Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ini.

Modul ini disusun untuk memenuhi kegiatan pesantren kilat di MI-SMP Islam Sirojul Athfal

Bojonggede dan untuk mempermudah dalam memberikan materi-materi pada kegiatan tersebut.

Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan materi pembelajaran berisikan tentang

Whudu, Shalat serta kumpulan doa-doa sehari-hari. Kelebihan modul ini, anda bisa melihat

keterpaduan dalam setiap materi yang kami sediakan.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan modul ini masih banyak kekurangan, untuk

itu penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan modul

ini memberikan manfaat.

Bojonggede, 08 April 2023

Penulis
SHALAT

 PENGERTIAN SHALAT
Asal makna shalat menurut bahasa ialah “doa” tetapi yang di maksud disini ialah “ibadah
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang di mulai dengan takbir, di sudahi
dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.
Firman Allah Swt:
‫صالَ َة َت ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬
َّ ‫صالَ َةاِنَّ ال‬
َّ ‫َواَقِي ِْم ال‬
Artinya:”Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji
dan munkar”(Q.S. Al-‘ankabut; 45)
 SYARAT WAJIB SHALAT
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke dua
syarat sah. Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan shalat.
Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara syara’ di
samping adanya kriteria lain seperti rukun.
Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Suci dari haid dan nifas
5. Sampai dakwah
6. Terjaga, tidak sedang tidur.

 SYARAT SAH SHALAT

1. Suci dari hadats besar dan hadats kecil.


2. Suci dari najis, baik pakaiannya, badannya, maupun tempat shalatnya.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap qiblat.
5. Memasuki waktu shalat.
6. Mengetahui fardunya shalat.
7. Tidak boleh mengitiqadkan fardunya shalat menjadi sunah.
8. Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat

 RUKUN SHALAT

1. Berniat di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.


2. Berdiri bagi orang yang mampu.
3. Takbiratul ihram atau membaca Allahu Akbar dengan menghadap kiblat.
4. Membaca surah al-Fatihah
5. Ruku’ dengan Thuma’ninah yaitu berdiam dalam ruku’
6. I’tidal dengan Thuma’ninah.
7. Sujud dengan thuma’ninah
8. Duduk diantara dua sujud dengan thuma’ninah yakni dengan duduk iftirasy.
9. Duduk tasyahud awal dan akhir dengan thuma’ninah yaitu duduk tawaruk.
10. Membaca Tasyahud Akhir
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
12. Ucapan salam
13. Tertib yaitu melaksanakan rukun-rukun shalat sebagaimana ketentuan.
 Sunnah-sunnah dalam Shalat
Sunnah-sunnah shalat, adalah ucapan dan gerakan-gerakan shalat yang tidak
termasuk dalam rukun shalat, tetapi merupkan bagian dari ibadah shalat.
Sunnah shalat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Sunnah ab’ad dan Sunnah hai’at.
1. Sunnah Ab’adl dalam Shalat Fardlu
Sunnah ab’ad adalah Sunnah yang apabila tidak dikerjakan harus mengganti
dengan sujud sahwi. Adapun hal-hal yang termasuk Sunnah ab’ad adalah sebagai
berikut :
a. Membaca dan duduk tasyahud awal. Tasayahud ini hanya berlaku pada shalat yang
jumlah rakaatnya lebih dari 2 rakaat, seperti maghrib, isya’, dhuhur, dan ashar. Dalam
tasyahud awal disunnahkan membaca doa yang sama dengan tasyahud akhir tanpa shalawat
kepada Nabi.
b. Membaca shalawat kepada Nabi pada tasyahud awal.
c. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi dalam tasyahud akhir.
d. Berdiri dalam qunut dan membaca do’anya pada rekaan kedua pada posisi i’tidal
dalam shalat subuh.

2. Sunnah Hai’ah Dalam Shalat Fardlu


a. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, ruku’, bangun dari ruku’, dan bangun
dari tasyahud awal.
b. Memiringkan ujung-ujung jari ke arah kiblat sambil merenggangkannya pada saat
mengangkat tangan.
c. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan menempatkannya di pertengahan
antara dada dan pusar.
d. Membaca do’a iftitah atau tawajjuh setelah takbiratul ihram pada rakaat pertama.
e. Membaca ta’awudz atau istia’adzah
f. Mengeraskan bacaan pada tempatnya. Termasuk bacaan keras adalah pada waktu
shalat subuh, dua rakaat pertama shalat Isya, dua rakaat pertama shalat Maghrib,
dan dua rakaat shalat subuh.
g. Membaca pelan pada tempatnya. Termasuk bacaan yang dipelankan adalah semua
shalat selain yang telah disebutkan pada bagian f.
h. Mengucapkan “Amin” ( ) ‫أمين‬setelah selesai membaca surat al-Fatihah. Pengucapan
amin dilakukan dengan suara keras dalam shalat jarhriyah, dan dengan rendah atau
pelan dalam shalat sirriyah.
i. Membaca surat setelah surah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama bagi imam atau
orang yang shalat sendirian.
j. Membaca takbir ( )‫أ هلل أ ْك بر‬ketika setiap kali hendak ruku’ dan bangkit dari selain
ruku’, kecuali takbiratul ihram yang wajib hukumnya.
k. Meletakkan kedua telapak tangan pada kedua lutut pada saat posisi ruku’ sambil
merenggangkan jari-jari.
l. Membaca tasbih sebanyak tiga kali dalam ruku’. Sedangkan bacaannya adalah
Subhana Rabbaiyal ‘Adzimi dengan tambahan wa bihamdihi
m. Mengucapkan kalimat tasmi’ ketika bangkit dari ruku’
n. Ketika hendak sujud, maka yang diletakkah ke lantai terlebih dulu adalah kedua
lutut, kemudian kedua tangah, dan disusul dahi dan hidung.
o. Membaca tasbih dalam sejud sebanyak tiga kali, yaitu: subhana Rabiiyal A’la”
dengan menambahkan wa bihamdihi
p. Meletakkan kedua tangan di hadapan kedua bahu dalam sujud dengan jari-jari
merapat menghadap kiblat.
q. Bagi laki-laki dan sujud dan ruku’ untuk menjauhkan lengannya dari kedua sisi
lambung, dan mejauhkan kedua paha dari perut. Bagi perempuan, merapatkan
anggota-anggota tersebut karena posisi itu lebih menutup bagi wanita. Dan
disunnahkan melebarkan kaki satu jengkal.
r. Disunnahkan untuk membaca doa dalam posisi duduk diantara dua sujud, dengan
membaca: Duduk iftirasy dalam duduk diantara dua sujud dan duduk tasyahud awal,
yaitu dengan menduduki kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.
s. Duduk iftirasy dalam duduk diantara dua sujud dan duduk tasyahud awal, yaitu
dengan menduduki kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.
t. Duduk istirahat dengan posisi iftirasy setelah sujud kedua. Duduk istirahat ini
ukurannya sama dengan thuma’ninah dalam shalat lamanya.
u. Menopang kedua tangan ke lantau ketika hendak bangkit dari duduk atau dari sujud
karena dapat membantu menciptakan kekhusyu’an shalat.
v. Mengangkat kedua tangan ketika bangkit dari tasyahud awal.
w. Duduk tawarruk pada tasyahud akhir, yaitu dengan menempelkan pinggul

Anda mungkin juga menyukai