Oleh:
Nama: Jocelyn Hardiputri
NIM: 01033170001
PENDAHULUAN
bab ini berisikan pendahuluan yang dimulai dari latar belakang dilakukannya
penelitian, pokok permasalahan yang ditemukan , tujuan dari penelitian ,batasan yang
digunakan dalam penelitian , dan sistematika penulisan .
Laporan kerja praktik ini terdiri dari enam bab yang dijabarkan sebagai berikut.
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, pokok permasalahan yang
ditemukan, tujuan dari penelitian ,batasan yang digunakan dalam penelitian , dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan kerja praktik.
Bab 2 Landasan Teori
Bab ini terdiri dari teori -teori yang digunakan dalam penelitian dan menjadi
landasan dari permasalahan yang akan dibahas.
Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
penelitian dan penulisan laporan yang terdiri dari penelitian pendahuluan ,perumusan
masalah ,tujuan penelitian , studi pustaka ,pengumpulan dan pengolahan data ,analisis
dan pembahasan , dan kesimpulan dan saran serta skema dari tahapan akan dilakukan
dalam penelitian.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan penjabaran teori-teori yang digunakan dalam penelitian
dan menjadi landasan dalam penulisan laporan.
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mengurangi risiko dari tingkat
risiko rendah sampai tingkat risiko yang dapat ditolerir. Menurut Soputan
(2014) ,terdapat 5 cara pengendalian risiko yang dapat dilakukan yaitu
eliminasi ,substitusi , engineering control, administrative control , dan alat
pelindung diri . Hirarki pengendalian risiko ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Dari Gambar 2.1 , ditunjukkan hirarki teratas adalah eliminasi yang berarti
pengendalian dengan menghilangkan sumber potensi bahaya baik proses, alat ,mesin ,
dan lain-lain yang dapat menyebabkan bahaya pada pekerja. Substitusi adalah
pengendalian risiko dengan mengganti proses ,bahan , dan lain-lain yang memiliki
potensi bahaya yang lebih rendah. Engineering control adalah pengendalian yang
menggunakan teknik rekayasa baik sistem mesin atau alat. Kontrol administratif
adalah pengurangan risiko bahaya dengan pembuatan prosedur ,tanda peringatan ,
pelatihan ,dan lain-lain. Alat pelindung diri adalah pengendalian potensi bahaya
dengan menggunakan alat pelindung diri seperti masker, kacamata pelindung , safety
helmet , sepatu , dan lain-lain.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.8 Skema
Gambar 3.1 Skema Metode Penelitian
BAB 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan data-data yang dikumpulkan dalam penelitian baik data
umum dan data khusus. Data yang dikumpulkan adalah sejarah perusahaan ,struktur
organisasi ,jenis produk yang diproduksi , dan data khusus perusahaan.Setelah itu ,
data diolah menggunakan metode job safety analysis.
4.1 Sejarah Perusahaan
PT. Tjokro Bersaudara adalah perusahaan yang bergerak di bidang fabrikasi,
permesinan ,reparasi ,konstruksi ,dan pembuatan alat. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1948 dengan nama Tjokro Group di Surabaya. PT. Tjokro Bersaudara
memproduksi spare part mesin seperti gear ,shaft , dan komponen mesin lainnya.
Perusahaan ini memiliki tujuan untuk menjadi salah satu perusahaan terbesar dalam
industri besi yang memberikan kualitas terbaik untuk pelanggan. Misinya adalah
memberikan kualitas tinggi dan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.Saat ini , PT. Tjokro Bersaudara sudah memiliki 50 cabang yang tersebar
di seluruh Indonesia.
Awal mula mendirikan perusahaan ini dengan membuka bisnis peralatan
pengolah logam yang dibuat dengan menggunakan mesin tradisional milik Belanda
yang merupakan sisa peninggalan mesin perang dunia kedua. Saat itu , ekonomi dan
sosial di Surabaya sangat sulit dan perusahaan ini menerima perbaikan mesin industri
di Indonesia. Pada tahun 1968, PT. Tjokro Bersaudara membuka cabang di Cideng
Timur, Jakarta. PT. Tjokro Bersaudara membuka cabang ketiga di Semarang pada
tahun 1978. PT. Tjokro Bersaudara juga melakukan ekspansi dengan membuka 20
cabang yang tersebar di Indonesia seperti di Gresik, Solo ,Tangerang,Cilegon ,Batam
, dan Lampung pada tahun 1980 hingga tahun 1990. Pada tahun 2000 , PT. Tjokro
Bersaudara menerapkan ISO 9001 pada tahun 2000. Sekarang ,PT. Tjokro Bersaudara
masih terus berkembang dan mendirikan banyak cabang di seluruh Indonesia.
4.2 Struktur Organisasi
PT. Tjokro Bersaudara Tangerang memiliki struktur organisasi yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.10
Pemolesan pada Benda Kerja
Potensi bahaya terakhir adalah banyak bercak sisa oli di sekitar area kerja dan
mesin. Cedera tersebut dapat mencederai operator seperti terpeleset apabila operator
tidak berhati-hati. Namun , jarang sekali operator terjatuh atau terpeleset pada area
kerja sehingga potensi bahaya ini dinilai low yang berarti tidak membutuhkan
perbaikan segera . Perusahaan sudah melakukan tindakan pencegahan dengan
melakukan pembersihan secara rutin setiap harinya.
Gambar 4.12 Bercak Oli di Lantai
Tempat kerja terasa pengap dikarenakan ventilasi udara yang kurang yang
ditunjukkan pada gambar 4.7 sehingga ruangan terasa panas sehingga pekerja tidak
merasa nyaman menggunakan masker. Suhu udara pada tempat kerja berkisar 37
°C,menurut pengukuran di dalam ruangan dan atap pabrik terbuat dari asbes dan tidak
memiliki peredam panas .Menurut Suma'mur (2014), suhu 24-26°C merupakan suhu
yang tepat dan nyaman bagi orang Indonesia. Suhu yang lebih panas akan
mengurangi tingkat produktivitas dari pekerja. Atap pada tempat kerja menggunakan
bahan dari asbes sehingga ruangan terasa lebih panas karena sifat asbes menyerap
sinar matahari. Atap tersebut tidak dilengkapi dengan peredam panas. Menurut
wawancara dengan kepala produksi ,banyak operator yang mengeluhkan hal ini dan
tidak nyaman menggunakan alat pelindung diri dan merasa cepat lelah. Namun , di
setiap sudut ruangan diberikan dispenser agar pekerja tidak dehidrasi. Risiko ini
dinilai risiko tinggi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Potensi bahaya berikutnya adalah pekerja dapat tersengat aliran listrik saat
bekerja dikarenakan kabel yang digunakan menyambungkan beberapa peralatan
listrik serta adanya kabel yang tidak tertutup sehingga dapat menyebabkan suhu
isolasi kabel tinggi. Pada panel listrik tidak terdapat tanda keamanan seperti bahaya
tegangan listrik tinggi. Bahaya tersebut dapat menyebabkan konsleting listrik hingga
menyebabkan kebakaran. Risiko yang terjadi dapat memakan korban jiwa dan risiko
tersebut kemungkinan dapat terjadi apabila tidak melakukan perubahan.
Gambar 4.16 Panel Listrik
Perusahaan belum memiliki gudang bahan mentah dan bahan jadi sehingga
barang jadi diletakkan secara sembarangan atau di area proses produksi yang dapat
mengganggu pergerakan proses produksi. Tidak adanya pembatas keamanan. Barang
jadi pun terletak tidak tertata rapi dan banyak ditemukan di lantai. Hal ini disebabkan
pada kurangnya pemantauan pihak manajemen yang berwenang terhadap kondisi
lingkungan kerja. Kecelakaan kerja ini juga dapat dipengaruhi oleh tidak adanya
prosedur yang baik yang mengakibatkan penataan material tidak teratur dan rapi. Hal
ini dinilai risiko sedang yang mengakibatkan cedera sedang seperti terluka dan
terjatuh terkena benda kerja dan hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan tata letak
pabrik dan penataan yang kurang baik.
Gambar 4.17 Peletakkan Produk Jadi
r
DAFTAR PUSTAKA