Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa segala berkat dan
karunia-Nya sehingga jurnal dengan judul “Masalah Kesehatan Kerja” ini dapat diselesaikan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan meningkatkan pemahaman
penulis maupun pembaca mengenai Masalah Kesehatan Kerja.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Nia Kurniawati S.SiT,
M.KM selaku pembimbing penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan tidaksempurnaan dalam
penyusunan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak akan
menjadi sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan makalah ini.

Banda Aceh, 12 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................................. 2

BAB 1: PENDAHULUAN................................................................................................. 3

A. Latar Belakang................................................................................................... 3
B. Permasalahan..................................................................................................... 3
C. Tujuan................................................................................................................ 3
BAB 2 : PEMBAHASAN.................................................................................................. 4

A. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja..................................................... 4


B. bahaya yang dihapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan........................ 5
C. manajemen keselamatan dan kesehatan ............................................................ 6
a. Planning (Perencanaan)......................................................................... 6
b. Organizing (Organisasi)........................................................................ 6
c. Actualiting (Pelakasanaan) ................................................................... 7
d. Controlling (Pengawasan)..................................................................... 8
D. Penegakan Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3rs)

Dan Peran Dinas Kesehatan.................................................................................... 8

1. Peraturan Kesehatan Kerja.......................................................................... 8


2. kesehatan dan keselamatan kerja sebagai pilihan rasional rumah sakit...... 9

BAB 3: PENUTUP............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan......................................................................................................... 10

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit di Indonesia secara umum diperkirakan
termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura,
Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing rumah sakit
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global
karena mengalami ketidak efisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah).
Padahal kemajuan rumah sakit sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu
disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada rumah sakit. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan yang akan semakin meningkatkan
kepercayaan pasien atau masyarakat. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan di rumah sakit dalam menangani korban dan
mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dan peran dari sisi
rumah sakit tersebut dalam menangani pasien atau orang yang sakit dan mencegah kecelakaan kerja
guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentukupaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja danpenyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Kerja (KK) dikalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja dibeberapa negara
maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai.Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang
yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan
kerjadan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang
berhubungan dengan instalasi listrik, dansumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di
atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS

4
B. Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya
bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrikmaupun peralatan kesehatan. Secara garis besar
bahaya yang dihadapi dalam rumahsakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak(obat – obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan
penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja.

Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerjadi rumah sakit /
instansi kesehatan.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk
jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, lukabakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah
kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains: 52%;contussion,
crushing,bruising: 11%;cuts, laceration, puncture: 10.8%;fractures: 5.6%;multiple injuries:2.1%;thermal
burns: 2%;scratches, abrasions: 1.9%;infections: 1.3%; dermatitis:1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of LaboratoriumStatistics, 1983). Laporan lainnya yakni di Israel,
angka prevalensi cedera punggung tertinggipada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri
lain. Di Australia, diantara813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden
cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya kompensasi
terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan
bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas,namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari
para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.

Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang di derita petugas RS, yakni
hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dansaluran kemih (69% wanita),
dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.

Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang di derita petugas RS lebih besar
1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna
dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakitkepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak,
gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi
bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin
meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih

5
efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola
maupun karyawan RS

C. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,dengan mempergunakan


bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan
(malprektek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi manajemen tesebut menjadi :

A. Planning (perencanaan)

B. Organizing (organisasi)

C. Actuating(pelaksanaan)

D. Controlling (pengawasan)

A) Planning (Perencanaan)

Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam halini adalah keselamatan dan kesehatan
kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi
kesehatan pacsa perawatan dan merawat ( hubungan timbal balik pasien perawat / dokter, serta
masyarakat umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi:

a. Hal apa yang dikerjakan


b. Bagaimana cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. hubungan timbal balik ( sebab akibat)

Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan ) sekarang tidak lagihanya di bidang pelayanan,
tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang
dipakai makin banyak ragamnya.Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam
( rumah sakit /instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja dirumah
sakit / instansi kesehatan harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan.

B) Organizing/ (Organisasi)

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat dibentuk dalam
beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat
pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak

6
langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini
ditingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat(nasional) perlu dibentuk Komisi
Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :

1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .

2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja rumahsakit / instansi


kesehatan .

3. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .

4. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin rumah sakit /instansi kesehatan.

5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit /instansi kesehatan.

6. Dan lain-lain.

Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia KedokteranNo. 154, 2007 5/
background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun organisasi seminat
(Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasikeselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan
dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional).
Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminar tersebut dapat juga membentuk badan independen
yang berfungsi sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit / InstansiKesehatan.

C) Actuating/ (Pelaksanaan)

Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja, mengerahkan
aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron),
sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang
aman dan sehat.Untuk itu setiap individu yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi
kesehatan wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapa tmenjadi sumber
kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-
alat.Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguanatau
pertentangan, maka menjadi tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.

7
D) Controlling/ (Pengawasan)

Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai
dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan,
perlu diperhatikan 2 prinsip pokok,yaitu :

a. adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.

Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentangperlunya disiplin, mematuhi
segala peraturan demi keselamatan kerja bersama dirumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, karenausaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila
peraturandiabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumahsakit /
instansi kesehatan yang tugasnya antara lain :

1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah sakit / instansikesehatan yang
baik, benar dan aman.
2. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami cara- caramenghindari risiko
bahaya dalam rumah sakit / instansi kesehatan.
3. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan.
4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja rumahsakit / instansi
kesehatan .
5. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegahmeluasnya bahaya
tersebut.
6. Dan lain-lain.

D. Penegakan Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3rs) Dan Peran Dinas
Kesehatan

1. Peraturan Kesehatan Kerja

UU Kesehatan Nomor 23 tahun 2002 pasal 23 tentang kesehatan kerja menyatakanbahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dankesehatan. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No.05/Men. 2006 juga mengatur bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100
orang atau lebih dan atau yangmengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajemen K3
(Bab III Pasal3). Rumahsakit tidak terlepas dari peraturan-peraturan ini karena teknologi dan
saranakesehatan, kondisi fisik rumah sakit dapat membahayakan pasien, keluarga, serta pekerja. Jika
tidak dikelola, rumahsakit tidak terhindar dari kebakaran, bencana, ataudampak buruk pada kesehatan
Ringkasan studi tentang penerapan K3RS di bawah ini bisa dijadikan kasus bagaimanalemahnya
komitmen rumahsakit dalam hal ini.

K3RS di Indonesia telah memiliki 22 peraturan. Di antara seluruh peraturan itu, palingbanyak adalah
peraturan menteri (9 buah) dan belum ada sama sekali peraturandaerah. Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Barat sendiri tidak memiliki semuadokumen peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Dinas kesehatan bahkantidak memiliki satu staf yang mengurusi bidang ini. Tidak ada tim khusus
K3RS.Penjabaran dari regulasi tersebut oleh pemerintah daerah dalam bentuk peraturandaerah belum ada
sama sekali. Padahal mengacu pada PP No. 25 tahun 2000 tentangkewenangan pemerintah dan propinsi

8
sebagai otonom maka pemerintah daerahmempunyai legalitas dalam mengatur regulasi K3RS. Kenyataan
ini barang kali bisa mencerminkan keadaan sebelum desentralisasi. Daerah melaksanakan apa yang
menjadi keputusan pusat dan barang kali karena keputusan pusat itu pula, regulasi K3RS ini lemah.

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai Pilihan Rasional Rumah sakit

Penelitian Bambang mengukur sembilan aspek yang bisa dijadikan tolok ukurbahwa rumahsakit itu
memberikan komitmen pelaksanaan K3RS. Seluruh rumahsakitmenyediakan sejumlah dana untuk
keperluan K3RS. Seperti terlihat dalam tabel dibawah ini, 6 dari 7 rumahsakit belum memiliki sistem
keamanan dan tenaga khususbidang K3RS. Lima rumahsakit belum memiliki sarana IPAL dan sistem
pengawasanyang memadai. Selain itu, observasi di lapangan, rumahsakit-rumahsakit ini tidakmemiliki
sistem pelaporan tentang kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

BAB III

9
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untukmenciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibatkerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan
darizat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat-obatan), Bahan beracun, korosifdan kaustik ,
Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok akibat aliran listrik ,Luka sayat akibatalat gelas yang pecah dan benda
tajam & Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

DAFTAR PUSTAKA

10
Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan, alihbahasa
Cristantie Effendy, Jakarta : EGC

Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit, Jakarta.:DepkesRI

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996)

11

Anda mungkin juga menyukai