● Bab ini akan membahas tentang hasil dari penelitianan yang dilakukan oleh
penulis dimulai dari tanggal 15 Juni hingga 29 Juni 2020 pada perawat ruang
rawat inap di RS Mitra Siaga Tegal dengan jumlah responden sebanyak 81
orang. Hasil penelitian meliputi motivasi perawat dan kelengkapan
dokumentasi keperawatan. Data tersebut akan dilakukan uji chi-square untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi perawat dengan
kelengkapan dokumentasi keperawatan.
25
26
lengkap secara tertulis sebagai tanggung jawab perawat (Wahid & Suprapto,
2012).
27
Hasil dari Table 4.1.2 di dapatkan hasil motivasi perawat ruang rawat inap di
RS Mitra Siaga Tegal sebagian besar memiliki motivasi kerja yang rendah.
Motivasi adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang
berarti bersumber dari dalam diri seseorang sedangkan yang dimaksud dengan
faktor higiene atau pemiliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar dari sesorang (Frederick Herzberg, 2009).
Motivas
i Total P-Value
Dokep Perawat
Tinggi Rendah
n % N % n %
Lengkap 36 45% 0 0% 36 45% 0,001
Tidak
0 0% 45 55% 45 55%
Lengkap
28
Hasil data table 4.1.3 menunjukan bahwa p-value dari hubungan motivasi kerja
perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 0,001 (<0,05)
dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi kerja
perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan. Analisa dari peneliti
berdasarkan data table adalah apabila motivasi kerja perawat tinggi pengisian
kelengkapan dokumentasi keperawatan akan menjadi lengkap.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan
Hasil dari Table 4.1.2 menjelaskan bahwa kelengkapan dokumentasi
keperawatan di RS Mitra Siaga Tegal didominasi oleh dokumentasi
keperawatan yang tidak lengkap sebanyak 45 (55%). Dokumentasi umumnya
kurang disukai oleh perawat karena dianggap terlalu rumit, beragam, dan
menyita waktu, namun dokumentasi keperawatan yang tidak dilakukan dengan
tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan
karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Dalam aspek legal, perawat tidak
mempunyai bukti tertulis jika pasien menuntut ketidakpuasan atas
pelayanan keperawatan (Nursalam, 2012).
Hasil penelitian oleh Berthiana (2012) di ruang rawat inap RSUD Buntok
menunjukkan ketepatan pengisian dokumentasi keperawatan yang sudah baik
sebanyak 30%, ketepatan pengsian cukup baik sebanyak 53,3% dan kurang
baik sebanyak 16,7%. Penelitian lain yang dilakukan Riska Wandini (2016) di
RSUD Sukadana Lampung menunjukkan didapat kinerja perawat dalam
29
Data penelitian juga menunjukkan bahwa motivasi kerja sesuai dengan teori
dari Frederick Herzberg (2009). Teori mengenai Motivasi adalah hal-hal
pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari
dalam diri seseorang sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau
pemiliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar dari sesorang.
31
Hasil penelitian ini juga didukung oleh pernyataanan lain, dengan motivasi
manusia akan lebih cepat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan
kegiatannya (Purwanto, 2012) dan motivasi intrinsik berpengaruh terhadap
pencapaian hasil yang optimal yang menyebabkan dirinya menjadi semakin
produktif (Hasibuan, 2009).
Menurut peneliti motivasi akan timbul ketika seseorang memiliki target atau
cita-cita dalam hal pekerjaan, baik dalam faktor hubungan antar personal,
penghargaan dari rumah sakit ataupun atasan, keamanan dalam berkerjaan,
dan penghasilan dari pekerjaan. Responden memiliki motivasi kerja yang
rendah dikarenakan hubungan interpersonal yang kurang, dan penghargaan
terhadap para responden yang kurang. Responden membutuhkan faktor
penggerak dari atasan untuk meningkat motivasi kerja responden. Adanya
faktor penggerak dari atasan berupa penghargaan bagi responden akan
memberikan dampak bagi psikis responden dengan menumbuhkan rasa ingin
mendapatkan penghargaan dan meningkatkan motivasi kerja responden.