Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEWARNEGARAAN

UUD NRI TAHUN 1945 SEBAGAI KONSTITUSI


INDONESIA

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Nama : Doni Prasetya 2054211006


Lidia Teresia Saragih 2054211005
Ridho Maulana R.H 2054211010
Roni Griono Laia 2054211008
Sri Dwi Lestari 2054211001
Toni Kurnawan. S 2054211007

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PROV. RIAU
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada
suatu konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan
secara ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus
memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus
menganut gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan
suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi
pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai
Konstitusi Negara Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.

Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar belakangnya.
Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan
wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat dan
pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk
suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori
besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter
sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang berbeda-beda.
Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation
bermakna keturunan atau bangsa.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KONSTITUSIONALISME
A. Gagasan Tentang Konstitusionalime

Negara adalah suatu organisasi kekuatan yang terdiri atas unsur rakyat
(penduduk), wilyah dan pemerintah. Pemeintah adalah suatu unsur negara.
Pemerintahlah yang menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-tugas demi
terwujudnya tujuan bernegara.

Di negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah menjamin


sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat. Mengapa kekuasaan
perlu dibatasi? Kekuasaan perlu dibatasi karena kekuasaan itu cenderung untuk
disalahgunakan dan sewenang-wenang. Ingat hukum besi kekuasaan dari Lord
Acton yang mengatakan “power tends corrupt and absolud power corrupts
absolutely”(Kekuasaan cenderung untuk menjadi sewenang-wenag dan dalam
kekuasaan yang mutla, keseweng-wenangan juga cenderung mutlak).

Gagasan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi serta hak-hak dasar rakyat
dijamin dalam suatu konstitusi negara dinamakan konstitusionalisme. Carl J.
Fridrich berpendapat “konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah
merupakan suatu kumpulqn qktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat,
tetapi yang tunduk pada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi
jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintah tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah pembatasan
yang dimaksud termaktub dalam konstitusi”(Taufiqurrohman Syahuri, 2004).

Di dalam gagasan konstitusionalisme, undang-undang dasar sebagai lembaga


mempunyai fungsi khusus yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan di satu
pihak dan di pihak lain menjamin hak-hak asasi warga negara (Mirriam
Budiardjo,2008), jadi dapat disimpulkan di dalam gagasan konstitusionalisme, isi
daripada konstitusi negara bercirikan dua hal pokok, yaitu

a. Konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar tidak


bertindak sewenag-wenang terhadap warganyan;
b. Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.

Pada pemulaan abad ke-19 dan awal abad ke-20 gagasan mengenai
konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga negara)
mendapat perumusan secara yuridis. Daniel S. Lev memandang
konstitusionalisme sebagai paham “negara terbatas”. Para ahli hukum Eropa Barat
Kontinental sebagai Imanuel Kant dan Frederich Yulius Stahl memakai istilah
Rechtsstaat, sebagai ahli Anglo Saxon seperti AV Dicey memakai istilah Rule of
Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat atau Rule of Law biasa diterjemahkan
dengan istilah “Negara Hukum”(Mahfud MD, 1993).

B. Negara Konstitusional

Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar. Namun tidak setiap
negara memiliki undang-undang dasar. Ingris merupakan negara konstitusi
(constituitional state) meskipun tidak memiliki undang-undang dasar. Konstitusi
Inggris terdiri atas berbagai aturan pokok yang timbul dan berkembang dalam
sejarah bangsa tersebut. Konstitusi tersebar dalam berbagai dukumen sepeti
Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689) dan parliament Act (1911). Konstitusi
dalam kaitan ini memiliki pengertian yang lebih luas dari undang-undang dasar.

Negara konstitusional bukan sekear konsep formal, tetapi juga memiliki


makna normatif. Di dalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi tidak hanya
merupakan suatu dokumen yang menggambarkan pembagian dan tugas-tigas
kekuasaan tetapi juga menentukan dan membatasi kekuasaan agar tidak
disalahgunakan. Sementara itu di lain pihak kosntitusi juga berisi jaminan akan
hal-hal asasi dan hak dasar warga negara. Negara yang menganut gagasan
konstitusionalisme inilah yng disebut negara konstitusional.

Adnan Buyung Nasution (1995) menyatakan negara kosntitusional adalah


pertama-tama ia merupakan negara yang menggalui dan menjamin hak-hak warga
negara serta membatasi dan mengajur kekuasaannya secara hukum. Jaminan da
pembatasan tang dimaksud harus tertuang dalam kosntitusi. Jadi negara
konstitusional bukanlah semata-mata negara yang telah memiliki konstitusi. Perlu
dipertanyakan lagi apakah konstitusi negara tersebut berisi pembatasan atas
kekuasaan dan haminan akan hak-hak dasar warga negara.

2.2KONSTITUSI NEGARA
A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi bersala dari istilah bahasa Prancis “constituer” yang artinya


membetuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara . konstitusi bisa berarti pula
peraturan dasar (awal) mengnai pembentukan negara. Istilah konstitusi bisa
dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar. Kata konstitusi
dalam kamus besar bahasa Indonesia diartiakan sebagai berikut; (1) segala
ketentuan dan aturaan mengenai ketatanegaraan; (2) undang-undang dasar suatu
negara.

Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli , yaitu

a. Herman Heller; membagi pegertian konstitusi menjadi tiga yaitu:


1. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi
mencerminkan kehidupn politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan.
2. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum
kosntitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.
3. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang
yang tinggi yang brlaku dalam suatu negara.

Menurut pengertian konstitusi lebih luas dari undang-undang dasar

b. K. C. Wheare mengertikan konstitusi sebagai “keseluruhan sistem


ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintah suatu negara”.
c. Prof. Prayudi Atmosudirdjo merumuskan kosntitusi sebagai berikut:
1. Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses
perjuangan bangsa yang bersangkutan;
2. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita,
kehendakan dan perjuangan bangsa indinesia;
3. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas dan
kebudayaan suatu bangsa.

Konstitusi dapat diartikan secara luas dari sempit adalah sebagai berikut.

a. Konstitusi (hukum dasar) dalamarti luas meliputi hukum dasar terlutis dan
tidak tertulis.
b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis,
yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar
merupakan kontitusi atau hukum dasar yang tertulis.
B. Kedudukan Konstitusi

Konstitusi menentukan kedudukan yang sagan penting dalam kehidupan


ketannegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi borometer kehidupan
bernegara berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah pejuang para pendahulu.
Selain itu, konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the
founding fathers, serta memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.

Konstitusi dan konstitusionalisme di zaman sekarang merupakankeniscahaya


bagi setiap negara moder. Basis pokoknya adalah kesepakatan umum atau
konsensus diantara mayoritas rakya mengenai pranata yang ideal berkenaan
dengan negara. Jadi kata kuncinya adalah konsesus atau kesepakatan dasar bangsa
yang bersangkutan. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi
kekuasaan negara yang bersangkutan , dan pada gilirannya akan menjadi suatu
perang sipil (civil war), atau dapat jugasuatu revolusi.

Apa sajakah kesepakatan dasar tersebut? Jimly Asshiddiqie (2010) dngan


mengutip pendapat William Anderws, mengemukakan bahwa konsensus yang
menjamin tegaknya konstitusionalisme negara modern pada umumnya bersandar
pada 3 (tiga) elemen kesepakatan, yaitu sebagai berikut.

1. Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama (the general goal of


society or general acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintah atau
penyelenggara negara (the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
(the form of institutions and procedures).

Kesepakatan pertama, berkenaan dengan cita-cita bersama dan sengat


menentukan tegaknya konstitusi di suatu negara. Cita-cita bersama itulah yang
puncak absraksi yang memungkinkan untuk mencerminkan kesamaan-
kesamaankepentingan di antarasesama warga, yang dalam kenyataannya harus
hidup ditengah-tengahpluralisme atau kemajemukan.

Kesepakatan kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintah didasarkan


atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga bersifat dasariah,
karena menyangkut dasar-dasar dalam kehidupan peneyelenggaraan negara

Kesepakatan ketiga,berkenaan dengan (1) bangunan organ negara dan


prosedur-proseder yang mengatur kekuasaannya, (2) hubungan-hubungan antara
organ negara itu satu sama lain, serta (3) hubungan antara organ-organ negara itu
dengan waga negara.

1. Konstitusi sebagai Hukum Dasar

Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena ia berisi aturan dan


ketentuan hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara, secara khusus
konstitusi memuat aturan tentang bandan-badan pemerintahaan, dan sekaligus
memberikan kewenagan kepadanya.

Jadi konstitusi menjadi (a) dasar adanya dan (b) sumber kekuasaan bagi setiap
lembaga negara. Oleh karena konsttusi juga mengatur kekuasaan badan legislatif
(pembuat undang-undang), maka UUD juga merupakan (c) dasar adanya dan
sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya.

2. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi

Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata
hukum negara yang bersangkutan. hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang
terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi
(superior) terhadap aturan-aturan lainnya. Oleh karena itulah aturan-aturan lain
yang dibuat oleh pembentukan undang-undang harus sesuai atau tidak
bertentangan dengan undang-undang dasar.

C. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara

Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara.


Konstitusi menjadi dasar utama bagi penyelenggaraan bernegara. Karena itu
konstitusi menepati posisi penting, dan strategi dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara. Prof. Hamid S. Attamimi mengatakan bahwa konstitusi atau
undang-undang dasar merupakan pemberi pangangan dan pemberi batas,sekaligus
merupakan petunjuk bagaiana suatu negara harus dijadikan.

Menurut Mirriam Budiardjo (2008), konstitusi atau undang-undang dasar


memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badaneksekuatif,


legislatif dan yudikatif. Dalam negar federal, masalah
pembagiankekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaranyurridiksi lembaga
negara.
2. Hak-hak asasi manusia.
3. Prosedur mengubah undang-undang dasar.
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari
undang-undang dasar. Hal ini untuk mengindari terulangnya hal-hal yang
telas diatasi dan tidak dikehendaki lagi.

Beberapa hal yang menjadi isi dari pada konstitusi Republik Indonesia ini.
Hal hal yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain sebagai
berikut.

1. Hal-hal yang sifatnya umum, misalnya tentang kekuasaan dalam negara


dan identitas-identitas negara.
2. Hal yang meyangkut lembaga-lembaga negara, hubungan antar
lembaganegara, fungsi, tugas, hak dan kewenangannya.
3. hal yang menyangkut hubungan antara negara dengan warga negara, yaitu
hak dan kewajiban negara terhadap warganya ataupun hak dan kewajiban
warga negara terhadap negara, termasuk juga hak asasi manusia.
4. Konsep atau cita negara dalam berbagai bidang, misalnya bidang
pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, sosial, dan pertahanan.
5. Hal yang mengenai perubahan undang-undang dasar.
6. Ketentuan peralihan atau ketentuan transisi.
Konsittusi negara memilikifungsi sebagai berikut (Jimly Asshiddiqie, 2002)
sebagai berikut.

a. Fungsi penentuan atau pembatasan kekuasaan negara.


b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga
negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legistimasi terhadap kekuasaan negara
ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi penyealur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang
asli (dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
f. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai
rajukan identitas dan keagungan (identity of nation) serta sebagai centar of
ceremony.
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) baik
dalam arti sempati yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang
sosial ekonomi.
h. Fungsi sebagai sarana perekayaan dan pembahasan masyarakat.
2.3 UUD NRI 1945 SEBAGAI KONSTITUSI INDONESIA
Konstitusi negara Indonesia bernama Undang –Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 yang selatnya disingkat UUD NRI 1945.
Konstitusi ini pertama kali disahkan oleh panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Konstitusi ini diundang dalam
berita Republik Indonesia No 7 Tahun 1946.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Undang-undang dasar negara republik Indonesai pertama kali di tetapkn oleh


PPKI pada tanggal 18 agustus 1945. Undang-undang dasar yang ditetapkan oleh
PPKI tersebut sebenarnya merupakan hasil kerja BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemedekaan Indonesia). Hasil kerja BPUPKI berupa rancangan
pembukaan hukum dasar negara dan rancangan hukum dasar negara.

Konstitusi kedua yang berlaku di Indonesia adalah komstitusi Republik


Indinesia Serikat disingkat KRIS atau UUDRIS. Jadi dengan berubahnya bentuk
negara Indinesia menjadi RIS maka Kontitusi Republik Indonesia Serikat menjadi
undang-undang dasarnya. Undang-undang Dasar Negara Indonesia 18 Agustus
1945 tetap brlaku tetapi hanya di salah satu negara bagian RIS yaitu negara
Republik Indonesia (RI) yang beribukota di Yogyakarta.
2. Proses Amandemen UUD NRI 1945

Amandemen (Bhs Inggris; amendment) artinya perubahan. Mengamandemen


artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen yaitu hak
parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-
undang. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri menecap dua pengertisn
(Taufiqurohman Syahuri,2004) yaitu.

a. Amandemen konstitusi (contitutional amendment)


b. Perubahan konstitusi (constitutional reform).
3. Isi Undang-Undang Negara Republik Indinesia Tahun 1945

Alinea pertama berbunyi “ bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak


segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan ,
karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”. Alinea pertaman
berisi penyataan objektif adanya penjajahan terhadap Indonesia.peryataan
subjektif bahwa Indonesia bahwa penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Alinea kedua berbunyi “Dan perjuangan pegerakan kemerdekaan Indonesia


telah sampai jepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan
rakya Indonesia ke depan pintu gebang kemerdekaan Negra Indonesia , yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Alinea ini berisi peryataan bahwa
perjungan yang dilakukan bangsa Indoneisa diyakini bukan hamya hasil
perjungan dan keinginan lluhur bangsa tetapi juga atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Esa.

Alinea ketiga bebunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya khidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Aliena
ini mengandung makna adanya motivasi spitual bangsa Indonesia.

Alinea keempat berbunyi “Kemudia dari pada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indoneisa dan
seluruh tumbah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indoneisa yang berkendaulatan rakya dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang
maha esa, kemanusian yang adil dan beradap, persatuan Indonesia dan kerakyaran
yang dipimpin oleh hikmah kebijakan dalam permunyawarah/perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakya Indonesia”. Alinea
keenpat berisi langkah-langkah sebagai kelanjutan dalam bernegara.
2.4 SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD NRI 1945, sebagai beriku.

a. Bentuk negara adalah kesatuan


b. Bentuk pemerintah adalah republik
c. Sistem pemerintah adalah prensidensiil
d. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat
1. Bentuk Negara Kesatuan

Indonesia menetapkan bentuk susunan negara adalah kesatuan bukan serikat


atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945
yang menyatakan “Negara Indonesia ialah Kesatuan, yang berbentuk Republik”.

Secara teori, ada dua kalsifikasi bentuk negara yaitu bentuk negara serikat
atau federal dan bentuk negara kesatuan. Negara federal adalah negara yang
berurusan jamak. Negara kesatuan adalah negara yang bersusun tunggal.

2. Bentuk Pemerintahan Republik

Indonesia menetapkan bentuk pemerintahan adalah repblik bukan monarki


atau kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945
yang menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik”. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa kesatuan adalah
bentuk negara sedangkan republik adalah bentuk pemerintahan.

3. Sistem Pemerintahan Presidensiil

Berdasarkan pada ketentuan dalam UUD NRI 1945, Indonesia menganut


sistem pemerintahaan presidensiil. Secara teoritik sistem pemerintahan dibagi
dalam dua klasifikasi besar yaitu sistem pemerintahaan parlementer dan sistem
pemerintahaan presidensiil. Sistem pemerintahaan disebut parlementer apabila
badan eksekutif sebagai pelaksanaan kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan
langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahaan disebut presidensiil apabila
badan eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif.

4. Sistem Politik Demokrasi

Hal ini secara jelas dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa
“kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Hakikat
demokrasi itu sendiri adalah kekuasaan dalam negra berada di tangan rakyat.

Scara teoritik, klasifikasi sitem politik di era modern ini terbagi dua yaitu
sistem politik demokrasi dan sistem politik otoritarian. Samuel Huntington dalam
buku Gelombang Demokratisasi Ketiga (2001) membuat pembentukan antara
sistem politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi.
BAB III

KESIMPULAN
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara merumuskan
pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M.,
merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis.
Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi
peraturan-peraturan lainnya. Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk
pertama kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 18 Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara,
UUD 1945 menempati tempatan tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt)
artinya perubahan. Perubahan yang dilakukan merupakan ada atau sisipan dari
konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian yang
diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.

Anda mungkin juga menyukai