Anda di halaman 1dari 7

UNIT 4

KONSTITUSI NEGARA

Dalam hidup bernegara, Anda dapat menemukan beberapa aturan yang mengatur bagaimana
pemerintahan dijalankan. Misalnya, siapa yang menjalankan kekuasaan pemerintahan dan
bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh. Anda juga dapat menemukan adanya beberapa aturan
yang sama sekali tidak berhubungan dengan cara-cara pemerintahan dijalankan. Misalnya,
bagaimana aturan mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya dan bagaimana cara mencari
keadilan jika hak dilanggar orang lain. Pada saat Anda menemukan aturan atau hukum yang berisi
ketentuan yang mengatur bagaimana pemerintah dijalankan, artinya Anda telah menemukan bagian
atau isi dari konstitusi.
Pada Bab IV ini Anda akan mempelajari esensi, urgensi, dan nilai norma konstitusional UUD NRI 1945
dan konstitusionalitas peraturan perundangan di bawah UUD. Sejalan dengan kaidah pembelajaran
ilmiah, Anda akan diajak untuk menelusuri konsep dan urgensi konstitusi; menanya alasan mengapa
diperlukan konstitusi; menggali sumber historis, sosiologis, politik tentang konstitusi; membangun
argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi; dan mendeskripsikan esensi dan urgensi
konstitusi. Pada bagian akhir disajikan praktik Kewarganegaraan pada materi tersebut. Setelah
melakukan pembelajaran ini, Anda sebagai calon sarjana dan profesional diharapkan: memiliki
komitmen secara personal dan sosial terhadap pengejawantahan nilai dan norma yang terkandung
dalam konstitusi di Indonesia; mampu menganalisis nilai dan norma yang terkandung dalam
konstitusi di Indonesia dan konstitusionalitas ketentuan di bawah UUD dalam konteks kehidupan
bernegarakebangsaan Indonesia; dan mampu mengkreasi pemetaan konsistensi dan koherensi antar
nilai dan norma yang terkandung dalam konstitusi di Indonesia dan konstitusionalitas ketentuan di
bawah UUD dalam konteks kehidupan bernegarakebangsaan Indonesia
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat
dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi
dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara.
Konstitusi berasal dari bahasa perancis, constituer memiliki arti membentuk,
pembentukan. Istilah konstitusi dalam bahasa inggris disebut constitution. Istilah konstitusi
dalam bahasa Belanda disebut dengan Grondwet, berarti undang-undang dasar (grond=dasar,
wet=undang-undang), alam bahasa Jerman dikenal dengan istilah verfassung, sedangkan dalam
bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah. Secara umum dalam konteks ketatanegaraan,
konstitusi berati pembentukan suatu negara atau menyusun suatu negara. Dengan demikian,
kesimpulan umum mengenai konstitusi dapat diartikan sebagai peraturan dasar tentang
pembentukan suatu negara.
konstitusi merupakan kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan
hukum, yang menetapkan yakni lembaga-lembaga yang tetap (permanen), dan yang
menetapkan fungsi-fungsi dan hak-hak yakni lembaga-lembaga permanen tersebut. konstitusi
itu merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang
diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam konteks
hak-hak asasi manusia). Konstitusi dapat diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat
diubah sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi dapat pula berupa a bundle of separate
laws yang diberi otoritas sebagai hukum tata negara.
Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen
yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara. b. Dalam arti luas, konstitusi
merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana
lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
a. Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi yakni (1) membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan
hak-hak warganegara akan lebih terlindung, (2) memberi suatu rangka dasar hukum bagi
perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap berikutnya; (3) dijadikan landasan
penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi
oleh semua warga negaranya; (4) menjamin hak-hak asasi warga negara.
Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Asshiddiqie (2002), guru besar hukum tata
negara, diperinci sebagai berikut.
1) Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara. Bagi mereka yang memandang
negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan maka
konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara
badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konstitusi menentukan cara-cara bagaimana
pusat-pusat kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain serta
merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara.
2) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara
4) Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
5) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kuasaan yang asli (yang dalam
sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
6) Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan
keagungan kebangsaan (identity of nation), serta sebagai center of ceremony.
7) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti
sempit hanya dibidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan
ekonomi.
8) Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat (social engineering atau
social reform).
b. Tujuan Konstitusi
Menurut J. Barents, ada 3 (tiga) tujuan negara, yaitu (i) untuk memelihara ketertiban dan
ketenteraman, (ii) mempertahankan kekuasaan, dan (iii) mengurus hal-hal yang berkenaan
dengan kepentingankepentingan umum. Sedangkan, Maurice Hauriou mengatakan bahwa
tujuan konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara (i) ketertiban (order), (ii)
kekuasaan (gezag), dan (iii) kebebasan (vrijheid). Kebebasan individu warga negara harus
dijamin, tetapi kekuasaan negara juga harus berdiri tegak, sehingga tercipta tertib
bermasyarakat dan bernegara. Ketertiban itu sendiri terwujud apabila dipertahankan oleh
kekuasaan yang efektif dan kebebasan warga negara tetap tidak terganggu. Sementara itu
G.S. Giponolo merumuskan tujuan konstitusi ke dalam lima kategori, yaitu (i) kekuasaan, (ii)
perdamaian, keamanan, dan ketertiban, (iii) kemerdekaan, (iv) keadilan, serta (v)
kesejahteraan dan kebahagiaan.
4 (empat) tujuan bernegara Indonesia adalah seperti yang termaktub dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Yakni: (i) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, (ii) memajukan kesejahteraan umum, (iii) mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan (iv) ikut melaksanakan ketertiban dunia (berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial).
B. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia
1. Mestikah setiap negara memiliki konstitusi? Jika ya, untuk apa konstitusi itu diperlukan?
Bagi suatu negara modern, keberadaan konstitusi mutlak diperlukan. Konstitusi bukan
hanya diperlukan untuk membatasi wewenang penguasa (limited government),
melainkan lebih dari itu yaitu untuk menjamin hak-hak warga negara/ rakyat, mengatur
jalannya pemerintahan, mengatur organisasi negara, merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.
2. Adakah negara yang tidak memiliki konstitusi? Setiap negara memiliki konstitusi tetapi
tidak setiap negara mempunyai undang undang dasar.
3. Jika kontitusi itu sedemikian penting, bagaimana wujudnya?
4. Apa subtansi/materi muatannya? Substansi konstitusi merupakan muatan atau isi pokok
konstitusi negara. Konstitusi mempunyai materi muatan tentang organisasi negara,
HAM, prosedur mengubah UUD, kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah sifat
tertentu dari UUD, cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif
dan yudikatif. 2) Wilayah negara. 3) Warga negara dan penduduk. 4) Hak-hak asasi
manusia. 5) Pertahanan dan keamanan negara. 6) Perekonomian nasional dan
kesejahteraan sosial. 7) Perubahan konstitusi.danya jaminan terhadap hak-hak asasi
manusia dan warga negara;
b. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat fundamental;
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yg juga bersifat fundamental.
d. Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutif, kekuasaan
legislatif, dan kekuasaan yudisial.
e. Hubungan – dalam garis besar – antara kekuasaan-kekuasaan tersebut satu sama
lain.
f. Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tersebut dengan rakyat atau warga Negara.
g. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau. Hal ini juga terangkum dalam
Pembukaan UUD NRI 1945 menyatakan: “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya”.
Budiraharjo menjelaskan setiap UUD memuat ketentuanketentuan mengenai: a.
Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif. (b) Hak-hak asasi manusia. b. Prosedur mengubah UUD. c. Adakalanya memuat
larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.
5. Apakah konstitusi itu selalu tertulis? Tidak, tidak ada suatu konstitusi yang naskahnya
mencakup semua proses dan fakta konstitusional, artinya seratus persen tertulis. Begitu
pula tidak ada suatu konstitusi yang hanya terdiri dari konvensi yang tak tertulis tanpa
ada peraturan-peraturan yang tertulis. Suatu konstitusi umumnya disebut tertulis jika
merupakan satu naskah, sedangkan konstitusi tak tertulis bukan merupakan satu naskah
dan banyak dipengaruhi oleh tradisi dan konvensi. Oleh karena itu, istilah lain untuk
konstitusi tertulis adalah konstitusi bernaskah (documentary constitution), sedangkan
untuk konstitusi tak tertulis adalah konstitusi tak bernaskah (nondocumentary
constitution).
6. Jika tidak, negara manakah yang memiliki konstitusi tidak tertulis? Ada beberapa
referensi dari google yang menyebutkan bahwa inggris dan kanada, selandia baru tidak
memiliki konstutusi tertulis, akan tetapi itu tidak benar. Kerajaan Inggris tidak memiliki
konstitusi yang termuat dalam satu dokumen tunggal. Konstitusi Inggris terdiri atas
berbagai prinsip dan aturan dasar yang timbul dan berkembang. Inggris memiliki Aturan
dasar tersebut antara lain tersebar dalam Magna Charta (1215) yakni dokumen
kenegaraan yang memberi jaminan hak-hak asasi manusia, Bill of Rights (1689), dan
Parliament Act (1911), beberapa aturan (undang-undang) lain di Inggris tertentu, antara
lain: The Habeas Corpus Act 1670, The Bill Of Rights 1689, The Act Of Settlement 1700,
The parliament Act 1911, The Statute Of Westminster 1931, The Representation Of The
People Act (1928, 1945, 1948), The House Of Common Act 1944 dan The Parliament Act
1949 dan Beberapa keputusan hakim, terutama yang merupakan tafsiran mengenai
undang-undang Parlemen. Serta Konvensi-konvensi (aturan-aturan berdasarkan tradisi)
antara lain yang mengatur hubungan antara kabinet dan parlemen. Akan tetapi di Inggris
dijelaskan tidak semua konstitusinya tertulis. konstitusi di Inggris tidak hanya terdiri dari
rangaian nasah tertulis tetapi juga hal-hal yang tidak tertulis pun tercakup di dalamnya
seperti konvensi ketatanegaraan dan pratik-praktik ketatanegaraan lainya.
Inggris merupakan Negara yang sumber utama hukumnya adalah common law.[10]
Dengan keadaan tersebut Inggris menjadi Negara yang sumber hukumnya berasal dari
adat kebiasaan, yang dipraktekkan dan diterima di tengah-tengah masyarakat. Paton
berpendapat bahwa adat kebiasaan yang digunaan di Inggris adalah ada kebiasaan
khusus yang hanya mempengaruhi suatu kelas tertentu,atau anggota-anggota tertentu
dan telah menjadi pandangan tradisional penulis-penulis Inggris bahwa common
law hanyalah adat kebiasaan umum. Ciri adat kebiasaan khusus bahwa adat kebiasaan
itu terbatas pada suatu kelas tertentu atau suatu daerah  tertentu karenanya adat
kebiasaan tersebut merupakan pengecualian dari hukum Negara.Salah satu hasil dari
sistem common law di Inggris adalah adanya sistem pemerintahan parlementer. 
Selandia baru sama dengan inggris tidak memiliki konstitusi tertulis secara single core
akan tetapi berikut konstitusi tertulisnya.

Negara Israel tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara Israel telah memberlakukan
beberapa Hukum Dasar Israel yang berhubungan dengan pengaturan pemerintah
dan dengan hak asasi manusia.
Lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Basic_Laws_of_Israel

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia
Pada awal era reformasi, adanya tuntutan perubahan UUD NRI 1945 didasarkan pada
pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan terhadap HAM. Di samping itu, dalam
tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran beragam (multitafsir)
dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan
praktik KKN.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan. Keempat kali perubahan tersebut harus dipahami
sebagai satu rangkaian dan satu kesatuan.
Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi di tangan MPR,
kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasalpasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat
menimbulkan multitafsir, kewenangan pada presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan
undang-undang, dan rumusan UUD NRI 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi yang sesuai dengan tuntutan reformasi.
Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI,
dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia mengawali perubahan UUD NRI 1945. 8. Dari
proses perubahan UUD NRI 1945, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: (a) Perubahan UUD
NRI 1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan perubahan yang dilaksanakan dalam empat
tahapan, yakni pada Sidang Umum MPR 1999, Sidang Tahunan MPR 2000, 2001, dan 2002; (b)
Hal itu terjadi karena materi perubahan UUD NRI 1945 yang telah disusun secara sistematis dan
lengkap pada masa sidang MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat dibahas dan diambil
putusan. (c) Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945 dilaksanakan secara sistematis
berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan berpedoman pada materi rancangan yang telah
disepakati sebelumnya.
Situasi yang mempengaruhi perubahan konstitusi juga berasal dari eksternal yaitu
negara asing khususnya Belanda yang mempropaganda agar Indonesia tidak berbentuk Negara
Kesatuan tetapi Negara Serikat. Perubahan konstitusi berarti juga perubahan sistem
ketatanegaraan, sejak awal Pancasila dan UUD 1945 tidak lapang jalannya karena kolonialis
Belanda selalu ingin menancapkan kembali kekuasaannya ( Ni’matul Huda, 2005 : 124).
Desakan Belanda ini begitu kuat sehingga memaksa bangsa Indonesia harus berpikir politis
dalam rangka mengelabui Belanda, walaupun menyetujui himbauan Belanda untuk menjadi
negara Serikat tetapi tidak berlangsung lama. Keadaan yang mempengaruhi perubahan
konstitusi di Indonesia juga berasal dari internal (dalam negeri) yang beraneka ragam desakan
dalam hal menjalankan sistem ketatanegaraan, namun hal itu juga akibat dari faktor eksternal,
yaitu perubahan dari negara Serikat kembali ke NKRI, untuk mengelabui Belanda maka UUD
yang dipergunakanpun tidak menggunakan UUD 1945 tetapi menggunakan UUDS 1950. Akibat
dari perubahan konstitusi maka berubah pula sistem ketatanegaraan Indonesia waktu itu
Konstitusi yang pernah belaku di Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak
merdeka tanggal 18 Agustus 1945 hingga sekarang tahun 2016, negara Indonesia pernah
menggunakan tiga macam UUD yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUD Sementara 1950.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia
Perubahan Konstitusi atau UUD
1. Cara Merubah Konstitusi atau UUD
Dalam Hukum Tata Negara dikenal adanya dua cara perubahan UUD sebagai konstitusi
tertulis. Pertama, perubahan yang dilakukan menurut prosedur yang diatur Negara Dan
Konstitusi (Verfassung Anderung) . Kedua, perubahan yang dilakukan tidak berdasarkan
pada ketentuan yang diatur dalam UUD (Verfassung Wandlung). Berlaku tidaknya UUD hasil
perubahan yang revolusioner tergantung pada kekuatan politik yang mendukung atau yang
memberlakukannya sebagai konstitusi negara yang bersangkutan.
Menurut C.F. Strong (Tim ICCE UIN Jakarta, 2003), menyatakan bahwa prosedur perubahan
Konstitusi ada empat (4) macam perubahan, yaitu: 1) Perubahan Konstitusi yang dilakukan
oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi menurut pembatasanpembatasan
tertentu; 89 2) Perubahan Konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum;
3) Perubahan Konstitusi yang berlaku di negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah
negara-negara bagian; 4) Perubahan Konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau
dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Dalam praktik ketatanegaraan modern, kita mengenal dua teknik dalam perubahan
Konstitusi atau UUD, yaitu renewal dan amandement. 1) Renewal adalah perubahan yang
berupa pembaharuan dari Konstitusi atau UUD lama secara keseluruhan, sehingga yang
diberlakukan adalah Konstitusi atau UUD yang baru secara keseluruhan. Cara ini dianut di
Eropa Kontinental seperti Belanda, Perancis maupun Jerman, 2) Amandement
(Amandemen) adalah cara perubahan Konstitusi atau UUD, yakni Konstitusi atau UUD yang
lama tetap berlaku, sehingga amandemen yang dilakukan dapat mengubah, dengan cara
mengurangi atau menambah pasal-pasal, dari Konstitusi atau UUD, dapat merupakan
bagian lampiran, atau menyertai Konstitusi atau UUD awal. Cara amandemen ini
dilaksanakan di Amerika Serikat dan di Indonesia. Cek hal 91-97 Modul Pkn Salah satu
contoh nyata hasil perubahan konstitusi kita yang sangat penting bagi upaya penyediaan
dana pembangunan nasional yakni dalam hal pajak di mana dalam Pasal 23A berbunyi
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang”. Pasal ini menegaskan perihal pentingnya pajak bagi keberlangsungan
kehidupan negara-bangsa. Oleh karenanya setiap warga negara hendaknya menyadari atas
kewajibannya dalam membayar pajak tersebut.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara
sejatinya konstitusi memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah
negara dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu,
konstitusi yang ideal adalah hasil dari penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti segala
perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat
Secara umum dapat dikatakan bahwa konstitusi disusun sebagai pedoman dasar dalam
penyelenggaraan kehidupan negara agar negara berjalan tertib, teratur, dan tidak terjadi
tindakan yang sewenang-wenang dari pemerintah terhadap rakyatnya. Untuk itu maka dalam
konstitusi ditentukan kerangka bangunan suatu negara, kewenangan pemerintah sebagai pihak
yang berkuasa, serta hak-hak asasi warga negara
Sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi negara, maka peraturan perundangan di
bawah UUD NRI 1945, isinya bersumber dan tidak boleh bertentangan dengannya. Misal isi
norma suatu pasal dalam undangundang, tidak boleh bertentangan dengan UUD NRI. Dengan
demikian UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara menjadi batu uji apakah isi peraturan di
bawahnya bertentangan atau tidak

Anda mungkin juga menyukai