Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

"KONSTITUSI"
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Ustad Prayudi

Disusun Oleh :

Nilna Muna Aisyi (200204110056)

Deby Maulina (200204110044)

Ashfi Hidayah (20020410053)

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS SYARIAH


UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

TAHUN 2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang
ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak
mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar
penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara
yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan
tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara konstitusional maka
konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari
konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan tenttang
konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau
paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas
konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik
Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia. Manusia hidup bersama dalam
berbagai kelompok yang beragam latar belakangnya. Mula-mula manusia hidup
dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya,
ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi
bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara.
Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para
ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah
bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa
merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation
bermakna keturunan atau bangsa
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara
adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Konstitusi merupakan segala
ketentuan dan aturan dasar mengenai ketatanegaraan. 1Berdirinya sebuah negara tidak
lepas dari adanya konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar
tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.
Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum sebuah negara, yang di dalamnya
terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur tentang
distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara.
Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab konstitusi
ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya
aturan-aturan hukum lain yang ada dibawahnya.2
Jimly Asshiddiqie mengatakan dalam bukunya, konstitusi adalah hukum dasar
yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. 3Penting bagi sebuah
negara memiliki konstitusi sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan sebuah
negara. Untuk itu dalam penyusunan konstitusi harus merupakan hasil dari nilai-nilai
dan norma berbangsa dan bernegara yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian,
penyusunan konstitusi menjadi sebuah pekerjaan yang mendasar bagi sebuah negara
untuk menentukan sistem hukumnya.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan
peraturan baik tertulis maupuntidak tertulis yang mengatur secara mengikat mengenai
cara penyelenggaraan suatu pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa
kumpulanm peraturan yang membentuk, mengatur atau memenuhi negara. Peraturan
perundang-undangan tersebut ada yang tretulis sebagai keputusan badan yang
berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini
dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 457.
2
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Ctk. Keempat , Nusa Media, Bandung, hlm. 180.
3
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2004,
hlm. 29.
Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi tertulis yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa disebut
UUD 1945. UUD 1945 pertama kali disahkan sebagai konstitusi negara Indonesia
dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus
1945. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang Dasar
sebagai sebuah Hukum Dasar.
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada ahli, yaitu :
a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu : 1).
Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi mencerminkan kehiupan
politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan. 2). Konstitusi merupakan suatu
kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu
hukum konstitusi, dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis. 3).Konstitusi
atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang
harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara sekalipun. Hal ini sesuai dengan
dalil “Goverment by law, not by men” (pemerintahan berdasarkan hukum, bukan
oleh manusia). Pada permulaan abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai
konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga negara).
Mendapatkan perumusan secara yuridis. 4

4
Effendi Suryani dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa ( Bandung: PT Refika Aditama,
2015 ), hlm. 141.
B. Konstitusionalisme

1. Pengertian Konstitusionalisme

Konstitusionalisme merupakan pemikiran yang menghendaki pembatasan


kekuasaan Konstitusionalisme adalah suatu keyakinan yang menghendaki pembatasan
terhadap pemerintah melalui sebuah konstitusi. 5

Menurut Carl J. Friedrich, konstitusionalisme adalah gagasan bahwa


pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama
rakyat, tetapi yang tunduk kepada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk
memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.

Menurut Mc Ilwan, ada dua unsur fundamental dari paham konstitusionalisme,


yaitu batas-batas hukum terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang dan
pertanggungjawaban politik sepenuhnya dari pemerintah kepada yang
6
diperintahan. Senada dengan itu Soetandyo Wignjosoebroto berpendapat, ide
konstitusionalisme sebagaimana bertumbuh kembang di bumi aslinya, Eropa Barat,
dapat dipulangkan ke dua esensi yakni:
Esensi pertama ialah konsep “negara hukum” (atau di negeri-negeri yang
terpengaruh oleh sistem hukum Anglo Saxon disebut rule of law) yang menyatakan
bahwa kewibawaan hukum secara universal mengatasi kekuasaan negara, dan
sehubungan dengan itu hukum akan mengontrol politik (dan tidak sebaliknya).
Esensi kedua ialah konsep hak-hak sipil warga negara yang menyatakan
bahwa kebebasan warga negara dijamin oleh konstitusi dan kekuasaan negara pun
akan dibatasi oleh konstitusi, dan kekuasaan itu pun hanya mungkin memperoleh
legitimasinya dari konstitusi saja. 7
Meskipun ide konstitusionalisme berasal dari Barat tetapi pada
perkembangannya ternyata dapat diterima hampir di seluruh dunia. Pengaruh Barat
yang sering dianggap tidak sesuai dengan masyarakat setempat sehingga dianggap
sebagai pengaruh negatif tidak berlaku untuk ide konstitusionalisme.

5
Eric Barent, An Introduction to Constitutional Law, Oxford: Oxford University Press, 1998, hlm. 14.
6
Terpetik dari Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi kasus sosio-
legal atas Konstituante 1956-1959, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2001, hlm. 1.
7
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, hlm. 405.
Berdasarkan ide konstitusialime semua pemegang kekuasaan harus
dibatasi. Tidak ada satu pihak atau lembaga pun yang boleh memiliki kekuasaan
tanpa batas. Sebaliknya, setiap pemberian kekuasaan senantiasa perlu disertai
dengan pembatasan kekuasaan. Dengan demikiaan pemikiran yang mengakui atau
menghendaki keberadaan lembaga yang memiliki kekuasaan tanpa batas tidak sesuai
dengan konstitusionalisme.

2. Latar Belakang Konstitusionalisme

Konsep konstitusionalisme sendiri sebenarnya telah ada dan berkembang jauh


sebelum undang-undang dasar pertama dirumuskan. Ide pokok dari
konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah sebagai penyelenggara negara perlu
dibatasi kekuasaannya (the limited states) agar tidak sewenang-wenang dalam
memerintah. Konstitusionalisme menganggap bahwa suatu undang-undang dasar
atau konstitusi adalah jaminan untuk melindungi rakyat dari perilaku semena-mena
pemerintah. Dengan demikian konstitusionalisme melahirkan suatu konsep lainnya
yang disebut sebagai “negara konstitusional” atau (the constitutional state), dimana
undang-undang dasar menjadi instrument yang paling efektif dengan menjalankan
konsep Rule Of Law atau Negara Hukum. 8 Konstitusionalisme juga menekankan
pada aspek Kedaulatan Rakyat karena menurut cara pandang konstitusionalis,
kekuasaan tertinggi ada pada rakyat, dan negara harus bekerja untuk rakyat sesuai
dengan undang-undang yang telah diakui bersama. 9

3. Implemetasi Konstitusionalisme dalam Negara

Dalam hal aktualisasi nilai-nili konstitusionalisme dalam sistem politik


yang demokratis, maka konstitusi memberikan kejelasan dalam konsep Trias
politica atau pembagian kekuasaa antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif dari John
Locke. Keberadaan ketiga lembaga negara itu memastikan bahwa tidak ada
kekuasaan yang saling tumpang tindih ataupun kekuaaan yang lebih
kuat, karena itu ketiga lembaga tersebut untuk saling mengawasi. Artinya bahwa,

8
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2008) hal. 171
9
Administrator. "Konstitusi,Konstitusionalisme, dan Demokrasi Konstitusional".
konstitusi atau undang-undang memberikan acuan bagi penyelenggaraan negara agar
para pejabat ataupun aparatur negara tidak bisa berlaku sewenang-wenang karena
mereka diawasi oleh lembaga-lembaga negara yang memiliki kedudukan huku m
sebagai prinsip dasarnya yang kuat dan kokoh. Dengan prinsip Trias polit ica, maka
diantara tiga lembaga kekuasaan itu - eksekutif, legislatif, dan yudikatif - bersifat
saling mengawasi,dengan tujuan agar terciptanya sebuah tatanan pemerintahan yang
baik (good governance) dimana nilai-nilai demokrasi yang menjadi indikatornya. 10

Cara kerjanya adalah, legislatif membuat undang-undangnya karena legislat if


adalah representasi atau perwakilan daripada rakyat, kemudian undang-undang itu
dijalankan oleh eksekutif dalam bentuk kebijakan publik dalam melayani kebutuhan
rakyat, dan yudikatif yang bertugas untuk mempertahankan dan menjaga undang-
undang itu agar sesuai dengan koridornya dan tak ada yang menyalahinya, dan juga
memebrikan sanksi jika ada yang melanggar undang-undang itu. Namun,
kekurangan dari sistem ini adalah, terkadang konflik dapat terjadi antar-lembaga,
terutama yang sering berkonflik adalah eksekutif dengan legislatif, jika penguasa
ekeskutif dan legislatif berasal dari dua kekuatan politik yang bertentangan, maka
sangat memungkinkan terjadinya selisih paham, yang membuat iklim politik
menjadi tidak stabil.

C. Konstitusi di Indonesia

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatas usunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD
1945 menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945
adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila
sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di


Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode yaitu
sebagai berikut :

10
Administrator. "Konstitusi,Konstitusionalisme, dan Demokrasi Konstitusional"
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4
pasal aturan paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.

b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS.

UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1950 -5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas
6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian.

d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.


Khusus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;

2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000,


tahun 2001, dan tahun 2002)

Amandemen tersebut adalah:


a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;

c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;

d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut
sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29
Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya
BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang
selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKIpada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia
yang terdiri atas dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau
pasal-pasalnya. Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah
yang dibuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.
Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II
No.7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:
a) Pembukaan

b) Batang tubuh, dan

c) Penjelasan

Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya


berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949. Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru
disebut kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua
yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republi Indonesia Serikat disingkat
KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap
berlaku tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik
Indonesia (RI) yang beribu kota di Yogyakarta. Konstitusi yang berlaku setelah
UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Situasi ini kemudian
memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut: a) Menetapkan pembubaran
Konstituante; b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950; c) Pembentukan MPRS dan DPAS.

Setelah melewati proses amandemen yang panjang akhirnya disahkan


konstitusi resmi Indonesia yaitu UUD 1945, sekarang ini hanya terdiri atas dua
bagian, yaitu bagian pembukaan dan bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada
umumnya berisi pernyataan luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan.
Namun tidak semua konstitusi negara meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi
malaysia, singapure, dan australia tidak memiliki bagian pembukaan. Contoh
konstitusi negara yang memiliki bagian pembukaan adalah konstitusi jepang, india,
dan amerika serikat. 13 Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting
dalam konstitusi negara indonesi. Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai
pernyataan luhur bangsa indonesia. Selain berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita
dan keinginan bangsa indonesia, dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia pembukaan UUD 1945
memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan. Alenia pertama
berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan
pergerakkan kemerdekaan indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”. Alenia keempat
sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara
indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah dara
indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
indonesia itu dalam suatu UUD 1945negara indonesia, yang terbentuk dalam
susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh ikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia”. 11

D. Hirarki peraturan perundang-undangan


adalah urutan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
dimulai dari yang tertinggi hingga yang paling rendah sebagaimana diatur dalam UU
No. 12 Tahun 2011, Menurut sistem hukum Indonesia, peraturan perundang-
undangan (hukum tertulis) disusun dalam suatu tingkatan yang disebut hierarki
peraturan perundang undangan. Di dalam Memorandum DPR-GR tertanggal 9 Juni
1996 yang telah dikukuhkan oleh MPRS dengan Ketetapan MPRS No. XX/
MPRS/1966 dan juga oleh MPR dengan Ketetapan MPR No. V/MPR/1973, Lampiran
II tentang "Tata Urutan Peraturan Perundangundangan Republik Indonesia Menurut
DUD 1945" dalam huruf A, disebutkan tata urutan bentuk-bentuk peraturan
perundangundangan Republik Indonesia iaiah sebagai berikut;

Urutannya adalah UUD 1945

Undang-undang / PERPU

11
.Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi ( Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2007), hlm. 71-81.
Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan Presiden (PERPRES)

Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.

, Lampiran II tentang "Tata Urutan Peraturan Perundang undangan Republik


Indonesia Menurut DUD 1945"12

disebutkan tata urutan bentuk-bentuk peraturan perundang undangan Republik


Indonesia iaiah sebagai berikut; menurut ketetapan MPR No. lll/IVIPR/2000,
peraturan perundangr undangan yang tersusun secara hierarkis tersebut mengandung
konsekuensi bahwa suatu peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang
lebih tinggi tingkatannya. Hal ini selaras dengan asas hukum lex superior derogat
inferior (hukum yang lebih tinggi mengalahkan hukum yang tingkatannya di
bawahnya). Hal ini dimaksudkan agar tercipta kepastian hukum dalam sistem
peraturan perundang-undangan.. Ajaran tentang tata urutan peraturan perundang-
undangan demiklan mengandung beberapa prinsip: Ajaran tentang tata urutan
peraturan

perundang-undangan demiklan mengandung


beberapa prinslp:

1. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya dapat dijadikan


landasan atau dasarhukum bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
atau berada di bawahnya.
2. Peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah harus bersumber atau
memiliki dasar hukum darl suatu peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi.

3. Isi atau muatan peraturan perundangundangan yang lebih rendah tidak boleh
menyimpangi atau berlentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya.

4. Suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut atau diganti atau


diubah dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi atau paling tidak
dengan yang sederajat.

12
Ni'matuI Huda, Negara Hukum, Demokrasidan JudicialReview, (Ull Press, Yogyakarta, 2005).
5. Peraturan-peraturan perundangundangan yang sejenis apabila materi yang sama,
maka peraturan yang terbaru harus diberlakukan, walaupun tidak dengan secara
tegas dinyatakan bahwa peraturan yang lama itu dicabut. Selain itu. peraturan yang
mengatur materi yang lebih khusus harus diutamakan dari peraturan perundang-
undangan yang lebih umum. 13

13
"Bagir Manan, Teoridan..., Op.Cit., him. 133. Uhatjuga dalam Rosjldi Ranggawidjaja, Pedoman Teknik
Perancangan Peraturan Perundang-undangan, (CitaBhaktiAkademika, Bandung, 1996), him. 19.
BAB III

Kesimpulan

Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai


ketatanegaraan. Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang
mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-
Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum
sebuah negara, yang di dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
dan mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan
negara. Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab konstitusi
ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-
aturan hukum lain yang ada dibawahnya, Konstitusionalisme merupakan pemikiran yang
menghendaki pembatasan kekuasaan terhadap pemerintah melalui sebuah Konstitusi..

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok
Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar Hirarki peraturan perundang-
undangan adalah urutan dari peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia
dimulai dari yang tertinggi hingga yang paling rendah sebagaimana diatur dalam UU No. 12
Tahun 2011, Hal ini dimaksudkan agar tercipta kepastian hukum dalam sistem peraturan
perundang-undangan.
Daftar Pustaka

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,


1989, hlm. 457.

Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Ctk. Keempat ,
Nusa Media, Bandung, hlm. 180.

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia,


Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2004, hlm. 29.

Effendi Suryani dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa
( Bandung: PT Refika Aditama, 2015 ), hlm. 141.

Eric Barent, An Introduction to Constitutional Law, Oxford: Oxford


University Press, 1998, hlm. 14.

Terpetik dari Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan


Konstitusional di Indonesia: Studi kasus sosio-legal atas Konstituante 1956-
1959, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2001, hlm. 1

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika


Masalahnya, hlm. 405.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2008)


hal. 171

Administrator. "Konstitusi,Konstitusionalisme, dan Demokrasi


Konstitusional".

.Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan


Kuliah di Perguruan Tinggi ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 71-81

Ni'matuI Huda, Negara Hukum, Demokrasidan JudicialReview, (Ull


Press, Yogyakarta, 2005)..

Bagir Manan, Teoridan..., Op.Cit., him. 133. Uhatjuga dalam Rosjldi


Ranggawidjaja, Pedoman Teknik Perancangan Peraturan Perundang-
undangan, (CitaBhaktiAkademika, Bandung, 1996), him. 19.

Anda mungkin juga menyukai