Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SHOLAT

Dosen Pengampu :

Atik Fikri Ilyas, Lc,M.A , Arif Marsal, Lc.,M.A

Disusun oleh:

Zakiyul Fahmi 11950115237

Zul Azis Khan 11950111754

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah dengan
judul “ Sholat” ini. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.

Terima kasih kepada Yth. Atik Fikri Ilyas, Lc,M.A dan Arif Marsal, Lc.,M.A selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Fiqih ini, yang mana beliau telah membimbing dan
memberikan tugas ini kepada kami, agar kami dapat mengetahui bagaimana seorang muslim
paham tentang sholat yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi
penyempurnaan untuk masa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita
kembalikan semua urusan dan dengan segala kerendahan hati. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, Aamiin.

Pekanbaru, 29 September 2021

Kelompok 2

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sholat menurut arti bahasa adalah doa dan pada awalnya merupakan istilah
untuk menunjukkan makna dari doa secara keseluruhan, namun semakin mengikuti
zaman kemudian berubah menjadi istilah secara khusus. Sehingga yang pada awalnya
berasal dari kata doa kemudian di pindah artikan kepada pemahaman shalat
berdasarkan syariat. Shalat di wajibkan atas dasar Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’
Ummat bagi semua umat muslim yang baligh dan berakal kecuali bagi wanita yang
haid dan nifas, ada lima shalat yang Alloh wajibkan bagi hambanya, bagi siapa yang
menunaikannya dan tidak mengabaikanya dengan sikap menyepelekan maka Alloh
berjanji akan memasukkannya ke dalam surga. (Sa’id, 2008).
Mengingat ibadah sholat adalah wajib dan menjadi keharusan semua orang
baik dari usia baligh hingga lansia sebelum dia meninggal tetap melaksanakannya.
Kududukan shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang menempati posisi
penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah apapun juga, shalat sebagai tiang
agama, amal yang paling pertama di hisab, pilar kedua setelah syahadat dan dalam
garis besarnya di bagi menjadi dua yaitu shalat fardhu atau diwajibkan dan sunnah
atau tidak diwajibkan.

1.2 Rumusan Masalah

Apa Definisi dari Sholat?

a. Bagaimana Tata cara Sholat yang sesuai dengan Sunnah?

3
Apa saja yang dapat merusak atau membatalkan Sholat?
b. Jelaskan pengertian dari sholat wajib dan sholat sunnah?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sholat

Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan


bahwa shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan
dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam,dengan
syarat tertentu.1
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan
peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam
(taslim). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat-
syarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam.
Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat
merupakan menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini
maka, shalat dapat menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan
segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.2

Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in (Surabaya: Al-Hidayah, 1996),hlm. 47

2
Di samping shalat wajib yang harus dikerjakan, baik dalam keadaan dan
kondidi apapun, diwaktu sehat maupun sakit, hal itu tidak boleh ditinggalkan,
meskipun dengan kesanggupan yang ada dalam menunaikannya, maka disyariatkan
pula menunaikan shalat sunah sebagai nilai tambah dari shalat wajib.

B. Tata Cara sholat sesuai Sunnah

C. 1. Syarat wajib shalat

1. Beragama Islam

2. Sudah balig

3. Berakal sehat

4. Suci dari hadas dan najis

5. Menghadap kiblat

6. Mengetahui masuknya waktu salat

7. Mengerti syarat, rukun, dan sunah salat

D. 2. Rukun Shalat

Rukun salat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan membentuk
hakikat salat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka salat pun tidak teranggap
secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.
1. Berdiri bagi yang mampu.
2. niat dalam hati
3. Takbiratul ihram.

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009),
h.145

5
4. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.
5. Rukuk dan tuma’ninah.
6. Iktidal setelah rukuk dan tumakninah.
7. Sujud dua kali dengan tumakninah.
8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah.
9. Duduk tasyahud akhir
10. membaca tasyahud akhir.
11. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.
12. Membaca salam yang pertama.
13. Tertib melakukan rukun secara berurutan.

a. Berdiri dan Takbiratul Ihram

1. Niat salat
2. Berdiri Tegak
Pandangan mata mengarah ke tempat sujud bagi yang mampu. Bagi yang tidak
mampu atau memiliki kekurangan fisik dan penyakit tertentu yang membuatnya tidak
sanggup berdiri, maka bisa lakukan dengan dukuk. Jika masih tidak mampu, bisa
dilakukan dengan cara berbaring.
3. Takbiratul Ihram
Mengucapkan Takbir “Allahu akbar” ketika mengawali ibadah sholat. Angkat
kedua tangan sejajar pundak atau telinga, hadapkan telapak tangan ke arah kiblat, dan
ucapkan Allahu akbar. Bersedekap, dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas
punggung telapak tangan kiri, atau di atas pergelangan atau lengan tangan kiri.
4. Membaca doa iftitah pada rakaat pertama
5. Membaca Surat al-Fatihah dan surat Al-Qur'an.

b. Rukuk

Mulai rukuk dengan mengangkat kedua tangan sejajar pundak atau telinga,
ucapkan Allahu akbar sambil bergerak turun. Letakkan telapak tangan di lutut, dengan
posisi mencengkeram, jari-jari direnggangkan, dan siku agak dibentangkan.

Punggung lurus, kepala lurus dengan punggung, dan lakukan dengan


thumakninah. Baca bacaan rukuk:
Subḥāna rabbi al-ʿadhīm (3x).

atau

subhaana robbiy al ‘azhimi wa bi hamdihi (3x)

atau

subhaanakallohumma robbanaa wa bihamdika, allohummaghfirli

c. Bangun dari ruku’ dan I’tidal

Dianjurkan untuk memperlama berdiri i’tidal dan bersikap tenang sambil


membaca “samiallahu liman hamidah, rabbana lakal hamdu”.

d. Sujud

Setelah i’tidal, gerakan selanjutnya adalah sujud. Turunkan badan menuju


sujud sambil bertakbir: Allahu akbar dan letakkan tangan sebelum berlutut. Sujud
dengan bertumpu pada 7 anggota badan: wajah (kening dan hidung), dua telapak
tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki.

Posisi jari tangan dirapatkan menghadap kiblat, telapak tangan sejajar pundak
atau sejajar telinga. Tangan dibentangkan ke samping, punggung posisi tengah dan
kaki hampir menyiku. Tenang dan bacalah doa sujud:

Subhaana robbiyal a’laa (tiga kali)

atau

Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdih. (tiga kali)

atau

Subhaa-nakallahumma robbanaa wa bihamdika, allahummaghfir-lii.

e. Iftirasy dan Tasyahhud awal

Iftirasy atau duduk diantara dua sujud dilakukan setelah bangkit dari sujud
pertama. Bangkit dari sujud sambil membaca takbir: Allahu akbar, kemudian duduk
iftirasy. Punggung tegak, letakkan telapak tangan di atas paha atau lutut, posisi jari
agak renggang sambil membaca doa:

7
"Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aaifinii
wa'fuanii"

Kemudian bergerak turun sambil bertakbir. Dan sujudlah sebagaimana cara


yang pertama. Bangkit dari sujud, tanpa membaca takbir, lakukanlah duduk istirahat
sejenak, dengan posisi duduk iftirasy.

Kemudian berdiri ke rakaat berikutnya dengan bertumpu pada kedua tangan,


sambil bertakbir. Berdirilah sempurna dan langsung sedekap. Lakukan seperti yang
anda lakukan pada rakaat sebelumnya.

Setelah anda mendapatkan dua rakaat, bertakbir kemudian duduk tasyhud


awal. duduk iftirasy, letakkan telapak tangan di atas paha atau lutut, posisi jari agak
renggang, acungkan jari telunjuk tangan kanan.

Baca doa tasyahud awal:

“At tahiyyaatu lillaah was shalawaatu wat thayyibaatu. As salaamu ‘alaika


ayyuhannabiyyu warahmatullah wabarakaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘ala
ibaadillahis shaalihiin. Asyhadu an laailaaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan
abduhu wara suuluh”

Dianjurkan untuk ditambah dengan bacaan shalawat. Setelah selesai, bangkit


dengan membaca Allahu akbar. Dan setelah sempurna berdiri angkatlah kedua tangan
dan bersedekaplah.

f. Tasyahhud akhir

Setelah di rakaat terakhir, duduk tasyahud akhir dengan posisi tawarruk. Posisi
tangan di atas paha, acungkan telunjuk tangan kanan. Bacalah tasyahud akhir dan
shalawat.

At_Tahiyyaatul Mubaarakaatush Shalawaatuth Thoyyibaatulillaah.


As_Salaamu’Alaika Ayyuhan Nabiyyu Wa Rahmatullaahi Wabarakaatuh,
Assalaamu’Alaina Wa’Alaa Ibaadillaahishaalihiin.

Asyhaduallaa Ilaaha Illallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammad Rasuulullaah.

Allaahumma Shalli’Alaa Muhammad, Wa’Alaa Aali Muhammad. Kamaa


Shallaita Alaa Ibraahiim Wa Alaa Aali Ibraahiim.

Wabaarik’Alaa Muhammad Wa Alaa Aali Muhammad. Kamaa Baarakta Alaa


Ibraahiim Wa Alaa Aali Ibraahiim, Fil’Aalamiina Innaka Hamiidum Majiid.”

g. Salam,

menoleh ke kanan sampai kelihatan pipi kanan dari belakang. Dan salam ke kiri
sampai kelihatan pipi kiri dari belakang. Baca istighfar dan lanjutkan berdzikir.
E. Hal-hal yang dapat merusak dan membatalkan Sholat

Berikut ini 10 hal yang membatalkan sholat dan wajib diketahui oleh semua
umat Islam. Simak ulasannya berikut ini.
Sholat merupakan salah satu ibadah wajib untuk dilaksanakan oleh setiap umat
Islam. Terlebih sholat merupakan rukun Islam kedua. Sebuah hadist menyatakan
bahwa betapa pentingnya sholat bagi setiap umat Islam.
Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Inti
(pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dalam melaksanakan ibadah sholat, kita harus memperhatikan beberapa
perilaku atau tindakan yang membatalkan sholat. Penting untuk dilakukan agar sholat
sah dan dapat diterima oleh Allah SWT. Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al
Baqarah ayat 238: "Peliharalah semua sholat dan sholat wustha. Dan laksanakanlah
(sholat) karena Allah dengan khusyuk." (QS: Al Baqarah: 238).
Lantas apa saja hal yang dapat membatalkan sholat yang wajib untuk
diketahui? Simak daftar 10 hal yang dapat membatalkan sholat berikut ini. Hal yang
Membatalkan Sholat
1. Dalam keadaan hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil seperti melakukan hal
yang membatalkan wudhu dan hadas besar misalnya haid, nifas maupun dalam
keadaan junub.
2. Sebagian aurat terbuka saat sholat.
3. Mengkonsumsi makanan dan minuman saat sholat.
4. Terdapat najis pada badan maupun pakaian.
5. Bergerak hingga lebih dari tiga kali berturut-turut.
6. Melakukan gerakan yang besar seperti melompat dan memukul.
7. Mendahului maupun terlambat mengikuti gerakan sholat imam sampai dua rukun.
Contohnya ketika imam masih dalam keadaan sujud, makmum sudah bangun dari
sujud.
8. Memiliki niat membatalkan sholat dengan kondisi tertentu.

9
9. Mengurangi rukun sholat.
10. Tertawa dengan keras, berdahak, batuk tanpa disengaja.
Itulah informasi singkat mengenai 10 hal yang membatalkan sholat. Semoga
pembahasan berikut ini dapat menambah wawasan dan keimanan kita agar terus
menjaga sholat dengan sempurna serta menjauhi segala larangan oleh Allah SWT.

F. Sholat wajib dan sholat sunnah

G. Sholat Wajib

Shalat lima waktu adalah sholat fardhu (sholat wajib) yang dilaksanakan lima


kali sehari. Sholat Fardu adalah salat dengan status hukumFardu,
yakni wajib dilaksanakan. Salat Fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua
golongan yakni: Fardhu 'Ain yakni yang diwajibkan kepada individu.

Macam-macam sholat wajib:

1)  Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam (+
pukul 19:00 s/d menjelang fajar) yang diiringi dengan sholat sunnah
qobliyah (sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.

2)  Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10) yang
hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah dilarang

3)   Sholat Dzuhur yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua
kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at
matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi
dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at
atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).
4)    Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua
kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah
matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya
diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu kali
salam).

5)   Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua


kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah
matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua
raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah
qobliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin dilakukan, tapi bila tidak jangan (karena
akan kehabisan waktu)

H. Sholat Sunnah

Sholat sunnah atau sholat nawafil (jamak: nafilah) adalah sholat


yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak
berdosa bila ditinggalkan dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan
benar serta penuh ke ikhlasan akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah
SWT yang begitu indah.

Macam-macam sholat sunah:

1. Shalat Sunah Tahajud

Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di


antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah
rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak  terbatas. Saat hendak
kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq dan
surat an-nas.

2.      Shalat Sunah Dhuha

11
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara
pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha
minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua
roka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala
hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat
surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.

3.      Shalat Sunah Istikharah

Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan


petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari
dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan
menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan
akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa
yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan:         
- memilih jodoh suami/istri     
- memilih pekerjaan    
- memutuskan suatu perkara  
- memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya           
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunah,
shodaqoh, zikir, dan amalan baik lainnya.

4.      Shalat Sunah Tasbih

Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak


memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah
rokaatnya adalah empat rokaat salam salam, sedangkan jika malam hari dengan
dua salam.

5.      Shalat Sunah Taubat

Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang


ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
dengan bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya
tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, shodaqoh
dan sholat.

6.      Shalat Sunah Hajat

Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh


Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat dan
maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka'at, namun
lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

7.      Shalat Sunah Safar

Shalat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum


bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti
pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan
utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari
Allah SWT.

8.   Shalat Sunah Rawatib.

Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang


sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan
penambal shalat fardhu yang mungkin kurang khusu atau tidak tumaninah.

9.   Shalat Sunah Istisqho’

Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan


secara berjamaah saat musim kemarau.

10.  Shalat Sunah Witir.

13
Shalat sunah witir dilakukan  setelah sampai sebelum fajar. bagi yang
yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam
setelah shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. biasa dilakukan
sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat pertama salam dan
dilanjutkan satu rakaat lagi[3].

11.  Shalat Tahiyatul Masjid.

Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.


Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia
duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.

12.  Shalat Tarawih.

Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya


sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan
sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.

13. Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri).

Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri
adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan
tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1
syawal jadi waktu shalat telah habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau
tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

14. Shalat Dua Gerhana.

Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan[4]. Shalat
kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw.
Yang artinya :
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian
seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian menyaksikan itu,
hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).

15. Sholat Rawatib.

Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah
dholat fardu. Seluruh dari sholat rawatib ini yaitu ada 22 rakaat, yaitu :

 2 rakaat sebelum sholat subuh (sesudah sholat subuh tidak ada sholat sunah
ba’diyah).

 2 rakaat sebelum sholat zuhur. 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur.

 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum sholat ashar, (sesudah sholat ashar tidak ada
sholat ba’diyah).

 2 rakaat sesudah sholat maghrib.


 2 rakaat sebelum sholat isya.
 2 rakaat sesudah sholat isya.

Sholat-sholat tersebut yang dikerjakan sebelum sholat fardhu, dinamakan


“qobliyah” dan sesudahnya disebut “ ba’diyah”.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sholat menurut arti bahasa adalah doa dan pada awalnya merupakan istilah
untuk menunjukkan makna dari doa secara keseluruhan, namun semakin mengikuti
zaman kemudian berubah menjadi istilah secara khusus. Sehingga yang pada awalnya

15
berasal dari kata doa kemudian di pindah artikan kepada pemahaman shalat
berdasarkan syariat. Shalat di wajibkan atas dasar Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’.
Tata Cara Sholat:
1. Berdiri dan Takbiratul Ihram
2. Rukuk
3. Sujud
4. Iftirasy dan Tasyahhud awal
5. Tasyahhud Akhir

Ada 10 hal yang dapat membatalkan sholat :


1. Dalam keadaan hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil seperti melakukan hal
yang membatalkan wudhu dan hadas besar misalnya haid, nifas maupun dalam
keadaan junub.
2. Sebagian aurat terbuka saat sholat.
3. Mengkonsumsi makanan dan minuman saat sholat.
4. Terdapat najis pada badan maupun pakaian.
5. Bergerak hingga lebih dari tiga kali berturut-turut.
6. Melakukan gerakan yang besar seperti melompat dan memukul.
7. Mendahului maupun terlambat mengikuti gerakan sholat imam sampai dua rukun.
Contohnya ketika imam masih dalam keadaan sujud, makmum sudah bangun dari
sujud.
8. Memiliki niat membatalkan sholat dengan kondisi tertentu.
9. Mengurangi rukun sholat.
10. Tertawa dengan keras, berdahak, batuk tanpa disengaja

Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang
agama,dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat
mempunyai dua unsuryaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang
menyangkut perilaku berdasarpada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang
bersifat batiniyah adalah sifatnyatersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang
dapat menilainya. Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu
yang telah ditentukan waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah
hal yang biasa karena rujukan danpengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur‟an
dan hadis, hendaknya perbedaan tersebutmenjadi hikmah keberagaman umat islam.
Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah
ditentukan waktunya.

B. Saran

Sebaiknya sebagai umat islam yang baik kita senantiasa mendirikan solat, dan 
menghidupkan sunah rosul dan dilakukan sesuai yang dicontohkan rosul. Dan Kami
harapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih memahami materi
mengenai sholat yang kita laksanakan setiap hari, lima waktu dalam satu hari dan
sholat sunnah yangkita kerjakan. Kami memahami bahwa masih banyak kekurangan
ataupun kesalahan dari pemakalah sekiranya dapat di kritik dan saran sehingga
menjadikan pembelajaran yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Quranur Karim

Abu Masyhad, Tuntunan Shalat Lengkap , Semarang : PT. MG, 1988

Ali Imran, Fiqih, Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011

Moh, Rifa’I, Fiqh Islam Lengkap , Semarang :Karya Toha Putra, 1978

Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in (Surabaya: Al-Hidayah,


1996), h. 47

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,
Jakarta: Amzah, 2009), h. 145

17

Anda mungkin juga menyukai