Disusun oleh:
Kelompok 1
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
BAB III HASIL
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami pujikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalh ini yang tepat
pada waktunya yang berjudul “LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN POTENSI
BAHAYA FAKTOR FISIK DAN KIMIA DI PABRIK CAMBRIC GABUNGAN KOPERASI
BATIK INDONESIA”.
Makalah ini merupakan tugas akhir untuk pelatihan HIPERKES dan Kesalamatan Kerja
bagi dokter perusahaan yang berlangsung selama 6 (enam) hari (17 – 22 Okober 2016), makalah
ini berisikan tentang hasil observasi dan analisa kami saat berkunjung ke PC GKBI berdasarkan
peraturan dan standar yang berlaku di Indonesia.
Kunjungan yang kami lakukan ini merupakan salah satu rangkaian dalam acara Pelatihan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi Dokter Perusahaan yang diselenggarakan oleh Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja DI Yogyakarta. Kunjungan ini sekaligus sebagai evalasi peserta
terhadap pelatihan yang diberikan pada hari-hari sebelumnya sehingga dapat dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menjadi dokter perusahaan atau instansi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dai semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada para pengajar dan pembimbing dari Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja DI Yogyakarta, seluruh jajaran direksi dan karyawan Pabrik
Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia serta rekan-rekan sejawat pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Demikian laporan ini
dibuat sehingga bias menjadi acuan dan referensi dalam penerapan kesehatan dan keselamatan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini,
persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar regional, nasional, maupun
internasional dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Industrialisasi tidak
terlepas dari SDM yang dimana setiap mausia diharapkan dapat menjadi sumber daya yang
siap pakai dan mampu membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang
diinginkan.
Pada dasarnya kekuatan perusahaan tergantung orang-orang dalam perusahaan
tersebut, apabila tenaga kerja yang ada dalam perusahaan tersebut sesuai dengan yang
diperlukan perusahaan maka pencapaian hasil produksi perusahaan tersebut juga akan
memuaskan. Dari uraian tersebut sangat jelas bahwa sumber daya manusia sangat penting
dan utama dalam proses produksi dan pencapaian tujuan perusahaan tersebut.
Proses terhentinya atau berkurangnya pencapaian tujuan dari perusahaan tersebut
karean adanya hambatan atau masalah-masalah yang muncul dalam perusahaan tersebut.
Masalah yang sering muncul dalam proses produksi atau yang lain adanya faktor-faktor
tertentu antara lain adalah factor-faktor fisik dan kimia dalam keselamatan dan kesehatan
kerja, sehingga menyebabkan terhentinya atau terhambatnya proses produksi.
Keselamatan dan kecelakaan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan, karena dampak dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan banyak
menimbulkan kerugian bai karyawan dan perusahaan. Terdapat beberapa pengertian tentang
keselamatan kerja dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja
dengan mesin atau alat yang digunakan dan interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.
Berdasarkan haltersebut maka perlu dilakukan pengkajian terhadap berbagai factor
fisik maupun kimia di Pabrik Cambric Fabungan Koperasi Batik Indonesia, yang berpotensi
menimbulkan bahaya serta usaha-usaha yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi
permasalahan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrument yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan (Suma’murr, 1988). Di masa lalu, kecelakaan dan
gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai bagian tak terhindarkan dari
produksi. Saat ini telah ada berbagai standar hokum nasional dan internasional
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja. Stadar-
standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas antara pengusaha/pengurus, pekerja,
dan pemerintah bahwa keselmatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang wajib
diperhatikan. (ILO, 213)
Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah para tenaga kerja pada khususnya serta manusia pada umumnya.
Hasil karya dan budaya ini bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur.
Menurut Suma’mur, keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja
di perusahaan yang bersangkutan.
Simanjuntak mendefinisikan keselamatan kerja sebagai kondsi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan, dimana kita bekerja mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dankondisi pekerja.
Mathis dan Jackson menyatakan bahwa keselmatan adalah hal yang merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahtaraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Sedangkan kesehatan adalah hal-hal yang mengarah pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
2. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker,
1999:4). Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atas kerugian
terhadap proses (Didi Sugandi, 2003:171).
1. Faktor manusia
Diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan.
Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau decibel ini dapat ditentukan
apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan
seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima/dikehendaki atau tidak
dikehendaki/bising.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat
lingkungan kerja yang bising ini, maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga
juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga
karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus
menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja
cendeerung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat
dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau
memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan
sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB. Tetapi penggunaan
penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa
terganggu dengan adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap
mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya
mau memakainya.
Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya lampu neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lamu biasa.
Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa
sehingga tidak langsung mengeani bidang yang mengkilap.
Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela
yang langsung memasukkan sinar matahari
Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap
Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalag oleh bayangan suatu
benda.
3. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energy melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik maupun cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita seperti
televise, lampu pnerangan, alat pemanas makanan (microwave dan oven), komputer, dan
lain-lain
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic da sel somatik. Bila sel yang
mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan
diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetic atau pewarisan. Apabila sel
ini adalah sel somatic maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relative lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh
dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah data
meningkatan resiko kanker atau efek pewarisan yang secara statistic dapat dideteksi pada
suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu. Radiasi
inframerah dapat menyebabkan katarak sedangkan laser dapat menyebabkan kerusakan
pada mata dan kulit.
4. Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating), yang memantul ke atas dank e
bawah atau ke belakang dan ke depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh
negative terhadap semua atau sebagian dari tubuh, misalnya saat memegang peralatan
yang bergetar sering mempengaruhi tangan dan lengan pengguna dan menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah ,aupun sirkulasi di tangan. Sebaliknya mengemudi
traktor di jala bergelombang dengan kursi yang dirancang kurang sesuai sehingga
menimbulkan getaran ke seluruh tubuh, dapat mengakibatkan nyeri punggung bagia
bawah.
Getaran dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang disekitarnya
misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan getaran yang mempengaruhi
pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan mesin tersebut dan bias
menyebabkan nyeri serta keram otot.
Ada 2 jenis vibrasi pada manusia yaitu whole bodyvibration dan hand arm vibration.
WBV ditransmisikan ke tubuh melalui permukaan penyangga (kaki, pantat, punggung)
sperti pengemudi kendaraan yang kaan terpapar vibrasi melalui pantat atau punggung.
Sedangkan HAV ditransmisikan ke telapak tangan dan lengan, yang biasanya dialami
operator alat-alat getar.
Getaran mempunyai parameteryang hapir sama dengan bising seperti; frekuensi,
amplitude, lama pajanan dan sifat getaran yang terus menerus atau intermitten. Metode
kerja dan keterampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang
berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool yang berasosiasi dengan gejala
gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai Raynaud’s Phenomenon atau vibration
induced white fingers (VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi
efek negative pada system saraf dan system muskuloskeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkraman dan sakit tulang belakang. Contohnya seperti Loaders, forklift
truck, pneumatic tools, danchain saw. Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar
kecilnya frekuensi yang mengeanai tubuh diantaranya :
3 - 9 Hz : dapat menimbulakn resonanasi pada dada dan perut
6 – 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian O2 dan volume perdenyut akan sedikit berubah. Pada intesitas 1,2
gram terlihat banyak perubahan pada system peredaran darah
10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
berosonansi
13 – 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi
< 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang perhatian.
Penting untuk mengukur getaran pada mannusia secara akurat sehingga suatu assesment
dapat dibuat. Accelerometer pun sebaiknya dipilih yag berbenttuk kecil dan ringan agar
vibrasi yang sedang diukur tidak terganggu oleh keberadaanya dan tidak menghalangi
operator dalam menjalankan alat. Pengukuran ini diusahakan sedekat mungkin dengan
titik atau daerah dimana getaran ditransmisikan ke tubuh.
Nilai ambang batas untuk WBV berdasarkan perturan menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 13 tahun 2011 tetang nilai ambang batas factor fisik dan factor kimi
ditempat kerja sebesar 0,5m/det2, sedangkan nilai mabang batas untuk HAV 4m/det2.
Banyak Hal yang bisa dilakukan untuk mengendalikan getaran pada sumbernya seperti:
5. Iklim Kerja
Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal dapat memperlambat
pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alasan
pentingnya mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban di tempat
kerja. Faktor-faktor ini secara signifikan dapat berpengaruh pada efisiensi dan
produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di ruangan tempat kerja
membantu untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi pajanan
bahan kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat:
ISBB dapat diukur dengan menggunakan heat stress aparatures yaitu alat
ukur yang dapat mengukur ISBB secara otomatis, dan dapat juga dengan
menggunakan termometer manual yang terdiri dari 3 termometer yaitu termometer
suhu basah, termometer suhu kering dan termometer suhu bola. Untuk termometer
manual nilai ISBB didapatkan dengan menggunakan rumus berikut ini:
Beban kerja setiap jam ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)
Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus- 30,0 26,7 25
menerus (8
jam/hari)
75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
Nilai ambang batas untuk iklim kerja dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
beban kerja yaitu:
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kkal/jam
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350
kkal/jam
- Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
kkal/jam
b. Dampak Iklim Kerja Panas
Tekanan panas dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia antara lain
seperti heat exhaustion, heat cramps, heat rash, fainting, transient heat fatique dan yang
paling buruk dapat menyebabkan kematian yaitu heat stroke. Pekerja yang sedang hamil
dan terpapar panas, apabila suhu inti tubuhnya mencapai lebih dari 39ºC, dapat
menyebabkan kecacatan pada bayinya. Selain itu, suhu tubuh lebih dari 38ºC dapat
mengakibatkan kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Penjelasan dari beberapa efek
heat stress di atas antara lain sebagai berikut:
Heat stroke
Adalah efek heat stress yang paling berat. Hal ini terjadi karena sistem pengatur
suhu tubuh (thermoregulatory) tidak mampu mempertahankan suhu tubuh
dengan mengeluarkan keringat (keringat terhenti). Gejala dari penyakit ini adalah
detak jantung cepat, suhu tubuh naik secara dramatis mencapai 40ºC atau lebih,
panas, kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, tidak ada keringat di
tubuh korban, pening, menggigil, mual, pusing, gangguan mental dan
pingsan/hilangnya kesadaran. Jika hal ini terjadi, korban harus segera dikeluarkan
dari area panas dan ditempatkan di area dingin, tubuhnya harus dibasahi dengan
kain basah untuk menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama.
Selanjutnya korban harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan
lebih lanjut. Jangan sampai terlambat karena bisa berakibat kematian.
Heat exhaustion
Disebut juga kelelahan panas, diakibatkan oleh hilangnya sejumlah besar cairan
tubuh melalui keringat, terkadang juga disertai kehilangan cairan elektrolit yang
berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih berkeringat tetapi
mengalami kelelahan, pusing, mual atau sakit kepala. Dalam kasus yang lebih
serius, korban bisa muntah atau hilang kesadaran, kulit basah atau lembab, pucat
atau memerah. Suhu tubuh antara (37ºC - 40ºC). Pada kondisi ini korban harus
segera dipindahkan ke tempat yang dingin untuk mendapatkan perawatan dan
istirahat yang cukup.
Heat cramps
Berupa terjadinya kram atau kejang pada otot-otot akibat kehilangan cairan
elektrolit, meskipun sudah minum air secukupnya namun tidak bisa
menggantikan garam di dalam tubuh, bahkan air yang diminum mengencerkan
cairan elektrolit yang ada di dalam tubuh dan semakin mempermudah cairan
elektrolit tersebut keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin
rendah, dan hal ini menyebabkan otot mengalami kram yang menyakitkan.
Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki, lengan atau perut. Biasanya otot-otot
yang lelah akan lebih mudah kram. Kram dapat terjadi selama satu atau setengah
jam, dan dapat dipulihkan dengan meminum cairan yang mengandung elektrolit
atau garam.
Heat rash
Biasa dikenal dengan preckly heat atau miliaria rubra dapat terjadi pada
lingkungan panas yang lembab. Gejala ini terjadi karena fungsi kelenjar keringat
terganggu dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel di kulit atau kulit
tetap basah, sehingga memunculkan biang keringat (bintik-bintik merah di kulit
dan agak gatal). Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa beristirahat di
ruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan kulit. Jika biang
keringatnya parah, maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.
Fainting
Lebih dikenal dengan pingsan, bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa
bekerja di lingkungan panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh
darah di bawah kulit dan bagian bawahtubuh untuk mempertahankan suhu tubuh,
sehingga darah terkumpul disana dan otak mengalami kekurangan suplai darah.
Untuk menanganinya, pekerja yang pingsan dipindahkan ke ruangan yang lebih
dingin dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir ke otak agar korban
sadar kembali.
Transient Heat Fatigue
Merupakan kelelahan panas sementara yang terjadi karena ketidaknyamanan akibat
paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan mental atau psikologis.
Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap panas dan dapat mengganggu
kinerja, koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat ketahanan terhadap panas dari pekerja
yang suka mengalami transient heat fatigue dapat dinaikkan secara bertahap dengan
menyesuaikan diri dengan lingkungan panas.
Isolasi sumber panas dengan sekat non logam dan atau lapis aluminium
Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat sesuai dengan pedoman
Aklimatisasi tenaga kerja, terutama tenaga kerja baru
Disediakan cukup air minum serta tablet garam NaCl 0,1% dan jumlah yang
mencukupi serta memenuhi syarat kesehatan
Tidak menyediakan minum susu di tempat kerja panas
Tidak mempekerjakan pekerja yang masuk angina, sakit ginjal, dan jantung pada
tempat kerja panas
Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan, diolah, dan dihasilkan dalam
industri sehingga perlu diupayakan:
1. Survei pendahuluan untuk mengidentifikasi bahan kimia yang ada di industri dan
merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses dari tahap awal sampai
akhir, sumber bahan kimia, dan keluhan kesehatan oleh pekerja, serta memanfaatkan
indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan kerja.
3. Mempelajari MSDS atau lembar data keselamatan bahan kimia.
Sifat dan tingkat racun bahan kimia terhadap kesehatan tenaga kerja ditentukan oleh
beberapa hal antara lain:
Bahan kimia ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga tempat yaitu lewat saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan kulit.
Inhalasi merupakan cara yang paling cepat dan langsung diserap oleh aliran darah
dalam paru. Gas dan uap yang tersebar di udara akan tersebar dengan sempurna sehingga
penyerapan ke dalam paru juga menjadi lebih cepat dan akhirnya muncul efek dalam waktu
singkat. Berdasarkan ukuran partikel, debu dibagi menjadi debu total, 5 – 10 ppm, dan debu
respirable, < 5 ppm.
Sebagian debu total akan mengendap pada saluran nafas dan menyebabkan
gangguan saluran nafas. Hanya debu respirable yang dapat masuk ke dalam jaringan paru
dan diserap oleh darah. Berdasarkan efek biologis terhadap jaringan parum maka debu
dibagi menjadi dua yaitu debu fibrogenik dan debu nonfibrogenik. Debu fibrogenik adalah
debu yang dapat menyebabkan fibrosis, sedangkan debu nonfibrogenik tidak.
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan daya larut
dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian
juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Suma’mur (2009)
mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik. Klasifikasi debu
dapat dilihat pada tabel.
2 Anorganik
a. Silika bebas
Quarz, trymite crtistobalite
1. Crystaline
Diatomaceous earth, silica gel
2. Amorphous
b. Silika
Asbestosis, sillinamite, talk
1. Fibrosis
Mika, kaolin, debu, semen
2. Lain-lain
c. Metal
1. Inert
Besi, barium, titanium, aluminum, berilium
2. Lain-lain
Arsen, kobal, nikel hematite, uranium, krom
3. Bersifat
keganasan
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang
dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Permenakertrans RI No. 13 tahun 2011
tentang Nilai Ambang Batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja). Kegunaan NAB ini
sebagai rekomendasi pada praktik hygiene perusahan dalam melakukan penatalaksanaan
lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.
Kadar debu yang melampaui ambang batas yang ditentukan dapat mengurangi
penglihatan, menyebabkan endapan yang tidak menyenangkan pada mata, hidung, dan
telinga dan dapat juga mengakibatkan kerusakan pada kulit. Nilai ambang batas kadar debu
di udara berdasarkan Permenakertrans RI No. 13 tahun 2011 tentang nilai ambang batas
bahan fisika dan kimia di tempat kerja, bahwa kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0
mg/m3.
Bahan kimia yang masuk ke dalam saluran pencernaan dapat melalui 2 cara yaitu
partikel yang masuk melalui saluran pernapasan ditelan berupa dahak atau ludah. Selain itu
juga bisa melalui kontaminasi tangan. kontaminasi yang masuk melalui saluran pencernaan
akan dicerna terlebih dahulu sebelum akhirnya masuk aliran darah. Organ yang berfungsi
penting dalam hal ini adalah hati karena hati dapat menetralisir racun.
Kulit merupakan tempat masuk bagi bahan cairan atau aerosol yang mengendap
di permukaan kulit. Bahan kimia ini dapat menyebabkan kerusakan pada kulit yang berupa
abrasi, korosi dan luka bakar. Faktor kimia merupakan penyumbang terbesar penyebab
penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatosis). Menurut lama terjadinya pajanan,
dapat dibedakan menjadi:
Akut: kecelakaan kerja/keracunan mendadak
Subkronik: proses kerja dengan bahan kimia selama 1 tahun
Kronik: proses kerja dengan bahan kimia untuk jangka waktu lama
Efek pemajan akut dosis tunggal bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang
fatal. Pada keracunan akut berdasarkan LD50 dan LC50 dan cara masuknya bahan ke
dalam tubuh dapat diklasifikasikan yaitu:
Aerosol (partikel) yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang terdispersi
di udara mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jauhnya mempunyai
stabilitas yang cukup sebagai suspensi di udara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu
berupa suspensi. Partikel dapat diklasifikasikan:
1. Debu di udara (airbone dust) adalah suspensi benda padat di udara yang dihasilkan
oleh pekerjaan yang berkaitan dengan gerindra, pengeboran, dan penghancuran
pada proses pemecahan bahan-bahan padat. Ukuran besarnya butiran-butiran
tersebut sangat variatif tapi membahayakan.
2. Kabut (mist) adalah sebaran butir-butir cairan di udara. Kabut biasanya dihasilkan
oleh proses penyemprotan dimana cairan tersebar terpercik atau menjadi busa
partikel yang sangat kecil.
3. Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi dari bahan-bahan
bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan dengan logam dimana uap dari logam
adalah hasil kondensasi menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair
tersebut. Asap juga ditemui pada sisa-sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung karbon.
Sedangkan, bahan-bahan non artikel diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen dan karbon dioksida dalam bentuk gas,
yang pada suhu dan tekanan normal dapat diubah bentuknya hanya dengan
kombinasi penurunan sugu dan penambahan tekanan.
2. Uap air adalah bentuk dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan cairan
mengeluarkan uap, yang jumlahnya bergantung dari kemampuan penguapannya.
Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap
daripada bahan-bahan yang memiliki titik didih yang tinggi.
Ada beberapa cara pencegahan faktor kimia lingkungan yang dapat dilakukan yaitu
sebagai berikut:
1. Subtitusi
Yang dimaksud dengan subtitusi adalah penggantian bahan-bahan
berbahaya/ beracun dengan bahan lain yang lebih aman/tidak beracun. Dalam hal
ini agak susah dilakukan mengingat banyak dari bahan kimia yang dipakai dalam
proses produksi yang apabila diganti dengan bahan lain dapat mempengaruhi hasil
produksi, dengan kata lain mungkin produksi akan tidak sama bila memakai
bahan aslinya dan untuk mendapatkan hasil yang sama diperlukan penelitian-
penelitian yang seksama dengan biaya yang tinggi.
2. Isolasi
Yaitu tindakan berupa mengisolir tempat atau ruangan-ruangan yang
mengandung aspek bahan kimia yang berbahaya dari para pekerja atau tidak
kontak langsung bahan-bahan berbahaya tersebut, cukup dilakukan dengan
mengontrol dari luar atau tempat lain.
3. Ventilasi
Yang dimaksud disini yaitu mengatur sirkulasi udara yang baik masuk ke
dalam ruang kerja. Ada beberapa macam ventilasi, tetapi disini hanya
dibicarakan ventilasi exhauster. Ada dua macam exhauster yaitu:
- Local exhauster: exhauster yang dipakai hanya pada tempat dimana
orang bekerja.
- General exhauster: ventilasi untuk seluruh ruangan
4. Pemakaian alat pelindung diri (APD)
Tindakan ini dilakukan hanya bila ketiga sistem tersebut tidak dapat
mengurangi atau menghilangkan bahaya bahan kimia yang ada pada suatu
lingkungan kerja ataupun kurang efisien dalam penggunaannya. Ada beberapa
macam alat pelindung diri yang bisa digunakan antara lain:
- Masker: alat ini digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari debu
maupun uap dan gas yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan
- Sarung tangan: alat ini dapat dipakai untuk melindungi tenaga kerja dari
kontak dengan bahan kimia yang berbahaya
- Pakaian kerja: alat ini dipakai untuk melindungi tenaga kerja dari kontak
bahan kimia yang berbahaya
Respirator: alat ini berfungsi untuk melindungi pernapasan tenaga kerja dimana
konsentrasi bahan kimia dalam ruangan kerja tidak memungkinkan hanya dengan
memakai masker.
BAB III
HASIL
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA