Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL MAGANG

PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MALANG, JAWA

TIMUR

MAGANG

Oleh:

Frids Fioner Pulupina 1711.13251.294

Minat : Kualitas Kesehatan Lingkungan Lingkup Kerja


Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

proposal Magang Prodi S1 Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada

Malang pada tahun 2021 ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal ini

merupakan salah satu persyaratan iuntuk mengikuti magang pada Dinas

Perhubungan Kota Malang.

Magang merupakan salah satu komponen integratif dari keseluruhan program

pendidikan sarjana Prodi S1 Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama

Husada Malang. Sifat magang adalah pertama internship yang bertujuan agar

mahasiswa mendapatkan pengalaman dunia kerja atau realitas sosial dalam

hubungannya dengan kajian teoritik di perkuliahan. Kedua, public service yaitu

kemampuan mahasiswa untuk berkontribusi di dunia kerja atau realitas sosialitas

berbagai kompetensi akademik yang telah didapatkannya diperkuliahan.

Pelaksanaan magang di lapangan mempunyai ciri-ciri: Interdisipliner, “cross

sectoral” dan komprehensif, berdimensi luas, pragmatis dan praktis.

Malang, 2021

Kordinator

Frids fioner Pulupina

ii
DAFTAR ISI

Cover
kata Pengantar.....................................................................................................2
daftar Isi................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Kesehatan Lingkungan...............................................................................6
2.2 Sanitasi....................................................................................................11
BAB III RENCANA KEGIATAN...........................................................................20
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................20
3.2 Identifikasi Masalah..................................................................................20
3.3 Rencana Kegiatan....................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan bahaya kesehatan di lingkungan kerja industri maupun

pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek

penting dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan.

Lingkungan kerja industri yang sehat merupakan salah satu faktor

yang menunjang meningkatnya kinerja dan produksi yang secara bersamaan

dapat menurunkan risiko gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja.

Lingkungan kerja industri harus memenuhi standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri sebagai persyaratan minimal yang harus

dipenuhi. Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri terdiri

atas nilai ambang batas, indikator pajanan biologi, dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri.

Standar Baku Mutu dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan

ditetapkan pada media lingkungan meliputi: (1) Air, (2) Udara, (3)Tanah, (4)

Pangan, (5) Sarana dan bangunan, dan (6) Vektor dan binatang pembawa

penyakit.

1
1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Memberikan kemampuan mahasiswa melalui kesepadanan pengetahuan

yang diperoleh dengan fenomena yang ada diinstitusi dan perusahaan

yang relevan dengan bidang ilmu kesehatan Lingkungan.

b. Tujuan Khusus

1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teori

atau konsep yang telah didapat di bangku kuliah pada instansi,

perusahaan atau organisasi dan memperoleh gambaran nyata

pelaksanaan di lapangan berkaitan dengan profesi- profesi dibidang

kesehatan lingkungan.

2. Memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa sesuai dengan

komptensi .

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menganalisis

kegiatan serta persoalan yang berhubungan dengan kesehatan

lingkungan di instansi, perusahaan atau organisasi.

1.3 Manfaaf

Program Magang diharapkan mampu memberi dampak yang positif pada

semua pihak terutama mahasiswa, perusahaan atau instansi dan

penyelenggara Magang.

1. Bagi Mahasiswa

a. Akan menjadi tenaga kerja yang siap mengaplikasikan ilmu,

pengetahuan serta keterampilannya.

2
b. Mahasiswa akan memperoleh pengalaman dan petualangan baru di

dunia kerja dengan tidak lupa menerapkan suatu kondisi sesuai

dengan apa yang telah dipelajari mahasiswa sebelumnya.

c. Mahasiswa jadi mampu melihat sebuah sisi lain betapa sulitnya

bersaing di dunia kerja sehingga mau tidak mau, mahasiswa memang

dituntut untuk terus mengembangkan ilmu dan keahliannya agar

mampu bertahan dalam situasi persaingan yang ketat didunia kerja.

2. Bagi Perusahaan atau instansi

a. Memperoleh gambaran baru dalam pengembangan ilmu kesehatan

lingkungan

b. Mahasiswa yang melaksanakan Magang bisa membantu dalam

pengerjaan tugas- tugas kantor di unit- unit kerja,

c. Menjadi momentum sebagai penyambung hubungan yang baik bagi

pihak perusahaan dengan pihak penyelenggara.

3. Bagi Instansi atau kampus

a. Meningkatkan kualitas hubungan dan kerjasama antar kedua belah

pihak.

b. Untuk meningkatkan keterkaitan dan kesesuaian antara substansi

akademik yang disampaikan pada mahasiswa agar kemudian hari

terpakai ilmu dan keahliannya dan bahkan dicari oleh perusahaan atau

instansi.

c. Lewat laporan- laporan hasil Magang dapat menjadi salah satu

kegiatan audit internal tentang kualitas pengajaran maupun eksternal

tentang cara pandang dan perlakuan instansi atau perusahaan

terhadap para calon tenaga kerja.

3
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Lingkungan

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang mendapat

perhatian cukup besar. Karena penyakit bisa timbul dan menjangkiti manusia

karena lingkungan yang tidak bagus. Bahkan bisa menyebabkan kematian

manusia itu sendiri. Pada abad ke 19 di Inggris terjadi wabah kolera akibat dari

tercemarnya sungai Thames oleh sekreta manusia sehingga kuman mencemari

sumber-sumbaer air bersih dan kolera mewabah dengan dahsyatnya. Banyak

jatuh korban jiwa sehingga seorang dokter bernama John Snow meneliti dan

membuktikan bahwa lingkungan yang tidak baguslah yang menyebabkan

wabah kolera tersebut. Sejak saat itu konsep pemikiran mengenai faktor-faktor

eksternal lingkungan yang berpengaruh mulai dipelajari dan berkembang

menjadi disiplin ilmu kesehatan lingkungan.

Konsep dasar ilmu kesehatan lingkungan ini mempelajari hubungan

yang total antara lingkungan hidup dengan makhluk hidup yang ada disana

disebut dengan ekologi. Menurut World Health Organization (WHO),

kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada

antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari

manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinisikan

kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu

menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan

6
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang

sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 2015).

Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting

bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah tempat

dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah

memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu

bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan

mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan

ekologi. Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan

masyarakat.

Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO, yaitu

a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah

air

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk

masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia

f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

7
i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan

biologis

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin

lingkunganTujuan Kesehatan Lingkungan, yaitu terciptanya keadaan

yang serasi sempurna dari semua faktor yang ada di lingkungan fisik

manusia, sehingga perkembangan fisik manusia dapat diuntungkan,

kesehatan dan kelangsungan hidup manusia dapat dipelihara dan

ditingkatkan.

Tujuan ini diperinci atas melakukan koreksi, yakni memperkecil atas

modifikasi terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan dan

kesejahteraan hidup manusia. Melakukan pencegahan dalam arti

mengefisienkan pengaturan sumber-sumber lingkungan untuk meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia serta menghindarkannya dari

bahaya.

Kesehatan lingkungan merupakan faktor yang penting dalam

kehidupan social kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur

8
penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana

lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan

meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

Peran Lingkungan dalam menimbulkan penyakit:

a. Lingkungan sebagai faktor predisposisi (faktor kecenderungan)

b. Lingkungan sebagai penyebab penyakit (Penyebab langsung

penyakit)

c. Lingkungan sebagai media transmisi penyakit(Sebagai perantara

penularan penyakit)

d. Lingkungan sebagai faktor mempengaruhi perjalanan suatu penyakit

(Faktor penunjang)

Kesehatan lingkungan dapat dilihat dari berbagai segi, tergantung

dari mata angin yang ingin memulai. Kesehatan lingkungan dari “frame-work”

melalui konsep pendekatan ekologis yaitu dikenal dengan “the nature of man

environment relationship”, namun bagi pendekatan tersebut kesehatan

lingkungan dilihat sebagai kumpulan program maupun kegiatan kesehatan

dalam rangka upaya manusia melalui teknologisnya menciptakan suatu

kondisi kesehatan. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang

lingkungan kita lebih menekankan sistem tersebut pada arti interaksi antar

elemen didalamnya.

Bertitik tolak dari model timbangan Gordon, kemudian dimodifikasikan

pada suatu model lanjutannya dijelaskan oleh empat faktor, yaitu:

9
a. Faktor penentu kahidupan atau life support

b. Aktifitas manusia atau man’s activites

c. Bahan buangan & residu karena kehadiran adan aktifitas manusia

(residues and wastes)

d. Gangguan lingkungan (environmental hazards).

Dalam kaitan ini, kesehatan lingkungan menempatkan dan

menggantungkan diri pada keseimbangan ekologi, oleh karena itu manusia

berusaha menjalin suatu keseimbangan interaksi manusia dengan

lingkungannya pada tarap optimal dan batas-batas tertentu untuk menjamin

kehidupan yang tetap sehat. Perubahan yang sesungguhnya ditimbulkan

oleh manusia sendiri pada umumnya, dan dipengaruhi oleh:

a. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, yang sering dikenal dengan

istilah “peledakan penduduk” dengan segala implikasi kaitannya lebih

lanjut.

b. Urbanisasi, yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang terjadi

pada kota-desa, dimana dampaknya tidak saja dirasakan bagi sistem

kehidupan kota melainkan juga ikut merugikan kehidupan sistem

pedesaan sendiri.

c. Industrialisasi, yang menimbulkan berbagai mata rantai implikasi serta

sebagai akses secara luas.

d. Perkembangan teknologi yang sangat cepat, khususnya bagi negara-

negara yang sedang berkembang yang belum dapat menyiapkan diri

dalam sistem sosialnya (infra structural).

10
e. Kebutuhan yang “meningkat” dari masyarakat untuk memaksakan

meningkatkan standart kehidupan, pada hal syarat-syarat untuk

mendukung ini juga belum disiapkan.

Walaupun demikian ada tiga pokok yang dapat dilakukan dalam

mengembangkan upaya-upaya kesehatan lingkungan yaitu :

a. Di mana dimungkinkan gangguan-gangguan yang dapat berakibat

terhadap kesehatan lingkungan perlu di cegah.

b. Apabila gangguan tersebut telah ada, langkah berikutnya adalah

mengusahakan mengurangi atau meniadakan efeknya terhadap

kecenderungan timbulnya penyakit didalam masyarakat.

c. Mengembangkan lingkungan yang sehat, khususnya pada daerah-

daerah padat melalui sistem perencanaan dan pengendalian yang mudah

terhadap pemukiman,perumahan dan fasilitas rekreasi yang

sesungguhnya bisa menjadi pusat kunjungan manusia dan sumber

penularan.

2.2 Sanitasi

Sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi

cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan

mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan

serta dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Candara Budiman,

2005).

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan

pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa,

11
sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sanitasi berusaha untuk

mengendalikan faktor-faktor lingkungan juga mencegah timbulnya suatu

penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut,

sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes 11 RI, 2002).

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih

dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran

dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan

menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Definisi lain sanitasi adalah

segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang

memenuhi persyaratan kesehatan (Mundiatun dan Daryanto, 2015).

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 pasal 22 ayat 2

yaitu: Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan

pemukiman, pemukiman kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.

Dalam penerapannya program sanitasi dasar meliputi:

1. Pengolahan sampah.

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak

dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan

lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmodjo Soekidjo,

2011). Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81

Tahun 2012 pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis

sampah yang terdiri atas:

12
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah

bahan berbahaya dan beracun;

b. Sampah yang mudah terurai;

c. Sampah yang dapat digunakan kembali;

d. Sampah yang dapat didaur ulang.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari

sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organism penyebab penyakit

(bacteri pathogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/

penyebaran penyakit (vektor). Oleh sebab itu, sampah harus dikelola

dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau

mengancam kesehatan masyarakat. Pengolahan sampah yang baik, bukan

untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan.

Yang dimaksud pengolahan sampah disini adalah meliputi pengumpulan,

pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah

sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan

masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo Soekidjo, 2011).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun

2012, Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse,

recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya

kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran

ulang skala kawasan. Tempat pengolahan sampah terpadu yang

selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,

13
pengolahan, dan pemrosesan akhir. Tahap-tahap pengelolaan sampah

antara lain :

a. Tahap Pengumpulan dan penyimpanan di Tempat Sampah

Budiman Chandra (2006), sampah yang ada dilokasi sumber (kantor,

rumah tangga, hotel, dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat

penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah

dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah

untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan

sementara yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1) Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor

2) Memiliki tutp dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan

3) Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian

dimasukkan kedalam dipo (rumah sampah). Dipo ini bebbentuk bak besar

yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Untuk

membangun suatu dipo, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi

diantaranya:

1) Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan

setinggi kendaraan pengakut sampah.

2) Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.

3) Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah

lalat dan binatang lain masuk kedalm dipo.

4) Ada keran air untuk membersihkan

5) Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang laalt dan tikus

14
6) Mudah dijangkau masyarakat.

b. Tahap pengangkutan

Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau

pemusnahan sampah, dengan mempergunakan truk pengangkut sampah

yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota (Budiman Chandra, 2006)

c. Tahap pemusnahan

Berdasarkan PP RI Nomor 81 Tahun 2012 tempat pemrosesan akhir

yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memroses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan. Menurut Notoatmodjo

Soekidjo (2011) ada beberapa cara pemusnahan dan atau pengolahan

sampah padat antara lain :

1) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang

ditanah kemudian ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun

dengan tanah.

2) Dibakar (inceneration), yaitu memusnakan sampah dengan jalan

membakar didalam tungku pembakaran (incinerator).

3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi

pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organic daun- daun, sisa

makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Sedangkan sampah

an-organik dibuang, dan akan segera dipungut oleh pemulung.

2. Penyediaan air bersih

Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Sekitar ¾ bagain tubuh kita terdiri atas air, tidak seorangpun dapat bertahan

hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk

15
memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran. Air juga digunakan

untuk keperluan transportasi, industry, pertanian, pemadam kebakaran,

tempat rekreasi dan lain- lain (Mubarak I. Wahid dan Nurul Chayati, 2009).

Berdasarkan perhitungan WHO di negara – negara maju setiap orang

memerlukan air antara 60 – 120 liter per hari. Sedang di negara – negara

berkembang setiap orang, termasuk Indonesia setiap hari memerlukan air

antara 30 – 60 liter per hari (Notoatmodjo Soekidjo,2011).

Menurut KEPMENKES Nomor: 829 /Menkes /SK / VII / 1999,

penyediaan air bersih adalah tersedia cukup air bersih sepanjang waktu

dengan kualitas memenuhi persyaratan kesehatan. Penyediaan air bersih

yang tidak tersedia cukup pada setiap kegiatan akan menimbulkan berbagai

masalah kesehatan terminal selain itu ketidak nyamanan yang dirasakan

oleh pengunjung terminal, selain itu perlunya kualitas air yang memenuhi

syarat agar air bersih yang dipakai sudah aman untuk digunakan ( Zubaidah

Tien dan Rusinta)

3. Penyediaan Jamban

Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang dipergunakan

untuk membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga, lazimnya disebut

kakus. Penyediaan sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja

(kakus/jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting

peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan penularan penyakit

saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka

pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,

terutama dalam mencemari tanah dan sumber air. Menurut Mubarak I.

Wahid dan Nurul Chayati (2009) Persayaratan jamban yang sehat adalah :

16
a. Tidak menjadi sumber penularan penyakit;

b. Tidak menjadi makanan dan sarang vektor penyakit;

c. Tidak menimbulkan bau busuk;

d. Tidak merusak keindahan;

e. Tidak menyebabkan /menimbulkan pencemaran.

4. Pembuangan/ Penyaluran Air limbah

Air limbah adalah air yang tidak dipakai (bebas pakai). Air limbah

meliputi semua air kotor yang berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar

cuci, juga dapur) yang berasal dari industry – industri juga air hujan. Cara

pembuangan air limbah dapat dilakukan dengan cara campuran, yaitu air

hujan bersama – sama air kotoran dan cara terpisah, yaitu air hujan dibuang

terpisah dengan air kotoran (Mubarak I. Wahid dan Nurul Chayati, 2009).

Menurut KEPMENKES Nomor: 829 /Menkes /SK / VII / 1999, limbah

cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. Air limbah atau

air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari tempat- tempat

umum dan pada umumnya mengandung bahan – bahan atau zat – zat yang

dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu

lingkungan hidup. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar,

karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan- kegiatan

manusia sehari – hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor

(tercemar). Selanjut air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan

akan digunakan oleh manusia lagi. Pengolahan air limbah dimaksudkan

untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah

tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung

17
yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air

tersebut (Notoatmodjo Soekidjo, 2011).

5. Pengendalian Vektor

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

50 tahun 2017 persyaratan kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis

kesehatan pada media vektor dan binatang pembawa penyakit.

Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor

risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan. Sedangkan vektor adalah

artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber

penular penyakit. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit

meliputi kegiatan:

a. Pengamatan dan penyelidikan bioekologi, penentuan status kevektoran,

status resistensi, dan efikasi, serta pemeriksaan sampel;

b. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dengan metode

fisik, biologi, kimia, dan pengelolaan lingkungan; dan

c. Pengendalian terpadu terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit.

Selain itu ada beberapa prinsip pengendalian vector menurut

Budiman Chandra (2006) yaitu:

a. Pengendalian lingkungan

18
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol

arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh

memberishkan tempat-tempat hidup arthropoda.

b. Pengendalian kimia

Pada pendekatan ini, dilakukan penggunaan beberapa golongan

insektisida, seperti golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan

golongan karbamat. Namun, penggunaan insektisida ini sering

menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.

c. Pengendalian biologi

Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran

lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan

beracun. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.

d. Pengendalian genetik

Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang digunakan, diantaranya

teknik sterilisasi, dll.

19
BAB III

RENCANA KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu :

Tempat : Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang

3.2 Identifikasi Masalah

Mahasiswa Program Kesehatan Lingkungan selama masa

perkuliahannya dibekali dengan beragam macam sisi keilmuan yang

diharapkan salah satunya adalah menjadi seorang tenaga kesehatan yang

professional baik di perusahaan maupun di instansi. Dalam perkuliahan,

kami diajarkan bagaimana caranya menghadapi berbagai macam hal yang

berkaitan dengan sebuah hubungan baik internal maupun eksternal.

Dalam program Magang yang diikuti, peserta pasti akan mengalami

berbagai macam kendala mengingat hal ini dapat dikatakan pertama

kalinya peserta Magang berada dalam posisi dunia kerja industri,

perusahan ataupun organisasi, selain itu peserta bisa saja mengalami

kebingungan dalam menempatkan diri di tempat Magang-nya. Serta ilmu

yang didapatkan di bangku perkuliahan mungkin akan jauh meleset dari

dugaan ketika dihadapkan pada kondisi dan persoalan yang lebih

kompleks. Tidak menutup kemungkinan jika selama tiga bulan berada di

perusahaan atau instansi tempat peserta Magang berada, ia tidak

diperlakukan dan ditempatkan sebagaimana mestinya sehingga apa yang


dilakukan dalam kurun waktu tertentu selama Magang tidak sesuai dengan

bidang keilmuan yang digeluti.

3.3 Rencana Kegiatan

Dalam pelaksanaan magang kerja ada beberapa rencana kegiatan yang

akan diajukan kepada Dinas Perhubungan Kota Malang selama tiga bulan

kedepan. Berikut penjelasan tabel 1 mengenai rencana kegiatan magang.

Tabel. 3.3 Rencana Kegiatan yang Diajukan

No Bulan Kegiatan
1 Maret Minggu ke- 4 - Melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh pimpinan.
2 Maret Minggu ke- 1 - Melaksanakan tugas lain yang
Minggu ke- 2 diberikan oleh pimpinan
Minggu ke- 3 - Mengidentifikasi masalah kesehatan
Minggu ke- 4 lingkungan
Minggu ke- 5 - Melakukan inspeksi sarana sanitasi
lingkungan
- Melakukan inspeksi sarana sanitasi
perkantoran
3 April Minggu ke- 1 - Melaksanakan tugas lain yang
Minggu ke- 2 diberikan oleh pimpinan
Minggu ke- 3 - Melakukan pemeriksaan kualitas
lingkungan perkantoran
Minggu ke- 4
- Melakukan pemeriksaan kualitas
lingkungan
4 Mei Minggu ke- 1 - Melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh pimpinan
Minggu ke- 2
- Merekap hasil inspeksi sanitasi
Minggu ke- 3
- Evaluasi
- Membuat laporan hasil magang

Demikian proposal pengajuan magang yang kami buat, sebagai

pedoman untuk pelaksanaan kegiatan magang di Dinas Lingkungan Hidup

Kota Malang.

Anda mungkin juga menyukai