Kehadiran konstitusi dalam struktur ketatanegaraan dewasa ini mempunyai peran yang
sangat vital. Istilah konstitusi sejatinya telah lama dikenal sejak zaman Yunani kuno saat
Konstitusi Athena” yang ditulis oleh Xenophon (Abad 425) 1yang dianggap konstitusi pertama
dalam sejarah ketatanegaraan. Di Indonesia Sendiri , Konstitusi disahkan dalam rapat PPKI pada
tanggal 18 agustus 1945 yaitu Undang-Undang dasar 1945 yang telah mengalami amandemen
sejumlah 4 kali pada tahun 1999,2000,2001,2002 . Konstitusi dan bentuk pemerintahan
indonesia berubah darinya yang UUD 1945 menjadi Konstitusi RIS (1949-1950) dan UUDS
1950 (1950-1959) . Setelah keluarnya dekrit presiden 5 juli 1959, UUD 1945 kembali berlaku
yang sekarang kita panggil Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.perubahan Konstitusi ini tidak merubah norma-norma dasar Pancasila yang selalu
diamalkan dan diajarkan kepada masyarakat mengenai pentingnya ketuhanan,peri
kemanusiaan,persatuan,permusyawarahan, dan keadilan sosial.
Undang-undang dasar ini dapat kita sebut sebagai grondwet atau hukum dasar . Menurut
Jimly Asshidiqqie, konstitusi sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut
Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.Dikarenakan konstitusi tidak hanya melihat
sudut pandang formil saja karena itu merupakan pandangan yang sempit, namun juga secara
materiil seperti dasar pandangan hidup bangsa sampai Kebiasaan ketatanegaraan yang berlaku di
negara tersebut.
Lalu muncul pertanyaan yang sangat mendasar tentang apa itu konstitusi, apa peran dan
fungsinya dalam struktur ketatanegaraan. Bagaimana konstitusi begitu penting dalam prakteknya
untuk melindungi kepentingan rakyat atau hanya merupakan sebuah alat dari penguasa untuk
melindungi kepentingannya sendiri ?
Apabila pendapat kedua pakar di atas kita perbandingkan, secara umum tidak ada
perbedaan antara kedua pendapat tersebut mengenai konstitusi. Dan apabila pendapat dari ilmu
politik dan ketatanegaraan mengenai perumusan konstitusi itu sendiri hakikatnya adalah
pembatasan kepada para pemegang kekuasaan yang berdaaulat terhadap suatu negara. Seperti
adagium Inde datae leges be fortior omnia posset yang artinya hukum dibuat, jika tidak maka
orang yang kuat akan mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas. Pembatasan kewenangan ini
bertujuan agar para penguasa tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya .karena dalam
berdirinya suatu negara ada perjanjian atau kesepakatan untuk negara , rakyat tidak sekaligus
menyerahkan hak-hak yang dimilikinya untuk diatur oleh negara . pemerintah tidak lebih dari
wakil rakyat .3
Semua konstitusi selalu menjadikan kekuasaan sebagai pusat perhatian, karena kekuasaan
itu sendiri pada intinya memang perlu diatur dan dibatasi sebagaimana mestinya. Constitutions,
menurut IvoD. adalah “Identify the sources,purposes,uses and restraints of public power”
(mengidentifikasikan sumber-sumber,tujuan-tujuan, penggunaan-penggunaan dan pembatasan
kekuasaan umum). Pembatasan kekuasaan pada umumnya dianggap merupakan corak umum
materi konstitusi . Materi muatan konstitusi/undang-undang dasar dalam rangka untuk
membatasi kekuasaan dalam negara sekurang-kurangnya berisi : 4
1. Jaminan adanya perlindungan Hak Asasi Manusia
2. Susunan Kekuasaan suatu negara yang mendasar
3. Pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar
2
Dikutip dari Sri Soemantri,1986,hlm 51
3
Ajaran Rousseau ini menghasilkan jenis negara yang demokratis, dimana rakyat berdaulat dan penguasa-
penguasa negara hanya merupakan wakil-wakil rakyat. Yulia Netha,Buku ajar ilmu negara ( Bandarlampung:Pusat
Kajian Konstitusi dan Perundang-Undangan,2013) hlm.82
4
Perubahan Konstitusi Dan Reformasi Ketatanegaraan Indonesia, Abu Tamrin
Meskipun konstitusi suatu negara berbeda-beda akan tetapi pada dasarnya mempunyai kedudukan
formal yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.
Konstitusi sebagai hukum dasar, dikarenakan konstitusi bersi aturan dan ketentuan yang
mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu konstitusi menjadi dasar
sekaligus sumber kekuasaan bagi setiap lembaga negara. Kemudian konstitusi sebagai hukum tertinggi,
karena konstitusi diberikan kedudukan sebagai hukum yang tertinggi pada suatu negara, artinya aturan
yang ada pada konstitusi merupakan peraturan yang secara hirarkhis menempati posisi tertinggi
(superior) dibanding peraturan lain yang ada pada suatu negara. 5
Dalam teori berjenjang yang dikemukakan oleh Hans Nawiasky yang mengatakan bahwa
kelompok norma hukum tertinggi adalah norma dasar atau staatfundamentalnorm. Disini terlihat jelas
bahwa norma dasar menjadi posisi tertinggi dalam suatu negara. Sama halnya dengan Indonesia yang
memiliki Undang – Undang dasar sebagai konstitusi tertulis. Oleh karena itu Undang – Undang Dasar
NRI 1945 berkedudukan sebagai norma hukum tertinggi di indonesia.
Miriam Budiharjo pernah mengatakan bahwa “di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas
Demokrasi Konstitusional, Undang-undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintahan sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan tidak bersifat sewenang-wenang.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebiih terlindungi”.
Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya
melalui aturan untuk menghindari kesewenangan yan dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta
memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan atau cita-cita Negara. Lalu pada
hakikatnya, konstitusi Indonesia adalah alat untuk mencapai tujuan negara yang berdasarkan kepada
nilai-nilai dasar negara Indonesia yakni Pancasila. 7
5
Utomo, A. Himmawan. 2007 “Konstitusi", Mata Kuliah Pengembangan Kpribadian Pendidikan
Kwarganegaraan Yogyakarta.
6
Winarno.2020.Paradigma Baru Pendidika Kewarganegaraan.Jakarta: Budi Aksara
7
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/download/326/260
8
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Hukum Tata Negara Jilid I. Jakarta: Konstitusi Press.
3.) Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga negara.
4.) Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara atau pun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
5.) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang dalam sistem
demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
9.) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya dibidang politik
maupun dalam arti luas yang mencakup sosial dan ekonomi.
10.) Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering dan social
reform), baik dalam arti sempit atau pun luas.
KESIMPULAN
Konstitusi adalah keberadaan yang sangat vital dalam struktur ketatanegaraan.ia
mengatur segala kepentingan kepentingan rakyat dan penguasa. Dimana kepentingan ini harus
sejalan untuk menentukan arah kemana bangsa ini berlabuh .apakah akan kearah yang lebih baik
sesuai tujuan negara yang telah tertuang dalam undang-undang dasar atau hanya sebagai
konstitusi semantic yang mana bunyi pasal dan realitas sosial saling bersebrangan satu sama lain.
Muatan konstitusi memuat hak-hak yang dimiliki sejak lahir oleh warga negaranya serta
konstitusi juga memuat bentuk dari negara tersebut beserta sistemnya . Kewajiban tak luput pula
disebutkan karena hak dan kewajiban warga negara selalu berdampingan ibarat dua rel kereta .
hak dan kewajiban warga negara ini diembannya dari lahir.pun juga konstitusi mengatur
Lembaga Lembaga negara . Dalam UUD NRI 1945 telah ada pengaturan pengaturan tersebut
mengenai hubungan antar Lembaga negara, hak dan kewajiban warga negara, serta hubungan
negara dengan masyarakat
Untuk menghindari kesewenang-wenangan penguasa terhadap rakyatnya, maka konstitusi
hadir untuk melindungi kepentingan kepetingan rakyat serta membatasi kekuasaan rakyat.
Karena jika tidak dibatasi, maka penguasa akan mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas.
maka dari itulah konstitusi diletakkan di ujung tombak perlindungan kepada rakyat,
sebagai kedudukan tertinggi serta sebagai paying hukum tertinggi yang bisa dijadikan patokan
hukum hukum dibawahnya. Seperti dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 menjadi paying bagi undang-undang,perrpu,peraturan pemerintah dan peraturan
hukum lainnya .