Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Agama Islam merupakan salah satu agama yang ada di Indonesia dan
50% mayoritas masyarakatnya beragama islam. Ibadah merupakan unsur
mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah keyakinan tentang
adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan manusia untuk
mengangungkan dan berhubungan dengannya, melahirkan berbagai
macam cara pengabdian pemujaan dan ibadah. Dan agama itu pun sendiri
merupakan pondasi hidup manusia dalam ketentraman hidupnya. Dalam
agama islam shalat merupakan tiang agama. Karena jikalau seorang tidak
mendirikan shalat itu sendiri maka sama saja dia tidak mendirikan
agamanya.
Manusia-manusia yang menjalankan tugas dan perintah Allah lah yang
akan mendapatkan ketentraman hati itu sendiri. Pelaksanaan ibadah dalam
islam tidak boleh sampai mengabaikan kewajiban yang berhubungan
dengan kebutuhan jasmaniah dan duniawi. Manusia perlu bekerja untuk
memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidupnya untuk bertahan hidup,
karena selain kita ibadah dan berdoa kita juga harus bekerja untuk
mencapai tujuan nya.
Dzikir dan do’a adalah dua hal yang saling berhubugan. Dzikir sebagai
sebutan dan ingat kepada Allah merupakan pendahuluan do’a. Orang
dapat berdo’a bila ia menyebut nama Allah dan ingat kepada-Nya, yang
merupakan tujuan kepada siapa ia memanjatkan do’a. Dengan mulut dan
hati yang berdzikir, diharapkan orang yang berdo’a tergerak melakukan
perbuatan yang sesuai dengan kehendak nama yang ia sebut dalam dzikir.
Dzikir menempati sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena
dzikir adalah keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh kalbu dalam
totalitas ilahi. Totalitas inilah yang mempengaruhi aktivitas hamba, gera-
gerik hamba, kediaman hamba, kontemplasi hamba, dan saat-saat hamba
istirab dalam tidurnya. Dzikir yang memenuhi ruang-ruang kalbu kita
adalah dzikir yang tidak pernah dibatasi oleh raung dan waktu. Jika waktu
muncul akibat gerakan-gerakan empisi, maka dzikir yang hakiki tidak
pernah memiliki waktu, kecuali waktu ilahi itu sendiri.
BAB II
ZIKIR, SHOLAT, DAN DOA
1. DZIKIR
Kata “dzikr” menurut bahasa artinya ingat. Sedangkan dzikir menurut
pengertian syariat adalah mengingat Allah SWT dengan maksud untuk
mendekatkan diri kepadaNya. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada
Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaranNya sehingga
kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur ( M. Amin, Aziz,
Tirmidzi Abdul Majid 2004:1 )
Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab:
41). Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak sesuai dengan kesucian
Allah. Seperti bertasbih dan bertahmid di WC. Seperti firman Allah SWT
yang berbunyi “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran : 191).
Ada beberapa bentuk dan cara berdzikir diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan
Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang
Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang
menciptakan, yaitu Allah SWT.
2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan
lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah
diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah:
mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur’an
dan sebagainya.
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus
diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat
melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan
keridhoan Allah SWT. ( In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A,
2006:155 )
2. Salat
Shalat menurut bahasa adalah doa. Menurut istilah (ahli fiqih)
berarti perbuatan (gerak) yang mulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dan syarat-syarat tertentu
A. Urgensi Salat
Urgensi Shalat adalah agar kita tahu seberapa pentingnya shalat dalam
kehidupan sehari-hari kita, karena selain mempunyai arti dalam ibadah
sebagai tiang agama shalat juga mempunyai makna lain dalam kehidupan.
pada dasarnya meliputi dua aspek yaitu aspek rohani dan aspek jasmani
(Sayid Sabiq, 2010:45).
Apabila kita senantiasa mengingat Allah SWT dengan cara mengerjakan
shalat niscaya kita akan mendapatken ketentraman hati dan pikiran kita
agar selalu dapat berfikir bersih dan selalu berada dijalannya yang benar.
Hati manusia yang senantiasa selalu mengingat Allah akan terjaga jiwanya
dari sifat-siat keji dan terhindar dari segala sesuatu yang menyimpang dari
agama dan jalan Allah SWT dan dibutuhkan kerohanian yang kuat dengan
sering mendekatkan jiwa dan raga kepada Allah SWT. Dengan kekuatan
rohaniah itu bebagai macam ujian hidup akan dapat dihadapi dengan
kesabaran, ketenangan, kerelaan hati yang tentram. Karena itu amat besar
artinya kita selalu mohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan
Salat juga berfungsi untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar. Karena
itu, mengerjakan shalat dengan khusyu’ dan benar mempunyai peranan
yang besar dalam pembentukan moral, yang membuat seseorang akan
merasa malu melanggar ketentuan-ketentuan Allah sehingga akan
terdorong untuk berbuat yang selalu mendatangkan keridhaan Allah.
B. Makna Shalat Bagi Kehidupan
Dalam agama islam ada sebuah kitab yang didalamnya itu sendiri
merupakan wahyu-wahyu (ucapan/perkataan) Allah SWT yang diturunkan
melalui para Nabi dan Rosulnya. Pelaksanaannya dijelaskan dalam sabda
rosul, baik berupa gerak-gerik dan perbuatan beliau semasa hidup.
Sebagaimana semua ibadah dalam islam, di samping mempunyai segi
kerohanian untuk menjaga hubungan dampak kejiwaan pribadi dengan
Allah, ibadah shalat juga mempunyai dampak kejiwaan, sosial, dan lain
sebagainya dalam kehidupan bermasyarakat.
Agama adalah hal pokok dalam kehidupan manusia apalagi
bermasyarakat. Shalat dapat dilakukan secara individual, tetapi lebih baik
apabila dilakukan secara berjamaah dan terutama di masjid. Masjid adalah
tempat ibadah nya orang islam. Masjid tempat penting yang digunakan
sebagai tempat ibadah dan di sebut juga rumah Allah. Hal ini tentu saja
karena manfaatnya terhadap masyarakat. Hikmah yang utama itu
menunjukkan keutuhan masyarakat islam dalam bahu membahu
menyembah Allah. Dengan shalat lima waktu sehari semalam secara
berjamaah, msing-masing jamaah dapat saling mengenal dan saling
membahu, seperti apabila di antara jamaah ada yang menderita sakit atau
tertimpa musibah, semua jamaah segera dapat mengetahui dan dapat
segera memberi bantuan baik moril maupun materiil yang bertujuan untuk
meringankan penderitaan orang yang tertimpa musibah tersebut.
Suara azan yang dikumandangkan sebelum melakukan shalat itu sebagai
pemberitahuan telah masuknya waktu shalat. Hal itu mengandung hikmah
bahwa masyarakat diingatkan dalam lima waktu sehari semalam akan
kebesaran Allah, agar segera berhubungan dengan Allah melalui shalat.
Masyarakat diminta sejenak untuk meninggalkan pekerjaan yang sedang
dilakukan untuk mengingat Allah.
C. Tanda – Tanda Orang Shalat
Dalam hadits Qudsi disebutkan mengenai orang-orang yang diterima
shalatnya oleh Allah Swt,
"Sesungguhnya Aku (Allah SWT) hanya akan menerima shalat dari orang
yg dengan sholatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku.
Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yg lain. Dia tidak mengulangi
maksiat kepada-Ku. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang
yang menderita.
Aku akan tutup shalat orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh
malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan
memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan makhluk-Ku yang lain
adalah seperti perumpamaan firdaus di surga."
Dalam hadis qudsi tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang
diterima shalatnya oleh Allah Swt., adalah:
PERTAMA:
Dia datang untuk melaksanakan shalat dengan merendahkan diri kepada-
Nya. Dalam Al-Quran, keadaan seperti itu disebut dengan khusyu'. Dan
shalat yang khusyu' adalah salah satu tanda orang yang mukmin. Yang
disebut dengan shalat yang khusyu' itu bukan yang tidak ingat apa pun.
Karena orang yang tidak ingat apa pun itu disebut pingsan.
Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib, apabila hendak melakukan sholat,
tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat pasi. Sehingga ketika ada orang yg
bertanya kepadanya, "Mengapa Anda ya Amirul Mukiminin?" Ali menjawab,
"Engkau tidak tahu bahwa sebentar lagi aku akan menghadapi waktu
amanah." Kemudian, Ali membacakan sebuah ayat Al-Quran:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS 33:
72)
Kemudian Ali melanjutkan ucapannya, "Shalat adalah suatu amanat Allah
yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi, dan bukit untuk memikulnya.
Tetapi, mereka menolaknya dan hanya manusia yang sanggup
memikulnya. Memikul amanat berarti mengabdi kepadaNya."
KEDUA:
Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Jadi, tanda orang yang
diterima shalatnya ialah tidak takabur. Takabur, menurut Imam Al-Ghazali,
ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain.
Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi ia bersikap
demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak buah, atau
kecantikannya.
Kalau Anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan memandang
enteng orang lain, maka Anda sudah takabur. Dan shalat Anda tidak
diterima. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda:
"Takkan masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada rasa takabur
walaupun sebesar debu saja."
Biasanya masyarakat akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah
masyarakat itu ada orang yang takabur. Kemudian takabur itu ditampakkan
untuk memperoleh perlakuan yg istimewa. Dan anehnya, seringkali sifat
takabur ini menghinggapi para aktivis masjid atau aktivis kegiatan
keagamaan. Mereka biasanya takabur dengan ilmunya dan menganggap
dirinya paling benar.
KETIGA:
Tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yang tidak mengulangi
maksiatnya kepada Allah Swt. Nabi bersabda, "Barangsiapa yang
shalatnya tidak rnencegahnya dari kejelekan dan kemungkaran, maka
shalatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah Swt." Dalam hadis
yang lain, Rasulullah Saw. bersabda:
"Nanti, pada Hari Kiamat, ada orang yang membawa shalatnya di hadapan
Allah Swt. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-
lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lalu sholat itu dibantingkan ke
wajahnya."
Allah tidak menerima shalat itu karena shalatnya tidak dapat mencegah
perbuatan maksiatnya setelah ia melakukan maksiat tersebut. Bukankah
Al-Quran telah mengatakan, "...Sesungguhnya shalat mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar..." (QS 29:45).
KEEMPAT:
Orang yg diterima shalatnya ialah orang yang menyayangi orang-orang
miskin. Kalau diterjemahkan dengan kalimat modern, hal ini berarti orang
yg mempunyai solidaritas sosial. Dia bukan hanya melakukan rukuk dan
sujud saja, tetapi dia juga memikirkan penderitaan sesamanya. Dia
menyisihkan sebagian waktu dan rezekinya untuk membahagiakan orang
lain.
Kalau dalam shalat Anda, Anda sudah merasakan kebesaran Allah dan
tidak takabur; dan kalau Anda sudah tidak mengulangi perbuatan maksiat
sesudah shalat; dan kalau Anda sudah mempunyai perhatian yang besar
terhadap kesejahteraan orang lain, maka Allah akan melindungi Anda
dengan jubah kebesaran-Nya.
Allah akan memberi kepada Anda kemuliaan dengan kemuliaan-Nya, dan
membungkus Anda dengan busana kebesaran-Nya. samping itu, Allah
akan menyuruh para malaikat untuk menjaga Anda; dan para malaikat itu
akan berkata sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran,
"Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Didalamnya kamu akan memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang telah dijanjikan oleh Allah
kepadamu" (QS 41: 31)
3. Doa dan Ikhtiar
A. Konsep Doa dan Ikhtiar
ْ yang berarti mencari hasil
Ikhtiar berasal dari bahasa Arab ( ‫)إخ ِت َيا ٌر‬
yang lebih baik. Adapun secara istilah pengertian ikhtiar, yaitu usaha yang
dilakukan dengan segala daya upaya dan kemampuan untuk mencapai
hasil terbaik ( Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy, 2008:36 ).
Setiap manusia memiliki keinginan dan cita-cita untuk mendapat
kesuksesan, tak ada seorang pun yang menginginkan kegagalan. Hal ini
karena Allah menganugerahkan kehendak kepada manusia. Jika kehendak
tersebut mampu dikelola dengan baik, manusia akan menemukan
kesuksesannya.
Kehendak dan keinginan tidak akan pernah tercapai tanpa ada usaha
untuk meraihnya. Allah Swt telah memberikan kepada manusia potensi
berikhtiar atau berusaha dalam meraih keinginannya.
Seorang siswa yang ingin meraih nilai yang terbaik tentu harus berikhtiar.
Bentuk ikhtiarnya adalah dengan tekun belajar dan sungguh-sungguh. Nilai
yang baik tidak akan tercapai tanpa belajar yang sungguh-sungguh. Sekali
lagi, tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras (ikhtiar). Allah Swt
berfirman:
َ ‫لِم ِْث ِل َه َذا َف ْل َيعْ َم ِل‬
‫العا ِملُ ْو َن‬
“Untuk kemenangan seperti ini hendaklah berusaha orang yang berusaha”
(Ash-Shaffat [37]: 61)
Tetapi hal yang mesti diingat, tidak boleh kegigihan ikhtiar memperlemah
keyakinan kepada Allah Swt.dan tidak boleh keyakinan melemahkan
ikhtiar. Hasil ikhtiar harus senantiasa dikembalikan kepada kehendak Allah
Swt, karena Dialah yang Maha Kuasa. Allah Swt berfirman:
‫ب‬َ ‫سى َأنْ َي ْه ِدي َْن َربّيِ َأِل ْق َر‬ َ ‫َوالَ َتقُ ْولَنَّ لِ َشيْ ٍء ِإ ّنيِ َفاعِ ٌل َذل َِك َغ ًدا ِإالَّ َأنْ َي َشا َء هللاُ َو ْاذ ُكرْ َر َّب‬
َ ‫ك إ َذا َنسِ ي‬
َ ‫ْت َوقُ ْل َع‬
‫مِنْ َه َذا َر َش ًدا‬
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu:
“Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok”, kecuali (dengan
menyebut): “Insya-Allah”.
Sedangkan Doa adalah memohon atau meminta suatu yang
bersifat baik kepada Allah SWT seperti meminta keselamatan hidup, rizki
yang halal dan keteguhan iman. Sebaiknya kita berdoa kepada Allah SWT
setiap saat karena akan selalu didengar olehNya ( M. Afif Anshori 2003:40)
Waktu-waktu yang tepat untuk berdoa ialah ketika membaca
AlQuran, setelah Solat wajib, pada saat tengah malam setelah sholat
tahajud, saat melaksanakan ibadah haji, Saat berpuasa wajib dan sunah.
B. Keterkabulan dan Penghalang Doa
Hal yang menyebabkan doa tidak terkabulkan yaitu : karena kalian
telah mengenal Allah SWT sebagai tuhan kalian, tapi kalian tidak menaati
aturan-Nya, kalian telah memahami bahwa Rasul adalah (panutan hidup),
tapi kalian enggan mengikuti jalan hidupnya, kalian tahu bahwa al-Qur’an
adalah pedoman hidup, tapi kalian tidak mengamalkan petunjuknya, kalian
merindukan surga, tapi kalian tak mau mengejarnya, kalian takut kepada
neraka, tapi kalian selalu berbuat maksiat, dan kalian mengabaikan aib
mereka sendiri, namun kalian sibuk mengumpulkan aib orang (Teungku
Hasbi Ash-Shiddieqiy 2008:80).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Zikir, Sholat, dan Doa merupakan satu elemen penting dalam
ibadah kita kepada allah. Apabila kita tidak menjalankan ibadah sholat,
maka yang terjadi adalah kita akan mendapatkan dosa. Jika tidak
menjalankan pastinya kita juga tidak melaksanakan dzikir dan berdoa,
karena ketiganya sangat erat berhubungan.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim harus menjalankan
sholat karena itu merupakan kewajiban kita, dan juga bermunajat kepada
allah agar kita selalu mendekatkan diri kepada allah

Anda mungkin juga menyukai