Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT (K3RS)

Ditujukan untuk memenuhui salah satu tugas mata kuliah Farmasi Rumah Sakit

Dosen : Dra. Aziza Nuraini, MM., Apt

Disusun oleh :

Agung Trilaksono 18340184

M. Rivan Rahadian 18340185

Triyandi Ganda S 18340186

Nuraini Nasution 18340187

Kelas : Apoteker 37 B

PROGRAM STUDI

PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA SELATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit” ini sesuai
dengan berbagai sumber informasi dan literatur yang sudah dikembangkan. Dan
juga kami berterimakasih kepada Ibu Dra. Aziza Nuraini, MM., Apt selaku
Dosen mata kuliah Farmasi Rumah Sakit yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian K3 di Rumah Sakit......................................................................3

B. Sistem dan Tujuan Manajemen K3 di Rumah Sakit.....................................3

C. Bahaya Potensial di Rumah Sakit.................................................................3

D. Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit............................................................4

E. Perencanaan..................................................................................................5

F. Pengorganisasian...........................................................................................5

G. Pemantauan dan Evaluasi..............................................................................6

H. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun..............................................7


I. Katagori B3..................................................................................................8
J. Faktor
K. Prinsip Pencegahan dan Pengendalian B3.................................................10
L. Pengadaan Jasa dan Berbahaya..................................................................13
M. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun..............................................14
N. Standar SDM K3 di Rumah Sakit............................................................. 16
O. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan................................ 18

ii
P. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan................................19
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................34

B. Saran............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja
dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia
belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia.
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS,
yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan

1
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
(K3RS) ?
2. Apa Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit ?
3. Bagaimana Gambaran umum potensi bahaya di rumah sakit?
4. Bagaimana sistem manajemen K3 rumah sakit?
5. Bagaimana Perencanaan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja?
6. Bagaimana Pengorganisasian Sistem manajemen K3 di Rumah Sakit ?
7. Bagaimana Pelaksanaan SMK3 di rumah sakit?
8. Bagaimana Pemantauan dan evaluasi SMK3?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian K3RS.
2. Untuk mengetahui K3RS.
3. Untuk mengetahui gambaran umum potensi bahaya di rumah sakit.
4. Untuk mengetahui sistem manajemen K3RS.
5. Untuk mengetahui manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Untuk mengetahui sistem manajemen K3RS.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan SMK3 di rumah sakit.
8. Untuk mengetahui pemantauan dan evaluasi SMK3.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian K3 di Rumah Sakit


Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian
baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan,
obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung.

Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan


derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,

2
pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia
dengan jabatannya.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya


disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah
sakit.

B. Sistem dan Tujuan Manajemen K3 di Rumah Sakit


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari
manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja di Rumah Sakit guna
terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.

1. Bagi Rumah Sakit :


a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
c. Menigkatkan citra Rumah Sakit
2. Bagi Karyawan Rumah Sakit :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

3
3. Bagi Pasien dan Pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

C. Bahaya Potensial di Rumah Sakit


Bahaya potensial di Rumah Sakit dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu disebabkan faktor biologi (virus, bakteri
dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestasi); faktor ergonomi (cara
kerja yang salah ); faktor fisika (suhu, cahaya bising, listrik,getaran dan
radiasi) faktor psikososial ( kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/
atasan). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya
adalah mikrobiologik, sdesain/fisik, kebakaran, mekanik,
kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.

D. Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit


Komitmen dan kebijakan

Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,


jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan RS.
Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya
esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksannya
program K3 di RS. Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah
K3 RS dalam struktur organisasi RS

Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Rs perlu disusun


strategi antara lain :

1. Advokasi sosialisasi program K3 RS


2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit
kerja di lingkungan RS
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif

4
7. Membuat program kerja K3 RS yang mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara berkala
E. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas
dan dapat diukur. Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar
sistem manajemen K3 RS diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan
SMK3.
Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian faktor risiko
2. Membuat peraturan
3. Tujuan dan sasaran
4. Indikator kerja
5. Program kerja
F. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat bergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing
serta kerja dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab,
penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta
penegakkan disiplin. Ketua organisasi pelaksana K3 RS secara spesifik
harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat
kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisi penyebab timbulnya
masalah bersama unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan
baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program,
untuk menilai sejauh mana prorgam yang dilaksanakan telah berhasil.
Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi
penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit
1. Penyuluhan K3 ke semua Petugas Rumah Sakit
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam organisasi
rumah sakit
3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
a. Pemeriksaan keselamatan petugas
b. Penyediaan Alat Pelindung Diri dan Keselamatan Kerja

5
c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat
d. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi
kesehatan
e. Pengobatan pekerja yang menderita sakit
f. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur
g. Melaksakan biologikal monitoring
h. Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
G. Pemantauan dan Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah
salah fungsi manajemen K3 di rumah sakit yang berupa suatu langkah
yang diambil untuk mengetahui dan menilai samapai sejauh mana proses
kegiatan k3 itu berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi melalui :
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi kedalam sistem pelaporan
Rumah Sakit
2. Insfeksi dan Pengujian merupakan suatu kegiatan untuk menilai
keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam
3. Melaksanakan Audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi
dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan,
kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3 :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan
sesuai ketentuan
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya
potensial serta pengembangan mutu
H. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun
Limbah medis Rumah Sakit termasuk kedalam kategori limbah
berbahaya dan beracun yang sangat penting untuk dikelola secara benar.
Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya
dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius.

6
Limbah medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah
farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan masih
banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius
merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik
kepada SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien ataupun
masyarakat di sekitar lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya
berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan kultur,
bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau
media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien.
Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan berisiko terhadap penularan
penyakit. Beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis, diare,
campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik)
dan risiko bahaya kimia.

Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah


Sakit antara lain diatur dalam :

• Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

• Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit;

• PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3);

• Kepdal 01- 05 tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3.

I. Kategori B3

1. Memancarkan radiasi

dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar

alfa, sinar beta, sinar gamma, dll.

7
2. Mudah meledak

Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa


disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi,
peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat
menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena panas,
gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.

3. Mudah menyala atau terbakar

Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai


dengan pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan
reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar

mempunyai titik nyala (flash point) rendah (210C).

4. Oksidator

Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga


terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis).

5. Racun

Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan


yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius

6. Korosif

Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,

menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)


dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/ tahun dengan temperatur

uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau
lebih dari 12,5 (basa).

7. Karsinogenik

Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak
jaringan tubuh.

8
8. Iritasi

Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan


selaput lendir.

9. Teratogenik

Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan


embrio.

10. Mutagenik

Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom


yang berarti dapat merubah genetika.

11. Arus listrik

J. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/ tingkat bahaya


dipengaruhi oleh Daya racun dinyatakan dengan satuan LD 50 atau

LC50, dimana makin kecil nilai LD 50 atau LC50 B3 menunjukkan

makin tinggi daya racunnya

1. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran


pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantaranya yang sangat
berbahaya adalah yang melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari
B3 akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang

diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan


kembali dari dalam tubuh.

2. Konsentrasi dan lama paparan.

9
3. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam- macam B3
dengan sifat dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-
tindakan pertolongan atau pengobatan.

4. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing- masing individu


mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia.

K. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3

1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal


ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur,
dilakukan oleh petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil
identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu sama
lainnya. Sumber informasi didapatkan dari MSDS.

2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang


diperlukan sesuai sifat dan karekteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.

3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi


yang dilakukan meliputi:

a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi,


penggunaan alat perlindungan diri, dan menjaga hygiene
perorangan.

b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label,


penyediaan MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata
ruang, pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan.

c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang


aman.

d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.

4. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan

10
berbahaya antara lain :

a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya


dengan yang kurang berbahaya.

b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit


mungkin dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan
bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan
sesuai kebutuhan sehingga risiko dalam penyimpanan kecil.

c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang


bahan berbahaya yang menyangkut sifat berbahaya, cara
penanganan, cara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan
sisa atau bocoran/ tumpahan, cara pengobatan bila terjadi
kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada
penyalur atau produsen bahan berbahaya yang bersangkutan.

d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan


kontaminan bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau
secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas
yang ditetapkan.

e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama


dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta
mengikuti prosedur kerja yang aman.

f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan

g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur


dan petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda
peringatan yang sesuai dan jelas.

11
h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan
bahan-bahan berbahaya.

i. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan


aman, bersih, dan terpelihara dengan baik.

j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan


cara memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat
dan upaya pemanfaatan kembali atau daur ulang.

L. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya

Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang


yang diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal
berikut profil perusahaan (company profile). Informasi yang diperlukan
menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas
rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi
lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.

Setiap unit kerja/Instalasi/satker yang menggunakan,


menyimpan, mengelola B3 harus menginformasikan kepada Instalasi
Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan
bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3.

Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir


seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta
sistem penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan. Hal-hal yang
menjadi kriteria penilaian :

1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis
dalam kontrak kerjasama.
2. Kualitas dan garansi

12
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan
spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik
waktu maupun jenis garansi yang diberikan.
3. Persyaratan K3 dan lingkungan
a. Menyertakan MSDS.
b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001.
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan.
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.

4. Sistem mutu
a. Metodologi bagus.
b. Dokumen sistem mutu lengkap.
c. Sudah sertifikasi ISO 9000

5. Pelayanan

a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.

b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan


tugasnya.

c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.

d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis


disertai sumber daya manusia yang handal.

M. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun

Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani


tumpahan, menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis
bahan dan cara penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah
ditetapkan.

1. Penanganan untuk personil

a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau


disimpan.

b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.

13
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan.

d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang

sesuai dengan petunjuk.

e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.

f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang


sama.

g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.

h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan


penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/kebocoran.

i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.

j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang


menimbulkan bahaya/ kecelakaan atau nyaris celaka (accident atau
near miss) melalui formulir yang telah disediakan dan alur yang
telah ditetapkan.

2. Penanganan berdasarkan lokasi

Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan


panan, penggunaaan dan pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus
di tetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna
di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan
disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.

3. Penanganan administratif

Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan


B3 harus diberi tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi
tersebut tersedia SOP untuk menangani B3 antara lain :

a. Cara pananggulangan bila terjadi kontaminasi


b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3 dll

14
N. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS

A. Kriteria Tenaga K3
1. Rumah Sakit Umum kelas A dan Rumah Sakit Khusus kelas A
a. S3/S2 K3 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS;
b. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan
tambahan yang berkaitan dengan K3 secara umum serta
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
c. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran
Okupasi minimal 1 orang. (optional);
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 2
orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS;
e. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi
minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
f. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)
yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3RS minimal 1 orang;
g. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS minimal 2 orang;
h. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
minimal 1 orang;

i. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang


terakreditasi mengenai K3RS minimal 2 orang

2. Rumah Sakit Umum kelas B dan Rumah Sakit Khusus kelas B

a. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan


khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;

15
b. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 1
orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS

c. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi


minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;

d. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang


mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3RS minimal 1 orang;

e. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang


terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang;

f. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang


mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
minimal 1 orang

g. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang


terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang

3. Rumah Sakit Umum kelas C dan Rumah Sakit Khusus kelas C

a. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 1


orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS;

b. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi


minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;

c. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang


terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang;

d. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang


terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang

16
O. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS
merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur
memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan
memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan
mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat.
Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dariIdentifikasi
pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam mencapai
tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan,
orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian
lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward &
punishment).
Program pelatihan yang dikembangkan untuk SDM Rumah Sakit
setidaknya mempunyai unsur :

1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan


dalam matriks pelatihan.

2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan


tertentu.

3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.

4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua


SDM Rumah Sakit di bidang K3.

5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop,


pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan
sertifikat.

6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan


organisasi atau perundang-undangan.

7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran.

8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.

17
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima

P. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem


berjenjang. Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain
dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan temu
konsultasi dan lain-lain.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dibedakan dalam dua macam, yakni
pengawasan internal, yang dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah
Sakit yang bersangkutan, dan pengawasan eksternal, yang dilakukan
oleh Menteri Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing.

B. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan


K3 secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan
kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi
K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh
organisasi K3RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di
wilayah Rumah Sakit (Dinas Kesehatan setempat, cq. Penanggung
jawab/Pengelola Program Kesehatan Kerja).
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah
menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan
melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan menyusun dan melaksanakan
pelaporan kegiatan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah
mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang
tercakup di dalam :

18
1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing
aspek K3, dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan
formulir-formulir yang telah ada atau yang telah ditetapkan sesuai
dengan aturan yang berlaku serta formulir-formulir seperti terlampir
di dalam standar K3RS ini
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3
dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan
yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak
terjadual)
Pelaporan terdiri dari; pelaporan berkala (bulanan, semester, dan
tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan dan
pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan Setiap
kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan
dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada
wadah organisasi K3 di Rumah Sakit.
Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik
untuk laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga

BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Rumah Sakit

19
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Adapun tujuan dan sasaran SMK3
adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien
dan produktif (ILO 2015).

III.1.1 Komitmen dan Kebijakan Rumah Sakit

Di Rumah Sakit komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy)


tertulis, jelas, dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan
Rumah Sakit. Manajemen Rumah Sakit mengidentifikasi dan menyediakan semua
sumber daya seperti pendanaan, tenaga K3, dan sarana untuk terlaksananya
program K3 di Rumah Sakit. Kebijakan K3 di Rumah Sakit diwujudkan dalam
bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi Rumah Sakit. Strategi dalam
pelaksanaan komitmen dan kebijakan K3 Rumah Sakit antara lain :

1. Advokasi dan sosialisai program K3RS


2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM profesional dibidang K3RS pada setiap unit kerja di
lingkungan Rumah Sakit
5. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak atau pemilik
Rumah Sakit
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif dan berkesinambungan
7. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan
dan pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala

20
III.1.2 Perencanaan K3 Rumah Sakit

Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai


keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur. Perencanaan meliputi:

1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko :


Rumah Sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor risiko yang berada di lingkungan
Rumah Sakit.
a. Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja yang mungkin dapat
terjadi
b. Penilaian faktor risiko artinya proses untuk menentukan ada tidaknya
risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan
c. Pelaksanaan pengendalian faktor risiko dimulai melalui 4 tingkatan
pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya, mengganti sumber
risiko dengan sarana/ peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah / tidak ada, administrasi dan alat pelindung diri (APD)
2. Membuat peraturan : Rumah Sakit harus membuat peraturan, menetapkan
dan melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan
peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku.
SOP tersebut harus dievaluasi, diperbarui dan harus dikomunikasikan serta
disosialisasikan kepada karyawan dan pihak yang terkait.
3. Tujuan dan sasaran : Rumah Sakit harus mempertimbangkan peraturan
perundang-undangan, tentang bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa
diukur, satuan / indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka
waktu pencapaian.

21
4. Indikator kinerja : indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian
kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian Strategi Manajemen K3 di Rumah Sakit.
5. Program K3 : Rumah Sakit harus menetapkan dan melaksanakan program
K3RS, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan
pencatatan serta pelaporan

III.1.3 Pengorganisasian K3 Rumah Sakit

Pelaksanaan K3 di Rumah Sakit sangat tergantung dari rasa tangung jawab


manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja
bersama dalam pelaksanaan K3 di Rumah Sakit. Tanggung jawab tersebut harus
ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Misalnya Pola pembagian tanggung
jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta
penegakkan disiplin. Ketua organisasi pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik
harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja,
merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah
bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan
dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program,
untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil.Bila terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari
pemecahannya.

a. Tugas dan fungsi organisasi/ unit pelaksana K3 Rumah Sakit


Tugas pokok :
1) Memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur
Rumah Sakit mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan
K3
2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan
dan prosedur kerja
3) Membuat program K3RS
Fungsi :

22
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3
2) Membantu direktur Rumah Sakit mengadakan dan meningkatkan
upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di Rumah Sakit
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3
4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif
5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS
6) Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja. Kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan
7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya
8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru dan
pembangunan gedung.

b. Struktur organisasi K3 di Rumah Sakit


Organisasi K3 berada 1 tingkat dibawah direktur dan bukan merupakan
kerja rangkap :
Model 1 :
Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada
Direktur Rumah Sakit, bentuk organisasi K3 di Rumah Sakit merupakan
organisasi struktural yang terintegrasi kedalam komite yang ada di Rumah
Sakit dan disesuaikan dengan kondisi/kelas masing-masing Rumah Sakit,
misalnya : Komite Medis/ Nosokomial
Model 2 :
Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab
langsung ke Direktur Rumah Sakit. Nama organisasinya adalah unit
pelaksana K3RS, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh
unit kerja di Rumah Sakit.
Keanggotaannya yaitu :
1. Organisasi/ unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari
petugas dan jajaran direksi Rumah Sakit
2. Organisasi/ unit pelaksana K3RS terdiri dari sekurang-kurangnya
ketua
3. Sekretaris dan anggota organisasi/unit pelaksana K3RS dipimpin
oleh ketua

23
4. Pelaksana tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta
anggota
5. Ketua organisasi/ unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di Rumah Sakit atau sekurang-kurangnya
manajemen dibawah langsung Direktur Rumah Sakit
6. Sedang sekretaris organisasi/ unit pelaksana K3RS adalah seorang
tenaga profesional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3

c. Mekanisme Kerja K3 di Rumah Sakit


Ketua organisasi/ unit pelaksana K3RS memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi/ unit pelaksana K3RS. Sekretaris
organisasi/ unit pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan
tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan organisasi/ unit
pelaksana K3RS
Anggota organisasi/ unit pelaksana K3RS mengikuti rapat
organisasi/ unit pelaksana K3RS dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan organisasi / unit pelaksana K3RS
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/
unit pelaksana K3RS mengumpulkan data dan informasi mengenai
pelaksanaan K3 di rumah sakit. Sumber data antara lain dari bagian
personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka
kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah sakit, khususnya yang
berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber lain misalnya dari ruang
poli rumah sakit sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan
medik karena kecelakaan, rujukan ke rumah sakit bila perlu pengobatan
lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari bagian teknik bisa
didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Selain itu, informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring
tempat kerja dan lingkungan kerja rumah sakit, terutama yang berkaitan
dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya
maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan
pelaksanaan K3 dan analisisnya.

24
Data dan informasi tersebut dibahas dalam organisasi/unit
pelaksana K3 RS, untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan
tindakan korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan disampaikan
dalam bentuk rekomendasi kepada direktur rumah sakit.Rekomendasi
berisi saran tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3 RS serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi/unit pelaksana K3 RS membantu melakukan upaya
promosi di lingkungan rumah sakit baik pada petugas, pasien maupun
pengunjung, yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK (kecelakaan
akibat kerja) dan PAK (penyakit akibat kerja) di rumah sakit.Juga bisa
diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di
lingkungan kerja rumah sakit, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan
dan penerapan K3 nya mendapat reward dari direktur rumah sakit.

III.1.4 Langkah-langkah Penyelenggaraan K3RS

Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di rumah sakit, maka perlu


langkah-langkah penerapannya sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan
a) Menyatakan komitmen : komitmen harus dimulai dari direktur
utama/ direktur RS (manajemen puncak). Pernyataan komitmen oleh
manajemen puncak tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga harus
dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan
dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas Rumah Sakit.
b) Menetapkan cara penerapan K3 di Rumah Sakit: menetapkan cara
penerapan K3RS dapat menggunakan jasa konsultan atau tanpa
menggunakan jasa konsultan jika Rumah Sakit memiliki personil
yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan
orang.
c) Pembentukan organisasi/ unit pelaksana K3RS.
d) Membentuk kelompok kerja penerapan K3 : anggota kelompok kerja
sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, misalnya
manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota

25
kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi
dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan
Rumah Sakit.
e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan : sumber daya disini
mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Penyuluhan K3 ke semua petugas Rumah Sakit.
b) Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan
kelompok di dalam organisasi Rumah Sakit. Fungsinya memproses
individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan
c) yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dan
pelatihan.
d) Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
diantaranya sebagai berikut :
1) Pemeriksaan kesehatan petugas
2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatam kerja
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi
kesehatan
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur,
melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
7) Melaksanakan biological monitoring
8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja.

3) Tahap Pemantauan dan Evaluasi


Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di Rumah Sakit adalah
salah satu fungsi manajemen K3 Rumah Sakit yang berupa suatu langkah
yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses
kegiatan K3RS itu berjalan, dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi :
a) Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan
Rumah Sakit (SPRS)
1) Pencatatan dan pelaporan K3
2) Pencatatan semua kegiatan K3

26
3) Pencatatan dan pelaporan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
4) Pencatatan dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

b) Inspeksi dan pengujian


inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan
K3secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di Rumah
Sakit dilakukan secara berkala terutama oleh petugas K3 Rumah
Sakit sehingga kejadian KAK (kecelakaan akibat kerja) dan PAK
(penyakit akibat kerja) dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan
terhadap pekerja beresiko seperti biological monitoring (pemantauan
secara biologis)
c) Melaksanakan audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan
pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan,
kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian
Tujuan audit K3 :
1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan
2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan
sesuai ketentuan
3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial
serta pengembangan mutu
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasi kepada manajemen
puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3 di Rumah Sakit.
III.2. Contoh Kegiatan K3 di Rumah Sakit
Beberapa contoh Kegiatan K3 di rumah sakit adalah :
1. Mengetahui dan Menempatkan Simbol-simbol K3 di tempat yang tepat.
Beberapa simbol dikenal sebagai simbol yang berhubungan dengan aspek
K3, seperti simbol tengkorak untuk bahan beracun, simbol kipas untuk

27
menandakan bahaya radiasi, tanda-tanda seperti awas jalan licin, jika
terjadi hujan yang menyebabkan jalan basah dan sebagainya.
2. Menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) di saat yang tepat.
Misalnya ketika akan kontak dengan pasien, atau masuk ke daerah pasien
dengan penyakit menular atau kerja aseptis harus menggunakan APD yang
tepat. APD bisa terdiri dari masker dan sarung tangan saja, ada juga yang
full suit misal untuk kerja aseptis atau handling sitostatika.
3. Menghindari tindakan-tindakan yang berpotensi bahaya
Seperti berdiri di dekat benda yang ditumpuk tinggi, bekerja di
pencahayaan yang sedikit, mengangkat barang dengan posisi
membungkuk, atau bercanda saat sedang memegang jarum suntik
4. Memahami penggunaan APAR
Cara menggunakan APAR adalah dengan Alat Pemadam Api Ringan,
bukan Alat Pemadam Kebakaran, menggunakan teknik TATA, yaitu :

a. T : Tarik ==> Tarik Kunci Pengaman dari APAR

b. A : Arahkan ==> Arahkan ke dasar api, jangan lupa yang dipegang


adalah daerah di dekat ujung noozle

c. T : Tekan ==> Tekan gagang untuk mengeluarkan isi APAR

d. A : Ayunkan ==> Ayunkan searah gerakan angin, tujuannya adalah


agar arah api dan isi APAR tidak mengenai kita jika kita searah gerakan
angin.

28
Gambar 3.1 APAR

5. Mengetahui Pintu darurat, jalur evakuasi, atau titik kumpul jika ada
bencana.

III.3 Simbol Keselamatan Kerja

Gambar 3.2 Simbol-simbol yang umumnya ada di laboratorium.

Simbol ini harus diperhatikan dan dipahami supaya Anda mengetahui bahaya
yang ada pada suatu benda atau zat kimia.Berikut adalah penjelasan simbol-
simbol tersebut.

29
1) Animal hazard adalah bahaya yang berasal dari hewan. Mungkin saja
hewan itu beracun karena telah disuntik bermacam-macam zat hasil
eksperimen atau dapat menggigit dan mencakar Anda.
2) Sharp instrument hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda
yang tajam. Benda itu jika tidak digunakan dengan benar maka dapat
melukai Anda.

3) Heat hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang panas. Tangan
Anda akan kepanasan jika menyentuh benda tersebut dalam keadaan aktif
atau menyala.

4) Glassware hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah
pecah. Biasanya berupa gelas kimia.

5) Chemical hazard adalah bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja
bahan kimia itu dapat membuat kulit kita gatal dan iritasi.

6) Electrical hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang


mengeluarkan listrik. Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak
tersengat listrik.

7) Eye & face hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang
dapat membuat iritasi pada mata dan wajah. Gunakan masker atau
pelindung wajah sebelum menggunakan bahan tersebut.

8) Fire hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar.
Contohnya adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus.

9) Biohazard adalah bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut
bisa dapat menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya
adalah tempat pembuangan jarum suntik.

10) Laser radiation hazard adalah bahaya yang berasal dari sinar laser.

30
11) Radioactive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda radioaktif.
Benda ini dapat mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka
akan menyebabkan kanker.

12) Explosive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah
meledak. Jauhkan benda tersebut dari api.

Gambar 3.3 Simbol-simbol K3

31
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit adalah
terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Rumah Sakit
2. Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit :
a) Untuk rumah sakit : meningkatkan mutu pelayanan,
mempertahankan kelangsungan operasional, meningkatkan citra
rumah sakit
b) Untuk karyawan rumah sakit : melindungi karyawan dari Penyakit
Akibat Kerja (PAK), dan mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK)
c) Untuk pasien dan pengunjung : mendapatkan mutu pelayanan yang
baik, dan kepuasan pasien dan pengunjung
3. Pengelolaan K3RS dapat berjalan dengan baik, bila pimpinan puncak
atau direktur RS punya komitmen yang tinggi terhadap jalannya
pelaksanaan K3 di RS.
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan akibat kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1087/menkes/sk/viii/2010. Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 66 Tahun 2016


Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

3. Jurnal “PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (MK3) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA “. Puji Winarni Rahayuningsih,
Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.
KES MAS Vol. 5, No. 1, Januari 2011

4. Jurnal “KAJIAN ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3RS


DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG”. Novie E. Mauliku. Stikes
A. Yani Cimahi.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/menkes/sk/iv/2007. Tentang Pedoman manajemen kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

6. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal), Volume 2, Nomor 1, Januari


2014. Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit terhadap Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada RS Prima Medika Pemalang. Azza Ivana, Baju
Widjasena, Siswi Jayanti. Mahasiswa Peminatan K3 Universitas Undip.

7. Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit,


PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

33
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/menkes/sk/iv/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit
9. www.konsultanK3.com/training/simbol-simbol-k3-di-rumah-sakit.html
(diakses pada tanggal 26 April 2019)
10. https://hermashinta.files.wordpress.com/2012/10/symbolicsafety1.jpg
(diakses pada tanggal 26 April 2019)

34

Anda mungkin juga menyukai