Anda di halaman 1dari 52

dirangkum oleh :

M. Hafiz Achsan, SH., MH. Kes.

NEGARA DAN KONSTITUSI


BAB III
NEGARA dan KONSTITUSI

A. NEGARA
Pengertian Bangsa dan Negara
Bangsa dan negara memiliki kaitan yang sangat erat satu
sama lain. Menurut Ernest Renan, seorang guru besar
Universitas Sorbone, bangsa adalah suatu kesatuan
solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling
merasa setia kawan dengan satu sama lain. Nation adalah
suatu jiwa, suatu asas spiritual ....
Ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta
oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat di masa
lampau dan oleh orang-orang yang bersangkutan bersedia
dibuat di masa depan.
Oleh sebab itu suatu nasion tidak tergantung pada
kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi,
atau hal-hal lain yang sejenis. Akan tetapi kehadiran suatu
nasion adalah seolah-olah suatu kesepakatan bersama
yang terjadi setiap hari (Bachtiar, 1987: 23).
Munculnya negara tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
manusia sebagai makhluk sosial, di mana sebagai makhluk
sosial manusia memiliki dorongan untuk hidup bersama
dengan manusia lain, berkelompok dan bekerjasama. Karena
itulah dalam masyarakat dijumpai berbagai macam
organisasi, dari organisasi politilik, organisasi sosial,
organisasi profesi, organisasi keagamaan, dan sebagainya.
Salahsatu bentuk organisasi dalam kehidupan masyarakat
adalah organisasi yang dinamakan negara.
Namun perlu dinyatakan bahwa organisasi yang dinamakan
negara ini memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang khusus
yang membedakan dengan organisasi-organisasi lainnya.
Menurut Wirjono Prodjodikoro (1983:2), negara adalah suatu
organisasi di antara kelompok atau beberapa kelompok
manusia yang bersama-
sama mendiami suatu wilayah (territoir) tertentu dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata
tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia tadi.Pendapat lain dikemukakan oleh
O.Notohamidjojo, yang menyatakan bahwa negara adalah
organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan
memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya.
Unsur-unsur Negara
Dengan memperhatikan beberapa pengertian negara di atas,
dapat disebutkan bahwa negara memiliki tiga unsur, yaitu :
a. Rakyat ;
b. Wilayah dengan batas-batas tertentu ;
c. Pemerintah yang berdaulat.
Rakyat suatu negara dapat dibedakan antara penduduk dan
bukan penduduk. Penduduk adalah orang-orang yang
bertempat tinggal menetap atau berdomisili di suatu negara.
Jika seseorang dikatakan bertempat tinggal menetap di suatu
negara berarti sulit ditentukan jangka waktunya. Sedangkan
yang bukan penduduk adalah orang-orang yang bertempat
tinggal di suatu negara hanya untuk sementara waktu, dan
bukan dalam maksud untuk menetap. Penduduk yang
merupakan anggota yang sah dan resmi dari suatu negara dan
dapat diatur sepenuhnya oleh pemerintah negara yang
bersangkutan dinamakan warga negara. Di luar itu dinamakan
orang asing atau warga negara asing.
rakyat
penduduk
warga negara
warga negara asli

warga negara keturunan

orang asing
(WNA)

bukan penduduk
Wilayah suatu negara pada umumnya meliputi wilayah darat,
wilayah laut, dan wilayah udara. Walaupun ada negara
tertentu yang karena letaknya di tengah benua sehingga tidak
memiliki wilayah laut, seperti Afganistan, Mongolia, Austria,
Hungaria, Zambia, Bolivia, dan sebagainya.
Di samping wilayah darat, laut, dan udara dengan batas-batas
tertentu, ada juga wilayah yang disebut ekstra teritorial.
Yang termasuk wilayah ekstra teritorialadalah kapal di bawah
bendera suatu negara dan kantor perwakilan diplomatik suatu
negara di negara lain.
Pemerintah yang berdaulat artinya pemerintah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi, kekuasaan yang tidak
berada di bawah kekuasaan lainnya. Kedaulatan negara
dapat diartikan sebagai kedaulatan ke dalam dan kedaulatan
ke luar. Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan tertinggi
untuk mengatur rakyatnya sendiri. Sedangkan kedaulatan ke
luar adalah kekuasaan tertinggi yang harus dihormati oleh
negara-negara lain. Dengan kedaulatannya, pemerintah
berhak mengatur negaranya sendiri tanpa
campur tangan dari negara lain.
B. KONSTITUSI
 
Pengertian dan Definisi Konstitusi
 
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer)
yang berarti membentuk. Pemakaian istilah konstitusi ialah
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan
aturan suatu negara. Sedangkan istilah dari undang-undang
dasar merupakan terjemahan dari bahasa Belanda grondwet.
Grond berarti tanah dan wet adalah undang-undang.
Di dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah
preposisi yang berarti “bersama-sama dengan...”, sedangkan
statuere mempunyai arti berdiri. Atas dasar itu kata statuere
mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan.” Dengan demikian bentuk tunggal
dari konstitusi adalah menetapkan sesuatu secara bersama-
sama dan bentuk jamak dari konstitusi berarti segala sesuatu
yang ditetapkan.
Para ahli hukum ada yang membedakan arti konstitusi dengan
undang-undang dasar dan ada juga yang menyamakannya.
Persamaan dan perbedaan tersebut sebagai berikut:
a. L.J. Van Apeldoorn membedakan konstitusi dengan
UUD. Menurutnya konstitusi adalah memuat peraturan
tertulis dan peraturan tidak tertulis, sedangkan
undang-undang dasar adalah bagian tertulis dari
konstitusi.
b. Sri Soemantri menyamakan arti keduanya sesuai
dengan praktik ketatanegaraan di sebagian besar
negara-negara dunia termasuk Indonesia.
c. E.C.S. Wade mengartikan undang-undang dasar adalah
naskah yang memberikan rangka dan tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut. (jika negara=> kekuasaan, UUD=> bagaimana
pembagian kekuasaan)

d. Herman Heller membagi pengertian konstitusi


menjadi tiga, yaitu :
1) Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam
masyarakat sebagai suatu kenyataan (mengandung
arti politis dan sosiologis).

2) Konstitusi adalah suatu kesatuan kaidah yang hidup di


dalam masyarakat (mengandung arti hukum/yuridis).

3) Konstitusi adalah kesepakatan yang ditulis dalam


suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
e. C.F. Strong memberikan pengertian konstitusi suatu
kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan (arti luas), hak-hak dari pemerintah dan
hubungan antara pemerintah dan yang diperintah
(menyangkut hak asasi manusia).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan


bahwa konstitusi meliputi peraturan tertulis dan tidak tertulis.
Undang-undang Dasar merupakan konstitusi yang tertulis.
Dengan demikian konstitusi dapat diartikan sebagai berikut:
1) Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-
pembatasan kekuasaan kepada para penguasa.

2) Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus


dengan petugasnya dari suatu sistem politik.

3) Suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara.

4) Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak asasi


manusia.
Hakikat dan Fungsi Konstitusi (UUD)

Pada hakikatnya konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok,


yaitu:

a. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan


warga negaranya,

b. ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang


bersifat fundamental,

c. adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan


yang juga bersifat fundamental.
Sedangkan menurut Budiardjo (1996), setiap undang-undang
dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai:

a. Organisasi Negara, dalam konteks organisasi negara,


konstitusi berisi hal-hal:
1. Pembagian kekuasaan antara, legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
2. Pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat atau
federal dan pemerintahan daerah / negara bagian.
3. Prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran hukum oleh
salah satu badan pemerintah dan sebagainya.

4. Bangunan hukum dan semua organisasi-organisasi yang


ada dalam negara.

5. Bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan


dari negara tersebut.
b. Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hak dan Kewajiban
Negara dan Hubungan Keduanya

Ketentuan pada butir b di atas, ditujukan untuk memberi


jaminan yang pasti kepada warga negara dan negara
sehingga kehidupan tata negara dapat berjalan tertib dan
damai, dan untuk menghindari adanya pelanggaran oleh
pihak-pihak yang memegang kekuasaan.
c. Prosedur Mengubah Undang-Undang Dasar

Konstitusi suatu negara dibuat berdasarkan pengalaman dan


kondisi sosial politik masyarakat dalam kehidupan
masyarakat yang selalu mengalami perubahan akibat dari
pembangunan, modernisasi, dan munculnya
perkembangan-perkembangan baru dalam
ketatanegaraan.
Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara memiliki arti dan makna yang
sangat penting. Hal ini berarti bahwa konstitusi (UUD)
menjadi tali pengikat setiap warga negara dan lembaga
negara dalam kehidupan negara. Dalam kerangka
kehidupan negara, konstitusi (UUD) secara umum memiliki
fungsi sebagai:
a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang
permanen (lembaga supra struktur dan infra struktur
politik).

b. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga


negara serta dengan negara lain.

c. Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa


seluruh peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku harus mengacu pada konstitusi (UUD).
SISTEM POLITIK DAN KETATANEGARAAN INDONESIA
(DINAMIKA PELAKSANAAN KONSTITUSI)
 
Dalam gerak pelaksanaannya, konstitusi (UUD 1945) banyak
mengalami perubahan mengikuti perubahan Sistem Politik
negara Indonesia. Peristiwa perubahan ini berlangsung dalam
beberapa kali dengan periode waktu tertentu. Perubahan
tersebut secara sistematis dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. UUD 1945, berlaku 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949

Dalam kurun di atas, pelaksanaan UUD tidak dapat


dilaksanakan dengan baik, karena bangsa Indonesia
sedang dalam masa pancaroba, artinya dalam masa upaya
membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru
diproklamasikan, sedangkan pihak kolonial Belanda masih
ingin menjajah kembali Indonesia.
2. Konstitusi RIS, berlaku 27 Desember 1949 – 17 Agustus
1950
Rancangan konstitusi (UUD) ini disepakati bersama di negara
Belanda antara wakil-wakil pemerintah RI dan wakil-wakil
pemerintah negara BFO (Bijenkomst Voor Federaal
Overleg), yaitu negara-negara buatan Belanda di luar
Republik Indonesia. Peristiwa ini terjadi di kota pantai
Scheveningen, tanggal 29 Oktober 1949, pada saat
berlangsungnya KMB (Konferensi Meja Bundar).
Rancangan Konstitusi RIS ini disetujui pada tanggal 14
Desember 1949 di Jakarta oleh wakil-wakil pemerintah dan
KNIP RI dan wakil masing-masing pemerintah serta DPR
negara-negara BFO. Namun demikian konstitusi RIS ini tidak
dapat berlangsung lama, lebih kurang hanya delapan bulan.
Hal ini akibat tuntutan masyarakat dari berbagai daerah untuk
kembali ke negara kesatuan. Kenyataan ini membuat negara
RIS bubar dan kembali ke bentuk negara kesatuan dengan
ibukotanya di Yogyakarta.
Pada tahun 1950 negara RIS yang belum bergabung ke NKRI
adalah negara bagian Indonesia Timur dan negara bagian
Sumatra Timur, namun dalam jangka waktu yang tidak lama
dicapai kesepakatan antara NKRI dengan kedua negara
bagian tersebut. Dengan kesepakatan itu, maka pada tanggal
17 Agustus 1950, negara RIS kembali bergabung dengan
NKRI.
Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS)
3. UUDS, berlaku 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) ini
merupakan UUD yang ketiga bagi Indonesia. Menurut UUDS
ini, sistem pemeritahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer dan bukan sistem presidensial lagi
seperti UUD 1945. Menurut sistem parlementer ini Presiden
dan Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil Presiden yang
Konstitusional dan tidak dapat diganggu gugat, karena yang
bertanggung jawab adalah para menteri kepada
parlemen (DPR).
UUDS ini berpijak pada pemikiran liberal yang
mengutamakan kebebasan individu, sedangkan UUD 1945,
berpijak pada landasan demokrasi Pancasila yang berintikan
sila ke-4. Dalam pelaksanaannya sistem parlementer yang
dianut oleh UUDS ini mengakibatkan tidak tercapainya
stabilitas politik dan pemerintahan karena sering bergantinya
kabinet yang didukung dan didasarkan pada dukungan suara
di parlemen.
Selama tahun 1950-1959, terjadi pergantian kabinet
sebanyak 7 kali, sehingga impikasinya, banyak program
kabinet yang tidak berjalan dan tidak berkesinambungan. Di
samping itu sidang dewan konstituante yang merupakan hasil
pemilu demokratis pada pada bulan September dan
Desember tahun 1955, mendapat tugas untuk menyusun
Rancangan UUD baru pengganti UUD 1945 sebagai wujud
akomodasi dari aspirasi masyarakat yang menginginkan
adanya perubahan dari UUDS ke UUD baru.
Hal ini telah mengalami kemacetan (stagnan) selama dua
tahun. Mengingat dampak tersebut, telah menimbulkan
kekhawatiran bahwa dewan konstituante akan gagal
menyelesaikannya.

Kondisi politik demikian membuat pemerintah (Presiden


Soekarno) mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
isinya kita kembali ke UUD 1945.
4. UUD 1945, berlaku 5 Juli 1959 – 1966 dan UUD 1945, pada
tahun 1966 – 1999
Dalam kurun waktu 1959-1999, penyelenggaraan pemerintahan
negara terklarifikasi dalam kurun waktu 1959-1966 yang
dikenal dengan istilah Orde Lama (ORLA) dan kurun waktu
1966-1999 dikenal dengan Orde Baru (ORBA). Pada kurun
pertama dipimpin Presiden Soekarno dan pada kurun kedua
oleh Presiden Soeharto. Dalam kedua periode ini terdapat
kemajuan-kemajuan bagi bangsa Indonesia namun juga terjadi
banyak penyelewengan konstitusi.
5. UUD 1945 Amandemen 1999, berlaku tahun 1999 sampai
sekarang
Dalam penerapan konstitusi UUD 1945 Amandemen, sistem
pemerintahan negara mengalami perubahan sangat
signifikan dibandingkan dengan sistem pemerintahan pra
Amandemen. Inti penerapan sistem pemerintahan pasca
amandemen antara lain:
a. Perubahan ideologi politik dari sosialis demokrat
(ORBA) menjadi liberal yang berintikan demokrasi
dan kebebasan individu serta pasar bebas.
b. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada Pemda
tingkat I dan II (kabupaten/kota).

c. Pelaksanaan Pemilu langsung presiden dan wakil


presiden.

d. Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung


jawab.

e. Perubahan undang-undang politik yang berintikan


pemilu langsung dan sistem multi partai.
f. Pelaksanaan Amandemen Konstitusi (UUD 1945) yang
berintikan perubahan struktur ketatanegaraan Indonesia
yang ditandai dengan ditetapkannya konstitusi (UUD 1945)
sebagai lembaga tertinggi negara, dan lain-lain.

6. Proses Perubahan UUD 1945


g. Sidang Umum MPR 19 September 1999
Perubahan pertama UUD, delapan pasal tentang hak
dan kewajiban presiden dan wakil presiden serta hak
legislatif.
b. Sidang Tahunan MPR 18 Agustus 2000
Perubahan kedua UUD 1945. Tambahan dan perubahan 5
bab 25 pasal mengenai otonomi daerah, DPR, wilayah
negara, kewarganegaraan, hak dasar (HAM), pertahanan
dan keamanan serta perlengkapan negara.
c. Sidang Tahunan MPR 9 November 2001
Perubahan ketiga UUD 1945. Tambahan dan perubahan 3
bab 24 pasal tentang kedaulatan dan Negara Indonesia,
MPR, pencalonan presiden dan wakil presiden, pemilihan
presiden dan wakil presiden, permakzulan, hak-hak
presiden, kementerian negara, Dewan Perwakilan Daerah,
pemilihan umum, keuangan negara, Badan Pemeriksa
Keuangan, Mahkamah Agung dan kekuasaan Kehakiman,
Komisi Yudisial serta Mahkamah Konstitusi.
d. Sidang Tahunan MPR 10 Agustus 2002
Perubahan keempat UUD 1945
i. Perubahan UUD 1945 (pertama, kedua,ketiga dan
keempat) ditetapkan sebagai UUD 1945.
ii. Penambahan bagian akhir pada perubahan kedua UUD
Negara RI tahun 1945 dengan kalimat “Perubahan
tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna MPR RI ke-9
tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.”
iii. Pengubahan penomoran Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4),
Perubahan Ketiga UUD 1945 menjadi Pasal 3 ayat (2) dan
ayat (3); Pasal 25-E Perubahan Kedua UUD 1945 menjadi
Pasal 25-A.

iv. Penghapusan judul Bab IV tentang DPA dan penghapusan


substansi Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintah Negara.
v. Pengubahan dan/atau penambahan: keanggotaan MPR,
pemilihan pasangan presiden dan wakil presiden secara
langsung, pemakzulan presiden dan wakil presiden, hak
presiden, Dewan Penasihat Presiden, mata uang, bank
sentral, kekuasaan kehakiman, pendidikan dan
kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan
sosial, fakir miskin dan anak terlantar, perubahan
konstitusi, aturan peralihan serta aturan tambahan.
KUIS
TEBAK WAJAH
1. Wakil Presiden RI yang pertama
2. Pemimpin Perang Gerilya di Indonesia
3. Salah seorang Perdana Menteri
Indonesia yang berasal dari Jawa Barat
4. Seseorang yang
berprinsip
memimpin
adalah
menderita,
bukan
menumpuk harta
5. Salah seorang
Istri
Presiden RI
6. Presiden RI dengan masa jabatan terlama
7. Vokalis yang menyanyikan lagu tentang merah putih
(Pilih !)

Anda mungkin juga menyukai