SHALAT
KELOMPOK :
Rahmat AlFajri (2259201006)
Suci Rahma Dewi (2259201011)
Heni Apriyanti (2259201008)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan sholat merupakan
sarana komunikasi antara seorang hamba dengan TuhanNya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat
maupun rukun sholat yang telah ditentukan. Sholat merupakan rukun islam kedua setelah
syahadat.
Islam didirikan atas lima sendi(tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa
mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama islam, dan barang siapa meninggalkan shalat,
maka ia meruntuhkan agama islam. Sesungguhnya ibadah yang merupakan kewajiban terbesar
yang Allah Ta’ala perintahkan kepada hamba-Nya adalah shalat. Shalat adalah tiang agama dan
rukun yang paling ditekankan setelah membaca dua kalimat syahadat. Shalat adalah penghubung
antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Shalat adalah ibadah pertama kali yang Allah Ta’ala
hisab pada hari kiamat. Jika ibadah shalat itu baik, akan baik pula seluruh amal ibadah yang lain.
Namun jika ibadah shalat itu jelek, niscaya akan jelek pula seluruh amal ibadah yang lain. Selain
sholat wajib ada juga shalat-shalat sunnah. Penulis akan membahas tentang shalat wajib kaitanya
dengan kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut;
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
Pengertian shalat menurut bahasa adalah berdoa (memohon), pujian. Sedangkan menurut
syara’ sebagaimana pendapat imam Rafi’i yaitu ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul
dan ditutup dengan salam. Sedangkan menurut ulama’ Tasawuf shalat ialah menghadapkan
kepada Allah SWT hingga menimbulkan rasa takut kepadaNya serta kesempurnaan kekuasaanya
atau menghadap kepada Allah dengan kalbu, bersikap khusyuk(Konsentrasi penuh)
dihadapanNya, disertai dengan pengkhayatan penuh takala berdzikir, berdo’a dan memujiNya.
B. Dasar Hukum
Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap kaum
muslim yang sudah akil baligh, laki laki maupun perempuan. Dalam keadaan sehat maupun
sakit. Dasar kewajiban shalat ini adalah al-qur’an dan hadist.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah bersama orang-orang yang ruku”.
(Al-Baqarah:43)
“Dari Abu abdirrahman Abdulla bin Umar bin Khatab, semoga Allah meridhai mereka berdua,
ia berkata : aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda : islam didirikan diatas 5 dasar,
yaitu memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan
Allah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke baitullah dan berpuasa
dibulan Ramadhan.” (HR.Imam Bukhari dan Muslim).
C. Tujuan Shalat
1. Untuk Mengingat Allah SWT, Sebagaimana firman Allah dalam surat ali-imran ayat 41
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman,
“Tanda bagimu, adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari,
kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah
(memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.”
2. Untuk mencegah manusia dari perbuatan tercela.
“laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah
yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut {29}:45).
3. Meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
D. Kedudukan Shalat
Shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu fardhu yang dituntut dari
segenap hamba setelah iman. Shalat itu pendahuluan bagi semua fardhu dan ibadah. Sementara
para manusia melupakan dan malas dalam menjalaninya.
Di riwayatkan dari Ummu Farwah wanita ansor yang membaiatkan Nabi, ia berkata: “Nabi SAW
pernah di tanyai perbuatan/amal yang paling utama”.
Nabi berkata : “yaitu shalat diawal waktunya”.
Selain itu shalat mempunyai kedudukan yang sangat menentukan, yaitu menentukan
diterima atau tidaknya amal manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah Hadist:
“Sesungguhnya amal manusia yang paling pertama kali dihisab(diperiksa) pada hari kiamat
adalah shalatnya. Jika shalat nya diterima, maka diterima pula amalnya. Dan jika shalatnya
ditolak, maka ditolak pula amalnya yang lain.”(HR.Thabrani).
Shalat mulai diwajibkan pada saat Nabi Muhammad saw melaksanakan isra mi’raj, yaitu
1 tahun sebelum beliau berhijrah ke Madinah. Pada mulanya shalat diwajibkan kepada umat
Nabi Muhammad sebanyak 50kali dalam sehari semalam. Akan tetapi, atas saran Nabi Musa As
beliau memohon kepada Allah SWT sehingga shalat menjadi 5 kali sehari semalam.
1. Beragama Islam
2. Memiliki Akal Sehat dan Berusia Lebih dari 7 Tahun
3. Suci dari Hadas dan Najis
4. Menutup Aurat
5. Suci Pakaian dan Tempat Shalat
6. Menghadap Kiblat
7. Telah masuk waktu shalat
8. Menjauhi semua yang membatalkan Wudhu dan yang membatalkan shalat.
F. Rukun Shalat
1. Niat
Sebelum memulai sholat, Muslim perlu membaca niat sholat. Niat ini disesuaikan dengan
salat yang akan dikerjakan, misalnya salat Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, atau Isya.
3. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram merupakan ucapan pertama dalam sholat, sehingga jika sudah masuk ke
dalam rangkaian sholat maka Muslim diharamkan untuk melakukan apa pun yang dapat
membatalkannya.
hadits riwayat Abu Daud menyatakan sebagai berikut.
ُّ صالَ ِة
الطهُو ُر َوتَحْ ِري ُمهَا التَّ ْكبِي ُر َوتَحْ لِيلُهَا التَّ ْسلِي ُم َّ ِم ْفتَا ُح ال
Artinya: Pembuka salat adalah thaharah (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
sholat adalah ucapan takbir, sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam.
5. Rukuk
Rukuk adalah sikap membungkukkan badan dan tangan berada di lutut sambil membaca
tasbih.
6. Tumakninah
Setelah rukuk, Muslim melakukan tumakninah yang berarti keadaan tenang dengan
persendian yang juga ikut tenang. Hadits riwayat Ad Darimi menyatakan sebagai berikut.
iَ اصلُهُ َوتَ ْستَرْ ِخ
ى ْ ض ُع َكفَّ ْي ِه َعلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َحتَّى ت
ِ ََط َمِئ َّن َمف َ َ ثُ َّم يُ َكبِّ ُر فَيَرْ َك ُع فَي... صالَةُ َأ َح ِد ُك ْم َحتَّى يُ ْسبِ َغ
َ الَ تَتِ ُّم
Artinya: Sholat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan
wudu, kemudian bertakbir, lalu melakukan rukuk dengan meletakkan telapak tangan di lutut
sampai persendian yang ada dalam keadaan tumakninah dan tenang.
8. Tumakninah
Ketika sudah melakukan iktidal, lanjutkan lagi dengan tumakninah.
ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْعتَ ِد َل قَاِئ ًما
9. Sujud
Sujud dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kanan, lutut kanan dan kiri, ujung
kaki kanan dan kiri, serta dahi dan hidung menyentuh lantai sambil membaca tasbih.
10. Tumakninah
Sesudah sujud, kembali lagi lakukan tumakninah.11. Duduk di antara dua sujud Usai
melakukan tumakninah, lanjutkanlah dengan duduk di antara dua sujud.
12. Tumakninah
Kemudian, kembalilah melakukan tumakninah.
G. Sunah-sunah Shalat
1. Sunah `Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan harus diganti
dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah :
2. Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan tidak perlu
diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah :
1. Mengangkat kedua tangan pada empat tempat: 1). Ketika takbiratul ihram, 2). Ketika
ruku’, 3). Ketiak i’tidal, dan 4). Ketika bangun dari tasyahud awal.
2. Meletakan tangan kanan beserta jari-jarinya di atas tangan kiri dengan menyejajarkan
kedua pergelangan tangan dan menempatkannya di bawah dada.
5. Melakukan jeda dengan ukuran baca lafadz subhanallah di enam tempat: 1). Antara
takbiratul ihram dan doa iftitah, 2). Antara doa iftitah dan ta’awudz, 3). Antara
ta’awudz dan surat al-Fatihah, 4). Antara akhir surat al-Fatihah dan lafadz amin. 5).
Antara amin dan membaca surat, dan 6). Antara surat dan ruku.
7. Membaca ta’awudz
9. Membaca ayat/surat dari al-Qur’an. Yang lebih utama adalah tiga ayat atau lebih, satu
surat lebih utama daripada sebagian surat walaupun sebagian surat itu lebih panjang.
10. Membaca dengan nyaring pada sholat-sholat yang disunnahkan membaca nyaring dan
membaca dengan pelan pada sholat-sholat yang disunnahkan membaca pelan.
12. Membaca takbir intiqol (perpindahan) dari tiap-tiap rukun kecuali i’tidal.
15. Duduk iftirosy pada setiap duduk dalam sholat kecuali duduk tasyahud akhir.
17. Berhias diri dengan: 1) Memmakai imamah atau kopiah, 2). Memakai sorban, 3).
Memakai jubah, 4). Memakai wangi-wangian.
Dalam pelaksanaan sholat, ada beberapa perilaku atau tindakan yang jika dilakukan akan
membatalkannya, di antaranya:
1. Berhadas
Salah satu syarat sah sholat adalah suci dari hadas, baik hadas kecil maupun besar. Oleh
karena itu, ketika seseorang yang sedang mengerjakan sholat tiba-tiba berhadas, maka sholatnya
menjadi batal. Hadas yang dimaksud dalam hal ini misalnya buang angin, buang air kecil, haid,
dan lain-lain. Dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Jika datang haid, maka tinggalkanlah shalat. Jika darah haid tersebut sudah berhenti,
maka mandilah dari darah tersebut, lalu shalatlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Terkena atau kejatuhan najis
Najis merupakan zat yang menyebabkan seseorang tidak dalam keadaan suci. Orang yang
terkena najis ketika sedang sholat, maka ia harus segera membatalkan sholat dan membersihkan
dirinya terlebih dahulu. Contoh najis yang dapat membatalkan sholat misalnya kencing, air mani,
minuman keras, kotoran hewan yang haram dimakan, bangkai hewan, dan lain-lain.
3. Tertawa terbahak-bahak
Sebagian besar ulama sepakat bahwa tertawa hingga mengeluarkan suara atau terbahak-
bahak adalah perkara yang membatalkan sholat. Jika hanya tersenyum tanpa suara, maka itu
tidak membatalkan.
“Kami (Zaid dan para sahabat) tengah bercakap-cakap ketika sholat. Salah satu dari kami
berbicara kepada saudaranya karena ada keperluan hingga turunlah ayat ini, ‘Peliharalah semua
sholat (kalian) dan sholat wusta, dan berdirilah kalian untuk Allah (dalam sholat kalian) dengan
khusyuk’ (QS Al Baqarah [2]:238). Maka kami diperintahkan untuk diam.” (HR Bukhari dan
Muslim).
7. Tidak menghadap kiblat
Umat Islam diwajibkan untuk menghadap kiblat saat menunaikan sholat. Hal ini bahkan
menjadi salah satu syarat syahnya sholat seseorang. Jika tidak menghadap kiblat, berarti
sholatnya tidak sah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 144, Allah SWT berfirman:
“..Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada,
hadapkanlah wajahmu ke arah itu..” (QS. Al-Baqarah[2]:144)
Abu Bakar RA pernah mengadu kepada Rasulullah bahwa salah satu belahan sarungnya
selalu menjulur kecuali kalau ia tarik terus menerus. Rasulullah menanggapi hal itu dengan
mengatakan, "Anda tidak termasuk orang yang melakukannya karena sombong."
Dari situ dapat disampaikan bahwa menjulurkan pakaian hingga menutup mata kaki yang
didorong sikap sombong termasuk dosa besar. Tetapi kalau tidak didasari sikap sombong maka
itu adalah boleh. Demikian, wallahu a'lam.
A. Kesimpulan
Shalat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama, dengan
nya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Shalat mempunyai dua unsur yaitu
dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasakan pada
gerakan shalat itu sendiri, sedangka unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya tersembunyi
dalam hati karena hanya Allah SWT yang dapat menilainya. Shalat merupakan salah satu sarana
yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan
sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-
ibadah yang lain.
B. Saran
Penulis ingin menyampaikan saran yaitu; Dalam keluarga khususnya bagi para
orangtua harus lebih memperhatikan lagi setiap tumbuh kembang anaknya dalam melaksanakan
ibadah serta perilakunya, yaitu dengan cara menanamkan pendidikan keimanan mulai dari
kandungan, kemudian dilahirkan hingga anak tumbuh menjadi dewasa. Agar sebuah keluarga
memiliki keimanan yang kuat. Dengan sendirinya keimanan tersebut akan menjadi benteng
dalam menjalankan kehidupannya.
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran untuk Makalah ini. Demikian
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amiin.