Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

KESELAMATAN KERJA DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2
dr. KARTIKA DAMAYANTI dr. NUR RAHMAWATI M.
dr. LAKSITA ARUNA PUTRI dr. PRAYOGA ADINAWER S
dr. LIA LARASWATI dr. PUTU SRI AGUNG P.K
dr. LUCIANA DEWI dr. RAHAYU LARASATI H
dr. MAIMUNAH RAHMAWATI dr. RATNA FITRIAH IKE S.N
dr. MARITA PURI YULI STIANA dr. TIKA GUSTIA SARASWATI
dr. MUHFLIKATUR RASYIDAH dr. TSULUTSI NABILLA S.
dr. NEFRIZAL WICAKSONO dr. VITO CAMBODIAWAN
dr. NIDA NABILA AKMAL dr. WENDY RACHMADHANY
dr. NINA FITRIANA dr. WIJI MULYANINGSIH
dr. NOOR ALIA SUSIANTI dr. YUDI FERIANDI

PELATIHAN BAGI DOKTER PERUSAHAAN


BALAI PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
YOGYAKARTA
SEPTEMBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME atas segala rahmar dan karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan perusahaan dengan aspek
keselamatan kerja dan penanggulangan bahaya kebakaran pada kunjungan ke PT Adi Satria
Abadi di Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta.

Kunjungan yang kami lakukan ini merupakan salah satu rangkaian acara dalam
pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi dokter perusahaan yang diselenggarakan oleh
Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi D.I. Yogyakarta. Kunjungan ini sekaligus
sebagai evaluasi peserta terhadap pelatihan yang telah diberikan pada hari-hari sebelumnya
sehingga dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menjadi dokter perusahaan.

Kami ucapkan terima kasih kepada para pengajar dan pembimbing dari Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi D.I. Yogyakarta dan jajaran direksi, manajemen,
dan para pekerja PT Adi Satria Abadi serta rekan-rekan sejawat pelatihan hiperkes yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Demikian laporan ini dibuat sehingga bisa
menjadi acuan dan referensi dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.

Yogyakarta, 15 September 2017

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya kemajuan di era globalisasi, tuntutan dalam
pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkemanusiaan semakin
meningkat. Dunia usaha tidak lagi hanya bergantung dari kuantitas produksinya,
namun juga memerlukan kualitas yang terbaik untuk bersaing secara sehat. Untuk
mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat,
selamat dan nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Berbagai
peraturan dan keputusan pemerintah nasional dan internasional telah dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan dunia akan sumber daya manusia yang berkualitas.
ILO (International Labour Organization) memaparkan bahwa, setiap tahun di
seluruh dunia, 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini,
354.000 mengalami kecelakaan fatal. Di samping itu, setiap tahun ada 270 juta
pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta orang yang terkena
penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja
ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan
kecelakaan dan penyakit penyakit akibat kerja setiap tahun leih dari USS 1,25
triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Indonesia sendiri telah begitu lama memiliki undang-undang yang melindungi
tenaga kerja, namun perkembangan maupun penerapannya dapat dikatakan sedikit
terhambat dan masih membutuhkan banyak dukungan. ILO pun juga mempunyai
pendapat yang sama bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan
dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun
juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tengah mengalami pertumbuhan
ekonomi maupun ketika tengah dilanda resesi.
Pada hari Jumat, 22 Januari 2016 telah dilakukan kunjungan ke salah satu
industri kulit di PT Adi Satria Abadi di daerah Kabupaten Bantul Provinsi D.I.
Yogyakarta. Dalam kunjungan tersebut ditemukan beberapa masalah dalam proses
kerja, dan dari data tersebut akan dilakukan analisis masalah yang selanjutnya
diupayakan alternatif pemecahan masalah.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor keselamatan dan kecelakaan kerja di PT Adi Satria
Abadi
b. Tujuan Khusus
i. Mengidentifikasi potensi bahaya mekanik di PT Adi Satria Abadi
ii. Mengidentifikasi potensi bahaya listrik di PT Adi Satria Abadi
iii. Mengidentifikasi potensi bahaya bahan kimia di PT Adi Satria Abadi
iv. Mengidentifikasi potensi bahaya kebakaran dan peledakan di PT Adi
Satria Abadi
v. Mengidentifikasi adanya APAR (Alat pemadam Api Ringan) di PT
Adi Satria Abadi
vi. Mengidentifikasi penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) di PT Adi
Satria Abadi
vii. Mengidentifikasi adanya organisasi K3 dan Unit Tanggap Darurat
C. Manfaat
a. Bagi Peserta Pelatihan
Memahami pelaksanaan kunjungan perusahaandengan melakukan
identifikasi bahaya potensial serta upaya pencegahan gangguan
padakeselamatandankesehatankerja dan mengetahui masalah yang
berhubungan dengan faktor yang tidak sesuai di lingkungan kerja dan akibat
yang ditimbulkannya
b. Bagi Perusahaan
Memperoleh informasi tentang bahaya potensial keselamatan dan
kesehatan kerja yang ditemukan di lingkungan kerja, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan efektivitas program
pencegahan bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja
c. Bagi Pekerja
Teridentifikasinya bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja
di lingkungan kerja PT Adi Satria Abadidan terhindarnya pekerja dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Keselamatan Kerja
2.1.Definisi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengelolaan, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1991).
Keselamatan kerja diatur dalam UU No 1 tahun 1970.

2.2.Tujuan Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah salah satu aspek yang amat penting dalam
perlindungan tenaga kerja dan merupakan tanggung jawab bersama setiap orang
dalam perusahaan. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien

2.3.Faktor Penyebab Kecelakaan


Sebuah kecelakaan kerja terjadi karena ada penyebabnya. Sebab terjadinya
kecelakaan kerja dapat diterangkan melalui beberapa teori. Teori yang pertama
adalah teori pure chance atau teori peluang murni. Teori ini menyatakan bahwa
terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh murni peluang semata. Teori ini
sudah tidak digunakan lagi saat ini dalam menjelaskan bagaimana kecelakaan
kerja dapat berlangsung.
Teori yang saat ini lebih banyak digunakan untuk menjelaskan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja adalah teori kombinasi antara dua faktor yaitu unsafe
act dan unsafe condition. Unsafe act atau perilaku tidak aman adalah pelanggaran
prosedur kerja yang dilakukan dengan sadar. Contoh unsafe act adalah bekerja
sambil makan atau bekerja sambil menelepon, atau membaca, bekerja tanpa
memilki surat ijin, bekerja tanpa melakukan evaluasi keamanan alat alat bekerja
tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri.
Unsafe condition adalah faktor lingkungan yang tidak aman. Sebagai contoh
adalah faktor fisik, hujan deras dan banjir bandang, gempa bumi dan tsunami,
angin badai; faktor kimia seperti semburan gas beracun, air tanah yang
mengandung kapur, dan tambang yang mengandung debu; faktor biologi seperti
penyakit yang terdapat pada hewan dapat menular ke manusia, nyamuk, lalat dan
larva cacing tambang. Selain itu juga terdapat faktor psikososial, ergonomi dan
finansial.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah
faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor
manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan
penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari suatu kecelakaan dilakukan
analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai berikut.
Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda
tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami
kecelakaan itu, seandainya ia mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan
oleh supervisor kepada segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah katrol
pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah faktor
manusia.
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan
dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat
disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat,
terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang
dipegang dengan tangan(manual), menginjak atau terbentur barang, luka bakar
oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang
menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi,
maupun di tempat datar.
Teori lain yang juga sering digunakan adalah teori Loss Control Model (Bird
and German, 1985) atau teori domino. Penyebab terjadinya kecelakaan
berdasarkan waktunya dapat dibagi menjadi tiga yaitu pre contact control
(sebelum), contact control (saat terjadi), dan post contact control (setelah terjadi).
Pre contact control terjadi akibat adanya tiga faktor, yaitu lemah kontrol, sebab
dasar, dan sebab langsung. Contact control dipengaruhi oleh subsitusi dan
minimisasi energi, barikade dan perbaikan objek. Post contact control ditandai
dengan melakukan rencana penanggulangan bahaya darurat.
Teori yang terbaru menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja hanya ada
satu yaitu faktor manajemen. Manajemen terdiri atas tiga level yaitu senior,
menengah dan dasar (floor). Manajemen senior berperan menentukn kebijakan
dan peraturan mengenai keselamatan kerja. Manajemen menengah berperan dalam
mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan keselamatan kerja. Level dasar
tentunya berperan dalam melaksanakan keselamatan kerja. Terjadinya kecelakaan
kerja dapat disebabkan oleh kurangnya komitmen dari manajemen senior,
lemahnya evaluasi dari manajemen menengah atau keselamatan kerja yang tidak
dilaksanakan oleh level dasar
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak
bisa dihindarkan (seperti bencana alam) , selain itu 24% dikarenakan lingkungan
atau peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan 73% dikarenakan perilaku yang
tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah
dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di
atas.
Berikut merupakan gambaran potensi berbagai kecelakaan kerja di berbagai
bidang usaha :
2.4.Ruang Lingkup
Ruang Lingkup keselamatan kerja diatur dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang mencakup :
1. Kebakaran
Pencegahan mengenai kebakaran diatur dalam peraturan Permenakertrans RI
No. Per. 04/MEN/1980 tentang syarat syarat pemasangan dan pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan; Permenaker RI No. Per. 02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik; Kepmenaker RI No.
Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja, Instruksi Menaker No. Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran. Penggunaan tanda warna khusus yaitu dengan
pewarnaan kontras atau kode khususuntuk objek penting seperti perlengkapan
alat pemadam kebakaran (Hydrant) maupun alat pemadam api sederhana (fire
extinguisher) juga penting untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan. Peta
petunjuk untuk setiap ruang atau unit kerja atau tempat yang strategis
misalnya dekat lift lampu darurat menuju exit door sangat membantu untuk
menunjukkan arah jalur evakuasi.
2. Instalasi Listrik
Instalasi listrik yang baik adalah dimana dalam bangunan bangunan gedung
yang ada, berpusat pada suatu sumber listrik yang sama. Akan tetapi pada
setiap bagian atau sektor (misalnya sektor produksi, sektor pengepakan) ada
sentral listrik pegendali sendiri. Kabel yang digunakan haruslah kabel khusus
yang kuat dan kedap air, serta tentunya mampu mentoleransi besar arus yang
melaluinya sehingga resiko untuk terjadinya hubungan pendek akibat
kerusakan kabel dapat diminimalisasi dari tenaga kerja yang lengah terhadap
resiko dan SOP.
3. Angka Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah situasi tidak terduga yang menimbulkan kerusakan
materi, kegagalan proses produksi, luka ahkan kematian. Proses terjadinya
kecelakaan terdiri dari 5 tahap, yaitu :
a. Lingkungan sosial
b. Kesalahan manusia
c. Pekerjaan yang kurang aman (termasuk faktor bahaya di lingkungan kerja)
d. Kecelakaan
e. Kerusakan dan Terluka
4. Struktur Konstruksi Gedung atau bangunan
Sebuah pabrik atau perusahaan hendaknya memiliki kualitas yang layak
seperti kriteria yang tercantum di bawah ini :
a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaaan.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan yang rata, tidak
licin dan bersih
c. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal kubik per karyawan
d. Dinding bersih dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
e. Langit - langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,5 meter
dari lantai.
f. Atap kuat dan tidak bocor
g. Luas jendela, kisi- kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya
minimal 1/6kali luas lantai
5. Alat Pelindung Diri
1) Pengertian
Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terkahir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila uasaha rekayasa
(engineering) dan pengendalian administrasi tidak dapat dilakukan dengan
baik. Namun pemakain APD bukanlah pengganti kedua usaha tersebut,
namun diandalkan sebagai usaha terakhir.
2) Kriteria APD
Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria : Hazard telah
diidentifikasi, APD yang diapkai sesuai dengan hazard yang dituju, adanya
bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya.
3) Dasar Hukum
Undang undang No 1 tahun 1970. Pasal 3 ayat (1) butir f dengan
peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk meberikan APD.
Pasal 9 ayat (1) butir c : pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru mengenai APD. Pasal 12
dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk menggunakan APD. Pasal 14 butir c : pengurus wajib menyediakan
APD secara cuma cuma.
Permenakertrans No Per 01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan Alat Pelindung Diri dan wajib bagi
tenaga kerja untuk menggunakannya dalam rangka pencegahan penyakit
akibat kerja. Permenakertrans No. Per. 03/MEN/1982 Pasal 2 butir 1
menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan
tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja. Permenakertrans No Per.
03/MEN/1982 pasal 2 ayat 2 menyebutkan tenaga kerja yang mengelola
pestisida harus memakai alat alat pelindung diriyang berupa pakaian
kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung
muka dan pelindung pernapasan.
4) Jenis jenis APD dan penggunaannya
a. APD Kepala
- Alat pelindung kepala, topi pelindung / pengaman (safety helmet)
untuk melindungi kepala dari benda keras, pukulan, dan benturan,
terjatuh dan terkena arus listrik.
- Tutup kepala untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosif,
uap-uap, panas/dingin
- Hats/ cap untuk melindungi kepala dari kotoran, debu atau
tangkapan mesin berputar.
b. APD muka dan mata
Fungsinya adalah untuk melindungi muka dan mata dari lemparan
benda-benda kecil, benda-benda panas, pengaruh cahaya, pengaruh
radiasi tertentu. Bahannya terbuat dari gelas/kaca biasa/plastik. Yang
terbaik adalah jenis gelas yang ditempa tidak menimbulkan bagian
bagian yang tajam. Bila dipasang frame maka tidak mudah lepas.
Adapun yang teruat dari plastik ada beberapa jenis tergantung bahan
dasarnya seperti : selulosa asetat, akrilik, poli karbonat.
c. APD Telinga
- Sumbat telinga (ear plug) : dapat mengurangi intensitas suara 10 -
15 dB
- Tutup telinga (ear muff) : dapat mengurangi intensitas suara 20-30
dB
- Ear Protector
Sumbat telinga yang baik akan menahan frekuensi tertentu saja,
sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu.
Kelemahannya adalah tidak tepat ukurannnya dengan lobang
telinga pemakai, kadang kadang lobang telinga kanan tak sama
dengan telinga kiri. Bahan sumbat telinga karet, plastik keras,
plastik lunak lilin maupun kapas. Yang disenangi adalah jenis karet
dan plastik lunak karena bisa menyesuaikan bentuk dengan lobang
telinga. Daya atenuasi (daya lindung) mencapai 25-30 dB. Adanya
kebocoran dari penggunaan APD ini dapat mengurangi atenuasi
hingga 15 dB. Sementara yang dari lilin, bias lilin murni dilapisi
kertas kapas. Kelemahannya : kurang nyaman , lekas kotor.
Sementara jika terbuat dari kapas maka daya atenuasinya paling
kecil antara 2-12 dB.
d. APD Kaki, Pakaian Pelindung Safety Belt
Safety Belt berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan
terjatuh, biasanya digunakan pada pekerja konstruksi serta tempat
tertutup dan boiler. Harus dapat menahan beban sebesar 80 kg. Jenis
penggantung unifilar penggantng berbentuk U gabungan penggantung
unifilar dan bentuk U. Selain itu terdapat penunjang dada (chest
harness), penunjang dada kombinasi dengan punggung (chest and
waist harsness), penunjang seluruh tubuh (full body harsness).
e. APD Pernapasan
Fungsi Alat Perlindungan Pernapasan :
- Memberikan perlindungan terhadap sumber sumer bahaya seperti
: kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel tertentu (debu,
kabut, asap, dan uap logam).
3. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja oleh karena Bahan Kimia
3.1.Bahan Kimia
Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau sintetis (non
herbal). Bahan kimia digunakan untuk menambahi atau menyempurnakan suatu
produk mentah menjadi produk jadi. Bahan kimia dibagi menjadi dua jenis yaitu
bahan kimia berbahaya dan bahan kimia tak berbahaya, tetapi umumnya bahan
kimia berbahaya bagi tubuh. Penggunaanya juga harus sesuai dosis atau takaran,
bila tidak sesuai dosis akan menyebabkan bahan kimia yang tadinya tidak
berbahaya akan menjadi berbahaya bahkan akan menyebabkan kerusakan,
membekas pada bagian tubuh,cacat, dan juga bisa menyebabkan kematian. Tidak
hanya itu saja, penyalahgunaanmya juga dapat menyebabkan ganguan pada tubuh
Bahan kimia berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan
debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi,
kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang
memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung
dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang.
3.2.Penggunaan Bahan Kimia
Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi
dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-
bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak,
pestisida, cat, deterjen, dan lain-lain. Industri kimia adalah industri yang ditandai
dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau
fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan
komposisi suatu zat.
2.Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan
kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas,
pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
3.Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan
pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh
industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan
perguruan tinggi.
Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap
harinya sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya
itu terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan
kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. Dengan demikian,
jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik
dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan
tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang
benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang
diakibatkannya.
3.3.Penggolongan Bahan Kimia
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk
memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum
bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya
sebagai berikut :
1.Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia
atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan,
lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk lewat
pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-
organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ
tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat
tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun
dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel epitel dan
keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan
apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Zat korosif dapat bereaksi
dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat
berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sensitive (jaringan menjadi amat
peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga
menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu
yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif amat
peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang
dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene
(TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas
dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas
cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif
dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram. Suatu bahan kimia
dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.
3.4.Penanganan Bahan Kimia Berbahaya
Beberapa cara dapat dilakukam dalam upaya mengenal bahan-bahan kimia
berbahaya. Cara yang sering dilakukan dalam mengenal bahan-bahan kimia
berbahaya adalah melalui pemahaman sifat-sifat fisik, kimia dan racun dari suatu
bahan. Pemahaman ini dimaksudkan untuk member kemudahan dalam
memperlakukan bahan-bahan secara aman. Akan tetapi mengingat banyaknya
bahan-bahan kimia yang digunakan, maka tidaklah mungkin kita dapat mengenali
seluruh sifat-sifat bahan kimia khususnya yang berhubungan dengan jenis bahan
yang dikandung.
Oleh karena itu informasi-informasi mengenai bahan kimia harus terdapat atau
terlampir pada tiap bahan kimia seperti:
1. Data bahan kimia
Data yang harus dimuat dalam bahan kimia secara umum meliputi: nama bahan,
penggunaan, uraian umum bahaya-bahaya, uraian umum tindakan pencegahan,
sifat-sifat rumus kimia, informasi mudah dibakar, informasi reaktifitas, informasi
bersifat racun, pengaruh paparan, informasi radiasi.
2. Bahya kesehatan
Bahaya terhadap kesehatan dapat berasal dari dua sebab yakni sifat alamiah zat
toksik dan pengeluaran zat toksik akibat pemanasan atau penguraian, tingkat
bahaya terhadap kesehatan diberi angka 0 ( tidak berbahaya) sampai 4 (amat
berbahaya).
3. Tabel informasi bahan kimia berbahaya
Informasi yang perlu dicantumkan antara lain :
a. Nilai Ambang Batas (NAB)
b. Daerah konsentrasi mudah terbakar yang dibatasi oleh LFL dan UFL
c. Titik nyala ( flash point)
d. Titik bakar (ignition point)
e. Titik didih (boiling point)
f. Tingkat bahaya NFPA, yakni meliputi bahaya terhadap kesehatan, mudah
terbakar dan reaktifitas
4. Tanda label-label bahan berbahaya
Seharusnya tiap wadah dari bahan kimia diberikan label sesuai potensi bahaya
yang ditimbulkan.
5. Pemasangan label dan tanda
Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisam-tulisan
peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan yang sangat
penting. Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja biasanya
mempraktekkan usaha keselamatan kerja secara baik.
6. Penyimpanan bahan kimia berbahaya
Bahan kimia berbahaya harus disimpan dengan cara yang baik untuk mencegah
kemungkinan terjadinya bahaya. Penyimpanan yang tepat menjamim agar bahan
kimia tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan laim yang disimpan bersamaan.
Berikut contoh cara penyimpanan bahan kimia berbahaya:
a. Bahan-bahan beracun
- Wadah bahan-bahan beracun dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kebocoran
- Uap bahan beracun dapat masuk melalui udara, oleh karena itu perlu ruangan
dengan pertukaran udara yang baik
- Panas dapat mengakibatkan penguraian, maka perlu tempat penyimpanan yang
sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung
b. Bahan-bahan korosif
- Bahan-bahan korisif antara lain asam klorida dan asam nitrat. Bahan kimia
tersebut dapat merusak wadah penyimpanan dan bocor keluar atau menguap ke
udara
- Daerah penyimpanan bahan korosif harus terpisah dari bagian bangunan lain
dengan dinding dan lantai serta disertai perlengkapan untuk penyaluran tumpahan,
lantai harus tahan bahan korosif
7. Pengangkutan bahan kimia berbahaya
Keamanan pengangkutan bahan-bahanberbahaya merupakan hal yang sangat
penting. Dalam hal pengangkutan bahan-bahan berbahaya bahaya utamanya
adalah terjadinya kebakaran dan peledaan. Contoh pada pengangkutan yang
menggunakan kapal,berbagai faktor yang harus diperhatikan, misalnya pengaturan
muatan secara keseluruham, pengaruh gerakan kapal dalam cuaca buruk,
pengaruh kelembaban dan perubahan suhu. Beberapa bahan kimia berbahaya
hanya boleh ditempatkan di atas dek, sedangkan lainnya di bawah dek dan jauh
dari tempat oang dan bahan makanan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan : PT Adi Satria Abadi
2. Jenis Perusahaan : Perusahaan penyamakan kulit
3. Alamat Perusahaan : Desa Banyakan II, Kecamatan Piyungan, Bantul, Yogyakarta
4. Jumlah Tenaga Kerja : 230 pekerja (196 orang laki-laki dan 34 orang perempuan)
5. Tanggal Kunjungan : 15 September 2017

PROSES PRODUKSI
1. Bahan yang diperlukan :
a. Bahan Baku : Kulit Kambing, Kulit Domba yang dipasok dari :
i. Lokal : Jawa Timur, Jawa Barat dan Rembang.
ii. Impor : Kenya, Nigeria, Etiopia
b. Bahan Tambahan : Digunakan untuk proses kulit dan pewarnaan kulit
i. NaCl (Garam)
ii. Soda Kue
iii. Sodium Asetat
iv. Pro Enzim
v. Kromosal B
vi. Sodium Sulfat
vii. Prevantol (Anti Jamur)
viii. Bedak
ix. Pewarna (sesuai permintaan costumer. Hitam, biru, cokelat, merah, dll)
2. Mesin / Peralatan Kerja yang digunakan :
a. Drum Kayu
b. Mesin Shaving
c. Mesin Setter
d. Drum
e. Batu milling
f. Mesin staking
g. Mesin buffing
h. Toggle
i. Mesin polish
j. Mesinukur
k. Mesin packaging

3. Proses Produksi : Proses produksi mulai dari kulit datang sampai packaging
memakan waktu 30 hari (1 siklus)

Kulit kambing dan domba dalam bentuk pickled masuk ke


GUDANG BAHAN UTAMA

KESREK
Proses menghilangkan sisa daging pada kulit

TANNING
Proses pencampuran bahan kimia untuk melemaskan kulit.
selama 3 hari

SORTING
Proses mensortir kualitas kulit berdasarkan corak yang
terdapat pada kulit akibat kutu, dan perilaku hewan pada
saat hidup.

SHAVING
Proses untuk mengatur ketebalan kulit berdasarkan
permintaan konsumen.
Selama 1-2 hari

TRIMMING
Proses merapikan sisi kulit dengan gunting

DYING
Proses pewarnaan sesuai permintaan konsumen
Selama 2 hari

ENZYN SETTER
Proses pemerasan dan mengoptimalkan luas kulit

HUNGING
Proses pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari
atau blower (jika cuaca buruk)
Selama 1 hari
MILLING
Proses pelemasan kulit dengan memukul kulit dengan
bola.
Selama 20 menit

TRIMMING
Proses merapikan sisi kulit dengan gunting

STACKING

BUFFING POLISH
Proses meratakan bagian luar kulit. Proses meratakan, menghaluskan dan
mengkilapkan bagian dalam kulit

TOGLING
Proses merentankan meng oven kulit dengan suhu 50-
60o C selama 5 menit untuk mendapatkan luas
optimal dan mencegah kerutan pada kulit.

GUDANG FINISHING
Pengukuran
Proses pengukuran lembar kulit dengan mesin otomatis.
Packing
Proses mengemas kulit berdasarkan kualitas kulit

SPRAY
Proses untuk meningkatkan kualitas kulit dan dilakukan
hanya sesuai permintaan konsumen.
4. Barang yang dihasilkan :
a. Produk Utama : Kulit kambing dan domba untuk bahan baku pembuatan
sarung tangan golf.
b. Bahan Sampingan : Kulit kambing dan domba untuk bahan baku pembuatan
sarung tangan kerja
Chamois untuk bahan baku pembuatan kanebo
5. Limbah :
a. Cair : Sisa limbah cair yang dihasilkan selama proses produksi akan di
alirkan dan di proses di Instalasi Produksi Air dan Limbah (IPAL). Proses ini
dilakukan penyaringan zat dan bahan padat yang terkandung, sehingga
terbentuk endapan yang nantinya masuk ke limbah padat dan limbah cair yang
yang lebih bersih. Setelah terurai, air akan dialirkan kesungai sebagai tempat
pembuangan akhir.
b. Padat : Sisa bahan setelah penyamakan (serbuk bekas kulit), endapan dari
limbah cair, dan sampah rumah tangga tersimpan di TPS. Sebulan sekali
limbah tersebut akan diambil dan dibuang ke daerah Cileungsi, Bogor.

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA KECELAKAAN KERJA


1. BAHAYA MEKANIK
1. Potensi bahaya : Benda yang dapat melukai
A. Sumber bahaya : mesin staking tajam ditempat kerja yang bisa melukai tangan pekerja
Pengendalian yang sudah dilakukan : pemakaian sarung tangan ketika sedang bekerja

2. Potensi bahaya : Benda yang dapat memperangkap


A. Sumber bahaya : mesin shaving
Pengendalian yang sudah dilakukan : pemakaian sarung tangan ketika sedang bekerja

3. Potensi bahaya : benda dapat membentur


A. Sumber bahaya : tidak adanya tanda peringatan disekitar lift penurun barang sehingga
dapat membahayakan orang yang berada disekitarnya.
Pengendalian yang sudah dilakukan : tidak ada
Pengendalian yang harus dilakukan : pemasangan tulisan tanda peringatan hati-hati di
area sekitar lift penurunan barang, pemakaian helm

4. Potensi bahaya : jatuh dari ketinggian sama


A. Sumber bahaya : lantai yang basah dan licin yang menyebabkan terjatuh
Pengendalian yang sudah dilakukan : pengkondisian lantai agar lebih kering, dan
tersediaanya sepatu safety (sepatu boots)
B. Sumber bahaya : kabel yang tidak tertata yang bisa menyebabkan pekerja tersandung
Pengendalian yang sudah dilakukan : belum ada
Pengendalian yang harus dilakukan : penataan kabel agar lebih rapih dan tidak
mengganggu saat berjalan
5. Potensi bahaya : jatuh dari ketinggian yang berbeda
A. Sumber bahaya : tangga tidak ergonomis terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari
bahan logam dengan ada yang tanpa pegangan tangan yang bisa menyebabkan terjatuh.
Pengendalian yang sudah dilakukan : belum ada
Pengendalian yang harus dilakukan :penggantian tangga yang lebih aman
6. Potensi bahaya : masalah kebisingan ditempat kerja yang dapat mengganggu
pendengaran.
Sumber bahaya : bising yang berasal dari mesin
Pengendalian yang sudah dilakukan : pemakaian penutup telinga (ear plug)
Pengendalian yang harus dilakukan : pemakaian ear plug, ear muff (penutup telinga)

7. Potensi bahaya : masalah getaran yang berasal dari mesin.


Sumber bahaya : getaran yang berasal dari mesin staking
Pengendalian yang sudah dilakukan : pemakaian sarung tangan

8. Masalah penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang kurang disiplin dan kurang
memadai bisa membahayakan diri sendiri pada saat bekerja.
Pengendalian yang harus dilakukan : memperketat regulasi pemakaian APD dan
memperbaiki APD perusahaan.

2. BAHAYA LISTRIK

Potensi Bahaya Jenis Potensi Bahaya Sumber Bahaya Pengendalian yang


sudah dilakukan
Bahaya sentuh
- Sentuh Kesetrum Posisi kabel yang Kabel terlapisi bahan
langsung kurang rapi isolator
- Sentuh tidak Kesetrum dan Rol kabel yang -
langsung meledak terlalu banyak stop
kontak T untuk
charge
Bahaya hubungan Kebakaran Kabel rusak Di bungkus dengan
pendek perekat warna hitam
3. BAHAYA BAHAN KIMIA

Potensi Bahaya Jenis Potensi Bahaya Sumber Bahaya Pengendalian yang


sudah dilakukan
Bahan iritatif Iritasi kulit dan mata, Sodium hidroxida Disimpan di dalam
menyebabkan iritasi dekat dengan sumber karung, pakai sarung
membran mukosa listrik tangan, masker
saluran pernafasan
Bahan reaktif dan Kulit melepuh,iritasi Formalin di kulit Pegawai memakai
korosif mata dan saluran kambing masker dan sarung
nafas, muntah, diare, tangan
karsinogenik
terhadap paru-paru
Bahan Flamable Kebakaran tempat Sodium asetet, Dijauhkan dari
kerja, iritasi kulit, Formic acid di sumber api, terdapat
mata dan saluran simpan di ruang tanda mudah
pernafasan kurang dingin terbakar, masker

4. BAHAYA KEBAKARAN DAN PELEDAKAN

Potensi Pengendalian yang sudah


Jenis Potensi Bahaya Sumber Bahaya
Bahaya dilakukan
A Bahan Kebakaran 1. Bahan Kimia 1. Penempatan dan
mudah - Formic acid 94% Handling yang baik
terbakar - Amonia 2. Memasang tanda / logo
dan - Bahan bakar minyak "mudah terbakar"
Meledak - Limbah B3 (Bahan 3. pemberian keterangan
Berbahaya Beracun) "dilarang merokok"
- Pellan 802 disemua ruangan dan
- LW-78-344 memberikan sanksi
2. Kayu yang tegas bila melanggar
-atap bangunan yang 4. Exhaust fan sesuai
terbuat dari standar
anyaman rotan/bambu 5. pengadaan hydrant yang
-Lantai dan dinding baik sesuai standar
terbuat dari kayu 6. Reduksi, penyimpanan,
- alat tanning terbuat pengumpulan,
dari kayu pengangkutan,
3. Kulit pemanfaatan,pengolahan,
4. Sampah dan
penimbunan
7. Isolasi ruangan dan
pengecekan tempat
penyimpanan bahan bakar
(solar, bensin) secara
berkala sesuai SOP
8. pemakaian APD pada
seluruh karyawan sesuai
dengan SOP
Ledakan Bahan Kimia 1. Penempatan dan
- LW-78-344 Handling yang baik
2. Memasang tanda / logo
"mudah meledak"
3. pemberian keterangan
"dilarang merokok"
disemua ruangan dan
memberikan sanksi
yang tegas bila melanggar
7. Isolasi ruangan dan
pengecekan tempat
penyimpanan bahan bakar
(solar, bensin) secara
berkala sesuai SOP
B. Sumber - Kebakaran dan - Oven 1. exhaust fan sesuai
energy Ledakan - listrik konslet standar
- Mesin produksi 2. pemberian tanda
- Travo "tegangan tinggi
3. pagar pembatas
4. pemeriksaan kabel-kabel
listrik secara berkala
5. Penyediaan APAR
B Alat atau - Ledakan - Mesin Spray 1. Penggunaan sesuai SOP
mesin - Mesin pemanasan 2. Penyediaaan APAR
dengan - Mesin dying
tekanan
tinggi

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)


Jenis Jumlah Penempatan Pemeriksa Keterangan
Ruangan Jumlah an
Dry Chemical 8/22 1. R. bahan baku 1 Quality - Alat di letakkan
Powder(CO2) 2. R. Shavung 1 Control pada posisi yang
3. R. Stacking 2 dilakukan 6 cukup strategis
4. R toggling 1 bulan dan mudah di
5. R. Finishing 1 sekali. jangkau sekitar
6. Pintu masuk 1 15 meter antara
7. R. Limbah 1 Expired satu alat dengan
padat Date sekitar yang lain.
bulan - Tidak semua
Februari tabung APAR
2018 CO2 dapat
dilihat. Selain
yang disebutkan,
berada di lantai
atas gedung
perusahaan dan
tidak di
kunjungi.
- Segel utuh
- Warna tabung
jelas terlihat.

Alat pemadam api ringan (fire extinguisher) yang biasa disingkat dengan APAR
adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil.
Pada umumnya APAR berentuk tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang
bertekanan tinggi. Dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3), APAR merupakan
peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh setiap perusahaan dalam mencegah terjadinya
kebarakan yang dapat mengancam keselamatan kerja dan aset perusahaan.

Dalam hal penggunaan APAR, PT Adi Satria Abadi mengunakan APAR jenis serbuk
kimia (dry chemical powder) terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari
mono-ammonium dan ammonium sulfta. APAR jenis ini tidak disarankan untuk digunakan
dalam industri karena akan mengotori dan merusak peralatan.
APAR yang tercatat dalam perusahaan ini berjumlah 22 tetapi yang dapat terlihat
hanya 8 buah.

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

No. LOKASI POTENSI APD YANG APD YANG PEMAKAIAN


BAHAYA DIPERLUKAN DISEDIAKAN

1. Ruang Fisika Masker,sarung Masker, sarung Hanya sebagian


bahan baku (Mekanik), tangan lateks, tangan yang memakai
Bau, Biologis head cap APD
(parasit, jamur),
ergonomis

2. Tanning Fisika Masker, sarung Masker, sarung Hanya sebagian


(Mekanik, tangan lateks, tangan, apron, yang memakai
lantai licin, earmuff, helm, dan kapas APD
Bising), Kimia apron, baju kerja
(Bahan kimia khusus, sepatu
berbahaya), safety
ergonomis
(angkat-angkut
dan posisi
pengoperasian
mesin)

3. Enzym Fisika Masker Khusus, Masker dan Hanya sebagian


Setter (Mekanik, head cap, sarung kapas yang memakai
Bising), Kimia tangan kain APD
(Debu), pelindung,
ergonomis earmuff, dan
(posisi kerja google
berdiri)

4. Shaving Fisika Masker khusus, Masker, sarung Hanya sebagian


(Mekanik, head cap, sarung tangan kain, dan yang memakai
Bising, tangan kain, kapas APD
flame/percikan apron, ear muff,
api), Biologis dan kacamata
(Debu),
ergonomis
No. LOKASI POTENSI APD YANG APD YANG PEMAKAIAN
BAHAYA DIPERLUKAN DISEDIAKAN

5. Pewarnaan/ Bahan kimia Masker, apron, Masker, apron, Hanya sebagian


Dyeing berbahaya dan sarung tangan sarung tangan yang memakai
bau/uap zat karet, google, kain, sepatu APD
kimia, zat sepatu safety safety
mudah terbakar

6. Hanging bising, zat Masker, sarung Masker, sarung Hanya sebagian


kimia pada tangan, ear tangan kain, dan yang memakai
kulit, plug/ear muff, kapas APD
ergonomis kacamata.

7. Miling Mekanik, Masker, sarung Masker dan Hanya sebagian


Bising, Zat tangan, sepatu sarung tangan yang memakai
kimia pada safety, ear kain, dan kapas APD
kulit, plug/ear muff
ergonomis

8. Stacking Fisika (Jatuhan Masker, sarung Masker, sarung Hanya sebagian


benda dan tangan kain, dan tangan kain yang memakai
Panas), Kimia safety shoes APD
ergonomis

9. Polis/amplas Debu, Mekanik, Masker N95, Masker kain Hanya sebagian


Panas, bising, head cap, sarung modifikasi, yang memakai
ergonomis tangan khusus, sarung tangan APD
ear plug, kain modifikasi,
kacamata dan kapas

10. Toggling Fisika (Jatuhan Masker, sarung Masker, sarung Hanya sebagian
benda dan tangan, helm, tangan kain, yang memakai
Panas), apron, kacamata, apron APD
mekanik, sepatu safety
ergonomis

11 Spraying Fisika (Iklim Masker khusus Masker, sarung Hanya sebagian


kerja panas dan dengan filter, tangan kain, yang memakai
lembab, sarung tangan apron APD
Bising), Kimia lateks, apron,
(Uap dan kacamata, sepatu
penyimpanan safety
yang tidak
beraturan.
No. LOKASI POTENSI APD YANG APD YANG PEMAKAIAN
BAHAYA DIPERLUKAN DISEDIAKAN

11. Pengukuran Ergonomis sarung tangan Masker, sarung Hanya sebagian


kulit dan tangan yang memakai
packing APD

ORGANISASI K3
Organisasi Program Keterangan
P2K3 Job Safety Analysis Tidak Ada, Belum ada tim P2K3 (masih dalam
proses di Disnaker dan hanya memiliki 1 orang
ahli K3 Kimia)
Evaluasi SOP Ada, Sesuai dengan kebutuhan perusahaan namun
jarang dilaksanakan dan tidak setiap tahun
dievaluasi
Identifikasi Potensi Ada, namun tidak komprehensif dan hanya
Bahaya dilakukan apabila ada kunjungan mahasiswa PKL
(hanya kebisingan saja). Bahaya kebakaran
dilakukan melalui bantuan Dinas Pemadam
Kebakaran saat pelatihan pemadam kebakaran
Pengujian Lingkungan Ada, namun tidak komprehensif dan hanya
Kerja dilakukan apabila ada kunjungan mahasiswa PKL
(hanya kebisingan saja)
Pengujian Keselamatan Dahulu pernah dilakukan dengan balai hiperkes
Kerja
Unit Penanggulangan
Tanggap Kebakaran :
Darurat Identifikasi Potensi Ada, dibantu oleh Dinas Pemadam Kebakaran
Bahaya Kebakaran
Regu Pemadam Tidak ada, namun telah dilatih 1 orang di setiap
Kebakaran unit produksi.
APAR Di setiap bagian Gedung terdapat minimal 1, total
22 Unit APAR. Kadaluarsa pada Februari-Maret
2018, sebagian besar dilakukan pengecekan 1
tahun sekali, terdapat beberapa APAR yang tidak
dilakukan pengecekan berkala, terdapat APAR
yang overcharge dan undercharge (jarum kuning
penunjuk tekanan berada di luar area hijau pada
manometer APAR), diperiksa oleh perusahaan
pihak ketiga (CV Wahana Tunggal) setahun sekali.
Alat Pemadam APAR dengan isi dry chemical
Kebakaran Tidak Ada
-Hydrant System Tidak Ada
-Sprinkler
Organisasi Program Keterangan
Sistem Alarm Tidak ada
Kebakaran : Tidak ada
-Alarm Otomatis Tidak ada
-Alat Deteksi Api Dini
-Ruang Panel
Kebakaran
Jalur Evakuasi Ada, terdapat tanda penunjuk arah evakuasi namun
jumlahnya masih kurang dan belum menggunakan
tanda yang bersifat fluorescent.
Tanda evakuasi mengarah menuju Lorong utama
(2 lorong) menuju Assembly Point (Titik
Berkumpul)
Assembly Point Area lapangan yang terletak di Depan masjid dan
depan gedung pabrik dengan luas + 500m2

DATA KECELAKAAN KERJA

Sepanjang tahun 2017 (Januari s.d September) dilaporkan terdapat tiga kasus
kecelakaan kerja yang bersifat minor berupa tergoresnya punggung tangan pekerja oleh
mesin pada proses shaving.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. Terdapat potensi bahaya kecelakaan kerja pada aspek bahaya Fisika, Kima, Biologis, dan
Ergonomis yang tidak dilakukan identifikasi secara berkala dan komprehensif.
2. Perusahaan sudah mengatur Penggunaan APD, tetapi perlu ditingkatkan lagi pada aspek
kesesuaian APD dengan bahaya potensial serta didukung kesadaran masing masing
individu pekerja yang masih perlu ditingkatkan pula.
3. Sistem penyediaan dan penggunaan APAR cukup baik
4. Tim P2K3 belum terbentuk
5. Unit tanggap darurat bahaya kebakaran belum ada secara khusus.
6. Hanya terdapat alat pemadam kebakaran APAR, tidak terdapat Hydrant System, dan tidak
ada sistem alarm kebakaran otomatis.

SARAN
1. Melakukan identifikasi secara berkala dan komprehensif terhadap potensi bahaya
kecelakaan kerja pada aspek bahaya Fisika, Kima, Biologis, dan Ergonomis
2. Meningkatkan jenis dan kesesuaian APD dengan bahaya potensial yang terdapat di
Perusahaan dan meningkatkan kesadaran masing masing individu pekerja terhadap
penggunaan APD terutama pada unit dengan bahaya potensial tinggi
3. Sistem penyediaan dan penggunaan APAR lebih ditingkatkan baik jumlahnya sesuai
dengan standar Permenaker No PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat pemasangan
dan pemeliharaan APAR.
4. Segera membentuk tim P2K3
5. Membentuk Unit tanggap darurat bahaya kebakaran secara khusus dan melakukan
pelatihan berkala.
6. Membangun instalasi Hydrant System dan menyediakan sistem alarm kebakaran
otomatis.

Anda mungkin juga menyukai