Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DI RUMAH SAKIT

Kelompok 7:
1. Rahmad Fikri Ramadhan
2. Debi Putri Anggraini
3. Miftahul Husna
4. Riska Putri Adinda
5. Yolanda Marlin Napitu

Dosen Pembimbing: Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, MS

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


TAHUN AJARAN 2019/20120
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa penulis dapat
menyelesaikan tugas keselamatan kerja dalam keperawatan yang membahas tentang kesehatan
dan keselamatan kerja di rumah sakit. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, kerabat atau teman-teman kami
dan ibuk Nentien selaku dosen mata kuliah promosi kesehatan , sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi teratasi.
Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-
teman yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai. Tak kalah pentingnya, rasa
sayang dan terima kasih penulis haturkan kepada ayah dan ibu yang senantiasa mendo’akan dan
memberikan dukungannya. Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan
akan diterima dengan lapang dada. Dan akhirnya semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANT .................................................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2
A. PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) ..................2
B. BAHAYA YANG DIHADAPI DALAM RUMAH SAKIT ATAU INSTANSI
KESEHATAN .............................................................................................................2
C. MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA..........................3
D. PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN K3RS ........................................6
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................8
A. KESIMPULAN .........................................................................................................8
B. SARAN ......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan
kerja pada saat ini bukan hanya kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pekerja, akan tetapi
juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya
perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah
sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu
dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-
infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam
program patient safety.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?
b) Bahaya apa yang sering kita dapatkan di rumah sakit?
c) Bagaimana bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja?
d) Bagaimana peran perawat dalam K3RS?

C. TUJUAN PENULISAN
a) Mampu melakukan identifikasi risiko seperti faktor fisik, kimiawi serta biologis, bekerja
dirumah sakit serta fasilitas medis lainnya.
b) Mampu mengembangkan upaya kontrol terhadap faktor risiko tersebut.
c) Mampu mengembangkan program pencegahan seperti menetapkan alat pelindung diri yang
diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


1. “Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan
kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan
melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.”
2. “Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Forum, 2008, edisi no.11)”
3. “Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti
cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan
perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja.
(Suma’mur, 1992)”
4. “Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang
aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen.
(Suma’mur, 1992)”
5. “Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja R.I.No.Kep.463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan
selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.”
B. BAHAYA YANG DIHADAPI DALAM RUMAH SAKIT ATAU INSTANSI
KESEHATAN
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan
kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan
dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat–
obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara
lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan
dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah
tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan
lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains,
strains : 52%;contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%;
fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9% ;
infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of Laboratorium,
Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS
lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran
pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran
kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot
dan tulang rangka. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu
dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu,
diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.
C. MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan
mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak
kelalaian atau kesalahan ( malprektek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari
kesalahan kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi manajemen tesebut menjadi :
A. /Planning /(perencanaan)
B. /Organizing/ (organisasi)
C. /Actuating /(pelaksanaan)
D. /Controlling /(pengawasan)
a) Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat ( hubungan timbal balik pasien
– perawat / dokter, serta masyarakat umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan
yang ditentukan meliputi:
a. Hal apa yang dikerjakan
b. Bagaiman cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. hubungan timbal balik ( sebab akibat)
Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan ) sekarang tidak lagi hanya di
bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan
penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan
risiko bahaya yang dapat terjadi dalam ( rumah sakit / instansi kesehatan ) makin besar. Oleh
karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan harus ditangani
secara serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan.
b) Organizing/ (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat
dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah
(wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini
baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan
pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah
(wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah
(wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja rumah sakit /
instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
3. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
4. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin rumah sakit / instansi
kesehatan.
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit / instansi
kesehatan.
6. Dan lain-lain.
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No.
154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun
organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait
dengan kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di
tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi
profesi atau seminar tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai
lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit /
Instansi Kesehatan.
c) Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja,
mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib mengetahui dan
memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam
rumah sakit / instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi
berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat.
Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau
pertentangan, maka menjadi tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
d) Controlling/ (Pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat
menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di rumah sakit / instansi
kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi
kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara
lain:
1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah sakit / instansi kesehatan
yang baik, benar dan aman.
2. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami cara- cara
menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi kesehatan.
3. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan.
4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
5. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya
bahaya tersebut.
6. Dan lain-lain.
D. PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN K3RS
Fungsi seorang perawat sangat tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan dalam hal
luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang
dipekerjakan dalam perusahaan.
Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka
fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja di perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan
kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti sesuai
wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan dan
melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai kemampuan
yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai salah
satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17. Bila lebih dari satu paramedik dalam satu perusahaan, maka pimpinan paramedis harus
mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi
specific dari perawat adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam membuat
program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan
pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja.
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -penyakit atau
korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan
petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik atau
ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data
keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang tepat
dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan
menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.
11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan
kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan
yang dapat membahayakan kesehatannya.
12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan kerja
yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam bidang
hiperkes ini.
13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan
aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta
efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedic hiperkes, dan sebagainya.
15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting
adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan
yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan beracun, korosif dan kaustik , Bahaya
radiasi , Luka bakar ,Syok akibat aliran listrik ,Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan
benda tajam & Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
D. SARAN
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi persaingan global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan
pelayanan tersebut sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping
perhatian instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan
pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan
kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan , alih
bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC
Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit, Jakarta.:Depkes RI
Morison, MJ , 1992, A.colour guide to the nursing management of wounds, alih bahasa Monica
Ester ,Jakarta :EGC
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996).
Simamora, RH. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Medan: EGC
Simamora, RH. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC
Simamora, RH. 2008. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Simamora, RH. 2010. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta
Simamora, RH. 2010. Dokumentasi proses Keperawatan. Jakarta
Simamora, RH. dan Fathi, A. 2017. Penguatan Pengetahuan Perawat dalam Pelaksanaan
Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Nursing Hand Over Berbasis Komunikasi SBAR.
Seminar Nasional Keperawatan. Bandung: UNPAD
Simamora, RH. dan Fathi, A. 2017. The Quality of Nursing Hand Over and Effective
Communication Implementation of SBAR in the Utilization of Patient Safety at Private
Hospital. International Nursing Conference: Assosiasi Pendidikan Ners Indonesia

Anda mungkin juga menyukai