oleh
KELOMPOK 3
i
LAPORAN HASIL WAWANCARA KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA DALAM KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN
PASIENDI RSU KALIWATES
MAKALAH
diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Keselamat Kesehatan Kerja dalam Keperawatan dan Keselamatan Pasien
dengan dosen : Ns.Ahmad Rifa’i MS
oleh
KELOMPOK 3
ii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hasil Wawancara
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan dan Keselamatan Pasien di
RSU Kaliwates”.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, tantangan
tersebut bisa teratasi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii
PRAKATA........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 Penyebab Kecelakaan Kerja............................................................................ 3
2.2 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja.................................................................. 4
2.3 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja.................................................................. 4
2.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja.......................................................................... 6
2.5 Dampak Kecelakaan Kerja.............................................................................. 7
2. 6 Pencegahan Kecelakaan Kerja....................................................................... 8
BAB III. HASIL TEMUAN
3.1 Perawat ........................................................................................................... 10
3.2 Fisioterapi........................................................................................................ 11
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 14
4.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
LAMPIRAN......................................................................................................... 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat
kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/
Menkes/SK/X/2004. Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri
dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki
peran dan fungsi masing-masing namun tetap saling berhubungan untuk
menunjang kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan
kerja yang kompleks keselamatan kerja merupakan suatu faktor utama yang
harus diperhatikan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang akan
memberikan pengaruh terhadap kinerja mereka yang bekerja pada lingkungan
tersebut.
Pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat
merupakan salah satu profesi kesehatan profesional yang sangat dibutuhkan
oleh rumah sakit karena kunci keberhasilan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh terdapat pada pelayanan keperawatan. Hal ini terbukti dengan
melihat unit – unit pelayanan di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang
selama 24 jam berada di sisi pasien adalah perawat. Oleh sebab itulah
perawat sangat beresiko terkena penyakit – penyakit akibat kerja. Dalam
ruangan atau tempat kerja, biasanya terdapat faktor – faktor yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Pelaksanaan
1
Pelayanan Fisioterapi merupakan bagian dari rehabilitasi medik dalam
mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan dengan cara pencegahan,
penyembuhan, pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi. Dilingkungan
Kerja Fisioterapi dimana hal ini berkaitan dengan banyaknya bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh seorang fisioterapis yang tentu saja semakin
beresiko ketika berkaitan dengan penanganan secara manual, peningkatan
gerak fisik/ mekanis/ elektroperautis, pelatihan fungsi dan komunikasi
dengan pasien. Beberapa faktor kesehatan keselamatan kerja (K3) seperti
faktor Fisik, Ergonomi, Psikososial, dan faktor Biologis merupakan hal yang
sering terjadi dilingkungan kerja fisioterapis, dan menjadi sebuah gambaran
bagi semua pihak yang membutuhkan, sehingga tercipta keamanan,
kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja. Banyaknya bentuk pelayanan
yang dilakukan oleh fisioterapis maka faktor resiko kerja yang dihadapi oleh
pelaksana fisioterapis juga banyak.
1. 2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan
kerja.
2. Untuk mengetahui bahaya di rumah sakit.
3. Untuk mengetahui bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Untuk mengetahui sejauh mana peran dines kesehatan pada K3.
5. Untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dan peran dari sisi rumah sakit
tersebut dalam menangani pasien/orang yang sakit dan mencegah
kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan
sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.
4
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu
rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian
kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau
kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian
( Ridley, 2004).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih
dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili
perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-
kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu
diteliti.
3. Teori Gordon
5
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut:
a. Manajemen kurang kontrol
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari
memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Kemudian, praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab
terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama
akibat kesalahan manajemen (Soekidjo, 2010).
6
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya
e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di
bawah tanah)
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a. Patah tulang
b. Dislokasi ( keseleo )
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan
g. Geger dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.
7
Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan
penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan
perawatan sebelumnya.
2. Cacat permanen total
Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak
mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena
kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti:
kedua mata, satu mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki.
Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.
3. Cacat permanen sebagian
Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa
dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
4. Tidak mampu bekerja sementara
Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada
hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan
kerja produktif
8
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-
alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan
debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang- tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan
keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
sebab- sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan
ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada
perusahaanlah kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola
kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat
kesadaran akan keselatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
9
BAB III
HASIL TEMUAN
10
semua pihak yang membutuhkan, sehingga tercipta keamanan,
kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja. Fisoterapis mengalami
sengatan listrik diakibatkasn karena kurangnya ketelitian saat akan
memulai fisioterapi jadi sebagai fisioterapis harus lebih berhati-hati dalam
melakukan tindakan dan melaporkan jika ada kecelakaan kerja
3. Serangan listrik jarang terjadi dalam pelaksanaan tugas kerja.
Faktor resiko atau bahaya potensial fisik pada petugas fisioterapis disini
adalah radiasi dan panas. pada fisioterapi resiko radiasi yang didapatkan
karena alat-alat yang digunakan memakai gelombang elegtromagnetik,
sehingga sengatan listrik bisa terjadi pada bagian fisioterapi di Rumah
sakit. Untuk meminimalisir kecelakaan kerja, seorang fisioterapis
hendaknya mengecek terlebih dahulu alat alat sebelum digunakan agar saat
melakukan fisioterapi tidak terjadi serangan listrik. Mengevaluasi jika
terjadi kecelakaan kerja sehingga dapat berbenah lebih baik dalam
mengatasi masalah terganggunya aliran listrik maupun alat alat yang akan
digunakan.
3.2 Perawat
1. Penggunaan APD dalam melakukan tindakan
Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya dari bahaya kerja. Penggunaan alat pelindung diri secara tepat
dan benar akan sangat membantu keberhasilan pencegahan infeksi dan
keselamatan kerja petugas kesehatan, sebaliknya penggunaan APD yang
keliru tidak saja berisioko terjadi infeksi pada pasien,namun juga berisiko
terhadap keselamatan petugas itu sendiri. Salah satu Contoh penggunaan
APD adalah sarung tangan atau Hanscone. Hanscone dipakai saat akan
melakukan tindakan atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan
darah,cairan tubuh,secret,eksreta,kulit yang tidak utuh ,selaput lendir
pasien yang benda yang terkontaminasi. Guna mencegah timbulnya
kecelakaan kerja maka perlu penggunan APD yang merupakan tingkat
11
pengendalian terakhir yang dilakukan bila pengendalian yang lain sudah
dilakukan namun belum dapat mengurangi dampak resiko kecelakaan
kerja yang ditimbulkan oleh tempat kerja dan alat kerja. Untuk itu
penggunaan alat pelindung diri sebagai bagian dari pengendalian bahaya
di tempat kerja merupakan syarat penting yang harus mendapat
perhatian, khususnya standar keselamatan kerja alat pelindung diri harus
dikembangkan sebagai sarana untuk lebih menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja Namun dalam penggunaan APD harus
disesuaikan dengan resiko kecelakaan yang ada.
2. Pekerja shift malam diberikan makanan bergizi.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat merupakan salah satu
profesi kesehatan profesional yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit
karena kunci keberhasilan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
terdapat pada pelayanan keperawatan. Hal ini terbukti dengan melihat
unit – unit pelayanan di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang
selama 24 jam berada di sisi pasien adalah perawat .Bekerja pada malam
hari tentu lebih beresiko dibanding bekerja di siang hari karena jika
jadwal tidur Anda keluar dari jalur, maka dapat mengganggu siklus tidur-
bangun yang normal dan tubuh menjadi tidak berfungsi sebagai
manamestinya, yang akhirnya akan mengarah pada gangguan pola hidup
dangan ganguan kesehatan. Makanan dan minuman yang bergizi harus
sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori, harus bervariasi, bersih dan
diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja. Makanan dan minuman
tidak dapat diganti dengan uang.
3. Masih banyak kejadian tertusuk jarum, sedangkan untuk kejadiaan
beresiko lainnya telah diminimalisir.
Problem tertusuk jarum/benda tajam masih merupakan masalah besar di
dunia kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang dalam pekerjaannya
menggunakan jarum tidak boleh dianggap remeh. Peluang tertular
penyakit itu sangat besar,adanya resiko yang sangat besar masih belum
diimbangi dengan upaya pencegahan yang maksimal. Sehingga kejadian
12
tertusuk jarum masih terus saja terjadi karena keteledoran atau kurang
detail dalam mengaplikasikan menggunakan jarum suntik.
4. Diadakan senam kebugaran tiap sabtu pagi
Senam sangat penting untuk pembentukan kelenturan tubuh, yang
menjadi arti penting bagi kelangsungan hidup manusia.
5. Jalur evakuasi di dalam gedung sudah jelas
Di rumah sakit ini telah memiliki jalur evakuasi dan terlihat dengan jelas,
semua orang dapat melihat tanda karena sudah terdapat tanda untuk jalur
evakuasi di tempatkan di tempat yang semua orang mudah melihat saat
terjadi hal yang tidak di inginka. Dan titik temu yang berada di luar
rumah sakit yaitu berada pada lahan yang luas sehingga menghindari dari
resiko bahaya.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit : Bahaya kebakaran dan
ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan),
Bahan beracun, korosif dan kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok
akibat aliran listrik ,Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
& Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
4.2 Saran
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan
dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di dunia internasional masih sangat
rendah. Indonesia akan sulit menghadapi persaingan global karena
mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja
yang rendah). Padahal kemajuan pelayanan tersebut sangat ditentukan
peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian instansi itu
sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus lebih
bersifat manusiawi dan bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan
14
kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17
18