Anda di halaman 1dari 7

SHALAT

A. PENGERTIAN

a. PENGERTIAN SHALAT
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti menghadap
jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya, mengagungkan
kebesarannya dengan khusyu' dah ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut cara-cara dan syarat-syarat
yang telah ditentukan.
Shalat adalah ibadah yang paling utarna untuk membuktikan keislaman
seseorang. Islam memandang shalat sebagai tiang agama dan inti sari islam terletak
pada shalat, sebab dalarn shalat tersimpul seluruh rukun agama. Oleh karena itu amalan
shalat ini perlu sekali ditanamkan dalam jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Harus
melatih anaknya untuk mengerjakan shalat dan memerintahkannya kala mereka berusia 7
tahun. Anak harus diperintah umtuk mengerjakan shalat dengan keras bila mereka telah
mencapai usia 10 tahun.

)‫(رواه ابو داود‬.‫مروا اوالدكم بالصالة وهم ابناء سبع واضربو هم عليها وهم ابنا عشر‬
Artinya : Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda
perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7 tahun
dan (dimana perlu) pukullah mereka meningkat 1 tahun. (H.R. Abu Dawud).

b. SYARAT - SYARAT WAJIB MENGERJAKAN SHALAT


Tentang syarat- syarat wajib mengerjakan itu ada 6 ( enam ) perkara, yaitu:

1. Islam.
2. Suci dari hadas besar dan kecil.
3. Sampai dakwah Islam kepadanya.
4. Beraka
5. balig

c. SYARAT – SYARAT SAHNYA SHALAT


Syarat-syarat sah shalat ada 5, yaitu:
1. suci badannya dari dua hadats; yaitu hadats keeil dan hadats besar.
2. bersih badan, pakaian dan tempatnya dari najis
3. menutup aurat; bagi laki-laki antara pusat dan lutut dan bagi wanita seluruh
badannya kecuali muka dan telapak tangan.
4. sudah masuk shalat.
5. menghadap kiblat.

d. Sunnah-Sunnah Shalat

Ada dua macam sunnah-sunnah shalat, yaitu sunnah ab'adh dan sunnah haiat Sunnah
ab'adh merupakan amalan sunnah yang apabila tertinggal/ tidak dikerjakan maka
dianjurkan diganti dengan sujud sahwi.

1). Yang termasuk sunnah ab'adh adalah Duduk pada tasyahud awal.
Membaca tasyahud awal.Membaca do'a shalawat atas Nabi SAW pada tasyahud
awal.Membaca do'a shalawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir.Membaca
do'a qunut pada shalat subuh.Disunnahkan juga dibaca dalam shalat witir pada
pertengahan hingga akhir Ramadhan. (Bagi Anda yang mengamalkan doa
qunut).Membaca do'a shalawat atas Nabi SAW pada akhir do'a qunut. (Bagi Anda yang
mengamalkan doa qunut).Berdiri membaca doa qunut. (Bagi Anda yang mengamalkan
qunut)
2). Yang kedua yaitu sunnah hai'at, sunnah hai'at merupakan amalan sunnah yang
apabila tertinggal/ tidak dikerjakan tidak dianjurkan diganti dengan sujud sahwi.

Yang termasuk sunnah hai'at adalah :

1, Mengangkat tangan sewaktu takbiratul ihram, rukuk, dan i'tidal.


2. Meletakkan tangan kanan diatas pergelangan tangan kiri sewaktu bersedekap.
3 Membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram.
4 Membaca ta'awudz (a'udzu billahi minasy- syaithanir-rajim) sebelum membaca surah
Al-Fatihah.
5 Membaca lafal "amin" setelah Al-Fatihah.
6 Membaca ayat atau surat al-qur'an sesudah al-fatihah pada raka'at pertama dan kedua.
6 Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan bacaan ayat atau surat Al-qur'an 7pada raka'at
pertama dan kedua dalam shalat maghrib, isya dan subuh.
8Membaca takbir pada setiap perpindahan rukun, yang disebut takbir intiqal.
9 Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud.
10Membaca : "Sami'allahu liman hamidah" ketika bangkit dari rukuk lalu membaca:
"Rabbana wa lakal hamd".
10 Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut sewaktu rukuk.
11 Meletakkan dua telapak tangan di atas paha ketika duduk tasyahud,
dengan membentangkan yang kiri dan menggenggamkan yang kanan, kecuali jari
telunjuk.
12 Duduk iftirasy, yakni duduk di atas mata kaki kiri dan telapak kaki kanan ditegakkan
serta ujung jari kaki kanan dihadapkan ke kiblat.
13 Duduk tawarruk, yakni duduk bersimpuh sewaktu duduk tasyahud akhir dengan
telapak kaki yang kiri dikeluarkan ke sebelah kanan, sehingga pantatnya menyentuh
lantai atau tanah.
14Membaca salam yang kedua.
15 Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri pada waktu membaca salam yang pertama
dan kedua.

RUKUN SHALAT.

Tentang rukun shalat ini terdapat 13 perkara dalam kitab mabadi fiqih juz 3
1. Niat, artinya menyegaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w.:
‫انما األعمال بالنيا‬
2. Berdiri, bagi orang yang kuasa ;(tidak dapat berdiri boleh dengan duduk
tidak dapat duduk boleh berbaring).
3. Takbiratul iliram, membaca "Allah Akbar", Artinya Allah maha Besar.
4. Membaca Surat Al-fatihah.
5. Rukun' dan thuma'ninah artinya membungkuk sehingga punggung menjadi
sama datar dengan leher dan kedua belaah tangannya memegang lutut.
6. I'tidal dengan thuma'ninah.
7. Sujud dua kali dengan thuma'ninah.
8. Duduk diantara dua sujud dengan thuma'ninah.
9. Duduk untuk tasyahud pertama.
10. Membaca tasyahud akhir.
11. Membaca shalawat atas Nabi .
12. Mengucap salam yang pertama.
13. Tertib.
Keterangan:
Thuma'ninah yakni berhenti sejenak sekedar ucapan “subhanallah”.

e. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT

Adapun hal-hal yang membatalkan shalat, ialah


1. Berhadats kecil maupun besar
2. Terkena najis yang tidak bisa dimaafkan.
3. Berkata-kata dengan sengaja selain bacaan shalat.
4. Sengaja meninggalkan sesuatu rukun atau syarat shalat tanpa `udzur.
5. Tertawa berbahak-bahak.
6. Bergerak tiga kali berturut-turut.
7. Mendahului Imam sampai dua rukun.
8. Murtad, yakni keluar dari Islam.

f. PERBUATAN – PERBUATAN YANG MAKRUH DIDALAM SHALAT.

Perbuatan-perbuatan yang makruh didalam shalat ialah


1. Menahan hadats.
2. Melihat kekanan / kekiri.
3. Meludah kemuka, ke kanan atau ke kiri.
4. Memalingkan muka.
5. Memejamkan mata.
6. Menutup mata rapat-rapat.
7. Melihat ke arah langit.
8. Terangkat kepalanya atau menurunkannya dengan sangat di waktu ruku
9. Menahan telapak tangannya dilengan bajunya ketika sedang takbiratul'ihram,
ruku atau sujud.
10. Bertolak pinggang ; yakni meletakkan kedua tangannya di atas pinggang.
11. Shalat di kuburan atau biara / gereja.

g. Waktu shalat
1. Sholat subuh dikerjakan paling awal yakni sejak terbitnya fajar dan berakhir hingga
terbitnya matahari.
2. Selanjutnya ada sholat dzuhur, dikerjakan pada pertengahan hari atau siang hari saat
matahari tepat berada di atas kepala sampai panjang bayangan melebihi benda
3. Sholat ashar dikerjakan ketika panjang bayangan benda telah melebihi benda tersebut
hingga tenggelamnya matahari.
4. Sholat maghrib dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari, hingga mega merah
yang ada di langit sudah tidak tampak lagi.
5. Sholat fardu yang terakhir yaitu sholat Isya' yang dapat dikerjakan sejak langit sudah
mulai gelap hingga terbitnya fajar shadiq

hj. SUJUD SAHWI

Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam


shalat. Cara mengerjakannya sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir
diantara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahiyat akhir sebelum salam.
‫سبحان من ل ينا م وال يسهوا‬
Artinya:
"Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa".

B. TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT.


a. Berdiri
b. Takbiratul ihram
c. Membaca surat iftitah
d. Membaca surat al-Fatihah
e. Membaca surat pendek
f. Rukuk
g. I'tidal
h. Sujud
i. Duduk antara dua Sujud
j. Sujud
k. Duduk tasyahud awal (raka'at kedua )
l. Duduk tasyahud akhir (raka'at terakhir )
m. Salam

D. HIKMAH SHALAT
a. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
b. Memberikan ketenangan dalam diri (lahir dan bathin).
c. Mendapatkan kecintaan kepada Allah.
d. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
e. Mendapatkan ridha Allah Swt.
Hukum Meninggalkan Shalat

Bila yang meninggalkan shalat tersebut tidak meyakini kewajiban shalat maka
ulama sepakat bahwa orang tersebut kafir menurut nash/dalil yang ada dan ijma’.
Namun bila meninggalkannya karena malas maka ada perbedaan pendapat dalam hal
ini.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Orang yang meninggalkan shalat
karena mengingkari kewajibannya maka orang itu kafir menurut kesepakatan kaum
muslimin. Ia keluar dari Islam, kecuali jika orang itu baru masuk Islam dan tidak
berkumpul dengan kaum muslimin sesaatpun yang memungkinkan sampainya berita
tentang wajibnya shalat padanya dalam masa tersebut. Bila ia meninggalkan shalat
karena malas-malasan sementara ia meyakini akan kewajibannya sebagaimana keadaan
kebanyakan manusia, mereka tidak mengerjakan shalat karena malas padahal tahu
hukum shalat tersebut maka ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.”(Al-Minhaj,
2/257)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Anda mungkin juga menyukai