Anda di halaman 1dari 19

Tugas : Mata Kuliah Kesling & K3 Lanjut

Dosen : Dr.dr.Syamsiar S. Russeng, MS

MAKALAH

ANALISIS RISIKO KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3)


DI PUSKESMAS HERLANG

Oleh:

NAMA : ERMAWATI SYAM


NIM : P1804216011
KONSENTRASI : EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun secara
sederhana, baik bentuk maupun isinya.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
dan K3 Lanjut, yang mungkin dapat membantu dalam mempelajari hal-hal penting yang
berhubungan dengan analisis risiko kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja,
dalam hal ini di puskesmas yang menjadi tempat kerja saya. Makalah ini dapat penulis
selesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah
ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 7 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 4
..................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................ 6
C. Tujuan......................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik Lingkungan Kerja (Puskesmas Herlang)........ 7
..................................................................................
B. Analisis Risiko K3 di Puskesmas Herlang......................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................. 18
..................................................................................
B. Saran.......................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 19

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja
merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan
ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi
oleh seluruh negara anggotanya, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat
pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau
terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu
perusahaan atau tempat kerja.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan yang telah mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat
kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
Keselamatan kerja juga telah menjadi perhatian di kalangan
pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

4
dan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi
perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat
pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja
di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia.
Puskesmas Herlang merupakan salah satu puskesmas yang terletak di
bagian timur Kabupaten Bulukumba, Propinsi Sulawesi Selatan. Puskesmas

5
sebagai tempat kerja juga memiliki potensi terhadap adanya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK), sehingga menjadi hal yang sangat
penting untuk mengkaji faktor risiko K3 di puskesmas, khususnya di
tempat kerja saya, Puskesmas Herlang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, masalah yang
ingin di bahas yaitu bagaimana analisis risiko K3 di Puskesmas Herlang ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menganalisis risiko K3
(berdasarkan kapasitas tenaga kerja, beban kerja, dan beban tambahan) di
Puskesmas Herlang.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Lingkungan Kerja (Puskesmas Herlang)

Puskesmas Herlang merupakan salah satu puskesmas yang terletak di bagian


timur Kabupaten Bulukumba yang berada di bawah naungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bulukumba. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Puskesmas
Herlang memiliki lingkungan kerja yang meliputi :
1. Gedung Utama berlantai 2 yang terdiri dari : Lantai 1 digunakan untuk pelayanan
pasien rawat jalan (loket, poli umum, poli KIA, laboratorium, ruang isolasi TB,
apotik, ruangan bersalin, dan ruangan pengelola program puskesmas, serta
gudang), lantai 2 digunakan sebagai ruangan manajemen (kapus, KTU, dan
bagian administrasi puskesmas).
2. Gedung Unit Gawat Darurat (UGD) di bagian samping gedung utama, namun
diantarai oleh perumahan dinas dokter umum.
3. Gedung Ruang Rawai Inap (RRI) di belakang gedung UGD, namun untuk
menjangkau ruang rawat inap dari arah UGD harus memutar melewati
perumahan dinas dokter umum.

Masing-masing lingkungan kerja di setiap bagian memiliki jenis dan bentuk


pekerjaan yang berbeda beda sehingga kapasitas kerja, beban kerja maupun
risiko kerja juga memiliki beberapa perbedaan. Selain itu, jenis pekerjaan yang
dilaksanakan terdiri dari rutinitas di dalam kantor dan tugas lapangan (outdoor).

7
B. Analisis Risiko K3 di Puskesmas Herlang

1. Kapasitas Kerja
Person
Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh
seseorang yang terbatas atau dapat dikatakan sebagai suatu wadah
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Kapasitas
seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain gizi,
kesehatan, genetik dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini
mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang dalam
bekerja. Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan juga
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran,
gizi, usia, jenis kelamin dan ukuran-ukuran tubuh.
a. Pendidikan : pegawai yang berstatus PNS di Puskesmas Herlang
paling rendah berpendidikan SMA dan paling tinggi S2. Mayoritas
staf yang merangkap lebih dari 1 pekerjaan karena terkendala
pada kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada. Sedangkan
untuk staf honorer terdiri dari pendidikan SD S1. Tugas dan
fungsi dari setiap pegawai honorer sejauh ini telah ditempatkan
sesuai dengan tingkat kebutuhan kantor, bahkan ada beberapa
pegawai honorer yang rangkap tugas sebagai pengelola
program, misalnya perawat rangkap tugas sebagai pengelola
program, sopir ambulans rangkap tugas sebagai petugas
kebersihan, asisten apoteker rangkap tugas sebagai pengelola
program, bahkan ada yang rangkap tugas hingga lebih dari 2
tugas.
b. Jenis Kelamin : tidak ada perbedaan yang terlalu besar diantara
pegawai pria dan wanita. Beban kerjanya pun hampir sama
kecuali untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar secara

8
khusus misalnya perawat yang menggotong/mengggendong
pasien dari UGD ke RRI harus laki-laki.
c. Usia : rata-rata usia pegawai Puskesmas Herlang berkisar
diantara 21 50 tahun, sebagian kecil berusia di atas 50 tahun.
Kapasitas pekerjaan di lingkungan dalam kantor tidak terdapat
perbedaan yang mencolok untuk setiap kategori umur namun
untuk tugas di lapangan, dikerjakan dengan mempertimbangkan
kemampuan fisik dan akademik pegawai sesuai dengan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kapasitas kerja untuk
kelompok usia di atas 50 tahun cenderung kurang mengingat
makin tua usia seseorang akan turut mempengaruhi kondisi
kesehatan, vitalitas dan kreatifitas. Mereka agak lambat di dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dan beberapa diantaranya juga
kurang mampu memahami dengan cepat penggunaan media
teknologi informasi yang mendukung tugas/tanggung jawab.
d. Pengalaman/Pengetahuan : kapasitas kerja masing masing
pegawai dipengaruhi pula oleh pengalaman kerja masing
masing staf. Pegawai yang telah lama bekerja tentunya memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak mengenai hal
hal yang menjadi tugas pokok dan fungsi di Puskesmas Herlang
dibandingkan dengan pegawai yang tergolong baru. Oleh karena
itu dilakukan pembimbingan/orientasi kerja bagi pegawai baru
sesuai dengan bidangnya sambil dilakukan peningkatan
kapasitas dan kualitas SDM melalui berbagai pelatihan yang
sesuai dengan bidang kerja masing masing.
e. Keterampilan kerja : dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi,
pegawai diarahkan kepada pekerjaan yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan serta kemampuan masing masing tetapi
tidak menutup kemungkinan terdapat staf yang mengerjakan
beberapa pekerjaan yang tidak sesuai di bidangnya. Dalam hal
ini, kebijakan kantor adalah memberikan/mengikutkan staf yang
bersangkutan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
keterampilan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dikerjakannya. Misalnya saja staf berlatar belakang pendidikan
D3 Farmasi yang juga diperbantukan di program kesehatan
lingkungan, agar memiliki keterampilan dalam program tersebut

9
maka staf tersebut diikutkan dalam pelatihan tentang program
kesehatan lingkungan

.
f. Status Kesehatan/Kebugaran dan Gizi : di Puskesmas Herlang
telah diprogramkan kebiasaan berolahraga secara rutin setiap
hari sabtu melalui kegiatan senam Prolanis. Hal ini dimaksudkan
sebagai salah satu program refreshing jasmani yang akan
mendukung staf dalam meminimalisir stress akibat pekerjaan,
selain itu dengan adanya program tersebut staf puskesmas juga
mendapatkan pemeriksaan kesehatan setiap bulan di kantor
yang akan memantau kondisi kesehatan setiap staf (tekanan
darah, gula darah, kolesterol dan indeks massa tubuh).

Place (Unit-unit Kerja)


Kapasitas pekerjaan di setiap bagian di Puskesmas Herlang berbeda beda.
Adapun unit kerja tersebut terdiri dari :
a. Bagian administrasi puskesmas yang meliputi pekerjaan di dalam ruangan
berupa pekerjaan dengan mengoperasikan alat tulis perkantoran seperti
komputer, laptop, printer, scanner, mesin fax, mesin fotocopy dan lain-
lain. Pengetahuan serta keterampilan bekerja di dalam kantor merupakan
pengetahuan dasar yang harus mampu dilaksanakan oleh setiap pegawai.
Selain bekerja di dalam ruangan, staf bagian adminitrasi juga melakukan
pekerjaan di luar kantor (dinas luar) misalnya melakukan bimbingan teknis
dan pendataan misalnya terkait pendataan dan distribusi kartu BPJS.
b. Bagian Laboratorium yang meliputi aktifitas di dalam laboratorium. Tentu
saja berada di dalam laboratorium merupakan jenis pekerjaan dengan
risiko yang besar baik dari segi keamanan maupun kesehatan sehingga
setiap instalasi memiliki prosedur tahapan kegiatan yang harus diikuti.
Pekerjaan di laboratorium menyebabkan staf laboratorium setiap hari
harus terpapar dengan berbagai bahan kimia/fisika/biologi yang mungkin
saja berbahaya. Dalam hal ini, dua orang staf yang berkerja di
laboratorium dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri, pemahaman akan
prosedur kerja di dalam laboratorium serta pembagian jenis jenis
parameter yang dikerjakan. Selain bekerja di dalam lingkungan
laboratorium, personel laboratorium juga bekerja di luar gedung misalnya

10
pengambilan sampel pada populasi berisko, hal ini memungkinkan
mereka terpapar dengan risiko yang lebih besar. Sehingga penggunaan
APD menjadi hal wajib walaupun berada di lapangan.
c. Bagian Program meliputi aktifitas didalam kantor dan di luar kantor.
Keadaan geografis Puskesmas Herlang yang umumnya merupakan
wilayah pegunungan dengan beberapa akses jalan bebatuan
merupakan risiko terbesar akan keselamatan petugas jika
bekerja di luar gedung.
d. Mobil Ambulance yang hanya dikemudikan oleh 1 orang sopir.
Mengingat tugas dan tanggung jawab sopir ambulans yang harus
siaga 24 jam, maka menjadi beban kerja yang cukup berat bagi
sopir ambulans apalagi jika harus merujuk pasien di waktu
tengah malam dalam kondisi capek dan mengantuk yang
memungkinkan risiko kecelakaan menjadi besar.
e. Bagian UGD dan RRI, dengan jumlah perawat laki-laki hanya 2
orang, dengan struktur gedung yang tidak memungkinkan untuk
menggunakan kursi roda atau tempat tidur dorong untuk
memindahkan pasien dari UGD ke RRI maupun dari parkiran UGD
ke ruang UGD sehingga pasien harus digendong oleh perawat.
Hal ini memungkinkan perawat untuk berisiko terkena penyakit
akibat kerja, belum lagi harus terpapar dengan pasien, sehingga
penggunaan APD mutlak diperlukan sebagai pencegahan awal
penularan penyakit.

Time (Lama Terpapar, shift)


Di Puskesmas Herlang, waktu kerja rutin pegawai sesuai dengan
peraturan adalah untuk pelayanan non rawat inap dan administrasi yakni hari
senin-kamis pukul 07.30-14.00 dan hari jumat pukul 07.30-11.00, dan hari
sabtu 07.30-13.00. Sedangkan untuk waktu pelayanan rawat inap,
ambulance dan UGD berlaku 24 jam. Terkadang juga staf diharuskan
melaksanakan lembur untuk mengejar target pekerjaan yang harus
diselesaikan, terutama pegawai di bagian keuangan dan administrasi.
Lama keterpaparan dengan lingkungan kerja, untuk staf pengelola
program, staf keuangan, dan staf administrasi lebih kepada posisi duduk
yang terlalu lama dan kontak dengan layar computer/laptop. Posisi duduk
yang terlalu lama dapat memberikan efek yang kurang baik kepada

11
kesehatan sedangkan penggunaan laptop memberi efek secara langsung
kepada mata. Untuk personel di laboratorium, keterpaparan dengan
materi/bahan kerja di dalam laboratorium menjadi salah satu risiko terbesar
yang harus menjadi perhatian. Dengan jam kerja yang cukup lama,
diharapkan bahwa personel laboratorium dapat memanajemen pekerjaan dan
memperhatikan lama kontak dengan zat/materi yang dapat membahayakan
kesehatan serta penggunaan APD. Pekerjaan yang dilakukan di lapangan
pada umumnya tidak terikat dengan waktu bahkan tidak jarang terdapat
pekerjaan yang menuntut pegawai harus melaksanakannya sampai malam
hari. Petugas medis (dokter, perawat, dan bidan) yang harus berganti shift di
RRI juga memungkinkan paparan risiko apalagi tim yang bertugas pada shift
malam harus melawan kantuk, hal ini berisiko memungkinkan timbulnya
kecelakaan kerja jika tidak diantisipasi sejak dini.

2. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh
seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Beban kerja tersebut
meliputi beban fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat
atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam
hubungannya dengan beban kerja ini. Oleh sebab itu, penempatan
seorang pekerja atau karyawan seharusnya setepat sesuai dengan
beban optimum yang sanggup dilakukan. Tingkat ketepatan
penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, disamping
didasarkan pada beban optimum, juga dipengaruhi oleh
pengalaman, keterampilan, motivasi dan sebagainya.

a. Beban kerja fisik : ada beberapa pekerjaan di Puskesmas Herlang yang


membutuhkan kerja fisik yang kuat seperti menggendong pasien dari
ruang UGD ke RRI. Beban fisik dalam bekerja juga cukup berat kepada
sopir puskesmas keliling yang harus mengemudikan kendaraan ke
daerah-daerah dengan akses sulit dijangkau. Mereka membutuhkan
dokter jaga, perawat jaga, dan bidan jaga yang dituntut untuk selalu aware
baik siang maupun malam. Setiap pegawai yang akan melakukan

12
pekerjaan di luar gedung membutuhkan fisik dan stamina yang baik untuk
mendukung kelancaran tugasnya selama bekerja di luar kantor.
b. Beban kerja mental : beban kerja ini lebih dirasakan oleh pekerja yang
ditempatkan tidak sesuai dengan kemampuannya. Seorang staf bagian
keuangan dengan latar belakang S1 Farmasi misalnya yang tidak punya
kemampuan/keterampilan khusus di bidang keuangan, tidak bisa bekerja
dengan baik jika tidak ada staf yang membantu atau tidak pernah
memperoleh bimbingan/pendidikan terkait dengan keuangan. Apalagi jika
menghadapai akhir tahun atau jika akan dilaksanakan audit keuangan,
maka staf ini biasanya lembur hingga larut malam menyelesaikan laporan
keuangan yang biasanya batas waktu pemasukannya mendesak.
Penempatan staf tidak sesuai dengan kemampuannya juga bisa
menimbulkan beban kerja mental bukan hanya pada staf itu sendiri tapi
atasan dari staf tersebut. Sebagai contoh tenaga honorer yang berlatar
pendidikan perawat yang bekerja administrasi didukung dengan
ketidakmampuannya mengoperasikan komputer bisa menimbulkan beban
pemikiran kepada atasan dan staf itu sendiri karena memperlambat
proses penyelesaian pekerjaan karena harus diajari atau dibimbing
menggunakan komputer dalam bekerja. Selain itu, distriubsi pekerjaan
yang tidak seimbang diantara setiap staf akan memberikan pengaruh
yang besar kepada staf dengan beban kerja yang lebih banyak. Misalnya
terdapat staf dengan tingkat pendidikan S1 Epidemiologi kemudian
dipercayakan pekerjaan sebagai pengelola 4 jenis program, sebagai staf
bagian apotik, sebagai pengelola program surveilans, sebagai
penanggungjawab prolanis, dan sebagai panitia penerimaan/pemeriksa
pengadaan barang dan jasa kantor akan memiliki beban mental yang
lebih besar dibandingkan staf lain di seksi tersebut dengan tingkat
pendidikan yang sama namun hanya bekerja sebagai pengelola 1 jenis
program seksi saja. Sehingga hal yang perlu diperhatikan adalah distribusi
setiap pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikannya,
kemampuan/keterampilannya serta dukungan moral maupun spiritual
dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya demi meminimalisir
beban mental yang akan berefek kepada kualitas kerja dan juga
kesehatan staf yang bersangkutan.
c. Beban kerja sosial : meliputi hubungan diantara setia pegawai baik dalam
lingkungan kerja yang seruangan maupun diantara setiap pegawai dalam

13
satu kantor. Secara sosial, rekan kerja merupakan support yang sangat
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan mengingat manusia
adalah makhluk sosial yang tentunya membutuhkan manusia lain untuk
saling bekerjasama mencapai tujuan yang ingin dicapai. Hubungan
pekerjaan melibatkan kerjasama dari tim yang solid sehingga dengan
adanya hubungan yang baik dan akrab dari setiap pegawai akan
mendukung terlaksananya tugas dengan lancer dan mencapai target yang
diharapkan. Di Puskesmas Herlang ada kecenderungan terjadinya
kelompok-kelompok sosial diantara pegawai, misalnya khusus untuk
bagian program, terdapat 2 kelompok yang biasanya dalam pergaulan
sehari-hari di kantor mereka hanya bergaul dengan teman
sekelompoknya sehingga potensial menyebabkan konflik jika
berbenturan dengan kelompok lain.

3. Lingkungan Kerja (Beban Tambahan)


Lingkungan kerja yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan
pekerjaan dapat menjadi beban tambahan. Disebut beban
tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan
harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan.
Beban tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi lima faktor,
yakni :
a. Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan
yang menyebabkan pandangan tidak enak mengganggu,
misalnya nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tidak teratur,
dan sebagainya. Lingkungan secara biologi akan memberikan
risiko dari segi kesehatan kepada pegawai misalnya personel
laboratoirum yang bekerja di laboratorium mikrobiologi bekerja
bersama dengan bakteri bakteri pathogen yang dapat
membahayakan kesehatan sehingga jika tidak hati hati selama
bekerja dan tidak memperhatikan standar operasional prosedur
kerja dapat menderita peyakit akibat bakteri pathogen tersebut,

14
atau personel laboratorium yang bekerja dengan sampel darah
orang lain (misalnya penderita HIV AIDS) memiliki risiko tertular
penyakit dari darah yang diperiksa jika tidak berhati - hati.
Selain itu, pekerjaan di lapangan yang secara khusus melakukan
kajian kajian terhadap beberapa penyakit menular memiliki
risiko pekerjaan yang juga perlu diperhatikan misalnya pada
petugas TB yang akan melakukan pendampingan penderita di
lapangan.
d. Faktor fisik, misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak
cukup, suhu udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau
rendah, suara yang bising, dan sebagainya. Lingkungan kantor
dengan pencahayaan yang kurang baik akan mempengaruhi
kesehatan mata pegawai di lingkungan tersebut. Suhu udara
yang terlalu panas (tidak terdapat AC) akan mempengaruhi kerja
otak, sistem metabolism tubuh dan peredaran darah pegawai
saat bekerja. Puskesmas Herlag tergolong puskesmas dengan
suasana kantor yang sangat tidak nyaman. Kondisinya pengap,
kadang bau karena air tidak lancar, dan penerangan yang tidak
cukup khususnya di gudang obat, sehingga bisa saja petugas
salah dalam menyediakan obat resep dari dokter.
e. Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan
gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau asap, debu dan
sebagainya. Instalasi laboratorium merupakan lingkungan kerja
yang rentan dengan keterpaparan terhadap bahan kimia,
sehingga Standar Operasional dan Prosedur (SOP) kerja memang
dengan benar harus dipatuhi. Di Puskesmas Herlang, SOP kerja
tersebut dipasang di setiap bagian di tempat yang mudah dilihat
sehingga akan selalu mengingatkan setiap personel laboratorium
untuk mengikutinya.
f. Faktor ergonomi/fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak
sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic),
misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek. Di
Puskesmas Herlang, masih ada beberapa ruangan dengan kursi
dan meja yang tidak ergonomis bahkan tidak cukup sehingga
banyak petugas yang bekerja dilantai dengan menggunakan
karpet. Di instalasi laboratorium terdapat barang barang serta

15
reagen yang disimpan di tempat yang tidak tepat dan
menyulitkan analis untuk mengambilnya. Pegawai yang terkadang
lembur, bekerja dengan posisi duduk lama didepan komputer bisa
menyebabkan penyakit akibat kerja. Posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan
fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah
nyeri pinggang kerja (low back pain).
g. Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis,
misalnya adanya klik, gosip, cemburu, stres dan sebagainya. Di
Puskesmas Herlang ada kecenderungan terjadinya kelompok-kelompok
sosial diantara pegawai, misalnya khusus untuk bagian program, terdapat
2 kelompok yang biasanya dalam pergaulan sehari-hari di kantor mereka
hanya bergaul dengan teman sekelompoknya sehingga potensial
menyebabkan konflik jika berbenturan dengan kelompok lain.
Juga terkadang terjadi hubungan kerja yang kurang serasi antara
pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja karena tidak
sesuainya pemahaman dalam bidang pekerjaan atau pembagian
jasa layanan yang dirasa tidak sesuai.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kapasitas kerja, beban kerja dan beban
tambahan petugas di Puskesmas Herlang, diperoleh gambaran besarnya risiko
yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, sehingga
program kesehatan dan keselamatan kerja masih perlu dikembangkan. Kapasitas
kerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain gizi,
kesehatan, genetik dan lingkungan. Beban kerja merupakan beban fisik
maupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Sedangkan beban tambahan merupakan faktor lingkungan
yang mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh pekerja atau
karyawan yang bersangkutan.

B. Saran

17
Perlu dilakukan sosialisasi tentang kesehatan dan keselamatan dalam
bekerja pada setiap pegawai Puskesmas Herlang sehingga ada kesadaran dalam
bekerja secara aman dan dapat menerapkannya dalam bekerja .

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan.


http://ppnisardjito.blogspot.co.id/2012/06/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
bagi.html. Diakses 7 Desember 2016

Depkes.2006. Pedoman K3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit. http://Pedoman-Kesehatan-


Keselamatan-Kerja-Instalasi-Farmasi-Rumah-Sakit-K3-IFRS.pdf. Diakses 7
Desember 2016

ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja Sarana untuk Produktivitas.
SCORE, 2013.

Kamri, Nur. 2012. Identifikasi Faktor Bahaya Di Tempat Kerja.


http://nrkamri.blogspot.co.id/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html.
Diakses 3 Desember 2015

Takia. 2015. Keselamatan Kerja. http://takians.blogspot.co.id/2015/01/pengertianilmu-


kesehatan-kerja.html. Diakses 7 Desember 2016

18
19

Anda mungkin juga menyukai