SKRIPSI
Oleh :
Rinda
NIM : 1810121142010..
RINDA
181012114201091
ABSTRAK
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Maha Esa yang telah
Skripsi ini disusun dengan maksud memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimaksih
terutama kepada Yth Bapak Asrul Fahmi S.Kep, M.Kep selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
1. Ibu Dr. Hj. Evi susanti, S.S.T, M. Biomed selaku Rektor IKes Prima
Nusantara Bukittinggi
2. Bapak Ns. Fauzi Ashra, S.Kep, M.Kep, selaku wakil Rektor.I IKES Prima
Nusantara Bukittingi
3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku wakil Rektor II IKES Prima
Nusantara Bukittinggi
4. Ibu Ns. Rima Berlian Putri, M. Kep. Sp. Kom selaku Dekan Fakultas
6. Ibu Ns. Vera Kurnia, M. Kep selaku dosen kordinator skripsi program studi
7. Para staf dosen yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu
8. Bapak/ Ibu tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama ini
10. Kepada responden dan peneliti yang bersedia berpartispasi pada penelitian
ini
11. Orang tua tercinta, kakak adik beserta keluarga yang telah memberikan
12. Para sahabat yang telah sama-sama berjuang dalam suka duka menjalani
pendidikan ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan skripsi ini dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan skripsi
(Penulis)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keselamatan pasien
1. Pengertian kesematan pasien ………………………. 7
2. Persiapan Pre Operasi…………………………………8.
B. Konsep SSC
1. Defenisi.………………………………………………13
2. Tingkat SSC….………………………………… 14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SSC…………..…. 16
C. Kerangka Teori………….,..………………...……..……….. 24
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan univariat ........................................................................44
B. Pembahasan Bivariat..........................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa (Haynes, et al. 2011). Oleh
sebab itu diperlukan pelayanan pembedahan yang aman untuk mengatasi komplikasi
adalah kecacatan dan rawat inap yang berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di
negara- negara berkembang. Secara global angka kematian kasar berbagai operasi
sebesar 0,2-10%. Diperkirakan hingga 50% dari komplikasi dan kematian dapat dicegah
WHO tahun 2015 menyatakan bahwa untuk melaksanakan 19 item ceklist bedah
yang berhubungan dengan operasi. Save surgery Checklist diciptakan oleh sekelompok
menjalani prosedur bedah di seluruh dunia. WHO mengidentifikasi tiga fase operasi
yaitu sebelum
induksi anestesi (sign in), sebelum sayatan kulit (time out) dan sebelum pasien
pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Safety & complience (2012)
keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional diruang operasi untuk
dan memerlukan persamaan persepsi antara ahli bedah, anestesi dan perawat.Uji coba
telah dilakukan terhadap penggunaan surgical safety checklist di delapan rumah sakit di
dunia. Kota Toronto (Kanada), New Delhi (India), Amman (Yordania); Auckland
(Selandia Baru), Manila (Filipina), Ifakara (Tanzania), London (Inggris), dan Seattle,
Okt 2007 - Sept 2008 ) yang mewakili berbagai kondisi ekonomi dan populasi dengan
Surgical Safety Checklist secara keseluruhan turun dari 19.9% menjadi 11,5%, dan
angka kematian menurun dari 1,9% menjadi 0,2%. Pelaksanaan Surgical Patient Safety
telah membuktikan pengurangan dalam angka mordibiti dan morbiliti dalam rawatan
dirumah sakit.
Depkes no.1691 tentang keselamatan pasien dan Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) dan juga SNARS 1 tahun 2017 menuntut pelaksanaan surgery safety checklist
di kamar operasi harus 100% untuk mengeliminasi masalah yang mengkhwatirkan dan
surgery safety cheklist dilakukan pada semua item yang telah ditentukan. Keselamatan
pasien merupakan prinsip dasar dalam pemberian pelayanan dan merupakan komponen
Keselamatan pasien dapat diperoleh bila faktor yang berkontribusi terhadap insiden
hal ini menurut Henriksen, et.al. (2011) adalah faktor manusia yang meliputi: sumber
daya yang tidak memenuhi persyaratan, dan sistem. Faktor manusia meliputi
alat dan mesin, sistem, tugas dan pekerjaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Yahya
(2012) yang menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian nyaris cedera
(KNC) dan kejadian tidak diharapkan (KTD) melibatkan faktor manusia meliputi
Tercapainya keselamatan pasien juga didukung oleh beberapa komponen yang dapat
Perawat sebagai salah satu tim bedah yang melaksanakan pembedahan yaitu sebagai
dalam pembedahan mulai dari fase sign in, time out, dan sign out sehingga dapat
Penelitian yang dilakukan oleh Christina Anugrahrini, Junaiti Sahar, Mutika Sari
pasient safety yaitu kepemimpinan. Begitu juga penelitan yang dilakukan oleh Nazvia
Hasil penelitian dari Andri Firman Saputra, Elsye Maria Rosa (2015) menyatakan
faktor budaya patient safety dikamar bedah masih minim disertai dengan SDM yang
kurang, serta kurangnya pengawasan dan sosialisasi dari manajemen.begitu juga dengan
hasil penelitian Ni Luh Putu Ariastuti, Ani Margawati, Wahyu Hidayati (2015) bahwa
faktor yang paling mempengaruhi pelaksanaan surgical safety adalah pengetahuan. Hasil
penelitian Ni Wayan Asri Ardiani Saputri (2015) bahwa lingkungan kerja perawat
RSUD Haji Abdul Madjid Batoe (HAMBA) Muaro Bulian didirikan atas prakarsa
Bapak dr Abdul Madjid yang merupakan Putra Batanghari tertuang pada Akta
yang optimal
bagi masyarakat seluruhnya melalui pelayanan kesehatan tanpa memandang
perbedaan agama, kedudukan, warna kulit dan asal usul, bertitik tolak dari niat
kesehatan. Dari RSUD Hamba yang melaksanakan lembar ceklist keselamatan pasien
dikamar operasi masih banyak yang belum terlaksanan dengan melakukan keselamatan
pasien dimana pelaksanan SSC Surgical Sfaety Checklist banyak perawat dan juga tenaga
Dari hasil studi pendahuluan wawancara dengan kepala ruangan kamar operasi
RSUD HAMBA pada 29 Juli 2020 menjelaskan tentang pelaksanaan Surgical Safety
Checklist masih belum terlaksana 100%, dengan jumlah operasi pada bulan Juli
Surgical Safety Checklist baru terlaksana 55% dengan kategori 60 % yang lengkap
dan 35% masih belum lengkap. dan sepanjang tahun 2020 ada 2 kasus kejadian KNC
Hasil wawancara dari tiga orang perawat yang bertugas pada ruangan OK RSUD
HAMBA mengatakan ada melaksanakan surgery safety cheklist tetapi tidak rutini,
dan dua orang mengatakan kurang paham dengan SPO surgery safety cheklist, satu
cheklist belum maksimal, dua orang perawat mengatakan kurangnya perhatian dan
sama saja dan tidak ada konsekwensi maupun kompensasinya. Dari data yang
diberikan masih didapati poin pada blangko checklist yang tidak terisi.
Demikian pula dengan hasil wawancara dengan kepala ruangan Kamar Operasi
RSUD HAMBA pada 1 Agustus 2020 menjelaskan bahwa pelaksanaan Surgical
Safety Checklist sudah 80% dari jumlah operasi pada bulan juli 2020 yaitu 345,
pelaksanaan Surgical Safety Checklist sudah 75% terisi lengkap. Dan sepanjang
tahun 2020 ada 1 kejadian KNC. Hasil wawancara pada tiga orang perawat OK
tetapi disebabkan rangkap dalam pelaksanaan tim operasi sehingga belum terlaksana
dengan baik. Dari tiga orang perawat OK, dua orang diantaranya sudah mengetahui
adanya SPO tentang Surgical Safety Checklist, satu orang mengatakan kurang hapal
SPO Surgical SafetyChecklist dan dua orang perawat bedah mengatakan belum
pernah dievaluasi oleh kepala ruangan tentang pelaksanaan Surgical Safety Checklist
ini.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan Kamar Operasi RSUD HAMBA pada
baru terlaksana 40%. Jumlah operasi pada bulan Juli 2020 yaitu 268 tindakan. Maka
diantara operasi yang terbanyak adalah operasi dengan indikasi section caesaria
kebijakan tentang pelaksanaan Surgical Safety Checklist saat ini sedang dalam
proses. Dan kejadian yang berhubungan dengan pasien safety ada 2 kasus KNC.Hasil
wawancara dengan tiga orang perawat yang bertugas pada ruangan OK RSUD
Dari tiga orang perawat yang bertugas pada ruangan OK tadi, dua orang diantaranya
mengetahui adanya SPO tentang Surgical Safety Checklist, sementara satu orang
ceklist keselamatan pasien di kamar operasi. Begitu juga kurangnya supervisi dari
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang peneliti simpulkan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus :
1. Bagi peneliti
Bagi rumah sakit khususnya di kamar bedah surgery safety checklist sangat
bermanfaat karena melindungi perawat dan tim bedah lainnya karena dapat dijadikan
sebagai aspek legal yang dapat dipertanggung jawabkan karena seluruh kegiatan
3. Bagi Keperawatan
Bagi keperawatan akan melindungi perawat bedah yang terlibat didalam tim karena
ada pernyataan khusus yang ditujukan kepada perawat sebagai instrumentator yang
akan diverifikasi persiapan alat dan kelengkapan alat setelah tindakan pembedahan
selesai.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi bahan rujukan dan
TINJAUAN PUSTAKA
Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives
yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim
bedah di ruang operasi. Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa untuk
memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgical safety
checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh
tim bedah di ruang operasi. Tim bedah terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi
dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan dalam
pembedahan mulai dari sign in, time out, sign out sehingga dapat meminimalkan
yaitu :
1. Pelaksanaan Sign In
Sign In idealnya dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pasien (bila kondisi
Pada fase Sign In dilakukan konfirmasi berupa identitas pasien, sisi operasi
yang sudah tepat dan telah ditandai, apakah mesin anastesi sudah berfungsi,
pasien seperti apakah ada reaksi alergi, resiko kesulitan jalan nafas, dan
adanya resiko kehilangan darah lebih dari 500ml Langkah-langkah Surgical Safety
operasi. Langkah ini penting dilakukan agar petugas kamar operasi tidak
(perbedaan kanan atau kiri) atau beberapa struktur dan tingkat (misalnya jari
tertentu, jari kaki, lesi kulit, vertebrata) atau tunggal (misalnya limpa).
pada pasien dan dapat berfungsi benar sebelum induksi anastesi. Idealnya
pulse oksimetri dilengkapi sebuah sistem untuk dapat membaca denyut nadi
dalam pemberian anastesi, jika pulse oksimetri tidak berfungsi atau belum
pasien memiliki alergi? Jika iya, apa itu? Jika koordinator tidak tahu tentang
Resiko Operasi
nafas pada status pasien, sehingga pada tahapan Sign In ini tim bedah dapat
Resiko terjadinya aspirasi dievaluasi sebagai bagian dari penilaian jaln nafas
sehingga apabila pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut penuh, ahli
f.Konfirmasi resiko kehilangan darah lebih dari 500 ml (700ml/kg pada anak-
anak)
memastikan apa ada resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah
selama operasi karena kehilangan darah merupakan salah satu bahaya umum
dan sangat penting bagi pasien bedah, dengan resiko syok hipovolemik terjadi
ketika kehilangan darah 500ml (700ml/kg pada anak- anak), Persiapan yang
memadai daoat dilakukan dengan perencanaan jauh- jauh hari dan melakukan
sebelum dilakukan insisi kulit, Time Out dikoordinasi oleh salah satu dari anggota
petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Time Out setiap petugas kamar
operasi memeperkenalkan diri dan tugasnya, ini bertujuan agar diantara petugas
melakukan insisi petugas kamar operasi dengan suara keras akan mengkonfirmasi
mereka melakukan operasi dengan benar, pasien yang benar, serta mengkonfirmasi
bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan minimal 60 menit sebelumnya.Langkah-
langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat pelaksanaan Time
Out adalah :Sebelum melakukan insisi atau sayatan pada kulit, jeda sesaat harus
manajemen yang baik yang diambil pada tindakan denagn resiko tinggi
melakukan sayatan pada kulit (Time Out) apakah semua orang setuju bahawa
ini adalah pasien X?, mengalami Hernia Inguinal kanan?”. Ahli anastesi, ahli
kesepakatan, jika pasien tidak dibius akan lebih mudah membantu baginya
Checklist akan bertanya dengan suara keras apakah antibiotik profilaksis telah diberikan
dalam 60 menit terakhir, anggota tim yang bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik
profilaksis adalah ahli bedah, dan harus memberikan konfirmasi secara verbal. Jika antibiotik
profilaksis telah diberikan 60 menit sebelum, tim harus mempertimbangkan pemberian ulang
pada pasien.
koordinaor Checklist akan memimpin diskusi secara cepat antara ahli bedah, ahli
anastesi, dan perawat terkait bahaya kritis dan rencana selama pembedahan.
Hal ini dapat dilakukan dengan meminta setiap pertanyaan langsung dijawab,
untuk meminimalkan resiko pembedahan. Semua anggota tim mendapat informasi tentang
resiko kehilangan darah, cidera, morbiditas. Kesempatan ini juga dilakukan untuk meninjau
langkah-langkah yang mungkin memerlukan peralatan khusus, implan, atau persiapan yang
lainnya.
ii. Untuk dokter anastesi : kekhawatiran pada pasien yang mungkin terjadi
darah, dll), anggota tim anastesi harus meninjau ulang rencana spesifik dan
kekhawatiran untuk resusitasi khususnya. Dalam diskusi ini dokter anastesi cukup
iii. Untuk perawat : konfirmasi sterilitas (termasuk hasil indikator) Masalah peralatan
atau masalah apapun.Perawat menanyakan kepada ahli bedah apakah alat-alat yang
operasi telah steril dan lengkap Pemeriksaan penunjang berupa foto perlu
ditampilkan di kamar operasi. Ahli bedah memberi keputusan apakah foto penunjang
petugas kamar operasi sebelum penutupan luka, dikoordinasi oleh salah satu anggota
petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Sign Out akan dilakukan review
kepada tim perawatan yang bertanggung jawab untuk pasien setelah pembedahan.
Langkah-langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat
1. Review pembedahan
apa prosedur yang telah dilakukan, dapat dilakukan dengan pertanyaan, “apa
prosedur yang telah dilakukan?” atau sebagai konfirmasi, “kami melakukan prosedur
X, benar?”
spons, dan jarum, dalam kasus rongga terbuka jumlah instrumen dipastikan harus
lengkap, jika jumlah tidak lengkap maka tim harus waspada sehingga dapat
mengambil langkah (seperti memeriksa tirai, sampah, luka, atau jika perlu
3. Pelabelan spesimen
pelabelan berpotensi menjadi bencana untuk pasien dan terbukti menjadi salah satu
benar dari setiap spesimen patologis yang diperoleh selama prosedur dengan
membacakan secara lisan nama pasien, deskripsi spesimen, dan setiap tanda
berorientasi.
5. Ahli bedah, ahli anastesi, dan perawat meninjau rencana pemulihan dan pengelolaan
pasien
Sebelum pasien keluar dari ruang operasi maka anggota tim bedah
ruang pemulihan (recovery room), tujuan dari langkah ini adalah transfer efisien dan
Checklist dapat ditempatkan dalam catatan pasien atau perlu dipertahankan untuk
WHO ( 2015)
3.Dasar Hukum Surgical Safety Checklist
keselamatan pasien
meliputi :
sebelumnya tentang fase perioperatif , masing masing dari setiap fase ini
dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang
waktu perilaku dan aktifitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh
.
Kerangka Konsep
Tim Bedah :
Operator
Assisten operator
Dokter anastesi Prosedur Surgical safety Checklist :
Sign In
Time Out Patient Safety
Pengetahuan Perawat Periopertif :Sign Out)
Perawat anastesi (Keselamatan pasien)
Perawat Instrumen - Baik
Perawat
- Cukup
- Kurang
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Safety Checklist dengan keselamatan pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA
B. Defenisi Operasional
Skala ukur
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Indepnden Suatu kegiatan rutin Checklist Panduan 1.Baik Ordinal
Pelaksanaan yang dilakukan di SSC
Surgical ruanga bedah dengan 2.Kurang Baik
Safety menggunakan
Checklist pedoman checklist (JCI 2015)
mulai dari Sig-In ,
Time-Out dan Sig-
Out
(Permenkes 2011)
Dependen
Keselamatan Suatu Keadaan Pedoman 1.Tidak Ordinal
Pasien Bedah pasien yang tidak ada observasi Observasi Beresiko
K tanda memiliki
resiko pada pasien 2.Beresiko
dalam surgical (Balack 2012)
Safaety Checklis
(ADiran, 2013)
C. Hipotesis
Tahun 2020.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sampel pada variable Independen dan variable dependen secara bersamaan dan
kebetulan . Pada penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi dimana hal ini akan
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2013). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel
yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai konteks penelitian. Suatu
n. N/1+N(d)²
n.= 102/1+102(0.1) ²
n.= 102/1+102(0.01)
n.= 50.49 = 50
Kriteria Inklusi :
Adalah karakteristik umum subjektif penelitian dari suatu populasi target yang
Kriteria eksklusi :
D. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung didapatkan dari responden berupa
b. Data Sekunder
berupa data di RSUD HAMBA, yaitu data pasien, catatan medik, catatan
keperawatan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini seperti nama,
1. Pengumpulan data
2. Instrument Penelitian
Kuesioner SSC untuk menilai tingkat Keselamatan pasien bedah pada pasien pre
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dan bila ada
Keselamatan pasien Bedah untuk memeriksa tingkat keselamatan pasien pre operasi
bedah umum Pengolahan data dilakukan secara sistem komputerisasi. Setelah data
sebagai berikut :
angka/ bilangan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
Setelah semua lembar observasi terisi serta telah melewati pengkodean, maka
langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat
dianalisis. Processing dapat dilakukan dengan cara meng-entry data dari hasil
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat, karena
dalam penelitian ini peneliti tidak saja menggambarkan tetapi juga mencari
hubungan antara kedua variabel yaitu hubungan antara variabel independen dan
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
2020 dengan uji Chi Square test dengan menggunakan batas kemaknaan α =
0,05. Hipotesa diterima jika probabilitas p ≤ 0,05 dan hipotesa ditolak jika nilai
1. Informed consent
penelitian.
responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode sebagai pengganti nama
responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Table 5.1.
Pelaksanaan
No N Prosentase
SCC
1 Baik 30 60.0%
2 Kurang Baik 20 40.0%
Jumlah 50 100%
Dari table 5.1. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih
tahun 2020
b. Distribusi Keselamatan pasien
Table 5.2.
Keselamatan
No N Prosentase
Pasien
1 Tidak beresiko 27 54.0%
2 Beresiko 23 46.0%
Jumlah 50 100%
Dari table 5.2. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih
2. Analisa Bivariat
Table 5.3.
Tahun 2020
Keselamatan p-
Pelaksanaan
Pasien value
SCC
Tidak beresiko Beresiko
F % F %
0,031
Kurang Baik 9 45.0 11 55.0 20
Baik 14 46.7 16 53.3 30
Total 23 46.0 27 54.0 50
Dari table 53 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang
Dari hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai p value (0,031<0,05) maka
PEMBAHASAN
A. Univariat
Dari table 5.1. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih
2020 .
Menurut Teori JCI 2015 bahwa Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari
Safe Surgery Saves Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien
yang digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Surgical Safety Checklist adalah
sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas
keselamatan pasien yang digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Tim bedah
terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten
melakukan setiap item yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari sign in, time
out, sign out sehingga dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan
menunjukkan SCC dapat dilakukan dengan baik 70% dan SCC tidak baik
30% dan dari hasil tersebut maka pelaksanaan SCC berhubungan dengan
Asumsi peneliti bahwa rumah sakit perlu melakukan SCC dan SCC
kamar operasi karena dari data yang didapatkan sebanyak 60% responden
mampu melaksanakan SCC dengan baik hal ini didukung karena beberapa
bertugas dan perawat yang belum terlaksanakan SCc dengan baik 30% perlu
Dari table 5.2. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih
penting akan tetapi keselamaytan pasien ini harus banyak dilihat dari
berbagai faktor seperti faktor keadaan umum kondisi runagan dan juga
dilakukan .
suatu indicator dalam melakukan kegiatan safety pasien karena pasien sangat
perlu dipantau kesehatan nya dan perkembangan kemajuan nya secara medis
dan dapat dilaksanakan dengan melihat situasi dan kondisi pasien yang
dirawat selama sejak pasien masuk akan operasi maupun pasien setelah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Warni Syani (tahun 2017) tentang “
post-op di RSUD Mitra Jambi tahun 2016 didapatkan bahwa hasil penelitian
pasien 70 % adalah baik dan dari hasil tersebut maka Hubungan penggunaan
salah satu bagian dari enam sasaran keselamatan pasien yang sangat penting
terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cidera, kejadian tidak
cidera, kejadian pontensial cidera, kejadian sentinel. Kejadian Tidak
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
kontra indikasi tetapi tidak tidak timbul reaksi obat, Secara tidak disengaja
pasien anak diberikan suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain
( KTC ) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien tapi tidak timbul
cidera., Pasien secara tidak sengaja telah diberikan obat dengan dosis lethal,
Dari table 53 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang
Dari hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai p value (0,031<0,05) maka
rumah sakit Adam Malik Kota Medan tahun 2016 menyebutkan bahwa
maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimana ada
rumah sakit Adam Malik Kota Medan tahun 2016 dengan p value
(0.034<0.05).
pasien karena didukung oleh beberapa faktor dimana dari kegiatan yang
selalu waspada dan melihat apa yang akan dicacat berdasarkan observasi
pada pasien mulai dari Sig In, sampai pada Siq-outnya sudah
sehingga hasil nya didapat maka akan terdapat hubungan yang siqnificant
dan dengan demikian maka hal ini lah yang menunjang karena adanya
hubungan tersebut
dilakukan jika tidak dilakukan maka akan berakibat pasien akan beresiko
bila terjadi cedera dan terjadi resiko jatuh akan tetapi bahwa identifikasi
pasien akan selalau dilakukan dan jangan pernah tidak dilakukan dengan
A. Kesimpulan
(0.031<0.05)
B. Saran
1. Bagi peneliti
3. Bagi Perawat
Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salembada Medika
Asep. 2016. Tinjauan Operasi. Jakarta : Bumi Aksara
Asmadi. 2016. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatn Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Fitri Ulandari, 2011. Hubungan paritas dan pekerjaan ibu bersalin dengan
persalinan sectio caesarea.
HIPKABI. 2014. Buku Keterampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah. Jakarta :
Hibkabi Press
Harun, Herlinda Mahdania, dkk. 2014. Hubungan Karakteristik Dan Prilaku Ibu
Dengan Status Persalinan Sectio Caesar. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Hanifah suryani, dkk, 2013. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu post sectio
caesarea terhadap mobilisasi dini.
Indiarti, M.T. 2007., Cara Aman Menyambut Kelahiran Buah Hati Anda.
Pringgodani Mrican :Yogyakarta
Isti Mulyawati, 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Operasi.
Diakses pada tanggal 18 juni 2016
Juaria Henny & Hartatik. 2013. Profil Umur Dan Pekerjaan Ibu Bersalin Yang.
Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Kurniati. 2012. Pelaksanaan keselamatan pasien safety diruang Bedah. Jakarta:
Qultum Media
Medical Record RSUD HAMBA. 2020. Data Pasien Bedah Mayor. Muarabulian
Machfoeds, ircham. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta : Fitramaya.
Notoatmodjo. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2013. Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
(Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.
Oxorn Harry & R. Forte William. 2011. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Andi Offset.
Smeltzer. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sinaga, Ezra Marisi D. 2017. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan
Seksio Sesarea. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Sumelung Veibymiaty, dkk. 2014. Faktor-faktor Yang Berperan Meningkatnya
Angka Kejadian Sectio Caesarea. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Wawan & Dewi. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurhidayati Anis, dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea
Dengan Kecemasan Ibu Pre Operasi. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHEKCLIST DENGAN
KESELAMATAN PASIEN BEDAH DI RUANGAN BEDAH RSUD HAMBA
MUARABULIAN TAHUN 2020
No. Responden
A. Identitas Klien
1. Nama :
2. Umur :
B. Lembar Observasi
Ditulis
No Pernyataan Jelas Tidak
(2) (1)
Sig-In
2 Mengkonfirnasikan pembedahan
No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1 Identitas pasien aman
1 Jenis Prosedur pembedahan jelas
2 Lokasi Operasi jelas
3 Lokasi yang akan dioperasi sudah jelas
4 Tindakan persetujuan sudah aman
5 DoktervAhli Bedah sudah siap dan selesai
6 Peralata anestasi lengkap
7 Saluran untuk pernafasan udah stanby
8 Obat obat pasien udah lengkap
9 Tidak Adanya perubahan denyut jantung tanpa
aktivitas
10 Tidak madanya kendala dalm operasi
11 Pasien aman dan selamat
12 Pasien tidak punya riwayat alergi
13 Pasien tidak terlihat dengan keadaan tekanan
14 Tidak terjadi Gemetar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KslamatanPat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KslamatanPat
Baik Count 14 16 30
Total Count 23 27 50
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,20.
Risk Estimate
N of Valid Cases 50