Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL WAWANCARA KESELAMATAN KESEHATAN

KERJA DALAM KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN


PASIEN DI RSU KALIWATES

oleh
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2016

i
LAPORAN HASIL WAWANCARA KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA DALAM KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN
PASIENDI RSU KALIWATES

MAKALAH
diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Keselamat Kesehatan Kerja dalam Keperawatan dan Keselamatan Pasien
dengan dosen : Ns.Ahmad Rifa’i MS

oleh
KELOMPOK 3

Wahyuni Murti Faiza NIM 152310101046


Yeffri Dwi Fradika NIM 152310101145
Nila Sa’diyah NIM 152310101193
Ayuning Mutthia Amila NIM 15231010239
Elok Maulidatul W. M NIM 152310101244
Dyan Ayu Pusparini NIM 152310101258
Lidya Amal Huda NIM 152310101259
Dwi Umil Hasanah NIM 152310101271
Ahmad Faiz Fathoni NIM 152310101286

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2016

ii
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hasil Wawancara
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan dan Keselamatan Pasien di
RSU Kaliwates”.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, tantangan
tersebut bisa teratasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kami sekalian.

Jember, 22 Oktober 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii
PRAKATA........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 Penyebab Kecelakaan Kerja............................................................................ 3
2.2 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja.................................................................. 4
2.3 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja.................................................................. 4
2.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja.......................................................................... 6
2.5 Dampak Kecelakaan Kerja.............................................................................. 7
2. 6 Pencegahan Kecelakaan Kerja....................................................................... 8
BAB III. HASIL TEMUAN
3.1 Perawat ........................................................................................................... 10
3.2 Fisioterapi........................................................................................................ 11
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 14
4.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
LAMPIRAN......................................................................................................... 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat
kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/
Menkes/SK/X/2004. Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri
dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki
peran dan fungsi masing-masing namun tetap saling berhubungan untuk
menunjang kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan
kerja yang kompleks keselamatan kerja merupakan suatu faktor utama yang
harus diperhatikan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang akan
memberikan pengaruh terhadap kinerja mereka yang bekerja pada lingkungan
tersebut.
Pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat
merupakan salah satu profesi kesehatan profesional yang sangat dibutuhkan
oleh rumah sakit karena kunci keberhasilan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh terdapat pada pelayanan keperawatan. Hal ini terbukti dengan
melihat unit – unit pelayanan di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang
selama 24 jam berada di sisi pasien adalah perawat. Oleh sebab itulah
perawat sangat beresiko terkena penyakit – penyakit akibat kerja. Dalam
ruangan atau tempat kerja, biasanya terdapat faktor – faktor yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Pelaksanaan

1
Pelayanan Fisioterapi merupakan bagian dari rehabilitasi medik dalam
mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan dengan cara pencegahan,
penyembuhan, pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi. Dilingkungan
Kerja Fisioterapi dimana hal ini berkaitan dengan banyaknya bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh seorang fisioterapis yang tentu saja semakin
beresiko ketika berkaitan dengan penanganan secara manual, peningkatan
gerak fisik/ mekanis/ elektroperautis, pelatihan fungsi dan komunikasi
dengan pasien. Beberapa faktor kesehatan keselamatan kerja (K3) seperti
faktor Fisik, Ergonomi, Psikososial, dan faktor Biologis merupakan hal yang
sering terjadi dilingkungan kerja fisioterapis, dan menjadi sebuah gambaran
bagi semua pihak yang membutuhkan, sehingga tercipta keamanan,
kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja. Banyaknya bentuk  pelayanan
yang dilakukan oleh fisioterapis maka faktor resiko kerja yang dihadapi oleh
pelaksana fisioterapis juga banyak.

1. 2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan
kerja.
2. Untuk mengetahui bahaya di rumah sakit.
3. Untuk mengetahui bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Untuk mengetahui sejauh mana peran dines kesehatan pada K3.
5. Untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dan peran dari sisi rumah sakit
tersebut dalam menangani pasien/orang yang sakit dan mencegah
kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03
/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009).
Kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan tidak
aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh
manajemen. Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai
penyebab langsung (immediate / primary causes) kecelakaan karena
keduanya adalah penyebab yang jelas / nyata dan secara langsung terlibat
pada saat kecelakaan terjadi (Reese, 2009).
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat
seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan
peristiwa yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan
yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-
duanya (Sheddy, 2008).
Menurut Silalahi (1991) kecelakaan kerja dapat didefinisikan
sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Foressman (1973) mendefinisikan bahwa
kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara
ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang
menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali.

3
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan
sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.

2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu
masalah yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian.
Menurut statistik 85% penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya
(unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe
condition). Secara garis besar sebab- sebab kecelakaan adalah :

1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor


lingkungan fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin
tanpa pengaman, penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri
(APD) tidak efektif, lantai yang berminyak, dan lain-lain.

2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-


kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah,
tidak memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan
oleh gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, cemas
serta kurangnya pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan
lain-lain.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada
faktor yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah
faktor yang menjadi unsur penyebab bersama-sama.

2.3 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam
dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan
diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab
kecelakaan kerja, yaitu:

4
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu
rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian
kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau
kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian
( Ridley, 2004).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih
dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili
perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-
kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu
diteliti.

3. Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi


antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan
lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan
mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena
itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara
terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat
diketahui secara detail.

4. Teori Domino terbaru

Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich


untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat
berupa pelatihan- pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai
keselamatan kerja.

5
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut:
a. Manajemen kurang kontrol
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari
memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Kemudian, praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab
terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama
akibat kesalahan manajemen (Soekidjo, 2010).

2.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat
kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :


a. Terjatuh
b. Tertimpa benda
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik
b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air

6
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya
e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di
bawah tanah)
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a. Patah tulang
b. Dislokasi ( keseleo )
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan
g. Geger dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a. Kepala
b. Leher

c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.

2. 5 Dampak Kecelakaan Kerja


Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja :
1. Meninggal dunia

7
Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan
penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan
perawatan sebelumnya.
2. Cacat permanen total
Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak
mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena
kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti:
kedua mata, satu mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki.
Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.
3. Cacat permanen sebagian
Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa
dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
4. Tidak mampu bekerja sementara
Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada
hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan
kerja produktif

2. 6 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.

8
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-
alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan
debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang- tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan
keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
sebab- sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan
ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada
perusahaanlah kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola
kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat
kesadaran akan keselatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

9
BAB III
HASIL TEMUAN

Keselamatan merupakan hal yang utama terutamanya dalam dunia kerja.


Misalnya dalam wilah kerja rumah sakit, banyak sekali kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan keselamatan kerja. Dari wawancara yang telah
kelompok kami lakukan berdasarkan beberapa narasumber yaitu fisiotrapi dan
perawat adalah :
3.1 Fisioterapi
Pelayanan Fisioterapi Merupakan bagian dari rehabilitasi medik dalam
mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan dengan cara pencegahan,
penyembuhan, pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi. Dilingkungan
Kerja Fisioterapi dimana hal ini berkaitan dengan banyaknya bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh seorang fisioterapis yang tentu saja semakin
beresiko ketika berkaitan dengan penanganan secara manual, peningkatan
gerak fisik/mekanis/elektroperautis, pelatihan fungsi dan komunikasi dengan
pasien. Hal yang kita temui saat wawancara di RS Kaliwates :
1. Pihak RS saling berkoordinasi terkait masalah listrik
Disini pihak-pihak RS berkoordinasi tentang bagaimana kebutuhan bahan
bakar dan peralatan penerangan di RS,mengatur pencahayaan sesuai
kebutuhan,melakukan pemasangan instalasi listrik dan lampu
penerangan,melakukan pengawasan instalasi listrik dan lampu
penerangan,melakukan pengawasan dan pemeliharaan peralatan
listrik,melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan instalasi
listrik di RS,melakukan pencatatan dan pemeriksaaan seluruh peralatan
yang dipergunakan pada saat kegiatan di awal dan di akhir
2. Penanggulangan safety dari diri sendiri, melihat apakah listrik dalam
kondisi aman.
Beberapa faktor kesehatan keselamatan kerja (K3) seperti faktor Fisik,
Ergonomi, Psikososial, dan faktor Biologis merupakan hal yang sering
terjadi dilingkungan kerja fisioterapis, dan menjadi sebuah gambaran bagi

10
semua pihak yang membutuhkan, sehingga tercipta keamanan,
kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja. Fisoterapis mengalami
sengatan listrik diakibatkasn karena kurangnya ketelitian saat akan
memulai fisioterapi jadi sebagai fisioterapis harus lebih berhati-hati dalam
melakukan tindakan dan melaporkan jika ada kecelakaan kerja
3. Serangan listrik jarang terjadi dalam pelaksanaan tugas kerja.
Faktor resiko atau bahaya potensial fisik pada petugas fisioterapis disini
adalah radiasi dan panas. pada fisioterapi resiko radiasi yang didapatkan
karena alat-alat yang digunakan memakai gelombang elegtromagnetik,
sehingga sengatan listrik bisa terjadi pada bagian fisioterapi di Rumah
sakit. Untuk meminimalisir kecelakaan kerja, seorang fisioterapis
hendaknya mengecek terlebih dahulu alat alat sebelum digunakan agar saat
melakukan fisioterapi tidak terjadi serangan listrik. Mengevaluasi jika
terjadi kecelakaan kerja sehingga dapat berbenah lebih baik dalam
mengatasi masalah terganggunya aliran listrik maupun alat alat yang akan
digunakan.

3.2 Perawat
1. Penggunaan APD dalam melakukan tindakan
Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya dari bahaya kerja. Penggunaan alat pelindung diri secara tepat
dan benar akan sangat membantu keberhasilan pencegahan infeksi dan
keselamatan kerja petugas kesehatan, sebaliknya penggunaan APD yang
keliru tidak saja berisioko terjadi infeksi pada pasien,namun juga berisiko
terhadap keselamatan petugas itu sendiri. Salah satu Contoh penggunaan
APD adalah sarung tangan atau Hanscone. Hanscone dipakai saat akan
melakukan tindakan atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan
darah,cairan tubuh,secret,eksreta,kulit yang tidak utuh ,selaput lendir
pasien yang benda yang terkontaminasi. Guna mencegah timbulnya
kecelakaan kerja maka perlu penggunan APD yang merupakan tingkat

11
pengendalian terakhir yang dilakukan bila pengendalian yang lain sudah
dilakukan namun belum dapat mengurangi dampak resiko kecelakaan
kerja yang ditimbulkan oleh tempat kerja dan alat kerja. Untuk itu
penggunaan alat pelindung diri sebagai bagian dari pengendalian bahaya
di tempat kerja merupakan syarat penting yang harus mendapat
perhatian, khususnya standar keselamatan kerja alat pelindung diri harus
dikembangkan sebagai sarana untuk lebih menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja Namun dalam penggunaan APD harus
disesuaikan dengan resiko kecelakaan yang ada.
2. Pekerja shift malam diberikan makanan bergizi.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat merupakan salah satu
profesi kesehatan profesional yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit
karena kunci keberhasilan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
terdapat pada pelayanan keperawatan. Hal ini terbukti dengan melihat
unit – unit pelayanan di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang
selama 24 jam berada di sisi pasien adalah perawat .Bekerja pada malam
hari tentu lebih beresiko dibanding bekerja di siang hari karena jika
jadwal tidur Anda keluar dari jalur, maka dapat mengganggu siklus tidur-
bangun yang normal dan tubuh menjadi tidak berfungsi sebagai
manamestinya, yang akhirnya akan mengarah pada gangguan pola hidup
dangan ganguan kesehatan. Makanan dan minuman yang bergizi harus
sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori, harus bervariasi, bersih dan
diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja. Makanan dan minuman
tidak dapat diganti dengan uang.
3. Masih banyak kejadian tertusuk jarum, sedangkan untuk kejadiaan
beresiko lainnya telah diminimalisir.
Problem tertusuk jarum/benda tajam masih merupakan masalah besar di
dunia kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang dalam pekerjaannya
menggunakan jarum tidak boleh dianggap remeh. Peluang tertular
penyakit itu sangat besar,adanya resiko yang sangat besar masih belum
diimbangi dengan upaya pencegahan yang maksimal. Sehingga kejadian

12
tertusuk jarum masih terus saja terjadi karena keteledoran atau kurang
detail dalam mengaplikasikan menggunakan jarum suntik.
4. Diadakan senam kebugaran tiap sabtu pagi
Senam sangat penting untuk pembentukan kelenturan tubuh, yang
menjadi arti penting bagi kelangsungan hidup manusia.
5. Jalur evakuasi di dalam gedung sudah jelas
Di rumah sakit ini telah memiliki jalur evakuasi dan terlihat dengan jelas,
semua orang dapat melihat tanda karena sudah terdapat tanda untuk jalur
evakuasi di tempatkan di tempat yang semua orang mudah melihat saat
terjadi hal yang tidak di inginka. Dan titik temu yang berada di luar
rumah sakit yaitu berada pada lahan yang luas sehingga menghindari dari
resiko bahaya.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit : Bahaya kebakaran dan
ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan),
Bahan beracun, korosif dan kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok
akibat aliran listrik ,Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
& Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

4.2 Saran
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan
dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di dunia internasional masih sangat
rendah. Indonesia akan sulit menghadapi persaingan global karena
mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja
yang rendah). Padahal kemajuan pelayanan tersebut sangat ditentukan
peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian instansi itu
sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus lebih
bersifat manusiawi dan bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan

14
kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.M Sugeng Budiono,dkk.2003.Bunga Rampai Hiperkes & KK, Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Dalih S A, Oja Sutiarno. 1982. Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel.


Jakarta:Melton Putra.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993.

Suma’mur P.K,1988. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.CV Haji


Masagung. Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaa pasal 86.

Undang – Undang No.14 Tahun 1969, Tentang Ketentuan Pokok Ketenaga


Kerjaan .

16
LAMPIRAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai