Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KEUTAMAAN DZIKIR DAN DOA

Disusun oleh:
SIPA
PUTRI
RIDHO
ALPIN

Kelas 7
1.1 Pengertian Dzikir
Dari segi bahasa kata adz-zikir berasal dari dzakara-yadzkuru-dzikran yang berarti
menyebut, mengingat, atau menghadirkan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran. Dzikir
pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas untuk melepaskan diri dari kelalaian, yaitu
dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama Allah.
Arti dzikir yang sebenarnya adalah suatu cara atau media untuk menyebut atau
mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri
kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat “sungguh Aku adalah Allah, tak ada tuhan
selain Aku sembahlah Aku dan dirikan salat untuk mengingat Aku”(QS. Thaha [20]:14 ),
tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan
hati.
Dalam hal beragama, sudah tentu berdzikir sering merupakan anjuran paling utama,
sebab maknanya adalah ingat, zikir ini merupakan sebuah kesadaran manusia atas
dirinya, ia (manusia) menyadari penuh bahwa dirinya hanyalah seorang hamba dari
hamba-hambanya yang ada disegenap semesta ini. Kesadaran inilah yang disebut
kesadaran penghambaan.

1.2 Konsep Dzikir


1. Sebutan dan Nama Dalam Berdzikir
Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan dzikir yang
digunakan dalam keadaan tertentu.
 Basmalah : diucapkan saat memulai sesuatu
 Hamdalah / Tahmid : diucapkan saat mengakhiri sesuatu
 Istigfar : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
diinginkn atau untuk memohon ampun
 Hauqalah : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesutu yang dibenci.
 Tahlil / Syahadah : diucapkan memasukan orang non muslim kedalam agama
islam/ bacaan wajib dalam shalat
 Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendenga kekuasaan Allah

2. Anggota tubuh dalam berdzikir


Pada hakikatnya semua anggota tubuh pada manusia dapat digunakan sebagai dzikir
asalkan digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Allah. Seperti
shalat, puasa, dan pergi haji. Tetapi para ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua
bagian :
 Dzikir billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakan
kedua bibir. Mu’az bertanya kepada nabi tentang amalan yang palng utama,
nabi menjawab : “sampe mati lidahmu basah dengan berdzikir kepada Allah”.
(HR. Al Baihaqi). Berdzikir dengan lisan ada dua cara, pertama berdzikir
dengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oeh telinga orang yang
berdzikir sebagaimana dalam firman Allah “ Dan sebutlah nama tuhanmu
dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS Al Araf : 205), dan cara kedua berzikir dengan
suara keras sekira erdengar telinga orang yang berdzikir dan orang yag
didekatnya.
 Dzikir bilqolbi : berdzikir menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar
oleh telinga.

3. Keadaan dalam berdzikir dan larangannya


Pada dasarnya berdzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingat
kepada sang pencipta tidak boleh dibatsi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentu
yang dilarang untuk mengerjakannya.

Berdzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk, atau berbaring.


Sebagaiman firmannya “ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah
Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring..” (QS An-Nisa : 103).
Ayat ini mengandung pengertian boleh berdzikir pada waktu siang atau malam,
didaratan atau dilautan, sedang berpergian dalam kendaraan atau disuatu tempat dan
dalam kondisi apapun seperti sakit atau sehat, sendiri atau ramai.
Dzikir bilqolbi tidak ada larangan sama sekali, tetapi dzikir billisan memiliki
larangan tertentu:
 Berdzikir pada tempat yang bernajis seperti WC atau kamar mandi.
 Wanita yang haid atau orang yang sedang junub (hadats besar) dilarang
membaca sesuatu yang diambil dari Al-Quran, “Tidak menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS. Al Waqiah : 79).
 Orang yang sedang menjalankan maksiat kepada Allah, seperti sedang
berjudi,berzina atau meminum-minumah keras dengan maksud mengejek
Allah.

4. Tingkatan orang yang berdzikir


Dalam ilmu tasawuf, orang berdzikir terbagi atas dua golongan :
 Pertama : orang awam yang zikirnya hanya sebatas menyebut atau mengingat
Allah.
 Kedua : orang arifin, bagi mereka berdzikir wajib hukumnya bila sekejap
mereka lupa kepada Allah maka berdosa baginya dan dzikirnya bukan sekedar
menyebut atau mengingat allah akan tetapi mendekatkan diri kepada zat yag
maha esa

5. Manfaat berdzikir
 Membuat hati menjadi tenang
Allah berfirman : “Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.” (QS. Ar Ra’d : 28).
 Mendapat pengampunan dan pahala yang besar
Allah berfirman : “laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.”(QS. AL Ahzab : 35).
 Dengan mengingat Allah maka Allah akan ingat kepada kita
Allah berfirmn : “karena itu, ingatlah kamu kepadaku, niscaya aku ingat
(pula) kepadamu.” (QS. Al Baqarah :152).
 Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berziki sebanyak-banyaknya
Allah berfirman : “Hai oarng orang beriman, berdzikirlah dengan menyebut
nama Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya. Dan bertasbilah kepadanya
diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al Ahzab : 41-42)
 Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung
Allah berfirman : “Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak banyaknya agar
kamu beruntung.” (QS. Al Anfal : 45)
 Dzikir kepada Allah meruppakan pembeda antara orang mukmin dan munafik
Allah berfirman : “ Sesungguhnya orang orang munafik itu menipu Allah dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri utuk shalat,
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat)di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali.” (QS. An Nisaa : 142)
 Dzikir merupakan amalan ibadah yang paling mudah dilakukan
Dikir merupakan amalan ibadah yang paling mudah dilakukan semisal
membaca basmalah ketika akan makan atau minum, membaca dzikir-dzikir
ketika hendak tidur dan lain lain. Banyak sekali amala yang mudah kita
lakukan, bila kita tinggalkan rugilah kita.
2.3 Hubungan Antara Dzikir dan Berpikir
Pikir dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan satu sama lainnya
dalam kehidupan ini. Seseorang yang belajar sesuatu ilmu bisa di sebut juga sedang
melakukan pikir dan dzikir, dalam hal ini adalah memikirkan dan mengingat semua
pelajaran yang ia terima, sedangkan rangkaiannya dzikir untuk mendapatkan hidayah
dari Allah Swt bagi sesuatu kegiatan tadi, dan dalam saat bersamaan kitapun di tuntut
untuk melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus di lakukan saat itu agar
memperoleh keselamatan dan keberhasilan atas sesuatu perbuatan. Jika seseorang sampai
salah dalam cara berpikirnya maka besar kemungkinan juga akan salah dalam dzikirnya,
maka amalnya pun akan sia – sia, contohnya adalah suatu amal ibadah yang tidak ada
dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, maka jika tidak di pikirkan secara
jernih atas sesuatu amalan tersebut apakah sesuai dengan syari’at atau tidak maka tentu
akan terjerumus kepada ibadah yang sesat, ibadah yang sesat adalah tertolak dan tidak
akan di terima oleh Allah SWT.
Dalam hal beragama, sudah tentu berdzikir sering merupakan anjuran paling utama,
sebab maknanya adalah ingat, shalat adalah maknanya juga ingat, jadi dengan dzikrullah
atau mengingat Allah Swt yang di buat lebih secara khusus dan di terapkan dalam shalat
atau bacaan - bacaan seperti tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan sebagainya, demikianlah
sebagaimana yang di atur dalam syari’at agama. Jika kita kembalikan makna dzikrullah
ini pada analogi sebelumnya, maka dzikrullah pun haruslah di dahului dengan tindakan
pikir, yaitu menganalisa apa saja yang akan di lafadzkan atau di perbuatnya dalam
kerangka dzikrullah, dengan pengertian lebih dalam adalah, bahwa untuk berdzikir
kepada Allah Swt juga memerlukan ilmu atau pengetahuan yang cukup agar dzikir yang
di lakukan menjadi benar dan amalnya tidak sia - sia, sedangkan ilmu pengetahuan
kerangkanya adalah pikir, demikianlah kaitan eratnya antara dzikir dan pikir, ia tidak
berpisah satu sama lain, hanya nama sajalah yang berbeda, tetapi satu dalam suatu
kesatuan pada setiap satu tindakan.

2.4 Pengertian Do’a

Menurut bahasa Do’a berasal dari Bahasa Arab ‫ الدعاء‬yang merupakan bentuk masdar
dari mufrad ‫ داعى‬yang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab di bawah
judul huruf ‫د‬, ‫ع‬, ‫ و‬disebutkan sebagai berikut:

1. ‫داعى‬, ‫يدعو‬, ‫ دعوة‬artinya menyeru, memanggil.

2. ‫داعي‬, ‫يدعو‬, ‫ دعاء‬artinya memanggil, menDo’a, memohon, meminta.

3. Dalam bentuk jama’nya ‫ ادعية‬artinya Do’a, permohonan, permintaan.

4. ‫ له دعاء‬artinya menDo’akan kebaikan kepadanya.

5. ‫ عليه دعاء‬artinya menDo’akan keburukan atau kejahatan kepadanya.

6. ‫ داع‬artinya orang yang memanggil, orang yang menyeru, orang yang memohon.

7. Dan ‫ الدعاء‬adalah bentuk masdarnya, yang pada umumnya diartikan sebagai suatu
keinginan yang besar kepada Allah SWT dan pujian kepadaNya.

Sedang menurut istilah Do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan
atau bencana yang tidak dikehendakinya.

Do’a juga dapat diartikan permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan

2.5 Dasar Hukum

Menurut ajaran Islam, berDo’a termasuk salah satu ibadah dan pengabdian kepada Allah
SWT. Yang menjadi dasar adalah :

1. Al-Quran Surat AL-Bakoroh ayat :186

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berDo’a apabila
ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

1. AL_Quran Surat AL Mukmin(40):60

Artinya : …..BerDo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…….

3. Dari Nu’man Ibnu Basyir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Sesungguhnya Do’a adalah ibadah.” Riwayat Imam Empat. Hadits
shahih menurut Tirmidzi.
4. Barangsiapa tidak (pernah) berdo’a kepada Allah maka Allah murka kepadanya.
(HR. Ahmad)

2.6 Syarat-syarat berDo’a

Syarat-syarat agar terkabul Do’anya

1. Beriman dan memenuhi kewajiban kepada Alloh SWT(QS.AL-Baqarah:186)


2. Memperbanyak Istghfar (mohon ampun) kepada Allah SWT sebelum berdo’a
(QS.Nuh:10-12)

Artinya :

10. Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun-,11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat,12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-
kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

1. Yakin bahwa do’a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh SWT(QS.AL
Mukmin:60)
2. Berdo’a disertai dengan usaha (QS.AL-Ra’du:11)

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah
tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada
pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.

1. Menolong orang lain yang membutuhkan.

Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia
menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)

2.7 Waktu Yang makbul Untuk BerDo’a

Waktu yang makbul untuk berdo’a

1. Pada hari jum’at.(HR.At-Tis’ah dengan lafadz Al-Bukhori;dan HR.Muslim


dan Abu Daud dengan lafadz dari Muslim)
2. Waktu berpuasa.(HR.At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3. Waktu sepertiga malam terakhir. Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa
Do’a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw
menjawab, “Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum
salam).” (Mashabih Assunnah)
4. Waktu antara adzan dan iqomat.

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Do’a antara adzan dan qomat tidak akan ditolak.” Riwayat Nasa’i dan selainnya. Hadits
shahih menurut Ibnu Hibban
5. Waktu sujud.(HR.Muslim,An-Nasa;i.Abu Daud,dan Ahmad,dengan lafadz
dari Muslim)

2.8 Adab Berdo’a

1. Mangangkat tangan ketika berdo’a. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan


Maha Murah hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan
tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa. (HR.
Al Hakim) (HR.Ibnu Majah)
2. Memulai dengan memuji Alloh SWT dan bershalawat atas nabi Muhammad
SAW serta menutup dengan Hamdallah.(HR.Ashabud sunan dengan lafadz
dari Abu Daud)
3. Berdo’a dengan tadharru’ (merendahkan diri) dan suara perlahan.(QS.Al-
A’rof:55)
4. Menutup dengan hamdallah.(QS.Yunus :10)

2.9 Orang-orang yang makbul Do’anya

Ada tiga orang yang tidak ditolak Do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia
berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan Do’a orang yang dizalimi (teraniaya).
Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah
bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak
segera.” (HR. Tirmidzi)

Tiga macam Do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do’a orang yang dizalimi, Do’a
kedua orang tua, dan Do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik).
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Cara Alloh SWT mengabulkan Do’a

Setiap do’a pasti akan dikabulkan tetapi Allah mempunyai beberapa cara mengabulkanya,
baik secara langsung maupun ditangguhkan/ ditunda.

Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu Do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia
memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan
(ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah
(bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)

Lafadz-lafadz Do’a
Pada prinsipnya lafadz-lafadz do’a yang dapat dan baik digunakan untuk berdo’a
adalah do’a yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Maqbukllah (Shahihah). Ini
berkaitan do’a sebagai salah satu ibadah,kecuali untuk do’a-do’a tertentu yang memang
tidak di temukan dalam Al-Quran dan Sunnah maqbullah , maka boleh menggunakan
lafadz dan bahasa yang lain.

Anda mungkin juga menyukai