Anda di halaman 1dari 8

Materi Sholat

Oleh : Lulu’ah Zulfa Humam


NIM : 21150441
A. Pengertian Sholat
Shalat secara etimologi berarti do’a, sedangkan secara lahiriah beberapa
ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan
syarat yang telah ditentukan. Lebih lanjut Hasbi Asy Syidiqi meyampaikan bahwa
sholat berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nya. Menurut Assayuthi, shalat merupakan salah satu sarana komunikasi antara
hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’. Menurut Haryanto shalat merupakan rangkaian ucapan
dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
dalam sehari semalam terdiri dari shalat subuh, shalat dzuhur, shalat ashar, shalat
maghrib dan shalat isya.
B. Hukum Shalat
Berdasarkan al-Qur’an, al-Hadits dan konsensus ulama’ (Al-ija’) hukumnya
shalat adalah wajib. Allah berfirman di dalam Qur’an suci surat an-Nisa’ ayat 103
yang berbunyi sebagai berikut :
‫ََنى واْ قُْو كِّكْوَن كِ تًٰتا مّ وُْق وًْتا‬ ‫ّ تََْ ن ِناَ و‬
‫نْ ن‬ ‫ا مكّ اْ م‬
“sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang beriman.” (QS. An-Nisa’: 103)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedisipilinan melaksanakan shalat
wajib adalah suatu kepatuhan dan kesanggupan menjalankan ibadah shalat dalam
sehari semalam sebanyak lima kali dan harus dikerjakan pada waktunya masing-
masing dengan tidak meninggalkan satupun waktu sholat.
C. Syarat Sah Sholat
Syarat sahnya salat adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum kita
mengerjakan salat. Apabila ada sedikit yang tertinggal darinya maka salat itu
dianggap tidak ada atau menjadi batal karenanya.
Syarat-syarat wajib salat yaitu:
(1) Islam. Dengan syarat ini maka orang kafir tidak wajib mengerjakan salat;
(2) Berakal. Orang gila tidak terbebani kewajiban salat;
(3) Balig. anak-anak tidak terbebani salat sampai menginjak usia balig. Namun
sebagai ajang latihan mereka tetap diperintahkan mengerjakannya;
(4) Masuk waktunya. Salat tidak wajib ditunaikan sampai tiba waktunya, artinya salat
itu mempunyai waktu tertentu. Sebagaimana Malaikat Jibril pernah turun, lalu
mengajarkan Nabi tentang waktu-waktu salat;
(5) Suci dari haid dan nifas. Dengan demikian wanita yang sedang haid dan nifas
tidak terbebani kewajiban salat sampai suci.
(6) Menutup aurat. Tidak sah salat seseorang yang dikerjakan dengan membuka aurat,
karena fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat. adapun batasan aurat bagi laki-
laki yaitu mulai dari pusar sampai dengan lutut, sedangkan batasan aurat bagi
perempuan yaitu seluruh anggota tubuh selain muka dan kedua telapak tangan;
(7) Menghadap kiblat. Tidak sah salat yang dikerjakan tidak menghadap kiblat.
Namun, orang yang tidak bisa menghadap kiblat karena kondisi takut, sakit, atau
lainnya maka syarat ini tidak berlaku. Orang yang sedang melakukan perjalanan boleh
mengerjakan salat diatas kendaraannya sesuai arah jalan yang dituju baik kiblat atau
selainnya.
D. Rukun Sholat
Salat mempunyai rukun, sehingga apabila salah satunya dari rukun ini tidak
ada maka salatnya belum dianggap sempurna dan dianggap batal dalam pandangan
syariat. Rukun-rukun Salat, yaitu:
1. Berdiri ketika salat fardhu bagi yang mampu. Tidak sah salat fardhu yang
dikerjakan sambil duduk dalam kondisi mampu berdiri. Ulama bersepakat bahwa
orang yang sakit tidak terbebani kewajiban mengerjakan salat dengan duduk;
2. Niat. Yaitu ketetapan hati untuk melaksanakan salat;
3. Takbiratul Ihram. Yaitu mengucapkan lafazh Allahu Akbar;
4. Membaca surah al-Fatihah pada setiap raka’at salat. Namun membaca al- Fatihah
itu tidak berlaku bagi seorang makmum dibelakang imam yang membaca al-Fatihah
dengan jahr, karena kewajibannya adalah mendengarkan bacaan imam. Apabila imam
membacanya dengan suara pelan, maka makmum wajib membacanya;
5. Rukuk. Batas minimal yang dianggap cukup untuk rukuk adalah mencondongkan
tubuh hingga kedua tangan menyentuh kedua lutut. Lalu berdiam diri sejenak dengan
tenang hingga menenangkan sendisendi dan beristirahat sejanak;
6. Bangun dari rukuk (i’tidal);
7. Sujud;
8. Bangun dari sujud (duduk diantara dua sujud);
9. Duduk tasyahud akhir, dirakaat terakhir salat, setiap orang harus melakukan duduk
tasyahud akhir sebelum salam;
10. Membaca tasyahud akhir;
11. Membaca shalawat bagi nabi muhammad saw;
12. Salam. Ucapan salam minimal yang dianggap cukup adalah Assalamu’alaikum.
Sedangkan, lafal salam paling sempurna dan paling utama adalah ucapan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. Baik saat menoleh ke kanan,
maupun saat menoleh ke kiri;
13. Tertib sesuai urutan dan rukun salat. Tidak boleh membaca al-Fatihah sebelum
bertakbiratul ihram, dan tidak boleh bersujud sebelum rukuk. Karena gerakan salat
telah ditentukan oleh Rasulullah saw. dan telah diajarakan kepada para sahabat.
E. Tata cara sholat
Tata cara sholat yaitu :
1) Niat ikhlas karena Allah,
2) Menghadap kiblat,
3) Berdiri tegak bagi yang mampu. Bagi yang tidak mampu bisa dengan cara duduk
atau berbaring,
4) Mengangkat kedua tangan sejurus bahu, serta mensejajarkan ibu jari pada daun
telinga, sambil membaca Allahu Akbar,
5) Bersedekap dengan cara meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri
beserta pergelangan dan lengan di atas dada,
6) Membaca doa iftitah,
7) Membaca ta’awudz secara lirih (sirr),
8) Membaca basmallah, boleh secara lirih (sirr) maupun secara keras (jahr),
9) Membaca surat al-Fatihah dan membaca “amin”,
10) Membaca salah satu surat dalam al-Qur’an,
11) Mengangkat kedua belah tangan dengan bertakbir (seperti dalam takbir permulaan)
untuk melakukan ruku’,
12) Saat ruku’, punggung sejajar dengan leher, dan kedua tangan memegang lutut,
13) Membaca doa,
14) Bangun dari rukuk, mengangkat kedua belah tangan dengan bertakbir,
15) Bertakbir untuk sujud dengan meletakkan kedua lutut dan jari kaki di atas lantai
(tanah), lalu kedua tangan, kemudian dahi dan hidung. Dengan menghadapkan ujung
jari kaki ke arah kiblat serta meranggangkan tangan dari lambung dengan mengangkat
kedua siku,
16) Kemudian duduk diantara dua sujud membaca doa,
17) Sujud kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca do’a seperti do’a pada sujud
pertama,
18) Membaca doa tasyahud dan salawat,
19) Pada setiap tahiyat akhir, baik sholat dua, tiga atau empat rakaat, membaca doa
20) Mengucapkan salam dengan berpaling ke kanan dan ke kiri sampai pipi
kanan dan kiri terlihat dari belakang serta dengan membaca salam.
F. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran meliputi;
a. Amanah, bentuk capaiannya untuk mematuhi peraturan pada gurunya dengan
masuk masjid mendahulukan kaki kanan terlebih dahulu, meluruskan barisan sholat
dan setelah selesai melakukan sholat maka sajadah yang digunakan dikembalikan
pada tempatnya.
b. Amal sholeh, bentuk pencapaiannya berperilaku dengan ketaatan saat
melaksanakan ajaran agama dengan melakukan sholat fardhu secara berjamaah.
Pelaksanaanya yaitu anak-anak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sholat
fardhu.
c. Beriman dan bertakwa, bentuk capaiannya yaitu terbiasa membaca doa dengan
membaca doa masuk masjid, membaca doa sebelum melaksanakan sholat, membaca
istighfar, setelah sholat berdo’a untuk kedua orang tua. Untuk mengetahui capaian ini
keberhasilan setiap anak berbeda-beda untuk doa-doa yang sedikit lebih panjang
anak-anak belum benar-benar menguasai jadi masih perlu pendampingan.
d. Bersyukur, bentuk capaiannya selalu mengucap terimakasih dan hamdhalah dengan
mengucap alhamdhulillah setelah menyelesaikan sholat dan berterimakasih dengan
temannya untuk pembagian tempat sholatnya.
e. ikhlas, dengan bentuk capaian mengerjakan gerakan sholat fardhu sampai dengan
selesai. Anak-anak diajari bagaimana mengikuti gerakan sholat fardhu tanpa pernah
mengeluh dan bermalas-malasan.
f. Jujur, bentuk capaian selalu berkata benar dengan menjawab pertanyaan sebelum
sholat dengan benar dan tidak berbohong seperti “apakah tadi pagi sudah melakukan
sholat subuh?” dan ikut melaksanakan sholat karena ada yang mencatat apa yang kita
lakukan.
g. Sabar, bentuk capaian terbiasa menahan diri agar tidak marah dengan tidak marah-
marah ketika tempatnya sholat digunakan oleh orang lain atau melaksankan sholat
tidak disamping temannya.
G. Strategi dan Proses Pembelajaran
Terkait dengan pembelajaran siswa ada rancangan yang harus diperhatikan
sebagai berikut :
a) Pembelajaran dilakukan dengan lingkungan nyata untuk memungkinkan untuk
memahami, berkarya dan melakukan kegiatan nyata.
b) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik anak didik dan
materi yang akan disampaikan.
c) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan yang memungkinkan
anak didik memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas dan mendalam.
d) Penilaian hasil belajar anak didik, dilakukan secara formatif sebagai diagnosis
untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan.
Dalam menggunakan metode tidaklah ada batasannya, yang terpenting adalah
bagaimana pengajaran dapat terlaksana dengan memberi pemahaman kepada murid
dan tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pengajaran sholat pada anak berdasarkan
tingkat perkembangannya, ada beberapa metode yang dapat dilakukan, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Keteladanan Salah satu sifat dari anak adalah suka meniru. Dalam hal ini meniru
apa yang dilihatnya (Zein 1995, 224). Sifat meniru pada anak ini dapat kita
optimalkan dengan cara memberikan teladan kepada anak. Anak suka meniru apa
yang ia lihat, maka sebagai pengajar atau orangtua yang hendak mengajarkan sholat
pada anak hendaknya mengajak dan memberikan contoh kepada anak. Seperti
mengajak anak ke masjid ketika sholat, dapat kita lakukan dengan mudah setiap hari.
Dengan metode keteladanan ini, anak secara tidak langsung akan melihat orangtua
melakukan sholat secara rutin dan akan tertanam dalam memori anak. Dari sinilah
akan muncul kesadaran melalui keteladanan bahwa sholat merupakan suatu
kebutuhan yang harus dilaksanakan secara rutin. Terlebih lagi jika keteladanan ini
diiringi dengan ajakan orangtua kepada anak untuk melakukannya bersama mereka.
2. Pembiasaan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih anak sholat
adalah melalui pembiasaan pada anak. Adapun perbuatan-perbuatan yang dapat
diajarkan kepada anak melalui pembiasaan adalah dengan membiasakan anak untuk
sholat lima waktu dan sholat sunah yang lain, serta membiasakan anak agar selalu
dalam lingkungan yang baik. Pembiasaan yang dilakukan kepada anak secara terus-
menerus secara tidak langsung akan menanamkan kebiasaan. Ketika anak tidak
melaksanakan kebiasaannya, maka akan timbul rasa kekurangan bahkan kehilangan
kegiatan yang biasanya anak lakukan. Dengan demikian, sholat akan menjadi
kebiasaan yang dilakukan anak secara terus-menerus.
3. Nasihat. Di dalam jiwa manusia terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-
kata yang didengarnya (Qutb 1984, 334). Nasihat ini bisa dilakukan atau diterapkan
kepada siswa. Sesuai dengan karakteristik siswa, nasehat bisa dilakukan dengan
menggunakan cerita-cerita, dongeng-dongeng, atau pun dengan memberikan nasihat
secara langsung kepada anak.
4. Perhatian dan Pemantauan kepada anak merupakan salah satu pondasi pendidikan
yang paling utama. Seorang anak senantiasa menjadi fokus perhatian dan pemantauan,
dengan cara mengikuti semua kegiatan atau aktivitas anak. Begitupun dengan sholat,
orangtua harus memberikan perhatian penuh terhadapat proses pendidikan sholat anak
sekaligus memantau kegiatan sholatnya. Metode perhatian ini juga biisa berupa pujian
dan penghargaan (Jauhari Mukhtar 2005, 21). Dengan demikian, orangtua dapat
memberikan pujian dan penghargaan kepada anak ketika melaksanakan sholat lima
waktu, baik berupa kata-kata pujian atau pun dengan memberikan hadiah kepada anak.
Dari sinilah, anak merasa diperhatikan dan dihargai usaha belajarnya menjalankan
sholat.
5. Hukuman. Bila teladan dan nasehat tidak mampu mendidik anak untuk sholat,
maka tindakan tegas harus dilakukan pada saat itu juga sehingga anak akan
melaksanakan kewajibannya dan menjadikan kebiasaan dimasa yang akan datang.
Tindakan tegas ini bisa dilakukan dengan hukuman ringan. Memberikan hukuman
ringan merupakan salah satu cara syariatkan dan termasuk juga salah sat cara yang
berhasil, yang sesekali perlu dilakukan di dalam proses pendidikan.
6. Malatih berulang-ulang
Melatih gerakan dan bacaan shalat pada anak didik usia dini hendaknya dilakukan
dengan cara berulang-ulang. Semakin sering mendapatkan stimulus tentang gerakan
shalat, apalagi diiringi dengan pengarahan tentang bagaimana gerakan yang benar
secara berulang-ulang maka anak didik semakin mampu melakukannya. Begitu juga
dengan bacaan shalat, semakin sering di dengar oleh anak didik maka semakin cepat
anak didik hafal bacaan shalat tersebut.
7. Suasana nyaman dan aman. Menciptakan suasana belajar shalat yang memberikan
rasa aman dan menyenangkan bagi anak didik dalam menerima seluruh proses
pendidikan shalat yang diselenggarakan. Pengarahan tentang bagaimana tata cara
shalat yang benar kita ajarkan kepada anak didik setelah proses shalat berlangsung.
8. Tidak membanding-bandingkan secara fisik. Semakin bertambah usia anak didik
maka semakin mampu melakukan gerakan-gerakan motorik dari yang sederhana
sampai yang komplek. Namun perlu diperhatikan adanya keunikan setiap anak didik.
Bisa jadi tahapan perkembangan gerakan motorik antara anak didik satu dengan yang
lain berbeda. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk memperhatikan perkembangan
anak didik, dan tidak membanding-bandingkan dengan anak didik yang lain.

Kesimpulan
Pada usia 7 tahun, anak sudah bisa dan harus mulai dilatih untuk mengerjakan
sholat dan diberikan pendidikan secara intensif tentang sholat melalui metode-metode
yang memudahkan anak dalam memahami sholat. Hal ini dilakukan sampai anak
menginjak usia 10 tahun. Ketika anak sudah menginjak usia 10 tahun, maka wajib
hukumnya untuk mengerjakan sholat, apabila meninggalkannya sesuai hadis Nabi
SAW, maka pukullah dengan pukulan yang tidak melukainya. Dalam menjalankan
pendidikan sholat kepada anak, hendaknya orangtua dan guru mengajarkan secara
keseluruhan makna sholat, hukum sholat, syarat sah sholat, rukun sholat, tata cara
sholat dan bagaimana strategi yang tepat untuk mengajarkan sholat kepada anak.
Daftar Pustaka
Cindy, Eni. (2020). Manajemen Islamic Culture Melalui Pembiasaan Sholat
Dhuha Berjamaah Dalam Meningkatkan Karakter Kedisiplinan Siswa, Manazhim :
Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan Volume 2, Nomor 2
Moch. Yasyakur. (2016). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu, Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam Vol.05
Ulfiani, Nur. (2021). Pengalaman Nilai Tauhid Uluhiyah dalam Ibadah Salat
pada Remaja, Sipakalebbi Vol 5 /No.1
Faozan Ahmad. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Komik Rukun
Salat untuk Siswa Sekolah Dasar, E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. 7 Nomor
3
Mujiyono. (2018). Implementasi Sholat Fardhu dalam Himpuanan Putusan
Tarjih
Risdianto Hermawan. (2018). Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini
Perspektif Hadis Nabi Muhammad SAW, Insania, Vol. 23, No. 2

Anda mungkin juga menyukai