Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

UU & K3 PERTAMBANGAN
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

KELOMPOK XVII:
Nama : AULIA FARHAN (21080020/2021)
: REZKY HIDAYATULLAH (21080064/2021)
: SHALMA NURFADHILLAH (21080071/2021)

Konsentrasi : Pertambangan Umum


Program Study : DIII Teknik Pertambangan
Departemen : Teknik Pertambangan

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Alhamdulillah, puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah UU dan
keselamatan kerja yang berjudul Alat Pelindung Diri dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah UU dan
keselamatan kerja pertambangan. Pada kesempatan kali ini penyusun
mengucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada :
1. Bapak Drs.Rusli HAR, S.T, M.T selaku Dosen Pengampu mata kuliah UU
dan keselamatan kerja pertambangan Tahun Ajaran 2023 Departemen Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Padang, karena berkat bimbingan dari
Bapak, penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik
2. Asisten Dosen, kak Rahma Izzati, kak Hanifah, abang Havizurrahman yang
telah membimbing saya dan teman-teman untuk menyelasaikan makalah ini
sesuai dengan yang di harapkan.
3. Kepada semua teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dalam
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembacanya.

Padang, Februari 2023

Kelompok 17

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 2
C. Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Pengetian Keselamatan Kerja ........................................................ 4
B. Pengertian Alat Pelindung Diri ...................................................... 4
C. Pemilihan Alat Pelindung Diri ....................................................... 7
D. Jenis-Jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri ................................... 8
BAB III STUDY CASE ............................................................................ 19
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Helm Safety
Gambar 2. Alat pelindung muka dan mata
Gambar 3. Alat Pelindung Telinga
Gambar 4. Alat Pelindung Pernafasan
Gambar 5. Alat Pelindung Tangan
Gambar 6. Alat Pelindung Kaki
Gambar 7. Pakaian Pelindung
Gambar 8. Alat pelindung jatuh perorangan
Gambar 9. Lokasi Tambang Big Gossan

iv
DAFTAR TABEL
-

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang memiliki potensi alam besar, Indonesia
berusaha memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan mengembangkan
sektor industri. Berkembangnya sektor industri seringkali menimbulkan
kecelakaan kerja yang merugikan tenaga kerja, perusahaan bahkan negara.
Menurut Jamsostek yang dikutip oleh Ramli (2009), pada tahun 2007
tercatat 65.474 kecelakaan mengakibatkan 1451 orang meninggal, 5.326
orang cacat tetap dan 58.679 orang cedera.
Melihat besarnya angka kecelakaan kerja tersebut maka harus
diselenggarakan pengendalian risiko berupa eliminasi, substitusi, teknik,
administratif dan penggunaan APD. Berbagai upaya untuk mencegah
kecelakaan kerja dan melindungi tenaga kerja dengan penggunaan APD
namun masih seringkali ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh dalam
menggunakan APD. Menurut Sari (2012) menyebutkan dalam
penelitiannya bahwa 26,3 % tenaga kerja yang jarang menggunakan APD
pernah mengalami kecelakaan kerja saat bekerja. Hal ini berarti kepatuhan
dalam menggunakan APD juga memiliki hubungan untuk terjadinya
kecelakaan kerja.
Banyak faktor yang menjadi penyebab tenaga kerja tidak patuh
menggunakan APD meskipun perusahaan telah menyediakan APD dan
menerapkan peraturan yang mewajibkan tenaga kerja menggunakan APD.
Hal ini berarti masih ada yang perlu diteliti lebih lanjut terkait faktor yang
mungkin dapat menyebabkan tenaga kerja patuh dalam menggunakan APD.
Risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang mungkin
terjadi karena pekerjaan membuat perusahaan tidak cukup hanya
menyediaan APD dan mewajibkan tenaga kerja menggunakan APD ketika
bekerja. Perusahaan juga harus menciptakan kepatuhan tenaga kerja untuk
menggunakan APD. Tahap paling dasar untuk menumbuhkan kesadaran
tenaga kerja supaya patuh menggunakan APD yaitu dengan pembentukan
budaya keselamatan menggunakan APD (Reason, 2007)

1
2

Penggunaan APD merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan kapasitas


vital paru pekerja. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan ada
hubungan antara masa kerja dengan kapasitas paru seperti yang dilakukan
David (2012) menyatakan ada hubungan antara praktik penggunaan APD
pernapasan dengan tingkat kapasitas vital paru pada pekerja.
B. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas uu
& k3 pertambangan dan penguasaan materi tentang alat pelindung diri (apd)
pada semester 4
C. Manfaat
Untuk mengetahui atau memahami apa yang dimaksud dengan apd dan
cara menggunakan apd secara benar sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor.08/Men/VII/2010, serta mengetahui jenis-jenis dan kegunaan apd
dalam melakukan pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam era industrialisasi, penerapan teknologi baru dan tinggi serta
penggunaan peralatan, mesin dan alat bantu yang serba modern dan canggih
merupakan salah satu pilihan yang tidak dapat dihindarkan untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Tetapi disisi lain penerapan teknologi modern
yang mengandung potensi bahaya yang tinggi mempunyai dampak negatif yang
dapat menimbulkan kecelakaan dengan akibat fatal korban manusia, kerusakan
peralatan dan tercemarnya lingkungan. Keselamatan pada dasarnya adalah
kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari setiap makhluk hidup. Kondisi
perburuhan yang buruk dan angka kecelakaan yang tinggi mendorong berbagai
kalangan untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja. Salah
satu diantaranya perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seiring dengan
lajunya pembangunan yang pesat dan diikuti pula dengan perkembangan di semua
sektor perekonomian salah satunya adalah sektor industri pertambangan. Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa sektor ini cukup banyak membutuhkan tenaga kerja
sebagai salah satu komponen produksinya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3), merupakan hal yang penting dalam setiap proses dan operasional,
khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari suatu kebiasaan lain.
Namun demikian masalah K3 sering diabaikan oleh banyak perusahaan. Hal ini
dikarenakan kesadaran akan keselamatan, baik pihak manajemen atau karyawan
sendiri masih rendah padahal selain untuk kesehatan dan keselamatan karyawan
maka K3 akan berpengaruh pada produksi perusahaan (Royke, 1999). Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja
dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakan aset
organisasi yang sangat berharga dan merupakan unsur penting dalam proses
produksi di samping unsur lainnya seperti material, mesin, dan lingkungan kerja
karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina dan dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitasnya (Ramli, 2010).
Dari data yang disajikan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecelakaan tambang
berakibat kematian pada bulan Oktober 2020. Secara umum resiko kecelakaan

3
4

tambang diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain prosedur kerja, kondisi tidak
aman, perilaku tidak aman, dan alat pelindung diri. Selain itu, laporan Kepala
Inspektur Tambang Kementerian ESDM menyatakan bahwa
kontraktior/subkontraktor memberikan kontribusi paling besar terhadap angka
kecelakaan tambang pada Tahun 2019.Hal ini menunjukkan bahwa peran
Penanggung Jawab Operasional (PJO) pada kontraktor/sub-kontraktor
pertambangan menjadi penting dan memainkan peran yang krusial. Data statistik
tersebut juga memperlihatkan bahwa fluktuasi kecelakaan tambang terjadi selama
Tahun 2020 sebagai indikator inkonsistensi perusahaan pertambangan dalam
menerapkankaidah pertambangan yang baik khususnya terkait keselamatan
operasi penambangan.
A. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dan upaya untuk melakukan
pekerjaan dengan aman sehingga penerapan keselamatan kerja yang baik
merupakan salah satu strategi untuk melindungi asset perusahaan (tenaga kerja,
dan properti). Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung
juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan
mesin dan peralatan kerja terhentinya proses 35 produksi untuk beberapa saat,
kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Biayabiaya sebagai akibat
kecelakaan kerja, baik langsung atau tidak langsung cukup atau kadang-kadang
sangat atau terlampau besar, sehingga bila diperhitungkan secara keseluruhan
hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar. Tujuan dari keselamatan
kerja berdasarkan UU No.1 tahun 1970 tengang Keselamatan Kerjaadalah:
1. Mencegah terjadinya bencana kecelakaaan agar karyawan tidak mendapat
luka atau cidera bahkan mati.
2. Tidak terjadinya kerugian pada alat, material dan produksi.
3. Upaya pengawasan 4 M yaitu, manusia, material, mesin, metode kerja
yang dapat memberikan lingkungan yang nyaman
B. Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi
tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker, 2010). APD adalah
5

alat pelindung diri yang dipakai oleh tenaga kerja secara langsung untuk
mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada atau
timbul di lingkungan kerja (Soeripto, 2008)
Dari pengertian tersebut, maka Alat Pelindung Diri (APD) dibagi
menjadi 2 kelompok besar yaitu (Soeripto, 2008):
1. Alat pelindung diri yang digunakan untuk uapaya pencegahan terhadap
kecelakaan kerja, kelompok ini disebut Alat Pelindung Keselamatan
Industri. Alat pelindung diri yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat
yang digunakan untuk perlindungan seluruh tubuh.
2. Alat pelindung diri yang digunakan untuk pencegahan terhadap gangguan
kesehatan (timbulnya suatu penyakit), kelompok ini disebut Alat
Pelindung Kesehatan Industri.
Kriteria Alat Pelindung Diri (APD) agar dapat dipakai dan efektif
dalam penggunaan dan pemiliharaan menurut Tarwaka, 2008 yaitu:
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban bagi pemakainya
3. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban bagi pemakainya
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai.
7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di
pasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari
6

kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap


kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Suma’mur (1995) menunjukkan hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:
1. Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan
untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan
sesuai dengan yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum
dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.
2. Pemeliharaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai
dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar
benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada
tenaga kerja.
3. Ukuran harus tepat
Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada
tenaga kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang
tidak tepat akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya.
4. Cara pemakaian yang benar
Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat
ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya
tidak benar. Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang : Manfaat
dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya yang ada.
a. Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan
diterima oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri
yang diwajibkan.
b. Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus
dijelaskan pada tenaga kerja.
c. Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat
pelidung diri.
d. Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar
tidak menimbulkan kerusakan ataupun penurunan mutu.
7

e. Penyimpaan alat pelindung diri harus selalu disimpan dalam keadaan


bersih ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh kontaminasi
C. Pemilihan alat Pelindung diri
Setiap tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang berbeda-beda sesuai
dengan jenis, bahan dan proses produksi yang dilakukan. Dengan demikian,
sebelum melakukan pemilihan alat pelindung diri mana yang tepat digunakan,
diperlukan adanya suatu investarisasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja
masing-masing. Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri harus
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut (Tarwaka, 2008):
1. Aspek teknis, meliputi
a. Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk alat
pelindung diri harus disesuaikan dengan bagian tubuh yang
dilindungi.
b. Pemilihan berdasarkan mutu atau kualitas. Mutu alat pelindung diri
akan menentukan tingkat keparahan dan suatu kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Semakin rendah mutu alat
pelindung diri, maka akan semakin tinggi tingkat keparahan atas
kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang terjadi. Adapun untuk
menetukan mutu suatu alat pelindung diri dapat dilakukan melalui uji
laboratorium untuk mengetahui pemenuhan terhadap standar.
c. Penentuan jumlah alat pelindung diri. Jumlah yang diperlukan sangat
tergantung dari jumlah tenaga kerja yang terpapar potensi bahaya di
tempat kerja. Idealnya adalah setiap pekerja menggunakan alat
pelindung diri sendirisendiri atau tidak dipakai secara bergantian.
d. Teknik penyimpanan dan pemeliharaan. Penyimpanan investasi untuk
penghematan dari pada pemberian alat pelindung diri.
2. Aspek psikologis
Di samping aspek teknis, maka aspek psikologis yang menyangkut
masalah kenyamanan dalam penggunaan alat pelindung diri juga sangat
penting untuk diperhatikan. Timbulnya masalah baru bagi pemakai harus
dihilangkan, seperti terjadinya gangguan terhadap kebebasan gerak pada
saat memakai alat pelindung diri. Penggunaan alat pelindung diri tidak
8

menimbulkan alergi atau gatal-gatal pada kulit, tenaga kerja tidak malu
memakainya karena bentuknya tidak cukup menarik. Ketentuan pemilihan
alat pelindung diri meliputi:
a. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang
adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang
dihadapi oleh tenaga kerja.
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik.
e. Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya,
yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaanya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris
pemakaiannya.
i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.
D. Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri
Adapun jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) seperti yang
tertuang di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri adalah sebagai
berikut:
1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar
oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik
(mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.
9

Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety


helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-
lain.

Gambar 1. Helm Safety


2. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air,
percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).

Gambar 2. Alat pelindung muka dan mata


3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
10

Gambar 3. Alat Pelindung Telinga


4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan
kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dan sebagainya.
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari
masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,
Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam
dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA),
Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.

Gambar 4. Alat Pelindung Pernafasan


5. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus
listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen
(virus, bakteri) dan jasad renik.
11

Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.

Gambar 5. Alat Pelindung Tangan


6. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah
atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-
lain.

Gambar 6. Alat Pelindung Kaki


12

7. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia,
cairan dan logam panas, uap panas, benturan dengan mesin, peralatan dan
bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia,
binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek
(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian
atau seluruh bagian badan.

Gambar 7. Pakaian Pelindung


8. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja
agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga
pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga
tidak membentur lantai dasar.
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman
tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety
rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan
jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
13

Gambar 8. Alat pelindung jatuh perorangan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) antara lain: pengetahuan, sikap, kondisi APD, dan pengawasan.
Penggunaan APD juga sangat dipengaruhi oleh perilaku pengguna APD
dimana banyak pekerja yang walaupun mengetahui manfaat penggunaan APD
namun tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT
PELINDUNG DIRI
Menimbang :
a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 3, Pasal 4 ayat (1), Pasal 9,
Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja perlu diatur mengenai alat pelindung diri;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
perlu diatur dengan Peraturan Menteri;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 Dari
Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene
Dalam Perniagaan Dan Kantor-Kantor (Lembaran Negara Republik
14

Indonesia Tahun 1969 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 2889);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
5. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja.
2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
3. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
15

4. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung


sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
5. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan
dengan tempat kerja.
6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas
Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
ditunjuk oleh Menteri.
Pasal 2
1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha
secara cuma-cuma.
Pasal 3
1. APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
c. pelindung telinga;
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.
2. Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:
a. pakaian pelindung;
b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
16

c. pelampung.
3. Jenis dan fungsi APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
1. APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu
rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan;
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan,
perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas,
minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di
dalam bumi maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di
udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun, bandar udara dan gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan;
17

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi


atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi
radio, radar, televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik
2. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 5
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang
ramburambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Pasal 6
1. Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai
atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
2. Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Pasal 7
1. Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat
kerja.
2. Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
18

a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;


b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.
Pasal 8
1. APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus
dibuang dan/atau dimusnahkan.
2. APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan
berbahaya, harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan.
3. Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi
dengan berita acara pemusnahan.
Pasal 9
Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970.
Pasal 10
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatan dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
BAB III
STUDI KASUS
STUDI KASUS KECELAKAAN KERJA AKIBAT GAS BERACUN
TAMBANG BAWAH TANAH
A. Kasus
Pertambangan adalah sektor pekerjaan yang paling berbahaya di
dunia. Berdasarkan data statistik dari Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral, selama tahun 2019 telah terjadi kecelakaan tambang yang berakibat
kematian sejumlah 24 jiwa, berat 105 pekerja dan ringan 28 pekerja.Tujuan
penelian adalah untuk mendapatkan gambaran factor predeposisi sebagai
penyebab langsung dan pengaruh sistem kerja yang menjadikan penyebab
kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja berkaitan dengan paparan gas
beracun tambang bawah tanah. Penelitian ini menggunakan metodologi
Systematic Literature Review (SLR) dimana sumber data diperoleh dari
“google scholar” dengan keywords pencarian ‘’ tahun publikasi dibatasi dari
tahun 2017 – 2022”. Dari kajian literatur faktor predeposisi yang terdiri dari
faktor usia,  pengalaman kerja, lokasi kerja dan bagian tubuh berpengaruh
terhadap kecelakaan kerja pada tenaga, faktor penilaian risiko menjadi faktor
yang paling penting diterapkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di
tempat kerja serta peran perusahaan berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan kerja.
ILO International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa
sekitar 2,3 juta wanita dan pria di seluruh dunia mengalami kecelakaan atau
penyakit akibat kerja setiap tahun; lebih dari 6000 kematian setiap hari. Di
seluruh dunia, ada sekitar 340 juta kecelakaan kerja dan 160 juta korban
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan setiap tahun. Perkiraan
kecelakaan kerja fatal di negaranegara CIS (The Commonwealth of
Independent States) adalah lebih dari 11.000 kasus (Situngkir, 2021). Beberapa
temuan utama dalam data statistik terbaru ILO tentang kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, dan kematian terkait pekerjaan di seluruh dunia meliputi yang
berikut: Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan menyebabkan kematian
paling banyak di antara pekerja. Zat berbahaya saja diperkirakan menyebabkan

19
20

651.279 kematian per tahun, Industri konstruksi memiliki tingkat kecelakaan


yang tercatat secara tidak proporsional, pekerja yang lebih muda dan lebih tua
sangat rentan (International Labour Organization (ILO), n.d.). Berdasarkan
data statistik dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, selama tahun
2019 telah terjadi kecelakaan tambang yang berakibat kematian dengan jumlah
24 jiwa, berat 105 pekerja dan ringan 28 pekerja (Direktorat Jendral Mineral
dan Batubara - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral , 2019).
Konstruksi, pertanian, dan pertambangan adalah sektor pekerjaan
yang paling berbahaya di dunia. Dari berbagai sektor pekerjaan, pertambangan
dianggap sebagai sumber pendapatan penting secara global. Investasi
pertambangan mendorong pembangunan ekonomi dengan secara langsung dan
tidak langsung menciptakan lapangan kerja, pembangunan sosial melalui
kampanye, dan peningkatan masyarakat secara keseluruhan, sehingga
berkontribusi pada pengurangan kemiskinan (Janjuhah, 2021). Indonesia di
kenal dengan cadangan sumber daya alam terbesar di dunia dan industri
pertambangan merupakan industri padat karya (Fernando, 2020).
Praktik penambangan menghasilkan banyak kondisi yang memiliki
konsekuensi besar pada keselamatan dan kesehatan manusia. Masalah
keselamatan dan kesehatan ini berasal dari faktor risiko biologis, kimia,
psikososial dan fisik. Toksisitas bahan kimia suatu zat adalah kemampuannya
untuk menyebabkan cedera sekali di dalam tubuh (Lu, 2010). Mode utama
masuknya bahan kimia ke dalam tubuh dalam industri adalah melalui inhalasi,
konsumsi dan penyerapan melalui kulit. Gas, uap, kabut, debu, asap dan
aerosol dapat dihirup dan mereka juga dapat mempengaruhi kulit, mata dan
selaput lendir. (Phillip Carson, 2002).
Dalam sebuah penelitian dari rentang tahun 2004-2009 terdapat
kecelakaan yang menimbulkan kematian sejumlah 822 orang di pertambangan
batu bara di Cina akibat ledakan gas (Li Xian-gong, 2009). Kejadian serupa
pernah terjadi di salah satu industri pertambangan di Indonesia. Seorang
karyawan subkontraktor PT.Freeport Indonesia di ketemukan meninggal dan
dua orang lagi bisa di selamatkan dilokasi tambang Big Gossan karena
menghirup gas beracun yang mengakibatkan area penambangan tersebut di
21

tutup untuk sementara waktu (www.antaranews.com, 2017).Kejadian lain di


tahun yang berbeda empat pekerja tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia
di Papua menghirup gas beracun di tambang bawah tanah perusahaan tersebut
seorang pekerja meninggal dan tiga pekerja lain hingga minggu (20/1) masih
dirawat di Rumah Sakit Tembagapura (Kompas, 2013).

Gambar 9. Lokasi Tambang Big Gossan


Hendri Monardi, karyawan subkontraktor PT Freeport Indonesia
tewas di lokasi tambang bawah tanah Big Gossan, Tembagapura, Rabu pukul
00.20 WIT. Korban meninggal diduga akibat menghirup gas beracun.
Kapolres Mimika AKBP Victor Dean Mackbon mengatakan selain
korban meninggal, di lokasi kejadian tepatnya Area Big Gossan Level 2640
Cross Cut 21 Under Ground juga ditemukan dua karyawan lainnya dalam
kondisi pingsan.
Adapun dua rekannya yang masih selamat atas nama Nofi Rizal
Fachrudhin S asal Ngawi, Jawa Timur dan Sri Giri Dino Haryanto asal
Lebak, Banten. Kondisi keduanya hingga kini masih stabil dan menjalani
perawatan intensif di RS SOS Tembagapura.
Terkait kejadian itu, aparat kepolisian setempat sudah meminta
keterangan dari sejumlah saksi dan akan segera melakukan olah tempat
kejadian perkara."Tim kami masih menunggu informasi lanjutan dari Tim
Departemen Underground PT Freeport apakah lokasi itu sudah steril untuk
dilakukan olah TKP. Untuk sementara waktu operasi tambang di area tersebut
22

dihentikan sementara. Sedangkan di area tambang bawah tanah lainnya masih


tetap beroperasi seperti biasa," jelas Victor.
Informasi yang dihimpun Antara di Timika, setelah menerima
laporan adanya karyawan yang jatuh di area Big Gossan Level 2640 Cross
Cut 21 Under Ground pada Rabu dini hari, Tim Emergency Response Group
PT Freeport bersama tim medis, tim Safety dan SRM langsung menuju ke
lokasi kejadian.
Pihak Rescue dan Crew Ventilasi melakukan pengujian kadar udara
di lokasi tersebut. Hasilnya menunjukan kadar gas CO melebihi ambang batas
yakni 1.500 PPM. Ambang batas maksimal yaitu 25 PPM.
B. Solusi
Sehubung dengan kurangnya pengawasan dan motivasi dalam
penggunaan alat pelindung diri serta tidak melaksanakan prosedur, tidak
menggunakan alat pelindung diri dan tidak adanya sosialisasi izin kerja. Kami
menyimpulkan solusi untuk kasus ini adalah:
1. Memberikan penyuluhan dan memberikan pengetahuan tentang seberapa
pentingnya apd bagi keselamatan kerja
2. Utamakan menggunakan apd yang sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku.
3. Memberikan sosialisasi tentang izin kerja
4. Selalu melakukan pengecekan ulang penggunaan apd sebelum memulai
pekerjaan.
5. Selalu waspada dan berhati-hati walaupun sudah menggunakan apd secara
lengkap
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dan upaya untuk melakukan
pekerjaan dengan aman sehingga penerapan keselamatan kerja yang baik
merupakan salah satu strategi untuk melindungi asset perusahaan (tenaga kerja,
dan properti).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor.08/Men/VII/2010 yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri
selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi
tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
B. Saran
Saran yang dapat kami simpulkan pada makalah ini adalah:
1. Dalam penyediaan alat pelindung diri selalu konsiten dan selalu menjaga
kondisi apd agar tetap layak digunakan para pekerja
2. Selalu memperhatikan dan menaati peraturan keselamatan kerja tentang
penggunaan apd saat bekerja.
3. Melakukan inspeksi secara rutin penerapan APD yang digunakan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Kartika Dyah Sertiya, and Yustinus Denny. "Analisis faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri." The
Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment 1.1
(2014): 24-36.
Putri, K. D. S., & Denny, Y. (2014). Analisis faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan menggunakan alat pelindung diri. The Indonesian Journal of
Occupational Safety, Health and Environment, 1(1), 24-36.
PUTRI, Kartika Dyah Sertiya; DENNY, Yustinus. Analisis faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri. The
Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment, 2014,
1.1: 24-36.
Budiak, Griffit J., A. J. Rattu, and Paul Kawatu. "Hubungan Antara Lama Kerja
dan Penggunaan Alat pelindung Diri dengan Kapasitas Vital Paru pada
Penambang Emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu Kecamatan
Dimembe." Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado 1 (2014): 1-7.

24

Anda mungkin juga menyukai