Karawang, 20 september
2017
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan...................................................................................1
BAB 2 Pembahasan
2.3 Doa.......................................................................................28
BAB 3 Penutupan
3.1 Kesimpulan.........................................................................33
3.2 Saran...................................................................................33
Daftar Pustaka...................................................................................34
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2.mengetahui manfaat dzikir,doa dan sholat
3.mengetahui tujuan dzikr,doa dan sholat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DZIKIR
Pengertian dzikir
Kata “dzikr” menurut bahasa artinya ingat. Sedangkan dzikir menurut
pengertian syariat adalah mengingat Allah SWT dengan maksud untuk
mendekatkan diri kepadaNya. Kita diperintahkan untuk berdzikir
kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan
kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan
takabbur ( M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid 2004:1 )
Secara Etimologi. Secara bahasa zikir memiliki arti "menyebut",
"mengingat" atau "berdoa", kata zikir juga berarti memori, pengajian.
Dalam bahasa agama Islam zikir sering didefinisikan dengan
menyebut atau mengingat Allah dengan lisan melalui kalimat-kalimat
thayyibah.
2
Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”
(QS. Al-Ahzab: 41). Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan dalam keadaan bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak
sesuai dengan kesucian Allah. Seperti bertasbih dan bertahmid di
WC. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi “(Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Ali Imran : 191).
b. Macam – macam dzikir
1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan
ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah
adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini
pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan
lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah
diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah:
mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-
Qur’an dan sebagainya.
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus
diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat
melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan
keridhoan Allah SWT. ( In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu
A, 2006:155 )
3
Tentang dzikir panca indra ini, sebagian ulama tasawuf memiliki
pengertian dan konsep yang berbeda. Yakni melalui tujuh penjuru
panca indra.
a) dzikir kedua mata dengan menangis;
b) dzikir kedua telinga dengan mendengarkan hal-hal yang baik, dan
menghindari mendengarkan pembicaraan yang tiada guna;
c) dzikir lidah dan mulut dengan mengucapkan puji-pujian kepada
Allah SWT;
d) dzikir hati dengan penuh rasa takut dan harap kepada Allah SWT;
e) dzikir ruh dengan tawakkal (berserah diri) kepada Allah SWT dan
rela atas segala keputusannya;
f) dzikir badan dengan memenuhi berbagai kewajiban; dan
g) dzikir kedua tangan dengan bersedekah.
Dzikir dengan panca indra ini disebut juga dzikir fi’il, yaitu mengingat
Allah dengan perbuatan. Misalnya, melaksanakan ibadah (sholat,
puasa, dan lain-lainnya), menuntut ilmu, menengok orang sakit,
bekerja mencari rezeki yang halal, mencegah kemungkaran, menyuruh
orang berbuat baik, dan lain sebagainya.
4
Hauqalah : diucapkan ketika melihat / mendengar
sesuatu yang dibenci
Al masyiah : diucapkan apabila ingin mengerjakan
sesuatu yang hebat atau ajaib
Tahlil / syahadah : diucapkan ketika memasukan
orang non muslim kedalam agama islam / bacaan
wajib bag orang muslim di dalam shalat
Tasbih : diucapkan ketika mendengar atau melihat
kekuasaan allah
d. Keutamaan Dzikir:
1.Penangkal dari godaan syaithan
“ Dan Jika Syaithan mengganggumu dengan suatu ganguan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushilat:36)
2.Memenuhi timbangan kebaikan di akhirat
“(Ucapan) Alhamdulillah memenuhi timbangan dan (ucapan)
Subahanallah wal hamdulillah keduanya memenuhi antara langit dan
Bumi.”( HR. Muslim dari Abu Malik Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu)
3.Menggugurkan dosa-dosa
Barang siapa yang membaca “Subahanallahi wabihamdih seratur
kali dalam sehari , akan digugurkan dosa-dosanya walaupun
sebanyak buih dilautan.” (Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu)
4.Diingat oleh Allah SWT
“Berzikirlah kalian kepada-Ku niscaya Akau akan mengingat-ingat
kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Ku (atas berbagai nikmat
5
yang Aku berikan kepad kalian) serta janganlah kalian mengikarinya.
(al-Baqarah:152)
e. Manfaat berdzikir
1. Membuat hati menjadi tenang
2. Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar
3. Dengan mengingat allah, maka allah akan mengingat kita
4. Banyak menyebut nama allah akan menjadikan kita beruntung
5. Dzikir kepada allah merupakan pembeda antara orang mukmin
dan orang munafik
6. Dzikir merupakan amalan ibadah yang paling mudah dilkuka
6
2.2 SHALAT
a. Pengertian shalat
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa,
sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta
perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
sesuai dengan persyaratkan yang ada.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang
dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan
kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan
atau dengan kedua-duanya.
7
mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“(QS Al Ankabut: 45).
b. Syarat-Syarat Shalat
Shalat di nilai sah dan sempurna apabila shalat tersebut di
laksanakan dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-
hal yang disunnahkan serta terlepas dari hal-hal yang membatalkanya.
Syarat-syarat Shalat
Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat.
Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
o Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa
di nego-nego lagi. Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci
dari haid dan nifas serta telah mendengar ajakan dakwah islam.
o Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:
8
Suci dari dua hadas
Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.
Menutup aurot
Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai
lutut), sedangkan aurot perempuan adalah jami’i badaniha illa wajha
wa kaffaien (semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak
tangan).
Menghadap kiblat
Mengerti kefarduan Shalat
Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu
sunnah.
Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat.
c. Macam-macam Pelaksanaan Shalat
1. Shalat fardu
Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan
mendapatkan pahala,
kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat lima wakktu, shalat
jenazah dan shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
9
Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia.
shalat ini di laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’,
subuh, dhuhur, asar, magrib) dan juga shalat Jum’at.
10
Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu
dikerjakan oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di
kerjakan.holat
Semua shalat, termasuk shalat sunat dilakukan adalah untuk mencari
keridhoan atau pahala dari Alloh swt. Namun shalat sunat jika dilihat
dari ada atau tidak adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan
manjadi dua macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat
sunat yang tidak bersebab.
11
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat
e. Rukun Shalat
12
Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita
memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita,
contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak
tuma'ninah.
f. Pelaksanaan shalat
Shalat tidak boleh dilaksanak di sembarang waktu. Allah SWT. Dan
Rasulullah SAW. telah menentukan waktu-waktu pelaksanaan shalat
yang benar menurut syariat islam. Allah SWT. berfirman dalam Al-
Qur’an surat An- Nisa ayat 103 yang artinya
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Ayat tersebut menetapkan bahwa shalat dilaksanakan sesuai dengan
waktu-waktu yang telah ditetapkan. Shalat yang lima waktu, memiliki
lima waktu yang tertentu. Dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 114
menegaskan yang artinya
13
“Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat”.
Agar lebih terperinci, berikut dijelaskan mengenai waktu-waktu shalat
tersebut:
1. Zuhur, shalat zuhur waktunya mulai matahari condong ke arah
barat dan berakhir sampai baying-bayang suatu benda sama panjang
atau lebih sedikit dari benda tersebut. Hal in idapat dilihat kepada
seseorang atau sebuah tiang yang berdiri, bilamana bayang-bayangnya
masih persis di tengah atau belum sampai, menandakan waktu zuhur
belum masuk.
1. Asar, shalat asar waktunya mulai dari baying-bayang suatu benda
lebih panjang dari bendanya hingga terbenam matahari. Kebanyakan
ulama berpendapat bahwa shalat ashar di waktu menguningnya cahaya
matahari sebelum terbenam hukumnya makruh.
2. Magrib, shalat magrib waktunya mulai terbenam matahari dan
berakhir sampai hilangnya cahaya awan merah.
3. Isya, shalat isya waktunya mulai hilangnya cahaya awan merah dan
berakhir hingga terbit fajar shadiq.
4. Subuh, shalat subuh, waktunya dari mulai terbit fajar shadiq hingga
terbit matahari.
g. shalat qhasar dan jamak
Agama Islam merupakan agama yang sangat toleran terhadap
umatnya. Lihat saja pembahasan sebelumnya (Bab I dan Bab II).
Shalat merupakan amal yang benar-benar tidak boleh ditinggalkan,
karena shalat adalah penentu amal. Jangankan ditinggalkan yang lalai
14
terhadapnya pun masuk neraka “”فويل للمصلي
Namun dalam hal ini Islam memahami betul kondisi umatnya. Kadang
umatnya memiliki halangan untuk melakukan shalat, maka Islam
memberikan rakhsah atau keringanan yaitu jama’ dan qashar bagi
mereka yang memiliki halangan, kondisinya tidak setiap kondisi
diperbolehkannya melakukan jama’ dan qashar itu. Namun ada
ketentuan-ketentuan yang harus memenuhi diperbolehkannya
menjama’ dan mengqashar, yaitu dengan jarak yang ditempuh + 3 mil,
masih dalam perjalanan, muawalah (berkelanjutan) dan berniat.
15
Biasanya para musafir kalau mengerjakan shalat jama’ sekaligus
diqashar (diringkas)15. Adapun prakteknya sama dengan shalat jama’
taqdim dan shalat jama’ takhir. Hanya saja karena mengerjakannya
diringkas, maka shalat dzuhur, ashar dan isya dilakukan hanya 2
raka’at. Kedua shalat dikerjakan dalam satu waktu dan jumlah
raka’atnya menjadi 2, kecuali shalat maghrib hanya bisa dijama’ tapi
tidak bisa diqashar.
Disamping itu di dalam menjalankan shalat qashar tidak ada tasyahud
awal. Karena di dalam shalat qashar seperti shalat dzuhur, shalat ashar
dan shalat isya’ hanya dikerjakan 2 raka’at. Jadi pada waktu raka’at
yang kedua langsung tasyahud akhir dan salam.
16
maghrib sekaligus diqashar karena Allah Ta’ala”.
B. Shalat Jama’
Menjama’ shalat isya dengan shubuh tidak boleh atau menjama’ shalat
ashar dengan maghrib juga tidak boleh, sebab menjama’ shalat yang
dibenarkan oleh Nabi SAW hanyalah pada seperti tersebut pada
hadits-hadits Ibnu Abbas.
17
Adanya orang yang menjamin lima shalat wajib sekaligus pada saat
yang sama adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Orang yang
melakukan hal semacam ini biasanya beranggapan bahwa boleh
mengqadha shalat. Padahal shalat wajib yang ditinggalkan oleh
seorang muslim, selain karena haid atau nifas atau keadaan bahaya
maka orang itu termasuk melakukan dosa besar dan shalat wajib yang
ditinggalkannya itu tidak dapat diganti pada waktu yang lain atau
diqadha. Sebagaimana dalam sebuah hadits.
Shalat jama’ dibagi pada dua bagian yaitu jama’ taqdim dan jama’
takhir.
عن أنس قال كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اذا رحل قبل ان تزيغ الشمس
اخر الظهر الى الوقب العصر تم نزل يمع بينهما فإن زاعت قبل ان يرتحل صلى
رواة البخارى ومسلم- الظهر تم ركب
18
“Dari Anas katanya: Rasulullah SAW, Apabila berangkat
dalam perjalanan beliau, sebelum tergelincir matahari, maka
beliau ta’akhirkan sembahyang dzuhur ke waktu ashar,
kemudian beliau turun (berhenti) beliau jama’kan keduanya
(dzuhur dan ashar) maka jika telah tergelincir matahari
sebelum beliau berangkat, beliau sembahyang dzuhur dahulu,
kemudian baru beliau naik kendaraan” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dan juga sabda beliau:
قال صعاذ بن جبل رضى هللا عنه كان النبي صلى هللا عليه وسلم قى غزوة تبوك
انا ارتحل قبل ان تزيغ الشمس أخر الظهر حتى يجمعهما الى العصر يصهما
وكان اذا. واذا ارتحل بعد زيغ الشمس صلى الظهر والعصر جمعا ثم سار.جميعا
ارتحل قبل المغرب المغر حتى يصلهما مع العشاء وإذا ارتحل بعد المغرب عجل
العشاء فصالهما مع المغرب
رواه ابو دود واترمدى-
“Muadz Ibnu Jabal r.a berkata, “Nabi SAW pada perang tabuk,
bila terangkat sebelum tergelincir matahari, beliau
mengakhirkan dzuhur, kemudian menjama’nya dengan ashar.
Tetapi apabila berangkat setelah tergelincir matahari, beliau
menjama’ dzuhur dan ashar (pada waktu dzuhur), lalu
berangkat (meneruskan perjalanannya). Demikian pula bila ia
berangkat sebelum maghrib sehingga ia menjama’nya dengan
isya, dan bila berangkat setelah waktu maghrib beliau
menyegerakan isya’ dan menjama’nya dengan maghrib (jama
taqdim)” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
19
4. Syarat-syarat Shalat Jama’
Pada hadits di atas sudah jelas bahwa shalat jama’ dibagi pada dua
bagian yaitu jama’ taqdim dan jama takhir. Ada beberapa syarat yang
harus dilakukan ketika akan menjelaskan shalat jama’, baik itu jama
taqdim maupun jama’ takhir.
20
Sedangkan syarat jama’ takhir adalah sebagai berikut:14
اصلى فرضى الظهر اربع ركعات مجموعا بالعصر جمع تقديم هلل تعالى
21
b. Cara mengerjakan shalat jama’ takhir
Bila seseorang hendak shalat maghrib dan isya pada waktu isya (jama’
takhir) kerjakanlah shalat isya sampai sama terus sambung dengan
shalat maghrib sampai selesai. Dan pada waktu shalat yang pertama
harus dilakukan niat untuk mengerjakan shalat pada waktu yang
kedua. Adapun niatnya sebagai berikut:
اصلى فرض العشاء اربع ركعات مجموعا باالمغرب جمع تاخير هلل تعالى
“Saya tunaikan shalat fardhu isya empat rakaat dijama’ takhir dengan
maghrib, karena Allah Ta’ala”.
22
b. Perjalanannya jarak jauh. Tentang berapa (meter/kilo/mil) jarak
tempuh yang membolehkan mengqashar shalat dapat dilihat pada
hadits di bawah ini.7
مليت مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الظهر بلمدينة اربعا وصلت معه العصر:قال انس
كان رسول هللا اذ خرد مسبرة ثالثة: قال أنس رضى هللا عنه.)بذالحليفة ركعتين (رواه مسلم
رواه مسلم- اميال او ثالثة فراسخ على ركعتين
Dari kedua hadits di atas dapat kita ketahui bahwa jarak perjalanannya
minimal tiga mil atau tiga farsakh. Satu mil + 1.748 m. Jarak antara
Madinah dan Dzulhulaifah + 6 mil. Sedangkan satu farsakh + 8 km
atau 4,57 mil, atau jarak perjalanan itu lebih dari satu hari satu malam.
Akan tetapi yang kita dapati pada buku pelajaran fiqih dari mazhab
Syafi’i ditulis bahwa jarak beperbian yang dibenarkan untuk
mengqashar shalat adalah delapan puluh mil atau + seratus dua puluh
kilometer.
23
Dan inilah yang banyak diikuti oleh sebagian umat Islam di negeri kita.
Karena yang ditetapkan oleh Rasulullah adalah tiga mil ke atas, maka
yang lebih utama kita ikuti adalah ketetapan Rasulullah SAW ini.
إلى المكة فصلى¤ خرجنا مع النبي صلى هللا عليه وسلم من المدينة:قال أنس رضى هللا عنه
رواه البخارى- فقلت اقمتم بها شيأ؟ اقمنا بها عشرا,¤ركعتين حتى رجعنا الى المدينة
“Anas r.a berkata kami keluar bersama Nabi dari Madinah ke Mekkah.
Beliau shalat dua rakaat sehingga kami kembali ke Madinah. Maka aku
bertanya, “Apakah kalian bermukim di Mekkah? Jawabnya: kami
bermukin di Mekkah selama sepuluh hari” (HR. Bukhari).
Hal yang serupa batas lamanya mengqashar shalat tidak ditentukan itu
dapat kita lihat dari hadits Tsumamah Ibnu Syarahir yang diriwayatkan
oleh Ahmad, ia berkata:
“saya menemui Ibnu Umar, lalu saya bertanya “Apakah shalat musafir
itu”? ia menjawab dua rakaat-dua rakaat kecuali shalat maghrib. “Saya
bertanya lagi, apa pendapatmu jika kami berada di Dzilmajaj?”. Ia balik
bertanya, “apakah Dilmajaz itu?” saya menjawab, “suatu tempat yang
kami berkumpul, berdagang, dan tinggal selama dua puluh lima hari atau
lima belas malam”.
Ibnu Umar berkata, “Hai anak laki-laki, saya pernah tinggal di
Ajerbeijan. Saya tidak yakin apakah empat bulan atau dua rakaat”.
Jadi kalau kita lihat dari hadits di atas memang tidak ada ketentuan untuk
batas lamanya mengqashar shalat bagi musafir. Dan mungkin inilah yang
24
dimaksud oleh sebagian para ulama sebagai salah satu syarat bahwa
shalat qashar masih harus ada dalam bepergian.
c. Shalat yang diqashar itu, shalat adaan (tunai) bukan shalat qadha.
Adapun shalat yang ketinggalan di waktu berjalan boleh diqashar atau
diqadha dalam perjalanan, tetapi yang ketinggalan sewaktu mukim tidak
boleh diqadha dengan qashar sewaktu dalam perjalanan.
d. Berniat qashar ketika takbiratul ikhram.
e. Tidak bermamum sekalipun sebentar kepada orang yang tidak
mengqashar shalatnya, sekalipun juga musafir.
Tata Cara Shalat Qashar
Pada prinsipnya, pelaksanaan shalat qashar sama dengan shalat biasa
hanya saja berbeda pada niat rakaatnya dijadikan 2 rakaat dan tidak ada
tahiyat awal. Jadi setelah dua rakaat maka lakukanlah tahiyat akhir dan
salam.
Contoh niat shalat dzuhur yang diqashar:
نويت اصلى فرض الظهر مقصورة هلل تعالى
“Aku tunaikan shalat fardhu dzuhur, diqashar karena Allah Ta’ala”.10
25
pengertian Qada
Definisi Qadha
Dalil Qadha
1. Tertidur.
26
2. Pingsan selama kurang dari 5 waktu shalat dan tidak wajib jika
lebih (Hanafi, Maliki, Syafi’i).
3. Terlupa bukan karena permainan.
4. Kesibukan yang sensitif dan mengandung bahaya (darurat
27
Hikmah salat dan aplikasinya dalam kehidupan berdasarkan
ketentuan-ketentuan Allah tercantum dalam firman-firman-Nya dan
hadis Nabi Muhammad saw. yang intisarinya adalah sebagai berikut.
28
6. Tidak mencari-cari kesalahan pendapat orang
lain, buruk sangka, dan tidak mengolok-olok
orang lain. (QS Al Hujurat: 11-12)
7. Menghargai pendapat orang lain. (QS Al Hajj:
67, QS An Nur: 41, QS Az Zariyat: 08, dan QS
A1 Isra: 84)
2.3 DOA
Sejarah Do’a
Do’a telah dikenal sejak petamakali diciptakan manusia yaitu
Nabi Adam. Dalam Kitab “Khazinatul Asrar” diterangkan sesudah
Nabi Adam diciptakan dan ditiupkan ruh, beliau berDo’a kepada
Allah “ Wahai Tuhanku, tunjukilah daku jalan yang lurus, yaitu jalan
orang-orang yag telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka,
bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka
yang sesat” yang terkandung dalam Surat Al Faatihah. Mulai saat itu
Do’a digunakan oleh para Nabi dan sebagian umatnya, mereka
senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dengan memanjatkan
Do’a kepadaNya.
Mengapa manusia Harus berdo’a?
Ada beberapa alasan kenapa manusia harus berDo’a,
Pertama karena panggilan jiwa, sedang mendapat kesulitan yang
belum ada jalan keluarnya.
Artinya : Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka
menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian
apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat dari
29
pada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan
Tuhannya. QS. Ar Rum : 33.
Kedua karena Do’a sebagai ibadah manusia kapada Allah SWT.
Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: “BerDo’alah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam Keadaan hina dina”. QS.AlMukmin : 60.
Ketiga, karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah, sesuai
dalam Al Qur’an QS An Nisa Ayat : 28
Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan
manusia dijadikan bersifat lemah.
Pengertian Do’a
Menurut istilah Do’a berarti memohon kepada Allah SWT
secara langsung untuk memperoleh karunia dan segala yang
diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana
yang tidak dikehendakinya.
Do’a juga dapat diartikan permohonan (harapan, permintaan, pujian)
kepada Tuhan.
Dasar Hukum
Menurut ajaran Islam, berDo’a termasuk salah satu ibadah dan
pengabdian kepada Allah SWT. Yang menjadi dasar adalah :
30
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.
Syarat-syarat berDo’a
Syarat-syarat agar terkabul Do’anya
Artinya :
10. Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,11. Niscaya
Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,12. Dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu
kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-
sungai.
31
1. Yakin bahwa do’a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh
SWT(QS.ALMukmin:60)
2. Berdo’a disertai dengan usaha (QS.AL-Ra’du:11)
32
didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw
menjawab, “Pada tengah malam dan pada akhir tiap
shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)
4. Waktu antara adzan dan iqomat.
Adab Berdo’a
33
Ada tiga orang yang tidak ditolak Do’a mereka: (1) Orang yang
berpuasa sampai dia berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3)
Dan Do’a orang yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka diangkat
oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan
Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu
(menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi)
Tiga macam Do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do’a orang
yang dizalimi, Do’a kedua orang tua, dan Do’a seorang musafir (yang
berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
Cara Alloh SWT mengabulkan Do’a
Setiap do’a pasti akan dikabulkan tetapi Allah mempunyai beberapa
cara mengabulkanya, baik secara langsung maupun ditangguhkan/
ditunda.
Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu Do’a, kecuali
dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu
dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung)
untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari
musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)
BAB 3
PENUTUPAN
34
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
35
Ust Labib MZ-Ust M. Ridlo’ie, Menabur Do’a Menuai
Bahagia, Karya Utama 2007
36