Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN IMPLEMENTASI SURGICAL SAFAETY

CHECKLIST (SSC) DENGAN KESELAMATAN


PASIEN BEDAH DI KAMAR BEDAH
RSUD HAMBA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Ke Program Studi Ilmu Keperawatan IKes Prima Nusantara


Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :

Rinda
NIM : 1810121142010..

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA
NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2020
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA

RINDA
181012114201091

SKRIPSI, DESEMBER 2020

HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CEEKLIST DENGAN


KESELAMATAN PASIEN DI RUANGAN BEDAH RSUD HAMBA
MUARABULIAN BATANG HARI JAMBI TAHUN 2020

viii + VII Bab + 52 Halaman + 2 Skema + 5 Tabel + 5 Lampiran

ABSTRAK

Keselamatan pasien merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk


melaksanakan kegiatannya sehingga hal tersebut dijadikan standar guna meningkatkan
mutu pelayanan. Salah satu untuk meningkatkan standar keselamatan pasien yang ada
adalah dengan mengunakan surgical safety ceklist (SCC) dalam menerima asuhan yang
aman dan perlunya keselamatan di ruangan bedah di rumah sakit dengan demikian maka
peneliti perlu mengangkat judul “Hubungan pelaksanaan surgical safety ceklist (SCC)
pasien dengan keselamatan pasien di Ruangan bedah RSUD Hamba tahun 2020. Metode
penelitian ini adalah Studi Kuantitatif dengan pendekatan Croscektional dimana sampel
sebanyak 50 orang dengan uji satatistik menggunakan Uji Chi Square . Hasil penelitian
didapatkan bahwa ; Lebih dari separoh responden 60.0% pelaksanaan surgical safety
ceklist (SCC) pasien baik di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020. Lebih dari
separoh responden 54.0 % keselamatan pasien tidak beresiko di Ruangan Bedah RSUD
HAMBA tahun 2020, Terdapat hubungan Pelaksanaan surgical safety ceklist (SCC)
pasien dengan keselamatan pasien di Runagan Bedah RSUD HAMBA dengan Pvalue
(0.031<0.05) . Hendaknya semua perawat dan juga pasien harus memehami perlunya
surgical safety ceklist (SCC) dan juga penelitian ini dapat dilanjutkan lebih ketingkat
analisis sehingga bermanfaat bagi semua yang membaca baik individu maupun Instansi
kesehatan dan seluruh tenaga kesehatan .

Kata Kunci : surgical safety ceklist (SCC) pasien , Keselamatan Pasien


Literatur : 23 ( 2011-2018)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul ’’Hubungan Implemnetasi Surgical safety Checklist (SSC) dengan

keselamatan pasien Bedah di kamar Bedah RSUD HAMBA Tahun 2020’’.

Skripsi ini disusun dengan maksud memenuhi tugas akhir sebagai salah satu

syarat kelulusan institut kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimaksih

terutama kepada Yth Bapak Asrul Fahmi S.Kep, M.Kep selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

ini. Seterusnya ucapan terimaksih penulis kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Evi susanti, S.S.T, M. Biomed selaku Rektor IKes Prima

Nusantara Bukittinggi

2. Bapak Ns. Fauzi Ashra, S.Kep, M.Kep, selaku wakil Rektor.I IKES Prima

Nusantara Bukittingi

3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku wakil Rektor II IKES Prima

Nusantara Bukittinggi

4. Ibu Ns. Rima Berlian Putri, M. Kep. Sp. Kom selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kesehatan Masayarakat IKES Prima Pusantara Bukittinggi


5. Ibu Ns. Elfira Husna, M. Kep selaku Ketua program studi keperawatan IKes

Prima Nusantara Bukittinggi

6. Ibu Ns. Vera Kurnia, M. Kep selaku dosen kordinator skripsi program studi

keperawatan IKes Prima Nusantra Bukittinggi

7. Para staf dosen yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu

8. Bapak/ Ibu tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama ini

9. Keluarga besar IKes Prima Nusantara Bukittinggi

10. Kepada responden dan peneliti yang bersedia berpartispasi pada penelitian

ini

11. Orang tua tercinta, kakak adik beserta keluarga yang telah memberikan

dukungan doa, materil dan perhatian yang tidak terhingga

12. Para sahabat yang telah sama-sama berjuang dalam suka duka menjalani

pendidikan ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan

demi perbaikan skripsi ini dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan skripsi

bermanfaat bagi kita semua dan bagi tenaga kesehatan.

Bukittinggi, Oktober 2020

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA..........................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keselamatan pasien
1. Pengertian kesematan pasien ………………………. 7
2. Persiapan Pre Operasi…………………………………8.
B. Konsep SSC
1. Defenisi.………………………………………………13
2. Tingkat SSC….………………………………… 14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SSC…………..…. 16

C. Kerangka Teori………….,..………………...……..……….. 24

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep.................................................................30
B. Defenisi Operasional............................................................31
C. Hipotesa................................................................................31

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian..................................................................32
B. Tempat dan waktu Penelitian...............................................32
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling..............................32
D. Sumber Data.........................................................................34
E. Langkah-langkah Pengolahan Data......................................34
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data....................................34
G. Pengolahan Data...................................................................36
H. Teknik Analisa Data.............................................................37
I. Etika Penelitian.....................................................................38

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Hasil penelitian ..................................................................................40
a. Analisa univariat...............................................................41
b. Analisa bivariat ................................................................43

BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan univariat ........................................................................44
B. Pembahasan Bivariat..........................................................................49

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................51
B. Saran ..................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

2.1 Skema Kerangka Teori…………………………………. 29

3.1 Skema Kerangka Konsep………………………………. 30


DAFTAR TABEL

2.1 Implementasi Surgical Safety Checklist (SSC)..…….…..…. 22


3.1 Defenisi Operasional………………………………………... 31
5.1 ditribusi frekuensi pelaksanaan SCC…………………………41
5.2. Distribusi Frekuennsi Keselamatan Pasien …………………. 42
53 Distribusi Freuensi Hubungan SCC dengan Keselamatan……. 43
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan

kesehatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah

kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat

menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa (Haynes, et al. 2011). Oleh

sebab itu diperlukan pelayanan pembedahan yang aman untuk mengatasi komplikasi

pembedahan. Berbagai penelitian menunjukkan komplikasi yang terjadi setelah

pembedahan. Data WHO tahun 2015 menunjukkan komplikasi utama pembedahan

adalah kecacatan dan rawat inap yang berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di

negara- negara berkembang. Secara global angka kematian kasar berbagai operasi

sebesar 0,2-10%. Diperkirakan hingga 50% dari komplikasi dan kematian dapat dicegah

di negara berkembang jika standar dasar tertentu perawatan diikuti.

WHO tahun 2015 menyatakan bahwa untuk melaksanakan 19 item ceklist bedah

dapat mengurangi komplikasi, meningkatkan komunikasi tim dan menurunkan kematian

yang berhubungan dengan operasi. Save surgery Checklist diciptakan oleh sekelompok

ahli Internasional dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien selama

menjalani prosedur bedah di seluruh dunia. WHO mengidentifikasi tiga fase operasi

yaitu sebelum
induksi anestesi (sign in), sebelum sayatan kulit (time out) dan sebelum pasien

meninggalkan ruang operasi (sign out) (Cavoukian, 2011).

Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan

pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Safety & complience (2012)

Surgical Safety Checklist merupakan alat komunikasi, mendorong teamwork untuk

keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional diruang operasi untuk

meningkatkan kualitas dan menurunkan kematian serta komplikasi akibat pembedahan,

dan memerlukan persamaan persepsi antara ahli bedah, anestesi dan perawat.Uji coba

telah dilakukan terhadap penggunaan surgical safety checklist di delapan rumah sakit di

dunia. Kota Toronto (Kanada), New Delhi (India), Amman (Yordania); Auckland

(Selandia Baru), Manila (Filipina), Ifakara (Tanzania), London (Inggris), dan Seattle,

Okt 2007 - Sept 2008 ) yang mewakili berbagai kondisi ekonomi dan populasi dengan

beragam pasien Hasil penelitian menunjukkan penurunan kematian dan komplikasi

akibat pembedahan. Menurut Houwerd (2011) komplikasi bedah setelah penggunaan

Surgical Safety Checklist secara keseluruhan turun dari 19.9% menjadi 11,5%, dan

angka kematian menurun dari 1,9% menjadi 0,2%. Pelaksanaan Surgical Patient Safety

telah membuktikan pengurangan dalam angka mordibiti dan morbiliti dalam rawatan

dirumah sakit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendrik Hermawan(2015) di RSUD Kebumen

tentang penerapan surgical pasien safety di kamar bedah central masih 72


%. Begitu juga dengan Penelitian yang dilakukan oleh Triwahyermawan di, Mona

Saparwati(2015) tentang pelaksanaan surgical safety cheklist di instalasi bedah central

RSUD Harapan Insan Sendawar menghasilkan pelaksanaan surgical safety cheklist

masih 64 % persen.dan pelaksanaan nya belum sesuai dengan SPO.

Rendahnya pelaksanaan surgical safety cheklist di kamar bedah, menunjukan masih

rendahnya kesadaran perawat dalam keselamatan pasien. Sesuai dengan peraturan

Depkes no.1691 tentang keselamatan pasien dan Komite Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) dan juga SNARS 1 tahun 2017 menuntut pelaksanaan surgery safety checklist

di kamar operasi harus 100% untuk mengeliminasi masalah yang mengkhwatirkan dan

kemungkinan kekeliruan diselesaikan dalam tindakan operasi dimana pelaksanaan

surgery safety cheklist dilakukan pada semua item yang telah ditentukan. Keselamatan

pasien merupakan prinsip dasar dalam pemberian pelayanan dan merupakan komponen

sangat penting dalam manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit (WHO,2015).

Keselamatan pasien dapat diperoleh bila faktor yang berkontribusi terhadap insiden

keselamatan dapat diminimalisir bahkan dihindari. Faktor yang berkontribusi terhadap

hal ini menurut Henriksen, et.al. (2011) adalah faktor manusia yang meliputi: sumber

daya yang tidak memenuhi persyaratan, dan sistem. Faktor manusia meliputi

pengetahuan, keterampilan, lama kerja, sedangkan sistem kesalahan dalam mengambil

keputusan klinis, salah persepsi, pengetahuan manusia, keterbatasan mengoperasikan

alat dan mesin, sistem, tugas dan pekerjaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Yahya

(2012) yang menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian nyaris cedera
(KNC) dan kejadian tidak diharapkan (KTD) melibatkan faktor manusia meliputi

standar, kebijakan dan aturan dalam organisasi.

Tercapainya keselamatan pasien juga didukung oleh beberapa komponen yang dapat

menentukan keberhasilan keselamatan pasien. Menurut Behal (dalam Cahyono, 2012)

ada beberapa faktor yang mempangaruhi keberhasilan program keselamatan pasien,

meliputi : lingkungan eksternal, kepemimpinan, budaya organisasi, manajemen, struktur

dan sistem, serta tugas dan keterampilaan individu,dan lingkungan kerja.

Perawat sebagai salah satu tim bedah yang melaksanakan pembedahan yaitu sebagai

perawat scrubs (instrumen) dan perawat sirkuler yang melaksanakan program


keselamatan pasien. Perawat harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan

dalam pembedahan mulai dari fase sign in, time out, dan sign out sehingga dapat

meminimalkan setiap resiko yang tidak diinginkan (Weiser, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Christina Anugrahrini, Junaiti Sahar, Mutika Sari

(2015) mengatakan faktor dominan yang berhubungan dengan menerapkan pedoman

pasient safety yaitu kepemimpinan. Begitu juga penelitan yang dilakukan oleh Nazvia

Natasia, Ahas Luqizana, Janik Kurniawati (2012) di RSUD Gambiran Kediri

mengatakan komponen penting dalam manajemen, faktor budaya organisasi

mempengaruhi perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien.

Hasil penelitian dari Andri Firman Saputra, Elsye Maria Rosa (2015) menyatakan

faktor budaya patient safety dikamar bedah masih minim disertai dengan SDM yang

kurang, serta kurangnya pengawasan dan sosialisasi dari manajemen.begitu juga dengan

hasil penelitian Ni Luh Putu Ariastuti, Ani Margawati, Wahyu Hidayati (2015) bahwa

faktor yang paling mempengaruhi pelaksanaan surgical safety adalah pengetahuan. Hasil

penelitian Ni Wayan Asri Ardiani Saputri (2015) bahwa lingkungan kerja perawat

sangat mempengaruhi keselamatan pasien dikamar bedah.

RSUD Haji Abdul Madjid Batoe (HAMBA) Muaro Bulian didirikan atas prakarsa

Bapak dr Abdul Madjid yang merupakan Putra Batanghari tertuang pada Akta

pemmerintaha kabuoaten Batang hari mempunyai tujuan tercapainya derajat kesehatan

yang optimal
bagi masyarakat seluruhnya melalui pelayanan kesehatan tanpa memandang

perbedaan agama, kedudukan, warna kulit dan asal usul, bertitik tolak dari niat

kesehatan. Dari RSUD Hamba yang melaksanakan lembar ceklist keselamatan pasien

dikamar operasi masih banyak yang belum terlaksanan dengan melakukan keselamatan

pasien dimana pelaksanan SSC Surgical Sfaety Checklist banyak perawat dan juga tenaga

kesehatan lainnya yang masih belum sempurna meakukannnya .

Dari hasil studi pendahuluan wawancara dengan kepala ruangan kamar operasi

RSUD HAMBA pada 29 Juli 2020 menjelaskan tentang pelaksanaan Surgical Safety

Checklist masih belum terlaksana 100%, dengan jumlah operasi pada bulan Juli

sampai September 2020 yaitu sebanyak 338 tindakan pembedahan, pelaksanaan

Surgical Safety Checklist baru terlaksana 55% dengan kategori 60 % yang lengkap

dan 35% masih belum lengkap. dan sepanjang tahun 2020 ada 2 kasus kejadian KNC

( Kejadian Nyaris Cedera) di kamar operasi.

Hasil wawancara dari tiga orang perawat yang bertugas pada ruangan OK RSUD

HAMBA mengatakan ada melaksanakan surgery safety cheklist tetapi tidak rutini,

dan dua orang mengatakan kurang paham dengan SPO surgery safety cheklist, satu

orang mengatakan mengetahui tapi belum sepenuhnya memahami dan

menghapalnya. Semua personil mengatakan bahwa sosialisasi SPO surgery safety

cheklist belum maksimal, dua orang perawat mengatakan kurangnya perhatian dan

pengawasan dari kepala ruangan apabila dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan

sama saja dan tidak ada konsekwensi maupun kompensasinya. Dari data yang

diberikan masih didapati poin pada blangko checklist yang tidak terisi.

Demikian pula dengan hasil wawancara dengan kepala ruangan Kamar Operasi
RSUD HAMBA pada 1 Agustus 2020 menjelaskan bahwa pelaksanaan Surgical

Safety Checklist sudah 80% dari jumlah operasi pada bulan juli 2020 yaitu 345,

pelaksanaan Surgical Safety Checklist sudah 75% terisi lengkap. Dan sepanjang

tahun 2020 ada 1 kejadian KNC. Hasil wawancara pada tiga orang perawat OK

RSUD HAMBA mengatakan pelaksanaan Surgical Safety Checklist harus di lakukan

tetapi disebabkan rangkap dalam pelaksanaan tim operasi sehingga belum terlaksana

dengan baik. Dari tiga orang perawat OK, dua orang diantaranya sudah mengetahui

adanya SPO tentang Surgical Safety Checklist, satu orang mengatakan kurang hapal

SPO Surgical SafetyChecklist dan dua orang perawat bedah mengatakan belum

pernah dievaluasi oleh kepala ruangan tentang pelaksanaan Surgical Safety Checklist

ini.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan Kamar Operasi RSUD HAMBA pada

tanggal 8 Agustus 2020 menjelaskan bahwa pelaksanaan Surgical Safety Checklist

baru terlaksana 40%. Jumlah operasi pada bulan Juli 2020 yaitu 268 tindakan. Maka

diantara operasi yang terbanyak adalah operasi dengan indikasi section caesaria

sebanyak 78 % tiap bulannya

Sosialisasi tentang SPO Surgical Safety Checklist sudah dilakukan, dan

kebijakan tentang pelaksanaan Surgical Safety Checklist saat ini sedang dalam

proses. Dan kejadian yang berhubungan dengan pasien safety ada 2 kasus KNC.Hasil

wawancara dengan tiga orang perawat yang bertugas pada ruangan OK RSUD

HAMBA mengatakan bahwa pelaksanaan Surgical Safety Checklist jarang lakukan.

Dari tiga orang perawat yang bertugas pada ruangan OK tadi, dua orang diantaranya

mengetahui adanya SPO tentang Surgical Safety Checklist, sementara satu orang

lainnya mengatakan kurang menguasai melihat SPO Surgical Safety Checklist.


Semua perawat tersebut mengatakan belum pernah dilaksanakan sosialisasi tentang

ceklist keselamatan pasien di kamar operasi. Begitu juga kurangnya supervisi dari

kepala ruangan tentang pelaksanaan Surgical Safety Checklist sehingga

menyebabkan kurangnya kepatuhan terhadap pelaksanaan Surgical Safety Checklist

dimaksud. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Implementasi surgical Checklist dengan keselamatan

pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA tahu 2020

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang peneliti simpulkan

apakah ada Hubungan Implementasi surgical Checklist dengan keselamatan pasien

Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Tahun 2020

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi Hubungan Implementasi surgical Checklist dengan keselamatan

pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus :

a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi Implementasi Surgical Safety Checklist (SSC)

pada Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Tahun 2020

b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi tingkat keselamatan pasien bedah di Kamar

Bedah RSUD HAMBA Tahun 2020.

c. Mengetahui Hubungan Implementasi surgical Checklist dengan keselamatan pasien

Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Tahun 2020


D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini didapatkan gambaran bagi peneliti tentang bagaimana

pelaksanaan surgical safety cheklist di lingkungan RSUD HAMBA.

2. Bagi RSUD HAMBA

Bagi rumah sakit khususnya di kamar bedah surgery safety checklist sangat

bermanfaat karena melindungi perawat dan tim bedah lainnya karena dapat dijadikan

sebagai aspek legal yang dapat dipertanggung jawabkan karena seluruh kegiatan

yang dilakukan pada pasien akan diverifikasi d a n terdokumentasi didalamnya

termasuk kegiatan persiapan pembedahan, dan melakukan evaluasi dan tetap

memotivasi tim agar kondisi apapun tetap menggunakannya.

3. Bagi Keperawatan

Bagi keperawatan akan melindungi perawat bedah yang terlibat didalam tim karena

ada pernyataan khusus yang ditujukan kepada perawat sebagai instrumentator yang

akan diverifikasi persiapan alat dan kelengkapan alat setelah tindakan pembedahan

selesai.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi bahan rujukan dan

dikembangkan terutama untuk penelitian sejenis. Dapat memberikan konstribusi bagi

perkembangan riset keperawatan khususnya pada penelitian manajemen keperawatan

tentang pelaksanaan surgical safety cheklist dikamar operasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Surgical Safety Checklist

Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives

yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim

bedah di ruang operasi. Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa untuk

memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgical safety

checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh

tim bedah di ruang operasi. Tim bedah terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi

dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan dalam

pembedahan mulai dari sign in, time out, sign out sehingga dapat meminimalkan

setiap risiko yang tidak diinginkan (Safety & Compliance, 2012).

Tiga fase operasi Dalam pelaksanaan prosedur safety surgical operasi

meliputi tiga fase

yaitu :

1. Pelaksanaan Sign In

Sign In adalah prosedur yang dilakukan sebelum induksi anastesi prosedur

Sign In idealnya dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pasien (bila kondisi

sadar/memungkinkan), perawat anastesi , dan dokter anastesi.

Pada fase Sign In dilakukan konfirmasi berupa identitas pasien, sisi operasi

yang sudah tepat dan telah ditandai, apakah mesin anastesi sudah berfungsi,

apakah pulse oksimeter pada pasien berfungsi, serta faktor resiko. 5.


6

pasien seperti apakah ada reaksi alergi, resiko kesulitan jalan nafas, dan

adanya resiko kehilangan darah lebih dari 500ml Langkah-langkah Surgical Safety

Checklist yang harus dikonfirmasi saat pelaksanaan Sign In adalah :

a. Konfirmasi identitas pasien

Koordinator Checklist secara lisan menegaskan identitas pasien, jenis

prosedur pembedahan, lokasi operasi, serta persetujuan untuk dilakukan

operasi. Langkah ini penting dilakukan agar petugas kamar operasi tidak

salah melakukan pembedahan terhadap pasien, sisi, dan prosedur

pembedahan. Bagi pasien anak-anak atau pasien yang tidak memungkinkan

untuk berkomunikasi dapat dilakukan kepada pihak keluarga, itulah mengapa

dilakukan konfirmasi kepada pasien sebelum pembedahan.

b. Konfirmasi sisi pembedahan

Koordinator Checklist harus mengkonfirmasi kalau ahli bedah telah

melakukan penandaan terhadap sisi operasi bedah pada pasien (biasanya

menggunakan marker permanen) untuk pasien dengan kasuss lateralitas

(perbedaan kanan atau kiri) atau beberapa struktur dan tingkat (misalnya jari

tertentu, jari kaki, lesi kulit, vertebrata) atau tunggal (misalnya limpa).

Penandaan yang permanen dilakukan dalam semua kasus, bagaimanapun, dan

dapat memberikan ceklist cadangan agar dapat mengkonfirmasi tempat yang

benar dan sesuai prosedur.


c.Persiapan mesin pembedahan dan anestesi

Koordinator Checklist melengkapi langkah berikutnya dengan meminta

bagian anastesi untuk melakukan konfirmasi penyelesaian pemeriksaan

keamanan anastesi, dilakukan dengan pemeriksaan peralatan anastesi, saluran

untuk pernafasan pasien nantinya (oksigen dan inhalasi), ketersediaan obat-

obatan, serta resiko pada pasien setiap kasus.

d.Pengecekan pulse oximetri dan fungsinya

Koordinator Checklist menegaskan bahwa pulse oksimetri telah ditempatkan

pada pasien dan dapat berfungsi benar sebelum induksi anastesi. Idealnya

pulse oksimetri dilengkapi sebuah sistem untuk dapat membaca denyut nadi

dan saturasi oksigen, pulse oksimetri sangat direkomendasikan oleh WHO

dalam pemberian anastesi, jika pulse oksimetri tidak berfungsi atau belum

siap maaka ahli bedah anastesi harus mempertimbangkan menunda operasi

sampai alat-alat sudah siap sepenuhnya.

e.Konfirmasi tentang alergi pasien

Koordinator Checklist harus mengarahkan pertanyaan ini dan dua pertanyaan

berikutnya kepada ahli anastesi. Pertama, koordinator harus bertanya apakah

pasien memiliki alergi? Jika iya, apa itu? Jika koordinator tidak tahu tentang

alergi pada pasien maka informasi ini harus dikomunikasikan. Konfirmasi

Resiko Operasi

Ahli anastesi akan menulis apabila pasien memiliki kesulitan jalan

nafas pada status pasien, sehingga pada tahapan Sign In ini tim bedah dapat

mengetahuinya dan mengantisipasi pemakaian jenis anastesi yang digunakan.

Resiko terjadinya aspirasi dievaluasi sebagai bagian dari penilaian jaln nafas
sehingga apabila pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut penuh, ahli

anastesi harus mempersiapkan kemungkianan terjadi aspirasi. Resiko aspirasi

dapat dikurangi dengan cara memodifikasi rencana anastesi, misalnya

menggunakan teknik induksi cepat dan dengan bantuan asisten memberikan

tekanan krikoid selama induksi untuk mengantisipasi aspirasi pasien yang

telah dipuasakan enam jam sebelum operasi.

f.Konfirmasi resiko kehilangan darah lebih dari 500 ml (700ml/kg pada anak-

anak)

Dalam langkah keselamatan, koordinator Checklist meminta tim anastesi

memastikan apa ada resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah

selama operasi karena kehilangan darah merupakan salah satu bahaya umum

dan sangat penting bagi pasien bedah, dengan resiko syok hipovolemik terjadi

ketika kehilangan darah 500ml (700ml/kg pada anak- anak), Persiapan yang

memadai daoat dilakukan dengan perencanaan jauh- jauh hari dan melakukan

resusitasi cairan saat pembedahan berlangsung.

2.Pelaksanaan Time Out

Time Out adalah prosedur keselamatan pembedahan pasien yang dilakukan

sebelum dilakukan insisi kulit, Time Out dikoordinasi oleh salah satu dari anggota

petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Time Out setiap petugas kamar

operasi memeperkenalkan diri dan tugasnya, ini bertujuan agar diantara petugas

operasi dapat saling mengetahui dan mengenal peran masing-masing. Sebelum

melakukan insisi petugas kamar operasi dengan suara keras akan mengkonfirmasi

mereka melakukan operasi dengan benar, pasien yang benar, serta mengkonfirmasi
bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan minimal 60 menit sebelumnya.Langkah-

langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat pelaksanaan Time

Out adalah :Sebelum melakukan insisi atau sayatan pada kulit, jeda sesaat harus

diambil oleh tim untuk mengkonfirmasi bahwa beberapa keselamatan penting

pemeriksaan harus dilakukan

a. Konfirmasi nama dan peran anggota tim

Konfirmasi dilakukan dengan cara semua anggota tim memperkenalkan nama

dan perannya, karena anggota tim sering berubah sehingga dilakukan

manajemen yang baik yang diambil pada tindakan denagn resiko tinggi

seperti pembedahan. Koordinator harus mengkonfirmasi bahwa semua orang

telah diperkenalkan termasuk staf, mahasiswa, atau orang lain


b. Anggota tim operasi melakukan konfirmasi secara lisan identitas pasien, sisi

yang akan dibedah, dan prosedur pembedahan.

Koordniator Checklist akan meminta semua orang berhenti dan melakukan

konfirmasi identitas pasien, sisi yang kan dilakukan pembedahan, dan

prosedur pembedahan agar tidak terjadi kesalahan selama proses pembedahan

berlangsung. Sebagai contoh, perawat secara lisan mengatakan “sebelum kita

melakukan sayatan pada kulit (Time Out) apakah semua orang setuju bahawa

ini adalah pasien X?, mengalami Hernia Inguinal kanan?”. Ahli anastesi, ahli

bedah, dan perawat secara eksplisit dan individual mengkonfirmasi

kesepakatan, jika pasien tidak dibius akan lebih mudah membantu baginya

untuk mengkonfirmasi hal yang sama.

c. Konfirmasi antibiotik profilaksis telah diberikan 60 menit terakhir Koordinator

Checklist akan bertanya dengan suara keras apakah antibiotik profilaksis telah diberikan

dalam 60 menit terakhir, anggota tim yang bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik

profilaksis adalah ahli bedah, dan harus memberikan konfirmasi secara verbal. Jika antibiotik

profilaksis telah diberikan 60 menit sebelum, tim harus mempertimbangkan pemberian ulang

pada pasien.

d. Antisipasi Peristiwa kritis

Untuk memastikan komunikasi pada pasien dengan keadaan kritis,

koordinaor Checklist akan memimpin diskusi secara cepat antara ahli bedah, ahli

anastesi, dan perawat terkait bahaya kritis dan rencana selama pembedahan.

Hal ini dapat dilakukan dengan meminta setiap pertanyaan langsung dijawab,

urutan diskusi tidak penting, tetapi masing-masing disiplin klinis saling

berkomunikasi, isi diskusi meliputi:


i. Untuk dokter bedah : langkah kritis apa, berapa lama kasus ini dilakukan, dan

bagaimana antisipasi kehilangan darah Diskusi langkah-langkah kritis ini dimaksutkan

untuk meminimalkan resiko pembedahan. Semua anggota tim mendapat informasi tentang

resiko kehilangan darah, cidera, morbiditas. Kesempatan ini juga dilakukan untuk meninjau

langkah-langkah yang mungkin memerlukan peralatan khusus, implan, atau persiapan yang

lainnya.

ii. Untuk dokter anastesi : kekhawatiran pada pasien yang mungkin terjadi

Pada pasien dengan resiko untuk kehilangan darah besar, ketidakstabilan

hemodinamik, atau morbiditas (seperti penyakit jantung, paru, aritmia, kelainan

darah, dll), anggota tim anastesi harus meninjau ulang rencana spesifik dan

kekhawatiran untuk resusitasi khususnya. Dalam diskusi ini dokter anastesi cukup

mengatakan, “saya tidak punya perhatian khusus mengenai hal ini”

iii. Untuk perawat : konfirmasi sterilitas (termasuk hasil indikator) Masalah peralatan

atau masalah apapun.Perawat menanyakan kepada ahli bedah apakah alat-alat yang

diperlukan sudah diperlukan sehingga perawat dapat memastikan instrumen di kamar

operasi telah steril dan lengkap Pemeriksaan penunjang berupa foto perlu

ditampilkan di kamar operasi. Ahli bedah memberi keputusan apakah foto penunjang

diperlukan dalam pelaksanaan operasi atau tidak

3. Pelaksanaan Sign Out

Sign Out adalah prosedur keselamatan pembedahan yang dilakukan oleh

petugas kamar operasi sebelum penutupan luka, dikoordinasi oleh salah satu anggota

petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Sign Out akan dilakukan review

tindakan yang telah dilakukan sebelumnya, dilakukan juga pengecekan kelengkapan


spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau

masalah yang perlu ditangani, selanjutnya langkah akhir adalah memusatkan

perhatian pada manajemen post-operasi serta pemulihan pasien sebelum dipindah

dari kamar operasi.

Pemeriksaan keamanan ini harus diselesaikan sebelum pasien meninggalkan

kamar operasi, tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer informasi penting

kepada tim perawatan yang bertanggung jawab untuk pasien setelah pembedahan.
Langkah-langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat

pelaksanaan Sign Out adalah :

1. Review pembedahan

Koordinator Checklist harus mengkonfirmasikan dengan ahli bedah dan tim

apa prosedur yang telah dilakukan, dapat dilakukan dengan pertanyaan, “apa

prosedur yang telah dilakukan?” atau sebagai konfirmasi, “kami melakukan prosedur

X, benar?”

2. Penghitungan instrumen, spons, dan jumlah jarum

Perawat harus mengkonfirmasi secara lisan kelengkapan akhir instrumen,

spons, dan jarum, dalam kasus rongga terbuka jumlah instrumen dipastikan harus

lengkap, jika jumlah tidak lengkap maka tim harus waspada sehingga dapat

mengambil langkah (seperti memeriksa tirai, sampah, luka, atau jika perlu

mendapatkan gambar radiografi).

3. Pelabelan spesimen

Pelabelan digunakan untuk pemeriksaan dianostik patologi. Salah melakukan

pelabelan berpotensi menjadi bencana untuk pasien dan terbukti menjadi salah satu

penyebab error pada laboratorium. Perawat sirkuler harus mengkonfirmasi dengan

benar dari setiap spesimen patologis yang diperoleh selama prosedur dengan

membacakan secara lisan nama pasien, deskripsi spesimen, dan setiap tanda

berorientasi.

4. Konfirmasi masalah peralatan

Apakah ada masalah peralatan di kamar operasi yang bersifat universal

sehingga koordinator harus mengidentifikasi peralatan yang


bermasalah agar instrumen atau peralatan yang tidak berfungsi tidak menganggu

jalannya pembedahan di lain hari.

5. Ahli bedah, ahli anastesi, dan perawat meninjau rencana pemulihan dan pengelolaan

pasien

Sebelum pasien keluar dari ruang operasi maka anggota tim bedah

memberikan informasi tentang pasien kepada perawat yang bertanggung jawab di

ruang pemulihan (recovery room), tujuan dari langkah ini adalah transfer efisien dan

tepat informasi penting untuk seluruh tim.

Dengan langkah terakhir ini, Checklist WHO selesai, jika diinginkan

Checklist dapat ditempatkan dalam catatan pasien atau perlu dipertahankan untuk

kualitas ulasan jaminan

Gb 2.1 Surgicak Safety Checklist

WHO ( 2015)
3.Dasar Hukum Surgical Safety Checklist

Rekomendasi WHO (World Health Organization) tentang Patient Safety

dan Safe Surgical Saves Live

a. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1691/menkes/Per/VIII/2011

tentang keselamatan pasien di rumah sakit yang tertuang dalam Bab IV

Pasal 8 ayat 1 dan 2 yang isinya adalah :

b. Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran

keselamatan pasien

c. Sasaran keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat 1

meliputi :

a. ketepatan identifikasi pasien

b. peningkatan komunikasi yang efektif

c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

f. Pengurangan resiko pasien jatuh

4. Konsep Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah

gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan : praoperatif ,

intraoperatif, dan pasca operatif. Seperti yang diperlihtkan pada bab

sebelumnya tentang fase perioperatif , masing masing dari setiap fase ini

dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang

membentuk pengalaman bedah, dan masing – masing mencakup rentang

waktu perilaku dan aktifitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh

perawat denga menggunaan proses keperawatan dan standart praktek

keperawatan (Balack 2012).

.
Kerangka Konsep

Tim Bedah :
Operator
Assisten operator
Dokter anastesi Prosedur Surgical safety Checklist :
Sign In
Time Out Patient Safety
Pengetahuan Perawat Periopertif :Sign Out)
Perawat anastesi (Keselamatan pasien)
Perawat Instrumen - Baik
Perawat
- Cukup
- Kurang

Faktor Penunjang Pengetahuan perawat Perioperatif :


Tingkat pendidikan
Pelatihan (informasi)
Media(Notoatmojo,2013)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Gambaran Pelaksanaan Surgical
Safety Checklist

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep yang berhubungan dengan Hubungan implementasi surgical

Safety Checklist dengan keselamatan pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA

Muarabulian Tahun 2020 sebagai berikut :

Variabel.Independen Variabel Dependen

Surgical safety Keselamatan Pasien


Cehecklist (SSC) Bedah di Kamar
Bedah

Skema 3.1. : Kerangka Konsep

B. Defenisi Operasional
Skala ukur
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Indepnden Suatu kegiatan rutin Checklist Panduan 1.Baik Ordinal
Pelaksanaan yang dilakukan di SSC
Surgical ruanga bedah dengan 2.Kurang Baik
Safety menggunakan
Checklist pedoman checklist (JCI 2015)
mulai dari Sig-In ,
Time-Out dan Sig-
Out
(Permenkes 2011)
Dependen
Keselamatan Suatu Keadaan Pedoman 1.Tidak Ordinal
Pasien Bedah pasien yang tidak ada observasi Observasi Beresiko
K tanda memiliki
resiko pada pasien 2.Beresiko
dalam surgical (Balack 2012)
Safaety Checklis
(ADiran, 2013)

C. Hipotesis

Ha : Ada Hubungan implementasi surgical Safety Checklist dengan keselamatan

pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

Ho : Tidak ada Hubungan implementasi surgical Safety Checklist dengan

keselamatan pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Muarabulian

Tahun 2020.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Disain Penelitian ini menggunakan Deskriptif Korelasi dengan pendekatan

Croscektional , dimana pendekatan yang digunakan dengan melakukan pengambilan

sampel pada variable Independen dan variable dependen secara bersamaan dan

kebetulan . Pada penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi dimana hal ini akan

dilihat tentang Hubungan implementasi surgical Safety Checklist dengan

keselamatan pasien Bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun

2020 (Nursalam, 2013).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruangan Bedah RSUD HAMBA pada

bulan November sampai Desember tahun 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang

mengalami Operasi dengan kasus Bedah Umum di Ruang bedah RSUD

HAMBA Muarabulian perbulannya sebanyak 102 orang pasien

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2013). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel

yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai konteks penelitian. Suatu

pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti dalam memilih sampel atau

responden untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian dengan

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Notoadmodjo, 2013).

n. N/1+N(d)²

n.= 102/1+102(0.1) ²

n.= 102/1+102(0.01)

n.= 102/1+ 1,02

n.= 102/ 2.02

n.= 50.49 = 50

Kriteria Inklusi :

Adalah karakteristik umum subjektif penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2011).

a. Pasien mengalami Bedah umum (semua pembedahan)

b. Pasien dalam status bedah

c. Bersedia menjadi responden

d. Tidak terindikasi dalam pasien Recovery

Kriteria eksklusi :

a. Pasien yang bukan dalam kasus bedah

b. Pasien yang dalam daftar tunggu lama

c. Tidak bersedia menjadi responden

d. Pasien yang tidak menjalani bedah lain

D. Sumber Data
a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung didapatkan dari responden berupa

pengukuran Keselamatan pasien safety sewaktu setelah Operasi dan pelaksanaan

Implementasi Surgical Safety Checklist

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari lingkungan penelitian

berupa data di RSUD HAMBA, yaitu data pasien, catatan medik, catatan

keperawatan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini seperti nama,

umur, dan jenis kelamin.

E. Langkah-Langkah Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data pada kelompok eksperimen :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan lebih kurang 1 bulan dimana Langkah-langkah dalam

proses penelitian sebagai berikut :

a) Meminta izin penelitian pada kepala ruangan

b) Melakukan informed consent kepada responden

c) Melakukan wawancara dengan menggunakan lembar wawancara

2. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan untuk intervensi penelitian yaitu lembar

Kuesioner SSC untuk menilai tingkat Keselamatan pasien bedah pada pasien pre

operasi bedah Umum.


3. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah dalam prosedur penelitian sebagai berikut :

Tahap persiapan dalam penelitian ini adalah mengurus surat izin

penelitian dibagian akademik Institut Prima Nusantara Bukittinggi dan surat

izin penelitian di RSUD HAMBA. Setelah mendapatkan izin, peneliti mulai

melakukan penelitian dengan memberikan lembar penjelasan tujuan serta

konsekuensi dari peneliti kepada responden.Responden diberikan

kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dan bila ada

pertanyaan peneliti siap untuk menjelaskannya.

F. Teknik Pengolahan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian yang digunakan yaitu Kuesioner

Keselamatan pasien Bedah untuk memeriksa tingkat keselamatan pasien pre operasi

bedah umum Pengolahan data dilakukan secara sistem komputerisasi. Setelah data

terkumpul, dianalisis, kemudian data tersebut diolah dengan langkah – langkah

sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan data)

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian lembar observasi.

2. Coding (Mengkode data)

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/ bilangan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat entry data.

3. Processing (Memasukkan data)

Setelah semua lembar observasi terisi serta telah melewati pengkodean, maka
langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat

dianalisis. Processing dapat dilakukan dengan cara meng-entry data dari hasil

observasi ke paket program computer.

4. Cleaning (Membersihkan data)

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di-entry apakah ada kesalahan atau tidak (Notoadmodjo, 2013).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat, karena

dalam penelitian ini peneliti tidak saja menggambarkan tetapi juga mencari

hubungan antara kedua variabel yaitu hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen. Dalam hal ini peneliti akan menganalisa dengan :

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk statistik deskriptif

meliputi persentase ( P = F/N X 100%) (Notoadmodjo, 2013).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo, 2013). Analisis ini dilakukan

untuk mengetahui Hubungan implementasi surgical Safety Checklist dengan

keselamatan pasien bedah di Kamar Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun

2020 dengan uji Chi Square test dengan menggunakan batas kemaknaan α =

0,05. Hipotesa diterima jika probabilitas p ≤ 0,05 dan hipotesa ditolak jika nilai

probalitas p > 0,05 (Nursalam 2013).


H. Etika Penelitian

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan kepada responden sebelum melakukan penelitian dan memenuhi

kriteria inklusi. Lembar informed consent juga dilengkapi dengan judul

penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga keberhasilan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode sebagai pengganti nama

responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan di Ruangan Bedah rumah sakit yaitu

mulai tanggal 24 Oktober sampai 2 Desember tentang Hubungan

pelaksanaan Surgical Safety Ceklist dengan Keselamatan pasien Di

Rungan Bedah RSUD HAMBA Muara Bulian tahun 2020 , maka

peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut dibawah Ini :

1. Analisa Univariat

a. Distribusi Pelaksanaan Identifikasi pasien

Table 5.1.

Distribusi frekuensi Pelaksanaan Surgical safety Ceklist pasien di ruangan

Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Pelaksanaan
No N Prosentase
SCC
1 Baik 30 60.0%
2 Kurang Baik 20 40.0%
Jumlah 50 100%

Dari table 5.1. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih

dari separoh responden sebanyak 30 ( 60.0%) pelaksanaan surgical safety

ceklist dilaksanakan dengan baik di Ruangan Bedah RSUD HAMBA

tahun 2020
b. Distribusi Keselamatan pasien

Table 5.2.

Distribusi frekuensi keselamatan pasien di ruangan Bedah

RSUD HAMBA tahun 2020

Keselamatan
No N Prosentase
Pasien
1 Tidak beresiko 27 54.0%
2 Beresiko 23 46.0%
Jumlah 50 100%

Dari table 5.2. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih

dari separoh responden sebanyak 27 ( 54.0%) Keselamatan pasien bedah

tidak beresiko di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020.

2. Analisa Bivariat

Table 5.3.

Distribusi frekuensi Hubungan Pelaksanaan Surgical safety ceklist pasien

dengan keselamatan pasien di Ruang bedah RSUD HAMBA

Tahun 2020

Keselamatan p-
Pelaksanaan
Pasien value
SCC
Tidak beresiko Beresiko
F % F %
0,031
Kurang Baik 9 45.0 11 55.0 20
Baik 14 46.7 16 53.3 30
Total 23 46.0 27 54.0 50

Dari table 53 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang

pelaksanaan Surgical safety Ceklist yang baik terdapat sebanyak 16


responden (53.3%) yang keselamatan pasien tidak beresiko . sedangkan

dari 30 responden yang pelaksanaan surgical safety Ceklist Kurang baik

terdapat sebanyak 5 responden (45.0%) keselamatan pasien beresiko di

Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Dari hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai p value (0,031<0,05) maka

secara statistic Ho = Ditolak dengan kesimpulan “ Terdapat hubungan

yang significan kedua variable dimana “ Ada hubungan pelaksanaan

surgical safety Ceklist dengan keselamatan pasien di Ruangan Bedah

RSUD HAMBA tahun 2020 “


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Univariat

a. Distribusi frekuensi Pelaksanaan Surgical safety Ceklist

Dari table 5.1. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih

dari separoh responden sebanyak 30 ( 60.0%) pelaksanaan surgical safety

ceklist dilaksanakan dengan baik di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun

2020 .

Menurut Teori JCI 2015 bahwa Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari

Safe Surgery Saves Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien

yang digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Surgical Safety Checklist adalah

sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas

pada pasien. Surgical safety checklist merupakan alat komunikasi untuk

keselamatan pasien yang digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Tim bedah

terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten

melakukan setiap item yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari sign in, time

out, sign out sehingga dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarwiman (tahun 2016)

tentang “ Hubungan Pemakaian format SCC dengan Identifikasi pasien di

RSUD Sriwijaya Palembang tahun 2016 didapatkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan SCC dapat dilakukan dengan baik 70% dan SCC tidak baik

30% dan dari hasil tersebut maka pelaksanaan SCC berhubungan dengan

pelaksanaan Keamaman pasien di Ruang Bedah RSUD Sriwijaya Palembang


Tahun 2016 dengan p value (0.021<0.05)

Asumsi peneliti bahwa rumah sakit perlu melakukan SCC dan SCC

merupakan suatu ptotap yang harus dilakukan diruangan bedah ataupun

kamar operasi karena dari data yang didapatkan sebanyak 60% responden

mampu melaksanakan SCC dengan baik hal ini didukung karena beberapa

dari responden sudah memahami akan perlunya pelaksanaan SCC di rungan

Bedah ataupun kamar operasi. Dengan demikian hendaknya perawat yang

bertugas dan perawat yang belum terlaksanakan SCc dengan baik 30% perlu

hendaknya memberikan pelaksanaan yang baik agar pelaksanaan SCC di

Rungan Bedah dapat dilakusanakan lagi dengan baik

b. Distribusi frekuensi Keselamatan Pasien

Dari table 5.2. diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden terdapat lebih

dari separoh responden sebanyak 27 ( 54.0%) Keselamatan pasien bedah

tidak beresiko di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Menurut Teori Wiyono (tahun 2013) bahwa Keselamatan pasien sangat

penting akan tetapi keselamaytan pasien ini harus banyak dilihat dari

berbagai faktor seperti faktor keadaan umum kondisi runagan dan juga

kesematan dalam melakukan tindakan serta pelaksanaan tindakan yang

dilakukan .

Sedangkan menurut Balack 2013 bahwa keselamatan pasien itu merupakan

suatu indicator dalam melakukan kegiatan safety pasien karena pasien sangat

perlu dipantau kesehatan nya dan perkembangan kemajuan nya secara medis

dan dapat dilaksanakan dengan melihat situasi dan kondisi pasien yang
dirawat selama sejak pasien masuk akan operasi maupun pasien setelah

dilakukan operasi di rungan bedah

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Warni Syani (tahun 2017) tentang “

Hubungan penggunaan Identifikasi dengan kesematan pasien setelah operasi

post-op di RSUD Mitra Jambi tahun 2016 didapatkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan Spenggunaan Identifikasi 65 % adalah Tinggi dan kesematan

pasien 70 % adalah baik dan dari hasil tersebut maka Hubungan penggunaan

Identifikasi dengan kesematan pasien setelah operasi post-op di RSUD Mitra

Jambi tahun 2016 dengan p value (0.043<0.05)

Sedangkan menurut JCI tahun 2015 bahwa pelaksanaan Surgical safety

ceklist (SCC) sangat perlu karena SCC dapat dijadikan sebagai

mengembangkan identifikasi pasien dan terus mengembangkan pendekatan

untuk memperbaikai atau meningkatkan ketelitian dalam melakukan

identifikasi pasien dengan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) bertujuan

untuk mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien , menjadi

salah satu area bermasalah dalam pemberian pelayanan kesehatan dan

menguraikan solusi atas permasalahan ini. Identifikasi pasien menjadi

salah satu bagian dari enam sasaran keselamatan pasien yang sangat penting

dalam keberhasilan serta dalam mencegah masalah –masalah yang timbul

akibat kesalahan tindakan , pemberian obat dan pelayanan yang diberikan

Asumsi peneliti bahwa yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap

kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada pasien, yang

terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cidera, kejadian tidak
cidera, kejadian pontensial cidera, kejadian sentinel. Kejadian Tidak

Diharapkan ( KTD ) adalah insiden yang mengakibat cedera pada pasien

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.

Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan

medis.Contoh :Kesalahan diagnosa atau keterlambatan diagnosa, Tidak

menerapkan pemeriksaan yang sesuai, Kesalahan prosedur pengobatan,

pelaksanaan therapy, metode penggunaan obat, Pasien jatuh, tertusuk jarum,

Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) adalah terjadinya insiden yang belum

sampaikan terpapar kepasien.Contoh :Pasien yang menerima suatu obat

kontra indikasi tetapi tidak tidak timbul reaksi obat, Secara tidak disengaja

pasien anak diberikan suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain

mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan.Salah identitas

pasien namun diketahui sebelum dilakukan tindakan, Kejadian Tidak Cidera

( KTC ) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien tapi tidak timbul

cidera., Pasien secara tidak sengaja telah diberikan obat dengan dosis lethal,

segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak

menimbulkan cedera yang berarti, Kejadian Potensial Cidera ( KPC ) adalah

Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tapi belum

terjadi insiden.Terjadinya kerusakan alat medis, Kejadian Sentinel adalah

suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius,


B . Analisa Bivariat

Dari table 53 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang

pelaksanaan Surgical safety Ceklist yang baik terdapat sebanyak 16

responden (53.3%) yang keselamatan pasien tidak beresiko . sedangkan

dari 30 responden yang pelaksanaan surgical safety Ceklist Kurang baik

terdapat sebanyak 5 responden (45.0%) keselamatan pasien beresiko di

Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Dari hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai p value (0,031<0,05) maka

secara statistic Ho = Ditolak dengan kesimpulan “ Terdapat hubungan

yang significan kedua variable dimana “ Ada hubungan pelaksanaan

surgical safety Ceklist dengan keselamatan pasien di Ruangan Bedah

RSUD HAMBA tahun 2020

Menurut Teori Balack 2012 Bahwa keselamatan pasien sangat penting

dilakukan karena keselamatan pasien di rumah sakit yang dirawat

diruangan merupakan indicator mutu yang harus dilakukan dan

dilaksanakan dengan baik, karena keselamatan pasien maka secara data

pasien akan mampu lebih mengurangi angka mortality atau angka

kematian sangat menurut di rumah sakit dan indicator keselamatan akan

berhasil pada rumah sakit tersebut

Sedangkan menurut penelitian Agus Strisno tahun 2016 tentang

Hubungan pencatatan dengan indikasi keselamatan pasien di Ruangan di

rumah sakit Adam Malik Kota Medan tahun 2016 menyebutkan bahwa

terdapat hubungan yang significant dimana pencatatan dilakukan dengan


baik 75% dan indikasi kesematan pasien 65 % terjadi dengan demikian

maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimana ada

Hubungan pencatatan dengan indikasi keselamatan pasien di Ruangan di

rumah sakit Adam Malik Kota Medan tahun 2016 dengan p value

(0.034<0.05).

Asumsi peneliti bahwa adanya hubungan antara SCC dengan keselamatan

pasien karena didukung oleh beberapa faktor dimana dari kegiatan yang

dilakukan olehnresponden dalam melihat dan memantau SCC perawat

selalu waspada dan melihat apa yang akan dicacat berdasarkan observasi

pada pasien mulai dari Sig In, sampai pada Siq-outnya sudah

dilaksanakan dan keselamatan pasien diruangan bedah juga dipanatau

sehingga hasil nya didapat maka akan terdapat hubungan yang siqnificant

dan dengan demikian maka hal ini lah yang menunjang karena adanya

hubungan tersebut

insiden keselamatan sangat perlu dilakukan dan di evakuasi karena ada

ketarkaitan antara kedua variable dimana pelaksanaan SCC ini harus

dilakukan oleh perawat dan keselamatan pasien juga harus perlu

dilakukan jika tidak dilakukan maka akan berakibat pasien akan beresiko

bila terjadi cedera dan terjadi resiko jatuh akan tetapi bahwa identifikasi

pasien akan selalau dilakukan dan jangan pernah tidak dilakukan dengan

demikian bahwa keterkaitan pelaksanaan SCC pasien dengan keselamatan

pasien saling mendukung maka insiden keselamatan akan terjadi atau

sebaliknya jika pelaksanaan SCC tidak dilakukan maka keselamatan

maka tidak terjadi.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang dilakukan maka peneliti dapat menarik

kesimpulan yaitu tentang Ada hubungan pelaksanaan surgical safety

Ceklist dengan keselamatan pasien di Ruangan Bedah RSUD HAMBA

tahun 2020 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebih dari separoh responden 60.0% pelaksanaan surgical safety

ceklist pasien dilaksanakan dengan Baik di Ruangan Bedah RSUD

HAMBA tahun 2020.

2. Lebih dari separoh responden 54.0 % keselamatan pasien tidak

beresiko di Ruang Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

3. Terdapat hubungan Pelaksanaan Surgical safety Ceklist dengan

keselamatan pasien di Runag Bedah RSUD HAMBA dengan Pvalue

(0.031<0.05)

B. Saran

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman

peneliti tentang riset keperawatan khususnya berkaitan dengan

pelaksanaan SCC pasien untuk meningkatkan safety bagi pasien

yang dirawat di Rumah Sakit.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk


pengembangan program patient safety bagi RS Ruang Bedah

RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

pengembang sistem keperawatan manajemen yang lebih baik dan

berkualitas bagi keselamatan pasien di Ruang Bedah RSUD

HAMBA Muarabulian Tahun 2020


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salembada Medika
Asep. 2016. Tinjauan Operasi. Jakarta : Bumi Aksara

Asmadi. 2016. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatn Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Fitri Ulandari, 2011. Hubungan paritas dan pekerjaan ibu bersalin dengan
persalinan sectio caesarea.

HIPKABI. 2014. Buku Keterampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah. Jakarta :
Hibkabi Press

Harun, Herlinda Mahdania, dkk. 2014. Hubungan Karakteristik Dan Prilaku Ibu
Dengan Status Persalinan Sectio Caesar. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Hanifah suryani, dkk, 2013. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu post sectio
caesarea terhadap mobilisasi dini.
Indiarti, M.T. 2007., Cara Aman Menyambut Kelahiran Buah Hati Anda.
Pringgodani Mrican :Yogyakarta
Isti Mulyawati, 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Operasi.
Diakses pada tanggal 18 juni 2016
Juaria Henny & Hartatik. 2013. Profil Umur Dan Pekerjaan Ibu Bersalin Yang.
Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Kurniati. 2012. Pelaksanaan keselamatan pasien safety diruang Bedah. Jakarta:
Qultum Media

Maryunani, A. (2014). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Preoperasi : Menjelang


Pembedahan. Jakarta : TIM

Medical Record RSUD HAMBA. 2020. Data Pasien Bedah Mayor. Muarabulian
Machfoeds, ircham. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta : Fitramaya.
Notoatmodjo. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2013. Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
(Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.

Oxorn Harry & R. Forte William. 2011. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Andi Offset.
Smeltzer. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Sinaga, Ezra Marisi D. 2017. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan
Seksio Sesarea. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Sumelung Veibymiaty, dkk. 2014. Faktor-faktor Yang Berperan Meningkatnya
Angka Kejadian Sectio Caesarea. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
Wawan & Dewi. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurhidayati Anis, dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea
Dengan Kecemasan Ibu Pre Operasi. Diakses pada tanggal 16 juni 2016
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHEKCLIST DENGAN
KESELAMATAN PASIEN BEDAH DI RUANGAN BEDAH RSUD HAMBA
MUARABULIAN TAHUN 2020

No. Responden

A. Identitas Klien

1. Nama :

2. Umur :

B. Lembar Observasi

implementasi SSC (surgical Safety Checklist ) di RSUD HAMBA

Ditulis
No Pernyataan Jelas Tidak
(2) (1)
Sig-In

1 Mengkonfirmasikan identitas pasien

2 Mengkonfirnasikan pembedahan

3 Mengkonfirmasikan persiapan mesin


pembedahaan dan anestesi
4 Mengecekan pulsa nadi pasien dengan
oksimeter dan fungsinya
5 Mengkonfirmasikan tentang aergi pasien

6 Mengkonfirmasikan tentang akan


kehilangan darah sekitar 500 ml
Time –Out

7 Mengkonfirmasikan nama dan peran


anggota TIM di ruangan bedah
8 Anggota Tim melakukan konfirmasi
secara lisan
9 Konfirmasi antibiotic profilaksis

10 Mengkonfirmasi Antisipasi peristiwa


kritis
Sig-Out

11 Mengkonfirmasi Review pembedahan

12 Konfirmasi perhitungan Instrumen spons,


jumlah dan jarum yang akan terpakai
13 Mengkonfirmasi pelebelan specimen pat

14 Mengkonfirmasi masalah peralatan

Sumber WHO JCI (2015)

C. Keselamatan Pasien Bedah

No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1 Identitas pasien aman
1 Jenis Prosedur pembedahan jelas
2 Lokasi Operasi jelas
3 Lokasi yang akan dioperasi sudah jelas
4 Tindakan persetujuan sudah aman
5 DoktervAhli Bedah sudah siap dan selesai
6 Peralata anestasi lengkap
7 Saluran untuk pernafasan udah stanby
8 Obat obat pasien udah lengkap
9 Tidak Adanya perubahan denyut jantung tanpa
aktivitas
10 Tidak madanya kendala dalm operasi
11 Pasien aman dan selamat
12 Pasien tidak punya riwayat alergi
13 Pasien tidak terlihat dengan keadaan tekanan
14 Tidak terjadi Gemetar

Nilai 0-21 : Keselamatan Beresiko

Nilai 21-42 : Keselamatan Tidak Beresiko


PelasksnSCC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid KurangBaik 20 40.0 40.0 40.0

Baik 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

KslamatanPat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Beresiko 23 46.0 46.0 46.0

TidakBeresiko 27 54.0 54.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


PelasksnSCC * KslamatanPat Crosstabulation

KslamatanPat

Beresiko TidakBeresiko Total

PelasksnSCC KurangBaik Count 9 11 20

Expected Count 9.2 10.8 20.0

% within PelasksnSCC 45.0% 55.0% 100.0%

Baik Count 14 16 30

Expected Count 13.8 16.2 30.0

% within PelasksnSCC 46.7% 53.3% 100.0%

Total Count 23 27 50

Expected Count 23.0 27.0 50.0

% within PelasksnSCC 46.0% 54.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .013a 1 .908

Continuity Correctionb .000 1 .031

Likelihood Ratio .013 1 .908

Fisher's Exact Test 1.000 .569

Linear-by-Linear Association .013 1 .909

N of Valid Cases 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,20.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PelasksnSCC .935 .300 2.912


(KurangBaik / Baik)

For cohort KslamatanPat = .964 .520 1.788


Beresiko

For cohort KslamatanPat = 1.031 .614 1.733


TidakBeresiko

N of Valid Cases 50

Anda mungkin juga menyukai