Disusun oleh :
Fitri Suci Lestari 04054822022100
Retno Putri Nusantari 04054822022176
Muhammad Gerry Arvin 04054822022159
Pembimbing :
dr. Tri Hari Irfani, MPH
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitera
an Klinik di Bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode
28 Juni – 31 Juli 2021
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Kesehatan Kerja pada Pertanian” untuk memenuhi tugas sebagai bagian dari
sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian IKM-I
KK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Tr
i Hari Irfani, MPH, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan tugas akhir ini. Tak lupa ucapan terima kasih kepada re
kan-rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaik
an tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir
ini yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
dan pelajaran bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
2. Pengaturan Udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya.
Sedangkan menurut Ridley (2008), contoh penyebab kecelakaan untuk masi
ng-masing faktor tersebut adalah:
1. Situasi kerja
a. Pengendalian manajemen yang kurang.
b. Standar kerja yang minim.
c. Tidak memenuhi standar.
d. Perlengkapan yang tidak aman.
e. Tempat kerja yang tidak mendukung keamanan seperti getaran, tekanan
udara, ventilasi, penerangan dan kebisingan yang tidak aman.
f. Peralatan/bahan baku yang tidak aman.
2. Kesalahan orang
a. Keterampilan dan pengetahuan minim.
b. Masalah fisik atau mental.
c. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
d. Perhatian yang kurang.
3. Tindakan tidak aman
a. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.
b. Mengambil jalan pintas.
c. Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja selama bekerja.
d. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
Berikut ini adalah penyebab tindakan tidak aman.
4. Kecelakaan
a. Kejadian yang tidak terduga.
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
c. Terjatuh.
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.
5. Cedera atau kerusakan
a. Sakit dan penderitaan (pada pekerja).
b. Kehilangan pendapatan (pada pekerja).
c. Kehilangan kualitas hidup (pada pekerja).
d. Pabrik (pada perusahaan).
e. Pembayaran kompensasi (pada perusahaan).
f. Kerugian produksi (pada perusahaan).
g. Kemungkinan proses pengadilan (pada perusahaan).
Mikroba
Faktor risiko yang memberikan konstribusi terhadap kejadian penyakit inf
eksi, parasit, kecacingan, maupun malaria. Penyakit kecacingan dan malaria selain
merupakan ancaman kesehatan juga merupakan factor risiko pekerjaan petani kare
t, perkebunan lada, dan lain-lain. Berbagai faktor risiko yang menyertai leptospiro
sis, gigitan serangga, dan binatang berbisa.
Ergonomi
Kesesuaian alat dengan kondisi fisik petani seperti cangkul, traktor, dan al
at-alat pertanian lainnya. Risiko yang mungkin terjadi adalah terpeleset, frekuensi
terjadinya terpeleset sering dialami oleh para petani. Pada saat penyemprotan ini j
uga para petani dapat mengalami risiko ergonomi yang menyebabkan low back pa
in, akibat terlalu lama mengangkut atau menggendong tangki sprayer.
Tubekulosis
Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk peta
ni adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adala
h golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah terse
but. TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa ventilas
i dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab, pengap, yang akan mem
perpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman TBC dalam lingkungan. Pender
ita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan produktivita
s rendah, dan akan membebani keluarga.
Kapasitas kerja
Kualitas petani, langsung maupun tidak, berhubungan dengan indeks perke
mbangan manusia (IPM) . dalam IPM kesehatan petani harus dilihat dalam dua as
pek. Yakni, kesehatan sebagai modal kerja dan aspek penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan, khususnya factor risiko akibat penggunaan teknologi baru dan a
grokimia.
Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fi
sik harus mendukung pekerjaan tersebut. Seorang petani jangan sampai sakit-sakit
an. Kemudian tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperluka
n utnuk mendukung produktivitas. Secara teoretis apabila seseorang bekerja, ada t
iga variable pokok yang saling berinteraksi. Yakni, kualitas tenaga kerja, jenis ata
u beban pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya. Akibat hubungan interaktif berb
agai factor risiko sudah berusia lanjut dan itu dapat mempengaruhi kapasitas dala
m bekerja.
Beban kerja
Kerja dapat juga diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menghasilkan sesu
atu. Manusia menggunakan otot mereka hampir untuk seluruh jenis kegiatan atau
pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik. J
umlah energi yang dibutuhkan manusia untuk melakukan kerja tergantung dari tin
gkat pekerjaan yang dikerjakan. Beban kerja fisik dapat dilihat ketika pekerja mel
akukan pekerjaannya. Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaa
n ditandai dengan kebutuhan energi yang semakin besar pula, dengan demikian sis
tem pernafasan bergerak lebih cepat, kebutuhan oksigen meningkat, denyut jantun
g semakin cepat dan terjadi peningkatan panas pada seluruh tubuh.
Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan pengukuran fisiologi
s dan psikologis. Jika ditinjau dari pengukuran fisiologis maka bisa dilihat tiga par
ameter yaitu kimiawi, elektrik, dan fisik. Pengukuran dengan parameter kimiawi d
apat berupa pengukuran kandungan urin dan konsumsi oksigen, sedangkan jika m
enggunakan parameter elektrik bisa berupa pengukuran dengan
elektrokardiograf dan elektromiograf. Kalau dilihat dari segi parameter fisik maka
bisa digunakan berbagai jenis parameter seperti denyut jantung, tekanan darah, su
hu tubuh, dan laju pernapasan. Jika ditinjau dari pengukuran psikologis maka dap
at digunakan parameter aktivitas dan sikap. Pengukuran beban kerja fisik dengan
menggunakan parameter denyut jantung lebih mudah untuk diterapkan di
lapangan. Hal ini karena pengukuran tenaga dengan teknik denyut jantung memili
ki beberapa kelebihan seperti data dapat disimpan dalam memori, interval penguk
uran dapat diatur, pengamatan dapat dilakukan dari jarak jauh, serta akurasi yang
diperoleh cukup baik