Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi/zaman teknologi pada sekarang ini sangatlah
berkembang pesat. Dengan berkembangnya teknologi tersebut berdampaklah
dengan manufaktur. Proses manufaktur merupakan suatu proses pembuatan benda
kerja dari bahan baku sampai bahan setengah jadi dengan atau tanpa proses
tambahan. Manufaktur juga penambahan dan pengaplikasian bahan fisik maupun
kimia untuk merubah bentuk geometri bahan atau penampilan permukaan dalam
pembuatan komponen suatu produk. Proses manufaktur tidaklah asing bagi
mahasiswa teknik, terutama teknik industri. Dalam praktikum tersebut kita dapat
mengetahui alat- alat dan benda kerja apa saja yang dikerjakan untuk praktikum.
Banyak macam benda dan alat kerja yang umum kita ketahui seperti mesin-mesin
dan alat ukur. Dalam menggunakan mesin dan alat ukur tersebut tidaklah mudah
karena kita harus menggunakan den ketelitian agar benda kerja yang akan kita buat
atau dirancang tidak terjadi kesalahan.
Manufaktur adalah cabang industri yang menggunakan mesin, peralatan,
tenaga kerja, dan media proses untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi
untuk dijual. Proses manufaktur sangat erat kaitannya dengan penggunaan mesin
dan alat untuk menghasilkan benda. Proses merubah bahan baku menjadi suatu
produk ini meliputi perancangan produk, pemilihan material, dan tahap-tahap
proses dimana produk tersebut dibuat (Suprianto, 2013).
Pengukuran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk menentukan
nilai kuantitatif (dalam bentuk angka dan satuan) yang dapat dihitung secara
kuantitatif. Cara yang dapat dilakukan adalah membandingkan dengan alat ukur
geometri seperti jangka sorong, mikrometer, dial gauge, dll. Pemotongan logam
adalah proses di mana alat pemotong dan pahat pemotong digunakan untuk
menghilangkan dimensi tertentu dari benda kerja untuk membuat bagian-bagian
tersebut berbentuk sesuai kebutuhan (Umar dan Hadi, 1995).
Proses pembubutan adalah suatu proses pembentukan komponen mesin dan
peralatan seperti poros pejal, poros berongga, poros berulir, dan bentuk lainnya
dengan aksi pemotongan. Pahat bergerak sepanjang garis lurus sejajar dengan
sumbu rotasi benda kerja. Pada proses pembubutan benda kerja akan di makan oleh
mata pahat (Manurung, 2019).
Proses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja
menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses
penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang Mengitari pisau ini bisa
menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat biasanya
berbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga
berbentuk kombinasi dari beberapa bentuk (Yanuar, dkk, 2014).
Proses pengeboran pada benda kerja merupakan salah satu proses penting
pada pembentukan lubang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industry. Dalam skala industri, proses pengeboran memiliki banyak manfaat
diantaranya untuk memasukkan baut sebagai penguat panel dan untuk membuat
barrel yang dapat dimanfaatkan dalam pendingin dan kebutuhan lainnya (Ikbal dan
Gunadi, 2019).
Kerja bangku merupakan salah satu kegiatan produksi yang dilakukan tanpa
menggunakan mesin berat, dan cara mengerjakannya menggunakan alat–alat yang
langsung digunakan oleh tangan manusia. Kegiatan kerja bangku lebih
dititikberatkan pada pembuatan benda kerja dari material logam dengan perkakas
tangan, dan dilakukan di bangku kerja. Pekerjaan kerja bangku meliputi berbagai
jenis kontruksi geometris yang sesuai dengan jobsheet atau perintah kerja (Restu,
dkk, 2013)
Pada pratikum proses manufaktur 2021 ini, mahasiswa diharapkan dapat
merancang desain dan memproduksi kursi tangga lipat, yang mana pada modul kali
mahasiswa di minta untuk membuat angsel.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Praktikum Proses Manufaktur 2021 kali ini pada
kerja kursi tangga lipat adalah “Bagaimana proses atau langkah-langkah pembuatan
kursi tangga lipat ?”

1.3 Tujuan Pratikum


Tujuan dari Praktikum Proses Manufaktur 2021 sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengukuran dan pemotongan dalam pembuatan kursi
tangga lipat
2. Untuk mengetahui proses pembubutan dalam pembuatan kursi tangga lipat
3. Untuk mengetahui definisi mesin milling
4. Untuk mengetahui fungsi dan komponen mesin bor
5. Untuk mengetahui cara pengoperasian mesin bor
6. Untuk mengetahui peralatan kerja bangku dan fungsinya

1.4 Manfaat Pratikum


Manfaat dari Praktikum Proses Manufaktur 2021 sebagai berikut
1. Dapat mengetahui proses pengukuran dan pemotongan dalam pembuatan kursi
tangga lipat
2. Dapat mengetahui proses pembubutan dalam pembuatan kursi tangga lipat
3. Dapat mengetahui definisi mesin milling
4. Dapat mengetahui fungsi dan komponen mesin bor
5. Dapat mengetahui cara pengoperasian mesin bor
6. Dapat mengetahui peralatan kerja bangku dan fungsinya

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada pembuatan laporan pada Praktikum Proses
Manufaktur 2021 sebagai berikut ;
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab 1 ini membahas tentang latar belakang yang menjadi topik
pembahasan laporan yaitu, latar belakang, rumusan masalah, tujuan
pratikum, manfaat pratikum, dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab II ini menjelaskan tentang penjabaran teori – teori dengan
beberapa materi yang terkandung dalam pembahasan praktikum kali ini
yang menjelaskan tentang alat pelindung diri (safety), pengukuran dan
pemotongan, pembubutan, pengeboran, dan proses kerja bangku.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab IV ini menjelaskan tentang pembahasan praktikum yang telah
dilakukan. Berisikan tentang langkah – langkah pengerjaan produk
kursi tangga lipat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani pekerja.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, risiko yang mungkin muncul dapat
dihindari (Edigan dkk, 2019).
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya di tempat kerja atau kecelakaan kerja. APD
juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman
APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai (Edigan dkk, 2019).
Berikut alat pelindung diri dalam Praktikum Proses Manufaktur:
1. Alat Pelindung Mata dan Muka (face shield)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari bahaya paparan bahan
kimia, seperti amonium nitrat, gas, dan partikel yang melayang di udara atau
air, percikan benda kecil, panas, atau uap. Alat pending mata dan muka yang
umum digunakan, yaitu kacamata khusus atau spectacles dan goggles.
Sedangkan alat pelindung muka adalah tameng muka (face shield) atau full face
masker yang menutupi seluruh bagian wajah.
Adapun alat pelindung mata adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Pelindung Wajah dan Mata


(Sumber: Redjeki, 2016)
2. Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
Sarung tangan ini terbuat dari material khusus, tergantung pada kebutuhan dan
pekerjaan. Ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet, atau bahan
khusus untuk melindungi tangan dari zat kimia tertentu.

Gambar 2.2 Alat Pelindung Tangan


(Sumber: Redjeki, 2016)
3. Alat Pelindung Mata (Kacamata safety)
Mata juga harus terlindungi dari percikan atau semburan api, benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin dan bahan kimia berbahaya, ini penting agar
mata terhindar dari kecacatan bahkan kebutaan. Jenis yang digunakan
kacamata khusus safety.

Gambar 2.3 Alat Pelindung Mata


(Sumber: Redjeki, 2016)
4. Alat pelindung kaki (Sepatu)
Alat pelindung kaki ini dapat untuk menjaga area kaki dari benturan atau
tertimpa dengan benda yang berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin, dan bahan kimia yang berbahaya ketika menyentuh kulit, dan
terpeleset karena permukaan lantai yang licin. Dan jenis bahan yang di gunakan
di sepatu berbahan karet (Boots) dan safety shoes.

Gambar 2.4 Alat Pelindung Kaki


(Sumber: Redjeki, 2016)
5. Pakaian Pelindung
Alat pelindung diri ini berfungsi melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin
yang ekstrim, paparan api dan benda panas, percikan bahan kimia, uap panas,
benturan, radiasi, gigitan atau sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan
bakteri.

Gambar 2.5 Pakaian Pelindung


(Sumber: Redjeki, 2016)

2.2 Pengukuran Dan Pemotongan


Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai pengukuran dan pemotongan,
sebagai berikut :

2.2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi
besar kecilnya obyek atau gejala, pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk
mengenakan bilangan-bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan
kuantitas atribut pada obyek tersebut (Hadi, 1995).
Adapun alat ukur yang di gunakan dalam Proses Praktikum Manufaktur
2021 sebagai berikut :
1. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat pengukur panjang diameter luar maupun diameter
dalam suatu benda. Tingkat ketelitian hingga 0,1mm. pada batang ukur nya
terdapat skala utama yang cara membacanya sama seperti mistar ukur. Jangka
sorong ini terbagi menjadi dua bagian rahang yaitu rahang tetap dan rahang
ukur gerak.
Adapun jangka sorong adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Jangka sorong


(Sumber: Widarto dkk, 2008)

2.2.2 Pemotongan
Proses pemotongan dengan logam merupakan suatu proses yang di gunakan
untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara
memotong.prinsip pemotongan logam dapat di defenisikan sebagai sebuah saksi
dari alat potong yang di kontakkan dengan sebuah benda kerja untuk membuang
permukaan benda kerja tersebut dalam bentuk geram (Rambey, dkk, 2018).
Adapun alat potong yang di gunakan dalam Proses Praktikum Manufaktur
2021 sebagai berikut :
1. Mesin gerinda
Mesin gerinda adalah salah satu mesin yang di gunakan untuk mengasah atau
memotong benda kerja. Prinsip kerja dari mesin gerinda, batu gerinda yang
berputar kemudian bergesekan dengan benda kerja sehingga terjadi
pemotongan atau pengasahan.

Gambar 2.7 Mesin Gerinda


(Sumber: Sumolang, 2019)
2.3 Proses Pembubutan
Pembubutan adalah proses yang paling sering dilakukan di dalam proses
pemberian bentuk pada suatu elemen mesin. Pada proses pembubutan gerakan
utama (berputar) dilakukan oleh benda kerja, sedangkan gerakan pemakanan dan
gerakan pemotongan dilakukan oleh pahat (alat potong). Agar pahat dapat
memotong benda kerja maka benda kerja harus di jepit pada chuck atau di antara
dua senter, gerakan ini dinamakan gerakan penjepitan. Gabungan dari gerakan
penjepitan, gerakan putar, gerakan pemakanan dan gerakan pemotongan dinamakan
gerakan pembubutan (Londa, 2020).
Proses bubut merupakan proses pengerjaan material dimana benda kerja dan
alat pahat bergerak mendatar (searah meja/bed mesin), melintang atau membentuk
sudut secara perlahan dan teratur baik secara otomatis ataupun manual. Pada proses
pembubutan berlangsung, benda kerja berputar dan pahat disentuhkan pada benda
kerja sehingga terjadi penyayatan. Penyayatan dapat dilakukan kearah kiri atau
kanan,sehingga menghasilkan benda kerja yang berbentuk silinder. Jika penyayatan
dilakukan melintang maka akan menghasilkan bentuk alur, pemotongan atau
permukaan yang disebut facing/membubut muka (Mariadi, 2019).

2.3.1 Mesin bubut


Mesin bubut konvensional adalah mesin perkakas atau mesin bubut biasa
yang memproduksi benda benda bentuk silindris, mesin dengan gerak utamanya
berputar dan berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda dengan cara
menyayat benda dengan pahat penyayat. Pokok kerja dari mesin bubut
konvensional dimana benda kerja dalam keadaan berputar sedangkan alat
penyayatnya bergerak mendatar atau melintang secara perlahan. Benda kerja
tersebut dipasang pada alat penjepit pada poros utama mesin bubut. Perputaran
mesin bubut berasal dari sebuah mesin listrik, kemudian dihubungkan keporos
utama dengan sabuk (V belt), bila motor listrik berputar maka poros utama juga
berputar dan membawa benda kerja yg dijepit pada alat penjepit ikut berputar
(Sarjono, 1997).
Adapun komponen utama dalam mesin bubut adalah sebagai berikut :
1. Spindle utama
Spindle utama atau dikenal dengan main spindle merupakan suatu sumbu
utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck (cekam), plat
pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain.

Gambar 2.8 spindle utama


(Sumber: Sumbodo, 2008)
2. Eretan
Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang besarnya
dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian
tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua
eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual. Eretan terdiri atas
eretan memanjang (longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin,
eretan melintang (cross carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan
eretan atas (top carriage).

Gambar 2.9 Eretan


(Sumber : Sumbodo, 2008)
3. Kepala lepas
Kepala lepas sebagaimana digunakan untuk dudukan senter putar sebagai
pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus dan
cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas
mesin, porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk
dijepit. Tinggi kepala lepas sama dengan tinggi senter tetap. Kepala lepas ini
terdiri dari terdapat dua bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut
pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas kepala lepas sekaligus
berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan
agar dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin, atau
tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus diantara dua senter.

Gambar 2.10 Kepala lepas


(Sumber: Sumbodo, 2008)
4. Alat pengatur kecepatan
Tuas pengatur kecepatan digunakan untuk mengatur kecepatan poros
transporter dan sumbu pembawa. Ada dua pilihan kecepatan yaitu kecepatan
tinggi dan kecepatan rendah. Kecepatan tinggi digunakan untuk pengerjaan
benda-benda berdiameter kecil dan pengerjaan penyelesaian sedangkan
kecepatan rendah digunakan untuk pengerjaan pengasaran, ulir, alur,
mengkartel dan pemotongan.
Adapun gambar pengatur kecepatan mesin bubut adalah sebagai berikut :

Gambar 2.11 Pengatur kecepatan


(Sumber: Sumbodo, 2008)
5. Tabel kecepatan sumbu utama
tabel kecepatan sumbu utama, menunjukkan angka-angka besaran kecepatan
sumbu utama yang dapat dipilih sesuai dengan pekerjaan pembubutan.

Gambar 2.12 Tabel kecepatan


(Sumber: Sumbodo, 2008)
6. Penjepit mata pahat
Penjepit mata pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat, yang
bentuknya ada beberapa macam diantaranya. Jenis ini sangat praktis dan dapat
menjepit pahat 4 buah sekaligus sehingga dalam suatu penjepit pahat
memerlukan pengerjaan bila 4 macam pahat dapat dipasang dan disetel
sekaligus.
Adapun gambar penjepit mata pahat adalah sebagai berikut :

Gambar 2.13 Penjepit mata pahat


(Sumber: Sumbodo, 2008)
7. Keran pendingin
Keran pendingin digunakan untuk menyalurkan pendingin (collant) kepada
benda kerja yang sedang dibubut dengan tujuan untuk mendinginkan pahat
pada waktu penyayatan sehingga dapat menjaga pahat tetap tajam dan panjang
umurnya. Hasil pembububutannya pun halus

Gambar 2.14 Keran pendingin


(Sumber: Sumbodo, 2008)

2.3.2 Teknik pembubutan


Prinsip kerja mesin bubut adalah penghilangan sejumlah bagian dari
benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Benda kerja diputar dengan
kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat
yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja
(Afriany dkk, 2018).
Dalam pengerjaan bubut, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah
parameter operasi, pemilihan pahat potong, urutan pelaksanaan serta keamanan.
Proses pembubutan memiliki beberapa elemen dasar yang dapat dihitung secara
teori menggunakan beberapa persamaan sehingga dapat diketahui parameter yang
berkaitan dengan laju pemotongan, kedalaman potong, waktu pemotongan dan
laju pembuangan geram (Afriany dkk, 2018).
Adapun yang harus di perhatikan dalam saat melakukan pembubutan adalah
sebagai berikut :
1. Kecepatan potong (Cutting speed)
Kecepatan potong (cutting speed) yaitu kemampuan sebuah alat potong untuk
menyayat bahan dengan aman dan menghasilkan tatal dalam satuan panjang
atau waktu atau panjang tatal yang dihasilkan dalam satu menit.
Adapun rumus yang di pakaidalam kecepatan poton adalah sebagai
berikut:
𝜋𝑑𝑛
𝑉𝐶 = 1000 . . .(2.1)

Keterangan :
n = Putaran ( rpm)
VC = cutting speed (m/menit)
d = diameter benda kerja (mm)
π = 3,14
Kecepatan potong juga bisa diperoleh dari membaca tabel yang
harganyatergantung dari jenis bahan dan jenis pahat yang digunakan.
Tabel 1.1. Kecepatan Potong Bahan
Bahan Pahat Bubut HSS Pahat Bubut Karbida

m/men Ft/min m/men Ft/min

Baja lunak (mild 18-21 60-70 30-250 100-800


steel)
Besi tuang (cast 14-17 45-55 45-150 150-500
iron)
Perunggu 21-24 70-80 90-200 300-700

Tembaga 45-90 150-300 150-450 500-1500

Kuningan 30-120 100-400 120-300 400-1000

Aluminium 90-150 300-500 90-180 b-600


(Sumber: Kemendikbud, 2015)
2. Kecepatan pemakanan
Kecepatan pemakanan (feeding) pada mesin bubut yaitu jarak tempuh gerak
maju pisau/benda kerja dalam satuan milimeter permenit atau feed permenit.
Feeding Speed adalah kecepatan yang dibutuhkan pahat untuk bergeser
menyayat benda kerja.
Adapun rumus yang di pakai dalam kecepatan pemakanan adalah
sebagai berikut :
𝑣𝐹 = 𝑓𝑛 …(2.2)
Keterangan :
Vf = kecepatan makan (mm/menit)
f = gerak makan (mm/put)
n = putaran poros utama atau benda kerja (rpm)
3. Kedalaman potong
Kedalaman potong (depth of cut) (mm) yaitu besarnya atau dalamnya
pemotongan dalam suatu pengerjaan pembubutan. Kedalaman pemotongan
juga dipengaruhi oleh: putaran mesin, bahan benda kerja, jenis pahat yang
digunakan, dan kecepatan potong.
Adapun rumus yang di pakai dalam kedalaman potong adalah sebagai
berikut :
𝑫−𝒅
𝒂= …(2.3)
𝟐𝒊

Keterangan :
a = kedalaman potong (mm)
D = diameter besar benda kerja (mm)
d = diameter kecil benda kerja (mm)
I = jumlah penyayatan
4. Putaran mesin
Putaran mesin adalah angka yang menunjukkan berapa kali putaran (revolusi)
spindle mesin dalam satu menit.
Adapun rumus yang di pakai dalam putaran mesin adalah sebagai
berikut:
1000𝑣𝑐
𝑛= 𝑑
…(2.4)
Keterangan
Vc = kecepatan potong (m/mm)
n = putaran mesin (rpm)
πd = keliling benda kerja (mm)

2.4 Proses Pengefraisan


Proses milling adalah proses pemesinan yang dilakukan dengan cara
memotong atau menyayat benda kerja menggunakan alat potong bermata banyak
yang berputar (Cahyono dkk, 2017).
Proses pemesinan menggunakan mesin frais merupakan proses permesinan
yang banyak digunakan dalam pembuatan suatu produk, namun setiap produk yang
telah mengalami proses pemesinan menggunakan mesin frais akan menghasilkan
nilai kekasaran permukaan yang berbeda seperti permukaan yang halus atau kasar.
Selain itu kekasaran permukaan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas dari produk yang dihasilkan, semakin kecil nilai kekasaran permukaan
suatu produk maka semakin baik kualitasnya dan semakin besar nilai kekasaran
permukaan suatu produk maka semakin buruk kualitasnya (Cahyono dkk, 2017).

2.4.1 Jenis - Jenis Mesin Frais


Mesin frais merupakan jenis mesin perkakas yang sangat cepat berkembang
dalam teknologi penggunaannya, sehingga dengan mesin ini dapat digunakan untuk
membentuk dan meratakan permukaan, membuat alur (splines), membuat roda gigi
dan ulir dan bahkan dapat dipergunakan untuk mengebor dan meluaskan lubang.
Tetapi yang paling banyak dijumpai adalah jenis mesin tiang dan lutut (column-
and-knee), meja tetap (fixed-bed) dan pengendalian manual sebelum mesin–mesin
pengendalian computer dikembangkan. Jenis mesin frais yang lain yang prinsip
kerjanya khusus seperti mesin frais yaitu mesin hobbing (hobbing machines), mesin
pengulir (thread machines), mesin pengalur (spline machines) dan mesin pembuat
pasak (key milling machines). Untuk produksi massal biasanya dipergunakan jenis
mesin yang menggunakan banyak sumbu (multi spindles planer type) dan meja
yang bekerja secara berputar terus menerus (continuous action-rotary table) serta
jenis mesin frais drum (drum type milling machines) (Sumbodo, 2008).
Adapun mesin frais yang di gunakan dalam Proses Praktikum Manufaktur
2021 sebagai berikut :
1. Mesin Frais Horizontal
Mesin frais horizontal, alasnya (base) dari besi tuang kelabu, yang mendukung
seluruh komponen dan dibaut fondasi serta berfungsi untuk menampung cairan
pendingin yang mengalir ke bawah, dimana di dalam kolom (coulumn) terdapat
mesin pompa yang memompa cairan tersebut untuk kemudian disirkualsi lagi
ke atas meja (table).
Pada bagian kolom yang mendukung seluruh rangka terdapat kotak roda gigi
kecepatan, motor dengan sabuk transmisi. Kolom ini adalah merupakan
komponen utama mesin frais yang berbentuk box dimana lengan mesin
(overarm) dan spindel tempat memasang poros arbor.

Gambar 2.15 Mesin Frais Horizontal


(Sumber : Sumbodo, 2008)
2. Mesin Frais Vertical
Sesuai dengan namanya, yang dimaksud vertical sebenarnya adalah poros
spindelnya yang dikonstruksikan dalam posisi tegak. Semua bagian yang
terdapat pada mesin frais tegak sama seperti pada mesin frais horizontal hanya
saja posisi spindelnya tegak.
Mesin frais vertikal mempunyai spindle vertikal yang dipasang pada kepala
tetap, kepala bergerak atau kepala yang bisa dimiringkan. Kombinasi dari dua
tipe terakhir ini memungkinkan mendapatkan bermacam-macam sudut dengan
sekali penyetelan dalam pengerjaan benda kerja. Proses pemesinannya biasa
menggunakan pahat frais jari. Mesin frais vertikal ada 2 tipe yakni tipe knee
dan tipe bed. Mesin ini dapat diubah-ubah sesuai dengan keperluan sama
seperti halnya mesin frais universal karena sering digunakan untuk membuat
dies dan alat-alat press (tekan). Semua bagian yang terdapat pada mesin frais
tegak sama seperti pada mesin frais horizontal hanya saja posisi spindelnya
tegak.

Gambar 2.16 Mesin Frais Vertikal


(Sumber : Sumbodo, 2008)
3. Mesin Frais Tangan (Hand Milling Machine)
Jenis mesin frais ini paling sederhana dari semua jenis mesin frais. Jenis frais
ini dapat diletakkan di meja manapun dan hanya dikendalikan oleh tangan.
Mesin dapat dipasang pada sisi horizontal dan digerakkan oleh daya. Jenis
mesin penggilingan ini berukuran kecil dan cocok untuk pemotongan ringan
dan sederhana.
Adapun mesin frais adalah sebagai berikut :

Gambar 2.17 Mesin Frais Tangan


(Sumber : Misbachudin, 2011)
4. Mesin Frais Universal
Mesin frais universal dapat disesuaikan dengan berbagai operasi penggilingan.
Meja dapat diputar ke sudut mana saja hingga 45 derajat di kedua sisi dari
posisi normal. Semua operasi yang dilakukan pada pembentuk dapat dilakukan
menggunakan mesin frais universal.

Gambar 2.18 Mesin Frais Universal


(Sumber : Seprianto, 2009)
5. Mesin Frais Omniversal
Pada mesin ini, meja memiliki empat gerakan mesin penggilingan universal.
Ini juga dapat dimiringkan di bidang vertikal dengan memberikan pengaturan
putar di lutut. Susunan putar meja tambahan dapat membantu dalam
permesinan alur spiral pada mesin frais omniversal.

Gambar 2.19 Mesin Frais Omniversal


(Sumber : Seprianto, 2009)

2.4.2 Bagian- Bagian Mesin Frais


Adapun bagian- bagian mesin frais adalah sebagai berikut :
1. Ragum
Benda kerja yang akan dikerjakan dengan mesin frais harus dijepit dengan kuat
agar posisinya tidak berubah waktu difrais. Berdasarkan gerakannya ragum
dibagi menjadi 3 jenis, antara lain: ragum biasa, ragum berputar, dan ragum
universal (Yanuar dkk, 2014).
Ragum biasa digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana
dan biasanya hanya digunakan untuk mengefrais bidang datar saja. Bagian
bawah ragum dapat disetel posisinya sesuiai dengan posisi benda kerja yang
akan difrais. Bila sudah sesuai baru kemudian diikat kuat dengan mur baut ke
meja mesin freis. Adanya ikatan ini diharapkan benda kerja tidak akan
mengalamai perubahan posisi saat dikerjakan dengan mesin frais. Adapun
gambar ragum biasa dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut:
Adapun mesin Ragum adalah sebagai berikut :

Gambar 2.20 Ragum


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
2. Kepala Pembagi (Dividing Head)
Kepala pembagi adalah peralatan mesin frais yang digunakan untuk
membentuk segi beraturan pada poros yang panjang. Pada peralatan ini
biasanya dilengkapi dengan plat pembagi yang berfungsi untuk membantu
pembagian yang tidak dapat dilakukan dengan pembagian langsung (Yanuar
dkk, 2014).
Pemasangan dividing head juga harus sejajar dengan meja mesin. Cara
mengecek kesejajarannya sama dengan mengecek kesejajaran ragum, yang
berbeda adalah batang pengetesnya berupa batang bulat sedangkan untuk
mengetes kesejajaran ragum berupa balok empat persegi panjang.

Gambar 2.21 Kepala Pembagi


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
3. Kepala Lepas (Tail Stock)
Kepala lepas digunakan untuk menyangga benda kerja yang dikerjakan dengan
dividing head. Sehingga waktu disayat benda kerja tidak terangkat atau
tertekan ke bawah (Yanuar dkk, 2014).

Gambar 2.22 Kepala Lepas


(Sumber : Seprianto, 2009)
4. Rotary Table
Rotary table digunakan untuk membagi segi-segi beraturan misalnya kepala
baut. Di samping itu juga dapat digunakan untuk membagi jarak-jarak lubang
yang berpusat pada satu titik misalnya membagi lubang baut pengikat pada
flendes (Yanuar dkk, 2014).

Gambar 2.23 Rotary Table


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
5. Stub Adaptor
Stub Adaptor adalah tempat dudukan (pengikatan) cutter sebelum dipasang
pada sarung tirus pada sumbu utama. Dipasang pada mesin frais tegak, Alat ini
digunakan untuk memegang pisau frais yang pendek dan berlubang serta
beralur misalnya Face Mill Cutter (Yanuar dkk, 2014).

Gambar 2.24 Stub Adaptor


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
6. Arbor
Pisau pada mesin frais horizontal dipasang pada arbor yang posisinya diatur
dengan pemasangan ring arbornya. Arbor jenis ini biasanya digunakan untuk
mesin frais horisontal saja. Alat ini ini bentuknya bulat panjang dan sepanjang
badannya beralur untuk pasak. Bagian ujung berbentuk tirus dan ujung lainnya
berulir.

Gambar 2.25 Arbor


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
2.4.3 Mata Pahat
Pada dasarnya bentuk pahat frais adalah identik dengan pahat bubut.
Dengan demikian nama sudut atau istilah yang digunakan juga sama dengan pahat
bubut. Pahat frais memiliki bentuk yang rumit karena terdiri dari banyak gigi
potong, sehingga proses pemotongannya adalah proses pemotongan dengan mata
potong majemuk . Jumlah gigi minimal adalah dua buah pada pahat frais ujung (end
mill).
Adapun jenis-jenis pahat/pisau Frais antara lain sebagai berikut :
1. Pisau Mantel
Pisau jenis ini dipakai pada mesin frais horizontal. Biasanya digunakan untuk
pemakanan permukaan kasar (Roughing) dan lebar. Jadi pisau ini dipakai saat
awal pengerjaan/pemakanan awal guys, sebelum sampai tahap finishing.
Berikut contoh bentuk pahatnya :

Gambar 2.26 Pisau Mantel


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
2. Pisau Alur (Slot Milling Cutter)
Pisau alur berfungsi untuk membuat alur pada bidang permukaan benda kerja.
Jenis pisau ini ada beberapa macam yang penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pahat ini hanya memiliki gigi di bagian kelilingnya dan pahat ini
digunakan untuk pemotongan celah dan alur pasak.
Adapun pisau alur adalah sebagai berikut :

Gambar 2.27 Pisau Alur


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
3. Pisau Frais Gigi (Gear Cutter)
Pisau frais gigi ini digunakan untuk membuat roda gigi sesuai jenis dan jumlah
gigi yang diinginkan. Gambar 2.19 menunjukkan salah satu jenis gear cutter.

Gambar 2.28 Pisau Frais Gigi


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
4. Pisau Frais Radius Cekung (Convex Cutter)
Pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki
radius dalam (cekung).

Gambar 2.29 Pisau Frais Radius Cekung


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
5. Pisau Frais Radius Cembung (Concave Cutter)
Pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki
radius luar (cembung).

Gambar 2.30 Pisau Frais Radius Cembung


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
6. Pisau Frais Alur T (T Slot Cutter)
Pisau jenis ini hanya digunakan untuk membuat alur berbentuk ”T” seperti
halnya pada meja mesin frais.

Gambar 2.31 Pisau Alur T


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
7. Pisau Frais Sudut
Pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya
sesuai dengan sudut pisau yang digunakan.

Gambar 2.32 Pisau Frais Sudut


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
8. Pisau Frais Jari (Endmill Cutter)
Ukuran pisau jenis ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran
besar. Cutter ini biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau
pasak dan jenis pisau ini pada umumnya dipasang pada posisi tegak (mesin
frais vertikal), namun pada kondisi tertentu dapat juga dipasang posisi
horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin frais.

Gambar 2.33 Pisau Frais Jari


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
9. Pisau Frais Muka dan Sisi (Shell Endmill Cutter)
Jenis pisau ini memiliki mata sayat di muka dan di sisi, dapat digunakan untuk
mengefrais bidang rata dan bertingkat, menunjukkan pisau frais muka dan sisi.

Gambar 2.34 Pisau Frais Muka dan Sisi


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
10. Pisau Frais Pengasaran (Heavy Duty Endmill Cutter)
Pisau jenis ini mempunyai satu ciri khas yang berbeda dengan cutter yang
lain. Pada sisinya berbentuk alur helik yang dapat digunakan untuk menyayat
benda kerja dari sisi potong cutter, sehingga cutter ini mampu melakukan
penyayatan yang cukup besar.

Gambar 2.35 Pisau Frais Pengasaran


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
11. Pisau Frais Gergaji (Slitting Saw)
Pisau frais jenis ini digunakan untuk memotong atau membelah benda kerja.
Selain itu, juga dapat digunakan untuk membuat alur yang memiliki ukuran
lebar kecil.

Gambar 2.36 Pisau Frais Gergaji


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)

2.4.4 Parameter Mesin Frais


Parameter yang dapat diatur adalah parameter yang dapat langsung diatur
oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan mesin frais. Seperti pada mesin
bubut, maka parameter yang dimaksud adalah putaran spindle (n), gerak makan (f),
dan kedalaman potong (a). Putaran spindel bisa langsung diatur dengan cara
mengubah posisi handle pengatur putaran mesin. Gerak makan bisa diatur dengan
cara mengatur handle gerak makan sesuai dengan tabel f yang ada di mesin. Gerak
makan ini pada proses frais ada dua macam yaitu gerak makan per gigi (mm/gigi),
dan gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman potong diatur dengan cara
menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau (Sumbodo, 2008).

Gambar 2.37 Skematis Proses Frais Vertikal


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)
Putaran spindle (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan
potong ditentukan oleh kombinasi material pahat dan material benda kerja.
Kecepatan potong adalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter)
pada selubung pahat dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik
dengan rumus kecepatan potong pada mesin bubut. Pada proses frais besarnya
diameter yang digunakan adalah diameter pahat. Rumus kecepatan potong adalah
sebagai berikut :
1000.𝐶𝑆
𝑛= …(2.5)
𝜋.𝐷

Ket :
Cs = kecepatan potong; m/menit
d = diameter pahat ;mm
n = putaran benda kerja; putaran/menit

Catatan :
Untuk pisau frais dari carbide Cutting Speed = 2 x CS Cutter HSS;
Untuk Twist Drill, NC drill dsb Cutting Speed = 0.5 x CS Cutter HSS;
Untuk Countersink, Reamer dsb Cutting Speed = 0.25 x CS Cutter HSS;
Untuk Boring head disesuaikan dengan material alat potong.

Feeding dalam proses pengefraisan adalah jarak penyayatan dalam satu


menit yang di hitung dari besarnya sayatan pergigi (sz atau fz) dikalikan dengan
jumlah mata potong dan dikalikan putaran pisau frais dalam satu menit.
Dirumuskan :
S = Sz.Z.n …(2.6)
Ket :
S = feeding (mm/menit)
Sz = sayatan per gigi (mm/gigi)
Z = jumlah gigi
N = putaran pisau frais (putaran/menit)
Adapun gambar Jalur Pisau Frais adalah sebagai berikut :

Gambar 2.38 Gambar Jalur Pisau Frais


(Sumber : Yanuar dkk, 2014)

2.5 Proses Pengeboran (Gurdi)


Proses pengeboran pada benda kerja merupakan salah satu proses penting
pada pembentukan lubang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri. Dalam skala industri, proses pengeboran banyak manfaat, diantaranya
untuk memasukkan baut sebagai penguat panel dan untuk membuat barrel yang
dapat dimanfaatkan dalam pendingin dan kebutuhan lainnya (Ika dan Gunadi,
2019).
Alat bor yang digunakan sebagian besar merupakan alat bor manual yang
memanfaatkan tenaga manusia dalam penggunaannya. Namun, penggunaan alat
bor manual ini membutuhkan waktu yang lama dan membahayakan keselamatan
penggunanya karena belum tersedia pengaman pada alat bor tersebut (Ikbal dan
Gunadi, 2019).
Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana di antara proses
pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan
proses bor, walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat. Proses gurdi dimaksudkan
sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill).
Sedangkan proses bor (boring) adalah proses meluaskan/memperbesar lubang yang
bisa dilakukan dengan batang bor (boring bar) yang tidak hanya dilakukan pada
Mesin Gurdi, tetapi bisa dengan Mesin Bubut, Mesin Frais, atau Mesin Bor.
(Hermawan, 2012).
Aadapun gambar mesin gurdi adalah sebagai berikut :

Gambar 2.39 Mesin Gurdi


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
Proses gurdi digunakan untuk pembuatan lubang silindris. Pembuatan
lubang dengan bor spiral di dalam benda kerja yang pejal merupakan suatu proses
pengikisan dengan daya penyerpihan yang besar. Jika terhadap benda kerja itu
dituntut kepresisian yang tinggi (ketepatan ukuran atau mutu permukaan) pada
dinding lubang, maka diperlukan pengerjaan lanjutan dengan pembenam atau
penggerek (Hermawan, 2012).
Pada proses gurdi, beram (chips) harus keluar melalui alur helix pahat gurdi
ke luar lubang. Ujung pahat menempel pada benda kerja yang terpotong, sehingga
proses pendinginan menjadi relatif sulit. Proses pendinginan biasanya dilakukan
dengan menyiram benda kerja yang dilubangi dengan cairan pendingin, disemprot
dengan cairan pendingin, atau cairan pendingin dimasukkan melalui
lubang di tengah mata bor (Hermawan, 2012).

2.5.1 Jenis- Jenis Mesin Bor


Adapun jenis- jenis mesin bor adalah sebagai berikut :
1. Mesin Gurdi Portable
Mesin Gurdi portable adalah Mesin Gurdi kecil yang terutama digunakan untuk
operasi penggurdian yang tidak dapat dilakukan dengan mudah pada Mesin
Gurdi biasa. Yang paling sederhana adalah penggurdi yang dioperasikan
dengan tangan. Penggurdi ini mudah dijinjing, dilengkapi dengan motor listrik
kecil, beroperasi pada kecepatan cukup tinggi, dan mampu menggurdi sampai
diameter 12 mm.

Gambar 2.40 Mesin Gurdi Portable


(Sumber : Setiabudi, 2018)
2. Mesin Gurdi Vertical
Mesin Gurdi Vertical, mempunyai mekanisme hantaran daya untuk penggurdi
putar dan dirancang untuk kerja yang lebih berat. menunjukkan mesin dengan
tiang bentuk bulat. Mesin Gurdi semacam ini dapat dipakai untuk mengetap
maupun menggurdi.

Gambar 2.41 Mesin Gurdi Vertikal


(Sumber : Setiabudi, 2018)
3. Mesin Gurdi Radial
Mesin Gurdi radial dirancang untuk pekerjaan besar, untuk pekerjaan dengan
benda kerja tidak memungkinkan berputar, dan untuk pekerjaan menggurdi
beberapa lubang. Mesin ini, sebuah tiang vertical yang menyangga sebuah
lengan yang membawa kepala gurdi.
Adapun gambar mesin Gurdi Radial adalah sebagai berikut :

Gambar 2.42 Mesin Gurdi Radial


(Sumber : Setiabudi, 2018)
4. Mesin Gurdi Turet
Mesin gurdi turet mengatasi keterbatasan ruang lantai yang ditimbulkan oleh
kempa gurdi kelompok. Sebuah kempa gurdi delapan stasiun turet Stasiunnya
dapat disetel dengan berbagai perkakas.

Gambar 2.43 Mesin Gurdi Turet


(Sumber : Setiabudi, 2018)
5. Mesin Gurdi Spindel Jamak
Mesin gurdi spindel jamak, untuk menggurdi beberapa lubang secara
serempak. Mesin Gurdi ini mampu menggurdi banyak suku cadang dengan
ketepatan sedemikian rupa sehingga semua suku cadang mampu tukar.
Biasanya, sebuah plat yang dilengkapi dengan selongsong yang dikeraskan
sangat dibutuhkan untuk memandu penggurdi secara tepat ke benda kerja.
Adapun gambar mesin Gurdi Spindal Jamak adalah sebagai berikut :

Gambar 2.44 Mesin Gurdi Spindel Jamak


(Sumber : Setiabudi, 2018)
6. Mesin Gurdi Peka
Mesin Gurdi peka adalah mesin kecil berkecepatan tinggi dengan konstruksi
sederhana yang mirip dengan kempa gurdi tegak biasa. Mesin ini terdiri atas
sebuah standar tegak, sebuah meja horizontal dan sebuah spindel vertical untuk
memegang dan memutar penggurdi. Mesin jenis ini memiliki kendali hantaran
tangan, biasanya dengan penggerak batang gigi dan pinyon pada selongsong
yang memegang spindel putar.

Gambar 2.45 Mesin Gurdi Peka


(Sumber : Setiabudi, 2018)
2.5.2 Bagian- Bagian Pada Mesin Bor
Adapun bagian- bagian pada mesin bor adalah sebagai berikut :
1. Ragum
Ragum untuk Mesin Gurdi digunakan untuk mencekam benda kerja pada saat
akan di bor.

Gambar 2.46 Ragum


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
2. Klem Set
Klem set digunakan untuk mencekam benda kerja yang tidak mungkin dicekam
dengan ragum.

Gambar 2.47 Klem Set


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
3. Landasan (Blok Paralel)
Digunakan sebagai landasan pada pengeboran lubang tembus, untuk mencegah
ragum atau meja mesin turut terbor.
Adapun gambar landasan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.48 Landasan


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
4. Pencekam Mata Bor
Digunakan untuk mencekam mata bor yang berbentuk silindris. Pencekam
mata bor ada dua macam, yaitu pencekam dua rahang dan pencekam tiga
rahang.

Gambar 2.49 Pencekam Mata Bor


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
5. Sarung Bor (Drill Socket, Drill Sleeve)
Sarung Bor digunakan untuk mencekam mata bor yang bertangkai konis.

Gambar 2.50 Sarung Bor


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
6. Pasak Pembuka
Digunakan untuk melepas sarung pengurang dari spindel bor atau melepas
mata bor dari sarung pengurang.

Gambar 2.51 Pasak Pembuka


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
7. Boring Head
Digunakan untuk memperbesar lubang baik yang tembus maupun yang tidak
tembus.

Gambar 2.52 Boring Head


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
8. Mata Bor
Mata bor merupakan alat potong pada mesin gurdi, yang terdiri dari bor spiral,
mata bor pemotong lurus, mata bor untuk lubang yang dalam (Deep Hole
Drill), mata bor skop (Spade Drill), dan mata bor stelite.
Adapun gambar Mata Bor adalah sebagai berikut :

Gambar 2.53 Mata Bor


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
9. Bor Spiral
Digunakan untuk pembuatan lubang yang diameternya sama dengan diameter
mata bor.

Gambar 2.54 Bor Spiral


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
10. Mata Bor Pemotong Lurus
Digunakan untuk material yang lunak seperti kuningan, tembaga, perunggu
dan plastik.

Gambar 2.55 Mata Bor Pemotong Lurus


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
11. Mata Bor Untuk Lubang Yang Dalam (Deep Hole Drill)
Digunakan untuk membuat lubang yang relatif dalam.

Gambar 2.56 Mata Bor Lubang Dalam


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
12. Mata Bor Skop (Spade Drill)
Digunakan untuk material yang keras tetapi rapuh. Mata potong dapat diganti-
ganti.

Gambar 2.57 Mata Bor Skop


(Sumber : Dharmawijaya, 2014)
13. Mata Bor Stelite
Digunakan untuk membuat lubang pada material yang telah dikeraskan. Mata
bornya mempunyai bentuk segitiga dan terbuat dari baja campuran yang tahan
panas.
Adapun gambar Mata Bor Stelite adalah sebagai berikut :

Gambar 2.58 Mata Bor Stelite


Sumber : Dharmawijaya, 2014

2.5.3 Fungsi Mesin Bor


Adapun fungsi dari mesin adalah sebagai berikut (Widarto, dkk, 2008) :
1. Pembuatan Lubang
Mengumpan mata bor pada suatu benda kerja untuk membuat lubang

Gambar 2.59 Pembuatan Lubang


(Sumber : Setiabudi, 2018)
2. Pembesaran Lubang
Mengumpan bor pada benda kerja yang telah memiliki lubang sebelumnya
guna untuk memperbesar diameter lubang pada benda kerja.
Adapun gambar Pembesaran Lobang adalah sebagai berikut :

Gambar 2.60 Pembesaran Lubang


(Sumber : Setiabudi, 2018)
3. Chamfer
Chamfer adalah suatu proses untuk menghilangkan sisi tajam dari sebuah
bentuk slindris. Chamfer pada proses counter sink yang dimaksudkan ada
a. Chamfer untuk membersihkan chip / bram.
b. Chamfer untuk pembuatan ulir.
c. Chamfer untuk dudukan kepala baut konus.
d. Chamfer untuk dudukan paku keling.

Gambar 2.61 Chamfer


(Sumber : Setiabudi, 2018)
2.5.4 Jenis- Jenis Mata Bor
Adapun beberapa jenis mata bor untuk jenis pekerjaan yang berbeda adalah
sebagai berikut :
1. Mata Bor Helix Besar (High Helix Drills)
Mata bor ini memiliki sudut helix yang besar, sehingga meningkatkan efisiensi
pemotongan, tetapi batangnya lemah. Mata bor ini digunakan untuk memotong
logam lunak atau bahan yang memiliki kekuatan rendah.

Gambar 2.62 Mata Bor Helix Besar


Sumber : Dharmawijaya, 2014)
2. Mata Bor Helix Kecil (Low Helix Drills)
Adalah mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna
untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas atau terpegang benda kerja ketika
membuat lubang pada material kuningan dan material yang sejenis.

Gambar 2.63 Mata Bor Helix Kecil


Sumber : Dharmawijaya, 2014)
3. Mata Bor Tangan Kiri (Left Hand Drills)
Adalah mata bor standar dapat dibuat juga untuk mata bor kiri. Digunakan pada
pembuatan lubang jamak yang mana bagian kepala Mesin Bor didesain dengan
sederhana yang memungkinkan berputar berlawanan arah.

Gambar 2.64 Mata Bor Tangan Kiri


Sumber : Dharmawijaya, 2014)
4. Mata Bor Dengan Sisi Sayat Lurus (Straight Flute Drills)
Adalah bentuk ekstrim dari mata bor helix kecil, digunakan untuk membuat
lubang pada kuningan dan plat.

Gambar 2.65 Mata Bor Sisi Sayat Lurus


Sumber : Dharmawijaya, 2014)
5. Mata Bor Bertingkat (Step Drills)
Satu atau dua buah diamater mata bor dibuat pada satu batang untuk membuat
lubang dengan diameter bertingkat.

Gambar 2.66 Mata Bor Bertingkat


Sumber : Dharmawijaya, 2014)
6. Mata Bor Ganda (Subland Drills)
Fungsinya sama dengan mata bor bertingkat. Mata bor ini terlihat seperti dua
buah mata bor pada satu batang.

Gambar 2.67 Mata Bor Ganda


Sumber : Dharmawijaya, 2014)
7. Mata Bor Dengan Lubang Minyak (Oil Hole Drills)
Lubang kecil di dalam bilah pahat bor dapat digunakan untuk mengalirkan
minyak pelumas/pendingin bertekanan ke ujung mata bor. Mata bor ini
digunakan untuk membuat lubang dalam pada material yang liat.

Gambar 2.68 Mata Bor Lubang Minyak


Sumber : Dharmawijaya, 2014)

2.5.6 Parameter Mesin Bor


Parameter proses bor pada dasarnya sama dengan parameter proses
pemesinan yang lain, akan tetapi dalam proses bor selain kecepatan potong, gerak
makan, dan dan kedalaman potong perlu dipertimbangkan pula gaya aksial, dan
momen puntir yang diperlukan pada proses bor. Parameter proses bor tersebut
adalah (Widarto, dkk., 2008) :
1. Kecepatan Potong
𝜋.𝑑.𝑛
𝑣= 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 …(2.7)
1000

Keterangan :

d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 (mm)

n = putaran poros utama (put/menit)


π = 3,14
2. Gerak pemakan
a. Untuk Baja
f = 0,084 ∛ 𝑑 ...(2.8)
b. Untuk Tuang
f = 0,1 ∛ 𝑑 ...(2.9)

Keterangan :

f = Kecepatan pemakanan (mm/put)

d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 (mm)

3. Kedalaman Pemotongan
𝑑
𝑎= ...(2.10)
2

Keterangan :

A = Kedalaman Potong (mm)

B = Diameter Rata-rata Benda Kerja (do+dm)/ (mm)

4. Waktu Pemotongan
𝑙𝑡
𝑡𝑐 = 2𝑓𝑛 ...(2.11)

Keterangan :

tc = Waktu pemotongan (menit)

f = Kecepatan pemakanan (mm/put)

n = Putaran poros utama (put/menit)


lt = Panjang pemotongan total (mm)

5. Kecepatan Pembentukan Geram


𝜋.𝑑2 2.𝑓.𝑛
𝑧= ...(2.12)
4 1000

Keterangan :

Z = Kecepatan Pembentukan Geram (cm3/menit)

Π = 3,14

d = Diameter rata-rata benda kerja (do+dm)

f = Kecepatan Pemakanan (mm/put)

n = Putaran poros utama (put/menit)

Adapun tabel keceptan mata bor adalah sebagai berikut.


Tabel 2.2 Kecepatan Mata Bor
Jenis Bahan Carbide Drills HSS Drills
m/menit m/menit
Alumunium dan paduannya 200-300 80-150
Kuningan dan bronze 200-300 80-150
Bronze liat 70-100 30-50
Besi tuang lunak 100-150 40-75
Besi tuang sedang 70-100 30-50
Tembaga 60-100 25-50
Besi tempa 80-90 30-45
Magnesium dan paduannya 250-400 100-200
Monel 40-50 15-25
Baja mesin 80-100 30-55
Baju lunak 60-70 25-35
Baja alat 50-60 20-30
Baja tempa 50-60 20-30
Baja dan paduannya 50-70 20-35
Stainless steel 60-70 25-35
(Sumber : Sumdodo, 2008)
2.6 Kerja Bangku
Kerja bangku merupakan salah satu aktivitas kerja yang dilakukan dengan
tenaga dan keahlian dari manusia di meja kerja. Teknik Kerja bangku merupakan
teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang manusia dalam mengerjakan kerja
bangku didalam pekerjaan dunia teknik permesinan yang mana itu sebagai dasar
untuk materi teknik permesinan pada tingkat selanjutnya (Sutarna, 2013).
kerja bangku juga meliputi berbagai jenis kontruksi geometris yang sesuai
dengan perintah kerja. Persyaratan kualitas terletak kepada pemahaman seseorang
dalam praktek kerja bangku dan pelaksanaannya di tempat kerja yang meliputi :
tingkat keterampilan dasar penguasaan alat tangan, tingkat kesulitan produk yang
dibuat, dan tingkat kepresisian hasil kerja. Kerja bangku tidak hanya
menitikberatkan pada pencapaian hasil kerja, tetapi juga pada prosesnya. Dimana
pada prosestersebut lebih menitik beratkan pada etos kerja yang meliputi
ketekunan, disiplin, ketahanan, serta teknik sebagai dasar sebelum melanjutkan ke
pengerjaan yang menggunakan mesin-mesin produksi (Sutarna, 2013).

Gambar 2.69 Perkakas Kerja Bangku


(Sumber : Sumolang, 2019)
2.6.1 Jenis – Jenis Kerja Bangku
Kerja bangku merupakan salah satu kegiatan atau aktivitas proses produksi
yang dikerjakan secara manual, tanpa menggunakan mesin, dikerjakan di atas meja
kerja. Adapun jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dalam kerja bangku adalah
sebagai berikut :
1. Proses Pemotongan
Menggergaji merupakan kegiatan memotong benda padat ataupun benda
kopong. Penggergajian dilakukan dengan perkakas yang disebut sebagai
gergaji (saw). Pada material kayu, penggergajian dilakukan dengan handsaw.
Sedangkan pada material logam, penggergajian dilakukan dengan hacksaw.
2. Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan alat ukur, memastikan benda
yang dibuat sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam gambar atau
perencanaan. Alat ukur yang digunakan diantaranya : mistar, jangka sorong,
mikrometer, dial indicator, dan lain-lain.
3. Proses Pembuatan Ulir
Penggunaan Sney untuk membuat ulir luar dengan bantuan tangan.Sama halnya
dengan tap, Sney juga terbuat dari baja HSS. Sney sendiri memiliki dua macam
jenis yakni Sney belah bulat dan sney segi enam. Untuk menggunakannya Sney
dilengkapi dengan rumah sney untuk pegangannya. Dalam praktikum kerja
bangku rumah senai yang digunakan jenis senai telah bulat.
4. Proses Meratakan Permukaan
Mengikir adalah salah satu kegiatan meratakan permukaan benda kerja hingga
mencapai ukuran, kerataan dan kehalusan tertentu dengan menggunakan kikir
yang dilakukan dengan tangan.
5. Proses Pelubangan
Mengebor adalah kegiatan membuat lubang atau alur dengan menggunakan
alat pengebor dengan tangan maupun mesin. Mesin bor yang digunakan pada
kerja bangku ada 2 jenis yaitu mesin bor bangku untuk pekerjaan yang kecil
sampai sedang dan mesin bor tiang untuk pekerjaan yang lebih besar.
2.6.2 Alat Pengukur Kerja Bangku
Adapun jenis-jenis alat yang di gunakan dalam kerja bangku adalah sebagai
berikut :
1. Siku Baja
Siku baja merupakan peralatan yang dapat berfungsi untuk mengukur
kesikuanbenda kerja, memeriksa kesejajaran garis, serta merupakan peralatan
bantu dalammembuat garis pada benda kerja. Siku-siku terdiri dari satu blok
baja dan satu bilah baja,di mana keduanya digabungkan sehingga membentuk
sudut 90° antara satu dengan lainnya.

Gambar 2.70 Siku Baja


(Sumber : Sumolang, 2019)
2. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur yang ketelitiannya bias sampai
mencapai sepersepuluh, seperduapuluh, seperlimapuluh, dan seperseratus
milimeter.

Gambar 2.71 Jangka Sorong


(Sumber : Sumolang, 2019)
3. Mistar Baja
Mistar baja merupakan salah satu alat ukur yang dasar pada bengkel kerja
bangku. Mistar baja ini juga dapat di katakan alat ukur yang kurang presisi,
hal itu karena ia hanya melakukan pengukuran palingkecil sebesar 0,5 mm.
Jenis mistar baja yang dipakai pada bengkel kerja bangkumempunyai ukuran
yang berbeda-beda, tetapi pada umumnya panjang mistar baja adalah150 mm
sampai 300 mm, dengan skala ukur terdiri dari satuan setengah milimeter
dansatuan satu milimeter.

Gambar 2.72 Mistar Baja


(Sumber : Sumolang, 2019)

2.6.3 Aalat Penanda Kerja Bangku


Adapun alat penanda yang digunakan dalam proses kerja bangku adalah
sebagai berikut :
1. Penitik
Penitik pusat yang di gunakan dalam kerja bangku ini terbuat dari baja
perkakas yang bagian badannya dibuat berbentuk batang segi delapan atau
dikartel agar tidak licin sewaktu dipegang, ujungnya lancip dengan sudut 90°.
Penitik yang bersudut 90° ini sebagai penitik pusat yang digunakan untuk
menandai titik pusat lubang yang akan dibor.

Gambar 2.73 Penitik


(Sumber : Sumolang, 2019)
2. Penggores
Penggores merupakan alat yang selalu di gunakan untuk membuat tanda
atau garis pada permukaan benda kerja yang gunanya untuk mempermudah
mencari titik yang akan di potong . Penggores umumnya berbentuk batang
silindris yang bagian ujungnya diruncingkan. Penggores dibuat dari bahan
baja perkakas dengan syarat harus lebih keras dari benda kerja yang
dikerjakan supaya dapat meninggalkan bekas goresan pada permukaan
benda kerja.

Gambar 2.74 Penggores


(Sumber : Sumolang, 2019)

2.6.4 Alat Penyerut Kerja Bangku


Mesin serut yaitu merupakan salah satu alat pembersih permukaan kayu
dari cuttermark dan meratakan permukaan kayu sehingga seluruh permukaan sama
tinggi dan membuat keempat sisikayu bersudut 90°. Mesin serut ini sangat sering
di gunakan sebagai alat yang menunjang dalam industri furniture dari industri
rumah tangga sampai industri skala besar. Yang mana alat tersebut sangat bannyak
membantu dalam proses perataan terhadap benda dari kayu.
Adapun alat penyerut yang digunakan dalam proses kerja bangku adalah
sebagai berikut :
1. Kikir
Kikir yang sering digunakan untuk menyerut atau mengikis permukaan benda
kerja yang bertujuan untuk meratakan permukaan kayu dari sisa-sisa
pemotongan. Sebagai perkakas tangan, kikir yang biasa sering di gunakan
terbuat dari baja perkakas berkarbon tinggi berbentuk bilah dengan permukaan
bergurat/ bergigi sejajar yang diperkeras dantajam. Bagian-bagian utama dari
kikir adalah terdiri dari bilah/badan kikir danpuncak/tangkai kikir.

Gambar 2.75 Kikir


(Sumber : Sumolang, 2019)
2.6.5 Alat Pengulir Kerja Bangku
Adapun alat pengulir yang digunakan dalam proses kerja bangku adalah
sebagai berikut :
1. Tap
Tap merupakan peralatan yang biasa digunakan untuk pembuatan ulir pada
suatu benda kerja. Yang mana Sebelum benda tersebut diulir, benda tersebut
harus terlebih dahulu dilubangi dengan menggunakan mesin bor agar mudah
di ulir nantinya. Bahan yang di gunakan untuk pembuatan ulir ini biasanya
terbuat dari baja perkakas baja potong cepat.

Gambar 2.76 Tap


(Sumber : Sumolang, 2019)
2. Snei
Snei merupakan alat yang di gunakan untuk membuat ulir luar. Biasanya
bentuk snei sangant mirip dengan mur tetapi ulirnya merupakan mata potong.
Gigi-gigi ulir setelah jadi dan sudah dibentuk kemudian akan dikeraskan agar
ulir tersebut bisa melakukan pemotongan terhadap benda kerja. Snei pejal dan
bercelah biasanya di gunakan untuk pembuatan ulir.

Gambar 2.77 Snei


(Sumber : Sumolang, 2019)
2.6.6 Alat Pemotong Kerja Bangku
Adapun alat pemotong yang digunakan dalam proses kerja bangku adalah
sebagai berikut :
1. Gergaji Tangan
Gergaji tangan salah satu perkakas tangan dan juga sering di gunakan dalam
pemotongan benda kerja yang terdiri dari sengkang dan daun gergaji. Sengkang
gergaji ada juga yang bisa di custom atau di atur panjang dan pendeknya untuk
dapat mennyesuaikan panjang daun gergaji yang akan di gunakan. Sengkang
gergaji berfungsi sebagai pemegang sekaligus penegang daun gergaji saat
digunakan. Daun gergaji terbuat dari baja tipis yang bergigi tajam pada salah
satu atau kedua sisinya yang biasanyan digunakan untuk memotong/mengikis
benda kerja. Daun gergaji ini terbuat dari baja perkakas yang mana baja
tersebut dari baja kecepatan tinggi (Hight Speed Steel/HSS) sehingga sangat
keras.

Gambar 2.78 Gergaji Tangan


(Sumber : Sumolang, 2019)
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan suatu data yang dikumpulkan melalui
informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Di dalam pengumpulan data tersebut
mencakup alat dan bahan yang digunakan serta langkah-langkah kerja.

4.1.1 Alat yang di gunakan


Adapun alat - alat yang di gunakan pada praktikum proses manufaktur 2021
adalah sebagi berikut :
1. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat pengukur panjang diameter luar maupun diameter
dalam suatu benda. Tingkat ketelitian hingga 0,1mm. pada batang ukur nya
terdapat skala utama yang cara membacanya sama seperti mistar ukur. Jangka
sorong ini terbagi menjadi dua bagian rahang yaitu rahang tetap dan rahang
ukur gerak.

Gambar 4.1 Jangka sorong


(Sumber: Pengumpulan Data Proses Manufaktur, 2021)
2. Mesin gerinda
Mesin gerinda adalah salah satu mesin yang di gunakan untuk mengasah atau
memotong benda kerja. Prinsip kerja dari mesin gerinda, batu gerinda yang
berputar kemudian bergesekan dengan benda kerja sehingga terjadi
pemotongan atau pengasahan.
Adapun gambar mesin gerinda adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2 Mesin Gerinda


(Sunber : Sumbodo, 2009)
3. Spindle utama
Spindle utama atau dikenal dengan main spindle merupakan suatu sumbu
utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck (cekam), plat
pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain.

Gambar 4.3 spindle utama


(Sumber: Sumbodo, 2009)
4. Eretan
Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang besarnya
dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian
tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua
eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual. Eretan terdiri atas
eretan memanjang (longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin,
eretan melintang (cross carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan
eretan atas (top carriage).
Adapun gambar eretan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.4 Eretan


(Sumber : Pengumpulan Data Proses Manufaktur, 2021)
5. Kepala lepas
Kepala lepas sebagaimana digunakan untuk dudukan senter putar sebagai
pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus dan
cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas
mesin, porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk
dijepit. Tinggi kepala lepas sama dengan tinggi senter tetap. Kepala lepas ini
terdiri dari terdapat dua bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut
pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas kepala lepas sekaligus
berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan
agar dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin, atau
tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus diantara dua senter.

Gambar 4.5 Kepala lepas


(Sumber: Sumbodo, 2009)
6. Kunci tool post
Kunci tool post berfungsi untuk mengendorkan dan mengencangkan baut tool
post.

Gambar 4.6 Kunci toolpost


(Sumber : Pengumpulan Data Proses Manufaktur, 2021)
7. Mata bor
Mata bor yang digunakan pada praktikum proses manufaktur adalah mata bor
jenis spiral.

Gambar 4.7 Mata bor


(Sumber: Sumbodo, 2009)
8. Las
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektrode yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.

Gambar 4.8 Las


(Sumber : Pengumpulan Data Proses Manufaktur, 2021)
4.1.2 Bahan yang di gunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk pemotongan adalah sebagai
berikut :
1. Besi Assental (ass)
Besi assental (ass) digunakan sebagai bahan baku untuk mur dan baut , dalam
praktikum ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan unting unting. Besi
Assental sendiri sebenanya adalah salah satu besi yang memiliki penampakan
dari warna yang beragam. Untuk bentuknya sendiri, Assental memiliki bentuk
yang bulat atau biasanya disebut dengan round bars dan memiliki bentuk segi
empat atau kotak yang biasa disebut dengan square bars. Bahkan ada beberapa
jenis besiassental juga disebut juga dengan shafting bar, dimana jenis besi ini
biasanya sering digunakan untuk proses pembuatan sparepart mobil, mur, baut
dan juga beberapa funiture lain seperti kursi, rak dan masih banyak yang
lainnya.

Gambar 4.9 Besi Assental


(Sumber: Pengolahan Data Pratikum Proses Manufaktur, 2021)
2. Besi Hollow
Besi hollow atau yang kadang-kadang kita sebut juga dengan 'besi holo' adalah
besi berbentuk batangan yang berongga. Besi hollow digunakan sebagai bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan tempat penggulungan tali pada unting
unting.

Gambar 4.10 Besi Hollow


(Sumber: Pengolahan Data Pratikum Proses Manufaktur, 2021)
3. Plat Baja
Plat baja berfungsi untuk menutupi lubang pada besi hollow. Proses plat baja
di bentuk menjadi tipis dengan cara besi tersebut di panaskan hingga merah dan
dibentuk.

Gambar 2.11 Plat Baja


(Sumber: Sumolang, 2019)

4.1.3 Safety Yang Di Gunakan


Berikut alat pelindung diri dalam Praktikum Proses Manufaktur:
1. Alat Pelindung Mata dan Muka (face shield)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari bahaya paparan bahan
kimia, seperti amonium nitrat, gas, dan partikel yang melayang di udara atau
air, percikan benda kecil, panas, atau uap. Alat pending mata dan muka yang
umum digunakan, yaitu kacamata khusus atau spectacles dan goggles.
Sedangkan alat pelindung muka adalah tameng muka (face shield) atau full
face masker yang menutupi seluruh bagian wajah.
Adapun alat pelindung mata adalah sebagai berikut :

Gambar 4.12 Pelindung Wajah dan Mata


(Sumber: Redjeki, 2016)
2. Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
Sarung tangan ini terbuat dari material khusus, tergantung pada kebutuhan dan
pekerjaan. Ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet, atau bahan
khusus untuk melindungi tangan dari zat kimia tertentu.

Gambar 4.13 Alat Pelindung Tangan


(Sumber: Redjeki, 2016)
3. Alat Pelindung Mata (Kacamata safety)
Mata juga harus terlindungi dari percikan atau semburan api, benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin dan bahan kimia berbahaya, ini penting agar
mata terhindar dari kecacatan bahkan kebutaan. Jenis yang digunakan
kacamata khusus safety.

Gambar 4.14 Alat Pelindung Mata


(Sumber: Redjeki, 2016)
4. Alat pelindung kaki (Sepatu)
Alat pelindung kaki ini dapat untuk menjaga area kaki dari benturan atau
tertimpa dengan benda yang berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin, dan bahan kimia yang berbahaya ketika menyentuh kulit, dan
terpeleset karena permukaan lantai yang licin. Dan jenis bahan yang di gunakan
di sepatu berbahan karet (Boots) dan safety shoes.

Gambar 4.15 Alat Pelindung Kaki


(Sumber: Redjeki, 2016)
5. Pakaian Pelindung
Alat pelindung diri ini berfungsi melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin
yang ekstrim, paparan api dan benda panas, percikan bahan kimia, uap panas,
benturan, radiasi, gigitan atau sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan
bakteri.

Gambar 4.16 Pakaian Pelindung


(Sumber: Redjeki, 2016)

4.2 Pengolahan Data


Adapun Pengolahan data dalam Proses Pembubutan yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:

4.2.1 Pengolahan Benda Pertama


Adapun Pengolahan benda pertama dalam Proses Pembubutan yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Benda kerja pada pembubutan kali ini panjang keduanya adalah 44 mm dan
27,5 mm. Siapkan benda kerja berupa Assental, kemudian ukur benda kerja.

Gambar 4.17 Besi Assental


(Sumber: Pengolahan Data Pratikum Proses Manufaktur, 2021)
2. Gunakanlah jangka sorong untuk mengukur diameter benda kerja dan
pastikan ukurannya adalah 17.4 mm, kemudian ukur dan beri tanda pada
bagian yang akan disayat dan dibubut.

Gambar 4.18 Pengukuran Assental


(Sumber: Pengolahan Data Pratikum Proses Manufaktur, 2021)
3. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti Kacamata, Jas laboratorium,
Sarung tangan, dan Sepatu pelindung.

Gambar 4.19 Alat Pelindung Diri


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
4. Siapkan benda yang telah diukur dan ditandai dengan ukuran yang telah
ditentukan, lalu letakkan benda kerja di kepala mesin Bubut dan kunci
menggunakan kunci chuck.

Gambar 4.20 Pencekaman Benda Kerja


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
5. Eratkan eretan, kemudian pasangkan mata pahat dan atur posisi benda kerja
dengan mata pahat tersebut.Sesuaikan mata pahat dengan benda kerja dengan
menggeser penjepit pahat lalu facing benda kerja untuk menentukan titik nol
nya lakukan facing sepanjang 1 mm

Gambar 4.21 Pemasangan Mata Pahat


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
6. Nyalakan mesin menggunakan menggunakan tuas yang ada di mesin Bubut.

Gambar 4.22 Menghidupkan Mesin Bubut


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
7. Lakukan Proses Pembubutan luar sepanjang 17,4mm dari benda kerja dengan
kecepatan 240 rpm lalu gunakan coolant agar benda kerja tidak terlalu panas
dan mengeluarkan asap serta menghindari mata pahat menjadi tumpul.

Gambar 4.23 Proses Pembubutan


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
8. Gunakan pendingin pada objek agar pahat dan objek tidak halus.

Gambar 4.24 Pemberian Pendingin


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
9. Matikan mesin Bubut dengan cara menginjak pedal rem dan tarik kepala
lepas ke tempat semula.

Gambar 4.25 Matikan Mesin


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
10. Setelah proses pembubutan selesai buka benda kerja dan diukur lagi, jika
ukurannya sesuai dengan nilai yang toleransi nya.

Gambar 4.26 Pengukuran kembali


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
11. Bereskan semua peralatan yang digunakan letakkan peralatan ketempat dimana
diambil dan bersihkan mesin dari hasil pemotongan.

4.2.2 Pengolahan Benda Kedua


Adapun Pengolahan benda kedua dalam Proses Pembubutan yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan benda kerja berupa Assental, kemudian ukur benda kerja yang panjang
keduanya adalah 44 mm dan 27,5 mm.

Gambar 4.27 Besi Assental


(Sumber: Pengolahan Data Pratikum Proses Manufaktur, 2021)
2. Gunakan jangka sorong dan ukur diameter benda kerja dan pastikan ukurannya
adalah 13,5 mm, kemudian ukur dan beri tanda pada bagian yang akan disayat
dan dibubut.

Gambar 4.28 Pengukuran Assental


(Sumber: Pengolahan Data Pratikum Proses Manufaktur, 2021)
3. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti Kacamata, Jas laboratorium,
Sarung tangan, dan Sepatu pelindung.

Gambar 4.29 Alat Pelindung Diri


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
4. Siapkan benda yang telah diukur dan ditandai dengan ukuran yang telah
ditentukan, lalu letakkan benda kerja di kepala mesin Bubut dan kunci
menggunakan kunci chuck.

Gambar 4.30 Pencekaman Benda Kerja


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
5. Eratkan eretan, kemudian pasangkan mata pahat dan atur posisi benda kerja
dengan mata pahat tersebut.Sesuaikan mata pahat dengan benda kerja dengan
menggeser penjepit pahat lalu facing benda kerja untuk menentukan titik nol
nya lakukan facing sepanjang 1 mm

Gambar 4.31 Pemasangan Mata Pahat


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
6. Nyalakan mesin menggunakan menggunakan tuas yang ada di mesin Bubut.

Gambar 4.32 Menghidupkan Mesin Bubut


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
7. Lakukan Proses Pembubutan luar sepanjang 13,5mm dari benda kerja dengan
kecepatan 240 rpm lalu gunakan coolant agar benda kerja tidak terlalu panas
dan mengeluarkan asap serta menghindari mata pahat menjadi tumpul.

Gambar 4.33 Proses Pembubutan


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
8. Gunakan pendingin pada objek agar pahat dan objek tidak halus.

Gambar 4.34 Pemberian Pendingin


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
9. Matikan mesin Bubut dengan cara menginjak pedal rem dan tarik kepala lepas
ke tempat semula.

Gambar 4.35 Matikan Mesin


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
10. Setelah proses pembubutan selesai buka benda kerja dan diukur lagi, jika
ukurannya sesuai dengan nilai yang toleransi nya.

Gambar 4.36 Pengukuran kembali


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
11. Selanjutnya ganti ganti senter putar dengan senter bor.

4.37 Ganti dengan senter bor


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
12. Mata bor yang dipakai berdiameter 9mm,sebelum melakukan pengeboran beri
jarak antara benda kerja dengan ujung mata bor supaya tidak bergesek secara
langsung yang mengakibatkan mata bor tumpul.

4.38 Pergantian mata bor


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
13. Lalu lakukan pengeboran sedalam 27,5mm sambil disiram dengan pendingin

4.39 Pengeboran
(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)
14. Bereskan semua peralatan yang digunakan letakkan peralatan ketempat dimana
diambil dan bersihkan mesin dari hasil pemotongan.

4.2.3 Parameter Perhitungan Pembubutan


Berikut merupakan perhitungan pada mesin bubut :
1. Kecepatan Potong
Diketahui : d1 = 17,4 mm
d2 = 13,5 mm
Cs = 60 m/menit
π = 3,14
Ditanya : n =…?
Penyelesaian :
𝜋𝑑𝑛
𝐶𝑠 =
1000
𝐶𝑠. 1000 = 𝜋𝑑𝑛
𝐶𝑠 .1000
a) 𝑛 = 𝜋.𝑑
60 . 1000
=
3,14. 17,4
60.000
=
233,16
= 257.33 𝑟𝑝𝑚
𝐶𝑠 .1000
b) 𝑛 = 𝜋.𝑑
60 . 1000
𝑛=
3,14. 13,5
60.000
𝑛=
42,39
𝑛 = 1.415,42 𝑟𝑝𝑚
2. Kecepatan Pemakanan
Diketahui : 𝑛1 = 257,33 𝑟𝑝𝑚
𝑛2 = 1.415,42 𝑟𝑝𝑚
𝐹 =1
Ditanya : vF =…?
Penyelesaian :
a) 𝑣𝐹 = 𝑓𝑛
= 1 × 257,33
= 257,33 𝑚𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
b) 𝑣𝐹 =
= 1 × 1.415,42
= 1.415,42 𝑚𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Adapun gamabar engsel yang telah jadi adalah sebagai berikut :

Gambar 4.40 Engsel


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)

4.2.4 Parameter Perhitungan Pengeboran


Berikut merupakan perhitungan pada proses pengeboran :
1. Kedalaman Potong
Diketahui : d = 9,1mm
Ditanya : a …..?
𝑑
Penyelesaian : 𝑎 = 2

9,1 𝑚𝑚
𝑎=
2
= 4,55mm
2. Kecepatan Putar
Diketahui : d = 9,1 mm
Cs = 25 rpm
Π = 3,14
Ditanya : n………...?
1000.𝑐𝑠
Penyelesaian :𝑛 = 𝜋.𝑑
1000.25
= 3,14.9,1
25.000
= 28,574

= 874,92 rpm
Adapun gamabar engsel yang telah jadi adalah sebagai berikut :

Gambar 4.41 Engsel


(Sumber: Pengolahan Data Praktikum Proses Manufaktur, 2021)

Anda mungkin juga menyukai