Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian (Wilayah Kerja Puskesmas
Payo Selincah Kota Jambi)
a. Geografis
Puskesmas Payo Selincah di Jalan Sentot Alibasa Kecamatan Jambi
Timur, memiliki luas wilayah kerja 5,48 km2 dengan dua wilayah kerja
yaitu Kelurahan Payo Selincah dengan luas 3,12 km2 dan Kelurahan
Tanjung Sari dengan luas 2,36 km2.
Batas wilayah Kelurahan Payo Selincah dan Kelurahan Tanjung
Sari yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah adalah :
1) Sebelah Timur : Kabupaten Muaro Jambi
2) Sebelah Barat
: Kelurahan Talang Banjar dan Tanjung Pinang
3) Sebelah Selatan : Kelurahan Talang Bakung dan Eka Jaya
4) Sebelah Utara
: Kelurahan Sejenjang
b. Demografis
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah
berdasarkan data akhir tahun 2012 adalah 16.653 jiwa, 3.980 kepala
keluarga.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Payo
Selincah adalah sebagai berikut :
1) Puskesmas Induk
: 1 buah
2) Puskesmas Keliling
: 1 buah
3) Posyandu
: 15 buah
4) Posyandu Lansia
: 2 buah
5) Polindes
: 1 buah
Sarana lain yang ada di Puskesmas Payo Selincah adalah sebagai berikut:
1) Rumah dinas paramedis : jumlah 2 buah, kondisi baik
2) Rumah dinas dokter
: jumlah 1 buah, kondisi baik
3) Kendaraan dinas roda 4 : jumlah 1 buah, kondisi baik
4) Sepeda motor
: jumlah 3 buah, kondisi baik,
5) Penerangan Puskesmas Payo Selincah menggunakan listrik (PLN)
d. Karakteristik Informan

45

46

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, Focus Group


Discussion, telaah dokumen, dan observasi. Wawancara mendalam
dilakukan pada 5 orang informan (Kasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Jambi,
kepala Puskesmas, tenaga pelaksana gizi, bidan Puskesmas, dan kader
Posyandu. Focus group discussion dilakukan pada 5 orang Ibu Balita
sasaran penerima paket PMT-P. Adapun karakteristik informan penelitian
ini dapat dilihat pada tabel dihalaman 47 :

Tabel 4.1
Karakteristik Informan Penelitian
Wawancara Mendalam dengan Petugas Kesehatan
Serta Focus Group Discussion dengan Ibu Balita Sasaran
No

Informan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kasi Gizi
Kepala Puskesmas
Nutrisionist Pelaksana
Bidan
Kader Posyandu
Ibu Balita 1
Ibu Balita 2
Ibu Balita 3
Ibu Balita 4
Ibu Balita 5

L/
P
P
L
P
P
P

Masa Kerja
2 Th
7 Th
8 Th
10 Th
3 Th
-

Pendidikan
S2
S1 kedokteran
DIII Gizi
DIII Kebidanan
SMAK
SMP
MTS
SMP
SMA
SMA

2. Gambaran Input
Hasil Observasi awal ditemukannya masalah pada program Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) adalah Jumlah sasaran penerima
bahan paket di wilayah kerja Puskesmas Payo selincah adalah 43 Balita,
Balita gizi buruk sebanyak 1 orang dan Balita gizi kurang sebanyak 42 orang.
Hanya saja dari 43 Balita sasaran tersebut hanya 8 orang yang mendapatkan

47

paket, hal ini dikarenakan jumlah paket yang disediakan terbatas. Selanjutnya
setelah dilakukan wawancara mendalam diketahui bahwa program Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) yang berbasis pangan lokal yang
dilaksanakan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di
Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah belum diselenggarakan, PMT-P
yang diberikan masih dalam betuk pabrikan yaitu MP-ASI Biskuit, yang
dilaksanakan melalui dana Pemerintah daerah (APBD). Puskesmas Payo
Selincah sendiri telah mendapatkan dana bantuan operasional kesehatan pada
tahun 2012. Akan tetapi dana tersebut belum dialokasikan untuk program
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dikarenakan kesibukan
kerja yang dialami tenaga gizi selaku pengelola program sehingga belum ada
kesesuaian dalam penjadwalan pelaksanaan program.
Dari hasil wawancara mendalam juga ditemukan bahwa sarana pada
program PMT-P yang dilaksanakan melalui dana pemerintah daerah (APBD)
di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi masih kurang. Sarana
yang belum dimiliki seperti Buku Petunjuk teknis program. Selanjutnya
berdasarkan hasil Focus Group Discussion yang dilakukan pada Ibu Balita
sasaran diketahui bahwa metode pemberian paket PMT-P yang dilakukan saat
ini masih dirasakan oleh salah satu ibu Balita sasaran cukup merepotkan,
dimana metode yang dilakukan adalah pengambilan paket langsung ke
Puskesmas. Berdasarkan penjelasan diatas maka analisis masalah yang ada
pada program diatas antara lain sebagai berikut :
a. Belum sesuainya jumlah paket yang disediakan dengan jumlah Balita
sasaran yang ada.
b. Belum dilaksanakannya pemberian makanan tambahan pemulihan yang
bersumber dari dana BOK.

48

c. Belum adanya buku pedoman khusus dalam pelaksanaan program


PMT-P yang dilaksanakan melalui dana pemerintah daerah (APBD).
d. Metode pengambilan paket langsung ke Puskesmas masih belum efektif.

3. Gambaran Proses
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses (tenaga, dana,
paket PMT-P, sarana, dan metode).
a. Tenaga
Hasil wawancara mendalam kepada Kasi Gizi, kepala Puskesmas,
tenaga pelaksana gizi, bidan, dan kader Posyandu diperoleh hasil bahwa
jumlah, tingkat pendidikan, masa kerja, dan pelatihan tenaga yang
melaksanakan program pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P)
adalah sebanyak 1 orang dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi dengan latar
belakang pendidikan DIII Gizi, masa kerja 8 tahun, dan pernah
mendapatkan pelatihan, berikut kutipannya :
Kepala Puskesmas
....Tenaga dalam pelaksanaan PMT-P sudah ada yaitu langsung
dikelola oleh petugas gizi, berjumlah 1 orang. Pendidikan terakhir
DIII gizi, masa kerjanya 8 tahun, tenaga gizi tersebut sudah pernah
mendapatkan pelatihan.....
Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas diperkuat kembali
dengan hasil wawancara mendalam dengan tenaga pelaksana gizi, bidan
KIA, dan kader Posyandu, berikut kutipannya :
Tenaga Pelaksana Gizi
....Tenaga pelaksana program PMT-P sudah ada, saya sendiri yang
ditunjuk langsung untuk melaksanakannya, jumlah tenaga cuma 1
orang, latar belakang pendidikan DIII gizi, masa kerja sudah 8 tahun,
saya sudah pernah mendapatkan pelatihan....

49

Bidan
....Tenaga pelaksana program PMT-P sudah ado sendiri, yang
melaksanakan nya orang gizi lah, Cuma 1 orang, DIII Gizi
palembang, kalo masa kerja saya tidak tahu, setahu Ibu sudah pernah
mendapatkan pelatihan....
Kader Posyandu
....tenaganyo sudah ado Ibu gizi lah yang menjalani nyo, Cuma 1
orang, DIII gizi seingat sayo. Sudah lamo jugo tapi sayo dak tahu
berapa tahun. Kalau pelatihan sayo juga tidak tahu....
Hasil wawancara diatas kembali diperkuat dengan hasil wawancara
mendalam dengan Kasi Pelayanan Gizi, berikut kutipannya :
Kasi Gizi
...Pada prinsipnya untuk ketenagaan dari 20 Puskesmas kebetulan
semua sudah ada tenaga gizi karna memang yang mendistribusikan
MP-ASI atau PMT-P ini adalah tenaga gizi jadi semua sudah
terpenuhi, kalau tenaga ada, tidak banyak 1 Puskesmas 1 orang gizi
tapi nanti pada saat pelaksanaannya ada dibantu oleh tenaga bidan...
Berdasarkan hasil telaah dokumen pada tanggal 3 Agustus 2013
diperoleh hasil bahwa pada SK pembagian tugas Ibu. S ditunjuk sebagai
Nutrisionis pelaksana.
Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen dapat
disimpulkan bahwa tenaga dalam pelaksanaan program pemberian makanan
tambahan pemulihan di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi
tahun 2013 sudah memenuhi syarat dan jumlahnya cukup.
b. Gambaran Dana
Hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan diperoleh
hasil bahwa sumber, kebutuhan, dan alokasi yang digunakan dalam

50

pelaksanaan kegiatan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P)


pada Balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah adalah
sumber dana dari APBD dan APBN, dana yang ada belum memenuhi
kebutuhan dan masih sangat terbatas untuk alokasi dana yang ada sudah
sesuai kecuali dana yang bersumber dari APBN yang berbentuk bantuan
operasional kesehatan (BOK) belum bisa dilaksanakan dikarenakan
keterbatasan tenaga. Berikut kutipannya :
Kepala Puskesmas
...Dana untuk program PMT-P sudah ada, sumber dana tersebut dari
APBD dan APBN, dana tersebut masih belum mencukupi jika
dibandingkan dengan jumlah Balita gizi kurang yang ada, untuk
alokasi dana yang ada sudah berjalan baik dan sesuai dengan tujuan
dari pelaksanaan kegiatan itu sendiri.
Tenaga Pelaksana Gizi
...Dana untuk program PMT-P sudah ada, sumber dana untuk
program tersebut yaitu dari APBD dan APBN, untuk dana APBD
diberikan bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk bahan
makanan sedangkan dana dari APBN dalam bentuk uang yang
diberikan pada tahun 2012 namun belum sempat dijalankan karena
tenaga yang ada saya sendiri sedangkan pekerjaan saya disini
banyak, Alokasi dana APBD tersebut sudah sesuai hanya saja tidak
semua Balita gizi kurang disini mendapatkannya karena jumlah paket
yang disediakan terbatas....
Hasil wawancara diatas sedikit berbeda dengan hasil wawancara
mendalam dengan Bidan KIA dan kader Posyandu dimana diketahui bahwa
Bidan KIA dan kader Posyandu kurang memahami tentang pengalokasian
dana PMT-P. Berikut kutipannya :
Bidan KIA
...kalau soal dana jangan tanyokan ke Ibu, Ibu kurang paham juga,
kalo sumber nyo APBD dan APBN. yo kiro-kiro begitu, saya kurang
paham dek...
Kader Posyandu

51

...Dana nya ado dari APBD dan APBN kalau dak salah. Soal alokasi
kemano, cukup atau idak sayo dak tahu....
Hasil wawancara dengan kepala Puskesmas dan tenaga pelaksana
gizi dapat diperkuat kembali dengan hasil wawancara mendalam dengan
Kasi Pelayanan Gizi hanya saja untuk alokasi dana sendiri ditambahkan
bahwa dana yang ada diprioritaskan kepada Balita gizi buruk kemudian jika
dana tersebut berlebih maka diberikan kepada Balita gizi kurang dan Balita
bawah garis merah (BGM). Berikut penuturannya :
Kasi Gizi
...dana yang ada adalah dari sumber APBD dan itu diberikan untuk
pengadaan MP-ASI, juga ada dana lain tapi diberikan langsung ke
Puskesmas, kalau program dinas hanya dari APBD. kita sistim
prioritas jadi tidak mungkin semuanya harus terpenuhi dana tidak
cukup, jadi kita akan memprioritaskan cukup tidak cukup harus
cukup, prioritas untuk gizi buruk tapi kalau ada lebih akan diberikan
kepada yang gizi kurang atau BGM jadi prinsipnya prioritas....
Hasil wawancara mendalam sesuai dengan hasil telaah dokumen
bahwa dana dari APBD yang berbentuk bahan paket sudah dilaksanakan
pada tahun 2012. Sedangkan dokumen untuk alokasi dana APBN dalam
bentuk dana BOK tidak ada karena memang sampai saat ini kegiatan
tersebut belum dilaksanakan.
Hambatan yang ada dalam pengalokasian dana bantuan operasional
kesehatan yang bersumber dari APBN adalah kurangnya kerjasama tenaga
pelaksana gizi dengan tenaga kesehatan lain yang terkait seperti Bidan KIA
serta koordinasi dengan lintas sektor.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen dapat
disimpulkan bahwa dana dalam pelaksanaan pemberian makanan tambahan

52

pemulihan di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun


2012 bersumber dari dana APBD dan APBN, jumlah dana yang disediakan
sudah cukup, namun alokasi dana belum optimal.
c. Gambaran Bahan Paket PMT-P
Hasil wawancara mendalam kepada kepala Puskesmas dan tenaga
pelaksana gizi diperoleh hasil bahwa jenis dan jumlah bahan dalam program
pemberian makanan tambahan pemulihan

(PMT-P) adalah bahan paket

PMT-P biskuit dengan prinsip makanan tambahan bukan makanan utama.


Kemasan paket tersebut yaitu 120 gram, jumlah Balita penerima paket yaitu
8 orang, setiap Balita mendapatkan 90 bungkus. Paket tersebut diberikan
secara bertahap, berikut kutipannya :
Kepala Puskesmas
...Bahan paket yang diberikan sifatnya tambahan bukan bahan
makanan utama, jenis bahan tersebut yaitu biskuit SUN kemasan 120
gr, masing-masing Balita menerima 90 bks yang diberikan secara
bertahap bisa 2 minggu atau 1 bulan selama 3 bulan...
Tenaga Pelaksana Gizi
...Bahan paket sudah ada, jenis bahan paket itu sendiri biskuit
kemasan, untuk jumlah nya setiap Balita mendapatkan 90 bungkus
namun tidak diberikan secara langsung melainkan secara bertahap
bisa 2 minggu atau 1 bulan selama 3 bulan...
Hasil wawancara mendalam dengan kader Posyandu menguatkan
bahwa paket PMT-P yang diberikan berbentuk biskuit, jumlah Balita yang
mendapatkan Paket PMT-P adalah 8

orang dan masing-masing Balita

sasaran mendapatkan 90 Paket. Berikut penuturannya :


Kader Posyandu
....bahan paket nyo biskuit, jumlah nya 1 anak 90 bungkus, anak
yang dapat paket tu ada 8 kalau jumlah nyo tinggal kaliin be 90....
Hasil wawancara diatas diperkuat oleh hasil focus group discussion
dengan ibu Balita, berikut penuturannya :
Ibu Balita (4)

53

...kami mendapatkan biskuit kemasan, jumlah nya 90 bungkus, selain


biskuit itu raso kami dak ado, apolagi masak bersama...
Sedangkan Hasil wawancara kepada Kasi gizi diketahui bahwa
pemberian paket PMT-P diberikan selama 3 bulan kepada Balita gizi buruk
sedangkan untuk Balita gizi kurang dan BGM disesuaikan dengan kondisi
tubuhnya, berikut kutipannya :
Kasi Gizi
...untuk paketnya sebenarnya kita sudah maksimal dengan
perhitungan, misalnya gizi buruk harus diberikan selama 3 bulan,
untuk gizi kurang dan BGM karena kita biar pemerataan jadi
disesuaikan dengan kebutuhan badannya. Pada dasarnya sudah
sesuai dengan standar, bentuknya biskuit jadi lebih mudah, anakanak kadang-kadang sambil makan sambil main jadi lebih efektif dari
pada kalau yang berbentuk susu....
Hasil

wawancara

tidak

dapat

diperkuat

dengan

observasi

dikarenakan untuk PMT-P yang berbentuk MP-ASI tersebut dilaksanakan


pada tahun 2012 sedangkan pada tahun ini tidak ada. Untuk PMT-P dana
BOK juga tidak dapat dilakukan observasi dikarenakan belum dilaksanakan.
Hanya saja untuk jumlah paket yang diberikan tersebut dapat diperkuat lagi
kebenarannya dengan hasil telaah dokumen yaitu laporan penerimaan
barang MP-ASI sebanyak 720 bungkus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen dapat
disimpulkan bahwa jenis bahan paket yang disediakan dari dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sudah memenuhi syarat, namun jumlah
paket yang disediakan belum sesuai dengan jumlah sasaran.
d. Gambaran Sarana
Hasil wawancara mendalam kepada tenaga pelaksana gizi, Bidan
KIA diperoleh hasil bahwa sarana yang digunakan dalam pelaksanaan
program pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) adalah kartu
pencatatan, formulir laporan, buku KMS, kendaraan dinas, dan dacin,

54

sedangkan untuk buku petunjuk teknis (Juknis) PMT-P Balita gizi kurang
tidak ada, program PMT-P yang berasal dari dana APBD masih berpedoman
pada program pusat yaitu

program Depkes. Sehingga sarana yang ada

dirasakan sudah cukup baik, kondisi sarana yang ada saat ini masih baik.
Berikut kutipannya :
Tenaga Pelaksana Gizi
sarana dan prasana sudah cukup, ada uang transportasi juga
setiap kali saya turun, sarana yang ada seperti KMS, dacin, formulir
laporan, serta kartu pencatatan, kalau sarana pendukung lain seperti
poster, leaflet tidak ada karena biasanya saat pemberian bahan
tersebut langsung saya berikan berikan pengarahan kepada Ibu
Balita nya.
Bidan KIA
sarana dan prasana nyo cukuplah, kalau jenis-jenis nyo yang
pasti timbangan atau dacin terus bukti laporan penerimaan barang.
Cuma itulah nampak sayo dek.
Hasil wawancara diatas

diperkuat dengan hasil wawancara

mendalam dengan Kepala Puskesmas, berikut kutipannya :


Kepala Puskesmas
Sarana dan prasana sudah cukup memadai, sarana yang
digunakan seperti mobil dinas, kendaraan roda dua, kartu
pencatatan, formulir laporan, buku KMS, serta dacin yang disediakan
disetiap posyandu, Jumlahnya sudah sesuai dan kondisinya baik..
Dari hasil wawancara mendalam dengan Kasi Gizi diketahui bahwa
buku petunjuk teknis pada pelaksanaan program PMT-P masih mengacu
pada pedoman pusat yaitu Depkes. Berikut kutipannya :
Kasi Gizi
ada transport untuk pendistribusian, ada bukti laporan berapa
Balita yang mendapatkan MP-ASI, untuk pemantauan ada KMS,
kalau buku petunjuk teknis mengacu dari program yaitu dari Depkes,
kebetulan setiap tahun selalu ada pengadaan timbangan, kondisinya
bagus
Hasil wawancara yang menyatakan bahwa sarana yang ada pada
pelaksananaan program PMT-P seperti KMS, timbangan, bukti penerimaan

55

barang diatas diperkuat kembali oleh hasil focus group discussion dengan
ibu Balita, berikut penuturannya :
Ibu Balita (2)
sarana yang ada kalau dak salah timbangan, trus bukti
penerimaan barang, kalau buku KMS kami adolah, itulah cuma yang
kami tahu, kondisi nya baik
Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen yang dilakukan
pada tanggal 3 Agustus 2013 diketahui bahwa sarana yang ada adalah kartu
pencatatan, buku KMS, dan formulir laporan. Kondisi dari sarana tersebut
baik. untuk buku petunjuk teknis tidak ada.
Dari hasil wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen
dapat disimpulkan bahwa sarana dalam pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan pemulihan masih kurang baik.
e. Gambaran Metode Pemberian Paket PMT-P
Hasil wawancara mendalam kepada kepala Puskesmas, tenaga
pelaksana gizi, dan Bidan KIA diperoleh hasil bahwa metode yang
digunakan dalam pendistribusian paket PMT-P adalah pengambilan secara
langsung ke Puskesmas yang diberikan secara bertahap, selain itu
pemberian secara langsung oleh tenaga pelaksana gizi dibantu oleh kader
posyandu metode ini dirasakan sudah efektif dan tidak ada kendala dalam
pendistribusian bahan tersebut. Berikut penuturannya :
Kepala Puskesmas
metode pemberian paket PMT-P anak Balita ini diberikan secara
langsung di Puskesmas kepada sasaran program, saat melakukan
pengambilan diberikan juga penjelasan atau pengarahan kepada Ibu
sasaran agar bahan tersebut benar-benar diberikan hanya kepada
target sasaran penerima PMT, metode ini sudah cukup efektif, sejauh
ini tidak ada kendala dalam pendistribusian bahan tersebut.
Tenaga Pelaksana Gizi
Paket PMT-P diambil langsung oleh Ibu Balita ke Puskesmas, tapi
kalau saya sedang turun atau Biasa nya bahan tersebut saya antar
langsung dengan didampingi oleh kader posyandu, pemberian paket

56

tersebut bias dilakukan 2 minggu sekali atau 1 bulan sekali sejauh ini
metode tersebut sudah efektif dan tidak ada kendala.
Bidan KIA
kalo disini paket PMT-P itu diambil langsung buat Ibu-ibu balita
ke Puskesmas, biasanya 1 bulan sekali, kalo lagi turun biso jugo
langsung diantar. Karna bukan Ibu koordinatornyo yang jadi untuk
kendala itu, Ibu dak paham jugo. sementaro ini dak ado kendala nyo
dek.
Sedangkan hasil wawancara dengan Kasi Pelayanan gizi diperoleh
hasil bahwa pemberian paket diantarkan secara langsung oleh petugas gizi
kepada Balita sasaran kecuali jika Ibu Balita datang ke Puskesmas untuk
berobat maka paket tersebut dapat diambil langsung di Puskesmas. Berikut
kutipannya:
Kasi Gizi
kalau pada saat balita Sakit kemudian Ibunya datang ke
Puskesmas kita akan langsung memberikan, kita kan punya daftar
jadi saat sosialisasi jika ada sampe yang tidak datang maka langsung
kita langsung antarkan ke Balita, sejauh ini tidak ada, karena akses
masyarakat ke Puskesmas tidak terlalu susah
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan kader Posyandu
terdapat kendala dalam pendistribusian bahan, berikut penuturannya :
Kader Posyandu
metodenyo ibu-ibu langsung ambil ke Puskesmas kalo posyandu
tempat sayo kalo ibu tu dak sempat kadang sayo lah yang ngasihkan
nyo. Kendala nyo harga minyak naik kalo sayo disuruh antar ke
rumah ibu tu lumayan berat jugo sekarang ni
Hasil Focus Group Discussion dengan Ibu Balita sasaran diketahui
bahwa terdapat kendala dalam metode pendistribusian bahan tersebut.
Berikut penuturannya :
Ibu Balita (4)
kami disuruh ngambil paket tu di Puskesmas 1 bulan sekali
selamo 3 bulan, kendalo nyo tu kadang kami dak sempat dek
ngambilnyo jadi terpaksolah tunggu ado waktu. Paling 2 hari atau 3
harian lah dak makan biskuit tu

57

Ibu Balita (5)


yo samo lah dengan ibu-ibu yang tadi tapi kalo sayo ni 2 minggu
sekali dek, waktu itu pernah diantar langsung, tapi kalau dak diantar
sayo jemput langsung lah. Kendalanyo tu kalo lagi habis malas nian
nak Puskesmas tu soalnyo sayo kan bejualan gorengan suami ngojek,
nasib-nasib suami mau ngambilnyo kalau idak terpakso tunggu jualan
sayo agak habis baru sayo pergi ke puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara dan FGD diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam pendistribusian bahan Paket PMT-P di wilayah kerja
Puskesmas tahun 2012 belum efektif dan efesien.

4. Gambaran Keluaran (Output)


Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen diketahui bahwa
MP-ASI yang diberikan kepada Balita sasaran diterima dengan baik oleh
Balita. Setelah dilakukan pemantauan status gizi terhadap 8 orang Balita
penerima paket PMT-P diketahui bahwa terjadi peningkatan berat badan dan
status gizi. Oleh karena itu, agar pelaksanaan program lebih optimal dimana
semua Balita

gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah

mendapatkan paket tersebut diperlukan pemecahan masalah dari masalahmasalah yang dihadapi.
5. Gambaran Dampak (Infact)
Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui yaitu setelah dilakukan
pemberian makanan tambahan pemulihan selama 3 bulan terjadi peningkatan
berat badan dan status gizi. Rata-rata peningkatan berat anak adalah 1 2 kg,
selain itu dari 8 Balita dengan status gizi kurang meningkat menjadi status
gizi normal.
Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya pemberian makanan
tambahan pemulihan mampu membantu meningkatkan berat badan serta
status gizi anak. Oleh karena itu, agar semua sasaran mendapatkan makanan

58

tambahan pemulihan, program pemberian makanan tambahan yang


bersumber dari dana Anggaran pendapatan Belanja Daerah (APBD) perlu
didukung dengan dana lain yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) seperti dana BOK. Dana BOK juga diharapkan
mampu membantu memberdayakan masyarakat, hal ini dikarenakan bahan
makanan yang digunakan bersumber dari bahan pangan lokal.
B. Pembahasan
1. Tenaga
Adalah orang yang bertanggung jawab dan mengkoordinir program
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) di wilayah kerja
Puskesmas Payo Selincah. Tenaga yang dianalisis berdasarkan kuantitas dan
kualitas dengan latar belakang pendidikan, lama bekerja, dan pelatihan yang
pernah diikuti.
Dari hasil wawancara mendalam, diketahui bahwa tenaga yang
melaksanakan program pemberian makan tambahan pemulihan (PMT-P) di
wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi
dengan latar belakang DIII Gizi, masa kerja 8 tahun, dan sudah pernah
mendapatkan pelatihan.
Berdasarkan PP 32 ;1996 dan UU 36 ; 2009 tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan, serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Standar SDM dalam pemberian MP-ASI di Puskesmas diatur dalam
Kepmenkes Nomor : 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang petunjuk teknis standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang menyebutkan bahwa
SDM pemberian MP-ASI di Puskesmas adalah nutrisionis atau tenaga kesehatan
terlatih gizi.

59

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat berperan penting,


karena mutu pelayanan sangat ditentukan oleh SDM yang bekerja didalamnya.
Untuk dapat meningkatkan pelayanan, tentunya diperlukan suatu pengembangan
bagi SDM-nya yang dilakukan melalui program pelatihan serta pendidikan (Kurniati
dan Efendi, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012) sistem pendidikan tenaga kesehatan yang
kurang adekuat akan menghasilkan tenaga kesehatan yang rendah, baik kualitas
maupun kuantitas.

Menurut peneliti dari segi tenaga untuk pelaksanaan program PMT-P


di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah sudah sesuai standar Kepmenkes
Nomor : 828/MENKES/SK/IX/2008 dan didukung oleh teori yang ada.

2. Dana
Adalah sumber dana dalam melaksanakan program PMT-P yang
disesuaikan dengan jumlah sasaran program. Sumber dana yang dimaksud
adalah sumber dana yang berasal dari pemerintah pusat (APBN) yang
berupa bantuan operasional kesehatan (BOK) dan dana yang berasal dari
pemerintah daerah Provinsi Jambi (APBD).
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa dana untuk
pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P)
pada Balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi Tahun 2012 bersumber dari APBD yang berbentuk paket MP-ASI dan
APBN dalam bentuk uang dari dana bantuan operasional kesehatan, jumlah
paket MP-ASI yang tersedia belum mencukupi dari jumlah Balita gizi
kurang yang ada sedangkan untuk pengalokasian dana BOK yang diberikan
pada tahun 2012 belum dilaksanakan.
Menurut Kemenkes RI (2011), pemberian makanan tambahan
pemulihan (PMT-P) dibiayai dari dana bantuan operasional kesehatan

60

(BOK). Selain itu PMT-P dapat dibiayai dari bantuan lainnya seperti
partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah daerah.
Menurut Azwar (2010) pembiayaan kesehatan yaitu besarnya dana
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan baik itu perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Syarat utama dari biaya kesehatan harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai penyelenggaraan
semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan
masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
Menurut peneliti, dari segi sumber dana sudah sesuai dengan
kemenkes RI hanya saja jumlah dan alokasi dari dana tersebut belum
optimal. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah
dana adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk dana
sehat. Tentunya perlu kerjasama yang baik antara pengelola program dengan
tokoh masyarakat dan sektor terkait lainnya agar kegiatan tersebut berjalan
sesuai yang diharapkan. Masalah lain yaitu pemanfaatan dana yang belum
optimal dikarenakan beban kerja dari penanggung jawab program dalam hal
ini adalah tenaga pelaksana gizi. Adapun upaya yang dapat dilakukan agar
dana dapat dimanfaatkan secara optimal adalah dengan bekerja sama dengan
petugas kesehatan lain terutama terkait dengan program serta melakukan
koordinasi dengan lintas sektoral.

3. Sarana/Prasarana
Adalah segala sesuatu yang menunjang dalam pelaksanaan program
PMT-P yang meliputi kartu pencatatan, formulir laporan, buku petunjuk
teknis, KMS, dan timbangan untuk mengukur berat badan Balita.

61

Berdasarkan hasil wawancara, FGD, telaah dokumen serta observasi


diketahui bahwa sarana/prasarana untuk pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan pemulihan (PMT-P) pada Balita Gizi kurang di wilayah
kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2012 berupa mobil dinas,
kendaraan roda dua, KMS, dacin, formulir laporan, dan kartu pencatatan.
Menurut Depkes RI (2006), untuk memperoleh pemahaman yang
sama diperlukan pedoman umum dan petunjuk pelaksanaan sehingga
adanya keterlibatan serta kesiapan dari semua pihak.
Menurut Azwar (2010), pelayanan kesehatan hanya dibenarkan untuk
diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar buku yang telah
ditetapkan. Dengan ditetapkannya standar buku pelayanan kesehatan dapat
dihindari pelayanan yang dibawah standar dan atau yang berlebihan.
Dampak positifnya selain meningkatkan mutu pelayanan juga dapat
mengendalikan biaya kesehatan.
Menurut peneliti sarana yang ada dalam pelaksanaan program PMT-P
di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2012 masih
kurang, hal ini terkait tidak adanya buku petunjuk teknis pelaksanaan
program PMT-P Balita Gizi kurang dari dana Pemerintah daerah (APBD).
Pelaksanaan PMT-P Balita gizi kurang saat ini hanya mengacu pada
program pusat yaitu Depkes RI. Untuk itu agar adanya persamaan dan
mempermudah dalam pelaksanaan dibutuhkan buku pedoman yang secara
khusus dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di tingkat provinsi dalam
hal ini tentunya adalah Dinas kesehatan provinsi.
4. Bahan Paket PMT-P
Adalah bahan paket pada program PMT-P yang disesuaikan dengan
persyaratan jenis dan bentuk makanan yang ditetapkan oleh Kementerian
kesehatan RI. Adapun jenis dan bentuk makanan yang diberikan adalah

62

bahan makanan lokal memenuhi kebutuhan gizi Balita sasaran, diutamakan


berupa

sumber

protein

hewani

maupun

nabati

(misalnya

telur/ikan/daging/ayam) serta sumber vitamin dan mineral yang berasal dari


sayur-sayuran dan buah-buahan setempat, dan diberikan sekali sehari
selama 90 hari berturut-turut. Selain itu dapat pula berupa makanan
pabrikan seperti MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit yang sesuai
dengan standar dari Kemenkes RI.
Berdasarkan hasil wawancara, FGD, telaah dokumen serta observasi
diketahui bahwa Bahan paket yang diberikan dalam pelaksanaan program
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) pada Balita Gizi kurang
di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2012 berupa
MP-ASI pabrikan dalam bentuk biskuit kemasan 120 gr. Paket tersebut
diberikan sebanyak 90 paket untuk setiap Balita selama 3 bulan, diberikan
secara bertahap 2 minggu atau 1 bulan sekali. Bahan paket tersebut tidak
secara khusus diberikan kepada Balita gizi kurang melainkan diprioritaskan
kepada Balita gizi buruk.
Menurut Depkes RI (2006), secara umum terdapat dua jenis MP-ASI
yaitu hasil pengolahan pabrikan atau disebut dengan MP-ASI Pabrikan dan
yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal.
Menurut Kemenkes RI (2011), makanan tambahan pemulihan
diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan lokal. Jika bahan
makanan lokal terbatas, dapat dipergunakan makanan pabrikan yang
tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label, dan
masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Sasaran dari PMT-P adalah Balita
yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di TFC/Pusat pemulihan
gizi/Puskesmas perawatan/Rumah Sakit, Balita kurus dan berat badannya

63

tidak naik dua kali berturut-turut (2T), Balita gizi kurang, Balita bawah garis
merah (BGM)
Menurut peneliti, bahan dan penerima paket yang disediakan pada
pelaksanaan program PMT-P sudah memenuhi syarat dari Kemenkes RI.
Hanya saja makanan pabrikan kurang memberikan manfaat lebih, untuk itu
sebaiknya bahan paket yang diberikan baik yang bersumber APBD maupun
APBN diberikan dalam bentuk makanan lokal, karena dinilai lebih banyak
memberikan manfaat.
5. Metode
Adalah cara penyelenggaraan pemberian paket PMT-P kepada sasaran
program yang disesuaikan dengan pedoman petunjuk teknis program yang
telah ditetapkan atau cara lain yang dapat membantu meningkatkan hasil
dari kegiatan yang diselengarakan.
Dari hasil wawancara mendalam, dan FGD, diketahui bahwa dalam
metode pendsitibusian yang digunakan dalam pelaksanaan program
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) pada Balita Gizi kurang
di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2012 belum
efektif dan efesien, pengambilan paket langsung ke Puskesmas masih
dirasakan berat oleh beberapa Ibu Balita.
Menurut Kemenkes RI (2011), PMT-P Pemulihan merupakan kegiatan
diluar gedung Puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat
yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait
lainnya. Jumlah hari makan anak adalah 90 hari (HMA) yang dilakukan
berturut-turut atau 2 kali dalam seminggu, jika kondisi geografisnya sulit
maka dilakukan 1 kali seminggu. Jika ada ibu dan Balita sasaran yang tidak
hadir, kader mengantarkan makanan tambahan pemulihan ke rumah Balita
tersebut.

64

Menurut peneliti, metode yang dilaksanakan dalam pendistribusian


bahan PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah masih belum
efektif serta belum terjadwal dengan baik, hal ini dikarenakan masih adanya
keluhan dari keluarga penerima bahan paket serta ketidaksesuaian antara
metode yang ada dengan keputusan Kemenkes RI. Upaya yang dapat
dilakukan agar pendistribusian lebih optimal adalah agar pendistribusian
paket lebih efesien diperlukan jadwal pemberian paket yang lebih baik yaitu
disesuiakan dengan petunjuk tekhnis pelaksanaan.
C. Keterbatasan dan kekuatan penelitian
1. Keterbatasan
Keterbatasan yang dialami penelitian ini adalah kemungkinan
adanya bias pada waktu pelaksanaan wawancara mendalam, dimana
kemungkinan mereka tahu sedang diteliti sehingga besar kemungkinan
mereka mencoba memberikan yang terbaik kepada peneliti.
2. Kekuatan
Kekuatan penelitian ini adalah munculnya informasi-informasi yang
tidak mungkin dapat digali apabila menggunakan penelitian kuantitatif.
Disamping itu dengan adanya penelitian ini diketahui masalah lain yang
sebelumnya belum diketahui pada pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan pemulihan (PMT-P) di wilayah kerja Puskesmas Payo
Selincah Kota Jambi tahun 2012
penelitian selanjutnya.

serta menjadi dasar bagi penelitian-

65

Anda mungkin juga menyukai