Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IBADAH AKHLAK DAN MUAMALAH


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Abi Muryadi, S.Pd.I., S.H., M.Pd.

SHALAT

KELOMPOK :
Rahmat AlFajri (2259201006)
Suci Rahma Dewi (2259201011)
Heni Apriyanti (2259201008)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI


2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan sholat merupakan
sarana komunikasi antara seorang hamba dengan TuhanNya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat
maupun rukun sholat yang telah ditentukan. Sholat merupakan rukun islam kedua setelah
syahadat.

Islam didirikan atas lima sendi(tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa
mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama islam, dan barang siapa meninggalkan shalat,
maka ia meruntuhkan agama islam. Sesungguhnya ibadah yang merupakan kewajiban terbesar
yang Allah Ta’ala perintahkan kepada hamba-Nya adalah shalat. Shalat adalah tiang agama dan
rukun yang paling ditekankan setelah membaca dua kalimat syahadat. Shalat adalah penghubung
antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Shalat adalah ibadah pertama kali yang Allah Ta’ala
hisab pada hari kiamat. Jika ibadah shalat itu baik, akan baik pula seluruh amal ibadah yang lain.
Namun jika ibadah shalat itu jelek, niscaya akan jelek pula seluruh amal ibadah yang lain. Selain
sholat wajib ada juga shalat-shalat sunnah. Penulis akan membahas tentang shalat wajib kaitanya
dengan kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut;

1. Apakah pengertian shalat?

2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?

3. Apakah tujuan shalat?

4. Bagaimana kedudukan shalat?

5. Apa saja syarat-syarat sah ibadah shalat?

6. Apa saja sunah-sunah shalat?

7. Apa saja hal-hal yang membatalkan shalat?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat

Pengertian shalat menurut bahasa adalah berdoa (memohon), pujian. Sedangkan menurut
syara’ sebagaimana pendapat imam Rafi’i yaitu ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul
dan ditutup dengan salam. Sedangkan menurut ulama’ Tasawuf shalat ialah menghadapkan
kepada Allah SWT hingga menimbulkan rasa takut kepadaNya serta kesempurnaan kekuasaanya
atau menghadap kepada Allah dengan kalbu, bersikap khusyuk(Konsentrasi penuh)
dihadapanNya, disertai dengan pengkhayatan penuh takala berdzikir, berdo’a dan memujiNya.

B. Dasar Hukum

Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap kaum
muslim yang sudah akil baligh, laki laki maupun perempuan. Dalam keadaan sehat maupun
sakit. Dasar kewajiban shalat ini adalah al-qur’an dan hadist.

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah bersama orang-orang yang ruku”.
(Al-Baqarah:43)

Salah satu hadist yang menjelaskan dasar hukum shalat yaitu:

“Dari Abu abdirrahman Abdulla bin Umar bin Khatab, semoga Allah meridhai mereka berdua,
ia berkata : aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda : islam didirikan diatas 5 dasar,
yaitu memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan
Allah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke baitullah dan berpuasa
dibulan Ramadhan.” (HR.Imam Bukhari dan Muslim).

C. Tujuan Shalat

Adapun Tujuan shalat yaitu ;

1. Untuk Mengingat Allah SWT, Sebagaimana firman Allah dalam surat ali-imran ayat 41
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman,
“Tanda bagimu, adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari,
kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah
(memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.”
2. Untuk mencegah manusia dari perbuatan tercela.
“laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah
yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut {29}:45).
3. Meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Innallaha yuhibbul muttaqin- sesunguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa.,


Petikan firman Allah Swt ini juga termaktub dalam Surah At-Taubah,surah ke-9 pada ayat ke-4
dan ayat ke-7 .

4. Sebagai kafarat atas dosa-dosa yang telah di lakukan.


Nabi SAW menegaskan bahwa shalat merupaka ‘kafarat’ penebus atas dosa-dosa yang
telah diperbuat di masa lalu:
“Sesungguh shalat yang lima waktu itu merupakan ‘kifarat’(penebus dosa-dosa) yang dilakukan
antara shalat yang satu dengan shalat lainnya, kecuali atas dosa-dosa besar.”(HR.Muslim).

5. Cara untuk mengadu kepada Allah SWT


“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.(QS.Al-Baqarah{2}:45).

D. Kedudukan Shalat

Shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu fardhu yang dituntut dari
segenap hamba setelah iman. Shalat itu pendahuluan bagi semua fardhu dan ibadah. Sementara
para manusia melupakan dan malas dalam menjalaninya.

Salah satu hadist yang menunjukan kedudukan shalat yaitu:

Di riwayatkan dari Ummu Farwah wanita ansor yang membaiatkan Nabi, ia berkata: “Nabi SAW
pernah di tanyai perbuatan/amal yang paling utama”.
Nabi berkata : “yaitu shalat diawal waktunya”.

Selain itu shalat mempunyai kedudukan yang sangat menentukan, yaitu menentukan
diterima atau tidaknya amal manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah Hadist:
“Sesungguhnya amal manusia yang paling pertama kali dihisab(diperiksa) pada hari kiamat
adalah shalatnya. Jika shalat nya diterima, maka diterima pula amalnya. Dan jika shalatnya
ditolak, maka ditolak pula amalnya yang lain.”(HR.Thabrani).

Shalat mulai diwajibkan pada saat Nabi Muhammad saw melaksanakan isra mi’raj, yaitu
1 tahun sebelum beliau berhijrah ke Madinah. Pada mulanya shalat diwajibkan kepada umat
Nabi Muhammad sebanyak 50kali dalam sehari semalam. Akan tetapi, atas saran Nabi Musa As
beliau memohon kepada Allah SWT sehingga shalat menjadi 5 kali sehari semalam.

E. Syarat Sah Shalat

1. Beragama Islam
2. Memiliki Akal Sehat dan Berusia Lebih dari 7 Tahun
3. Suci dari Hadas dan Najis
4. Menutup Aurat
5. Suci Pakaian dan Tempat Shalat
6. Menghadap Kiblat
7. Telah masuk waktu shalat
8. Menjauhi semua yang membatalkan Wudhu dan yang membatalkan shalat.

F. Rukun Shalat

1. Niat
Sebelum memulai sholat, Muslim perlu membaca niat sholat. Niat ini disesuaikan dengan
salat yang akan dikerjakan, misalnya salat Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, atau Isya.

2. Berdiri bagi yang mampu


Hadits riwayat Al-Bukhari menjelaskan bahwa, 'Salatlah dengan cara berdiri, bila tak
mampu, maka boleh duduk. Bila tidak mampu juga, boleh sambil tidur miring.'
Sementara riwayat An-Nasa'i menambahkan, 'Jika masih tidak mampu, boleh dengan
terlentang, Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya.'

3. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram merupakan ucapan pertama dalam sholat, sehingga jika sudah masuk ke
dalam rangkaian sholat maka Muslim diharamkan untuk melakukan apa pun yang dapat
membatalkannya.
hadits riwayat Abu Daud menyatakan sebagai berikut.

ُّ ‫صالَ ِة‬
‫الطهُو ُر َوتَحْ ِري ُمهَا التَّ ْكبِي ُر َوتَحْ لِيلُهَا التَّ ْسلِي ُم‬ َّ ‫ِم ْفتَا ُح ال‬
Artinya: Pembuka salat adalah thaharah (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
sholat adalah ucapan takbir, sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam.

4. Membaca surah Al Fatihah


Muslim harus membaca surah Al Fatihah dalam sholat, hal ini sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa, 'Sholat tak akan sah bagi yang tidak membaca
surah Al Fatihah.'
Bila tidak mampu, boleh membaca ayat lain yang diketahui. Jika masih belum mampu,
boleh berzikir dan membaca doa atau pilihan terakhir adalah diam dalam beberapa waktu saat
bagian membaca surah Al Fatihah.

5. Rukuk
Rukuk adalah sikap membungkukkan badan dan tangan berada di lutut sambil membaca
tasbih.

6. Tumakninah
Setelah rukuk, Muslim melakukan tumakninah yang berarti keadaan tenang dengan
persendian yang juga ikut tenang. Hadits riwayat Ad Darimi menyatakan sebagai berikut.
iَ ‫اصلُهُ َوتَ ْستَرْ ِخ‬
‫ى‬ ْ ‫ض ُع َكفَّ ْي ِه َعلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َحتَّى ت‬
ِ َ‫َط َمِئ َّن َمف‬ َ َ‫ ثُ َّم يُ َكبِّ ُر فَيَرْ َك ُع فَي‬... ‫صالَةُ َأ َح ِد ُك ْم َحتَّى يُ ْسبِ َغ‬
َ ‫الَ تَتِ ُّم‬
Artinya: Sholat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan
wudu, kemudian bertakbir, lalu melakukan rukuk dengan meletakkan telapak tangan di lutut
sampai persendian yang ada dalam keadaan tumakninah dan tenang.

7. Bangun dari rukuk dan iktidal


Selanjutnya, Muslim melakukan iktidal atau menegakkan badan dan kemudian
melanjutkannya dengan rukuk kembali dan melakukan iktidal.

8. Tumakninah
Ketika sudah melakukan iktidal, lanjutkan lagi dengan tumakninah.
‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْعتَ ِد َل قَاِئ ًما‬

Artinya: Kemudian tegakkanlah badan (iktidal) dan tumakninahlah.

9. Sujud

Sujud dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kanan, lutut kanan dan kiri, ujung
kaki kanan dan kiri, serta dahi dan hidung menyentuh lantai sambil membaca tasbih.

10. Tumakninah
Sesudah sujud, kembali lagi lakukan tumakninah.11. Duduk di antara dua sujud Usai
melakukan tumakninah, lanjutkanlah dengan duduk di antara dua sujud.

12. Tumakninah
Kemudian, kembalilah melakukan tumakninah.

13. Duduk untuk tasyahhud akhir


Usai melakukan tumakninah, duduklah untuk mengucap bacaan tasyahhud akhir.

14. Membaca tasyahhud akhir


Hadits riwayat Bukhari menyebutkan tasyahhud akhir berisi bacaan sebagai berikut.
َّ ، ُ‫ك َأيُّهَا النَّبِ ُّى َو َرحْ َمةُ هَّللا ِ َوبَ َر َكاتُه‬
ِ ‫ا ِد هَّللا‬iiَ‫ا َو َعلَى ِعب‬iiَ‫الَ ُم َعلَ ْين‬i ‫الس‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬
َ ‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي‬، ‫ات‬ َّ ‫َّات هَّلِل ِ َوال‬
ُ ‫صلَ َو‬ ُ ‫التَّ ِحي‬
ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬، َ‫الصَّالِ ِحين‬
Artinya: "Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat
dan amal shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat
Allah dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan
hamba-hamba Allah yang shalih."
"Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya."
15. Membaca selawat kepada Nabi Muhammad SAW saat tasyahhud akhir
Hadits riwayat Bukhari menjabarkan bacaan selawat kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai berikut.
ِ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َم َو َعلَى‬
، ‫ ٌد‬i‫ ٌد َم ِجي‬i‫ ِإنَّكَ َح ِمي‬، ‫آل ِإب َْرا ِهي َم‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫ َك َما‬، ‫آل ُم َح َّم ٍد‬
ِ ‫ار ْكتَ َعلَى‬
‫ ِإنَّكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬، ‫آل ِإب َْرا ِهي َم‬ ِ َ‫اللَّهُ َّم ب‬
ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ َ‫ َك َما ب‬، ‫آل ُم َح َّم ٍد‬
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad kamaa shollaita 'ala Ibroohim wa 'ala
aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik 'ala Muhammad wa 'ala aali
Muhammad kamaa barrokta 'ala Ibrohim wa 'ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.

16. Salam pertama


Ucapan salam untuk mengakhiri sholat, yaitu mengucap 'Assalamu'alaikum wa
rohmatullah wa barokatuh' sambil menghadap ke kanan, dan kemudian ucapkan lagi sambil
menghadap ke kiri.

G. Sunah-sunah Shalat

Sunah-sunah sholat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Sunah `Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan harus diganti
dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah :

1. Tasyahud awal, termasuk duduknya dan membaca sholawat Nabi didalamnya.


2. Membaca do’a qunut, termasuk berdirinya dan membaca sholawat kepada Nabi
Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.
3. Membaca sholawat untuk keluarga nabi Muhammad di dalam tasyahud akhir.

2. Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan tidak perlu
diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah :
1. Mengangkat kedua tangan pada empat tempat: 1). Ketika takbiratul ihram, 2). Ketika
ruku’, 3). Ketiak i’tidal, dan 4). Ketika bangun dari tasyahud awal.

2. Meletakan tangan kanan beserta jari-jarinya di atas tangan kiri dengan menyejajarkan
kedua pergelangan tangan dan menempatkannya di bawah dada.

3. Melihat ke tempat sujud.

4. Membuka kedua matanya dan dimakruhkan memejamkannya.

5. Melakukan jeda dengan ukuran baca lafadz subhanallah di enam tempat: 1). Antara
takbiratul ihram dan doa iftitah, 2). Antara doa iftitah dan ta’awudz, 3). Antara
ta’awudz dan surat al-Fatihah, 4). Antara akhir surat al-Fatihah dan lafadz amin. 5).
Antara amin dan membaca surat, dan 6). Antara surat dan ruku.

6. Membaca doa iftitah

7. Membaca ta’awudz

8. Membaca “Amin” setelah selesai membaca surat al-Fatihah

9. Membaca ayat/surat dari al-Qur’an. Yang lebih utama adalah tiga ayat atau lebih, satu
surat lebih utama daripada sebagian surat walaupun sebagian surat itu lebih panjang.

10. Membaca dengan nyaring pada sholat-sholat yang disunnahkan membaca nyaring dan
membaca dengan pelan pada sholat-sholat yang disunnahkan membaca pelan.

11. Memanjangkan bacaan pada rokaat pertama atas rokaat kedua.

12. Membaca takbir intiqol (perpindahan) dari tiap-tiap rukun kecuali i’tidal.

13. Membaca tasmi’ (sami’allahu liman hamidah) ketika i’tidal.

14. Duduk istirahah ketika bangun dari sujud sebelum berdiri.

15. Duduk iftirosy pada setiap duduk dalam sholat kecuali duduk tasyahud akhir.

16. Duduk tawaruk pada duduk tasyahud akhir.

17. Berhias diri dengan: 1) Memmakai imamah atau kopiah, 2). Memakai sorban, 3).
Memakai jubah, 4). Memakai wangi-wangian.

H. Hal-hal Yang Membatalkan Shalat

Dalam pelaksanaan sholat, ada beberapa perilaku atau tindakan yang jika dilakukan akan
membatalkannya, di antaranya:

1. Berhadas

Salah satu syarat sah sholat adalah suci dari hadas, baik hadas kecil maupun besar. Oleh
karena itu, ketika seseorang yang sedang mengerjakan sholat tiba-tiba berhadas, maka sholatnya
menjadi batal. Hadas yang dimaksud dalam hal ini misalnya buang angin, buang air kecil, haid,
dan lain-lain. Dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika datang haid, maka tinggalkanlah shalat. Jika darah haid tersebut sudah berhenti,
maka mandilah dari darah tersebut, lalu shalatlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Terkena atau kejatuhan najis
Najis merupakan zat yang menyebabkan seseorang tidak dalam keadaan suci. Orang yang
terkena najis ketika sedang sholat, maka ia harus segera membatalkan sholat dan membersihkan
dirinya terlebih dahulu. Contoh najis yang dapat membatalkan sholat misalnya kencing, air mani,
minuman keras, kotoran hewan yang haram dimakan, bangkai hewan, dan lain-lain.

3. Tertawa terbahak-bahak
Sebagian besar ulama sepakat bahwa tertawa hingga mengeluarkan suara atau terbahak-
bahak adalah perkara yang membatalkan sholat. Jika hanya tersenyum tanpa suara, maka itu
tidak membatalkan.

4. Aurat yang terbuka


Jika aurat terbuka di tengah sholat secara tidak sengaja namun segera ditutup, maka
ibadahnya tetap sah. Akan tetapi, jika aurat yang terbuka tidak ditutup kembali, berarti ia
dianggap sengaja melakukannya dan hal tersebut membuat sholatnya batal.

5. Makan dan minum saat sholat


Saat mengerjakan sholat, setiap Muslim tidak diperkenankan menelan sesuatu apa pun
melalui kerongkongan. Jika ada yang masuk, apalagi jika disengaja, maka sholatnya batal. Jika
ada sisa-sisa makanan yang terselip di antara gigi, maka hendaknya tidak ditelan saat sholat
berlangsung. Apabila sisa makanan tersebut lepas dari selip-selip gigi, maka hendaklah dibuang
dan jangan sampai tertelan.

6. Berbicara walaupun hanya satu kata


Berbicara yang membatalkan sholat dalam hal ini bukan melantunkan bacaan doa atau
dzikir dari Al-Quran, melainkan bahasa sehari-hari. Contohnya, ketika ada seseorang yang
sedang sholat, kemudian temannya datang dan bertanya tentang sesuatu, orang yang sedang
sholat itu menjawab “ya” dan temannya memahami jawaban tersebut. Dengan demikian, sholat
yang dilakukan dianggap batal.

Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim dijelaskan:

“Kami (Zaid dan para sahabat) tengah bercakap-cakap ketika sholat. Salah satu dari kami
berbicara kepada saudaranya karena ada keperluan hingga turunlah ayat ini, ‘Peliharalah semua
sholat (kalian) dan sholat wusta, dan berdirilah kalian untuk Allah (dalam sholat kalian) dengan
khusyuk’ (QS Al Baqarah [2]:238). Maka kami diperintahkan untuk diam.” (HR Bukhari dan
Muslim).
7. Tidak menghadap kiblat
Umat Islam diwajibkan untuk menghadap kiblat saat menunaikan sholat. Hal ini bahkan
menjadi salah satu syarat syahnya sholat seseorang. Jika tidak menghadap kiblat, berarti
sholatnya tidak sah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 144, Allah SWT berfirman:

“..Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada,
hadapkanlah wajahmu ke arah itu..” (QS. Al-Baqarah[2]:144)

8. Melakukan banyak gerakan di luar gerakan sholat


Melakukan banyak gerakan dapat menyebabkan hati dan anggota badan menjadi sibuk
dengan hal di luar sholat. Hilangnya kekhusyukan dalam sholat merupakan salah satu perkara
yang membatalkan.
Jika gerakan yang dilakukan terbilang sedikit, seperti memperbaiki letak surban, menutup shaf
yang kosong, atau menjulurkan tangan kepada sesuatu, maka sholatnya tidak dianggap batal.

9. Menambah rakaat sholat dengan jumlah terlalu banyak


Dalam sholat, seringkali seseorang tidak fokus hingga lupa dengan jumlah rakaat yang
sudah dikerjakannya. Jika ia menambahkan rakaat dengan jumlah sama seperti rakaat sholat
yang sedang dilaksanakan, maka ibadah tersebut dianggap batal. Misalnya, sholat dzuhur
dikerjakan sampai 8 rakaat, maghrib sampai 6 rakaat, dan selanjutnya.

10. Teringat sholat yang belum dikerjakan


Teringat sholat yang belum dikerjakan merupakan salah satu perkara yang dapat
membatalkan sholat. Misalnya, seseorang sedang mengerjakan sholat Ashar, tiba-tiba ia teringat
belum melaksanakan sholat dzuhur, maka sholat asharnya dianggap batal.
Ia harus mengerjakan sholat dzuhurnya terlebih dahulu karena sholat lima waktu harus
dilakukan secara berurutan, meskipun bentuknya qadha
.
 Apakah sah salat jika pikiran melayang?
Salat tetap sah kalau ketika salat pikiran kita terganggu (secara tidak sengaja terlintas hal-hal
lain di luar salat, sementara hati tetap berkeinginan keras untuk bisa khusyuk) sehingga tidak
bisa konsentrasi 100% tertuju kepada Allah.
Salat akan batal kalau dengan sengaja kita memikirkan hal-hal lain di luar salat.
Kekhusyukan bukan syarat sahnya salat, tapi syarat sempurnanya salat. Salat yang tidak khusyuk
tentu kualitasnya berkurang. Demikian, wallahu a'lam.

 Apakah mata kaki tidak boleh tertutup pada waktu salat?


Memang ada beberapa hadis yang menyebutkan ancaman keras bagi orang yang
melakukan isbal (menjulurkan atau memanjangkan) pakaian hingga menutup mata kaki.
Di antaranya hadis dari Abu Dzar yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan dari Abi
Hurairah yang diriwayatkah oleh Imam Bukhari.
Tetapi ada juga hadis-hadis lain, yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim,
yang menyebutkan bahwa larangan itu lebih didasarkan pada sikap sombong pelakunya
dengan menjulurkan pakaian hingga menutup mata kaki.

Abu Bakar RA pernah mengadu kepada Rasulullah bahwa salah satu belahan sarungnya
selalu menjulur kecuali kalau ia tarik terus menerus. Rasulullah menanggapi hal itu dengan
mengatakan, "Anda tidak termasuk orang yang melakukannya karena sombong."

Dari situ dapat disampaikan bahwa menjulurkan pakaian hingga menutup mata kaki yang
didorong sikap sombong termasuk dosa besar. Tetapi kalau tidak didasari sikap sombong maka
itu adalah boleh. Demikian, wallahu a'lam.

 Bolehkah menangis tersedu-sedu saat salat?


Jika menangis terjadi karena kekhusyukan menghayati ayat yang dibaca atau didengar dari
imam, itu tidak mengapa. Ingus yang keluar mengenai mukena atau sajadah tidak membatalkan
salat, dan ingus bukan najis. Tetapi apabila menangis itu terjadi karena hal-hal yang tidak
berhubungan langsung dengan salat, itu dapat membatalkan salat. Demikian, wallahu a'lam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Shalat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama, dengan
nya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Shalat mempunyai dua unsur yaitu
dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasakan pada
gerakan shalat itu sendiri, sedangka unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya tersembunyi
dalam hati karena hanya Allah SWT yang dapat menilainya. Shalat merupakan salah satu sarana
yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan
sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-
ibadah yang lain.

B. Saran

Penulis ingin menyampaikan saran yaitu; Dalam keluarga khususnya bagi para
orangtua harus lebih memperhatikan lagi setiap tumbuh kembang anaknya dalam melaksanakan
ibadah serta perilakunya, yaitu dengan cara menanamkan pendidikan keimanan mulai dari
kandungan, kemudian dilahirkan hingga anak tumbuh menjadi dewasa. Agar sebuah keluarga
memiliki keimanan yang kuat. Dengan sendirinya keimanan tersebut akan menjadi benteng
dalam menjalankan kehidupannya.

C. Penutup

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini.

Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran untuk Makalah ini. Demikian
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai