Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA DEPARTEMEN PRODUKSI DI PT TJOKRO
BERSAUDARA TANGERANG

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna


memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata Satu

Oleh:
Nama: Jocelyn Hardiputri
NIM: 01033170001

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

bab ini berisikan pendahuluan yang dimulai dari latar belakang dilakukannya
penelitian, pokok permasalahan yang ditemukan , tujuan dari penelitian ,batasan yang
digunakan dalam penelitian , dan sistematika penulisan .

1.1 Latar Belakang


Sumber bahaya biasanya dapat ditemukan di semua tempat kerja dan
hampir tidak ada tempat kerja yang tidak memiliki potensi sumber bahaya .
Potensi bahaya ini dapat mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja ini seringkali
ditemukan di bagian produksi dikarenakan pekerja berhubungan langsung
dengan bahan baku ,alat-alat ,dan mesin yang terdapat di lantai produksi. Proses
kerja juga merupakan potensi bahaya yang mengganggu kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Mengingat banyaknya kecelakaan kerja setiap
tahunnya, yang menimbulkan banyaknya kerugian seperti biaya, waktu ,
hilangnya produktivitas ,dan terhambatnya proses produksi maka dibutuhkan
program K3. Penerapan program K3 dapat mengurangi risiko serta dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan dapat meningkatkan kinerja dan
produktivitas pekerja dan perusahaan .
PT Tjokro Bersaudara adalah perusahaan yang memproduksi komponen
mesin serta bahan-bahan yang terbuat dari besi seperti berbagai jenis gear.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi , dapat diketahui kegiatan produksi
memiliki risiko bahaya yang cukup tinggi dikarenakan tidak menggunakan alat
pelindung diri , kurangnya pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja, dan kondisi tempat kerja yang kurang baik di lantai produksi. Oleh sebab
itu , laporan ini membahas analisis mengenai potensi bahaya yang ada pada
PT.Tjokro Bersaudara Tangerang.

1.2 Pokok Permasalahan


Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Risiko kecelakaan yang tinggi pada kegiatan produksi pembuatan gear di PT
Tjokro Bersaudara Tangerang.
2. Tidak adanya program mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di PT
Tjokro Bersaudara Tangerang.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi risiko bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan
kerja di PT Tjokro Bersaudara Tangerang.
2. Memberi solusi pengendalian yang dapat mencegah dan mengurangi risiko
bahaya di PT Tjokro Bersaudara Tangerang.

1.4 Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya dilakukan di bagian produksi gear.
2. Penelitian hanya dilakukan mulai dari Juli 2020- September 2020

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan kerja praktik ini terdiri dari enam bab yang dijabarkan sebagai berikut.
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, pokok permasalahan yang
ditemukan, tujuan dari penelitian ,batasan yang digunakan dalam penelitian , dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan kerja praktik.
Bab 2 Landasan Teori
Bab ini terdiri dari teori -teori yang digunakan dalam penelitian dan menjadi
landasan dari permasalahan yang akan dibahas.
Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
penelitian dan penulisan laporan yang terdiri dari penelitian pendahuluan ,perumusan
masalah ,tujuan penelitian , studi pustaka ,pengumpulan dan pengolahan data ,analisis
dan pembahasan , dan kesimpulan dan saran serta skema dari tahapan akan dilakukan
dalam penelitian.

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Bab ini berisikan data-data yang dikumpulkan dalam penelitian baik data
umum dan data khusus. Data umum seperti sejarah perusahaan ,struktur organisasi ,
dan produk yang diproduksi serta proses produksinya. Data umum didapatkan dari
hasil wawancara langsung dengan kepala produksi. Data khusus diperoleh dengan
pengamatan atau observasi langsung proses produksi yang dikerjakan oleh operator
dari proses awal hingga akhir seperti jenis -jenis pekerjaan dan peluang terjadinya
bahaya . Pengolahan data dilakukan dengan metode Job Safety Analysis.
Bab 5 Analisis dan Pembahasan
Bab ini terdapat analisis dari data yang sudah dikumpulkan dan memberikan
solusi pengendalian dan usulan perbaikan yang tepat dan sesuai yang dapat dilakukan
untuk mengurangi risiko bahaya dari pekerjaan tersebut.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini terdapat kesimpulan dan saran dalam penelitian ini. Kesimpulan
berarti penjelasan akhir dari penelitian yang dilakukan yang menjawab tujuan yang
terdapat pada Bab 1 dan terdapat saran untuk penelitian lebih lanjut serta saran bagi
perusahaan agar dapat meningkatkan kinerjanya.

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisikan penjabaran teori-teori yang digunakan dalam penelitian
dan menjadi landasan dalam penulisan laporan.

2.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Dainur (1993) , “Keselamatan dan kesehatan kerja adalah


keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan cara – cara
melakukan pekerjaan tersebut.”
Menurut Mathis dan Jackson (2006) , “Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi bekerja yang aman ,terhindar
dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan ,pengarahan ,dan
kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai
dengan aturan yang berlaku ,baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan
dimana mereka bekerja.”
Dengan demikian , “Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu cara untuk
berupaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dalam proses
produksi baik fisik dan mental agar pekerjaan berjalan dengan lancar.”

2.2 Kecelakaan Kerja


Menurut Tarwaka (2008), kecelakaan kerja adalah suatu hal yang tidak
diinginkan dan tidak terprediksi yang merugikan baik waktu ,uang ,benda dan
nyawa dari seseorang saat melakukan proses dalam industri atau terkait dengan
hal tersebut.
Menurut Budiono (2003) , kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor
manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia seperti kurangnya pemahaman
dan keterampilan dalam melakukan pekerjaan ,kelelahan , stres , dan kurangnya
motivasi. Faktor kerja atau lingkungan seperti tidak adanya atau kurangnya
peralatan dan perawatan mesin serta tidak memenuhi standar kerja ,pencahayaan,
dan kebisingan.

2.3 Jenis-Jenis Bahaya

Menurut Goetsch dalam buku “Occupational Safety and Health for


Technologists Engineers and Managers 7th Edition” dijabarkan jenis -jenis bahaya
sebagai berikut.
1. Ergonomic Hazard
Bahaya ergonomi adalah bahaya yang menyebabkan cedera pada
pekerja yang dikarenakan oleh hubungan antara aktivitas dan kondisi
lingkungan kerja yang buruk seperti kegiatan yang repetitif , postur tubuh
yang tidak baik , dan kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman.
2. Mechanical Hazard
Bahaya mekanis sering terjadi dan timbul di proses produksi yang
menggunakan mesin atau benda yang bergerak . Kecelakaan umum yang
terjadi pada saat penggunaan dan pengoperasian mesin adalah cedera ringan
seperti tergores maupun tersayat akibat pisau pemotong hingga cedera berat
seperti kehilangan anggota tubuh.
3. Falling, Impact, Acceleration, Lifting, dan Vision Hazard
Terjatuh merupakan hal yang sering dialami saat melakukan pekerjaan.
Hal tersebut dikarenakan adanya benda asing pada permukaan lantai, desain
yang kurang baik pada lantai, permukaan lantai yang licin dan keadaan
pekerja itu sendiri. Pada saat bekerja juga perlu digunakan PPE (Personal
Protective Equipment) untuk melindungi pekerja dari bahaya suatu pekerjaan
seperti helm untuk melindungi kepala agar tidak terkena benda-benda asing
pada saat bekerja, pelindung kaki yang memiliki fungsi berbeda-beda
digunakan untuk melindungi pekerja dari terjepitnya kaki pekerja terhadap
benda asing, dan lain-lain. Pada saat mengangkat benda, terdapat bahaya
mengangkat dimana akan mengakibatkan cedera pada bagian tubuh pekerja.
Mengangkat suatu benda tidak boleh melebihi batas pandangan mata atau
tinggi mata dan tidak boleh melebihi tinggi bahu pekerja.
4. Fire Hazard
Bahaya kebakaran dapat disebabkan oleh benda atau bahan yang
berisiko terbakar. Bahan -bahan tersebut ditemukan saat pembuatan
,pengolahan , dan aktivitas kerja lainnya yang dapat menimbulkan adanya
debu ,asap ,kabut ,gas sehingga menyebabkan kebakaran , korosi ,ledakan
yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja .

2.4 Job Safety Analysis


Job Safety Analysis adalah rangkaian proses untuk menganalisis risiko bahaya
dengan mengidentifikasi risiko yang ditimbulkan dari setiap tahapan pekerjaan.
Tujuan dari job safety analysis adalah untuk menganalisis risiko bahaya yang
muncul di tempat kerja lalu mengidentifikasi potensi bahaya yang akan terjadi
dan memberikan upaya pencegahan serta solusi untuk mengendalikan bahaya
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Job safety analysis biasanya dibuat
untuk pekerjaan yang berbahaya dan memiliki tingkat risiko yang tinggi serta
pekerjaan yang baru dilakukan yang digunakan sebagai arahan atau prosedur
untuk menciptakan langkah kerja yang baik dan aman . Tahapan dalam
melakukan job safety analysis adalah menentukan dan memilih pekerjaan yang
akan diidentifikasi ,membagi pekerjaan dalam beberapa langkah kerja
,mengidentifikasi risiko bahaya yang timbul di setiap tahapan kerja, membuat
solusi pengendalian di setiap bahaya yang diidentifikasi , dan meninjau ulang dan
mengontrol perbaikan kerja. Dibawah ini adalah tabel dari job safety analysis
yang berdasarkan standar AS/NZ 4360:1999.
Tabel 2.1 Tabel Job Safety Analysis

Sumber : Standar AS/NZ 4360:1999

2.5 Manajemen Risiko


Menurut Australia /New Zealand Standards (1999) , manajemen risiko adalah
suatu proses yang terdiri aktivitas yang logis dan sistematis yaitu identifikasi , analisis
,evaluasi , pengendalian ,pengawasan, dan komunikasi mengenai risiko yang dapat
mengurangi kerugian dan menemukan kesempatan. Tahapan dalam melakukan
manajemen risiko adalah sebagai berikut .
1. Identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah tahapan yang mengidentifikasi sesuatu yang dapat
mengakibatkan cedera pada pekerja atau kerusakan pada sesuatu dan faktor
lingkungan.Kategori bahaya diantaranya adalah bahaya ergonomi ,bahaya
mekanik , bahaya lingkungan , bahaya fisik , dan lain-lain.
2. Penilaian risiko
Penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis semua
risiko yang dapat terjadi dari faktor manusia dan lingkungan ,memberikan
tanda dan peringkat pada pekerjaan yang membutuhkan perhatian oleh
manajemen dan penanganan yang lebih lanjut ,serta memberikan rekomendasi
dari risiko sehingga dapat terkelola dengan baik.Penilaian ini menggunakan
analisis kualitatif yang berdasarkan standar AS/NZ 4360:1999. Penilaian
risiko terdiri dari 2 kriteria yang digunakan dalam standar AS/NZ 4360:1999
yaitu kemungkinan (likelihood) dan konsekuensi atau dampak.
Kriteria konsekuensi (Consequence) dimulai dari rentang insignificant
hingga Catastrophic. Kriteria konsekuensi ditentukan berdasarkan tingkat
keparahan dan kerugian biaya atas kecelakaan yang terjadi. Dibawah ini
adalah tabel dari kriteria konsekuensi beserta keterangannya.
Tabel 2.2 Pengukuran kualitatif dari Konsekuensi

Level Deskripsi Keterangan

1 Insignificant Tidak ada yang terluka , kerugian finansial yang


rendah

2 Minor Dibutuhkan pertolongan pertama , kebocoran


limbah yang dapat ditangani ,kerugian finansial
sedang

3 Moderate Dibutuhkan penolongan medis ,kebocoran


limbah yang membutuhkan penanganan pihak
luar, kerugian finansial cukup tinggi

4 Major Luka parah ,kehilangan kapabilitas produksi


,pembuangan limbah yang sembarangan namun
tidak memiliki dampak yang merusak ,kerugian
finansial tinggi

5 Catastrophic Mati ,pembuangan limbah yang sembarangan


yang memberikan dampak yang merusak
,kerugian finansial sangat tinggi.
Sumber : Standar AS/NZ 4360:1999

Kriteria kemungkinan (likelihood ) dimulai dari rentang almost certain


hingga rare. Kriteria ini ditentukan berdasarkan tingkat frekuensi kecelakaan
yaitu seberapa sering kecelakaan tersebut terjadi. Berikut ini adalah tabel
pengukuran kualitatif dari kriteria kemungkinan beserta keterangannya.
Tabel 2.3 Pengukuran Kualitatif dari Likelihood

Level Deskripsi Keterangan

A Almost Certain Diperkirakan muncul dalam semua situasi

B Likely Cenderung akan muncul dalam kebanyakan


situasi

C Possible Kemungkinan muncul pada waktu tertentu

D Unlikely Dapat terjadi pada waktu tertentu

E Rare Hanya terjadi pada situasi tertentu


Sumber : Standar AS/NZ 4360:1999

Kriteria consequence dan likelihood dikombinasikan dalam sebuah


matriks risiko yang dapat menampilkan peringkat dari risiko tersebut. Berikut
adalah tabel dari matriks risiko yang menunjukkan tingkatan potensi bahaya
dari risiko.
Tabel 2.4 Penilaian Risiko

Sumber : Standar AS/NZ 4360:1999


Keterangan :
E = Risiko ekstrem
H = Risiko tinggi
M = Risiko sedang
L = Risiko rendah
Dari penilaian risiko yang sudah dilakukan , setiap kategori memiliki
tindakan lanjut untuk mengurangi risiko . Risiko ekstrem adalah risiko yang
sangat parah yang membutuhkan aksi segera dan pekerjaan tidak boleh
dilakukan apabila risiko tersebut belum berkurang atau tereduksi. Risiko
tinggi adalah risiko yang cukup parah dan membutuhkan perhatian dari
manajemen atas dengan mengalokasikan sumber daya untuk mengurangi
risiko. Risiko sedang adalah masalah yang membutuhkan tindakan
pencegahan dalam jangka waktu tertentu untuk mengurangi risiko. Risiko
rendah adalah risiko yang dapat diterima dan dapat diatasi dengan prosedur
rutin dan pemantauan agar pengendalian dapat diterapkan dengan baik.

3. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mengurangi risiko dari tingkat
risiko rendah sampai tingkat risiko yang dapat ditolerir. Menurut Soputan
(2014) ,terdapat 5 cara pengendalian risiko yang dapat dilakukan yaitu
eliminasi ,substitusi , engineering control, administrative control , dan alat
pelindung diri . Hirarki pengendalian risiko ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Hirarki Pengendalian Risiko


Sumber :Wibowo (2016)

Dari Gambar 2.1 , ditunjukkan hirarki teratas adalah eliminasi yang berarti
pengendalian dengan menghilangkan sumber potensi bahaya baik proses, alat ,mesin ,
dan lain-lain yang dapat menyebabkan bahaya pada pekerja. Substitusi adalah
pengendalian risiko dengan mengganti proses ,bahan , dan lain-lain yang memiliki
potensi bahaya yang lebih rendah. Engineering control adalah pengendalian yang
menggunakan teknik rekayasa baik sistem mesin atau alat. Kontrol administratif
adalah pengurangan risiko bahaya dengan pembuatan prosedur ,tanda peringatan ,
pelatihan ,dan lain-lain. Alat pelindung diri adalah pengendalian potensi bahaya
dengan menggunakan alat pelindung diri seperti masker, kacamata pelindung , safety
helmet , sepatu , dan lain-lain.
BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan untuk


penelitian dan penulisan laporan. Tahapan penelitian dijelaskan secara deskriptif dan
skema dalam bentuk flowchart.

3.1 Penelitian Pendahuluan


Pada tahap ini , dilakukan observasi atau pengamatan langsung ke PT Tjokro
Bersaudara yang terletak di Tangerang untuk mengetahui situasi dan kondisi
pabrik saat ini. Setelah melakukan observasi maka selanjutnya dilakukan
wawancara dengan kepala produksi dan pekerja yang berada di lantai produksi
untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pabrik.

3.2 Perumusan Masalah


Setelah dilakukan observasi pabrik dan wawancara dengan kepala produksi
sehingga dapat diketahui bahwa PT Tjokro Bersaudara belum menerapkan dan
melaksanakan program mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adanya
potensi bahaya yang dapat terjadi dan kondisi lingkungan kerja yang berisiko
pada keselamatan dan kesehatan kerja.

3.3 Tujuan Penelitian


Tahap selanjutnya adalah menetapkan tujuan dari penelitian ini yang bertujuan
untuk menganalisis dan mengidentifikasi risiko bahaya yang muncul yang dapat
memiliki dampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja serta memberikan
solusi pengendalian untuk mengurangi risiko bahaya yang berpotensi
membahayakan pekerja.

3.4 Studi Pustaka


Setelah menentukan tujuan ,maka tahapan berikutnya adalah melakukan studi
literatur yang bersumber dari buku ,jurnal , dan berbagai sumber lainnya sehingga
mendapat gambaran mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian yaitu data umum dan data khusus. Data umum seperti sejarah perusahaan
,struktur organisasi , dan produk yang diproduksi serta proses produksinya. Data
umum didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan kepala produksi. Data
khusus diperoleh dengan pengamatan atau observasi langsung proses produksi yang
dikerjakan oleh operator dari proses awal hingga akhir. Data yang dikumpulkan yaitu
jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan operator dan peluang bahaya yang dapat timbul
dari pekerjaan yang dilakukan. Tujuan dari pengamatan tersebut adalah agar dapat
mengetahui risiko dari masing-masing pekerjaan yang dilakukan.
Setelah data yang diperlukan terkumpul ,tahap selanjutnya dilakukan
pengolahan data. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan metode Job Safety
Analysis. Seluruh pekerjaan operator diamati dan disesuaikan dengan standar K3
yang ada. Pengolahan ini juga dilakukan dengan mengamati seberapa besar peluang
dan risiko terjadinya kecelakaan kerja.

3.6 Analisis dan Pembahasan


Setelah mendapat data hasil pengamatan dan telah diolah, tahapan berikutnya
ialah menganalisis data .Analisis ini dilakukan agar mengetahui cara yang tepat untuk
mengetahui cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Analisis yang dilakukan pada
tahapan ini antara lain menentukan jenis pekerjaan yang memiliki skor bahaya
tertinggi dan memberikan solusi pengendalian yang tepat dan sesuai yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko bahaya dari pekerjaan tersebut.

3.7 Kesimpulan dan Saran


Bagian ini merupakan penutup dari penulisan laporan dengan membuat
kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan penjelasan akhir dari penelitian yang
dilakukan yang menjawab tujuan yang terdapat pada Bab 1. Selain itu , bab ini
terdapat saran untuk penelitian lebih lanjut serta saran bagi perusahaan agar dapat
meningkatkan kinerjanya.

3.8 Skema
Gambar 3.1 Skema Metode Penelitian
BAB 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisikan data-data yang dikumpulkan dalam penelitian baik data
umum dan data khusus. Data yang dikumpulkan adalah sejarah perusahaan ,struktur
organisasi ,jenis produk yang diproduksi , dan data khusus perusahaan.Setelah itu ,
data diolah menggunakan metode job safety analysis.
4.1 Sejarah Perusahaan
PT. Tjokro Bersaudara adalah perusahaan yang bergerak di bidang fabrikasi,
permesinan ,reparasi ,konstruksi ,dan pembuatan alat. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1948 dengan nama Tjokro Group di Surabaya. PT. Tjokro Bersaudara
memproduksi spare part mesin seperti gear ,shaft , dan komponen mesin lainnya.
Perusahaan ini memiliki tujuan untuk menjadi salah satu perusahaan terbesar dalam
industri besi yang memberikan kualitas terbaik untuk pelanggan. Misinya adalah
memberikan kualitas tinggi dan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.Saat ini , PT. Tjokro Bersaudara sudah memiliki 50 cabang yang tersebar
di seluruh Indonesia.
Awal mula mendirikan perusahaan ini dengan membuka bisnis peralatan
pengolah logam yang dibuat dengan menggunakan mesin tradisional milik Belanda
yang merupakan sisa peninggalan mesin perang dunia kedua. Saat itu , ekonomi dan
sosial di Surabaya sangat sulit dan perusahaan ini menerima perbaikan mesin industri
di Indonesia. Pada tahun 1968, PT. Tjokro Bersaudara membuka cabang di Cideng
Timur, Jakarta. PT. Tjokro Bersaudara membuka cabang ketiga di Semarang pada
tahun 1978. PT. Tjokro Bersaudara juga melakukan ekspansi dengan membuka 20
cabang yang tersebar di Indonesia seperti di Gresik, Solo ,Tangerang,Cilegon ,Batam
, dan Lampung pada tahun 1980 hingga tahun 1990. Pada tahun 2000 , PT. Tjokro
Bersaudara menerapkan ISO 9001 pada tahun 2000. Sekarang ,PT. Tjokro Bersaudara
masih terus berkembang dan mendirikan banyak cabang di seluruh Indonesia.
4.2 Struktur Organisasi
PT. Tjokro Bersaudara Tangerang memiliki struktur organisasi yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Dari Gambar 4.1 , menunjukkan PT. Tjokro Bersaudara Tangerang memiliki 5


departemen yaitu HRD ,marketing ,produksi ,QC ,dan finance. Seluruh departemen
dikepalai oleh direktur operasi lalu direktur operasional bertanggung jawab kepada
direktur utama. Berikut ini adalah deskripsi pekerjaan dari masing-masing
departemen sebagai berikut.
● Direktur Utama
Direktur utama bertanggung jawab dalam mengatur perusahaan secara
keseluruhan dan membuat kebijakan serta mengambil keputusan penting bagi
perusahaan.
● Direktur Operasional
Direktur operasional bertanggung jawab terhadap setiap departemen dan
memastikan adanya komunikasi dan kerja sama antar departemen agar
perusahaan dapat berjalan dengan baik.
● HRD
Departemen HRD bertanggung jawab atas semua tenaga kerja yang terdapat
pada perusahaan dan mengatur kompensasi serta berwenang dalam
penambahan dan pengurangan tenaga kerja.
● Marketing
Departemen marketing bertugas menyebarluaskan informasi kepada
pelanggan untuk menambah jumlah pelanggan serta menjalin hubungan yang
baik dengan pelanggan.
● Produksi
Departemen ini bertugas dalam pemenuhan pesanan pelanggan sesuai target
yang sudah ditentukan dan menentukan material yang digunakan dalam proses
produksi.
● Quality Control
Departemen ini bertugas untuk melakukan inspeksi produk sesuai dengan
spesifikasi berdasarkan yang ditetapkan dan bertanggung jawab atas kualitas
produk.
● Finance
Departemen finance bertugas melakukan pembukuan keuangan ,mencatat
stok, merekap transaksi keuangan , dan melakukan pembelian material mentah
yang dibutuhkan saat produksi.

4.3 Jenis Produksi


PT.Tjokro Bersaudara Tangerang bergerak di bidang pembuatan berbagai jenis
gear ,spare part mesin dan komponen mesin lainnya .Jenis -jenis gear yang
diproduksi seperti spur gear ,worm gear , helical gear ,crown wheel, gear idle shaft ,
dan lain-lain. Gear tersebut menggunakan material besi dan baja dengan ukuran yang
beragam. Selain gear , produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah spare part
mesin seperti crank shaft ,rotor boss ,dan Yoke rotor. PT. Tjokro Bersaudara
Tangerang dapat menyesuaikan spesifikasi produk dan desain produk yang
diinginkan sesuai permintaan pelanggan dikarenakan PT. Tjokro Bersaudara
Tangerang menerapkan sistem made to order. Dibawah ini adalah gambar yang
menunjukkan jenis-jenis dari produk yang dihasilkan oleh PT.Tjokro Bersaudara
Tangerang.

Gambar 4.2 Jenis -Jenis Gear

4.4 Proses Produksi


Proses produksi adalah tahapan -tahapan yang dilakukan dalam membuat
suatu produk. Dalam sub bab ini akan membahas proses pembuatan dari gear. Proses
produksi gear terdiri dari 3 tahapan yaitu proses pembubutan , pengefraisan , dan
pembentukan.
Gambar 4.3 Proses Produksi
Berikut ini adalah penjelasan dari proses produksi dari gear sebagai berikut.
1. Pembubutan
Proses pembubutan dilakukan dengan menggunakan mesin bubut dikarenakan
penggunaan mesin bubut biasanya pada benda berbentuk silindris seperti roda
gigi. Proses pemotongan ini dilakukan dengan penyayatan pada roda besi
dengan menggunakan alat potong yang disebut pahat hingga diameter 40 mm.
Sudut pahat yang digunakan adalah 60 derajat. Mesin akan berputar maju dan
mundur sesuai dengan alur kerja yang diinginkan operator.
2. Pengefraisan
Proses ini bertujuan untuk membuat gigi dari gear dengan menggunakan
mesin hobbing. Gear yang sudah dipotong dimasukkan di dalam chuck dan
akan diputar secara terus menerus sehingga akan membentuk gigi atau ulir
dengan menggunakan pisau hobbing. Saat proses ini , pisau hobbing dilumasi
dengan oli untuk mendinginkan pisau tersebut.
3. Pembentukan
Setelah membuat roda gigi , selanjutnya dilakukan membuat alur pada bagian
dalam roda gigi dengan menyerut sudut dan mesin akan bergerak naik turun
secara vertikal. Mesin yang digunakan adalah mesin slotting.

4.5 Keadaan Lantai Produksi


PT. Tjokro Bersaudara Tangerang adalah perusahaan yang memproduksi gear
dan komponen mesin. Proses produksi yang terjadi menggunakan mesin dan tenaga
manusia. Saat ini ,perusahaan belum menerapkan dan membentuk divisi khusus di
bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Perusahaan juga belum memiliki SOP atau
langkah kerja yang sesuai standar sehingga proses produksi dan aturan kerja belum
baik dan benar. Penggunaan alat pelindung diri sudah dilaksanakan dengan
menggunakan masker dan sepatu kerja. Masker yang digunakan masih menggunakan
masker kain dikarenakan pandemi virus Covid 19. Sepatu kerja diberikan perusahaan
setiap tahun. Sepatu kerja berguna bagi pekerja agar tidak terpeleset dari limbah oli
dan ancaman terjatuhnya benda asing atau peralatan yang digunakan. Pabrik belum
dilengkapi oleh tanda keamanan pada mesin dan di sekitar pabrik agar pekerja
memperhatikan aspek keselamatan kerja. Alat pemadam kebakaran sudah tersedia
untuk perlindungan pertama saat terjadi kebakaran .Sarung tangan diberikan oleh
pekerja untuk melindungi tangan pekerja dari mesin namun banyak sekali pekerja
tidak menggunakan sarung tangan tersebut. Perusahaan masih menerapkan sistem
shift sehingga membatasi jumlah pekerja yang masuk maka tidak banyak mesin yang
dijalankan sehingga keadaan lantai produksi tidak bising dan tidak terjadi getaran
yang disebabkan oleh mesin. Suhu di tempat kerja berkisar 36- 37°C sehingga
lingkungan kerja terasa panas sehingga pekerja tidak merasa nyaman saat bekerja.

4.6 Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko


Setelah melakukan pengamatan untuk setiap proses produksi maka
selanjutnya adalah melakukan identifikasi potensi bahaya yang terjadi dan penilaian
risiko untuk setiap bahaya pada proses produksi. Berikut adalah penjabaran dari
identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada setiap proses.
4.6.1 Bahaya pada Proses Pembubutan
Proses pembubutan dilakukan untuk memotong besi atau baja menjadi
silindris sesuai dengan spesifikasi diameter yang diinginkan dengan mesin bubut.
Potensi bahaya tersebut dijabarkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Proses Pembubutan

No Apa yang Konsekuensi dari peristiwa Kontrol Peringkat Peringkat Tingkat


akan terjadi yang terjadi yang telah konsekuensi kemungkinan Bahaya
dan apa Konsekuensi Kemungkinan dilakukan
penyebabnya

1 Tangan Minor Likely belum ada 2 B H


pekerja dapat :terpotong
terkena ,tergores
putaran mesin ,terjepit

2. Pekerja dapat Minor Possible belum ada 1 B M


terkena : Iritasi mata
percikan ,tergores,
serbuk besi terluka

3. Pekerja dapat Minor : Possible belum ada 2 C M


terkena benda tergores
kerja ,terluka

Setelah dilakukan pengamatan ,terdapat 3 potensi bahaya pada proses


pemotongan. Aktivitas pertama adalah pemasangan atau mengatur benda kerja pada
chuck mesin bubut sehingga memiliki potensi bahaya tangan operator dapat terjepit
saat mengencangkan chuck . Chuck berguna untuk menjepit benda kerja pada mesin
bubut. Saat chuck atau cekam tersebut berputar dapat mencederai operator. Tangan
operator dapat tergulung mengikuti putaran chuck jika operator tidak sengaja
memegang chuck saat mesin sedang dinyalakan atau dalam kondisi membersihkan
serbuk benda kerja yang terlilit pada pahat dengan kondisi mesin bubut saat
dinyalakan. Masalah ini dianggap high dikarenakan cedera minor dan cenderung
muncul pada waktu tertentu . Menurut wawancara dengan operator ,saat mesin
beroperasi operator tidak tersadar terkena chuck saat membersihkan serbuk dari hasil
benda kerja pada pahat dikarenakan letak pahat sangat dekat dengan chuck atau
sedang mengencangkan chuck dengan benda kerja sehingga potensi bahaya ini akan
mungkin terjadi.
Gambar 4.8 Chuck Mesin Bubut
Bahaya selanjutnya adalah saat melakukan proses bubut , pekerja dapat
terkena serbuk atau serutan dari benda kerja. Serbuk atau serutan benda kerja sangat
tajam dan panas yang berbahan dasar besi atau logam yang dapat memercik ke segala
arah yang dapat melukai operator seperti bagian mata ,badan , tangan ,dan lain-lain
dan orang lain di sekitar area bubut. Potensi bahaya ini dinilai moderate karena
operator dapat mengalami cedera minor seperti iritasi mata dan kulit tergores atau
terluka dan kadang muncul dalam waktu tertentu apabila serbuk atau serutan sudah
banyak atau belum dibersihkan.

Gambar 4.9 Serbuk Hasil Bubut


Potensi bahaya ketiga adalah pekerja dapat terkena benda kerja saat memoles
benda kerja yang sedang berputar .Cedera tersebut berupa tergores dan terluka serta
potensi bahaya tersebut kemungkinan dapat terjadi dikarenakan operator tidak
menggunakan sarung tangan saat bekerja dan tidak fokus pada pekerjaan. Menurut
wawancara , beberapa operator sudah mengalami hal tersebut saat melakukan
pemolesan.

Gambar 4.10
Pemolesan pada Benda Kerja

4.6.2. Bahaya pada Proses Pengefraisan


Proses ini dilakukan untuk membuat roda gigi dengan mesin hobbing.
Terdapat 2 bahaya pada proses pengefraisan yang dijabarkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Proses Pengefraisan

No Apa yang Konsekuensi dari peristiwa Kontrol Peringkat Peringkat Tingkat


akan terjadi yang terjadi yang telah konsekuensi kemungkinan Bahaya
dan apa dilakukan
penyebabnya Konsekuensi Kemungkinan

1 Pekerja dapat Minor : Possible belum ada 2 C M


terkena pisau terjepit
hobbing ,terluka

2. Pekerja Moderate Likely pemakaian 3 B H


terkena oli :Iritasi mata masker
pelumas dan kulit
,gangguan
pernafasan

3. Banyak Minor : Unlikely pembersihan 2 D L


bercak sisa jatuh lantai
oli di lantai ,terpeleset

Terdapat 3 potensi bahaya pada proses pengefraisan yaitu potensi terkena


pisau hobbing dan terkena oli pelumas. Operator dapat terkena pisau hobbing apabila
mesin masih dalam kondisi dinyalakan. Tajamnya pisau hobbing yang berputar
tersebut dapat membuat tangan operator terluka dan tergores. Apabila saat
membenarkan posisi benda kerja terkadang operator memegang benda kerja. Letak
benda kerja tersebut berdekatan dengan pisau hobbing yang berputar sehingga tangan
operator berisiko terjepit diantara benda kerja dan pisau hobbing. Potensi bahaya
tersebut dinilai moderate dikarenakan cedera yang dialami merupakan cedera minor
atau ringan dan kemungkinan terjadi kadang-kadang saat melakukan pekerjaan.

Gambar 4.10 Pisau Hobbing


Sumber: Alibaba
Saat melakukan proses pendinginan, mesin hobbing akan mengeluarkan oli
pelumas untuk mendinginkan pisau hobbing. Oli pelumas mengandung cairan yang
berbahaya dan beracun yang termasuk golongan B3. Oli pelumas ini sangat
berbahaya bagi operator dikarenakan dapat memercik ke arah operator dan mesin ini
tidak memiliki pelindung antara mesin dan operator sehingga apabila terpapar dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit serta gangguan pernafasan apabila operator
menghirup bau dari oli pelumas tersebut secara terus menerus. Pada pengamatan yang
dilakukan ,operator hanya menggunakan masker kain saja yang tidak cukup untuk
melindungi dari bahan berbahaya sehingga potensi bahaya tersebut mungkin terjadi
dikarenakan operator selalu memperhatikan kerja dari mesin dan benda kerja secara
dekat seperti di gambar 4.11.

Gambar 4.11 Proses Pengefraisan

Potensi bahaya terakhir adalah banyak bercak sisa oli di sekitar area kerja dan
mesin. Cedera tersebut dapat mencederai operator seperti terpeleset apabila operator
tidak berhati-hati. Namun , jarang sekali operator terjatuh atau terpeleset pada area
kerja sehingga potensi bahaya ini dinilai low yang berarti tidak membutuhkan
perbaikan segera . Perusahaan sudah melakukan tindakan pencegahan dengan
melakukan pembersihan secara rutin setiap harinya.
Gambar 4.12 Bercak Oli di Lantai

4.6.3 Bahaya pada Proses Pembentukan


Proses pembentukan adalah proses pembentukan celah pada bagian dan pully
dalam suatu gear dengan menggunakan mesin hobbing. Benda kerja akan diletakkan
pada meja mesin lalu pahat akan bergerak naik turun. Bahaya pada proses
pembentukan dijabarkan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Proses Pembentukan

No Apa yang Konsekuensi dari peristiwa Kontrol Peringkat Peringkat Tingkat


akan terjadi yang terjadi yang telah konsekuensi kemungkinan Bahaya
dan apa dilakukan
penyebabnya Konsekuensi Kemungkinan

1 Pekerja Minor : Possible Penggunaan 2 C M


terkena pahat tergores sarung
mesin ,terluka tangan

2. Pekerja Minor : Unlikely Penggunaan 2 D L


terkena benda memar ragum
kerja apabila ,terluka
pemasangan
tidak kencang

3. Pekerja Minor : Unlikely belum ada 2 D L


terkena melepuh
serpihan ,terluka
benda kerja

Pada proses pembentukan memiliki 3 pekerjaan yang membahayakan bagi


pekerja. Pekerjaan pertama adalah saat memasang pahat pada tool post mesin. Hal ini
kemungkinan dapat terjadi apabila operator memegang bagian pahat yang tajam
secara tidak hati-hati dan tanpa menggunakan sarung tangan. Cedera yang dialami
berupa terluka atau tergores. Menurut wawancara , operator sudah diberitahu saat
pemasangan pahat ini wajib menggunakan sarung tangan karena pahat ini sangat
tajam namun pada proses ini hanya beberapa operator saja yang menggunakan sarung
tangan. Potensi bahaya ini dinilai memiliki risiko sedang yang membutuhkan
penanganan dalam jangka waktu dikarenakan dapat kemungkinan terjadi dalam setiap
harinya apabila pekerja tidak mematuhi perintah dan peraturan yang berlaku.
Potensi bahaya berikutnya adalah saat pemasangan benda kerja yang tidak
kencang sehingga dapat membuat benda kerja terpental . Bahaya tersebut dapat
disebabkan juga oleh kecepatan mesin yang terlalu besar dan benda kerja menyenggol
dengan bagian tool post. Namun , perusahaan sudah memberikan ragum yang dapat
mengencangkan benda kerja agar tidak bergeser saat proses pembentukan ini.
Kecepatan mesin yang bergerak diatur tidak terlalu cepat agar potensi bahaya ini
tidak terjadi. Potensi bahaya ini dinilai rendah dikarenakan jarang sekali benda kerja
terlepas atau terpental dari mesin karena sudah diberikan pengencang atau ragum dan
cedera yang dialami adalah memar dan luka.
Potensi bahaya terakhir adalah operator dapat terkena serpihan dari benda
kerja. Saat proses pembentukan sedang berjalan , mesin mengeluarkan serpihan hasil
pemotongan yang panas yang dapat dapat menyebabkan lepuh di kulit dan luka.
Kemungkinan yang terjadi sangat jarang dikarenakan saat proses berjalan operator
menjauh dan tidak berada dekat dengan benda kerja yang melakukan pemotongan
sehingga pemberian nilai terhadap risiko ini rendah.
Gambar 4.13 Aktivitas Mesin Slotting

4.6.4 Bahaya pada Lingkungan kerja


Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Proses Pembentukan

No Apa yang Konsekuensi dari peristiwa Kontrol Peringkat Peringkat Tingkat


akan terjadi yang terjadi yang telah konsekuensi kemungkinan Bahaya
dan apa dilakukan
penyebabnya Konsekuensi Kemungkinan

1 Suhu udara Insignificant Almost Pemberian 1 A H


yang panas : kelelahan Certain dispenser
,ketidaknya-
manan

2. Pekerja dapat Minor : Unlikely belum ada 2 D L


terkena kabel terpeleset
yang ,terjatuh
berantakan

3. Pekerja dapat Catastrophic Possible belum ada 5 C E


tersengat : mati
aliran listrik

4 Bahan mentah Minor : Possible belum ada 2 C M


dan jadi terjatuh
diletakkan ,memar
pada area
kerja

Tempat kerja terasa pengap dikarenakan ventilasi udara yang kurang yang
ditunjukkan pada gambar 4.7 sehingga ruangan terasa panas sehingga pekerja tidak
merasa nyaman menggunakan masker. Suhu udara pada tempat kerja berkisar 37
°C,menurut pengukuran di dalam ruangan dan atap pabrik terbuat dari asbes dan tidak
memiliki peredam panas .Menurut Suma'mur (2014), suhu 24-26°C merupakan suhu
yang tepat dan nyaman bagi orang Indonesia. Suhu yang lebih panas akan
mengurangi tingkat produktivitas dari pekerja. Atap pada tempat kerja menggunakan
bahan dari asbes sehingga ruangan terasa lebih panas karena sifat asbes menyerap
sinar matahari. Atap tersebut tidak dilengkapi dengan peredam panas. Menurut
wawancara dengan kepala produksi ,banyak operator yang mengeluhkan hal ini dan
tidak nyaman menggunakan alat pelindung diri dan merasa cepat lelah. Namun , di
setiap sudut ruangan diberikan dispenser agar pekerja tidak dehidrasi. Risiko ini
dinilai risiko tinggi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Gambar 4.14 Ventilasi Udara yang Tertutup


Kabel yang berserakan dapat menghalangi jalan bagi operator dan dapat
ditemukan di beberapa tempat. Belum ada penggunaan cable organizer agar kabel
tersusun dengan rapi. Kabel tersebut dapat menyebabkan pekerja terjatuh dan
tersandung yang dapat menimpa benda -benda di sekitarnya.Potensi bahaya ini jarang
terjadi dikarenakan hanya ditemukan di beberapa area saja sehingga risiko ini dinilai
rendah.

Gambar 4.15 Sampah dan Kabel yang Berserakan

Potensi bahaya berikutnya adalah pekerja dapat tersengat aliran listrik saat
bekerja dikarenakan kabel yang digunakan menyambungkan beberapa peralatan
listrik serta adanya kabel yang tidak tertutup sehingga dapat menyebabkan suhu
isolasi kabel tinggi. Pada panel listrik tidak terdapat tanda keamanan seperti bahaya
tegangan listrik tinggi. Bahaya tersebut dapat menyebabkan konsleting listrik hingga
menyebabkan kebakaran. Risiko yang terjadi dapat memakan korban jiwa dan risiko
tersebut kemungkinan dapat terjadi apabila tidak melakukan perubahan.
Gambar 4.16 Panel Listrik

Perusahaan belum memiliki gudang bahan mentah dan bahan jadi sehingga
barang jadi diletakkan secara sembarangan atau di area proses produksi yang dapat
mengganggu pergerakan proses produksi. Tidak adanya pembatas keamanan. Barang
jadi pun terletak tidak tertata rapi dan banyak ditemukan di lantai. Hal ini disebabkan
pada kurangnya pemantauan pihak manajemen yang berwenang terhadap kondisi
lingkungan kerja. Kecelakaan kerja ini juga dapat dipengaruhi oleh tidak adanya
prosedur yang baik yang mengakibatkan penataan material tidak teratur dan rapi. Hal
ini dinilai risiko sedang yang mengakibatkan cedera sedang seperti terluka dan
terjatuh terkena benda kerja dan hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan tata letak
pabrik dan penataan yang kurang baik.
Gambar 4.17 Peletakkan Produk Jadi

r
DAFTAR PUSTAKA

Budiono ,Sugeng .Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang :


Penerbit UNDIP. 2003
Dainur. Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Widya Medika.1993
Geotsch, David L. Occupational Safety and Health for Technologist, Engineers, and
Manager. 7 Edition. New Jersey: Prentice Hall. 2011.
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. Human Resource Management. USA :
Thomson. 2006
Standar Australia .AS/NZS 4360:1999 .New Zealand: Risk Management .Council of
Standards New Zealand. 1999
Suma’mur ,P.K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja .Jakarta :Sagung Seto.
2014
Tarwaka. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat Kerja. Surakarta :Harapan Press. 2008
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai