Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

● Bab ini akan membahas tentang hasil dari penelitianan yang dilakukan oleh
penulis dimulai dari tanggal 15 Juni hingga 29 Juni 2020 pada perawat ruang
rawat inap di RS Mitra Siaga Tegal dengan jumlah responden sebanyak 81
orang. Hasil penelitian meliputi motivasi perawat dan kelengkapan
dokumentasi keperawatan. Data tersebut akan dilakukan uji chi-square untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi perawat dengan
kelengkapan dokumentasi keperawatan.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan

Table 4.1.1 Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan

No Dokuemntasi Keperawatan n Prosentase(%)


1. Lengkap 36 45%
2. Tidak Lengkap 45 55%
JUMLAH 81 100%

Hasil dari Table 4.1.2 menjelaskan bahwa kelengkapan dokumentasi


keperawatan di RS Mitra Siaga Tegal didominasi oleh dokumentasi
keperawatan yang tidak lengkap sebanyak 45 (55%). Dokumentasi keperawatan
adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam catatan
perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar data yang akurat dan

25
26

lengkap secara tertulis sebagai tanggung jawab perawat (Wahid & Suprapto,
2012).
27

4.1.2. Motivasi Perawat

Table 4.1.2 Motivasi Perawat

No Motivasi Perawat N Prosentase(%)


1. Tinggi 36 45%
2. Rendah 45 55%
JUMLAH 81 100%

Hasil dari Table 4.1.2 di dapatkan hasil motivasi perawat ruang rawat inap di
RS Mitra Siaga Tegal sebagian besar memiliki motivasi kerja yang rendah.
Motivasi adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang
berarti bersumber dari dalam diri seseorang sedangkan yang dimaksud dengan
faktor higiene atau pemiliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar dari sesorang (Frederick Herzberg, 2009).

4.1.3. Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat Dengan Kelengkapan Dokumentasi


Perawat
Table 4.1.3. Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat Dengan Kelengkapan
Dokumentasi Perawat di Ruag Rawat Inap RS Mitra Siaga Tegal

Motivas
i Total P-Value
Dokep Perawat
Tinggi Rendah
n % N % n %
Lengkap 36 45% 0 0% 36 45% 0,001
Tidak
0 0% 45 55% 45 55%
Lengkap
28

Total 36 45% 55 55% 81 100%

Hasil data table 4.1.3 menunjukan bahwa p-value dari hubungan motivasi kerja
perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 0,001 (<0,05)
dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi kerja
perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan. Analisa dari peneliti
berdasarkan data table adalah apabila motivasi kerja perawat tinggi pengisian
kelengkapan dokumentasi keperawatan akan menjadi lengkap.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan
Hasil dari Table 4.1.2 menjelaskan bahwa kelengkapan dokumentasi
keperawatan di RS Mitra Siaga Tegal didominasi oleh dokumentasi
keperawatan yang tidak lengkap sebanyak 45 (55%). Dokumentasi umumnya
kurang disukai oleh perawat karena dianggap terlalu rumit, beragam, dan
menyita waktu, namun dokumentasi keperawatan yang tidak dilakukan dengan
tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan
karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Dalam aspek legal, perawat tidak
mempunyai bukti tertulis jika pasien menuntut ketidakpuasan atas
pelayanan keperawatan (Nursalam, 2012).

Hasil penelitian oleh Berthiana (2012) di ruang rawat inap RSUD Buntok
menunjukkan ketepatan pengisian dokumentasi keperawatan yang sudah baik
sebanyak 30%, ketepatan pengsian cukup baik sebanyak 53,3% dan kurang
baik sebanyak 16,7%. Penelitian lain yang dilakukan Riska Wandini (2016) di
RSUD Sukadana Lampung menunjukkan didapat kinerja perawat dalam
29

pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan dengan kriteria baik sebanyak


31
orang (48,4%) dan responden yang kurang baik sebanyak 33 orang (51,6%).
Penelitian yang dilakukan Effendy (2013)di rawat inap RSUD Gambiran
Kota Kediri yang berjumlah 54 responden menunjukkan hasil penerapan
standar dokumentasi keperawatan yang sesuai standar hanya 14 orang (25,9%)
dan 40 orang (74,1%) tidak menerapkan standar dokumentasi keperawatan.

Menurut Hidayat (2009) kurangnya kesadaran perawat dalam menilai


pentingnya dokumentasi keperawatan menyebabkan pencatatan terkadang
tidak lengkap. Dokumentasi keperawatan dianggap beban bagi perawat,
karena banyaknya lembar format yang harus di isi untuk mencatat dan
intervensi keperawatan, sementara tidak berpengaruh pada penghasilan dan
reward yang mereka terima. Menurut Nursalam (2012), keterbatasan tenaga
perawat menjadikan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja,
sehingga tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah
diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan, supervisi masih
belum terorganisir dengan jelas mulai dari jadwal supervisi kapan harus
dilakukannya supervisi, pemberian arahan dan bimbingan jarang dilakukan,
untuk mendorong perawat lebih giat dalam bekerja menjadi alasan bagi
perawat untuk tidak melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hasil dari kuisoner peneliti didapatkan bahwa ketidaklengkapan dokumentasi


keperawatan masih menjadi masalah dalam penilitian ini. Analisa peneliti
mengenai hal tersebut dikarenakan petugas yang mengisi dokumentasi
keperawatan tidak memiliki waktu yang cukup untuk melengkapi dokumentasi
keperawatan, fokus pelayanan pada tindakan keperawatan dan jumlah tenaga
yang kurang memadai.
30

4.2.2. Motivasi Perawat


Hasil dari Table 4.1.2 di dapatkan hasil motivasi perawat ruang rawat inap di
RS Mitra Siaga Tegal sebagian besar memiliki motivasi kerja yang rendah.
Motivasi adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang
berarti bersumber dari dalam diri seseorang sedangkan yang dimaksud dengan
faktor higiene atau pemiliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar dari sesorang (Frederick Herzberg, 2009).

Penilitan yang dilakukan Riska Wandini (2016) di RSUD Sukadana Lampung


didapat responden yang mempunyai motivasi yang baik sebanyak 30 orang
(46,9%) dan responden yang mempunyai motivasi kurang baik sebanyak 34
orang (53,1%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Berthiana (2012) di
ruang rawat inap RSUD Buntok menyatakan bahwa yang memiliki motivasi
baik sebesar 46,7%, cukup baik sebesar 33,3 % dan kurang baik sebesar 20%.

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi,


menggerakkan,membangkitkan dan memelihara perilaku seseorang yang
akan melaksanakan pekerjaan mencapai tujuan. (Kurniadi, 2013). Motivasi
sebagaimana didefinisikan oleh Robbins (2014) merupakan kemauan untuk
menggunakan usaha tingkat tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan
oleh kemampuan usaha untuk memenuhi beberapa kebutuhan individu.

Data penelitian juga menunjukkan bahwa motivasi kerja sesuai dengan teori
dari Frederick Herzberg (2009). Teori mengenai Motivasi adalah hal-hal
pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari
dalam diri seseorang sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau
pemiliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar dari sesorang.
31

Hasil penelitian menunjukkan masih banyak perawat ruang rawat inap RS


Mitra Siaga memiliki motivasi kerja yang rendah. Analisa peneliti adalah hal
tersebut terjadi dikarenakan faktor internal mengenai hubungan antarpersonal
maupun faktor eksternal mengenai tunjangan, penghargaan ataupun dari
rumah sakit.

4.2.3. Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat Dengan Kelengkapan Dokumentasi


Hasil data table 4.1.3 menunjukan bahwa p-value dari hubungan motivasi
kerja perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 0,001
(<0,05) dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
motivasi kerja perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan.

Penelitian yang dilakukan Bara (2014) tentang hubungan motivasi perawat


pelaksana dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
rawat inap RSUD Pasar Rebo menunjukkan perawat pelaksana mempunyai
motivasi intrinsik kurang baik (59,5%) dan motivasi ekstrinsik kurang baik
(61,4%) menghasilkan pendokumentasian kurang baik, artinya ada hubungan
yang bermaksna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian Berthiana (2012) di
ruang rawat inap RSUD Buntok menyatakan bahwa yang memiliki motivasi
baik sebesar 46,7%, cukup baik sebesar 33,3 % dan kurang baik sebesar 20%.
Selain itu ketepatan pengisian dokumentasi keperawatan yang sudah baik
sebanyak 30%, ketepatan pengsian cukup baik sebanyak 53,3% dan kurang
baik sebanyak 16,7%. Dari hasil ini makadapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara motivasi kerja perawat dengan ketepatan
pengisian dokumentasi asuhan keperawatan.
32

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pernyataanan lain, dengan motivasi
manusia akan lebih cepat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan
kegiatannya (Purwanto, 2012) dan motivasi intrinsik berpengaruh terhadap
pencapaian hasil yang optimal yang menyebabkan dirinya menjadi semakin
produktif (Hasibuan, 2009).

Menurut peneliti motivasi akan timbul ketika seseorang memiliki target atau
cita-cita dalam hal pekerjaan, baik dalam faktor hubungan antar personal,
penghargaan dari rumah sakit ataupun atasan, keamanan dalam berkerjaan,
dan penghasilan dari pekerjaan. Responden memiliki motivasi kerja yang
rendah dikarenakan hubungan interpersonal yang kurang, dan penghargaan
terhadap para responden yang kurang. Responden membutuhkan faktor
penggerak dari atasan untuk meningkat motivasi kerja responden. Adanya
faktor penggerak dari atasan berupa penghargaan bagi responden akan
memberikan dampak bagi psikis responden dengan menumbuhkan rasa ingin
mendapatkan penghargaan dan meningkatkan motivasi kerja responden.

4.3. Keterbatasan Penelitianan


Penelitian mengenai hubungan motivasi kerja perawat dengan kelengkapan
dokumentasi keperawatan memiliki keterbatasan dalam antara lain:
4.3.1. Penelitian ini tidak membahas karakteristik responden.
4.3.2. Penelitian ini hanya menggunakan kuisoner hanya dilakukan di ruang rawat
inap RS Mitra Siaga Tegal.

Anda mungkin juga menyukai