Anda di halaman 1dari 14

HIKMAH DARI SHALAT

Disusun Oleh Kelompok 5


FADLI KOMSIN (2110631150012 )
GADING ARYA SAPUTRA (2110631150015)
MUHAMMAD NAUVAL MAUZRIAN (2110631150022)
SUKAJI (2110631150030 )
VIVY STRAWBERRY (2110631150031)

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Hinggil Permana, M.Pd

Fakultas Teknik Universitas Sngaperbangsa Karawang


Jurusan S1 Teknik Mesin

2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu ibadah bagi ummat islam. Shalat juga
merupakan bagian dari tiang agama. Dimana shalat menjadi pillar dari
tegaknya agama Islam. Ummat muslim diperintahkan untuk senantiasa
menjaga shalatnya, yang berarti ummat muslim menjaga agar agama Islam
senantiasa tegak di muka bumi. Shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat wajib
yang lima waktu (subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya), dan shalat sunnah
(shalat duha, shalat qabliyah subuh, shalat qabliyah dan ba’ada dzuhur, dan
lainnya).
Shalat memiliki banyak sekali hikmah bagi ummat muslim yang
menjalankannya. Seperti yang Rasulullah katakan, salah satu hikmah shalat
adalah untuk mendapatkan keridhoan dari Allah. Pada makalah ini, kami akan
membahas hikmah-hikmah dari shalat wajib, shalat sunnah, dan shalat
berjamaah.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja macam-macam shalat
2. Apa saja hikmah yang terkandung di dalam shalat

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui macam-macam shalat
2. Untuk mengetahui hikmah-hikmah shalat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
Shalat adalah salah satu jenis ibadah bagi para
pemeluk agama islam yang berbentuk perkataan dan perbuatan dengan
diawali oleh gerakan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam. Salat
merupakan suatu ibadah yang istimewa di dalam Islam karena perintah
pelaksanaannya diterima oleh Nabi muhammad dari Allah secara langsung.
Menurut syariat islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata
cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai figur pengejawantahan
perintah Allah. Dalil mengenai kewajiban pelaksanaan salat terdapat di
dalam Al-Quran, hadist maupun ijmak para ulama. Salat dijadikan sebagai
penanda utama dalam status keimanan seorang muslim. Mengerjakan salat
merupakan tanda awal keislaman sedangkan meninggalkan salat merupakan
tanda awal kekafiran. Shalat secara umum terbagi menjadi dua jenis
yaitu shalat fardu dan shalat shunah. Salat fardu terbagi menjadi
5 waktu tertentu yang dikerjakan setiap hari dan bersifat wajib. Sementara itu,
salat sunah bersifat dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu tertentu,
khususnya pada hari raya Islam.
Kata salat merupakan kata serapan dalam bahasa Arab yaitu shalla.
Kata ini merupakan turunan dari kata yushalli - shalaatan. Secara bahasa,
kata salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti sebagai doa.
Dalam surah At-Taubah ayat 103 menjadi landasan pemaknaan ini. Dalam
ayat ini, kata salat dimaknai sebagai doa. Pemaknaan salat sebagai doa juga
diperoleh dari perbuatan dan ucapan yang diadakan selama kegiatan salat
merupakan serangkaian doa. Sementara itu, secara istilah salat diartikan oleh
para ulama sebagai serangkaian ucapan dan gerakan tertentu yang diawal
dengan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam. Gerakan takbir perlu
didahului dengan niat dan memiliki persyaratan tertentu sebelum
dilaksanakan. Abu hanifah menambahkan makna salat ini dengan
memberikan ciri umum gerakannya yaitu berdiri, rukuk dan sujud.
Salat termasuk dalam ibadah yang tujuan pelaksanaannya hanya
untuk menghambakan diri kepada Allah. Dalam pelaksanaan salat timbul
suatu hubungan antara manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, dan Allah
sebagai pencipta makhluk yaitu manusia. Hubungan ini disebutkan di dalam
Al-Qur'an pada Surah Az-Zariat ayat 56,Surah Yasin ayat 22, dan Al an’am 
ayat 162. Pada Surah Az-Zariat ayat 56 disebutkan bahwa manusia
dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Surah Yasin ayat 22
merupakan perenungan bahwa manusia akan kembali kepada Tuhannya
sehingga tidak ada alasan untuk tidak beribadah kepadaNya. Sementara
itu, Surah Al an’am ayat 162 menjelaskan bahwa salat seorang muslim hanya
dipersembahkan kepada Allah yang merupakan tuhan bagi seluruh alam.
a. Macam macam shalat
1. Salat fardu
Fardhu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk
mengerjakannya. Salat fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan
kepada mukalaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak
boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain,
seperti shalat lima waktu, dan shalat jum’at (fardhu 'ain untuk
pria).
o Fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada
mukalaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban
itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang
mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang
mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan
menjadi berdosa bila tidak dikerjakan, seperti shalat jenajah.

2. Sholat shunah

Sholat shunah adalah salat-salat yang dianjurkan untuk dikerjakan,


akan tetapi tidak diwajibkan. Seorang muslim tidak berdosa ketika tidak
melaksanakan salat sunah, sedangkan melaksanakannya berarti
memperoleh pahala. Salat sunah terbagi lagi menjadi dua, yaitu salah
sunah muakkad dan salat sunah ghairu muakkad. Salat sunah muakkad
adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya dan Sholat Tarawih.
Sedangkan salat sunah ghairu muakkad adalah salat sunah yang
dianjurkan tanpa anjuran dengan penekanan yang kuat.

Contoh salat sunah ghairu muakkad yaitu Sholat rawatib dan salat


sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti
salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

3. Salat nawafil
Salat nawafil adalah salat tambahan selain salat fardu. Salat
nawafil ini terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu salat sunah, salat mustahab
dan salat tathawwu'. Ketiga tingkatan ini sering disatukan menjadi satu
yaitu salat sunah, tetapi ketiganya tetap memiliki perbedaan.
Salat sunah merupakan salat tambahan yang pernah dilakukan
oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya secara terus-menerus. Salat
mustahab adalah salat yang diketahui pelaksanaanya di dalam hadis,
tetapi pelaksanaannya secara terus-menerus tidak terdapat di dalam
hadis. Sementara itu, salat tathawwu' merupakan salat yang tidak terdapat
dalam hadis maupun dicontohkan oleh para sahabat, tabiin dan tabi’ut
tabi’in. Salat tathawwu' hanya dikerjakan sebagai bentuk pendekatkan diri
seorang hamba kepada Allah. Kesalahan dalam penyebutan ketiga jenis
salat nawafil ini tidak membuat seorang muslim berdosa selama mereka
memahami makna dari ketiganya
B. Hikmah Shalat Fardhu
a. Sepanjang waktu, sejak pagi, siang, sore, petang hingga malam
hari agar senantiasa syukur dan ingat kepada Allah dengan
menjalankan shalat lima waktu.
b. Setiap kali hendak mengerjakan shalat kita disyaratkan agar bersih
dan suci dari najis dan hadast adalah sebagai symbol dan tuntunan
agar kita senantiasa hidup bersih.
c. Shalat juga harus dilaksanakan dengan khusu’ dan khusyu’ itu akan
dapat dilaksanakan manakala hati kita bersih dan teguh. Dengan
demikian kita yang mengerjakan shalat agar senantiasa memiliki
keteguhan hati dalam dan memiliki hati yang bersih dari segala rasa
dan sikap buruk.
d. Shalat adalah ekpresi pengabdian / penghambaan diri manusia
kepada Allah yang paling sempurna, sehingga akan menimbulkan
ketentraman jiwa dan terhindar dari gangguan kejiwaan maupun
stress, karena kita yakin dan merasa ada tempat bergantung dan
menyadarkan diri yaitu Allah yang maha kuasa.

C. Hikmah Shalat Sunnah

Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di
antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat
wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima
waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu’
(menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat.
Berikut beberapa keutamaan atau hikmah dari shalat sunnah.

1. Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib


Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ رُوا فِى‬J‫و أَعْ لَ ُم ا ْنظ‬Jَُ ‫ ِه َوه‬J‫ َّز لِ َمالَ ِئ َك ِت‬J‫ َّل َو َع‬J‫ا َج‬J‫و ُل َر ُّب َن‬Jُ‫ا َل َيق‬J‫صالَةُ َق‬
ُ َّ ‫« إِنَّ أَوَّ َل َما ي َُحا َسبُ ال َّناسُ ِب ِه َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة مِنْ أَعْ َمال ِِه ُم ال‬
ْ‫إِن‬J‫ظرُوا َه ْل ل َِع ْبدِى مِنْ َت َطوُّ ٍع َف‬ ُ ‫ص ِم ْن َها َش ْي ًئا َقا َل ا ْن‬ َ ‫ت لَ ُه َتام ًَّة َوإِنْ َك‬
َ ‫ان ا ْن َت َق‬ ْ ‫ت َتام ًَّة ُك ِت َب‬
ْ ‫ص َها َفإِنْ َكا َن‬ َ ‫صالَ ِة َع ْبدِى أَ َت َّم َها أَ ْم َن َق‬َ
.» ‫ض َت ُه مِنْ َت َطوُّ عِ ِه ُث َّم ُت ْؤ َخ ُذ األَعْ َما ُل َعلَى َذا ُك ْم‬ َ ِ ‫ي‬‫ر‬ ‫ف‬َ ‫ِى‬ ‫د‬‫ب‬ْ ‫ع‬
َِ ‫ل‬ ‫ُّوا‬
‫م‬ ‫ت‬ َ
ِ َ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫ق‬ ٌ
‫ع‬ ‫و‬
ُّ َ
‫ط‬ ‫ت‬َ ‫ه‬
ُ َ ‫ل‬ َ ‫َك‬
‫ان‬
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari
kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya
dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah
shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan
dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada
sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku
memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang  ada pada amalan wajib
dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan
seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

2. Kedua: Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat


Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu
Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-,  lalu aku
berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya
Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata
pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika
ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga
kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
َ ‫ك هَّللا ُ ِب َها َد َر َج ًة َو َح َّط َع ْن‬
‫ك ِب َها َخطِ ي َئ ًة‬ َ ‫ك ِب َك ْث َر ِة ال ُّسجُو ِد هَّلِل ِ َفإِ َّن‬
َ ‫ك الَ َتسْ ُج ُد هَّلِل ِ َسجْ َد ًة إِالَّ َر َف َع‬ َ ‫َعلَ ْي‬
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada
Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan
Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu
Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang
sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata,
“Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud
adalah memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205).
Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat
sunnah.

3. Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga


Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami –radhiyallahu ‘anhu– dia berkata,
‫ا َل أَ ْو‬JJ‫ك فِي ْال َج َّن ِة َق‬J َ ُ‫أَل‬J ‫ت أَ ْس‬
َ J‫ك م َُرا َف َق َت‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َفأ َ َت ْي ُت ُه ِب َوضُو ِئ ِه َو َح‬
ُ ‫اج ِت ِه َف َقا َل لِي َس ْل َفقُ ْل‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫يت َم َع َرس‬ ُ ‫ت أَ ِب‬
ُ ‫ُك ْن‬
ْ
‫ك ِب َكث َر ِة ال ُّسجُو ِد‬ َ
َ ِ‫ك َقا َل َفأعِ ِّني َعلَى َن ْفس‬ ُ ‫ك قُ ْل‬
َ ‫ت ه َُو َذا‬ َ ِ‫َغي َْر َذل‬
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka
beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku
hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau
bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu
saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu
dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no.
489)

4. Keempat: Shalat adalah sebaik-baik amalan


Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َّ ‫اسْ َتقِيمُوا َولَنْ ُتحْ صُوا َواعْ لَمُوا أَنَّ َخي َْر أَعْ َمالِ ُك ُم ال‬
ُ ‫صالَةُ َوالَ ي َُحاف‬
ٌ‫ِظ َعلَى ْالوُ ضُو ِء إِالَّ م ُْؤ ِمن‬
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah
dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling
utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah
seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

5. Kelima: Menggapai wali Allah yang terdepan


Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia
akan menjadi wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
َ ُ‫ِين آَ َم ُنوا َو َكا ُنوا َي َّتق‬
)63( ‫ون‬ َ ‫أَاَل إِنَّ أَ ْولِ َيا َء هَّللا ِ اَل َخ ْوفٌ َعلَي ِْه ْم َواَل ُه ْم َيحْ َز ُن‬
َ ‫) الَّذ‬62( ‫ون‬
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang
yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
‫ان هَّلِل ِ َولِ ًّيا‬
َ ‫ان م ُْؤ ِم ًنا َتقِ ًّيا َك‬
َ ‫َف ُك ُّل َمنْ َك‬
“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali
Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yang
memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban. Namun yang
dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam
surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa”
(Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah
orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau
mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.

Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al
Muqorrobun(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah
pertengahan).

As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu


mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan
yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.

Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya


mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan
yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak
menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
ِ ‫) َو ُب َّس‬4( ‫ت اأْل َرْ ضُ َر ًّجا‬
ً‫ت ْال ِج َبا ُل َب ّسا‬ ِ َّ‫) إِ َذا رُج‬3( ‫ض ٌة َرافِ َع ٌة‬ َ ِ‫) َخاف‬2( ‫ْس ل َِو ْق َع ِت َها َكا ِذ َب ٌة‬َ ‫) َلي‬1( ‫ت ْال َواق َِع ُة‬ ِ ‫إِ َذا َو َق َع‬
ً
‫) َوأَصْ َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة‬8( ‫ة َما أَصْ َحابُ ْال َم ْي َم َن ِة‬Jِ ‫) َفأَصْ َحابُ ْال َم ْي َم َن‬7( ‫) َو ُك ْن ُت ْم أَ ْز َواجً ا َثاَل َث ًة‬6( ‫ت َه َبا ًء ُم ْن َب ّثا‬
ْ ‫) َف َكا َن‬5(
‫) ُثلَّ ٌة م َِن‬12( ‫ِيم‬ ِ ‫ت ال َّنع‬
ِ ‫) فِي َج َّنا‬11( ‫ون‬JJُ َ ‫ك ْال ُم َقرَّ ب‬ َ JJِ‫) أُولَئ‬10( ‫ون‬ َ ُ‫ ِابق‬JJ‫الس‬
َّ ‫ون‬ َّ ‫) َو‬9( ‫أ َ َم ِة‬JJ‫ َحابُ ْال َم ْش‬JJ‫ص‬
َ ُ‫ ِابق‬JJ‫الس‬ ْ َ‫ا أ‬JJ‫َم‬
)14( ‫ين‬ َ ‫) َو َقلِي ٌل م َِن اآْل َخ ِِر‬13( ‫ِين‬ َ ‫اأْل َ َّول‬
“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan
(golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu
yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan.
Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu.
Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah
kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan
segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14)
(Lihat Al furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, hal. 51)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan
tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ َو َما‬، ‫ت َعلَ ْي ِه‬ُ ْ‫ب إِلَىَّ َع ْبدِى ِب َشىْ ٍء أَ َحبَّ إِلَىَّ ِممَّا ا ْف َت َرض‬ َ َّ‫ َو َما َت َقر‬، ‫ب‬ ِ ْ‫إِنَّ هَّللا َ َقا َل َمنْ َعا َدى لِى َولِ ًّيا َف َق ْد آ َذ ْن ُت ُه ِب ْال َحر‬
، ‫ ِه‬J‫ ُر ِب‬J‫ْص‬ ِ ‫ َرهُ الَّذِى ُيب‬J‫ص‬ ُ ‫ َفإِ َذا أحْ َب ْب ُت ُه ُك ْن‬، ‫َي َزا ُل َع ْبدِى َي َت َقرَّ بُ إِلَىَّ ِبال َّن َواف ِِل َح َّتى أ ُ ِح َّب ُه‬
َ ‫ َو َب‬، ‫ ِه‬J‫ َم ُع ِب‬J‫مْ َع ُه الَّذِى َي ْس‬J‫ت َس‬ َ
‫ َولَئ ِِن اسْ َت َعا َذنِى ألُعِ َيذ َّن ُه‬، ‫ َوإِنْ َسأَلَنِى ألُعْ طِ َي َّن ُه‬، ‫ْطشُ ِب َها َو ِرجْ لَ ُه الَّتِى َيمْ شِ ى ِب َها‬ ُ ‫َو َي َدهُ الَّتِى َيب‬
“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku
akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri
pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika
Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada
pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada
tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada
kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-
Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku
akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)
Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping
melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan
memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah
juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a
(Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad,
hadits ke-38).

D. Hikmah Shalat Berjamaah


Sementara itu, shalat berjamaah memiliki begitu banyak keistimewaan
dan hikmah bagi yang mengerjakannya. Rasulullah SAW sejak pertama kali
mendapatkan perintah shalat senantiasa menunaikannya dengan berjamaah.
Hal tersebut sudah menjadi sunnah Rasulullah SAW sehingga dapat
diteladani oleh pengikutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Perintah Nabi untuk melaksanakan shalat berjamaah terdapat dalam hadist
yang berbunyi:
"Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka serta ajarilah mereka dan
shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang
di antara kalian azan dan hendaklah orang yang paling tua (berilmu tentang
Al Kitab & As Sunnah dan paling banyak hafalan Al Qur'annya) di antara
kalian mengimani kalian." (HR. Bukhari)
Dalam buku Dahsyatnya Shalat Berjamaah di Masjid (2020) karya Deni
Yaasin Afrianto, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW tidak menyukai orang
yang meninggalkan shalat berjamaah. Hal ini tercantum dalam hadist berikut
"Demi zat yang diriku di tanganNya, aku ingin menghimpun kayu bakar, lalu
kusuruh seseorang mengumandangkan azan dan shalat, dan kusuruh pula
imam memimpin shalat berjamaah. Dan kudatangi mereka yang tidak shalat
berjamaah. Lalu akan ku bakar mereka bersama rumah-rumahnya!" (HR.
Bukhari Muslim)

Hikmah Shalat Berjamaah

Sementara itu, shalat berjamaah memiliki begitu banyak keistimewaan dan


hikmah bagi yang mengerjakannya. Di antaranya dari yang telah diterangkan
oleh para ulama dalam buku Shalat Berjamaah dan Permasalahannya (2014:
33) oleh Wawan Shofwan Sholehudin, hikmah shalat berjamaah yaitu sebagai
berikut.

1. Mendapatkan pahala dan kebaikan yang dihitung mulai dari menuju


masjid, shalat, dan berjamaah shalatnya.

2. Memiliki kesempatan untuk menjalin silaturahmi dengan sesama Muslim.

3. Menghilangkan kotoran hati dan niat buruk dalam diri.

4. Menumbuhkan dan mengikat rasa kebersamaan dalam kebaikan.

5. Mendidik diri dan hati agar siap dalam menerima kritikan.

6. Mempersiapkan dan berlapang dada dipimpin oleh imam yang memenuhi


kriteria secara syar'i.

7. Melatih kedisiplinan diri dalam mematuhi seluruh perintah imam.

8. Melatih untuk dapat berkonsentrasi dan penuh kekhusyuan.

9. Mendapatkan motivasi agar semangat belajar Alquran.

10. Menjadikan diri kompetitif atau berusaha untuk berlomba dalam jalan
kebaikan.

E. Hikmah Gerakan Dalam Shalat

Makna gerakan shalat dari sudut kesehatan badaniah sebagai berikut:

1. Gerakan Shalat Secara Umum


Menurut prof. Dr.Vonschreber bahwa gerakan-gerakan dalam shalat
menurut agama Islam adalah satu cara untuk memperoleh kesehatan
dalam arti kata dan pengertian yang luas sekali, ia mencakup semua
gerakan dengan tujuan mempertinggi daya prestasi tubuh. Dalam
agama Islam setiap hari 5 kali dilaksanakan. Shalat demikian itu
dapat menghasilkan tubuh kita menjadi bentuk yang bagus dan
menjdai lembut dan lincah, disamping mudah bergerak dapat
menambah daya tahan. Sedangkan menurut prof. Dr. leube bahwa
gerakan-gerakan dalam shalat secara Islam mengurangi dan
mengentengkan penyakit jantung seperti penyakit klep-klep bilik
jantung, otot-otot jantung, pembuluh-pembuluh darah, angina pectoris
( dada sakit sesak dan tertekan) penyumbatan uarat-urat darah, kaki
menjadi bengkak karena penyakit jantung, penyakit paru-paru seperti
bronchitis, ama, radang tulang rusuk, TBC, penyakit perut seperti
maag yang membesar, embelit, penyakit empedu, serta penyakit-
penyakit pembawaan seperti, kegemukan, diabetes, reumatik dan
lain-lain.

2. Meliputi kedua tangan

Gerakan melipat kedua tangan yaitu melipatkan kedua tangannya


diatas daerah pusar (umbiricus) atau dibawahnya sedemikian rupa
sehingga pergelangan tangan kanan diletakan diatas punggung
tangan kiri serta telapak tangan kanan menunggang pergelangan
tangan kiri.

Menurut imam abu hanifah, kedua tangannya seharusnya dilipatkan


diatas daerah pusat atau sedikit dibawahnya, yang demikian itu
merupakan sikap rileks atau istirahat yang paling sempurna bagi
kedua tangan, oleh sebab sendi siku dan sendi pergelangan tangan
serta otot-otot dari kedua tangan berada dalam istirahat penuh.

Sirkulasi darah, terutama aliran darah kembali kejantung serta


produksi getah bening dan air jaringan yang terkumpul dalam
kantong-kantong (bursa) kedua persendian itu, menjadi lebih baik
sehingga gerakan didalam kedua sendi tangan, menjadi lebih lancar
dan mudah menghindarkan timbulnya berbagai penyakit persendian,
misalnya penyakit kekakuan sendi (reumatik).

Sikap tangan yang dianjurkan oleh imam abu hanifah, tidak


mengakibatkan perasaan capai, lelah atau nyeri pada kedua tangan,
sehingga pemusatan pemikiran kepada yang disembah dapat
diperkuat (khusyu-tawadhu).

3. Ruku’

Menurut petunjuk ilmiah, dengan sikap ruku, otot-otot panggung yaitu


otot-otot kerudung (musc. Travezius), otot punggung lebar (musc.
Latissimus dorsi), otot belah ketupat 9musc. Rhomboideus) dapat
berkontraksi sama rata dan serentak, sehingga penyakit kerekutan
atau membengkoknya tulang punggung (scoliose), yang sering timbul
pada anak-anak yang disebabkan sikap duduk yang salah pada
waktu menulis atau membaca dapat dihindarkan atau disembuhkan.
Pula suatu kelainan dan tulang punggung dimana satu atau beberapa
ruas tulang belakang membokong kebelakang (kyphosisi), dapat
diperbaiki dan dikembalikan pada posisi yang normal.

Demikian juga suatu kelainan dimana tulang punggung terlalu


melentur kemuka yaitu pinggang lentik (lordosis), dapat diperbaiki.
Kelainan dari tulang punggung ini dapat menimbulkan penyakit
“albuminuria lordotika”, yaitu keluarnya zat telur didalam air kemih
pada orang muda yang disebabkan dan dikembalikan pada posisi
yang normal.
4. Sujud

Secara ilmiah, sujud menghasilkan otot-otot menjadi lebih besar dan


kuat, terutama otot-otot dada, sebagai otot-otot sela-iga dalam atau
otot-otot antar iga dalam.
Sewaktu menarik napas, tampak iga-iga atau tulang-tulang rusuk
(kosta) ditarik keatas oleh pekerjaan otot-otot diantara iga-iga itu.
Dengan demikian tulang dada terangkat keatas dan maju kedepan,
sehingga rongga dada bertambah besar dan paru-paru akan
berkembang dengan baik dan dapat mengisap udara yang bersih
kedalamnya. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa dada yang
picik dan tidak kuat, adalah salah satu sumber dari timbulnya
penyakit TBC.

Salah satu hal yang menakjubkan denga sikap sujud secara ilmiah,
ditinjau dari sudut ilmu kesehatan, adalah sirkulasi atau aliran darah
didalam otak, sementara melaksanakan sujud.

Otang adlaha salah satu anggota badan yang teropepenting, oleh


sebab sekejap ia tidak mendapat darah, maka berakhirlah pula
kehidupan kita. Pada waktu melaksanakan sujud, maka kepala kita
merupakan salah satu bagian badan yang terrenam, hingga hal ini,
mengakibatkan relatif lebih banyak darah, yang mengandung
berbagai zat yang sangat diperlukan oleh otak, mengalir keanggota
badan yang terpenting itu.

Telah kami uraikan, bahwa otak dalam beberapa detik aja tidak
mendapat pengaliran darah, maka seketika kita jatuh pingsan,
bahkan kita dapat menghembuskan napas yang terakhir.

Jelas kiranya betapa pentingnya sikap sujud ini, bagi kesehatan otak,
(bahkan pada latihan yoga kita dilatih untuk berdiri diatas kepala, hal
mana dapat menghindarkan dan menyembuhkan pilbagai macam
penyakit badaniah maupun bathaniah. Denga sikap sujud ini dinding
urut-urut nadi otak (arteria capsularis cerebria interna), dapat dilatih
dan dibiasakan dan menerima darah yang relatif lebih banyak dari
biasa, sehingga kematian yang sekoyong-koyong, yang disebabkan
oleh pecahnya urat-urat nadi otak (opoplexia cerebria) dan
dihindarkan, terutama bila oleh emosi, amarah, dan sebagainya
sekonyong-konyong lebih banyak darah dipompakan keurat-urat
nadi otak yang dapat mengakibatkan pecahnya dinding urat-urat nadi
otak tersebut terutama bila dinding urat-urat nadi otak telah menjadi
sempit, keras dan rapuh oleh degenerasi ketuaan (arterio-sclerosis
cerebria).

Adapun makna-makna gerakan shalat secara batiniah adalah:

 Takbiratul Ihram, Sesudah mngucapkan takbir al-ihram


(al-ihram berarti larangan), maksudnya sesudah
mengucapkan takbir pikiran tidak boleh dipancarkan
kemana-mana melainkan semata-mata hanya khusus
untuk shalat, maka sebagai tanda penghormatan
terhadap tuhan yang maha tinggi, tuhan seru sekalian
alam.

 Berdiri, untuk menyatakan kebesaran Allah SWT


dan untuk menyatakan penghormatan kita
kepadanya. Maka karena berdiri itu bernilai
(berpungsi) demikian, Nabi Saw. Mencegah
sahabat-sahabatnya berdiri karena menyambut
kedatangannya.Didalam berdiri itu, diperintahkan
membaca al-qur’an untuk menegaskan keberadaan
Allah SWT. Dengan ucapan lidah. Agama tidak
menentuka surat- surat yang dibaca sesudah al-
fatihah, adalah supaya umat mempunyai hak
memilih yang mengesankan jiwanya sendiri.

 Ruku, dilakukan untuk menambahkan ta’dhiem, untuk


menanbahkan kenyataan kebesaran Allah
SWT.lantaran itu, diucapkalah didalamnya “subhana
rabbiayal adziem”.
 Sujud, dilakukan untuk menyatakan ta’dhiem
yang sempurna. Lantaran demikian,
diucapkan didalamnya “subhana rabbiyal a’la”.
 I’tidal adalah untuk mensifatkan puji kepada Allah SWT
 Duduk antara dua sujud, adalah untuk memohon hajat
kepada Allah SWT

Duduk tasyahud, adalah untuk mempersembahkan segala


kehormatan kepada Allah SWT, memberi salam kepada Nabi Saw,
memberi salam kepada hamba Allah SWT. Yang shalih-shalih,
membaharui syahadat, berselawat dan bermohon. melainkan
semata-mata hanya khusus untuk shalat, maka sebagai tanda
penghormatan terhadap tuhan yang maha tinggi, tuhan seru
sekalian alam.
 Berdiri, untuk menyatakan kebesaran Allah SWT
dan untuk menyatakan penghormatan kita
kepadanya. Maka karena berdiri itu bernilai
(berpungsi) demikian, Nabi Saw. Mencegah
sahabat-sahabatnya berdiri karena menyambut
kedatangannya.

Didalam berdiri itu, diperintahkan membaca al-qur’an untuk


menegaskan keberadaan Allah SWT. Dengan ucapan lidah.
Agama tidak menentuka surat- surat yang dibaca sesudah al-
fatihah, adalah supaya umat mempunyai hak memilih yang
mengesankan jiwanya sendiri.

 Ruku, dilakukan untuk menambahkan ta’dhiem, untuk


menanbahkan kenyataan kebesaran Allah
SWT.lantaran itu, diucapkalah didalamnya “subhana
rabbiayal adziem”.
 Sujud, dilakukan untuk menyatakan ta’dhiem
yang sempurna. Lantaran demikian,
diucapkan didalamnya “subhana rabbiyal a’la”.
 I’tidal adalah untuk mensifatkan puji kepada Allah SWT
 Duduk antara dua sujud, adalah untuk memohon hajat
kepada Allah SWT
 Duduk tasyahud, adalah untuk mempersembahkan
segala kehormatan kepada Allah SWT, memberi salam
kepada Nabi Saw, memberi salam kepada hamba Allah
SWT. Yang shalih-shalih, membaharui syahadat,
berselawat dan bermohon.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
i. Berbagai aspek kehidupan yang bisa terwakilkan dalam ibadah
sholat yang dapat mendorong akhlaq manusia menjadi lebih
baik.
ii. Shalat menjadi penghubung ummat muslim dengan Allah.
iii. Ibadah sholat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan
mungkar,namun ketika manusia masih berbuat keji dan
mungkar dan tetap melakukan sholat mengakibatkan
bertambahnya akhlaq yang tidak terpuji atau bertambahnya
perbuatan keji dan mungkar tersebut.
iv. Ibadah shalat dapat membuat diri kita menjadi sehat karena
telah banyak pembuktian secara ilmiah jika gerakan shalat
memiliki manfaat kesehatan bagi manusia.

B. SARAN
Dari sumber yang diperoleh akhirnya penulis ingin menyampaikan saran
kepada pembaca bila akan menyampaikan hikmah shalat,
i. Kita harus memahami sumber terlebih dahulu agar saat
menyampaikan tidak akan keliru
ii. Saat menyampaikan kita harus tahu banyak tentang hikmah
shalat

C. Daftar Pustaka
a. Sumber Jurnal
Departemen Agama RI. Kurikulum 2004. Fiqih. Banten

b. Sumber Website Online


Http://eprints.dinus.ac.id/18852/9/bab1_17898.pdf
https://rumaysho.com/2184-keutamaan-shalat-sunnah
https://kumparan.com/berita-hari-ini/hikmah-shalat-berjamaah-dan-hadits-yang-
berisi-perintahnya

Anda mungkin juga menyukai