung, tidak duduk kecuali pada raka’at kedelapan,
Hal ini telah dijelaskan sebagaimana tersebut dalam hadits ‘Aisyah di atas
6. BacaanKetikaShalatWitir
Dalil tentang hal ini dijelaskan dalam hadits Ubai bin Ka’ab yang berbunyi :
Artinya : “Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam membaca dari shalat witirnya
surat al-A’la, dan pada raka’at kedua membaca surat al-Kaafirun, dan rakaat ketiga
membaca Qul Huwallahu Ahad. Beliau tidak salam kecuali di akhirnya”. [HR an-Nasâ’i
Hari Raya 'Idul Fitri disyariatkan pertama kali pada tahun awal
SAW bertanya: Apakah tujuan dan arti dua hari ini ? Mereka
menjawab; pada zaman jahiliyah dulu kami bermain pada dua hari raya
mengganti dua hari itu dengan hari Raya yang lebih baik, yakni hari
raya "'Idul Fitri" dan hari raya "'Idul Adhha" (HR. Nasa'I - Ibnu
1 Shalih Bin Fauzan bin Abdullah Ali Fauzan, Ringkasan Fikih Syaikh Fauzan khusus fiqih ibadah,
(Jakarta:Pustaka
Azzam)h.254-255
idul fitri . Idul fitri diartikan sebagai hari suci atau hari dimana
umat islam seperti terlahir kembali dan bersih dari dosa. Saat
Shalat idul fitri adalah shalat 2 rakaat yang dikerjakan pada hari
raya idul fitri, yaitu setiap tanggal 1 Syawal secara berjama’ah.
Ibnu Hajar)
هلل َت َع ٰالى
ِ ْن َ ُأ.
ِ صلِّيْ ُس َّن ًة لِ ِع ْي ِد ْالف ِْط ِر َر ْك َع َتي
kedua tangan.
antara dua sujud, dan sujud kedua. Lalu, berdiri kembali untuk
ان
َ هللا ُسب َْح ِ ََأ ْك َب ُر َوهللاُ هللاُ ِإالَّ ِإلَ َه َوال
ِ هلل َو ْال َح ْم ُد
salam.
bau badan.
dimilikinya.”(HR Hakim)
1) Membaca niat
هلل َت َع ٰالى
ِ ْن َ ُأ
ِ صلِّيْ ُس َّن ًة لِ ِع ْي ِد ْاَألضْ ٰحى َر ْك َع َتي
Artinya: "Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat
2) Takbiratul ihram
ان
َ هللا ُسب َْح ِ ََأ ْك َب ُر َوهللاُ هللاُ ِإالَّ ِإلَ َه َوال
ِ هلل َو ْال َح ْم ُد
5) Membaca Surah al-Fatihah Setelah takbir. Kemudian
ان
َ هللا ُسب َْح ِ ََأ ْك َب ُر َوهللاُ هللاُ ِإالَّ ِإلَ َه َوال
ِ هلل َو ْال َح ْم ُد
8) Setelah itu, membaca surah al-Fatihah, dan kemudian surah
lainnya.
salam.
1. Membaca Takbir
Melantunkan Takbir dimulai sejak shubuh hari arafah
mursal
pula.
KELOMPOK 10 PUASA
Pengertian Puasa
Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah (kaff ) dari sesuatu.
“Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah...”(Q.S.
Maryam : 26) Maksutnya, diam dan menahan diri dari berbicara. Orang Arab lazim
pertengahan siang. Adapun menurut syarak (syara’), puasa berarti menahan diri dari hal-hal
yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada siang hari,
Dengan kata lain, puasa menurut istilah adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li) yang
berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari
segala sesuatu agar tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya. Hal itu dilakukan pada
waktu yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, oleh
orang tertentu yang berhak melakukannya, yaitu orang Muslim, berakal, tidak sedang haid,
dan tidak sedang nifas. Puasa harus dilakukan dengan niat, yakni bertekad dalam hati untuk
mewujudkan perbuatan itu secara pasti, tidak ragu-ragu. Tujuan niat adalah membedakan
1 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 84-85.
Dalil puasa
“Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
1. Rukun puasa
Rukun puasa Ialah menahan diri dari dua macam syahwat, yakni syahwat
perut dan syahwat kemaluan. Maksudnya, menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya. 2
a. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan. Yang dimaksud
dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya. Sabda Rasulullah SAW :
“ Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka
tiada puasa baginya.” (Riwayat Lima Orang Ahli Hadis) Kecuali puasa sunnah, boleh
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari. 3
Syarat-syarat Puasa
1. Baligh
2. Berakal
1. Islam
2. Mumayyiz
2 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 85.
3 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 230.
Macam-macam Puasa
Ada banyak macam puasa, diantaranya puasa wajib, puasa sunnah, puasa yang
diharamkan, dan puasa makruh.
1. Puasa yang diwajibkan karena waktu tertentu, yakni puasa pada bulan
ramadhan.
2. Puasa yang diwajibkan karena suatu sebab (illat), yakni puasa kafarat.
2. Puasa dawud
Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat
telah mengatur bahwa pada hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk bersaum
sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai hari raya kedua bagi umat
Islam. Hari itu diharamkan untuk bersaum dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir miskin dan kerabat
serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap
e. Saum selamanya,
1. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya) ke dalam rongga badan
dengan disengaja,
2. Bersetubuh, 4
A. Wajib mengqadha
Orang-orang yang di bawah ini, boleh tidak bersaum, tetapi wajib mengganti
3. Orang yang hamil, yang khawatir akan keadaannya atau bayi yang dikandungnya,
4. Orang yang sedang menyusui anak, yang khawatir akan keadaannya atau anaknya,
5. Orang yang sedang haid (datang bulan), melahirkan anak dan nifas,
6. Orang yang batal saumnya dengan suatu hal yang membatalkannya selain bersetubuh,
Orang-orang di bawah ini tidak wajib qada (menggantikan saum pada hari lain), tetapi
wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin setiap hari yang ia tidak
2. Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat lagi bersaum.
kifarat dan qadha. Kifarat ialah memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Jika
tidak ada hamba sahaya yang mukmin maka wajib bersaum dua bulan berturut-turut
(selain qadha' menggantikan hari yang ditinggalkan), jika tidak bisa, wajib memberi
makan 60 orang miskin, masing-masing sebanyak 1 mud (576 gram) berupa bahan
makanan pokok.
berghibah biasanya membicarakan orang lain dengan konotasi yang negatif alias
berprasangka.
3. Melakukan Bekam
Melakukan bekam juga merupakan hal yang makhruh apabila dilakukan saat puasa
ramadhan.
Bekam akan menjadi makruh apabila mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Namun, jika tidak
3. Menyikat Gigi
Menyikat gigi diperbolehkan, apabila tidak menggunakan pasta gigi. Karena dikhawatirkan
Walaupun tidur dapat menjadi ibadah saat di bulan puasa, namun apabila terlalu lama akan
menjadi makhruh. Seperti misalnya tidur dari siang hingga sore hari menjelang maghrib,
puasanya tetap sah. Tetapi akan lebih baik jika kita memanfaatkan waktu untuk mencari
5. Berciuman
Berciuman menjadi makhruh karena dapat menyebabkan nafsu syahwat. Hal inilah yang
6. Mencicipi Makanan
Mencicipi makanan merupakan hal yang makruh bagi orang yang berpuasa, karena khawatir
akan mengantarkannya sampai ke tenggorongkan. Ada baiknya jika mencicipi, kamu wajib
meludahkannya lagi.
7. Membayangkan Bersetubuh
Membayangkan sedang berjimak (bersetubuh) merupakan hal yang makhruh saat berpuasa.
Karena hal itu dapat mendorong dirinya mengeluarkan sperma, sehingga puasanya bisa rusak
dan menjadi berdosa.
Dikhawatirkan air wudhu masuk kedalam perut. Ada baiknya kita tidak berlebihan dalam
berkumur saat berwudhu. Namun, apabila air tidak sengaja masuk, tidak akan membatalkan
puasa.
Mandi terlalu lama juga dianggap makruh. Untuk menghindari hal ini lebih baik kamu mandi
12. Berenang
Berenang atau berendam menjadi hal yang makhruh pada saat berpuasa karena dapat
memungkinkan air masuk kedalam tubuh seseorang, baik lewat hidung, mulut, dan bagian
tubuh lainnya.
Keutamaan puasa
Keutamaan
Ibadah saum Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah ibadah yang
ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam sebuah surah dalam al-
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bersaum sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al-Baqarah
2:183) ”
Keutamaan saum menurut syariat Islam adalah, orang-orang yg bersaum akan melewati
sebuah pintu surga yang bernama Rayyan, dan keutamaan lainnya adalah Allah akan
hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan ulet seperti yang
dimaksud dalam Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah saum selain untuk menjadi
a. Pendidikan/latihan rohani,
6 Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri, ia berkata: Rasulullah ﷺbersabda: Tidaklah seorang hamba yang
berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh jarak
b. Perbaikan pergaulan
Orang yang bersaum akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak menderita
kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka menolong kepada orang-
Kesehatan
Ibadah saum Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani jika
pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya
“ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
d. Menyehatkan tubuh