Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM

KEPERAWATAN

“PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN CIDERA AKIBAT KECELAKAAN


KERJA PERAWAT”

Dosen Pembimbing :

Ns. Endah Suprihatin, M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh :

Kelompok 10

1. Sulvie Surdianto

2. Sinta Diani Rochmah

3. Doni Aditiya

4. Nadiyah Hasanah

5. Firda Nurhidayah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS JENJANG PROFESI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2021
i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah keselamatan dan kesehatan kerja dalam keperawatan yang berjudul

“Penyakit Akibat Kerja dan Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Perawat” dengan

baik dan lancar. Tak lupa kami ucapkan terimakasih atas bantuan, dukungan dan

bimbingan kami kepada :

1. Dr. Siti Nurkholifah, S.KM., M.Kep., Sp.Kom, selaku dosen PJMK Mata

Kuliah Matrikulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

2. Ns. Endah Suprihatin, M.Kep., Sp.Mat, selaku dosen pembimbing Mata Kuliah

Matrikulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

3. Rekan-rekan Mahasiswa Ners Muda Angkatan 3 Profesi Ners Polkesbaya

Secara garis besar makalah ini berisikan hasil dari diskusi kelompok kami

pada Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan yang

membahas mengenai penyakit akibat kerja yang mungkin bisa dialami oleh

perawat dan cidera akibat kecelakaan kerja oleh perawat.

Akhir kata, kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

memberikan kemudahan kami semua dan kami mohon maaf jika dalam

penyusunan makalah masih terdapat beberapa kekurangan.

Surabaya, 19 September 2021

Tim Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep K3...........................................................................................5
2.1.1 Definisi K3.......................................................................................5
2.1.2 Fungsi K3.........................................................................................6
2.1.3 Syarat-Syarat Keselamatan Kerja.....................................................7
2.2 Konsep Penyakit Akibat Kerja Perawat..............................................7
2.2.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja........................................................7
2.2.2 Penyebab Penyakit Akibat Kerja…..................................................8
2.2.3 Penyakit Menular Akibat Kerja Perawat..........................................9
2.2.4 Pencegahan Penyakit Menular Akibat Kerja Perawat....................10
2.2.5 Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Perawat.............................11
2.2.6 Pencegahan Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Perawat.........13
2.3 Konsep Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Perawat ...........................15
2.3.1 Definisi Cidera...............................................................................15
2.3.2 Klasifikasi Jenis Cidera..................................................................15
2.3.3 Contoh Kejadian Cidera Yang Terjadi Di Rumah Sakit................17
2.4 Upaya Manajemen K3RS dalam PAK..............................................17

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................20
3.2 Saran..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21

iii
iv

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan

memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam

menjalankan tugasnya perawat berisiko mengalami gangguan kesehatan dan

keselamatan kerja (Ramdan & Rahman, 2017). Selain itu, rumah sakit (RS)

merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan

kerja. Adanya bahan mudah terbakar, gas medis, radiasi pengion dan bahan

kimia membutuhkan perhatian serius terhadap keselamatan pasien, staf dan

umum. Laporan National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa

terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain.

Kasus yang sering terjadi di antaranya tertusuk jarum atau needle stick injury

(NSI), terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi

dan lain-lain (Sarastuti, 2016).

Menurut Mantiri, dkk (2020), upaya untuk mengendalikan,

meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan potensi bahaya, oleh karena itu

K3RS perlu dikelola dengan baik. Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja merupakan sesuatu yang baru dan menjadi sasaran

penilaian akreditasi rumah sakit. Selain itu SMK3 merupakan faktor yang

secara tidak langsung berhubungan dengan pasien, tetapi memegang peran

penting dalam pelayanan rumah sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sarastuti tahun 2016, dengan hasil penelitian yaitu faktor lingkungan yang

1
2

dapat menyebakan terjadinya kecelakaan paling banyak adalah faktor fisik

(95,7%). Klasifikasi kecelakaan terbanyak menurut jenis cidera adalah kontak

dengan jarum dan benda tajam lain (69,6%), menurut penyebab karena

peralatan kerja portable (69,6%), menurut jenis luka atau cidera berupa cidera

dangkal dan luka terbuka (78,3%), menurut lokasi kejadian di tempat kerja

biasa (73,9%), menurut dampak cidera tidak ada hari kerja yang hilang

(78,3%), menurut jenis pekerjaan berupa tindakan medis (73,9%), menurut

penyimpangan dari keadaan normal berupa kurang pengendalian pada alat

kerja (73,9%), menurut lokasi bagian tubuh yang terluka pada jari tangan

(82,6%). Selain itu, data World Health Organization (WHO) tahun 2016

mencatat dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta terpajan patogen darah 2 juta

terpajan virus Hepatitis B (HBV), 0,9 juta terpajan virus HBC dan 170,000

terpajan virus HIV/AIDS (Azzahri & Ikhwan, 2019).

Menurut Ramdan & Rahman (2017) Upaya pengenalian risiko K3

pada perawat dilakukan dengan mengikuti kaidah hierarchy of control K3

yang disesuaikan dengan jenis tindakan keperawatan yang dilakukan. Pada

pemasangan infus misalnya, risiko paparan fisik dan biologis dikendalikan

melalui upaya eliminasi/substitusi seperti mengurangi tindakan injeksi yang

tidak perlu, menghilangkan benda tajam/jarum yang tidak diperlukan,

menggunakan konektor tanpa jarum. Selanjutnya, upaya pengendalian

engineering seperti pengaturan cahaya yang tepat dan ruang yang memadai,

penggunaan jarum yang lebih aman dan penyediaan container bekas jarum

infus. Upaya pengendalian secara administratif dapat dilakukan seperti


3

pengembangan kebijakan K3RS, penyusunan SP, dan penggunaan APD yang

memadai.

Berdasarkan uraian diatas, maka kita perlu memahami penyakit akibat

kerja dan cidera akibat kecelakaan kerja pada perawat. Perlu secara dini untuk

mengetahui potensi bahaya dan ancaman keselamatan dan kesehatan kerja

perawat agar upaya pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara

optimal. Indikator manajemen k3RS yang baik adalah mendekati angka 0

kejadian dan apabila bahaya dan ancaman sudah dirasakan efeknya perlu

penatalksanaan yang dilakukan secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah

sebagai berikut :

1. Apasaja penyakit akibat kerja yang dapat dialami perawat?

2. Apasaja cidera akibat kecelakaan kerja yang dapat dialami perawat?

3. Bagaimanakah pencegahan dan pengendalian penyakit dan cidera akibat

kerja perawat?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami penyakit akibat kerja yang dapat dialami

perawat.
4

2. Untuk mengetahui dan memahami cidera akibat kecelakaan kerja yang

dapat dialami perawat.

3. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan dan pengendalian penyakit

dan cidera akibat kerja perawat.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat makalah sebagai berikut :

1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiwa

pendidikan profesi ners jenjang profesi mengenai penyakit akibat kerja

yang mungkin bisa dialami oleh perawat dan cidera akibat kecelakaan kerja

oleh perawat.

2. Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan baru dan peningkatan upaya

pencegahan dan pengendalian dampak penyakit dan cidera akibat

kecelakaan kerja perawat di tatanan pelayanan kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan

suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di

perusahaan yang bersangkutan. keselamatan adalah merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang

terrkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum

fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan

dan keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun

emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan

(Mathis dan Jackson, 2012).

Dapat disimpulkan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah

rangkaian usaha dan upaya menciptakan suasana kerja yang aman dari risiko

kecelakaan kecelakaan baik fisik, mental maupun emosional sehingga

memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek

keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai

martabat manusia dan moral agama. Dengan demikian, tenaga kerja secara

aman dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan

produktivitas kerja sehingga para tenaga kerja harus memperoleh jaminan

perlindungan keselamatan dan kesehatannya di dalam setiap pelaksanaan

5
6

pekerjaannya sehari-hari. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang

aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi

dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Sardjito,

2011).

2.1.2 Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Sri Redjeki (2016), fungsi dari keselamatan dan kesehatan

kerja adalah :

1. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya

kesehatan di tempat kerja

2. Memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan praktek

kerja termasuk desain tempat kerja

3. Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja

dan APD

4. Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja

5. Terlibat dalam proses rehabilitasi

6. Mengelola tindakan P3K dan darurat

7. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi praktek yang berbahaya

8. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan rogram

9. Menerapkan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya

10. Mengukur dan memeriksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan

program pengendalian bahaya.


7

2.1.3 Syarat-Syarat Keselamatan Kerja

Syarat-syarat Keselamatan dan kesehatan kerja tertuang dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1

yaitu :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja

3. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akbat kerja baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan

4. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

5. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.2 Konsep Penyakit Akibat Kerja Perawat

2.2.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan

demikian, penyakit akibat kerja merupakan penyakit artifisual atau man

made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang

menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan

baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena

aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan (Adzim,

2013).
8

2.2.2 Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Faktor risiko penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Golongan fisik,

kimiawi, biologi atau psikososial di tempat kerja. Faktor lain seperti

kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara

pekerja yang terpajan Efendi F (2009) dalam Salawati, 2015).

1. Golongan fisik :

1) Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai

dengan Non-included hearing loss

2) Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit

3) Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps,

atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat

mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.

4) Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease

5) Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.

Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan

2. Golongan kimia :

1) Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis

2) Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan

3) Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S

4) Larutan dapat mengakibatkan dermatitis

5) Insektisida dapat mengakibatkan keracunan

3. Golongan infeksi

1) Anthrax

2) Brucell
9

3) HIV/AIDS

4. Golongan fisiologis

Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan

yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat

mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan

perubahan fisik pada tubuh pekerja.

5. Golongan mental

Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau

keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

2.2.3 Penyakit Menular Akibat Kerja Perawat

Penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang

dapat ditularkan (berpindah dari satu orang ke orang yang lain, baik secara

langsung dan secara perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan

adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah serta

menyerang host ataun inang penderita (Sulaiman,M.R, 2016). Dalam hal ini

maka penyakit menular dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama,

yaitu:

1. Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi

2. Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan.

Walaupun akbatnya lebih ringan disbanding yang pertama.

3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat

mewabahh sehingga dapat menimbulkan kerugian waktu maupun

materi atau biaya.


10

Menurut (Sulaiman, M.R, 2016), tenaga perawat yang melakukan

kontak berhubungan dengan cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa,

cairan mulut, cairan urine, kotoran manusia, muntahan dan lain-lain

sehingga mendapat penularan. Media penularan yang sering terjadi adalah

sebagai berikut :

1. Penularan melalui cairan darah : Hepatitis B, hepatitis C, HIV/AIDS

2. Penularan melalui udara atau busa : Flu menular, TBC, SARS, COVID-

19

3. Penularan melalui kontak tubuh : Penyakit kulit biasa, radang infeksi

kulit

4. Penularan melalui mulut (berkontak dengan cairan urine dan kotoran

manusia: Radang infeksi perut, hepatitis A.

2.2.4 Pencegahan Penyakit Menular Akibat Kerja Perawat

Berikut adalah pencegahan yang dilakukan oleh perawat dalam

mencegah penyakit menular menurut (Sulaiman, M.R, 2016) :

1. Rajin mencuci tangan

Dilakukan sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan pasien

atau melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan cairan kotoran,

cairan tubuh pasien, sebelum memakain sarung tangan dan setelah

melepas sarung tangan.

2. Memakai sarung tangan

Pada waktu ada kemungknan berkontak dengan cairan darah, cairan

tubuh, barang cairan dan kotoran, harus mengenakan sarung tangan anti

air yang terbuat dari bahan karet, ethylene resin, atau asafetrida dan
11

sejenisnya. Pada waktu melepas sarung tangan harus melalui pergelangan

yang ditarik keluar, kemudian sarung tangan dibalikkan keseluruhan,

kemudian dibuang dan segera mencuci tangan.

3. Mengenakan masker mulut dan atau masker muka

Pada saat menghadapi kemungkinan adanya cairan tubuh yang

berterbangan, seperti: pasien yang batuk atau bersin, harus menggunakan

masker mulut atau masker muka dan lain-lain sebagai alat pelindung.

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai masker mulut:

1) Masker mulut sebaiknya digunakan sekali pakai saja, apabila perlu

dipakai berulang kali, harus diperhatikan penyimpanan di tempat yang

bersih dan berudara lancer. Tetapi untuk kondisi berikut ini

pemakaian tidak boleh dilanjutkan: berlubang, ada kecurigaan

pencemaran, berubah bentuk, kotor, berbau, hambatan untuk bernapas

bertambah, dan lain-lain.

2) Pada saat melepas masker mulut harus menghindari tercemarnya

masker mulut, juga menghindari terkena pencemaran dari masker

mulut. Sebelum dan sesudah melepas masker mulut harus mencuci

tangan secara bersih.

3) Pada saat membuang masker mulut yang tercemar, harus menghindari

tersebarnya kuman, dengan cara melipat masker kearah dalam,

diletakkan ke dalam kantong plastic yang ditutup rapat.

2.2.5 Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Perawat

Merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh kuman atau virus

penyakit dan tidak ditularkan kepada orang lain, termasuk cedera akibt
12

kecelakaan dan tindak kekerasan. Penyakit tidak menular (PTM), juga

dikenal sebagi penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Mereka

memilik durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang secara

lambat. Penyakit ini ditimbulkan oleh aktivitas perawat dalam bekerja. PTM

memiliki tingkat kefatalan yang tinggi. Hampit bisa dipastikan penderita

PTM tidak akan sembuh seperti sebelumnya bahkan cenderung memburuk.

Penyakit yang termasuk PTM utama di Indonesia yaitu: penyakit

kardiovaskuler, kanker, PPOK, dan diabetes mellitus serta cedera akibat

kecelakaan dan tindak kekerasan (Sulaiman,M.R, 2016). (WHO, 2002)

menyatakan bahwa cedera (injury) merupakan salah satu jenis penyakit

(disease). Berikut ini merupakan penyakit tidak menular, yaitu:

1. Cedera otot dan tulang

Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan menepuk-

nepuk pungggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering

mengeluarkan tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau

berulang-ulang, mudah menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang,

apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka akan menambah resiko

dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.

2. Gangguan tidur

Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang

tidak tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi

tidur pendek, tidur kurang lelap kesulitan tidur.


13

3. Low Back Pain

Perawat terutama yang ada di ruang IGD, cenderung untuk

menderita sakit punggung bawah karena terjadinya gerakan mengangkat

pasien secara berulang-ulang. Posisi pengangkatan yang salah merupakan

factor penyebab dari penyakit ini.

4. Tindak kekerasan

Perawat juga tidak luput dari cedera akibat tindak kekerasan, hal

tersebut dapat terjadi karena pasien dalam keadaan tidak sadar atau pada

pasien dengan penyakit jiwa, akhir-akhir ini di Indonesia sering juga

terjadi aksi pemukulan yang dilakukan oleh keluarga pasien.

2.2.6 Pencegahan Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Perawat

Menurut WHO (2002), pencegahan yang dilakukan perawat dalam

menghadapi penyakit tidak menular sebagai berikut:

1. Pencegahaan cedera otot dan tulang

1) Pada saat memindahkan barang, tubuh sebisa mungkin dekat dengan

barang tersebut dan hindari gerakan membungkuk atau posisi

membungkuk kea rah depan, sebaiknya berlutut atau kedua kaki kiri

direndahkan sehingga pusat beban berkurang untuk menghindari

cedera dibagian oinggang. Pada saat memindahkan barang jangan

hanya memutarkan pinggang, harus dengan satu kaki sebagai

tumpuhan, kaki yang lain bergerak dan memutarkan seluruh badan

untuk menghindari cedera di lutut dan pinggang.

2) Pada saat merawat pasien apabila ada gerakan condong ke depan

sebelum membungkuk, harus dengan satu tangan sebagai tumpuhan


14

badan untuk menghindari oinggang mendapat beban terlalu besar.

Apabila perlu memindahkan pasien, harus dengan kedua kaki

merendah sehingga pusat beban berkurang untuk menghindari

terjadinya cedera di bagian punggung.

3) Jagalah posisi duduk yang benar, bagian punggung sebaiknya

menempel di punggung kursi, untuk meghindari tulang pinggang

melengkung, dapat diganjal dengan barang tumpukan kecil atau

bantal kecil, untuk mengurangi beban di tulang pinggang.

2. Saran untuk tidur

1) Pergunakan waktu istirahat siang atau istirahat singkat untuk

mensuplai tidur.

2) Kegiatan sebelum tidur hendaknya diusahakan penuh kehangatan

jangan membuat emosi terlalu tinggi.

3) Sebelu tidur lakukan gerakan peregangan untuk membantu cepat

tidur.

4) Dalam hal makanan hendaknya normal, teratur dan seimbang.

Sebagai patokan sebelum tidur hindari konsumsi makanan

berlebihan, minum kopi, the, nikotin, dan makanan merangsang

lainnnya. Apabila lembur malam, makan malam boleh ditambah,

tetapi sebelum selesai kerja harus menghindari produk penambah

energy dan sebelum tidur jangan makan terlalu kenyang atau

mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.


15

3. Hal lain yang perlu diperhatikan

1) Boleh mendapat suntikan vaksinasi untuk memperkecil

kemungkinan penularan, seperti vaksinai untuk Hepatitis B, TBC,

dan lainnya

2) Memelihara kebiasaan berolahraga teratur, mempergunakan waktu

luang perawatan untuk menggerakkan seluruh otot dan tulang tubuh

3) Aktif mengikuti program pelatihan

4) Setiap tahun melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

2.3 Konsep Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Perawat

2.3.1 Definisi Cidera

Cidera adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan

oleh kecelakaan (Heinrich et al, 1980). Tujuan menganalisa cidera atau sakit

yang mengenai anggota bagian tubuh yang spesifik adalah untuk membantu

dalam mengembangkan program untuk mencegah terjadinya cidera karena

kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan kaca mata

pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab

alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja. (Badraningsih et al, 2015).

2.3.2 Klasifikasi Jenis Cidera


Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang

ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera

akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan

pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan

yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar


16

Australia AS 1885-1 (1990). Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan

keparahannya:

1. Cidera fatal (fatality)

Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja

2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,

atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat

kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari

kerja.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk

kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan.

Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode

sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja

alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai

220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian

tersebut terjadi.

4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)

Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk

mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain

sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk

perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)


17

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi

kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang

memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Cidera ringan (first aid injury)

Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani

menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh

luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.

7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan

dan bahaya pembuangan limbah.

2.3.3 Contoh Kejadian Cidera Yang Terjadi Di Rumah Sakit

Tindakan yang tidak aman (unsafe action) dapat membahayakan

pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak memakai

APD, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak mengikuti peraturan

keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati. Kasus yang sering terjadi

adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores, luka bakar dan

penyakit infeksi lainnya. Gangguan musculoskeletal yang dialami

diantaranya adalah nyeri pinggang dan punggung, nyeri pada leher, nyeri

bahu, nyeri pada pergelangan tangan dan nyeri pada kaki dan lutut.

Gangguan ini didapat karena perawat bekerja pada posisi tubuh yang sama

dalam waktu yang lama seperti pada saat perawat memasang infus,
18

memandikan pasien, mengangkat pasien yang gemuk, memindahkan pasien

dari/ke kursi roda/brankar, membuang urine (Silvia, dkk, 2015).

2.4 Upaya Manajemen K3RS dalam Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Berikut ini beberapa perilaku yang dapat dilakukan dalam mencegah
penyakit kerja, diantaranya menurut (Badraningsih et al, 2015):
1. Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
2. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
3. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh
seperti berikut ini:
1. Pencegahan Pimer – Healt Promotion

A. Perilaku kesehatan

B. Faktor bahaya di tempat kerja

C. Perilaku kerja yang baik

D. Olahraga

E. Gizi

2. Pencegahan Skunder – Specifict Protection

A. Pengendalian melalui perundang-undangan

B. Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja

C. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)

D. Pengendalian jalur kesehatan imunisasi

3. Pencegahan Tersier

A. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja

B. Pemeriksaan kesehatan berkala

C. Pemeriksaan lingkungan secara berkala

D. Surveilans

E. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja


19

F. Pengendalian segera ditempat kerja

Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang

wajib dilakukan adalah deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan

secepat mungkin. Dengan demikian, penyakit bisa pulih tanpa menimbulkan

kecacatan. Sekurang-kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut.

Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan

cacat.
20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit menular seperti tertular hepatitis atau HIV dan tidak menular

seperti cidera otot setiap perawat karena pekerjaanya. Hal ini tentunya menjadi

peringatan dan dijadikan kewaspadan dalam melakukan setiap tindakan

keperawatan dan non-keperawatan. Setiap tindakan akan memiliki bahaya dan

ancaman yang beragam oleh karena itu prinsip kehati-hatian dengan menaati SOP,

upaya pencegahan dan pengendalian K3RS mutlak dilakukan oleh seorang

perawat.

3.2 Saran

Dengan diketahuinya secara dini bahaya dan ancama kerja seoang perawat

dalam merawat pasien atau menjalankan tugas lainnya yang sangat banyak perlu

manajemen K3RS memperhatikan dan senantiasa melakukan evaluasi monitoring

guna mengingkatkan mutu K3RS. Selain itu sosialisasi terkait K3RS dan

screening pada perawat berisiko hendaknya selalu dilakukan utamanya bagi

perawat baru dan yang sudah bekerja hendaknya setiap bulan dilakukan screening.

20
DAFTAR PUSTAKA

Azzahri & Ikhwan (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat


Pelindung Diri (APD) dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada Perawat
Di Puskesmas Kuok. Prepotif Jurnal Kesehatan Masyarakat.3(1) 50-57.

Badraningsih L,.Enny Zuhny K.tt. 2015. Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Heinrich, HW., Petersen, DC., Roos, NR., Hazlett, S., 1980. Industrial Accident
Prevention: A Safety Management Approach. NY: McGraw-Hill.

Manitiri, dkk. (2020). Faktor Psikologi dan Perilaku dengan Penerapan


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit. Indonesian Journal Of Public Health and Community
Medicine Vol. 1, No. 3 Juli 2020 19-27.

Ramdan, I., Rahman. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada Perawat . Jurnal Keperawatan Padjajaran. Vol. 5, No. 3.

Sarastuti, D. (2016). Analisis Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit Universitas


Gadjah Mada Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Silvia, dkk,. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan


Tidak Aman. Jurnal Care. 3(2) 9-17.

Husni, Lalu. (2003). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja


Grafindo Perkasa

I, Sivia M P, dkk. 2015. Jurnal Care Vol. 3, No.2.Kejadian Kecelakaan Kerja


Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman

K3 RSUD Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah.2017. No.dokumen


RSDM/SEK/K3/008.
Putri A, Arfandi I, Fianza P. 2017. Pengetahuan Perawat Mengenai Kemoterapi
dan Risiko Kecelakaan Kerja dalam Pelayanan Proses Kemoterapi di
RSUP DR. Hasan Sadikin Kota Bandung. 15009-34301-1-PB.pdf. diakses
pada 23 September 2020
Republik Indonesia. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia:
Jakarta; 1993

21
22

Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan (Jurnal Kedokteran


Syiah Kuala Volume 15 Nomor 2). Banda Aceh

Salmawati L, Rasul M, Napirah MR. 2019. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI
RUANG IGD RSU ANUTAPURA KOTA PALU.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/preventif/index diakses pada 20
september 2020
Susanti, A. 2017. Penyakit akibat kerja pada perawat : penyakit menular dan
tidak menular : https://www.academia.edu diakses pada 08 Agustus 2020

Trisari D. 2017. SOP Pemberian Kemoterapi :


https://www.scribd.com/document/347517668/SOP-Pemberian-
Kemoterapi diakses pada 22 September 2020.

WHO. (2020). Rational use of personal protective equipment for


coronavirus disease 2019 (COVID-19). Interim guidance.

Anda mungkin juga menyukai