Disusun oleh
SUHATI
C1118042
Disusun oleh
SUHATI
C1118042
i
HALAMAN
STIKES BHAMADA SLAWI
PERNYATAAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEASLIAN
KEPERAWATAN DAN NERS
KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Suhati
NIM : C1118042
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhamada Mandala
Husada Slawi.
Demikian pernyataam ini saya buat dengan sesungguhnya.
Suhati
ii
Pengesahan Skripsi
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi penelitian yang
berjudul :
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Juli 2020 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I,
Penguji II,
Khodijah, S.Kep.Ns.M.Kep
NIPY: 1980.03.10.06.040
Penguji III,
iii
PENGARUH ORIENTASI RUANG OPERASI TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI
RUANG OPERASI RUMAH SAKIT MITRA SIAGA TEGAL
Email : suhatihazard@gmail.com
ABSTRAK
iv
INFLUENCE OF OPERATIONAL ROOM ORIENTATION TO
ANXIETY LEVEL IN PATIENT PRE OPERATION IN
HOSPITAL OPERATING ROOM STANDBY PARTNER
TEGAL
Email : suhatihazard@gmail.com
Abstract
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat
dan karunia-Nya peneliti masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Orientasi Ruang Operasi Terhadap Tingkat
Kecemasan Pda Pasien Pre Operasi Di Ruang Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit Mitra Siaga”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi.
Skripsi ini dapat disusun dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi. Dalam kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Khodijah, S.Kep.Ns, M.Kep.
selaku dosen pembimbing I dan Bapak Deni Irawan, S.Kep.Ns, M.Kep. selaku
dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam
penyusunan skripsi. Serta kedua orang tua Bapak Sarno dan Ibu Suratmi, Suami
Hadi Sugianto, anak – anak kami serta keluarga tercinta yang telah memberikan
semangat, doa dan dukungan yang tiada hentinya. Kemudian peneliti juga tidak
lupa berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, khususnya kepada:
1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala HusadaSlawi.
2. Direktur Rumah Sakit Mitra Siga Tegal yang telah memberikan izin penelitian.
3. Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes BhamadaSlawi.
4. Semua dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada
Slawi, yang telah membimbing dan mendidik selama ini.
5. Sahabat tercinta Rumah Sakit Mitra Siagayang telah memberikan dukungan
semangat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Semua teman seangkatan yang selalu memberikan pengalaman, motivasi dan
dukungan selama ini.
vi
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya pada bidang yang sama.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
ABSTRACT................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Orientasi ... ................................................................................... 5
2.2 Ruang Operasi .................................................................................. 10
2.3 Kecemasan ...................................................................................... 13
2.4 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 23
2.5 Hipotesis ...................................................................................... 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 25
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 29
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 30
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ...................................... 31
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................... 32
3.7 Etika Penelitian ................................................................................ 34
viii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 36
4.2 Hasil Pembahasan .............................................................................. 37
4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 44
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .......................................................................................... 46
5.2 Saran .......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran (Jadwal Penelitian)
Lampiran (Permohonan Menjadi Responden)
Lampiran (Lembar Persetujuan Penelitian)
Lampiran (Lembar Kuesioner)
Lampiran (SPO Orientasi Ruang Operasi)
Lampiran (Surat Ijin Penelitian)
Lampiran (Hasil Uji Penelitian)
Lampiran (Dokumentasi Penelitian)
Lampiran (Lembar Konsultasi)
Lampiran Curriculum Vitae
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Defini Operasional Variabel .................................................. .... 31
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
Pada Kelompok Eksperimen ...................................................... 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
Pada Kelompok Kontrol ............................................................. 36
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengaruh Orientasi Ruang Operasi Pada
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol......................... 37
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ................................................................. 24
Gambar 3.1 Bentuk Desain Penelitian Posttest-Only Control Group......... 25
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan baik elektif maupun akut yang membutuhkan keadaan suci
hama (steril). Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area
diantaranya area bebas terbatas (unsrestricted area), pada area ini petugas dan
pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi. Area Semi Ketat
(semi restricted area), pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus
kamar operasi terdiri dari topi, masker, baju dan celana operasi. Area
ketat/terbatas (resctricted area) pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian
khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik. Pasien yang
dilakukan tindakan operasi biasanya timbul masalah fisik, dampak atau pengaruh
psikologis pada pasien pre operasi, terhadap tindakan operasi yang akan dilakukan
berbeda-beda. Tetapi sesungguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan kecemasan
yang umum diantaranya takut anastesinya (tidak bangun lagi), takut nyeri akibat
luka operasi, takut terjadi perubahan fisik menjadi buruk atau tidak berfungsi
normal, takut operasi gagal, takut mati dan lain-lain (Ahsan, Lestari & Sriati,
2017).Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007,
1
2
Amerika Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah yang dirawat di unit
perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 sampai 30 September 2006, sebanyak
8.922 pasien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan, dan 2.473 pasien (7%)
mengalami kecemasan. Hasil penelitian di RSUD Kabupaten Sorong, dari 56
responden menunjukkan pasien yang masuk Rumah Sakit mengalami tingkat
kecemasan ringan 12%,kecemasan sedang 50% (Wellem & Oktovina, 2013).
Menurut Isacs dalam Irianto, dkk (2014), Kecemasan dapat diatasi dengan cara
farmakologis dan non farmakologis, dalam farmakologis yang digunakan obat anti
ansietas sedangkan cara non farmakologis dilakukan dengan teknik relaksasi,
distraksi, psikoterapi. Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi pasien
pre operasi yang mengalami kecemasan di rumah sakit adalah dengan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Penelitian yang dilakukan oleh
Aprianto (2013) pada 60 responden menunjukan bahwa semua pasien pre operasi
mengalami kecemasan sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam,tetapi
setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat 29 responden menunjukan
cemas ringan, 28 responden menunjukan cemas sedang, dan 3 responden
menunjukan cemas berat. Kurniati & Asih (2014) mengatakanterdapat tentang
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi dengan data yang dianalisis menunjukkan cemas ringan
sebanyak 12 responden (48%), kecemasan sedang 11 responden (44%), dan
kecemasan berat 2 responden (8%). Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi
kekhawatiran pasien pre operasi, untuk itu diperlukan intervensi lain untuk
mengatasi kecemasan yaitu dengan orientasi kamar operasi.
Orientasi ruang operasi merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh
perawat kepada pasien dan pendamping untuk menghindari sesuatu yang
mencemaskan dan menakutkan bagi pasien (Sitorus dalam Hastuti, 2009). Pada
pasien pre operasi perlu diberikan orientasi dan pengetahuan pra operasi pada
pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan atau operasi pada ruangan
operasi perlu dipertimbangkan sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan
3
Hasil penelitian Wellem dan Oktavina, (2012) pengaruh orientasi terhadap tingkat
kecemasan pasien yang dirawat di ruangan Interna RSUD Kabupaten Papua
Barat. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan rancangan Pra
Eksprimen dalam satu kelompok (One Group Pra-Posttest Design). Data
dianalisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon signed rank test dengan
tingkat kemaknaan p 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh orientasi
terhadap tingkat kecemasan pasien (p=0,001 Z=-3,289). Dari uraian di atas
menunjukkan bahwa orientasi berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien.
Hal ini dikarenakan pemberian orientasi menimbulkan penyesuaian pasien
dengan lingkungannya yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien.
Pengenalan atau orientasi perlu diprogramkan karena adanya sejumlah aspek yang
muncul pada saat seseorang memasuki lingkungan yang baru, antara lain berupa
kecemasan apakah ia diterima dalam lingkungan yang baru dan harapan yang
tidak realistis karena tidak memiliki gambaran atau informasi yang jelas dan
lengkap tentang lingkungan yang baru, oleh karena itu diperlukan proses
sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan
6
Rutinitas bangsal yang dijelaskan kepada pasien atau keluarga antara lain waktu
makan, waktu personal hygiene, waktu penggantian linen, waktu pembersihan
ruangan, waktu laundry, dan lain-lain menyesuaikan program yang ada ruang
perawatan.
7
yang nyaman yaitu pasien berhak untuk mendapatkan tempat yang nyaman,
tenang, santai untuk beribadah, berdoa, atau bermeditasi. Pasien juga dapat
meminta tempat yang diinginkannya dengan berbicara langsung dengan perawat
atau melalui permintaan secaratertulis. Hak untuk mendapatkan keamanan yaitu
pasien berhak menerima pelayanan di lingkungan yang aman dan mendukung
perawatannya.
2.1.2.7 Kewajiban-kewajibanPasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Normor 69 Tahun
2014 tentang kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien, antara lain 1)
mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit, 2) menggunakan fasilitas rumah
sakit secara bertanggungjawab, 3) menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung
dan hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit, 4)
memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya, 5) memberikan informasi
mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya, 6)
mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah
sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, 7) menerima segala konsekuensi
atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan
oleh tenaga kesehatan atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya, dan
8) memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima (Kemenkes, 2014).
2.1.5.6 Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama
perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau keluarga
melihat pada daftar nama tim.
Kamar operasi terdapat tiga pembagian area. Pertama adalah area non steril yang
terdiri dari ruangan administrasi, ruangan penerimaan pasien, ruang konferensi,
area persiapan pasien, ruang istirahat dokter, ruang ganti pakaian. Area yang
kedua adalah area semi steril yang terdiri dari ruang pemulihan atau recovery
room, ruang penyimpanan alat dan material operasi steril, ruang penyimpanan
obat-obatan, ruang penampungan alat dan instrumen kotor, ruang penampungan
linen kotor, ruang penampungan limbah atau sampah operasi, ruang resusitasi
bayi dan ruang untuk tindakan radiologi sederhana. Area yang ketiga yaitu area
steril yang terdiri dari ruang tindakan operasi, ruang cuci tangan atau scub area
dan ruang induksi. Pada area steril harus selalu terjaga kebersihan dan kondisi
steril harus benar–benar terjaga (Kemenkes, 2012).
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di ruang interna RSUD Papua
Barat, sebagian besar pasien setelah dilakukan orientasi tidak mengalami
kecemasan. Orientasi adalah mengenalkan segala sesuatu tentang rumah sakit
meliputi: lingkungan rumah sakit, tenaga kesehatan, peraturan rumah sakit,
prosedur tindakan, pasien lain, biaya perawatan dan penyakitnya. Perawat dan
pasien bekerja sama untuk menganalisa situasi sehingga mereka dapat mengenali,
memperjelas dan menentukan eksistensi sebuah masalah. Dengan demikian pasien
dapat mempersiapkan diri dari keadaan cemas kearah kondisi yang lebih
kontruktif dalam menghadapi masalahnya (Purwadarminta,1999). Dari uraian di
atas bahwa seseorang yang masuk rumah sakit setelah dilakukan orientasi tidak
mengalami kecemasan dalam hal ini fokus utama perawat adalah
mengorientasikan pasien dengan baik, dan tanggung jawab perawat adalah untuk
mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikologis terhadap perawatan
sehingga tingkat kecemasan pasien setelah dilakukan orientasi dapat
diminimalkan.
2.3 Kecemasan
2.3.1 PengertianKecemasan
Pasien pre operasi biasanya akan mengalami kecemasan karena tindakan operasi
merupakan salah satu terapi yang dapat mengancam, baik potensial maupun aktual
terhadap tubuh, dan jiwa seseorang yang dapat mengakibatkan perasaan takut,
tidak nyaman dan kecemasan pada pasien (Hawari, 2011). Persiapan operasi
dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan sampai
saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan pembedahan dilakukan.
Persiapan mental dapat dilakukan oleh keluarga dan perawat dengan cara
membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi hal-hal yang akan dialami pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi sehingga diharapkan dapat
mengurangi tingkat kecemasan pasien. (Majid dkk, 2012).
Kecemasan adalah perasaan ketidaknyamanan atau perasaan takut dan cemas akan
terjadi suatu hal yang disertai respon tidak spesifik, disebabkan karena antisipasi
14
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, perbedaan antara rasa takut dan kecemasan
yaitu rasa takut terjadi karena adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat
di identifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan
sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak
menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi
atau pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan),
kekhawatiran terhadap anestesi atau pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan
anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Smeltzer & Bare,
2008).
yang akan datang, pengalaman pertama ini sebagai bagian penting dalam
menentukan kondisi mental individu di kemudian hari.
2.2.4.7 Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
stabil dan kedutan otot.
2.2.4.8 Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah.
2.2.4.9 Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan
detak jantung hilang sekejap.
2.2.4.10 Gejala pernafasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, sering
menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek.
2.2.4.11 Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipsi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas diperut.
2.2.4.12 Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
amenorrhea, ereksi lemah atau impotensi.
2.2.4.13 Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bilu
kuduk berdiri, pusing atau sakit kepala.
2.2.4.14 Perilaku sewaktu wawancara: Gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan nafas pendek
dan cepat.
Adapun cara penilaian kecemasan HARS adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori: nilai0 artinya tidak ada gejala sama sekali, 1 artinya satu dari gejala yang
ada, 2 artinya sedang/separuh dari gejala yang ada, 3 artinya berat/lebih dari
separoh gejala yang ada, dan 4 artinya sangat berat semua gejala ada.
Setelah kita mengetahui cara penilaiannya, ada pula penentuan derajat kecemasan
yaitu dengan cara menjumlah nilai skor da item 1-14 dengan hasil. Apabila Skor
kurang dari 6 maka tidak ada kecemasan, jika skor 7-14 maka mengalami
kecemasan ringan, jika skor 15-27 maka pasien mengalami kecemasan sedang dan
apabila Skor lebih dari 27 maka pasien mengalami kecemasan berat.
20
diri danperan
2. Faktor Ekstrinsik
meliputi Kondisi Terapi Non Terapi
medis (Diagnosa Farmakologi Farmakologi
penyakit) a. Distraksi misalnya dengan anti
tingkatpendidikan, dukunganspiritual ansietasdan
Proses adaptasi, b. Relaksasi misalnya anti depresen.
tingkat social, relaksasi
ekonomi, jenis progresif,
terapi pengobatan, relaksasi imajinasi
komunikasi terbimbing
terapeutik. c. Orientasi
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya
(Setiawan & Saryono, 2010).
X1 Y O1
X2 Y0 O2
Pada minggu pertama peneliti akan meminta persetujuan untuk menjadi responden
kelompok eksperimen dengan menandatangani informed consent. Selanjutnya
pada kelompok eksperimen, peneliti akan memberikan intervensi orientasi
ruanganpada pasien di ruang operasi.Kemudian pada minggu berikutnya peneliti
akan meminta persetujuan pada responden kelompok kontrol untuk
menandatangani informed consent, peneliti langsung memberikan kuesioner pada
kelompok kontrol di ruang rawat inap sebelum pasien di antar ke ruang operasi.
Seharusnya pengambilan data pada kelompok kontrol di ruang operasi,
sehubungan adanya pandemi covid 19 peneliti mengambil data di ruang rawat
inap. Pada kelompok kontrol peneliti tidak memberikan orientasi ruang operasi
terlebih dahulu tetapi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Pada fase orientasi peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan pemberian terapi orientasi, selanjutnya pada fase kerja peneliti memandu
responden untuk melakukan orientasi ruang selama 10 menit, peneliti juga
mengamati respon responden setiap langkah intervensi yang diberikan. Fase
29
terminasi, peneliti mengevaluasi kegiatan dan kontrak waktu dengan pasien untuk
pengisian kuesioner HARS yang diberi jeda selama 1 jam dari pemberian
intervensi, orientasi ruang ini hanya diberikan satu kali.
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling.
Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012). Pendekatan teknik non probability
sampling yang digunakan adalah total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
2007).
30
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian suatu populasi yang
terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian
iniyaitu pasien yang akan menjalani operasi, kondisi pasien stabil secara
psikologis (sehat secara mental) dan fisiologis (kesadaram composmentis), pasien
berada di ruang inap 1 hari sampai 1 jam sebelum dilakukan tindakan operasi,
pasien bersedia menjadiresponden
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal yaitu di Ruang
Operasi. Alasan mengapa penelitian dilakukan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal
karena Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal merupakan Rumah Sakit rujukan yang
ada di Kabupaten Tegal, dan sebagai pelayanan medikal bedah yang menangani
kasus-kasus bedah.
3.4.2 WaktuPenelitian
Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-data yang telah dimasukan
33
untuk melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean
yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke
komputer. Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki
sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.
Sebelum dilakukan uji Mann-whitney U-Test dilakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan dalam
penelitian berdistribusi normal atau tidak (Sudijono, 2008). Dasar pengambilan
keputusan adalah data terdistribusi normal jika alpha >0.05 dan data tidak
34
terdistribusi normal jika alpha < 0,05. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Shapiro Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Setelah dilakukan uji
normalitas, dilakukan uji homogenitas. Pengujian homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak. Uji homogenitas
dalam penelitian metode Shapiro Wilk berdasarkan pada besaran probilitas atau
nilai signifikasi. Uji homogenitas mengunakan uji Levene dengan tarafsignifikasi
5%. Kriteria pengujian jika signifikasi (sig) < 0,05 data berasal dari populasi yang
mempunyai varian tidak homogen, sedangkan jika nilai signifikasi (sig) ≥ 0,05
data berasal dari populasi yang mempunyai varianshomogeny(Widiyana,2013).
Dalam penelitian ini dilakukan dengan keterbukaan, adil, jujur dan hati-hati.
Peneliti mengkondisikan lingkungan sebaik mungkin dengan menjelaskan
prosedur penelitian terlebih dahulu pada responden untuk memenuhi prinsip
keterbukaan. Peneliti menjamin bahwa semua responden penelitian memperoleh
perlakuan yang sama yaitu kenyamanan dalam proses pengambilan data sesuai
prosedur dan mendapat keuntungan setelah perlakuan, tanpa membedakan
jeniskelamin, agama, etnis dan sebagainya. Pada kelompok kontrol responden
memperoleh perlakuan yang sama dengan kelompok eksperimen dengan
memberikan teknik relaksasi napas dalam karena tindakan keperawatan untuk
mengatasi kecemasan yang digunakan di ruang mawar dan kemuning adalah
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, sehingga responden pada kelompok
kontrol mendapat keuntungan yang sama dengan kelompok eksperimen.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi pada
Kelompok Eksperimen.
Tingkat Kecemasan Frekuensi (n) Prosentase(%)
Kecemasan Ringan 8 53,3
Kecemasan Sedang 5 33,3
Kecemasan Berat 1 6,7
Tidak ada cemas 1 6,7
Total 15 100
4.1.2 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi pada Kelompok Kontrol yang
tidak diberikan Intervensi orientasi ruang operasi.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Pada
Kelompok Kontrol.
Tingkat Kecemasan Frekuensi (n) Prosentase(%)
Tidak Ada Kecemasan 1 6,7
Kecemasan Ringan 2 13,3
Kecemasan Sedang 8 53,3
Kecemasan Berat 3 2,0
Kecemasan Berat Sekali 1 6,7
Total 15 100
38
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
orientasi ruang operasi sebagian besar mengalami kecemasan sedang sebanyak 8
responden (53,3%).
Berdasarkan tabel diatas terdapat nilai rata-rata tingkat kecemasan pada kelompok
kontrol adalah 2,07 dengan standar devisiasinya 0,961. Sedangkan nilai rata-rata
pada kelompok eksperimen yaitu 1,40 nilai dengan standar devisianya yaitu 0,737.
Hasil uji Mann-Whitney U-Test diperolehp value 0,048yang artinya p value <
0,05.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh orientasi ruang operasi
terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Rumah Sakit Mitra Siaga
Tegal.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Pada Kelompok Eksperimen Yang
Diberikan Orientasi Ruang Operasi
Hasil penelitian yang telah dilakukan Sukrang, Wahyu, Katrina dan Syaripudin
(2016) di ruang interna RSD Madani sebagian besar pasien sebelum dilakukan
orientasi mengalami tingkat kecemasan sedang seperti perasaan cemas,
ketegangan, ketakutan dan perilaku saat wawancara gelisah dan muka tegang.
40
Menurut Wellem dan Oktavina (2012) pada saat masuk rumah sakit pasien
dihadapkan pada situasi baru, yaitu tenaga kesehatan dan klien lain, situasi ruang
dan lingkungan rumah sakit, tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pasien, peraturan-peraturan yang berbeda dengan kebiasaan
pasien dirumah. Pada saat masuk rumah sakit sebelum diberikan orientasi
seringkali mengalami kecemasan, kecemasan ini tidak hanya dialami oleh pasien
tapi juga oleh keluaga. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi kecemasan
merupakan stressor yang dapat menurunkan sistem imun tubuh. Imunitas tubuh
yang menurun menyebabkan penyembuhan pasien lama, dan biaya perawatan
meningkat (Putra,2011).
Berdasarkan survey di lapangan yang dilakukan oleh peneliti pasien yang masuk
Rumah Sakit sering mengalami kecemasan dari kecemasan tingkat ringan sampai
berat. Hal ini dikarenakan perawat belum melaksanakan orientasi secara optimal.
Pasien sering bertanya prosedur tindakan yang akan dilaksanakan,sebaliknya
pasien yang mendapatkan penjelasan menunjukkan respon yang positif. Setelah
dilakukan penelitian pada kelompok eksperimen dimana pasien diberikan
orientasi ruang terlebih dahulu sebelum masuk ruang operasi tingkat
kecemasannya lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu pasien
yang tidak diberikan orientasi ruang operasi. Maka dari itu alangkah baiknya
setiap pasien yang akan melakukan tindakan operasi diberikan orientasi ruang
dahulu. Orientasi itu mudah tetapi jarang dilakukan oleh perawat. Jika pasien
sudah mengenal perawat dan sudah mengetahui tindakan yang akan dilakukan
41
4.2.2 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Pada Kelompok Kontrol Yang
Tidak Diberikan Orientasi Ruang Operasi
Hasil penelitian Sjamsuhidajat dan Jong (2010) ada 3 responden cemas berat
dikarenakan tindakan operasi masuk dalam ketegori bedah mayor yaitu
laparatomi. Laparatomi merupakan pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen, melibatkan rekonstruksi atau
perubahan yang luas pada bagian tubuh, sehingga menimbulkan resiko lebih
tinggi bagi kesehatan. Kecemasan pre operasi merupakan suatu respon antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman dalam
peran hidup, inteberitas tubuh, bahkan kehidupan itu sendiri (Smeltzer & Bare,
2013).
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kecemasan pada pasien pre operasi
bedah mayor adalah takut terhadap nyeri, kematian, takut tentang ketidaktahuan,
dan ancaman lain terhadap citra tubuh. Kecemasan lain yang juga sering dialami
oleh pasien anatara lain finansial, tanggung jawab terhadap keluarga, dan
kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk, sehingga
membuat ketegangan emosional menjadi berat menjelang tindakan oeperasi.
Semakin mendekati waktu operasi, stressor yang diterima pasien akan semakin
banyak. Berbagai stressor dari dalam maupun luar diri pasien, seperti tidak
mengetahui konsekuensi pembedahan, takut pada pembedahan itu sendiri,
43
ketakutan akan hal yang tidak diketahui, misalnya keuangan, tanggung jawab
keluarga, nyeri, konsep diri dan bahkan adanya perubahan secara fisik, seperti
meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, frekuensi nafas, maupun secara
psikologis sehingga dapat merugikan pasien itu sendiri yang berdampak pada
pelaksanaan operasi(Muttaqin & Sari, 2009).
Kecemasan dapat dialami oleh semua pasien termasuk pada pasien pre operasi,
hasil penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang akan menjalani operasi lebih
dominan mengalami kecemasan sedang 8 responden dan terdapat 1 responden
yang mengalami kecemasan berat sekali. Hasil analisis kuesioner diketahui bahwa
rata-rata responden menjawab sangat khawatir akan sesuatu yang terjadi, sedikit
merasakan tenang dan jantung berdebar-debar. Responden yang mengalami
kecemasan berat sekali mengatakan sangat takut, gelisah, gugup dan khawatir
dengan sesuatu yang terjadi. Faktor-faktor lain penyebab kecemasan yang
didapatkan adalah pengetahuan, responden yang sudah mengetahui proses
tindakan operasi mengalami kecemasan ringan dibandingkanyang tidak
mengetahui, sebagian besar responden bertanya tentang operasi yang akan
dijalaninya dan proses penyembuhannya.
Hasil Uji statistik dengan Mann-Whitney U-Test didapatkan p value 0,048< 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat kecemasan pada kelompok
eksperimen yang diberikan intervensi orientasi ruang operasi dengan nilai rata-
rata (mean)1,40. Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi orientasi
ruang operasi memiliki nilai rata-rata (mean)2,07. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh orientasi ruang operasi terhadap tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal.
44
Hasil penelitian Wellem dan Oktavina, (2012) tentang pengaruh orientasi terhadap
tingkat kecemasan pada pasien yang di rawat di ruangan Interna RSUD
Kabupaten Papua Barat”, menyatakan terdapat pengaruh orientasi terhadap tingkat
kecemasan pasien. Sebagian besar pasien sebelum dilakukan orientasi mengalami
tingkat kecemasan sedang seperti perasaan cemas, ketegangan ketakutan dan
perilaku saat wawancara, sedangkan setelah dilakukan orientasi sebagian besar
tidak mengalami kecemasan dikarenakan pasien sudah memahami segala sesuatu
yang berhubungan dengan persiapan tindakan operasi, maka dapat disimpulkan
bahwa orientasi berpengaruh terhadap tingkat kecemasan.
Menurut penelitian yang dilakukan Rahman, Muh Yusuf, Darti, dan Kempa
(2018) di ruang bedah RSUD kota Makassar sebagian besar pasien sebelum
diorientasikan mengalami kecemasan sedang yaitu 9 responden (60%) dan
kecemasan ringan mencapai 40% yaitu 6 responden, sedangkan setelah
diorientasikan sebagian besar tidak mengalami kecemasan yaitu 8 responden
(53%) dan cemas ringan sebanyak 7 responden (47%). Maka dapat disimpulkan
bahwa orientasi berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien. Hal ini
dikarenakan pemberian orientasi menimbulkan penyesuaian pasien dengan
lingkungan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien. Setelah dilakukan
orientasi akan terjadi proses adaptasi pada pasien dengan tahap kesadaran,
tertarik, evaluasi, mencoba, menerima sehingga pasien dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru.
Menurut Keliat dalam Hellen (2012), salah satu tujuan perawatan adalah
memberikan orientasi yang baik. Pasien yang menerima informasi dengan jelas
akan dapat melakukan perawatan secara mandiri. Dalam pelaksanaan orientasi
yang optimal akan menimbulkan suatu pemahaman kepada pasien tentang
keadaanya dan menghindarkan pasien dari persepsi – persepsi negatif yang timbul
akibat ketidaktahuan pasien tentang keadaannya. Pemahaman terhadap suatu
kerangka berfikir yang jelas akan menurunkan kecemasan dan sangat berguna
bagi seseorang untuk menurunkan tingkat kecemasan sampai kepada kondisi
ringan atau sedang. Pasien di ruang rawat bedah mengalami ketakutan pada
sesuatu yang tidak dikenal dan prosedur-prosedur yang mungkin menyakitkan, hal
tersebut kemungkinan penyebab paling umum dari kecemasan selama pasien
dirawat menurut Long dalam Rahman(2018).
5.1 Simpulan
5.1.1 Tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok eksperimen yang
diberikan intervensi orientasi ruang operasi sebagian besar mengalami
kecemasan ringan.
5.1.2 Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
orientasi ruang operasi sebagian besar mengalami kecemasan sedang.
5.1.3 Ada pengaruh orientasi ruang operasi terhadap tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Bagi Perawat di Ruang Operasi Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal, diharapkan
melakukan orientasi kepada pasien pre operasi untuk mengurangi kecemasan
ruang operasi. Perawat juga perlu memperhatikan kondisi lingkungan saat
dilakukan orientasi ruang operasi sehingga pasien lebih leluasa mengenali ruang
operasi. Selain itu dapat menjadi pertimbangan kepada bagian Manajemen
Keperawatan Rumah Sakit Mitra Siaga untuk menetapkan Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang jelas terkait tindakan prosedur persiapan operasi dengan
memberikan Orientasi ruang operasi.
kecemasan pre operasi salah satunya dengan orientasi ruang operasi sehingga bisa
diaplikasikan kepada pasien yang mengalami kecemasan.
Saputro, H.,& Faris I.(2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit.
Suprapto, I.Y., Utami, Y.W, & Supriati, L. (2012). Pengaruh Citrus Aromaterapi
Terhadap Penurunan Tingkat Ansietas Pada Klien Pre Operasi Sectio
Cesarea di Ruang Brawijaya RSR Kanjuruhan Kepajen Kabupaten
Malang. Diakses pada tanggal 1 februari 2020 pukul 10.13
LEMBAR
STIKESBHAMADA SLAWI PERMOHONAN
PROGRAM STUDI SARJANA MENJADI
KEPERAWATANDAN NERS RESPONDEN
Kepada Yth:
DiTempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi.
Nama : Suhati
Nim : C1118042
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Orientasi Ruang Operasi
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Operasi Rumah Sakit
Mitra Siaga Tegal”. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada responden
penelitian, semua informasi yang diberikan bersifat rahasia dan akan dijaga hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika terjadi hal-hal yang merugikan
selama penelitian ini maka responden diperbolehkan mengundurkan diri untuk
tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila menyetujui, maka saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Suhati
Lampiran 3 (Inform Consent)
Nama :
Umur :
Alamat:
Slawi, 2020
(………………………….)
Lampiran 4 (Lembar Kuesioner)
LEMBAR KUESIONER
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 O Perasaan Ansietas
O Cemas
O Firasat buruk
O Takut akan pikiran sendiri
O Mudah tersinggung
2 Ketegangan
O Merasa tegang
O Lesu
O Tak bisa istirahat tenang
O Mudah terkejut
O Mudah menangis
3 Ketakutan
O Pada gelap
O Pada orang asing
O Ditinggal sendiri
O Pada binatang besar
O Pada keramaian lalu lintas
O Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur
O Sukar masuk tidur
O Terbangun malam hari
O Tidak nyenyak
O Bangun dengan lesu
O Banyak mimpi-mimpi
O Mimpi buruk
O Mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan
O Sukar konsentrasi
O Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi
O Hilangnya minat
O Berkurangnya kesenangan pada hobi
O Sedih
O Bangun dini hari
O Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7 Gejala somatik ( otot )
O Sakit dan nyeri di otot-otot
O Kaku
O Kedutan otot
O Gigi gemerutuk
O Suara tidak stabil
8 Gejal somatik (sensori)
O Tinitus
O Penglihatan kabur
O Muka merah atau pucat
O Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler
O Takikardi
O Bradikardi
O Nyeri di dada
O Denyut nadi mengeras
O Persaan lesu/lemas seperti mau pingsan
O Detak jantung menghilang(berhenti sekejap)
10 Gejala respiratori
O Rasa tertekan atau sempit di dada
O Perasaan tercekik
O Sering menarik nafas
O Nafas pendek/sesak
11 Gejala gastrointestinal
O Sulit menelan
O Perut melilit
O Gangguan pencernaan
O Nyeri sebelum dan sesudah makan
O Perasaan terbakar di perut
O Rasa penuh atau kembung
O Mual
O Muntah
O Buang air besar lembek
O Kehilangan berat badan
O Sukar bunga air besar(konstipasi)
12 Gejala urogenital
O Sering buang air kecil
O Tidak dapat manahan air seni
O Amenorrhoe
O Menorrhargia
O Menjadi dingin (frigid)
O Ejakulasi praecocks
O Ereksi hilang
O Impotensi
13 Gejala otonom
O Mulut kering
O Muka merah
O Mudah berkeringat
O Pusing, sakit kepala
O Bulu-bulu bediri
14 Tingkah laku pada wawancara
O Gelisah
O Tidak tenang
O Jari gemetar
O Kerut kening
O Muka tegang
O Tonus otot meningkat
O Napas pendek dan cepat
O Muka merah
Total Skor
Rentang Total Skor :
Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
14 – 20 : Kecemasan ringan
21 – 27 : Kecemasan sedang
28 – 41 : Kecemasan berat
42 – 56 : Kecemasan berat sekali
Lampiran 5 (Prosedur Pelaksanaan)
Mann-Whitney Test
Ranks
KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks
TINGKAT KECEMASAN KELOMPOK EKPERIMEN 15 12,33 185,00
KELOMPOK KONTROL 15 18,67 280,00
Total 30
Test Statisticsa
TINGKAT
KECEMASAN
Mann-Whitney U 65,000
Wilcoxon W 185,000
Z -1,978
Asymp. Sig. (2-tailed) ,048
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,050b
a. Grouping Variable: KELOMPOK
b. Not corrected for ties.
KELOMPOK EKSPERIMEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada kecemasan 1 6,7 6,7 6,7
kecemasan ringan 8 53,3 53,3 60,0
kecemasan sedang 5 33,3 33,3 93,3
kecemasan berat 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
KELOMPOK KONTROL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada kecemasan 1 6,7 6,7 6,7
kecemasan ringan 2 13,3 13,3 20,0
kecemasan sedang 8 53,3 53,3 73,3
kecemasan berat 3 20,0 20,0 93,3
kecemasan berat sekali 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
Statistics
KELOMPOK KELOMPOK
EKSPERIMEN KONTROL
N Valid 15 15
Missing 0 0
Mean 1,40 2,07
Median 1,00 2,00
Mode 1 2
Std. Deviation ,737 ,961
Sum 21 31
Percentiles 25 1,00 2,00
50 1,00 2,00
75 2,00 3,00
CURRICULUM VITAE
Nama : Suhati
Tempat dan tanggal lahir : Tegal, 19 Februari 1982
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Duwet RT 3 RW 3 N0 12 Dampyak Petoran
Kec. Kramat Kab. Tegal.
Nama orang tua : Sarno
Pekerjaan orang tua : Buruh
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Dampyak 01
SMP Negeri 1 Kramat
SMK Walisongo Slawi
Akper Bhamada Slawi