Anda di halaman 1dari 6

1. A.

Montesquieu memandang kekuasaan pengadilan (yudikatif) itu sebagai kekuasaan


yang berdiri sendiri. Menurut Montesquieu dalam setiap pemerintahan tiga jenis
kekuasaan itu mesti terpisah satu sama lainnya, baik mengenai tugas (functie) maupun
mengenai alat perlengkapan (organ) yang melakukannya. Menurut ajaran ini tidak
dibenarkan adanya campur tangan atau pengaruh-mempengaruhi, antara yang satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu ajaran Montesquieu disebut pemisahan kekuasaan
artinya ketiga kekuasaan itu masing-masing harus terpisah baik lembaganya maupun
orang yang menanganinya. Terkait dengan teori pemisahan, Montesquieu membuat
analisis atas pemerintahan Inggris dan ia menyatakan; ketika kekuasaan legislatif dan
eksekutif disatukan pada orang yang sama, atau pada lembaga tinggi yang sama, maka
tidak ada kebebasan. Sekali lagi tidak akan ada kebebasan, jika kekuasaan kehakiman
tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dan pada akhirnya akan menjadi
hal yang sangat menyedihkan bila orang yang sama atau lembaga yang sama
menjalankan ketiga kekuasaan itu, yaitu menetapkan hukum, manjalankan keputusan-
keputusan publik dan mengadili kejahatan atau perselisihan para individu.
B. Dalam Teori Van Vollenhoven cabang kekuasaan negara tidak dipisahkan ke dalam
tiga kekuasaan melainkan ke dalam empat cabang kekuasaan. Sehingga teori pemisahan
kekuasaan dari Van Vollenhoven terkenal dengan teori catur praja. Dalam teori catur
praja tersebut kekuasaan negara dipisahkan ke dalam empat kekuasaan, yaitu: pertama,
kekuasaan regeling. Dalam teori catur praja, kekuasaan regeling dipersamakan dengan
kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk peraturan perundang-undangan.
Kedua, kekuasaan bestuur. Oleh Van Vollenhoven kekuasaan bestuur dipersamakan
dengan kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan menjalankan pemerintahan. Ketiga,
kekuasaan rechtspraak. Kekuasaan rechtspraak dalam teori catur praja dipersamakan
dengan kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan fungsi peradilan.
Keempat, kekuasaan politie. Kekuasaan politie dalam pandangan Van Vollenhoven
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan fungsi mengatur dan menjaga ketertiban dan
keamanan masyarakat dan bernegara.
C. Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu “sistem” dan
“pemerintah.” Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu
bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya itu. Adapun
pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri. Karena itu,
apabila berbicara tentang sistem pemerintahan pada dasarnya adalah membicarakan
bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-lembaga negara
menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu dalam rangka menyelenggarakan
kepentingan rakyat.

2. Urusan pemerintah Absolut berdasarkan pasal 9 ayat (2) UU no. 23 tahun 2014 adalah
sebagai berikut :
a) Politik luar negeri; contoh: dalam hal pengangkatan pejabat diplomatik dan menunjuk
warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan
kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan
kebijakan perdagangan luar negeri, dan lain-lain.
b) Pertahanan; contoh: mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan
bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan
persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap
warga negara, dan lain sebagainya.
c) Keamanan; contoh: mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan
kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang, kelompok atau organisasi yang
kegiatannya mengganggu keamanan negara, dan sebagainya.
d) Yustisi; contoh: mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa,
mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan
keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya yang berskala nasional.
e) Moneter dan fiskal nasional; adalah kebijakan makro ekonomi. Contoh: mencetak
uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan moneter,
mengendalikan peredaran uang, dan lain sebagainya.
f) Agama; contoh: menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional,
memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan
dalam penyelenggaraaan kehidupan keagamaan, dan sebagainya.

3. Di Indonesia Penyelenggaraan Dekonsentrasi ini diatur di dalam Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2001 yang berisi tentang pembagian
wilayah dan wewenang yang harus dijalankan oleh badan-badan dari pemerintahan
tersebut. Dalam peraturan ini tentang wilayah dan wewenang Gubernur
berbunyi: Provinsi mempunyai kedudukan sebagai Daerah otonom sekaligus adalah
Wilayah administrasi yaitu Wilayah kerja Gubernur untuk melaksanakan fungsi-fungsi
kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Berkaitan dengan itu maka Kepala daerah
Otonom disebut Gubernur yang berfungsi pula selaku Kepala Wilayah Administrasi dan
sekaligus sebagai wakil Pemerintah. Gubernur selain pelaksana asas desentralisasi juga
melaksanakan asas dekonsentrasi. Besaran dan isi dekonsentrasi harus mempunyai sifat
dekat dengan kepentingan masyarakat dan bermakna sebagai upaya mempertahankan dan
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Wilayah Negara Kesatuan RI
dan meningkatkan pemberdayaan, menumbuhkan prakarsa, dan kreativitas masyarakat
serta kesadaran nasional. Oleh sebab itu Gubernur memegang peranan yang sangat
penting sebagai unsur perekat Negara Kesatuan RI. Di samping itu pertimbangan dan
tujuan diselenggarakannya asas dekonsentrasi yaitu:
 meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan
pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum;
 terpeliharanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam system
administrasi negara;
 terpeliharanya keserasian pelaksanaan pembangunan nasional;
 terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan RI
4. Rencana Pembangunan Nasional dikoordinasikan, disinergikan, dan diharmonisasikan oleh
BAPPEDA Provinsi menggunakan pendekatan:
• teknokratik,
• partisipatif,
• politis,
• atas-bawah
• dan bawah-atas.

Dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur,


berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.

RPJPD berisikan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan
daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada
RPJPN dan RT/RW. Ditetapkan dengan PERDA paling lama 6 (enam) bulan setelah RPJPD
periode sebelumnya berakhir

RPJMD berisikan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat
tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta
program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka
pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN. Ditetapkan dengan PERDA paling lama 6 (enam)
bulan setelah Kepala Daerah terpilih dilantik.

5. Sembilan alasan pemberhentian kepala daerah dan / wakil kepala daerah adalah sebagai
berikut:
a) Berakhir masa jabatannya.
b) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan secara
terus-menerus selama 6 bulan.
c) Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah, yaitu akan memenuhi kewajiban sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh UUD 1945
dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa.
d) Tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah menaati
seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan
e) Melanggar larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yaitu:
 Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan pribadi,
keluarga, kroni, golongan tertentu atau kelompok politiknya yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 Membuat kebijakan yang merugikan kepentingan umum dan meresahkan
sekelompok masyarakat atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau
golongan masyarakat lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
 Menyalahgunakan wewenang yang menguntungkan diri sendiri dan/atau
merugikan Daerah yang dipimpin;
 Menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi
keputusan atau tindakan yang akan dilakukan, serta melakukan KKN
 Menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan,
kecuali mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
 Menyalahgunakan wewenang
 Merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya sebagaimana ditetapkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
f) Melakukan perbuatan tercela Yang dimaksud melakukan perbuatan tercela adalah
perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, norma susila, dan norma adat.
g) Diberi tugas dalam jabatan tertentu oleh Presiden yang dilarang untuk dirangkap
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;
h) Menggunakan dokumen dan/atau keterangan palsu sebagai persyaratan pada saat
pencalonan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah berdasarkan pembuktian dari
lembaga yang berwenang menerbitkan dokumen; dan/atau
i) Mendapatkan sanksi pemberhentian
6. Bahwasannya dalam menjalankan kekuasaannya pemerintah memiliki nilai keluasan
sesuai dengan wilayah hukumnya dan mengenai apa saja yang hendak diatur daerah
tersebut dapat dilakukan secara luas-luasnya.
7. Penetapan standar untuk penunjuk hasil akhir adalah bagian penting perencanaan proses
pengawasan. Tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai
standar. Seperti halnya dengan kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang melalui
pengawasan yang dilakukan Pengawas yang ada di Seksie Tata Ruang. Pengawasan ini
dilakukan dalam rangka kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang Sasaran dari kegiatan
pengawasan ini sendiri untuk mendapatakan data atau informan berupa fakta-fakta
mengenai ketaatan atau ketidaktaatan objek inpeksi terhadap perundangundangan yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang dan persyaratan perizinan yang telah dimiliki. Hal
terpenting dalam perumusan tujuan organisasi adalah adanya visi dan misi yang jelas
dimana tertera dalam rencana strategis (Renstra) yang seharusnya sangat dipahami oleh
setiap anggota organisasi karena hal tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas,
pokok dan fungsi organisasi. Fungsi teknis dan pokok dalam melakukan pengawasan
pemanfaatan ruang lebih ditanggungjawabkan kepada Dinas Pekerjaan Umum yang
dibebankan pada Seksie Tata Ruang. Pengawasan menguraikan sistem informasi sistem
informasi yang memonitor rencana dan proses untuk meyakinkan bahwa hal itu selaras
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan memberi peringatan dini apabila
perlu sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan
inventarisasi tata ruang yang telah digunakan di wilayah Kota Pekalongan dalam kurun
wkatu 1 Tahun. Evaluasi ini ditunjukkan untuk mengetahui pelanggaran yang ada
sehingga menjadi dasar untuk pemberian pengawasan yang lebih pada wilayah-wilayah
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai