Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Muallifatul Khazanah

Nim : 2120209
Kelas : PAI E

A. PEMBAHASAN

 Definisi shalat fardhu


Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah atau syara’ shalat adalah
menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa hamba kepada Tuhanya, mengagungkan
kebesaran-Nya dengan khusyu’ dan ikhlas dalam bentuk perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

Syarat Sholat Fardhu

Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil
baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.

Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :

a. Syarat wajib shalat


1.      Islam. Tidak sah sholat orang yang kafir demikian juga tidak diterima semua amalannya
2.      Berakal. Orang gila tidak wajib sholat,
3.      Baligh. Tidak wajib sholat atas anak kecil hingga dia baligh berdasarkan hadits di atas, hanya
saja hendaknya dia disunnahkan agar dipe-rintah sholat ketika berusia tujuh tahun,
4.      Suci dari hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah batalnya wudhu, dan hadats besar
ketika seorang belum mandi dari janabah
5.      Kesucian tubuh, pakaian, dan tempat dari najis.
6.      Sudah masuk waktu sholat. Tidak wajib sholat kecuali ketika sudah masuk waktunya, tidak
sah sholat jika dikerjakan sebelum waktunya
7.      Menutup aurot.
8.      Niat.
9.      Menghadap kiblat.
b. Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :

1.      Masuk waktu sholat

2.      Menghhadap kekiblat

3.      Suci dari najis baik hadats kecil maupun besar

4.      Menutup aurat

 Shalat Jum’ah
a.    Pengertian Shalat Jum’at
Shalat jum’at ialah shalat dua rokaat yang di lakukan dengan berjamaah, setelah dilakukan dua khutbah
pada waktu Zuhur di hari jum’at. Khutbah jum’at dan shalat jum’at mempunyai hubungan yang tak
terpisahkan. Keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu, Sebelum khotib naik mimbar sering di
bacakan peraturan, bahwa pada saat khatib naik mimbar (mulai khutbah) jamaah dilarang berbicara,
berisyarat dan sejenisnya. Barang siapa melakukanya maka sia-sialah jumatanya. Shalat jum’at dapat
dilakukan di dalam kota  maupun diluar kota, seperti di masjid, di kantor, atau di lapangan yang
sekelilingnya ada penduduknya.

b.    Hukum Shalat Jum’at


Shalah Jum’at memiliki hukum fardlu ‘ain bagi laki-laki dewasa beragama islam, merdeka dan menetap
di dalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para perempuan, anak-anak, orang sakit dan budak,
solat jumat tidaklah wajib hukumnya.
    Syarat-syarat Shalat Jum’at :
1.    Diadakan pada suatu tempat di mana para jamaah shalat jum’at,
2.    Dilakukan secara berjamaah. Para ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlah minimal
jamaah. Abu Hanifah berpendapat sekurang- kurangnya 4 orang termasuk imam. Imam Syafi’i dan
Ahmad bin Hambal mempersyaratkan 40 orang laki-laki dewasa. Sedangkan Imam Malik hanya memberi
kriteria, jamaah jum’at harus mencapai jumlah yang layak untuk membentuk perkampungan,
3.    Dilakukan sepenuhnya pada waktu Dzuhur, yaitu ketika matahari tergelincir,
4.    Harus di dahului dua khutbah sebelum shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya,
Adapun syarat-sysrat khutbah adalah:
a.    Dilakukan pada waktu dzuhur,
b.    Dilakukan sebelum shalat jum’at,
c.    Berdiri bagi khotib, jika mampu,
d.    Duduk di antara dua khutbah,
e.    Suci dari hadas dan najis,
f.    Menutup aurat.

 Shalat Jamaah

a.    Pengertian Shalat Jamaah


Shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama dengan
satu orang didepan sebagai imam dan yang lainya dibelakang menjadi makmum.
Shalat jamaah termasuk salah satu keistimewaan yang diberikan dan disyariatkan secara khusus bagi
umat islam. Karena di dalamnya mengandung nilai-nilai pembiasaan diri untuk patuh, bersahabat,
berani, dan tertib aturan, disamping nilai sosial untuk menyatukan hati dan menguatkan ikatan.

b.     Hukum Shalat Berjamaah


Shalat berjamaah hukumnya sunah muakad, artinya sunah yang dikuatkan atau sunah yang sangat untuk
di kerjakan. Sehubungan dengan ini, Allah SWT. Berfirman  dalam Al Quran surah An Nisa ayat 102 yang
berbunyi:
ّ ‫ك ِم ْنهُ ْم طَاِئفَةٌ فَ ْلتَقُ ْم ال‬
َ‫صاَل ةَ لَهُ ُم فَاَقَ ْمتَ فِ ْي ِه ْم َواِ َذا ُك ْنت‬ َ ‫َم َع‬
Artinya:
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu”.(QS. An
Nisa: 102).

Di samping itu bagi orang yang mengerjakan shalat berjamaah, maka dilipat gandakan pahalanya sampai
27 kali lipat di banding dengan shalat sendiri. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:
‫صلَّى هللاِ َرسُوْ ُل ُع َم َراَ َّن ا ْب ِن ع َِن‬
َ ُ‫ قَا َل َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه هللا‬:ُ‫صاَل ة‬ َ ‫ض ُل ْا‬
َ ‫لج َما َع ِة‬ َ ‫َد َر َجةً َو ِع ْش ِر ْينَ بِ َسب ٍْع ْالفَ ِّذ‬
َ ‫صاَل ِة ِم ْن اَ ْف‬

Artinya:
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW. bersabda: “kebaikan shalat berjamaah itu melebihi shalat sendirian
sebanyak 27 derajat”.(HR. Bukhari dan Muslim)

c.    Syarat-syarat Shalat Berjamaah


Syarat-syarat berjamaah dapat di katagorikan menjadi dua; syarat yang berhubungan dengan imam dan
syarat-syarat yang berhubungan dengan ma’mum.
1.    Syarat menjadi imam

a.    Islam, karena itu adalah syarat utama dalam pendekatan diri seorang hamba kepada Allah,
b.    Akil;
c.    Baligh, merujuk hadis nasari Ali, bahwasanya Nabi muhammad SAW bersabda: “Diangkatlah pena
dari dua orang (perbuatan mereka tidak di catat sebagai kebaikan maupun keburukan): Dari orang gila
yang kehilangan kontrol atas akalnya sampai ia sadar, dari orang tidur sampai ia bangun, dan dari anak
kecil sampai ia baligh.”
d.    Laki-laki, imam sholat jamaah harus seorang laki- laki, dan wanita tidak boleh menjadi imam bagi
laki-laki,
e.    Imam haruslah orang yang mampu membaca Al-qur’an dengan baik. Dengan bahasa lain, orang
yang tidak ahli membaca Al-qur’an tidak boleh menjadi imam orang yang ahli membaca Al-quran,
karena sholat meniscayakan Al-qur’an.
2.  Syarat mengikuti jamaah bagi makmum.
a.    Tidak boleh mendahului imam, merujuk hadis Rasullah SAW:
ْ ‫اِنَّ َما ُج ِع َل ا‬
‫ال ِء َما ُم لِيُْؤ تَ َّم بِ ِه‬
Artinya: Sesungguhnya imam di tunjuk untuk diikuti.
b.    Mengetahui gerakan perpindahan imam, dengan melihat, mendengarkan atau mengikuti dari
jamaah lain jika demikian halnya maka sholat jamaahnya sah meskipun jaraknya jauh dan terhalang oleh
bangunan. Selama tidak menghalangi untuk mengetahui perpindahan gerakan imam maka tetap sah
meskipun suara imam tidak sampai ke shalat mereka bahkan meskipun tempatnya berbeda seperti
masjid dan rumah.
c.    Mengikuti imam, dalam artian bahwa gerakan ma’mum dalam sholat harus setelah gerakan imam.
Hal itu merujuk pada hadis:
Sesungguhnya imam ditunjuk untuk diikuti, maka janganlah kamu berbeda dengannya, jika ia bertakbir
maka takbirlah kalian dan jangan bertakbir jika ai ruku’ , maka ruku’ lah kalian dan jangan ruku’ dulu
sebelum ia ruku’. Jika ia berkata: Sami’allohu liman hamidah, maka ucapkanlah robbana laka al-hamid,
jika ia sujud, maka sujudlah dan jangan sujud dahulu sebelum ia sujud.
Hadis diatas menunjukan bahwa imam harus diikuti dan orang yang mengikuti tidak boleh mendahului
orang yang diikuti dan juga tidak boleh membarengi dalam tindakanya, tetapi memperhatikan dan
mengawasinya, mengikuti segala gerak-geraknya dan tidak berbeda maupun mendahului secara sama.
d.    makmum mengetahui status dan keadaan imam, apakah imamnya termasuk orang yang muqim
(penduduk setempat) atau orang musafir, jika makmum tidak mengetahui ststus dan keadaan imam,
maka tidak boleh mengikutinya.

B. DAFTAR PERTANYAAN, JAWABAN, SANGGAHAN, DAN TAMBAHAN

Penanya :

Assalamualaikum wr.wb Nama saya M. Awarifil Maarif Nim 2120192 Izin bertanya, Apa hukum shalat
makmum ketika imam memberitahukan setelah selesai shalat, bahwa dia dalam kondisi tidak berwudu
karena lupa?

Penjawab :

Assalamualaikum wr.wb saya rara dika monica 2120178 akan menjawab pertanyaan dari m awarifil ,
tentang jika imam lupa melakukan wudhu , imam solat nya tidak sah , tetapi makmum tetap sah , tetapi
jika ada makmum yang melihat imam blm wudu seharusnya mengingktkan terimakasih.

Penanya :

Assalamualaikum Ijin bertanya Nama Vina Indana Milah Nim 2120204 Bagaimana makmum jika imam
sudah selesai bacaannya dan melanjutkan gerakan berikutnya, sedangkan makmum belum
menyelesaikan bacaannya, apa yang dilakukan oleh makmum ? Terimakasih

Penjawab :

Waalaikumsalam Saya Muhammad Asa Karim (2120190) ingin nenjawab pertanyaan dari mba Vina
Indana Milah.. Dalam kondisi semacam ini, makmum disyariatkan untuk mufaraqah (memisahkan diri
dari jamaah), kemudian shalat sendiri.

Penanya :

Assalamualaikum Nama saya Aqilah Nim 2120198 Ijin bertanya Apa keutamaanya sholat jumat??
Terimakasih

Penjawab :

Waalaikumsalam Nama: Elma Apriliana (2120189) Izin menjawab pertanyaan mba Aqila , menghapuskan
dosa dan kesalahan, juga bisa meninggikan derajat seorang mukmin, bi idznillah.

Penanya :
Nama Silvi Maharani Nim 2120197 Izin bertanya, didalam syarat wajib solat kan orang yang gila tidak
wajib solat, nah apabila orang tsb gila hanya dlm waktu sebentar sesudahnya kembali waras lagi. apakah
kondisi yang spt itu diwajibkan untuk solat lagi?

Penjawab :

Assalamualaikum Nama Elma Apriliana (2120189) Akan menjawab pertanyaan dari mba Silvi Menurut
saya karena itu gilanya dalam waktu sebentar maka diwajibkan untuk sholat lagi. Kecuali apabila gilanya
itu dalam kondisi terus menerus tidak diwajibkan untuk sholat.

Penanya :

Assalamualaikum Nama saya Nafa Nur Bahaiyah NIM 2120180 Izin bertanya Bagaimana prespektif anda
tentang hukum sholat jamaah yg shaf nya berjarak dan sholat dengan menggunakan masker karena
pandemi ini ?

Penjawab :

Assalamualaiku. wr.wb , saya rara dika monica 2120178 akan menjawab pertanyaan dari nafa jika ada
seseorang yang menggunakan masker saat solat berjamaah di saat pandemi saat ini hukum nya sah
tidak apa apa karna keadaan mendesak sedang ada wabh virus untuk mengindari penyebaran virus
trsebut . terimaksih maaf jika ad jawbn yang kurang tepat.

Penanya :

Assalamualaikum Nama Fifi Khaerunisa NIM 2120186 ijin bertanya Apa yg harus dilakukan makmum
apabila imam lupa dengan rakaat?apa harus tetap mengikuti gerakan imam atau berhenti sholat?

Penjawab :

Waalaikumsalam Saya Muhammad Asa Karim (2120190) ingin menjawab pertanyaan dari mba Fifi...
Yang harus dilakukan bagi makmum laki-laki untuk mengingatkan imam yang lupa adalah dengan
mengucapkan kalimat tasbih (subhanallah). Redaksi yang dikatakan dalam kitab tersebut adalah, "Jika
seorang iman (jemaah laki-laki) lupa dalam sholat, maka makmum cukuplah bertasbih dengan niat zikir."

Assalamu'alaikum Nama Fitri Maulidiyah NIM 2120203 Ingin menambahkan jawaban mas asa dari
pertanyaan mbk fifi tadi.. Yang harus dilakukan bagi makmum laki-laki untuk mengingatkan imam yang
lupa adalah dengan mengucapkan kalimat tasbih (subhanallah). Sedangkan bagi makmum perempuan,
yang harus dilakukan ialah dengan menepukkan telapak tangan kanan kebagian atas tangan kiri dengan
syarat bisa terdengar oleh imam.

Assalamu'alaikum Nama Putri Anita Nuzulia NIM 2120210 izin menjawab pertanyaan Fifi yang kedua
yaitu bagaimana seorang makmum perempuan mengingatkan imam yang lupa ketika shalat, apakah
dengan cara yang sama dengan makmum laki-laki ? Caranya beda ,bagi makmum perempuan, yang
harus dilakukan untuk mengingatkan imam yang lupa adalah dengan cara menepukkan telapak tangan
kanan kebagian atas tangan kiri. Tetapi, tepukan tangan tersebut cukup menghasilkan suara yang bisa
didengarkan oleh imam shalat. Yang perlu diingat ,bahwa gerakan atau ucapan lain di dalam shalat bisa
saja membatalkan salat. Oleh karena itu, kita melakukannya harus dengan mengingat Allah bukan
dengan bermain-main (bercanda). Terimakasih ,maaf jika kurang tepat.

Nama Muhamad Khoirudin Nim 2120193 Saya ingin menyanggah jawaban muhammad Asa Karim
mengenai pertanyaan yang fifi ajukan. Apabila makmum tidak mengucap kalimat tasbih(jemaah laki-
laki), bagaimana hukumnya ? Sementara seorang imam yakin dengan rakyatnya.

Saya Muhammad Asa karim 2120190 akan menjawab sanggahan dari mas Jema Mahe ( M.Khoiruddin).
Kalau imam menambah rukun karena lupa, seperti kalau berdiri pada rakaat kelima dalam shalat empat
rakaat misalnya, atau menambah sujud, maka makmum wajib mengingatkannya. Kalau tidak kembali,
maka (makmum) tidak diperkenankan mengikutinya. Maka dia tetap duduk dan bertasyahud serta
salam. Kalau dia mengikuti dan tahu ini adalah rakaat kelima, maka shalatnya batal. Kalau dia mengikuti
karena tidak tahu atau lupa, maka shalatnya sah.

Penanya :

Assalamualaikum Nama Tsania Rizka Arifatul A'silah Nim 2120187 Izin bertanya Bagaimana hukumnya
jika sholat jamaah untuk jamaah laki-laki dan jamaah perempuan shof nya bersebelahan?

Penjawab :

Assalamualaikum Nama Elma Apriliana (2120189) Izin menjawab pertanyaan dari mba tsania Jika kondisi
atau tempat tersebut tidak memungkinkan atau darurat ya brrti tidak apa2 menurut saya, mohon maaf
jika jawaban saya kurang tepat ,mohon maaf

Nama : Nafa Nur Bahaiyah(2120180) izin menambah jawaban dari pertanyaan mbk Tsanina hukumnya
jika jamaah laki" dan pr shofnya bersebelahan hukum nya tidak apa" jika memang terkendala tempat
yang tidak memungkinkan jamaah pr dibelakang jamaah laki" dan lebih baik lagi antara jama'ah laki" dan
jamaah perempuan dikasih satir atau penghalang

Penanya :

Assalamu'alaikum Nama Fitri Maulidiyah NIM 2120203 Izin bertanya, shalat Jum'at adh shalat yang
dikerjakan pd waktu dzuhur(biasanya 11.45-13.00). Bagaimana jka ada sekelompok laki2 yang telah
memenuhi syarat namun udzur pada jam itu sehingga mereka terlambat dan setelah udzur selesai
ternyata masih masuk waktu dzuhur, apakah mereka wajib menunaikannya(walau sdh pukul 14.00)?

Penjawab :

Waalaikumsalam Saya Muhammad Asa Karim (2120190) ingin menjawab pertanyaan dari mba Fitri
Maulidiyah... Menurut saya tidak apa apa tidak melakukan sholat Jum'at karena sudah udzur (sudah tua)
, itu kan kemungkinan sudah tidak bisa pergi ke masjid jadi bisa digantikan dengan sholat Dzuhur
dirumah .

Penanya :
Assalamu'alaikum Saya Ely Awaliyah (2120176) Izin bertanya Syarat untuk salat Jumat dalam makalah
katanya terdapat 9 syarat, tetapi yang tertulis hanya satu, yaitu pertama yang sah caranya atau benar
melaksanakan salat Jumat ialah orang Islam tidak sah atau benar salat Jumat atas orang kafir asli atau
murtad, itu maksudnya seperti apa ya?? Terimakasih, mohon penjelasannya

Penjawab :

saya rara dika monica 2120178 akan menjawab pertanyaan dari ely awaliyah , maaf seperti yang kita
ketahui setiap manusia itu terlahir dengn beragama isalam, yang nenjadikan seseorang kafir itu kedua
orang tuanya atau bisa disebut sebagai kafir asli . sedangkan orang murtad adalh orang yang tadinya
beragama islam kemudian ia keluar dari agama islam, jadi dari definisi tersebut dapat di simpulkan
bahwa solat jumat atas orang yang kafir asli atau murtad itu tidak di boleh kan karena telah berbeda
keyakinan atas agama islam.

Penanya :

Assalamu'alaikum wr wb Nama Muhammad Syahrul Aziz Nim 2120173 Izin bertanya, sekarang itu kan
sering misalnya ada orang yg memakai aksesoris seperti sajadah dll. Tapi kadang ukuran sajadah itu
tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya atau bisa dikatakan lebih besar dari tubuh nya. Sampai "
Temannya ketika menggelar sajadah sungkan untuk menginjak sajadah tersebut dan otomatis shaf
nampak ada celah. Terus apa hukum nya tindakan tersebut dan boleh kah orang lain /makmum yg
berada di samping nya menumpang di atas sajadah besar milik orang tersebut. Tolong jawaban dan
penjelasan nya? Terima kasih

Penjawab :

saya rara dika monica 2120189 akan menjswab pertanyaan dari aziz , seperti yang kita ketahui bahawa
kerapatan shaf adalah salah satu bentuk untuk menyempurnakan sholat, jikalaau terdapat shaff yang
demikian maka sholat nya tidak sempurna dan jika untk hukum sah nya solat secara fiqih tidak
mempengaruhinya, keudian untuk masalah makmum menumpang sajadah orang lain itu salah satu
upaya untuk menyempurnakan shalat maka jadi hukumnya boleh terimakasih mohon maaf jika jwbn nya
kurang tepat

Assalamu'alaikum Nama Agnes Aprillia Putri Nim 2120188 Izin menambah jawab Rara dari pertanyaan
Aziz Haram, karena setiap jemaah sholat berjamaah sebetulnya sudah mempunyai ruang untuknya
melakukan sholat. Dengan kata lain, sajadah yang lebar membuat ruang yang seharusnya menjadi
tempat bagi jemaah lain justru diambil haknya. Gugur hukum haram jika orang yang membawa sajadah
tersebut mempersilakan orang lain sholat di sampingnya. Bisa juga si pemilik sajadah melipat sedikit
sajadahnya agar shafnya bisa berdekatan. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai