PEMBAHASAN
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(at-Taubah: 103)
Arti shalat secara terminologis adalah ucapan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam. Dinamakan demikian karena mengandung do’a. Orang yang
melakukan shalat tidak lepas dari do’a ibadah, pujian dan permintaan. Itulah sebabnya
dinamakan shalat.
A. Tujuan Shalat
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah
manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan shalat.
Adapun tujuan didirikan shalat menurut al- Qur‟an dalam surah al- Ankabut ayat 45
Artinya:… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. … (QS.Al-Ankabut:45)
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak
mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar.
Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah
sehingga apabila shalat telah mereka dirikan , maka mereka tidak akan berbuat jahat.
Adalah Rasulullah SAW mendirikan sholat dengan tuma’ninah (rileks), yaitu sikap tenang
atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya, dimana posisi tulang dan
organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna.
Dari Abu Hurairoh, sesungguhnya Nabi SAW pernah masuk masjid dan bersabda: ”apabila
kamu berdiri sholat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagi mu, kemudian ruku’ lah
sehingga thumaninah dalam keadaan ruku’, kemudian bangkitlah sehingga i’tidal dalam
keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehinggathumaninah dalam keadaan sujud, kemudian
bangkitlah sehingga thumaninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga
thumaninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam sholatmu (HR.
Bukhori, Muslim, dan Ahmad)
Kebanyakan orang mengira bahwa jumlah bacaan dalam setiap sholat dijadikan sebagai
ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, ruku’, maupun sujud. Padahal bacaan itu bukan
sebuah aba-aba dalam sholat kita. Setiap bacaan yang diulang-ulang merupakan aspek meditasi,
autoterapi, autosugesti, berdo’a, mencari inspirasi, penyembuhan, menunggu petunjuk termasuk
mendapatkan ketenangan bathin lebih dalam. Apalagi sholat bukan hanya untuk terapi mental
tetapi juga untuk menterapi fisik agar bisa rileks. Tentunya tidak mungkin dilakukan dengan
terburu-buru, karena aspek meditatif sholat dapat ditemukan jika kita mendirikan sholat dengan
penghayatan bacaan-bacaan sholat. Pengulangan bacaan tasbih dalam ibadah sholat; seperti
membaca tasbih subhanallah robi al adzhimi wa bihamdihi 3X atau lebih ketika ruku adalah
diantara upaya menuju therapy lahir bathin dalam sholat.
Mengacu pada Rasulullah, beliau melakukan i’tidal lama sekali sehingga para jamaahnya
dikira beliau lupa. Padahal bacaan yang dibaca pendek sekali dan bisa dilakukan dengan cepat,
tetapi Rasulullah melakukan dengan berdiri cukup lama. Juga pada saat duduk, beliau melakukan
dalam tempo agak lama.
Pada saat duduk (iftirosy) sebenarnya Rasulullah sedang melakukan dialog untuk
menyelasaikan persoalan yang dirasa sulit untuk dipecahkan. Pada saat itulah beliau
menununggu jawaban atas kesulitan yang beliau alami. Pertanyaan adalah : Mengapa kita tidak
mengambil pelajaran dari cara beliau sholat ?. Sholat menjadi media komunikasi dan memohon
pertolongan Allah atas masalah yang kita hadapi. Apabila kita telah melakukan sholat dengan
benar, dengan cara relaksasi yang dalam dan penyerahan secara total kepada Allah (kepasrahan
dan penuh harap kepada Allah SWT), maka tidak mungkin orang yang sudah mendirikan sholat
akan berhati kasar atau pikirannya menjadi kacau.
Sementara itu, menurut penelitian Alvan Goldstein, ditemukan adanya zat andorphin dalam
otak manusia yaitu zat yang memberikan efek menyenangkan yang disebut endogegonius
morphin. Untuk mengembalikan produksi endorphin di dalam otak bisa dilakukan dengan
meditasi sholat yang benar atau melakukan zikir-zikir yang memang banyak memberikan
dampak ketenangan.
Mereka yang melakukan sholat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan
dalam tubuhnya, sehingga tubuh terasa segar (fresh). Aktifitas Inilah membuktikan fungsi sholat
sebagai ”Sesungguhnya memiliki kekuatan mengubah perilaku manusia dari perbuatan keji dan
munkar...(Q.S Al Ankabut, 29:45)
Bisa dimengerti, mengapa sholat jika dilakukan dengan benar mampu mengubah perilaku
menusia menjadi bermoral. Rasulullah SAW telah memberikan tehnik alamiah yang dibutuhkan
fisik dan jiwa secara sempurna. Saat tubuh kita letih dan stress, Rasulullah telah memberikan
cara terapi fisik berupa HYDRO-THERAPY (terapi air), dengan menggunakan air wudhu. Wudhu
adalah ibadah zikir yang merupakan sarana pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi yang paling
luar (fisik) sampai ke dalam ruhaninya. Lalu disunahkan pula menaburi wewangian pada tubuh
yang akan memberikan efek relaksasi pada pikiran (aroma therapy).
”Barang siapa berwudhu’ lalu dibaguskan wudhu’nya dan dikerjakan sholat dua rakaat, di
mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam wudhu’ dan sholat itu sesuatu hal duniawi,
niscaya keluarlah dia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya”. (H.R
Bukhori dan Muslim dari Usman bin Affan ra.)
Sebaiknya kita harus sudah mengubah paradigma dari teosentris menjadi antroposentris. Kita
yang seharusnya butuh Allah, bukan Allah yang butuh kita, sehingga kita merasakan bahwa
beribadah adalah sesuatu yang memang dibutuhkan oleh jiwa, pikiran dan fisik kita. Sholat
menjadi sesuatu yang menyenangkan bukan sebaliknya. Memang agak sulit mengubah suatu
kebiasaan yang sudah mengakar dan mendarah daging. Namun kita mencoba mempraktekkan
latihan-latihan zikir dan sholat untuk menemukan rasa yang telah lama hilang itu. Dengan
kesadaran baru yang kita bangkitkan, insyallah sholat akan menjadi tempat kita berdialog dengan
Allah. Dia pusat ilmu pengetahuan, sumber kehidupan dan pusat perencanaan kehidupan dari
seluruh mahluk.
”Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa
mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.” (Q.S Al-
Baqoroh:45-46).
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. an-Nisa’:103)
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar r.a, berkata: Rasulullah SAW, bersabda:“dasar (pokok)
Islam itu didirikan atas lima hal, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah SWT
dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirirkan shalat, memberikan zakat, haji
dan puasa ramadhan”. (HR. Bukhari)
Artinya :“Abdullah putra Umar ibnu Khaththab r.a. berkata, “bahwa Rasulullah SAW
bersabda: aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersyahadat bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah, dan mendirikan shalat
dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu, maka berarti mereka
telah memelihara jiwa dan harta mereka dariku, selain dikarenakan hak Islam, sedang hisab
mereka terserah kepada Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Berakal. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada orang gila karena Rasulullah SAW bersabda,
Artinya: “Pena diangkat dari tiga orang: dari orang tidur hingga ia bangun, dari anak kecil
hingga ia bermimpi, dan dari orang gila hingga ia berakal.” (Diriwayatkan Abu Dawud dan al-
Hakim yang men-shahih-kannya).
3) Baligh. Jadi, shalat tidak di wajibkan kepada anak kecil hingga ia baligh, karena Rasulullah
SAW sebagaimana sabdanya:
Artinya: “Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan shalat jika mereka mencapai
usia tujuh tahun, dan pukullah, mereka jika tidak mengerjakannya pada usia sepuluh tahun,
serta pisahkan tempat tidur mereka..” (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud)
4) Bersih dari darah haid dan darah nifas. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada wanita yang
sedang menjalani masa haid dan wanita yang menjalani masa nifas, hingga kedua bersih dari
kedua darah tersebut..
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. an-Nisa’:103)
Penetapan waktu adalah pembatasan. Allah SWT telah menentukan waktu-waktu shalat.
Artinya, Allah SWT menentukan waktu-waktu shalat di sepanjang rentang waktu. Kaum
Muslimin telah berijma’ bahwa shalat lima waktu itu memiliki waktu-waktunya yang khusus dan
terbatas, shalat tidak diterima jika dilakukan sebelum waktunya.
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab r.a berkata, “shalat memiliki waktu-waktu yang
telah dipersyaratkan oleh Allah. Maka shalat tidak sah, melainkan dengan syarat itu. Maka,
shalat wajib dilakukan dengan tibanya waktu. Allah SWT berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 78
yang berbunyi:
Artinya: “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”.(al-
Isra’: 78)
2) Suci dari hadas besar dan hadas kecil. Yang dimaksud dengan hadas besar ialah keadaan diri
seseorang tidak bersih dan baru dinyatakan bersih apabila ia telah mandi, yaitu perempuan yang
baru selesai haid dan nifas, laki-laki atau perempuan selesai bersetubuh, keluar mani dan baru
masuk Islam. Sedangkan hadas kecil ialah keadaan diri seseorang dalam sifat tidak bersih dan
baru menjadi bersih bila ia telah berwudhu’ ketika: bangun dari tidur, keluar sesuatu dari badan
melalui dua jalan (keluar angin, kencing atau buang air besar), dan lain-lain. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a,
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a, beliau berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda, “Allah tidak
menerima shalat salah seorang di antara kalian, apabila ia berhadats (tidak mempunyai wudhu)
sampai dia berwudhu”. (HR. Abu Daud)
3) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis. Orang yang shalat harus bersih badannya,
pakaiannya dan tempat shalatnya dari najis. Yang disebut najis itu adalah setiap kotoran seperti
urine dan tinja dan segala sesuatu yang dilarang untuk konsumsi seperti: darah, khamar dan
lainnya. Kotoran yang melekat di badan atau pakaian atau tempat shalat harus dibersihkan
dengan air. Sebagaimana dalam firman Allah SWT,
4) Menutup aurat. Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit.
Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan aurat perempuan seluruh badannya kecuali
muka dan dua tapak tangan. Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.”. (Al-A’raf: 31)
Yang dimaksud dengan “pakaian” dalam ayat ini ialah pakaian untuk shalat. Jadi, tidak sah
shalatnya orang yang terbuka auratnya, sebab hiasan dalam pakaian ialah pakaian yang menutupi
aurat. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang shalatnya wanita dengan menggunakan baju besi
dan kerudung tanpa kain luar, maka beliau bersabda, “jika baju besi menutupi bagian luar kedua
telapak kakinya, maka boleh”.
5) Menghadap kiblat (ka’bah), sebab shalat tidak sah tanpa menghadap kiblat. Sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 144.
Artinya: “Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. al-Baqaarah: 144)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa melaksanakan shalat fardhu (wajib) harus
sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan dalam islam, apabila tidak sesuai waktunya maka
berlaku waktu yang tidak diperbolehkan shalat.
”Ya Allah sesungguhnya kami mohon dipilihkan oleh-Mu dengan ilmu Mu, dan kami mohon
penetapan dengan kekuasaan-Mu, juga kami mohon karunia-Mu yang besar. Sesungguhnya
Engkau Yang Maha Kuasa, sementara kami tidak berkuasa apa-apa, Engkau Maha Mengetahui,
dan kami tidak mengetahui apa-apa, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Ya
Allah sekiranya menurut ilmu-Mu urusanku ini (maksudnya pilihan-pilihan yang sulit, pen.) baik
untukku, untuk agamaku, dan untuk kehidupanku, maka ya Allah, takdirkanlah hal itu untukku
dan mudahkanlah bagiku, kemudian berkatilah aku. Sebaliknya jika menurut ilmu-Mu, urusanku
ini buruk untukku, untuk agamaku, dan untuk kehidupanku dan akibat dari urusanku ini, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, maka ya Allah jauhkanlah hal itu dari ku, jauhkanlah
aku dari hal itu, serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja dimana saja dimana saja
adanya, kemudian puaslah hatiku dengan takdir itu.”
Jawaban sholat istikhoroh dapat diketahui melalui tiga jalan. (1) melalui isyarat mimpi,
yang melambangkan apa yang sebaiknya dipilih, (2) jawaban itu disampaikan melalui nasihat
dan saran banyak orang yang terasa masuk akal dan menyejukkan, dan (3) melalui ketajaman
nurani, dimana hati menjadi sangat yakin atas pilihannya meski boleh jadi ditentang oleh seluruh
penduduk bumi.
Adapun jika seorang muslim mempunyai permintaan khusus kepada Allah, maka
kepadanya dianjurkan untuk mengerjakan sholat sunnah hajat. Dalam Al Qur’an diisyaratkan
bahwa permohonan pertolongan kepada Tuhan bisa dilakukan dengan sabar dan sholat ( Q.S Al
Baqoroh, 2:45.)
Jika orang mengerjakan sholat istikaharoh disebabkan kurang percaya diri dalam mengambil
keputusan, maka sholat hajat dilakukan sehubungan dengan telah adanya keputusan yang
diambil dan langkah yang sudah dimulai. Dalam keyakinan atas pilihan itulah orang bermohon
agar apa yang diyakini telah diridhoi Allah itu terlaksana dengan baik. Perhatikan kandungan
do’a sholat hajat yang diajarkan Rasul SAW:
Tiada Tuhan Selain Allah Yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia, Maha Suci Allah, Pemilik
Arsy yang Agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Aku mohon kepada Mu hal-hal
yang mendatangkan (a)rahmat-Mu, (b) ampunan-Mu, (c) perlindungan-mu dari dosa, (d)
peluang meraih segala kebajikan dan (e) terbebas dari kesalahan. Ya Allah aku mohon kepada
Mu, jangan Engkau biarkan dosaku tanpa Engkau ampuni, dan jangan Engkau biarkan
kesulitanku, tanpa Engkau beri jalan keluar, dan jangan Engkau biarkan hajatku yang telah
Engkau ridhoi, tanpa Engkau kabulkan, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.
Imam Ghozali dalam Ihya ’Ulum-u ’l –Din sebagaimana dikutip oleh Achmad Mubarok dalam
kumpulan tulisannya Pendakian Menuju Allah (2002), mengutip hadis yang menceritakan bahwa
ketika seorang hamba mendirikan sholat, maka Allah membuka tabirNya, sehingga sang hamba
dapat bermuwajahah, bertatap muka dengan Nya. Ketika itu di kiri kanan hamba yang sholat itu
terdapat sejumlah malaikat yang ikut sholat bersamanya dan mengamini do’anya. Ketika itu
langit dibuka bagi orang yang sholat itu.
Dari beberapa penjelasan di atas kita dapat menggarisbawahi bahwa sholat memiliki
keistimewaan. Bahwa sholat adalah ibadah yang mempunyai kedudukan penting dalam hidup
dan kehidupan seorang muslim, karena ia berperan sebagai media komunikasi seorang msulim
dengan KhaliqNya, ketika sholat seseorang akan merasa bergetar hatinya ”berkomunikasi”
langsung dengan Zat Yang Maha Kuasa, gerakan serta ucapan-ucapan dilaksanakan dengan hati
yang ikhlas dan sepenuh jiwa. Dalam kondisi itu, seseorang akan merasakan kekuasaan
tersembunyi yang eksistensinya dirasakan oleh manusia.
Dalam catatan Imam Ghozali bahwa ada enam makna bathin penting yang harus dicermati oleh
para pelaku Sholat (mushollin) untuk dapat mencapai tahap kesempurnaan ibadahnya. Bahwa
efektifitas komunikasi seorang pelaku sholat tentunya perlu memperhatikan beberapa hal
tersebut, Yaitu (1) kehadiran hati, (2) kefamahaman, (3) mengagungkan Allah SWT (4) segan,
(5) berharap, (6) malu.
1. Yang dimaksud dengan kehadiran hati dalam sholat adalah bersihnya hati dari hal-hal yang
tidak semestinya terlintas di dalam sholat singkron antara yang diuacapkan dalam sholat dengan
apa yang dipikirkan.
2. Yang dimaksud dengan kepahaman, adalah faham terhadap makna dari apa yang diucapkan
dalam sholat. Kepahaman akan makna yang dibaca akan dapat membantu untuk menghadirkan
hati.
3. Yang dimaksud dengan mengagungkan Allah adalah sikap hormat kepada Allah SWT. Ini
adalah buah dari dua pengetahuan yaitu pengetahuan penghayatan atas kebesaran Allah dan
kesadaran akan kehinaan dan keterbatasan dirinya sebagai mahluk.
4. Yang dimaksud dengan segan adalah perasaan takut kepada Allah yang bersumber dari
kesadaran bahwa kekuasaan Allah itu amat besar dan efektif serta menyadari bahwa hukum
Allah itu berlaku. Oleh itu munculnya perasaan takut untuk melanggar ketentuan Allah.
5. Yang dimaksud dengan penuh harap adalah selalu berpikir positif bahwa Allah itu luas kasih
sayang terhadap hambanya. Dalam sholat yang didirikan adanya dorongan kuat unutk merahi
karunia Allah. Segala harapan dan keinginan hanya ditujuakn kepada pemilik Tunggal, Allah
SWT.
6. Yang dimaksud dengan malu adalah adanya kesadaran sebagai mahluk yang banyak memiliki
kekurangan pada dirinya dalam menjalani perintahNya.
Dilihat dari azab bagi orang meninggalkan shalat tersebut, patutlah kita sadar dan
menyesal atas kelalaian kita terhadap shalat selama ini. Sabda Rasulullah SAW mengenai
balasan orang yang meninggalkan shalat fardhu juga di perlihatkan pada suatu kaum yang
membenturkan kepala mereka pada batu, setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah,
kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya.
Lalu Rasulullah bertanya: “siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “mereka ini orang yang
berat kepalanya untuk menunaikan shalat fardhu”. (Riwayat Tabrani).
Al-Qur’an juga menceritakan kepada kita mengenai salah satu gambaran akhirat melalui
dialog orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir penghuni neraka Saqar, sebagaimana
dalam surah al Muddatstsir ayat 42-46 yang berbunyi:
Artinya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? ‘mereka menjawab: kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi
makan orang miskin dan kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang
membicarakannya dan kami mendustakan hari pembalasan”. (QS. al Muddatstsir: 42-46)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa lambang kekafiran dan dosa mereka yang pertama
ialah meninggalkan shalat. Selain ayat-ayat tersebut, penulis dapati hadist dari Saad bin Abi
Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan shalat maka jawab
Baginda SAW yaitu mengakhirkan waktu Shalat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Shalat
lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu shalat maka mereka diancam dengan
Neraka Wail. Ibn Abbas dan Said bin al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas yaitu
orang yang melengah-lengahkan shalat mereka sehingga sampai kepada waktu shalat lain, maka
bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat
kembalinya”. Maksud hadits: “siapa meninggalkan shalat dengan sengaja, maka sesungguhnya
dia telah kafir dengan nyata”.
Salah satu rahmat Allah SWT yang terkandung dalam persyariatan shalat adalah dia
menjadikan shalat sebagai pelebur dosa, dan dia pun hanya membatasinya sebanyak lima waktu
dalam sehari semalam namun menjadikan pahalanya setara dengan pahala shalat lima puluh
waktu. Dengan melaksanakan shalat, pelaku berarti telah melaksanakan perintah Allah SWT,
bersyukur kepada-Nya atas penyucian dirinya dari dosa-dosa, bersyukur atas pahala yang telah
diberikan kepadanya dan atas anugerah-Nya yang tiada pernah putus.