Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL TESIS

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA DI RSUD DUMAI
KOTA DUMAI TAHUN 2022

Oleh:

ARFAH
NIM: 2105029

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
PEKANBARU
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya diberi nikmat kesehatan, kekuatan keterbukaan hati dan pikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di RSUD Dumai Kota
Dumai Tahun 2022”. Proposal tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat di STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian proposal tesis ini jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta memberikan
bantuan dalam penyusunan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, Juni 2022

Peneliti
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
1. Tujuan Umum .............................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................ 7


A. Telaah Pustaka .................................................................... 7
B. Kerangka Teori ................................................................... 26
C. Kerangka Berpikir ............................................................... 26
D. Penelitian Sejenis ................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
SMK3 di Rumah Sakit mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit. Pada
pasal 2 dijelaskan bahwa pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit secara optimal, efektif, efisien
da berkesinambungan. Rumah Sakit harus menjamin Keselamatan dan
Kesehatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun
masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena
itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh
sehingga resiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari (Suardi, 2017).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit menyatakan
bahwa bahwa dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit perlu
diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit agar
terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman.
Rumah sakit dapat dikatakan terminal segala penyakit, baik penyakit
menular maupun tidak menular. Tenaga kerja yang bertugas akan sering
berinteraksi dengan pasien sehingga rentan tertular penyakit yang sama.
Keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit merupakan program yang baru
bagi rumah sakit di Indonesia, hanya ada beberapa rumah sakit yang memiliki
panitia K3RS, dan itupun belum memiliki program yang terarah. Oleh sebab
itu, data tentang angka kecacatan, kesakitan dan kematian akibat kerja di
rumah sakit 6 belum ada (Husain et al., 2021).
2

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1998 menunjukan


kecelakaan kerja di RS 41% lebih besar dari pekerja industry lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, terpotong, tertular penyakit, dan
lain-lain. Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
dinyatakan bahwa dalam upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko paling sedikit 10 (sepuluh) orang. Jika memperhatikan isi
dari pasal di atas maka jelas bahwa Rumah Sakit termasuk kedalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap pelaku langsung yang bekerja di RS,
juga terhadap pasien dan pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola menerapkan upaya-upaya K3 di Rumah Sakit (Ramli, 2018).
Terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh
faktor manusia (unsafe act), yaitu perilaku yang tidak aman. Sebagian kecil
disebabkan oleh faktor lingkungan (unsafe condition). Oleh sebab itu, untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga medis, tenaga nonmedis maupun
orang lain yang berkunjung ke rumah sakit, diperlukan suatu upaya untuk
meminimalisir risiko bahaya yang ada, sehingga semua yang berada di rumah
sakit dapat beraktivitas dengan perasaan aman dan nyaman, maka perlu
diterapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (Ivana et al., 2014).
Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai
sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan
K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif.
Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih
terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri
dalam bekerja. Pada tahun 2016 terdapat lebih dari 5 juta orang bekerja di
rumah sakit di seluruh Amerika dengan berbagai macam jenis pekerjaan di
dalamnya. Mereka semuanya terpapar dengan berbagai masalah yang
berkaitan dengan gangguan K3RS di mana salah 5 satunya adalah tindak
kekerasan. Menurut data perkiraan Bureau Labor Statistic (BLS) pada tahun
3

2019 terdapat 2637 kasus tindak kekerasan yang dialami oleh pekerja rumah
sakit (Warta Kesehatan Kerja, 2020). Hal ini tentunya perlu mendapatkan
perhatian serius dari pihak pengurus rumah sakit, yaitu melalui upaya
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (K3RS) (Pinontoan et al., 2020).
Dibandingkan dengan pekerja sipil lainnya, pekerja rumah sakit lebih
banyak mengalami masalah Keselamatan dan Kesehatan kerja, berdasarkan
klaim kompensasi yang diajukan. Komitmen bersama yang kuat,
perencanaan, dan pengorganisasian untuk menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja sangat diperlukan untuk meningkatkan daya
kerja dan produktivitas. Lemahnya sistem manajemen dan rendahnya tingkat
kesadaran terhadap pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat
berakibat fatal bagi pekerja maupun kemampuan berproduksi suatu tempat
kerja. Rumah sakit sebagai tempat kerja jasa yang memiliki lingkungan kerja
yang kompleks dengan berbagai potensi sumber bahaya di dalamnya,
sepatutnya memiliki tindakan preventif yang benar-benar mampu menjamin
keselamatan dan kesehatan pekerjanya (Apriliawati et al., 2017).
Penelitian oleh Wati et al., (2018) mengungkapkan bahwa komitmen
dan kebijakan SMK3 di RSUD Muko-Muko sudah ada dalam bentuk,
penyediaan dana, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan K3
sudah terpenuhi. Perencanaan SMK3 di RSUD Muko-Muko sudah berjalan
dengan baik mulai dari identifikasi risiko sampai dengan manajemen risiko.
Selain itu pekerja juga di haruskan mengikuti SOP setiap melakukan
pekerjaannya. Organisasi K3 belum terbentuk di RSUD Mukomuko.
Manajemen K3 RSUD Muko-Muko berada satu tingkat di bawah direktur dan
termasuk ke dalam bidang pelayanan medis dimana anggotanya inti berasal
dari Instalasi IPSRS dan Instalasi Kesling, Sebagian besar langkah-langkah
penerapan SMK3 sudah berjalan dengan baik di RSUD Muko-Muko dimana
pihak RS sudah menyatakan komitmen, melakukan penyuluhan K3 kepada
pekerja, pelaksanaan program K3 seperti penyediaan APD, pemeriksaan
4

kesehatan, serta mengobati pekerja yang sakit dengan memberikan layanan


BPJS. Meskipun pelaksanaan pemantauan dan evaluasi belum berjalan.
Penelitian lainnya oleh (Salmawati et al., 2018) menyimpulkan bahwa
penerapan SMK3 tidak berhubungan dengan motivasi kerja dan stres kerja
perawat di RSU Anutapura Palu. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi RS untuk meningkatkan sosialisasi pentingnya K3 dan mendorong
penerapan SMK3 RS. Korelasi yang lemah (R 0,092) dengan nilai 0,008
menunjukkan bahwa hanya 8% motivasi kerja pada perawat di RSU
Anutapura Palu yang dipengaruhi oleh penerapan SMK3, sedangkan 92%
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor tersebut antara lain tipe
pekerjaan, upah, jam kerja, fasilitas, supervisior, rekan kerja, rasa aman,
kesempatan untuk maju, nama baik tempat kerja, kondisi lingkungan kerja.
Berdasarkan hasil riset oleh National Institute for Occupational Safety and
Health, faktor kesehatan keselamatan kerja, seperti perancangan tugas (beban
kerja yang berat, frekuensi perubahan waktu istirahat, waktu kerja yang
panjang dan pengaturan shift kerja) dan kondisi lingkungan kerja hanya
merupakan dua dari enam faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja. Oleh
karenanya, banyak faktor selain kesehatan dan keselamatan kerja yang
mempengaruhi stres kerja
Melihat kondisi ini, jika kita berpatokan pada data-data tersebut, maka
akan sulit menentukan rumah sakit mana yang memiliki angka kejadian
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang tinggi. Sehingga penilaian awal
dapat dilakukan pada kondisi rumah sakit dan perilaku kerja para petugasnya.
Sebab kedua hal tersebut dapat menggambarkan risiko yang dapat
ditimbulkannya. Salah satu rumah sakit yang penulis anggap perlu untuk
diteliti upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerjanya, (dalam hal ini
penerapan SMK3) adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dumai.
RSUD Dumai adalah salah satu Rumah Sakit di Kota Dumai. RSUD
Dumai sudah terdapat K3 namun pelaksanaan SMK3 belum berjalan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dumai belum
terakreditasi dan pada tahun 2019 jumlah tenaga kesehatan yang mengalami
5

kecelakaan akibat kerja yaitu sebanyak 3 orang perawat dan 1 orang cleaning
service tertusuk jarum suntik. Pada tahun 2020 jumlah tenaga kesehatan yang
mengalami kecelakaan akibat kerja yaitu 2 orang perawat dan 3 orang
cleaning service juga tertusuk jarum suntik, dan pada tahun 2021 jumlah
tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan akibat kerja yaitu 6 orang
diantaranya 2 orang dokter, 2 orang perawat, 1 orang cleaning service 1 orang
perawat (terpeleset) akibat lantai licin. Selain itu pada tahun 2021 pernah
terjadi konsleting listrik yang mengakibatkan kebakaran, namun tidak
menyebabkan korban jiwa. Kecelakaan kerja ini seharusnya bisa dikendalikan
dengan pelaksanaan SMK3 yang tepat.
Berdasarkan permasalahan diatas mengenai pentingnya penerapan K3 di
RSUD Dumai, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di RSUD Dumai Kota Dumai Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
RSUD Dumai sudah terdapat K3 namun pelaksanaan SMK3 belum
berjalan. Sudah pernah terjadi beberapa kejadian yang diakibatkan
pelaksanaan SMK3 yang belum berjalan. Kecelakaan kerja ini seharusnya
bisa dikendalikan dengan pelaksanaan SMK3 yang tepat. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dumai, maka rumusan masalah yang
ada pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di RSUD Dumai Kota Dumai
Tahun 2022.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di RSUD Dumai Kota Dumai Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Hubungan kebijakan K3 dengan penerapan SMK3 di RSUD Dumai
Kota Dumai Tahun 2022.
6

b. Hubungan perencanaan K3 dengan penerapan SMK3 di RSUD


Dumai Kota Dumai Tahun 2022.
c. Hubungan pelaksanaan K3 dengan penerapan SMK3 di RSUD
Dumai Kota Dumai Tahun 2022.
d. Hubungan pemantauan dan evaluasi kinerja dengan penerapan SMK3
di RSUD Dumai Kota Dumai Tahun 2022.
e. Hubungan peninjauan dan peningkatan kinerja dengan penerapan
SMK3 di RSUD Dumai Kota Dumai Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penerapan
SMK3 di RSUD Dumai. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat
mengurangi kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di RSUD
Dumai.
2. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi pengembangan
ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang K3, serta dapat dijadikan
sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di RSUD Dumai Kota Dumai Tahun 2022”. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah
kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan K3, pemantauan dan evaluasi
kinerja, peninjauan dan peningkatan kinerja K3 dengan penerapan SMK3.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni hingga Juli 2022. Data diperoleh
melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di RSUD
Dumai Kota Dumai. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat
dan multivariat.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Definisi SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
memiliki 4 (empat) istilah pokok, yaitu: Manajemen, Manajemen K3, Sistem,
Sistem Manajemen K3 (Sucipto, 2014).
a. Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti seni
melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet mendefiniskan
manajemen sebagain seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengendalian sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisis dan sesuai dengan
jadwal (Buntarto, 2015).
b. Manajemen K3
Manajemen K3 adalah upaya pengelolaan K3 dalam suatu tempat
kerja atau organisasi. Sesuai dengan persyaratan perundangan, yaitu pasal
86 UU no 13 tahun 2003, pengurus wajib melakukan upaya K3. Konsep
manajemen K3 dikembangkan oleh berbagai ahli K3, seperti Dan Petersen
dalam bukunya Safety Management, Frank K. Bird dalam buku Loss
Prevention, dan Heinrich dalam bukunya Accident Prevention. National
Safety Council juga mengembangkan konsep manajemen K3 yang dimuat
dalam buku Accident Prevention Manual yang mencakup aspek
keteknikan dan administratif (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
8

K3 dalam tempat kerja harus dikelola layaknya mengelola aspek


lainnya dalam kegiatan, seperti produksi, sumber daya manusia dan
keuangan. Setiap kegiatan pasti memiliki aspek K3 atau potensi bahaya
yang terkait dengan kegiatannya. Potensi bahaya ini bersumber dari
kegiatan yang dilakukan, alat yang digunakan, material yang diolah atau
dihasilkan, proses yang dijalankan dan akivitas manusia yang berlangsung
sepanjang waktu di lingkungan tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani,
2013).
Pengelolaan K3 bergantung pada sifat dan karakteristik kegiatan
atau tempat kerja. Tujuan umum dari upaya K3 adalah menciptakan
tempat kerja yang aman dan selamat untuk melindungi pekerja, aset
produksi dan lingkungan sekitarnya (Suma’mur, 2014).
c. Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani
(sustema) yang berarti suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan
suatu set entitas yang berinteraksi di mana suatu model matematika sering
kali dapat dibuat (Budiono, 2013).
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu organisasi, produk, benda, alat atau
kegiatan. Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu
tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan
umpan balik, serta lingkungan (Tarwaka, 2014).
d. Sistem Manajemen K3
Sistem Manajemen K3 adalah sistem yang digunakan untuk
mengelola aspek K3 dalam organisasi atau tempat kerja. Sistem
Manajemen K3 adalah pengelolaan K3 dengan menerapkan sistem
manajemen untuk mencapai hasil yang efektif dalam mencegah
kecelakaan dan efek lain yang merugikan (Suardi, 2017).
9

Menurut (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50


Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja, 2012), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem
manajemen tempat kerja secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Sedangkan meurut Occupational Health Safety Assestment System
(OHSAS) 18001, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen yang
digunakan untuk pengembangan dan mengimplementasikan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dan mengelola risiko keselamatan dan
kesehatan kerja dalam organisasi. Sistem manajemen K3 merupakan
konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu
sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan,
pengukuran dan pengawasan (Budiono, 2013).
Semua konsep SMK3 semakin menyadarkan akan pentingnya
kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan
mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen tempat kerja yang
lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari tempat kerja untuk
menerapkan suatu SMK3 dalam mengelola K3. Pengelolaan ini memiliki
pola “Total Loss Control” yaitu sebuah kebijakan untuk menghindari
kerugian bagi tempat kerja-properti, personil tempat kerja dan lingkungan
melalui penerapan SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia,
material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola
penerapan prinsip manajemen yaitu PDCI (Planning, Do, Check,
Improvement) (Tarwaka, 2014).
2. Tujuan Sistem Manajemen K3
SMK3 diperlukan untuk meningkatkan upaya K3 yang dijalankan
dalam tempat kerja agar berjalan secara efektif dan efisien. Menurut PP no. 50
tahun 2012, penerapan SMK3 bertujuan untuk:
10

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja


yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat
pekerja/serikat buruh.
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk
mendorong produktivitasnya (Dwiari & Muliawan, 2019).
3. Manfat Sistem Manajemen K3
SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar atau dunia
internasional saja tetapi juga tanggung jawab manajemen untuk menyediakan
tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga
mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain (Santosaningsih et
al., 2020):
a. Manfaat langsung
1) Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
2) Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja
3) Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga
kerja merasa aman dalam bekerja.
b. Manfaat tidak langsung
1) Meningkatkan citra tempat kerja.
2) Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan tempat
kerja.
3) Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga
membuat umur alat semakin lama (Sucipto, 2014).
4. Dasar Hukum SMK3
. Penerapan SMK3 dikuatkan dengan dimasukkannya ke dalam
Undang-Undang no. 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan.
Sejalan dengan perkembangan dan peningkatan kesadaran masyarakat,
pemerintah mengeluarkan PP no. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3.
Setelah itu dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
11

Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah


Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 66 tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit dan PP no. 50 tahun 2012
tersebut memuat mengenai model SMK3 yang digunakan di lingkungan
tempat kerja yang dilengkapi dengan pedoman implementasinya. Dengan
dikeluarkannya PP no 50 tahun 2012 maka Permenaker no. 5 tahun 1996
tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi. Untuk rumah sakit, Menteri Kesehatan
mengeluarkan Kepmenkes no 432 tahun 2007 yang membahas tentang
Pedoman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
5. Prinsip Dasar SMK3
Menurut (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, 2016),
SMK3 Rumah Sakit meliputi:
a. Penetapan kebijakan K3RS;
b. Perencanaan K3RS;
c. Pelaksanaan rencana K3RS;
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS; dan
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS.
6. Pedoman Penerapan SMK3
Berdasarkan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,
2016), bahwasanya setiap rumah sakit wajib menerapkan 5 (lima) elemen
penerapan SMK3, yaitu:
a. Penerapan Kebijakan K3
Kebijakan K3RS ditetapkan secara tertulis dengan Keputusan Kepala
atau Direktur Rumah Sakit dan disosialisasikan ke seluruh SDM Rumah
Sakit. Kebijakan K3RS meliputi:
1) Penetapan kebijakan dan tujuan dari program K3RS;
12

2) Penetapan organisasi K3RS; dan


3) Penetapan dukungan pendanaan, sarana, dan prasarana
Penyusunan kebijakan K3RS dilakukan melalui:
a) Tinjauan awal kondisi K3RS
b) Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
4) Penetapan kebijakan K3RS harus:
a) Disahkan oleh pucuk pimpinan tempat kerja
b) Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani
c) Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3RS
d) Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
kontraktor, pemasok dan pelanggan
e) Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik
f) Bersifat dinamis
g) Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan
tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam tempat
kerja dan peraturan perundang-undangan (Susanto & Nopriadi,
2021).
b. Perencanaan K3RS
1) Manajemen menyusun rencana K3RS berdasarkan (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, 2016):
a) Hasil penelaahan awal
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi
K3RS tempat kerja yang telah dilakukan pada penyusunan
kebijakan.
b) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko harus dipertimbangkan pada saat perumusan masalah.
c) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
harus:
13

(1) Ditetapkan, dipelihara di inventarisasi dan diidentifikasi oleh


tempat kerja.
(2) Disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh.
d) Sumber daya yang dimiliki
Dalam menyusun perencanaan harus dipertimbangkan
sumber daya yang dimiliki meliputi tersedianya sumber daya yang
kompeten, sarana dan prasarana serta dana (Waleleng, 2020).
2) Rencana K3RS yang disusun oleh tempat kerja paling sedikit memuat:
a) Tujuan dan sasaran
b) Skala prioritas
c) Upaya pengendalian bahaya
d) Penetapan sumber daya
e) Jangka waktu pelaksanaan
f) Indikator pencapaian
g) Sistem pertanggungjawaban
Sistem penanggung jawab harus ditetapkan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat
manajemen tempat kerja yang bersangkutan untuk menjamin
perencanaan tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3RS akan
efektif apabila semua pihak dalam tempat kerja didorong untuk
berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3RS, dan
memiliki budaya tempat kerja yang mendukung dan memberikan
kontribusi bagi SMK3RS. Berdasarkan hal tersebut manajemen
harus:
(1) Menentukan, menunjukkan, mendokumentasikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di
bidang K3RS dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan
hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen,
pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor dan pengujung.
(2) Mempunyai prosedur untuk memantau dan
mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan
14

tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program


K3RS.
(3) Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi
yang menyimpang atau kejadian-kejadian lain (Yunika &
Putro, 2021).
c. Pelaksanaan Rencana K3RS
Pelaksanaan rencana K3RS harus dilaksanakan oleh tempat kerja
dengan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,
2016):
1) Penyediaan sumber daya manusia
2) Menyediakan prasarana dan sarana yang memadai
Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:
a) Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3RS tempat
kerja wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3RS yang
bertanggung jawab di bidang K3RS. P2K3RS adalah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara
tempat kerja dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk
mengembangka kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan K3RS.
b) Anggaran tempat kerja harus mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan K3RS secara menyeluruh.
c) Prosedur operasi/kerja, informasi dan pelaporan serta
pendokumentasian.
d) Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis
untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3RS yang
telah ditetapkan (Putera & Harini, 2017).
15

d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja


Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di tempat kerja
meliputi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,
2016):
1) Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran
Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta
frekuensinya disesuaikan dengan objek mengacu pada peraturan dan
standar yang berlaku. Prosedur pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran secara umum meliputi:
a) Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian
yang cukup.
b) Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang
berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga
kerja dan kontraktor kerja yang terkait.
c) Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan
untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3.
d) Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidak sesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan,
pengujian dan pengukuran.
e) Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakn untuk menemukan
penyebab permasalahan dari suatu insiden.
f) Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
2) Audit internal SMK3
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan
secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki
kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah
ditetapkan.
16

Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil


audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan di tempat
kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan
ulang manajemen. Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan
digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara
sistematik dan efisien oleh pihak manajemen (Jeli et al., 2021).
e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan
guna pencapaian tujuan SMK3, tempat kerja harus (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, 2016):
1) Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala/
2) Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap
seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya
terhadap kinerja tempat kerja.
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
1) Evaluasi terhadap kebijakan K3
2) Tujuan, sasaran dan kinerja K3
3) Hasil temuan audit SMK3
4) Evaluasi efektivitas penerapan SMK3 dan kebutuhan untuk
pengembangan SMK3 (Maringka et al., 2019).
7. Komitmen dan Kebijakan SMK3
Pondasi dalam sistem manajemen K3 adalah komitmen, kepemimpinan
dan kebijakan manajemen. Sejalan dengan ketentuan perundangan,
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tugas dan tanggung jawab
manajemen tempat kerja. Oleh karena itu tanpa komitmen dari manajemen
maka pelaksanaan dalam tempat kerja tidak akan memberikan hasil yang baik
(Dharma et al., 2017).
17

Sebagai bagian dari komitmen manajemen, tempat kerja harus


menetapkan kebijakan K3 yang disusun berdasarkan beberapa kaidah dan
berdasarkan berbagai input seperti visi dan misi tempat kerja, hasil dari
tinjauan awal K3 dan ketersediaan sumber daya dalam tempat kerja. Setelah
menerapkan visi dan misi dan setelah mengetahui kondisi awal K3 dalam
tempat kerja SMK3 mensyaratkan untuk menetapkan kebijakan K3 (Setiawan
et al., 2020).
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan persyaratan
penting dalam penerapan SMK3 di tempat kerja/tempat kerja. Kebijakan K3
ini merupakan bentuk nyata dari komitmen manajemen terhadap K3 yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang memuat pokok-pokok
kebijakan tempat kerja tentang pelaksanaan keselamatan kerja dalam tempat
kerja. Kebijakan ditandatangani oleh tempat kerja atau pengurus yang memuat
seluruh visi dan tujuan tempat kerja, komitmen dan tekad melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup kegiatan tempat kerja secara
menyeluruh yang bersifat umum atau operasional (Fadhila et al., 2017).
Menurut (Indra, 2017) suatu kebijakan yang baik disyaratkan memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Sesuai dengan sifat dan skala risiko K3 organisasi
b. Mencakup komitmen untuk peningkatan berjelanjutan
c. Termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya memenuhi perundangan
yang berlaku
d. Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara
e. Dikomunikasikan
f. Tersedia bagi pihak lain yang terkait
g. Ditinjau ulang secara berkala
Banyak organisasi yang memiliki kebijakan K3 yang indah dan tertulis
rapi dalam bingkai kaca. Namun kebijakan ini seringkali hanya berupa slogan
kosong yang tidak tercermin dalam pelaksanaan dan kinerja K3 organisasi,
salah satu faktor penyebab antara lain karena pengembangan kebijakan K3
18

tidak melalui proses yang baik. Pengembangan kebijakan K3 harus


mempertimbangkan faktor berikut (Buntarto, 2015):
a. Kebijakan dan objektif organisasi secara korporat
b. Risiko dan potensi bahaya yang ada dalam organisasi
c. Peraturan dan standar K3 yang berlaku
d. Kinerja K3
e. Persyaratan pihak luar
f. Peningkatan berkelanjutan
g. Ketersediaan sumber daya
h. Peran pekerja
i. Partisipasi semua pihak
Berdasarkan hasil penelitian (Toding et al., 2016) komitmen dan
kebijakan SMK3 RSIA Kasih Ibu Manado belum ditunjukan secara
menyeluruh, bahkan belum adanya keputusan-keputusan yang secara tertulis
tentang K3. Penerapan SMK3 di RSIA Kasih Ibu Manado adalah dengan
diikutinya pelatihan-pelatihan K3 dari salah satu perwakilan RSIA dan
diteruskan kepada pekerja lainnya lewat rapat yang dilaksanakan di RSIA
kaish Ibu Manado, RSIA Kasih Ibu juga mewajibkan APD dalam sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja lewat dilkukannya sosialisasi
kepada pekerja di RSIA dan ramburambu K3 yang ada di RS tersebut.
Perencanaan yang disusun langsung oleh pemimpin RSIA Kasih Ibu Manado
baru secara lisan sehingga belum terealisasi sepenuhnya, RSIA Kasih Ibu
membuat perencanaan K3 secara Umum. Pengelolaan dan evaluasi SMK3 di
RSIA Kasih Ibu Manado belum maksimal di laksnakan.
Penelitian oleh Wati et al., (2018) mengungkapkan bahwa komitmen dan
kebijakan SMK3 di RSUD Muko-Muko sudah ada dalam bentuk, penyediaan
dana, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan K3 sudah terpenuhi.
Perencanaan SMK3 di RSUD Muko-Muko sudah berjalan dengan baik mulai
dari identifikasi risiko sampai dengan manajemen risiko. Selain itu pekerja
juga di haruskan mengikuti SOP setiap melakukan pekerjaannya. Organisasi
K3 belum terbentuk di RSUD Mukomuko. Manajemen K3 RSUD Muko-
19

Muko berada satu tingkat di bawah direktur dan termasuk ke dalam bidang
pelayanan medis dimana anggotanya inti berasal dari Instalasi IPSRS dan
Instalasi Kesling, Sebagian besar langkah-langkah penerapan SMK3 sudah
berjalan dengan baik di RSUD Muko-Muko dimana pihak RS sudah
menyatakan komitmen, melakukan penyuluhan K3 kepada pekerja,
pelaksanaan program K3 seperti penyediaan APD, pemeriksaan kesehatan,
serta mengobati pekerja yang sakit dengan memberikan layanan BPJS.
Meskipun pelaksanaan pemantauan dan evaluasi belum berjalan.
Penelitian lainnya oleh (Salmawati et al., 2018) menyimpulkan bahwa
penerapan SMK3 tidak berhubungan dengan motivasi kerja dan stres kerja
perawat di RSU Anutapura Palu. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi RS untuk meningkatkan sosialisasi pentingnya K3 dan mendorong
penerapan SMK3 RS. Korelasi yang lemah (R 0,092) dengan nilai 0,008
menunjukkan bahwa hanya 8% motivasi kerja pada perawat di RSU
Anutapura Palu yang dipengaruhi oleh penerapan SMK3, sedangkan 92%
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor tersebut antara lain tipe
pekerjaan, upah, jam kerja, fasilitas, supervisior, rekan kerja, rasa aman,
kesempatan untuk maju, nama baik tempat kerja, kondisi lingkungan kerja.
Berdasarkan hasil riset oleh National Institute for Occupational Safety and
Health, faktor kesehatan keselamatan kerja, seperti perancangan tugas (beban
kerja yang berat, frekuensi perubahan waktu istirahat, waktu kerja yang
panjang dan pengaturan shift kerja) dan kondisi lingkungan kerja hanya
merupakan dua dari enam faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja. Oleh
karenanya, banyak faktor selain kesehatan dan keselamatan kerja yang
mempengaruhi stres kerja
20

B. Kerangka Teori
Uraian tinjauan kepustakaan dapat di buat skema landasan teori sebagai
berikut :

1. Penetapan Kebijakan K3RS


2. Perencanaan K3RS
3. Pelaksanaan Rencana K3RS
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3RS Penerapan SMK3
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS

Gambar 1. Landasan Teori


Sumber: (Ajubra et al., 2020)(Ivana et al., 2014)(Toding et al., 2016)

C. Kerangka Konsep
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut:

1. Penetapan Kebijakan K3RS


2. Perencanaan K3RS
3. Pelaksanaan Rencana K3RS
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3RS Penerapan SMK3
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS

Gambar 2. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis
Pernyataan hipotesis merupakan pernyataan sementara tentang
hubungan anatara dua variabel atau lebih. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk
kalimat pernyataan dan di jabarkan secara umum atau khusus menghubungkan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X5)
Y = Penerapan SMK3
X1 = Penetapan kebijakan K3
X2 = Perencanaan K3
X3 = Pelaksanaan rencana K3
21

X4 = Pemantauan dan evaluasi kinerja K3


X5 = Peninjauan dan peningkatan kinerja K3
Rancangan hipotesis sementara dapat di sajikan sebagai berikut:
a. Penetapan kebijakan K3 berhubungan dengan penerapan SMK3.
b. Perencanaan K3 berhubungan dengan penerapan SMK3.
c. Pelaksanaan rencana K3 berhubungan dengan penerapan SMK3.
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 berhubungan dengan penerapan
SMK3.
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 berhubungan dengan penerapan
SMK3.

E. Penelitian Sejenis
Tabel 1
Penelitian Sejenis

Keterangan Penelitian Afriyanto et al., (2019) Ajubra et al., (2020)


Sekarang (2022)
Judul Penerapan Sistem Analisis Sistem Penerapan Sistem
Penelitian Manajemen Manajemen Manajemen
Keselamatan dan Keselamatan Dan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja di Kesehatan Kerja
(SMK3) di RSUD Rumah Sakit Umum (SMK3) Rumah
Dumai Kota Daerah Tais Kabupaten Sakit Di Rumah
Dumai Tahun Seluma Sakit Umum Daerah
2022 Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara
Tahun 2019
Desain Kuantitatif Kualitatif Kualitatif
Penelitian
Variabel Kebijakan K3, Kebijakan, Pelaksana program,
Perencanaan K3, Perencanaan, proses komunikasi
Pelaksanaan K3, Pelaksanaan Rencana (sosialisasi), sumber
Pemantauan dan daya, watak dan
Evaluasi Kinerja, sikap
Peninjauan dan
Peningkatan
Kinerja K3
Subyek Perawat Ketua panitia K3, wakil Komitmen dan
Ketua K3, Sekretaris K3 kebijakan,
dan Kepala bidang perencanaan,
Pemeliharaan dan organisasi,
penunjang RSUD Tais pelaksanaan
22

Tempat RSUD Dumai Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum


Daerah Tais Kabupaten Daerah Bahteramas
Seluma Provinsi Sulawesi
Tenggara
Hasil Sudah ada Kebijakan Komitmen dan
Penelitian Sistem Manajemen kebijakan pimpinan
Keselamatan dan terhadap penerapan
kesehatan kerja sudah K3 sudah ada dan
yang dituangkan tertulis, namun belum
didalam Surat tersosialisaikan
Keputusan (SK) kepada seluruh
Direktur Rumah Sakit elemen yang ada di
Umum Daerah Tais rumah sakit.
Perencanaan Sistem Perencanaan K3 di
Manajemen RSUD Bahteramas
Keselamatan dan Kota Kendari telah
kesehatan kerja dilakukan sebelum
ada delapan yaitu perumusan program,
Bidang keselamatan dan salah satunya dengan
keaman, bidang bahan pengumpulan data
berbahaya dan beracun, dan penentuan
bidang manajemen prioritas.
emergensi, bidang Pengorganisasian
pengamanan dan dilakukan dengan
kebakaran, bidang membentuk
peralatan medis, bidang organisasi PK3RS.
sistem utilitas, bidang Penerapan K3
pendidikan dan dilakukan dalam
pelatihan dan bidang bentuk pelaksanaan
monitoring dan pelatihan, sosialisasi,
evaluasi. dan penyediaan alat
Pelaksanaan rencana pelindung diri,
Sistem Manajemen namun masih dalam
Keselamatan dan jumlah yang sangat
kesehatan kerja sudah minim. Evaluasi dan
berjalan. peninjauan belum
terlaksana.
23

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif analitik
observasional dengan jenis desain studi cross sectional dimana pengumpulan
data dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).
Kegiatan yang dilakukan yaitu meliputi pengumpulan data terhadap variabel
independen dan variabel dependent.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Dumai Kota
Dumai.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan direncanakan pada bulan Juni-Agustus 2022.

C. Populasi dan sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat pada bulan Juni 2022 di RSUD Dumai Kota Dumai yaitu
sebanyak 181 orang perawat.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah subjek atau objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel dalam penelitian
ini terdiri dari seluruh perawat pada bulan Juni 2022 di RSUD Dumai
Kota Dumai.
24

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


rumus besar sampel uji hipotesis menurut Lemeshow (1997) dalam
(Notoatmodjo, 2012), yaitu:
𝑧1−𝑎 𝑃(1 − 𝑃)
2
𝑛=
𝑑2
Keterangan:
n = jumlah sampel
z = tingkat kemaknaan pada kepercayaan 95% (0,05) = 1,96
p = maksimal estimasi = 0,5
d = alpha (0,10) atau sampling error 10%
Dari persamaan tersebut maka dapat dihitung besar sampel
minimal sebagai berikut:
𝑧1−𝑎 𝑃(1 − 𝑃)
2
𝑛=
𝑑2

1,96 𝑥 1,96 𝑥 0,5 (1 − 0,5)


𝑛=
0,12

3,8416 𝑥 0,25
𝑛=
0,01

n = 96,04 ≈ 96 responden
Jadi sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 96 orang dengan
teknik pengambilan sampel secara accidental sampling yaitu mengambil
sampel yang ditemui secara acak di lokasi penelitian.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu cara untuk mempermudah
pengumpulan data dan menghidari perbedaan interprestasi serta membatasi
ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam definisi operasional
adalah variabel kunci yang penting dapat diukur secara operasional dan dapat
dipertanggung jawabkan (Notoatmojo, 2012). Untuk mengetahui definisi
operasional dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut:
25

Tabel 3.2. Definisi Operasional


Alat Skala Hasil
Variabel Definisi Operasional
Ukur Ukur Ukur
Kebijakan Rangkaian konsep dan Kuesioner Ordinal 0= Tidak ada
asas yang menjadi kebijakan
pedoman dan dasar jika ≤
rencana dalam mean/
pelaksanaan suatu median
pekerjaan,
kepemimpinan, dan 1= Ada
cara bertindak kebijakan
mengenai K3 jika >
mean/
median
Perencanaan Rencana K3 yang Kuesioner Ordinal 0= Tidak ada
K3 mengacu pada jika ≤
kebijakan mean/
median
1= Ada jika >
mean/
median
Pelaksanaan Seluruh penerapan dari Kuesioner Ordinal 0= Tidak ada
K3 rencana K3 yang telah jika ≤
disusun mean/
median
1= Ada jika >
mean/
median
Pemantauan Meliputi pemeriksaan, Kuesioner Ordinal 0= Kurang
dan Evaluasi pengujian, pengukuran, jika ≤
Kinerja serta audit. mean/
median
1= Baik jika
> mean/
median
Peninjauan dan Evaluasi terhadap Kuesioner Ordinal 0= Kurang
Peningkatan kebijakan hasil temuan Baik jika ≤
Kinerja K3 audit serta evaluasi mean/
efektivitas penerapan median
SMK3 dan kebutuhan 1= Baik jika >
pengembangan. mean/
median
26

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari responden
yang diperoleh dari kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari dokumen-
dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dan
RSUD Dumai. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data tentang
jumlah petugas serta data pendukung lainnya.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini merupakan cara pengumpulan
data yang berasal dari register medik ataupun penelusuran dokumen.
Penelusuran dokumen didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan
RSUD Dumai. Dokumentasi juga dilakukan ketika responden mengisi
kuesioner dengan cara melakukan pemotretan ketika pengisian
kuesioner.
b. Kuesioner
Dengan melakukan wawancara atau pemberian kuesioner
kepada responden dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden.

F. Teknik Pengolahan Data


Menurut Notoatmodjo (Notoatmojo, 2012), setelah data terkumpul,
kemudian data ditabulasikan menurut kriteria yang telah ditetapkan dan
diolah secara komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemerikasaan Data (Editing)
Data yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat
kesalahan dalam pengumpulan data, data diperbaiki (editing). Kegiatan
editing ini bertujuan untuk menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih
27

lanjut, sehingga apabila terdapat kesalahan maka upaya perbaikan segera


dapat dilakukan.
2. Pengkodean Data (Coding)
Setelah data terkumpul dilakukan pengkodean sesuai cara ukur
dalam definisi operasional, sehingga memudahkan dalam pengolahan data
selanjutnya.
3. Memasukkan Data (Data Entry) atau (Processing)
Tahapan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry (memasukkan) data
kedalam master tabel atau database komputer.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry dan
melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.
5. Tabulating
Tahapan kegiatan pengelompokan data sedemikian rupa agar data
dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk dianalisis dan
disajikan.

G. Analisis Data
Setelah data diolah kemudian dianalisa. Analisis data dilakukan secara
bertahap meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis
univariat akan diperoleh gambaran karakteristik subjek penelitian dan
deskripsi dari masing-masing variabel penelitian baik itu variabel independen
maupun variabel dependen.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen dilakukan analisis bivariat, sedangkan untuk mengetahui faktor
risiko yang paling dominan dengan kepuasan pasien dilakukan analisis
multivariat. Prosedur dalam menganalisa data secara bertahap sebagai
berikut:
28

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan cara menganalisis data
kuantitatif variabel dependen dan masing-masing variabel independen
melalui tabel frekuensi. Tabel frekuensi ini memuat karakteristik variabel
yang diteliti. Jumlah frekuensi dan presentase dari setiap karakteristik
variabel yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dalam melakukan
analisis bivariat, uji statistik yang digunakan chi square, sehingga
diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik dengan
kepercayaan 95% dan alpha 5% (α=0,05). Ada hubungan antara variabel
dependen jika p value ≤ α, dan tidak ada hubungan antara variabel
independen apabila p value > α
3. Analisis Multivariat
Analisis yang bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling
dominan. Analisis yang dilakukan menggunakan Uji Regresi Logistik
dengan model faktor prediksi dengan langkah-langkah:
a) Pemilihan Variabel Kandidat
Dilakukan dengan cara meilih variabel yang telah dilakukan uji
bivariat, variabel yang menghasilkan nilai p<0,25, selanjutnya dipilih
untuk dianalisis secara multivariat.
b) Penetapan Model
Dari semua variabel terpilih dengan p<0,25, kemudian dilakukan
analisis bersama-sama, pemilihan variabel dilakukan secara hierarki
terhadap semua variabel bebas yang terpilih. Semua variabel yang
tidak signifikan dikeluarkan, selanjutnya dipertimbangkan variabel
yang signifikan dengan nilai p≤0,05 sampai memperoleh model yang
terbaik.
29

c) Perhitungan Persamaan Regresi Logistik


Hasil analisis logistik ganda selanjutnya dianalisis bersama
kedalam persamaan sebagai berikut:
1
𝑃=
1 + e − (𝑎 +÷ 𝛽1𝑥1 + 𝛽2𝑥2 + 𝛽𝑘𝑥𝑘)
Keterangan:
P : Peluang terjadinya efek
e : Bilangan natural
α : Konstanta
β : Koefiensi regresi
x : variabel bebas
Pengambilan keputusan ada tidaknya hubungan variabel bebas
terhadap variabel terikat, ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika p>0,05 berarti tidak terdapat hubungan variabel bebas terhadap
variabel terikat.
2) Jika p≤0,05 berarti terdapat hubungan variabel bebas terhadap
variabel terikat.

H. Etika Penelitian
Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan
standar etika dalam melakukan penelitian. Penelitian ini juga akan dilakukan
kaji kode etik oleh komisi etik STIKes Hangtuah Pekanbaru, serta telah lulus
dalam kaji etik dengan adanya surat kaji etik.
Adapun prinsip-prinsip etika penelitian adalah:
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for person)
Saya selaku peneliti akan menghormati hak-hak responden yang
terlibat dalam penelitian, termasuk diantaranya: hak untuk membuat
keputusan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk
dijaga kerahasiaannya berkaitan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.
30

2. Prinsip berbuat baik (beneficence)


Adapun manfaat yang diperoleh responden dalam penelitian ini
adalah sebagai bahan evaluasi bagi tempat penelitian. Penelitian ini bebas
dari eksploitasi karena peneliti sudah mempertimbangkan manfaat dari
penelitian.
3. Prinsip keadilan (justice)
Dalam hal ini penelitian akan memperlakukan responden secara adil
dan tidak membeda-bedakan ras, agama atau status sosial ekonomi.
Peneliti akan memperlakukan responden sesuai dengan desain penelitian
dan tujuan penelitian, antara lain hak untuk mendapat perlakuan yang
sama dan hak untuk dijaga privasinya. Akan dilakukan kaji etik oleh
komisi etik STIKes Hangtuah Pekanbaru, dibuktikan dengan adanya surat
kaji etik.

I. Jadwal Penelitian

Tabel 3
Jadwal Penelitian

2022 2023
No. Kegiatan
Nov Des Jan Feb Maret April Mei
1. Pembuatan
proposal
2. Seminar
proposal
3. Perbaikan
proposal
4. Pengumpulan
data
5. Pengolahan
data analisis
6. Penulisan
tesis
7. Ujian tesis
31

J. Anggaran Penelitian
Anggaran pada penelitian ini yaitu Rp 1.000.000 untuk biaya fotokopi
kuesioner serta transportasi peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, Wati, N., & Depan, R. (2019). ANALISIS SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TAIS KABUPATEN SELUMA. Ilmiah Avicenna, 14(3).
Ajubra, N. A., Sakka, A., & Harun, H. (2020). Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Rumah Sakit Di Rumah Sakit
Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019. 01(1),
3–7.
Apriliawati, K., Ekawati, E., & Kurniawan, B. (2017). Efektivitas Pelaksanaan
Manajemen Organisasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3
Rs) Di Rumah Sakit X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
5(1), 387–396.
Bayu Dharma, A. A., Adnyana Putera, I. G. A., & Parami Dewi, A. A. D. (2017).
Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek
Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget. Jurnal Spektran, 5(1),
47–55. https://doi.org/10.24843/spektran.2017.v05.i01.p06
Budiono, S. (2013). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Universitas
Diponegoro.

Buntarto. (2015). Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pustaka


Baru.
Dwiari, K. E., & Muliawan, P. (2019). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT UMUM, KOTA DENPASAR. 6(2), 17–29.
Fadhila, N., Sudiro, S., & Denny, H. M. (2017). Analisis Upaya Manajemen
Rumah Sakit Dalam Penerapan Budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Pasca Akreditasi Pada Sebuah RSUD di Kabupaten Semarang. Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, 5(1), 55–61.
https://doi.org/10.14710/jmki.5.1.2017.55-61

Husain, F., Lalintia, N. M., Ardhaneswari, P. M., & Febrianti, W. (2021). Perilaku
Perawat Dalam Penerapan Manajemen K3RS Selama Pandemi Covid-19.
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 5(2), 90–96.
https://doi.org/10.33655/mak.v5i2.118
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, (2012).
Indra, I. M. (2017). GAMBARAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP
TENAGA KESEHATAN DI RS X. Health Care Media, 3(1).
Ivana, A., Widjasena, B., & Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen
Rumah Sakit (Rs) Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Rs
Prima Medika Pemalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2(1),
35–41.

Jeli, S. F., Susmaneli, H., & Pekanbaru, S. H. (2021). Analisis Komitmen Dan
Kebijakan Dalam Penerapan SMK3 Di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
Riau Tahun 2020. Media Kesmas, 1(3), 3–12.
Maringka, F., Kawatu, P. A. T., & Punuh, M. I. (2019). Analisis Pelaksanaan
Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3Rs) Di Rumah
Sakit Tingkat Ii Robert Wolter Mongisidi Kota Manado. Kesmas, 8(5), 1–10.
Pinontoan, O. R., Mantiri, E. S., & Mandey, S. (2020). Faktor Psikologi Dan
Perilaku Dengan Penerapan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit. Indonesian Journal of Public Health and Community
Medicine, 1(3), 19–27.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/view/28882/28178
Putera, R. I., & Harini, S. (2017). Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Terhadap Jumlah Penyakit Kerja Dan Jumlah Kecelakaan Kerja
Karyawan Pada Pt. Hanei Indonesia. Jurnal Visionida, 3(1), 42.
https://doi.org/10.30997/jvs.v3i1.951
Ramli, S. (2018). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Dian Rakyat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, (2016).
Salmawati, L., DW, S., & Soebijanto. (2018). HUBUNGAN PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DENGAN MOTIVASI KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT
DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan, 18(1), 4–6. http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/.
Santosaningsih, D., Budayanti, N. S., Saputra, I. W. A. G. M., Purwono, P. B.,
Rasita, Y. D., Lestari, E. S., & Kuntaman, K. (2020). Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Deepublish.
Setiawan, B., Vanda, D., Doda, D., & Kristanto, E. (2020). Evaluasi Implementasi
Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.
Journal of Public Health and Community Medicine, 1(4), 104–110.
Suardi, R. (2017). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sucipto, C. . (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Gosyen Publishing.
Suma’mur. (2014). Higiene RS dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung Seto.
Susanto, Y., & Nopriadi. (2021). Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Mulawarman, 3(1), 48–60.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press.
Toding, R., Umboh, J. M. L., & Josephus, J. (2016). Analisis Penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (Smk3) Di Rsia Kasih Ibu
Manado. Pharmacon, 5(1), 284–289.
https://doi.org/10.35799/pha.5.2016.11317

Triwibowo, C., & Pusphandani, M. . (2013). Kesehatan Lingkungan dan K3.


Nuha Medika.
Waleleng, V. (2020). Hubungan antara Promosi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) dengan Tindakan Pencegahan Covid-19 pada Pegawai di Salah
Satu RS di Provinsi Sulawesi Utara. Journal of Public Health Sam
Ratulangi, 1(1).
Wati, N., Ramon, A., Husin, H., & Elianto, R. (2018). Analisis Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Umum
Daerah Mukomuko Tahun 2017. Jurnal Ilmiah AVICENNA, 13(3), 8–15.
Yunika, & Putro, H. (2021). ANALISIS PENERAPAN SISTEM K3
TERHADAP KINERJA PROYEK JALAN TOL CIJAGO SEKSI 2B
kecelakaan kerja . Anas Zaini Z Iksan selaku Ketua Umum Asosiasi Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Pengurus yang tidak memenuhi
dikenakan sanksi sesuai dengan Undang- pe. Politeknologi, 20(1), 53–63.
LAMPIRAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA DI RSUD DUMAI KOTA DUMAI
TAHUN 2022

PETUNJUK PENGISIAN
 Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama
 Silahkan dilingkari atau di checklist (√) pada setiap jawaban yang Saudara
anggap benar
 Jawaban Saudara akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan untuk
keperluan penelitian semata

A. Identitas Responden
1. Nama/Inisial :
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
3. Alamat :
4. Umur :
5. Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah
b. SD sederajat
c. SMP sederajat
d. SMA sederajat
e. Perguruan Tinggi
6. Jabatan : ……………………………
7. Bekerja di ruangan : ……………………………
A. Kebijakan
Berilah tanda “√” pada pilihan yang menurut anda tepat.
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 RS menyediakan alat pelindung diri.
2 Peralatan bekerja yang digunakan selalu
dalam kondisi yang baik.
3 Terdapat seseorang yang ditugaskan
untuk mengontrol pelaksanaan program
K3 di ruangan.
4 Jika terjadi kecelakaan kerja selalu ada
pendataan oleh pihak management
5 Ada kesepakatan antara pekerja dengan
pihak management RS untuk
menetapkan kebijakan K3
6 RS memiliki visi dan misi tertulis.
7 Terdapat SOP untuk setiap pekerjaan
8 Semua pekerja mengetahui SOP yang
ada.
9 SOP disosialisasikan ke semua pekerja.
10 SOP di tempel di setiap ruangan sesuai
jenis pekerjaan
11 Terdapat kebijakan K3 dalam setiap
program kerja
12 Tingkat keamanan lingkungan kerja
saya tinggi
13 Tiap-tiap tenaga kerja diberi pelatihan
awal mengenai pengetahuan K3 serta
prosedur kerja yang aman
14 Jika ada masukan dari pekerja maka
akan dimasukkan ke dalam kebijakan
baru.
15 Setiap kebijakan yang ada selalu
dilakukan pengawasan.
B. Perencanaan K3
Berilah tanda “√” pada pilihan yang menurut anda tepat.
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Perencanaan kerja dilakukan dengan
mempertimbangkan identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko pada
kegiatan yang akan dilakukan.
2 RS melakukan perancangan dan
rekayasa untuk mengendalikan risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
3 Penetapan tujuan dan sasaran K3
dikonsultasikan dengan wakil tenaga
kerja.
4 RS melakukan pengujian lingkungan
kerja secara berkala (pengujian kualitas
bising mesin, kualitas udara di
lingkungan kerja, pengujian kualitas
pencahayaan) setiap tahun.
5 Pihak RS bertanggung jawab serta
menyediakan sumber-sumber daya yang
memadai untuk menerapkan kebijakan
K3.
6 Prosedur kerja telah disosialisasikan
kepada seluruh pekerja.
7 Manajemen K3 akan melaporkan
pelaksanaan aspek-aspek K3 kepada
pimpinan RS yang kemudian akan
menentukan sasaran-sasaran baru yang
dilakukan minimal sekali dalam setahun.
8 Tanggung jawab dan wewenang yang
terkait dengan K3 dari tiap personil
dijelaskan dalam job description
masing-masing.
9 RS selalu melakukan
observasi/pengamatan kondisi yang
akan dikerjakan.
10 Jika ada area berbahaya akan diberikan
rambu penanda.
11 Pekerja dilibatkan dalam perencanaan
program K3
12 Pekerja dilibatkan dalam penyampaian
informasi
13 Pekerja diminta mengingatkan pekerja
lain tentang bahaya dan K3
14 Pekerja dilibatkan dalam identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan penentuan
pengendalian atau kontrol
15 Pekerja melakukan sharing accident di
lokasi pekerjaan

C. Pelaksanaan K3
Berilah tanda “√” pada pilihan yang menurut anda tepat.
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Pekerja diberi arahan tentang bagaimana
menggunakan APD secara benar dan
memelihara APD sehingga selalu dalam
kondisi layak pakai
2 Sosialisasi informasi cara penggunaan
bahan, alat dan mesin yang digunakan
mengenai identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
3 Petugas yang berkompeten telah
mengidentifikasi dan menilai potensi
bahaya dan risiko K3 yang berkaitan
dengan operasi
4 Pekerja selalu diberi arahan tentang
bagaimana mengindentifikasi bahaya
yang mengancam pada saat bekerja dan
bagaimana mencegah terjadinya insiden
5 Alat pelindung diri yang berkualitas
telah disediakan
6 Petugas penanggulangan kebakaran
telah mendapatkan pelatihan fire safety
7 Menyelenggarakan pelatihan sesuai
kebutuhan program K3
8 RS memberikan reaksi yang cepat dan
tepat terhadap kondisi yang
menyimpang
9 Rambu-rambu mengenai keselamatan
dan tanda pintu darurat telah diapasang
dengan jelas
10 Informasi K3 terbaru dikomunikasikan
ke tenaga kerja
11 Pemeriksaan kesehatan pekerja secara
berkala setiap tahun
12 Alat pemadam kebakaran tersedia di
setiap area pekerjaan dan dilatih cara
penggunaannya
13 Pengukuran kualitas udara selalu
dilakukan
14 Suhu udara di lokasi kerja aman dan
nyaman untuk bekerja
15 Pemantauan tingkat pencahayaan di
lokasi pekerjaan secara berkala selalu
dilaksanakan oleh manajemen K3

D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja


Berilah tanda “√” pada pilihan yang menurut anda tepat.
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Pengawasan yang dilakukan petugas
berwenang untuk menjamin pekerjaan
dilaksanakan secara aman dan
mengikuti setiap prosedur kerja yang
telah ditetapkan.
2 Pelaporan informasi yang terkait dengan
identifikasi sumber bahaya, kinerja K3,
kecelakaan kerja.
3 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan SOP pelaksanaan
program K3.
4 Perbaikan dan pencegahan dilaksanan
berdasarkan hasil temuan
5 RS melakukan investigasi atas
kecelakaan yang terjadi
6 RS memberikan prioritas utama
terhadap masalah yang terjadi selama
pelaksanaan K3
7 Ada usaha peningkatan terus menerus
terhadap kinerja K3 pada periode
tertentu
8 Ada pemantauan yang dilakukan oleh
manajemen terhadap pelaksanaan K3
9 Pemberian Alat Pelindung Diri (APD)
kepada para pekerja oleh RS
10 Kondisi penerangan dan pencahayaan
yang baik dalam mempermudah
melakukan pekerjaan
11 Tingkat kesesuaian antara jenis
pekerjaan dengan ruang gerak yang
disediakan RS sangat diperlukan untuk
melakukan suatu pekerjaan
12 Tingkat kesesuaian antara jenis
pekerjaan dengan tata letak peralatan
kerja dan mesin dapat mendukung
kegiatan proses pekerjaan
13 Persediaan perlengkapan kerja yang
cukup dapat mendukung terlaksananya
pekerjaan dengan baik
14 Kondisi suhu udara yang baik dapat
mendukung terlaksananya pekerjaan
dengan baik
15 Tingkat pengaruh kebisingan dan
getaran diusahakan agar tidak
mempengaruhi terhadap hasil kerja
E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
Berilah tanda “√” pada pilihan yang menurut anda tepat.
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Mengadakan rapat dan tinjauan antara
tim P2K3, direksi dan kepala divisi.
2 Perwakilan pekerja ikut serta dalam
rapat dan tinjauan antara tim P2K3
direksi dan kepala divisi.
3 Hasil pengkajian manajemen K3
disosialisasikan kepada seluruh pekerja.
4 Melaksanakan secara aktif pencatatan
dan pelaporan hal-hal yang ditemukan
selama pelaksanaan K3
5 Melakukan kegiatan rapat K3 untuk
memastikan pelaksanaan K3 sudah
sesuai dengan rencana yang ada
6 Melakukan kegiatan perbaikan dan
penyempurnaan pelaksanaan K3 secara
terus menerus selama proyek
berlangsung
7 Kegiatan pengawasan K3 secara
berkala, baik untuk kegiatan lapangan
maupun bagi manajemen puncak
8 Melaporkan masalah-masalah dalam
pengelolaan K3 dan pelaksanaan K3 di
RS
9 Mengelola pencatatan dan pelaporan
hal-hal yang ditemukan selama
pelaksanaan K3
10 Memeriksa tempat kerja, peralatan,
perlengkapan K3 secara rutin sebelum
memulai pekerjaan
11 Ada pengawasan dalam bentuk
monitoring
12 Ada pengawasan dalam bentuk
kunjungan direksi atau pihak
manajemen
13 Ada pertemuan K3 teratur
14 Ada pengawasan terhadap penggunaan
APD
15 Ada pengawasan terhadap seluruh
peralatan kerja

Anda mungkin juga menyukai