Anda di halaman 1dari 108

UNIVERSITAS ANDALAS

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN


KARBON MONOKSIDA (CO) PADA PEDAGANG DI JALAN
M.YAMIN KOTA PADANG TAHUN 2018

Oleh :

OKTA RISA
No. BP. 1411211025

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN


KARBON MONOKSIDA (CO) PADA PEDAGANG DI JALAN
M.YAMIN KOTA PADANG TAHUN 2018

Oleh :
OKTA RISA
No. BP : 1411211025

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui oleh pembimbing skripsi


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Padang, April 2018


Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes Miladil Fitra, SKM, MKM


NIP. 197208221995031002 NIP. 198107152008121001
PERNYATAAN PENGESAHAN

DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Okta Risa
Nomor Buku Pokok 1411211025
Tanggal Lahir : 14 Oktober 1996
Tahun Masuk 2014
Peminatan : K3 Kesling
Nama Pembimbing Akademik : dr. Adila Kasni Astiena, MARS
Nama Pembimbing I : Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing II : Miladil Fitra, SKM, MKM
Nama Penguji I : Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si
Nama Penguji II : Septia Pristi Rahmah, SKM, MKM

JUDUL PENELITIAN:
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN KARBON
MONOKSIDA (CO) PADA PEDAGANG DI JALAN M.YAMIN KOTA PADANG
TAHUN 2018

Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan proses penelitian


skripsi dan ujian hasil untuk memenuhi persyaratan akademik dan administrasi untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas.

Padang, April 2018


Mengetahui, Mengesahkan,
Dekan FKM UNAND Ketua Prodi IKM

Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D Ade Suzana Eka Putri, Ph.D
NIP. 198008052005011004 NIP. 198106052006042001
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Lengkap : Okta Risa


Nomor Buku Pokok 1411211025
Tanggal Lahir : 14 Oktober 1996
Tahun Masuk 2014
Peminatan : K3 Kesling
Nama Pembimbing Akademik : dr. Adila Kasni Astiena, MARS
Nama Pembimbing I : Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing II : Miladil Fitra, SKM, MKM
Nama Penguji I : Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si
Nama Penguji II : Septia Pristi Rahmah, SKM, MKM

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


hasil skripsi saya yang berjudul :
“ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN KARBON
MONOKSIDA (CO) PADA PEDAGANG DI JALAN M.YAMIN KOTA PADANG
TAHUN 2018”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, April 2018

Materei Rp. 6000

Okta Risa
No.BP:1411211025
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Okta Risa

Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 14 Oktober 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Gajah Mada No 3C

Agama : Islam

Status Keluarga : Belum Menikah

No. Telp/HP 083181992895

Email : oktarisa3@gmail.com

Riwayat Pendidikan Normal

2002 – 2008 : SDN 03 Alai Padang

2008 – 2011 : SMPN 25 Padang

2011 – 2014 : SMAN 3 Padang

2014 – 2018 : Universitas Andalas


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, April 2018

OKTA RISA, No.BP 1411211025

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN KARBON


MONOKSIDA (CO) PADA PEDAGANG DI JALAN M.YAMIN KOTA
PADANG TAHUN 2018

xi + 55 halaman, 13 tabel, 5 gambar, 8 lampiran

ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Jalan M.Yamin merupakan jalan yang berada disekitar kawasan pasar raya Kota
Padang sehingga jalan ini cukup padat aktivitas baik transportasi maupun pedagang
yang berjualan di sisi kanan dan kiri jalan ini. Pencemaran gas CO banyak dihasilkan
oleh kendaraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat risiko
pajanan CO terhadap pedagang di sepanjang Jalan M.Yamin Padang tahun 2018.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
yaitu metode untuk menghitung tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen
pencemar lingkungan dalam suatu populasi. Populasi dari penelitian ini adalah
pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan M.Yamin Padang dengan jumlah
responden sebanyak 64 responden. Sampel diambil menggunakan teknik accidental
sampling. Sampel udara diambil sebanyak tiga titik di sepanjang Jalan M.Yamin
Padang dengan menggunakan Impinger.

Hasil
Konsentrasi rata-rata CO di Jalan M.Yamin Padang adalah 0,03561 mg/m3. Lama
pajanan pedagang dengan nilai median yaitu 10 jam/hari. Frekuensi pajanan dengan
nilai median yaitu 310,50 hari/tahun, durasi pajanan dengan nilai median 5 tahun dan
berat badan rata-rata responden yaitu 58,48 Kg. Nilai intake realtime rata-rata yaitu
0,000716 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime rata-rata yaitu 0,00429
mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah RQ ≤ 1 yang berarti tidak
memiliki risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Kesimpulan
Konsentrasi CO di Jalan M.Yamin Padang masih dibawah nilai baku mutu.
Diharapkan pemerintah dapat melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut serta
pemantauan rutin terhadap konsentrasi CO agar tidak membahayakan pedagang serta
menanam tanaman penyerap polusi.

Daftar Pustaka : 35 (1995 – 2017)


Kata Kunci : ARKL, CO, Jalan Raya, Pedagang
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate thesis, April 2018

OKTA RISA, No. BP 1411211025

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT OF CARBON


MONOXIDE (CO) EXPOSURE TO TRADERS AT M.YAMIN STREET 2018

xi + 55 pages, 13 tables, 5 pictures, 8 attachment

ABSTRACT

Objective
M. Yamin street was located around the market area of Padang city so that the road
was quite dense activity both transportation and traders who sold on the right and left
side of this road. CO gas pollution was generated by vehicles. The purpose of this
study is to analyze the level of CO exposure health risk to traders at M. Yamin
Padang 2018.

Method
This study uses the method of environmental health risk assessment (EHRA). EHRA
aims to measure risk level achieved by an environmental exposure. The population
of this study were traders who sold along M. Yamin street with the number of
respondents as many as 64 respondents. The sample was chosen by using an
accidental sampling. Samples of ambient air were taken as many as three points
along the M.Yamin by using Impinger.

Result
The average concentration of CO at M.Yamin street was 0,03561 mg/m3. The time
of exposure is 10 hour/day, the frequency of exposure is 310,50 day/year, the
duration of the exposure is 5 years and the average of body weight is 58,48 Kg. the
average of realtime intake is 0,000716 mg/kg/day, meanwhile the average of lifetime
intake is 0,00429. The level of risk both obtained are less than 1 which it means no
risk that can cause health problem.

Conclusion
The concentration of CO at M.Yamin street Padang still below the standard value.
Expected to the government can conduct further studies and routine monitoring of
CO concentration in order not to harm the traders and planting pollution absorbent
plants.

Reference : 35 (1995-2017)
Keyword : EHRA, CO, Highway, Traders

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

dan hidayah Nya, penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian skripsi dengan judul

“ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN KARBON

MONOKSIDA (CO) PADA PEDAGANG DI JALAN M.YAMIN KOTA PADANG

TAHUN 2018”. Dalam penyusunan hasil penelitian skripsi ini penulis telah banyak

mendapatkan bimbingan, dukungan serta kerja sama dari berbagai pihak, oleh sebab

itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, PhD, selaku dekan Fakultas Kesehatan

Mayarakat Universitas Andalas.

2. Bapak Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang selalu

memberikan bimbingan, pemikiran dan arahan dengan penuh semangat dan

ketulusan pada penulis selama penyusunan hasil penelitian skripsi ini.

3. Bapak Miladil Fitra, SKM, MKM selaku pembimbing II yang selalu

memberikan bimbingan, pemikiran dan arahan dengan penuh semangat dan

ketulusan pada penulis.

4. Bapak Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Si, M.Pd selaku penguji I, yang

telah memberikan saran dan kritikan dalam hasil penelitian skripsi ini.

5. Ibu Septia Pristi Rahmah, SKM, MKM selaku penguji II, yang telah

memberikan saran dan kritikan dalam hasil penelitian skripsi ini.

6. Keluarga, sahabat, teman-teman dan semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil

penelitian skripsi ini.

iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan hasil

penelitian skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan yang

akan datang.

Padang, April 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

ABSTRAK ................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN .......................................................................... x

BAB 1 : PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 5

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 6

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7

2.1 Karbon Monoksida (CO) ................................................................................... 7

2.1.1 Karakteristik dan Sifat CO .......................................................................... 7

2.1.2 Sumber CO.................................................................................................. 8

2.1.3 Toksikokinetik CO .................................................................................... 11

2.1.4 Populasi Beresiko ...................................................................................... 13

2.1.5 Dampak CO terhadap Kesehatan .............................................................. 14


v
2.1.6 Pengendalian CO....................................................................................... 18
2.1.7 Nilai Baku Mutu CO ................................................................................. 18

2.1.8 Cara Pengukuran CO ................................................................................ 18

2.2 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ........................................................... 20

2.2.1 Identifikasi Bahaya ................................................................................... 20

2.2.2 Analisis Dosis Respon .............................................................................. 21

2.2.3 Analisis Pemajanan ................................................................................... 21

2.2.4 Karakteristik Resiko.................................................................................. 22

2.2.5 Manajemen Risiko .................................................................................... 23

2.2.6 Komunikasi Risiko.................................................................................... 24

2.3 Telaah Sistematis ............................................................................................. 25

2.4 Kerangka Teori ................................................................................................ 27

2.5 Kerangka Konsep ............................................................................................. 28

BAB 3 : METODE PENELITIAN ......................................................................... 29

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 29

3.2 Waktu dan Tempat ........................................................................................... 29

3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................................ 29

3.3.1 Populasi 29

3.3.2 Sampel 29

3.3.3 Kriteria Sampel ......................................................................................... 31

3.4 Definisi Operasional ........................................................................................ 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ............................................ 33

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 33

3.5.2 Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 33

3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 34

3.7 Analisis Data .................................................................................................... 34

3.7.1 Analisis Univariat ..................................................................................... 34


vi
3.7.2 Analisis Risiko .......................................................................................... 34

BAB 4 : HASIL PENELITIAN ............................................................................... 36


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 36

4.2 Karakteristik Responden .................................................................................. 36

4.3 Konsentrasi CO di Udara Ambien ................................................................... 37

4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas ............................................... 40

4.5 Gambaran Gangguan Kesehatan ...................................................................... 41

4.6 Intake Pajanan .................................................................................................. 42

4.6.1 Analisis Pemajanan ................................................................................... 42

4.6.2 Analisis Dosis Respon .............................................................................. 43

4.7 Karakteristik Risiko ......................................................................................... 44

4.8 Manajemen Risiko ........................................................................................... 46

4.9 Komunikasi Risiko........................................................................................... 47

BAB 5 : PEMBAHASAN ......................................................................................... 48

5.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 48

5.2 Konsentrasi CO di Udara Ambien ................................................................... 48

5.3 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas ............................................... 50

5.4 Gambaran Keluhan Kesehatan ......................................................................... 51

5.5 Analisis Intake ................................................................................................. 52

5.6 Karakteristik Risiko ......................................................................................... 53

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 54

6.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 54

6.2 Saran 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Emisi CO .......................................................................................... 8


Tabel 2.2 Gejala-gejala klinis dari saturasi darah oleh karbon monoksida ................ 16
Tabel 2.3 Telaah Sistematis ....................................................................................... 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 32
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ............................................................................ 37
Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban Udara Saat Pengukuran ......................................... 38
Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan yang Lewat Per Jam di Jalan Raya M.Yamin .............. 39
Tabel 4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas Responden ....................... 40
Tabel 4.5 Data Keluhan Kesehatan pada Pedagang di Jalan Raya M.Yamin ............ 41
Tabel 4.6 Intake realtime dan lifetime pada Pedagang di Jalan Raya M.Yamin Kota
Padang ........................................................................................................ 43
Tabel 4.7 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime pada Setiap Titik ................................ 44
Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient (RQ) Lifetime pada Setiap Titik ................................. 45
Tabel 4.9 Estimasi Risiko Kesehatan Nonkarsinogenik Pajanan CO ........................ 46

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-langkah analisis risiko menurut Louvar and Louvar ............... 20
Gambar 2.2 Kerangka teori ........................................................................................ 27
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ................................................................................... 28
Gambar 3.1 Peta Lokasi Titik Pengukuran di Jalan M.Yamin .................................. 30
Gambar 4.1 Grafik Konsentrasi CO di Jalan Raya M.Yamin .................................... 39

ix
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. ADKL : Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

2. ARKL : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

3. C : Konsentrasi Agen Risiko (mg/kg/hari)

4. CO : Karbon Monoksida

5. COHb : Karboksihaemoglobin

6. DLH : Dinas Lingkungan Hidup

7. Dt : Durasi Pajanan

8. fE : Frekuensi Pajanan (hari/tahun)

9. Hb : Haemoglobin

10. I : Asupan (mg/kg/hari)

11. R : Laju Asupan

12. RfC : Reference of Consentration

13. RQ : Risk Qoutient

14. tavg : Periode Rata-rata Harian

15. tE : Waktu Pajanan (jam/hari)

16. Wb : Berat Badan (kg)

17. WHO : World Health Organization

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Intake dan RQ

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Lampiran 4 : Output Tabel

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 9 : Manuskrip

xi
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara adalah sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, atmosfer

merupakan sumber oksigen utama yang memungkinkan makhluk di muka bumi

untuk bernafas dan hidup. Udara mempunyai arti yang sangat penting dalam

kehidupan makhluk hidup dan keberadaan benda-benda lainnya. Udara merupakan

campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi udara normal terdiri atas

gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, karbondioksida 0,03%, dan selebihnya berupa

gas argon, neon, kripton, xenon dan helium.(1)

Udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk kehidupan

manusia serta makhluk lainnya. Kemajuan zaman telah menggeser perkembangan

industri ke arah penggunaan mesin-mesin dan alat-alat transportasi. Pemanfaatan

teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks ternyata

menimbulkan berbagai masalah lingkungan, khususnya pencemaran udara.(2)

Pencemaran udara saat ini sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut

WHO, sekitar tujuh juta manusia meninggal pada tahun 2012 disebabkan oleh polusi

udara. Hingga tahun 2016, terhitung sekitar 200.000 kematian dini setiap tahun di

Amerika Serikat disebabkan oleh kegiatan industry, transportasi, commercial dan

residential heating.(3)

Di kota-kota besar Indonesia pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh

sektor industri dan sektor transportasi. Kesadaran masyarakat akan pencemaran

udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi.

Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta
2

api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun

dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di

perkotaan. Risiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan

secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di

banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan

pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara

pula. Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat

antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi)

penyakit pernapasan.(4)

Karbon monoksida (CO) merupakan salah satu bahan pencemar yang paling

tinggi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, yaitu sekitar 70,5% dari total

polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Gas CO yang dihasilkan oleh

kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1% pada waktu berjalan dan

sekitar 7% pada waktu tidak berjalan. Berdasarkan perkiraan persentase komponen

pencemar udara dari sumber transportasi di Indonesia, sekitar 70,50% dari polutan

yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO), 8,89% NOx, 0,88% SOx,

18,34% HC dan 1,33% merupakan debu atau partikel.(5)

Faktor emisi CO berasal dari kegiatan pembakaran batu bara sebanyak 0,2

kg/ton, tanur pabrik semen sebesar 1,85 kg/ton, pembakaran LPG sebanyak 7,15

kg/103 gal LPG, mobil bensin sebanyak 462,63 gram/liter, kendaraan niaga solar

35,57 gram/liter dan sepeda motor bensin sebanyak 427,05 gram/liter bensin.(6)

CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak menyebabkan iritasi, tidak berbau,

tidak berasa yang ditemukan di udara dalam ruangan dan luar ruangan. Pajanan gas

CO pada kadar rendah dapat menyebabkan perubahan neorologik, aktivitas menurun,

kenaikan hemotokrit dan perubahan pada fetus atau janin bagi wanita hamil.
3

Sedangkan pajanan pada kadar tinggi atau dampak akut pajanan gas CO dapat

menyebabkan kematian. Gas CO yang masuk ke dalam tubuh dapat terikat lebih kuat

dengan hemoglobin dalam membentuk karboksihaemoglobin (COHb). Hal ini

mengakibatkan terhambatnya pasokan oksigen ke dalam tubuh.(7)

Karbon monoksida di udara akan dengan cepat dapat memasuki beberapa

bagian tubuh seperti darah, otak, jantung dan otot ketika bernapas. Gas ini memasuki

tubuh melalui saluran inhalasi ke arah paru-paru dan kemudian akan meninggalkan

tubuh melalui paru-paru juga ketika mengeluarkan napas. Namun terdapat jeda

dalam pengeluaran kembali karbon monoksida tersebut, yaitu membutuhkan waktu

sekitar satu hari penuh agar karbon monoksida benar-benar keluar dari tubuh.(8)

Berdasarkan data kasus keracunan di Indonesia yang dilaporkan ke Sentra

Informasi Keracunan Nasional sejak tahun 2010 – 2014 terdapat 51 kasus dan 13

insiden keracunan yang terjadi akibat menghirup gas beracun.(9)

Pada penelitian Rionaldo, Sulistiyani dan Mursid yang dilakukan pada

pedagang di sepanjang jalan depan pasar Projo Ambarawa Kabupaten Semarang

terdapat 10 titik (57,89%) dari 19 titik konsentrasi CO yang diukur sudah melebihi

baku mutu. Intake paparan karbon monoksida (CO) pada realtime memiliki nilai

rata-rata 2,94 mg/kg/hari, sedangkan intake pada lifetime memiliki nilai rata-rata 4,76

mg/kg/hari. Baik pada karakteristik risiko non karsinogenik atau risk quotient (RQ)

realtime maupun lifetime, terdapat 5 orang responden (8,6%) tidak aman atau

berisiko dari total 58 responden.(8)

Pada penelitian Devita, Nurjazuli dan Tri Rata-rata konsentrasi gas Karbon

Monoksida (CO) dalam udara ambien di gerbang tol Semarang adalah 10,61 mg/m3

menunjukkan nilai di bawah baku mutu. Terdapat 9 titik pengukuran yang

menunjukkan nilai kosentrasi gas Karbon Monoksida (CO) di atas baku mutu. Risiko
4

dari pajanan gas Karbon Monoksida (CO) pada saat ini (realtime) dan selama 30

tahun (lifetime) pada petugas pengumpul tol Semarang belum menunjukkan risiko

non karsinogenik akibat pajanan gas CO (RQ ≤ 1).(7)

Jalan M.Yamin merupakan salah satu Jalan Raya yang padat lalu lintas di

Kota Padang yang dilewati oleh banyak kendaraan dan masyarakat umum setiap

harinya baik hari libur maupun hari kerja. Sepanjang jalan ini sering terjadi macet

dikarenakan lokasinya yang berada di dekat pasar raya Kota Padang dan dijalan ini

juga sering dijadikan tempat pemberhentian angkot. Selain padat oleh kendaraan, di

kedua sisi jalan juga dipenuhi oleh para pedagang. Jalur ini setiap harinya dipadati

oleh kendaraan bermotor, mobil, maupun angkutan umum.

Berdasarkan data pemantauan kualitas udara ambien Kota Padang yang

diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, dengan titik

pengukuran di terminal angkot pasar raya Kota Padang kadar CO tahun 2016 sebesar

370,6 μg/m3. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan kadar CO sebesar 3.743,5 μg/m3.

Peningkatan ini tidak hanya terjadi di satu titik pengukuran tetapi hampir di semua

titik pengukuran kadar CO Kota Padang oleh DLH Kota Padang. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Lingkungan, baku mutu CO adalah 30.000 μg/m3. Kadar CO di

terminal angkot pasar raya Kota Padang pada tahun 2016 dan 2017 belum

melampaui baku mutu. Meskipun begitu jika masyarakat terus-menerus terpapar oleh

CO maka akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan

pernyataan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan CO pada pedagang di sepanjang Jalan

M.Yamin Padang Tahun 2018.


5

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

adalah Bagaimanakah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan CO pada

Pedagang di Sepanjang Jalan M.Yamin Padang Tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis tingkat risiko kesehatan lingkungan pajanan CO pada pedagang

di sepanjang jalan M.Yamin Padang tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsentrasi CO di jalan M.Yamin Padang.

2. Mengetahui karakteristik antropometri dan pola aktivitas pada pedagang di

sepanjang jalan M.Yamin Padang.

3. Menentukan nilai intake pajanan CO pada pedagang di sepanjang jalan

M.Yamin Padang.

4. Menentukan nilai dosis respon pajanan CO pada pedagang di sepanjang jalan

M.Yamin Padang.

5. Menganalisis karakteristik risiko pajanan CO pada pedagang di sepanjang

jalan M.Yamin Padang.

6. Menentukan manajemen risiko pajanan CO pada pedagang di sepanjang jalan

raya M.Yamin Padang.

7. Menentukan komunikasi resiko pajanan CO pada pedagang di sepanjang

jalan M.Yamin Padang.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti dan melatih keterampilan peneliti dalam

melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan pajanan CO terhadap gangguan

kesehatan non karsinogenik pada populasi berisiko di jalan M.Yamin.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dapat menjadi informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih

lanjut dan bahan kepustakaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui besaran risiko pajanan CO di udara terutama

bagi pedagang di jalan M.Yamin Padang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko pajanan CO terhadap

pedagang di sepanjang jalan raya dengan menggunakan pendekatan studi Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan atau disebut ARKL, berlokasi di Jalan M.Yamin

Padang. Sasaran dari penelitian ini adalah pedagang yang berjualan di sepanjang

Jalan M.Yamin. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah udara ambien di Jalan

M.Yamin. Lokasi penelitian ini dilakukan di empat titik sepanjang Jalan M.Yamin.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi CO di titik yang satu

dengan yang lainnya.


BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbon Monoksida (CO)

2.1.1 Karakteristik dan Sifat CO


Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau

dan tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah –1920C. Gas

CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara berupa

gas buangan yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan jumlah sedikit di udara

sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang

telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata.(10)

CO diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari

bahan-bahan yang mengandung karbon atau oleh pembakaran di bawah tekanan dan

temperatur tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine).

Karbon monoksida secara praktis diproduksi oleh proses-proses yang artificial dan

80%-nya diduga berasal dari asap kendaraan bermotor. Konsentrasi CO di udara

perkotaan menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan

korelasi yang negatif dengan kecepatan angin. Secara alamiah CO diproduksi oleh

Hydrozoa (siphonophores), suatu makhluk laut, juga oleh reaksi-reaksi kimia yang

terjadi di dalam atmosfer.(11)

Karbon monoksida adalah gas yang akan dipartisi ke atmosfer dan

didistribusikan oleh gerakan angin. Arah angin menentukan pengangkutan karbon

monoksida dan dampak emisi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Pengangkutan

karbon monoksida di lokasi perkotaan cukup kompleks dan dapat dipengaruhi oleh

geometri jalanan, topografi di sekitar jalan raya, vegetasi, dan bangunan, serta faktor

meteorologi lokal.(12)
8

2.1.2 Sumber CO

Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi

sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari

alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan

dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor,dimana

konsentrasi CO sangat dipengaruhi oleh aktivitas kendaraan bermotor terutama yang

menggunakan bahan bakar bensin.(13)

Faktor Emisi (emission factor) menunjukkan perkiraan jumlah polutan yang

akan diemisikan oleh tiap unit komponen kegiatan dari suatu sumber emisi. Nilai

Faktor Emisi ditampilkan dalam satuan berat polutan per unit berat, volume, jarak,
(6)
atau durasi dari komponen kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. Nilai

Faktor Emisi CO dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Faktor Emisi CO(6)


Jenis Kegiatan Faktor Emisi CO
Pembakaran batu bara 0,2 kg/ton antrasit
Tanur pabrik semen 1,85 kg/ton produk semen
Pembakaran LPG 1,8 kg/103 gal LPG
Mobil bensin 462,63 gram/liter bensin
Kendaraan niaga solar 35,57 gram/liter solar
Sepeda motor bensin 427,05 gram/liter bensin

Kendaraan bermotor adalah penghasil karbon monoksida (CO) yang cukup

banyak. Karbon monoksida (CO) adalah gas buang yang terbentuk apabila oksidasi

dari Karbon monoksida (CO) menjadi Karbon dioksida (CO2) tidak sempurna,

umumnya hal ini disebabkan karena kekurangan oksigen. Menurut perhitungan

stochiometrik, yaitu seandainya proses pembakaran terjadi secara sempurna maka

dalam 1 kg bensin diperlukan 15 kg udara untuk pembakaran dalam silinder

kendaraan bermotor, bila hal ini terjadi maka tidak akan terbentuk karbon monoksida

(CO), tetapi pada kenyataannya hal demikian tak pernah terjadi, dan karenanya
9

terbentuklah karbon monoksida (CO). Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan

oleh kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1 % pada waktu berjalan

dan sekitar 7 % pada waktu tidak berjalan. Sementara mesin disel menghasilkan

karbon monoksida (CO) sebesar 0,2 % pada saat berjalan dan sekitar 4 % pada waktu

berhenti.(14)

Berdasarkan estimasi, jumlah karbon monoksida dari sumber buatan

diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari

kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal

dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan

pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling

tidak 90% dari karbon monoksida diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan

bermotor.(15)

Secara umum terbentuknya gas CO adalah melalui proses berikut ini:(10)

1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak

stoikhiometris.

2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida dengan karbon C

yang menghasilkan gas CO

3. Pada suhu tinggi CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.

Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung

karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan

untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida. Pembentukan

karbon monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen

murni. Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang mengandung karbon di

udara, prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa tahap reaksi.(16)
10

Reaksinya sebagai berikut:(10)

2C + O2  2CO

Kalau jumlah udara (oksigen) cukup atau stoikiometris maka akan terjadi

reaksi lanjutannya yaitu:

CO + 0,5 O2  CO2

Reaksi pembentukan CO lebih cepat dari pada reaksi pembentukan CO2,

sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Apabila

pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada bahan bakar

(karbon) yang tidak berhubungan dengan oksigen dan keadaan ini menambah

kemungkinan terbentuknya gas CO yang terjadi pada suhu tinggi dengan mengikuti

reaksi berikut ini:

CO2 + C  2CO

Selain itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu

tinggi akan membantu terjadinya penguraian Gas CO2 menjadi gas CO yang

mengikuti reaksi :

CO2  CO + O

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO2 yang

terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Suhu tinggi merupakan pemicu

terjadinya gas CO.

Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pemakaian bahan bakar

fosil (minyak maupun batu bara) pada mesin-mesin penggerak transportasi.

Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah

perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah

banyak tercemar oleh gas CO. sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran

gas CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka di mana belum
11

ada bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. hal ini disebabkan

mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di

udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena

dipindahkan ke tempat lain.(10)

2.1.3 Toksikokinetik CO

2.1.3.1 Absorbsi
Karbon monoksida yang terhirup dengan cepat diserap ke dalam darah.

Karbon monoksida terhirup diangkut ke alveoli paru-paru sebagai hasil kekuatan

konvektif pada saluran pernafasan dan difusi. Pada alveolus karbon monoksida larut

menjadi plasma kapiler paru dan dari plasma berdifusi menjadi eritrosit dan jaringan

lainnya.(12)

Difusi karbon monoksida menjadi eritrosit dan pengikatan karbon monoksida

ke Hb cukup cepat sehingga kesetimbangan dicapai antara tekanan parsial karbon

monoksida dalam darah alveolus dan alveolar end capillary (arteri). Serapan karbon

monoksida yang terus berlanjut dihasilkan dari proses eliminasi sistemik yang

menurunkan konsentrasi karbon monoksida darah vena campuran kembali ke kapiler

alveolar. Proses eliminasi utama meliputi transfer karbon monoksida yang menyebar

ke jaringan ekstravaskuler dan pengikatan karbon monoksida ke protein heme

intraselular (misalnya, Otot myoglobin), dan metabolisme oksidatif karbon

monoksida menjadi CO2. Detik setelah memulai eksposur inhalasi ke karbon

monoksida, COHb terdeteksi dalam darah arteri. Selama 2-6 menit terpapar,

konsentrasi COHB arteri kira-kira dua kali konsentrasi COHb vena dan mendekati

persatuan dalam waktu 3-5 menit setelah berhentinya pemaparan.(12)

2.1.3.2 Distribusi
Karbon monoksida yang terhirup menyebar ke jaringan darah dan

ekstravaskular. Dalam darah, karbon monoksida cepat menyebar ke eritrosit dimana


12

terjadi ikatan dengan Hb (COHb). Meskipun CO mudah terikat dengan Hb dalam

darah, distribusi karbon monoksida terlarut dari vaskuler dapat terjadi sebagai

respons terhadap gradien difusi untuk karbon monoksida yang dibuat dengan

mengikat karbon monoksida menjadi Hb, mioglobin, dan protein heme lainnya

dalam jaringan ekstravaskular (misalnya otot, limpa), serta pengangkatan karbon

monoksida dari jaringan ekstravaskular melalui metabolisme oksidatif.(12)

Pengikatan karbon monoksida ke protein intraselular, khususnya, protein

heme, berkontribusi untuk mempertahankan gradien yang menguntungkan untuk

difusi karbon monoksida dari plasma ke dalam sel. Pengukuran konsentrasi karbon

monoksida total pada jaringan yang diperoleh dari otopsi manusia menunjukkan

konsentrasi tertinggi pada darah, limpa, paru-paru, ginjal, dan otot rangka, dengan

tingkat terdeteksi juga di jaringan otak dan adiposa.(12)

2.1.3.3 Metabolisme
Metabolisme karbon monoksida terdiri dari tiga proses utama:(12)

1. Produksi metabolik karbon monoksida dari prekursor endogen dan eksogen

Karbon monoksida dihasilkan dari degradasi enzimatik prekursor endogen

dan eksogen. Tingkat bersih produksi endogen karbon monoksida (yaitu, total

produksi dikurangi metabolisme) telah diperkirakan pada orang dewasa sehat kira-

kira 0,42 mL CO / jam atau sekitar 400 μmole / hari.

Banyak faktor fisiologis dan penyakit mempengaruhi laju produksi karbon

monoksida endogen. Produksi karbon monoksida meningkat sekitar 2 kali lipat

selama fase post-ovulasi (progesteron) dari siklus menstruasi. Produksi karbon

monoksida juga meningkat selama kehamilan, mencapai nilai 2-5 kali dari fase

estrogen siklus menstruasi pada partum dan kembali ke tingkat pra-kehamilan dalam

4 hari setelah persalinan.


13

2. Pengikatan protein karbon monoksida ke heme (seperti: Hb, mioglobin,

sitokrom)

Karbon monoksida berikatan dengan heme dan bersaing untuk mengikat O2.

Pengikatan protein karbon monoksida ke heme (mis., Hb darah, mioglobin otot)

memiliki efek mendalam pada distribusi dan eliminasi karbon monoksida dan O2.

3. Metabolisme oksidatif karbon monoksida menjadi CO2.

Karbon monoksida dapat dioksidasi menjadi CO2. Tingkat oksidasi telah

diperkirakan pada subyek manusia yang menghirup CO menjadi sekitar 0,015 mL

CO / jam atau sekitar 3% dari produksi karbon monoksida endogen. Jalur utama

metabolisme karbon monoksida menjadi CO2 adalah oksidasi oleh sitokrom

mitokondria.

2.1.3.4 Eliminasi dan Ekskresi


Penyerapan karbon monoksida dieliminasi dari tubuh dengan cara

menghembuskan nafas dan metabolisme oksidatif. Metabolisme oksidatif karbon

monoksida diperkirakan merupakan fraksi yang relatif kecil (<10%) dari produksi

karbon monoksida endogen. Penurunan kadar COHb dalam darah setelah terhentinya

paparan inhalasi karbon monoksida menunjukkan setidaknya dua fase kinetik.(12)

2.1.4 Populasi Beresiko

Bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah kardiovaskuler lebih

mudah beresiko keracunan karbon monoksida, walaupun pada kepekatan yang

rendah.(17) Paparan CO berpengaruh pada semua golongan umur dan status

kesehatan. Paparan CO lebih berisiko pada penderita anemia, penyakit jantung dan

penderita gangguan pernapasan.(9) Populasi yang terpapar dengan lalu lintas

kendaraan tingkat tinggi diperkirakan memiliki paparan yang lebih besar terhadap

karbon monoksida, dibandingkan dengan individu di daerah kepadatan lalu lintas

rendah pekerjaan tertentu seperti pekerja tol, petugas pompa bensin, petugas
14

pemadam kebakaran, dan profesi lainnya yang terpapar sumber pembakaran

mungkin memiliki tingkat paparan yang tinggi. (12)

Populasi yang merokok atau tinggal dengan perokok terkena tingkat karbon

monoksida yang lebih tinggi daripada populasi umum yang tidak merokok. Tingkat

COHb biasanya rata-rata sekitar 5% pada perokok biasa, namun dapat mencapai 10%

pada perokok berat.(18)

2.1.5 Dampak CO terhadap Kesehatan

Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihaemoglobin

(COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan Oksigen

(O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh

menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh ini akan

membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera

mendapat udara segar kembali.(2)

Factor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia

adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi

persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah

pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah

dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap.(19)

Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat

dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga

menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO

diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf

pusat, juga janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen.

Pengaruh CO terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam

kadar rendah. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok
15

yang paling peka terhadap pajanan CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung

dan penyakit pasien paru, menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke jantung

selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7%.(4)

Pengaruh pajanan CO kadar rendah pada sistem syaraf dipelajari dengan

suatu uji psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit

ditemukan bahwa kadar COHb 16% dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh

bahaya ini tidak ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%. Pengaruh terhadap janin

pada prinsipnya adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan

kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan menurunkan

tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat

menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah

dibandingkan normal.

Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit

jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan kadar yang dapat

membentuk COHb di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO

dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh

karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 % WHO

menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu 1

jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3) untuk waktu 8 jam.(4)

Kadar CO di udara 20 ppm dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada

manusia, dalam waktu 30 menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap

gas yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak

menyebabkan kematian.(20)

Karbon monoksida dapat mengikat Hb 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas

ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi
16

organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek

paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung,

juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.(17)

Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada

darah, Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA

(Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8

jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV adalah 25

ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap

kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm (0,1%)

selama beberapa menit dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari karboksi

hemoglobin dan dapat berakibat fatal.(17)

Tabel 2.2 Gejala-gejala klinis dari saturasi darah oleh karbon monoksida (17)

Konsentrasi CO dalam darah Gejala-Gejala


Kurang dari 20% Tidak ada gejala
20% Nafas menjadi sesak
30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan
meningkat sedikit
30%-40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat,
lemah, hilang daya koordinasi gerakan
40%-50% Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
60%-70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol feses dan
urin
70%-89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena
kegagalan pernafasan

Beberapa penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara

peningkatan konsentrasi karbon monoksida dan penyakit pernafasan (misalnya;

eksaserbasi gejala asma) dan beberapa studi menemukan hubungan yang kuat setelah

menghitung pajanan terhadap polutan udara lainnya yang juga terbukti berkontribusi

terhadap risiko penyakit pernafasan (misalnya NO2, O3, partikulat, dan SO2). Sebuah

penelitian yang dilakukan di Seattle, Washington meneliti gejala asma dan tingkat
17

keparahan asma di sebuah panel yang terdiri dari 133 anak asma (usia 5-13 tahun).

Konsentrasi karbon monoksida udara rata-rata adalah 1,6 ppm (kisaran: 0,6-4,8

ppm). Kedua penelitian tersebut menemukan hubungan yang signifikan antara

konsentrasi karbon monoksida dan gejala asma.(12)

Sejumlah besar penelitian telah meneliti hubungan antara konsentrasi karbon

monoksida dan tingkat penerimaan rumah sakit atau kunjungan ruang gawat darurat

yang berkaitan dengan penyakit pernafasan. Secara kolektif, penelitian ini

memberikan bukti bahwa hubungan antara peningkatan konsentrasi karbon

monoksida dan peningkatan risiko gejala pernafasan yang memicu kebutuhan akan

bantuan medis. Namun, hanya sedikit penelitian yang meneliti hubungan dalam

model multi-polusi. Oleh karena itu, kontribusi relatif dari polutan udara lainnya

terhadap hasil yang dilaporkan sangat tidak pasti.(12)

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau

waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia

selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida

(CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan

yang lainnya. Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila diruangan itu ada

orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang

mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian

menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi

didalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang

merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat membahayakan

kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama

(perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang

menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung.(21)


18

2.1.6 Pengendalian CO
Upaya pengendalian untuk mengurangi kadar emisi gas buang CO dapat

dilakukan dengan cara seperti modifikasi mesin pembakar, pengembangan reactor

system pembuangan gas buang sehingga substitusi bahan bakar untuk bensin

menghasilkan polutan dengan konsentrasi rendah selama pembakaran, yaitu

melakukan inovasi pada knalpot dengan penambahan glass wool, arang aktif, atau

bahan-bahan lain yang bersifat adsorben.(22) Pencegahan terjadinya pencemaran gas

karbon monoksida pada sumber emisi bergerak yaitu:(23)

1. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik

2. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala dan

memasang filter pada knalpot.

2.1.7 Nilai Baku Mutu CO

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau

komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam udara ambient. Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara, nilai baku mutu udara ambien parameter

CO untuk pengukuran 1 jam yaitu 30.000 µg/Nm3 dan untuk pengukuran 24 jam

yaitu 10.000 µg/Nm3.(24)

2.1.8 Cara Pengukuran CO

Lokasi sampling harus dapat mewakili (representatif) luas dan kondisi objek

penerima dampak. Ketinggian lokasi sampling juga harus disesuaikan dengan elevasi

dari titik amatan kita di suatu objek penerima dampak. Waktu Sampling perlu

dilakukan guna mendapatkan nilai konsentrasi ambien polutan yang maksimal.

Misalnya, saat kondisi lalu-lintas di suatu wilayah sedang ramai, atau di saat ke-

cepatan angin sedang rendah. Dengan demikian, dapat diketahui pengaruh paling
19

ekstrim dari suatu sumber emisi terhadap objek penerima dampak. Waktu sampling

harus dicatat berikut kondisi iklim saat sampling dilakukan.(6)

Secara umum pengambilan udara ambien diperuntukkan pada daerah

pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan sekitar industri atau daerah lain yang

dianggap penting untuk mengetahui kualitas udara akibat dari suatu kegiatan tertentu.

Berikut beberapa persyaratan untuk pemilihan lokasi pengambilan sampel, yaitu

sebagai berikut : (25)

1. Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya

absorpsi atau adsorbs.

2. Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar

yang akan diukur dapat terjadi.

3. Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu

hasil yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter)

tidak boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun

komersial, gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji

dari jaringan listrik tegangan tinggi.

4. Letakkan peralatan didaerah dengan gedung/bangunan yang rendah

dan saling berjauhan.

Pengukuran kadar CO di udara ambien dapat dilakukan dengan menggunakan

midget impinger. Langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut: (9)

1. Impinger diletakkan dengan ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.

2. Pengambilan CO dilakukan dengan mengisi impinger dengan 15 ml larutan

absorben KI.

3. Lalu midget impinger dihubungkan dengan vacum pump.

4. Udara dialirkan dengan impinger dengan kecepatan 0,5 liter/detik.


20

5. Waktu sampling selama 1 jam untuk masing-masing titik pengambilan sampel.

6. Setelah pengukuran selesai dilakukan, sampel dibawa ke laboratorium untuk

dianalisis menggunakan alat spektrofotometer.

2.2 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Analisis risiko adalah sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau

keadaan dimana organisme, sistim, atau sub/populasi mungkin terpajan bahaya.

Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment, pengelolaan risiko,

dan komunikasi risiko. ARKL adalah sebuah proses yang dimaksudkan untuk

menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia, termasuk juga

identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian, penelusuran pada pajanan

tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi

perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik.(26)

Gambar 2.1 Langkah-langkah analisis risiko menurut Louvar and Louvar(27)

2.2.1 Identifikasi Bahaya

Hazard atau bahaya memiliki arti sumber dari risiko. Sedangkan identifikasi

risiko berarti suatu proses untuk mengenali semua bahaya yang ada dengan potensi
21

merugikan manusia dan lingkungan sekitarnya.(27) Identifikasi bahaya merupakan

langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik

agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh

terpajan.(26)

Tujuan identifikasi resiko adalah untuk menentukan keberadaan bahaya

lingkungan pada suatu lokasi. Bahaya diartikan sebagai zat-zat toksik atau kondisi-

kondisi spesifik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Penentuan

tingkat bahaya suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan membandingkan zat

berbahaya dengan daftar zat-zat toksik yang ada. Zat toksik biasanya dikelompokkan

menjadi kelompok karsinogen, berpotensi karsinogen dan bukan karsinogen. (27)

2.2.2 Analisis Dosis Respon

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan, diterima,

atau diserap oleh suatu organisme, sistim, atau sub/populasi dengan perubahan yang

terjadi pada suatu organisme, sistem, atau sub/populasi. (26)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per

kilogram (Kg) berat badan per hari, disingkat mg/Kg/hari. Dalam literatur terkadang

ditulis mg/Kgxhari, mg/Kg.hari, dan mg/Kg-hari. Satuan konsentrasi referensi (RfC)

dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (m3) udara, disingkat mg/m3.

Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mg/Kg/hari dengan cara

memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan. (26)

2.2.3 Analisis Pemajanan

Analisis pemajanan adalah menghitung jumlah asupan inhalasi per hari

dengan menghitung konsentrasi (C) dan menggabungkan nilai karakteristik

antropometrik dan pola aktivitas yang terdiri dari laju asupan (R), waktu pajanan
22

(tE), frekuensi pajanan (9), durasi pajanan (Dt), berat badan (Wb), dan periode rata-

rata (tavg) ke dalam formula yang dinyatakan sebagai asupan.

Perhitungan asupan menggunakan rumus berikut.(26)

Keterangan:

I = asupan (intake) (mg/Kg/hari)

C = konsentrasi agen risiko (mg/m3)

R = laju asupan atau konsumsi (m3/jam untuk inhalasi, L/hari untuk air

minum, g/hari untuk makanan)

tE = waktu pajanan (jam/hari)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt = durasi pajanan (tahun)

Wb = berat badan (Kg)

tavg = periode rata-rata harian (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat non

karsinogenik, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik)

2.2.4 Karakteristik Resiko

Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan / membagi intake

dengan dosis / konsentrasi agen risiko tersebut. Tingkat risiko untuk efek non

karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotient (RQ). Untuk melakukan

karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan

membandingkan / membagi intake dengan RfC atau RfD. Rumus untuk menentukan

RQ adalah sebagai berikut : (26)

Keterangan :
23

RQ = tingkat risiko

I = intake yang telah dihitung (mg/kg/hari)

RfC = konsentrasi referensi (mg/kg/hari)

Risk Quotient (RQ) dilakukan untuk mendapatkan nilai risiko individu

berdasarkan asupan yang diterima. Jika nilai RQ≤1 artinya paparan masih dianggap

aman bagi manusia, sedangkan jika nilai RQ>1 berarti paparan tidak aman bagi

manusia maka perlu dilakukan kontrol. (28)

2.2.5 Manajemen Risiko

Pengelolaan risiko atau risk management adalah suatu upaya atau tindakan

yang didasarkan pada informasi yang ada untuk mencegah, menanggulangi atau

memulihkan efek yang merugikan oleh pajanan zat toksik.(27)

Pengelolaan risiko perlu dibedakan antara strategi pengelolaan risiko dengan

cara pengelolaan risiko. Strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan batas aman.

Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima). Perhitungan dapat dilakukan dengan

rumus: (26)

Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam

terpapar setiap harinya, oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja

maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat). Untuk menghitung

waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut : (26)

Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari

terpapar dalam satu tahun, oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi
24

pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat). Untuk

menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut:(26)

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus

dilakukan dengan cara atau metode yang tepat. Dalam aplikasinya cara pengelolaan

risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu: (26)

1) Pendekatan teknologi

2) Pendekatan sosial - ekonomis

3) Pendekatan institusional

2.2.6 Komunikasi Risiko

Komunikasi risiko bertujuan untuk memberitahukan risiko yang mungkin

timbul dan akan menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia kepada setiap orang

atau badan yang membutuhkan namun tidak menimbulkan kepanikan yang

berlebihan atau bahkan menimbulkan kerusukan atau gejolak di masyarakat. (27)

Berdasarkan penelitian Suci Sri Wahyuni, komunikasi risiko yang dilakukan

yaitu menyampaikan informasi risiko kesehatan pajanan yang telah dianalisis kepada

pedagang dan pihak yang terkait dalam pengendalian dampak lingkungan. (29)
25

2.3 Telaah Sistematis

Tabel 2.3 Telaah Sistematis

No Peneliti Tahun Judul Desain Hasil


Penelitian
1 Rionaldo Elen 2017 Analisis Risiko Kesehatan ARKL Berdasarkan hasil penelitian, Terdapat 10 titik
Pamungkas, Lingkungan (ARKL) Akibat (57,89%) dari 19 titik yang diukur yang
Sulistiyani, Mursid Paparan Karbon Monoksida (CO) konsentrasi karbon monoksidanya sudah
Rahardjo Melalui Inhalasi Pada Pedagang di melebihi baku mutu. Intake paparan karbon
Sepanjang Jalan Depan Pasar monoksida (CO) pada realtime memiliki nilai
Projo Ambarawa Kabupaten rata-rata 2,94 mg/kg/hari, sedangkan intake
Semarang pada lifetime memiliki nilai rata-rata 4,76
mg/kg/hari. Baik pada karakteristik risiko non
karsinogenik atau risk quotient (RQ) realtime
maupun lifetime, terdapat 5 orang responden
(8,6%) tidak aman atau berisiko dari total 58
responden.
2 Devita Nur Aprilia, 2017 Analisis Risiko Kesehatan ARKL Rata-rata konsentrasi gas Karbon Monoksida
Nurjazuli, Tri Joko Lingkungan Pajanan Gas Karbon (CO) dalam udara ambien di gerbang tol
Monoksida (CO) Pada Petugas Semarang adalah 10,61 mg/m3 menunjukkan
Pengumpul Tol di Semarang nilai di bawah baku mutu. Terdapat 9 titik
pengukuran yang menunjukkan nilai
kosentrasi CO di atas baku mutu. Risiko dari
pajanan CO pada saat ini (realtime) dan
selama 30 tahun (lifetime) pada petugas
pengumpul tol Semarang belum menunjukkan
risiko non karsinogenik akibat pajanan gas
CO (RQ ≤ 1).
3 Erna Veronika, Devi 2014 Analisis Kadar PM10 Dan Karbon Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kadar
Nuraini Santi, Taufik Monoksida (CO) Serta Keluhan deskriptif PM10 yaitu sebesar 105µg/m3dan rata-rata
Ashar Gangguan Pernafasan Akut Pada kadar CO sebesar 8 ppm, serta sebanyak
26

No Peneliti Tahun Judul Desain Hasil


Penelitian
Petugas Dinas Perhubungan 58,3% responden di dalam ruangan tidak
Terminal Amplas Medan Tahun mengalami keluhan gangguan pernafasan akut
2014 dan 68,1% di luar ruangan mengalami
keluhan gangguan pernafasan akut dengan
keluhan gangguan pernafasan akut yang
paling banyak dirasakan adalah batuk-batuk
yaitu sebesar 33,3% di dalam ruangan dan
55,1% di luar ruangan.
4 Mesha Ferzica Nanda 2017 Analisis Risiko Pajanan Karbon ARKL Hasil pengukuran konsentrasi CO yang
Monoksida (CO) pada Pedagang dilakukan di empat titik sampling didapatkan
di Jalan Raya Indarung Kawasan nilai konsentrasi rata-rata CO di Jalan Raya
Industri PT Semen Padang Tahun Indarung pada kawasan industri PT Semen
2017 Padang adalah sebesar 0,03575 mg/m3. intake
CO lifetime rata - rata yaitu sebesar 0,00071
mg/kg/hari, dan untuk realtime sebesar
0,000185 mg/kg/hari. Hasil pengukuran
didapatkan RQ < 1 untuk semua titik lokasi.
5 Damri, Mirna Ilza, 2016 Analisis Paparan Co Dan So2 Cross Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 dan
Dedi Afandi Pada Petugas Parkir di Basement Sectional nilai t hitung 15.547 untuk paparan CO terhadap
Mall Ska di Kota Pekanbaru illness petugas parkir pada Mall SKA
Pekanbaru. Paparan CO di basement pada Mall
SKA Pekanbaru terhadap rasa sakit yang
diderita petugas parkir mall SKA Pekanbaru
signifikan (0,000<0,05), ini berarti bahwa CO
menyebabkan rasa sakit yang dirasakan petugas
parkir dan semakin tinggi konsentrasi paparan
CO maka akan semakin kuat pula rasa sakit
yang diderita oleh petugas parkir dalam bekerja.
27

2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori yaitu:
Karakteristik antropometri:
1. Berat Badan
2. Laju inhalasi
Pola aktivitas:
1. Lama pajanan
2. Frekuensi pajanan
atmosfer 3. Durasi pajanan
Efek Akut:
Aktivitas Batuk,
sesak nafas,
Sumber dari vulkanik Identifikasi
alam tanah kematian
bahaya
Badai Populasi
listrik alam berisiko Intake Karakteristik
Analisis
udara Inhalasi Risiko (RQ)
Efek kritis:
pemajanan (I)
CO transportasi Menghambat
pasokan oksigen
ke jaringan tubuh, Analisis
gangguan system Dosis
Proses Respon
kardiovaskuler
Sumber industri Air
antropogenik Tidak berisiko Berisiko
RQ < 1 RQ> 1
Pembakar-
an sampah

Manajemen
Asap rokok Risiko

Gambar 2.2 Kerangka teori (4) (12) (26)


28

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang merupakan hasil dari penelitian didapatkan

variabel yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan kejadian hipersensitivitas

yang dapat digambarkan pada gambar dibawah ini

Konsentrasi gas CO

Intake Pola aktivitas


Karakteristik individu: 1. Waktu Pajanan
1. Berat badan 2. Frekuensi Pajanan
2. Laju asupan 3. Durasi Pajanan

RfC

Tidak Beresiko Karakteristik


(RQ ≤ 1) Risiko (RQ)

Beresiko
(RQ>1)

Manajemen
Risiko

Komunikasi
Risiko

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk analitik dengan

metode studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, (ARKL). ARKL bertujuan

menghitung tingkat risiko yang diterima suatu populasi akibat adanya pajanan agen

risiko lingkungan. Penelitian ini tidak dapat melihat hubungan antar dua variabel,

tapi hanya sebatas penilaian beda risiko yang diterima berdasarkan karakteristik

antropometri masyarakat dan komponen pencemar di lingkungan.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai April 2018 di Jalan Raya

M.Yamin Kota Padang, Sumatera Barat.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi berisiko dalam penelitian ini adalah pedagang yang berjualan di tepi

jalan raya M.Yamin Kota Padang yang berjumlah 145 orang.

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini diambil dua jenis sampel sebagai variabel dalam

perhitungan analisis risiko. Sampel tersebut adalah sampel udara ambien gas karbon

monoksida (CO) dan sampel manusia sebagai responden karakteristik antropometri

dan pola aktivitas di Jalan Raya M.Yamin Kota Padang.


30

1. Sampel Udara

Agent risiko pada penelitian ini adalah konsentrasi CO di udara ambien di

ssepanjang Jalan Raya M.Yamin Padang. Jumlah lokasi titik pengambilan sampel

adalah tiga titik yang terdiri dari:

1) Simpang empat M.Yamin (di depan CIMB Niaga)

2) Depan gang Jl. Hangtuah

3) Dekat bundaran pasar raya

Gambar 3.1 Peta Lokasi Titik Pengukuran di Jalan M.Yamin


2. Sampel Manusia

Sampel yang diambil adalah pedagang yang terpapar di sepanjang jalan raya

M.Yamin Padang yaitu sebanyak 145 pedagang. Dalam menghitung sampel minimal

yang dibutuhkan, maka digunakan persamaan untuk estimasi proporsi (Lameshow,

1991) sebagai berikut:

()
()()

Keterangan:

n = besar sampel yang dikehendaki


31

N = besar populasi

= harga kurva normal berdasarkan tingkat kepercayaan 95%=1.96

P = perkiraan proporsi pada populasi = 0.5

d2 = presisi (batas ketelitian yang diinginkan) atau persen kelonggaran

ketelitian karena kesalahan penarikan sampel (10%)

Perhitungan yang didapat berdasarkan rumus adalah:

( )
n =( ) ( ) ( )

= 58,01 (dibulatkan jadi 58 sampel)

Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut diperoleh jumlah sampel

responden minimal untuk penelitian ini adalah 58 orang. Untuk mencegah terjadinya

drop out dalam penelitian maka jumlah sampel ditambah 10% dari jumlah

sebenarnya sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan menjadi 64 sampel.Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental sampling.

3.3.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan Raya M.Yamin Padang.

b. Bersedia menjadi responden dan dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria Ekslusi

a. Pedagang yang tidak berada ditempat pada saat penelitian.

b. Pedagang yang tidak bersedia diwawancarai sesuai dengan kebutuhan

penelitian.

c. Pedagang yang merokok


32

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Alat Cara Hasil


Variabel Definisi Operasional Skala
Ukur Pengukuran Ukur
Konsentrasi Kandungan gas CO Midget Pengukuran Rasio Mg/m3
CO yang terdapat di impinger dan
udara sekitar jalan spektofoto
raya metri
Berat Badan Berat badan Timbangan Penimbangan Rasio Kg
responden saat
penelitian yang
diukur dengan
timbangan berat
badan.
Durasi Lamanya atau jumlah Kuesioner Wawancara Rasio Tahun
Pajanan (Dt) tahun terjadinya
pajanan, berdasarkan
waktu pajanan
sebenarnya (real
time) dan pajanan
sepanjang hayat
(lifetime)
Frekuensi Jumlah hari dalam Kuesioner Wawancara Rasio Hari/tahun
Pajanan (9) satu tahun seseorang
terpajan
Lama jumlah jam terjadinya Kuesioner Wawancara Rasio Jam/hari
Pajanan (tE) paparan setiap hari.
Laju Volume udara yang Studi Rasio m3/jam
Asupan (R) dihirup oleh individu Literatur
persatuan waktu
Intake atau Jumlah asupan CO Kalkulator Hitungan Rasio mg/kg/hari
Asupan CO yang diterima oleh Rumus
individu dalam satu
hari.
Periode Periode waktu rata- Studi Default Rasio 30 tahun
Pajanan rata untuk efek literature X
nonkarsinogenik 365 hari /
tahun
RfC Jumlah konsentrasi Studi Ketetapan Rasio mg/kg/hari
aman yang tidak literature dari studi
menimbulkan efek literatur RfC
merugikan pada CO yaitu
kesehatan dalam 2,48
pemajanan jangka
panjang.
33

Alat Cara Hasil


Variabel Definisi Operasional Skala
Ukur Pengukuran Ukur
RQ Tingkat perkiraan Kalkulator Membagi Ordi 1. RQ>1
probabilitas risiko nilai intake nal berisiko
yang diterima oleh dengan nilai 2. RQ≤1
individu RfC tidak
berisiko

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran konsentrasi CO secara

langsung di jalan raya M.Yamin. Data ini diambil dengan menggunakan alat khusus

pengambilan sampel CO yaitu midget impinger. Selain itu data primer juga diperoleh

melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pola

aktivitas responden dan dengan cara melakukan pengukuran langsung pada

responden untuk data antropometri.

2. Data Sekunder

Data hasil pemantauan kualitas udara ambien Kota Padang yang diperoleh

dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.

3.5.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Editing yaitu kegiatan untuk memeriksa kelengkapan, kejelasan,

kesinambungan dan keseragaman data.

2. Coding yaitu merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat menjadi

kode angka untuk mempermudah memasukan data.

3. Processing Data Entry yaitu memproses data agar data yang sudah dientri

dapat dianalisis. Kegiatan memasukan jawaban responden yang telah dikode


34

kedalam software komputer disebut mengentri data dan program yang

digunakan untuk entry data penelitian ialah program SPSS.

4. Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry untuk

memastikan data tersebut bersih dari kesalahan kode atau ketidaklengkapan

data, kemudian dilakukan koreksi untuk membetulkan data dan siap untuk

dianalisis.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa midget impinger untuk mengukur konsentrasi CO, wawancara dan kuesioner.

Data dikumpulkan peneliti dari responden menggunakan kuesioner yang diadopsi

dan dimodifikasi dari penelitian sebelumnya. Kuesioner merupakan sebuah daftar

pertanyaan yang dari jawaban-jawaban responden dapat diketahui karakteristik

antropometri dan pola aktivitas responden sehingga dapat diketahui asupan dan besar

risiko yang diterima responden.

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, nilai

minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata pada semua variabel. Hasil analisis

tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan dideskripsikan dalam hasil

penelitian.

3.7.2 Analisis Risiko

Data yang telah disajikan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode

analisis risiko yaitu dengan menghitung jumlah intake CO yang diterima individu per
35

kilogram berat badan per harinya. Intake dihitung dengan rumus perhitungan analisis

risiko menggunakan nilai konsentrasi pajanan CO yang terukur, nilai-nilai

antropometri, dan pola aktivitas individu. Nilai intake kemudian dibandingkan

dengan nilai intake referensi yang akan menghasilkan nilai risk quotient (RQ).

Apabila nilai RQ>1 maka pajanan dikatakan memiliki risiko, sebaliknya apabila

RQ≤1 maka pajanan dikatakan memiliki risiko rendah atau tidak berisiko.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Jalan Raya M.Yamin, Kecamatan Padang

Barat, Kota Padang. Dalam penelitian ini peneliti memilih pedagang toko, kios, dan

warung yang sangat berdekatan dengan jalan raya sebagai responden penelitian, baik

sisi kanan maupun sisi kiri yang sehari-harinya bekerja kurang lebih selama 10 jam.

Jalan Raya M.Yamin merupakan jalan yang berada di dekat pasar raya Padang yang

banyak dilalui oleh kendaraan seperti motor, mobil dan angkutan umum, selain itu

jalanan ini dijadikan tempat pemberhentian angkutan umum yang menyebabkan jalan

ini menjadi macet terutama disekitar bundaran pasar raya. Jalan raya ini tidak pernah

sepi karena sepanjang jalan berdiri bangunan-bangunan berupa pertokoan. Sepanjang

jalan juga tidak terdapat pepohonan.

Jalan Raya M.Yamin merupakan salah satu jalan dengan aktifitas padat

transportasi dan berpotensi menyumbang banyak pencemaran udara dan sumber

untuk CO sendiri berasal dari asap kendaraan terutama kendaraan yang berbahan

bakar bensin seperti kendaraan bermotor, mobil dan angkot sehingga akan sangat

memicu untuk menghasilkan konsentrasi CO. Kondisi lingkungan disekitar jalan

dimana tidak ada pohon dan sepanjang jalan penuh dengan bangunan-bangunan juga

dapat meningkatkan konsentrasi Karbon Monoksida.

4.2 Karakteristik Responden


Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 64 pedagang yang berjualan di

sepanjang Jalan Raya M.Yamin Padang, didapatkan karakteristik individu sebagai

berikut:
37

Tabel 4.1 Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi Persentase (%)
Umur
< 20 tahun 1 1,6
21-30 tahun 27 42,2
31-40 tahun 18 28,1
41-50 tahun 11 17,2
51-60 tahun 6 9,4
>61 tahun 1 1,6
Jumlah 64 100,0
Jenis kelamin
Laki-laki 15 23,4
Perempuan 49 76,6
Jumah 64 100,0
Pendidikan
SD 2 3,1
SLTP 10 15,6
SLTA 41 64,1
D3/S1/S2/S3 11 17,2
Jumlah 64 100,0

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi umur responden diketahui bahwa umur

responden paling banyak berada pada rentang usia 21-50 tahun dan paling sedikit

yaitu dibawah 20 tahun diatas 61 tahun yang artinya responden berada pada usia

produktif. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin didapatkan bahwa responden

terbanyak berjenis kelamin perempuan (76,6%), untuk tingkat pendidikan terbanyak

adalah SLTA sebanyak 41 orang (64,1%) sedangkan yang paling sedikit adalah SD

sebanyak 2 orang (3,1%).

4.3 Konsentrasi CO di Udara Ambien


Konsentrasi CO didapatkan dari pengukuran langsung oleh peneliti dan

dibantu oleh HIPERKES dengan menggunakan alat midget impinger selama 1 jam

masing-masing di 3 titik pengukuran yang diukur dari jam 09.00 sampai jam 12.30

WIB. Titik pengukuran konsentrasi CO ditetapkan pada bagian yang merupakan

konsentrasi CO tinggi yang diamati secara subjektif.


38

Perbedaan konsentrasi CO di sepanjang Jalan Raya M.Yamin ini disebabkan

oleh kondisi meteorologis di lokasi sampling, aktivitas manusia serta jumlah

kendaraan yang mempengaruhi konsentrasi CO. Kondisi meteorologis sangat

mempengaruhi konsentrasi CO sehingga hasil ukur yang diperoleh menjadi

bervariasi. Konsentrasi CO dipengaruhi oleh faktor meteorologis seperti suhu,

kelembaban dan cuaca. Hasil pengukuran faktor meteorologis yang mempengaruhi

CO dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban Udara Saat Pengukuran


Titik Waktu pengambilan Faktor Meteorologis
sampel Suhu Kelembaban Cuaca
1 09.05 – 10.05 310C 59 % Cerah
2 10.20 – 11.20 33,30C 48 % Cerah
3 11.30 – 12.30 0
30,1 C 51 % Cerah

Pengukuran CO dilakukan pada pagi sampai siang hari dengan keadaan cuaca

yang cerah. Suhu tertinggi berada pada titik kedua yaitu 33,30C dan suhu terendah

yaitu pada titik ketiga sebesar 30,10C. Kelembaban tertinggi berada pada titik

pertama yaitu 59% dan kelembaban terendah yaitu pada titik kedua yaitu 48 %.

Data penunjang lain yang dikumpulkan adalah data jumlah kendaraan yang

melewati Jalan Raya M.Yamin saat dilakukannya pengukuran. Hal ini berguna untuk

melihat gambaran volume kendaraan yang lewat serta melihat gambaran risiko akibat

pajanan CO di udara yang terjadi saat penelitian. Berikut adalah data jumlah

kendaraan yang lewat per jam di Jalan Raya M.Yamin saat dilakukan pengukuran:
39

Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan yang Lewat Per Jam di Jalan Raya M.Yamin
Titik Lokasi Roda Roda Roda Estimasi Faktor Emisi
Dua Empat enam Mobil Kendaraan
Bensin bermotor
Bensin
1 Depan CIMB 580 760 1 352.061,43 247.689
Niaga g/L g/L
2 Depan simpang 472 540 0 249.820,2 201.567,6
Jl. Hangtuah g/L g/L
3 Simpang 544 360 0 166.546,8 232.315,2
bundaran pasar g/L g/L
raya

Berdasarkan tabel 4.3 kendaraan roda dua, roda empat dan roda enam

tertinggi yaitu di depan CIMB Niaga dengan jumlah kendaraan roda dua sebanyak

580 kendaraan/jam dengan estimasi factor emisi 247.689 g/L, roda empat sebanyak

760 kendaraan/jam dengan estimasi factor emisi 352.061,43 g/L. Pengukuran

kendaraan dilakukan dengan perhitungan langsung secara kasat mata oleh tim dan

peneliti.

Berikut hasil pengukuran konsentrasi CO di Jalan M.Yamin Padang Tahun

2018:

Grafik Konsentrasi CO di Jalan


M.Yamin
0.04
0.038
0.036
0.034 0.03921
0.032 Konsentrasi
0.03478
0.03 0.03285

0.028
1 2 3
Titik Pengukuran

Gambar 4.1 Grafik Konsentrasi CO di Jalan Raya M.Yamin


40

Pengukuran CO dilakukan selama 1 jam di masing-masing titik pengukuran

dimulai dari jam 09.05 sampai 12.30 WIB. Berdasarkan grafik konsentrasi CO dapat

diketahui hasil pengukuran konsentrasi CO di 3 titik pengukuran cukup bervariasi,

pada ketiga titik pengukuran masih berada dibawah baku mutu berdasarkan PP

Nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara Baku Mutu

Lingkungan (BML) yaitu 30 mg/m3. Konsentrasi CO tertinggi berada pada titik

kedua yang belokasi di depan simpang Jalan Hangtuah yaitu 0,03921 mg/m3,

sedangkan konsentrasi terendah yaitu di simpang bundaran pasar raya yaitu 0,03285

mg/m3. Konsentrasi CO rata-rata yaitu 0,03561 mg/m3.

4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas


Variabel yang perlu diperhitungkan dalam karakteristik antropometri dan

pola aktivitas adalah berat badan (Wb), jumlah jam kerja atau lama pajanan (tE),

jumlah hari kerja atau frekuensi pajanan, dan durasi pajanan pertahunnya (Dt) yang

didapatkan melalui kuesioner. Berikut adalah tabel dekskriptif pola aktivitas

responden di sepanjang Jalan Raya M.Yamin Padang.

Tabel 4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas Responden

No Elemen Mean Median Modus Min Max SD Distribusi


Data
1 Berat Badan 58,48 59,50 60 40 75 8,186 0,880
(Wb) (Kg)
2 Lama Pajanan 10,09 10,00 9 8 12 1,075 0,022
(tE) (jam/hari)
3 Frekuensi 321,83 310,50 310 250 364 25,553 0,000
Pajanan
(hari/tahun)
4 Durasi Pajanan 6,00 5,00 1 1 39 6,580 0,003
(Dt) (tahun)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata berat badan (wb)

responden adalah 58,48 kg dengan berat badan tertinggi adalah 75 kg. Lama pajanan
41

harian rata-rata yang diterima pedagang selama adalah 10,09 jam/hari, frekuensi

pajanan responden rata-rata dalam satu tahun terpajan adalah 321,83 hari/tahun,

durasi pajanan rata-rata adalah 6,00 tahun. Hasil uji normalitas terhadap data

numerik menunjukkan bahwa variabel yang berdistribusi normal adalah berat badan

(Wb). Sedangkan untuk data yang tidak normal adalah lama pajanan (tE), frekuensi

pajanan dan durasi pajanan (Dt). Bila variabel berdistribusi normal maka dianalisis

menggunakan nilai mean dan jika berdistribusi tidak normal dianalisis menggunakan

nilai median.

4.5 Gambaran Gangguan Kesehatan


Berdasarkan perhitungan kuisioner yang dilakukan pada 64 responden,

didapatkan data mengenai gejala gangguan pernapasan untuk melihat gambaran

risiko akibat pajanan CO yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Data gejala

gangguan pernapasan yang diambil adalah gejala yang dirasakan selama berdagang

berupa sakit kepala, mual, pandangan kabur / mata pedih, dada berdebar-debar, sesak

napas, kelelahan dan gangguan konsentrasi. Berikut adalah data gangguan kesehatan

berdasarkan hasil penelitian:

Tabel 4.5 Data Keluhan Kesehatan pada Pedagang di Jalan Raya M.Yamin
Jumlah (persen)
No Keluhan Kesehatan
Pernah Tidak pernah
1 Sakit kepala ringan 44 (68,8%) 20 (31,3%)
2 Mual / rasa ingin muntah 17 (26,6%) 47 (73,4%)
3 Pandangan kabur / mata pedih 35 (54,7%) 29 (45,3%)
4 Dada berdebar-debar 12 (18,8%) 52 (81,3%)
5 Dada sesak 13 (20,3%) 51 (79,7%)
6 Lemah / lesu / kelelahan 55 (85,9%) 9 (14,1%)
7 Gangguan konsentrasi 45 (70,3%) 19 (29,7%)

Berdasarkan tabel 4.5 dari seluruh keluhan kesehatan akibat pajanan CO yang

paling banyak dikeluhkan oleh responden adalah rasa lemah, lesu dan kelelahan yaitu
42

sebanyak 55 orang (85,9%), keluhan lain berupa gangguan konsentrasi sebanyak 45

orang (70,3%), sakit kepala ringan sebanyak 44 orang (68,8%), dan pandangan kabur

atau mata pedih sebanyak 35 orang (54,7%).

4.6 Intake Pajanan


4.6.1 Analisis Pemajanan
Analisis pemajanan dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai karakteristik

antropometri dan pola aktivitas ke dalam persamaan rumus yang disebut Intake (I).

Asupan (intake) dinyatakan sebagai jumlah pajanan yang diterima oleh individu per

kilogram berat badan per hari. Intake dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Intake dihitung secara realtime dan lifetime. Intake pemajanan realtime

dihitung menggunakan durasi pajanan rata-rata sebenarnya (Dt real), yaitu durasi

pajanan berdasarkan lamanya individu tinggal di area penelitian. Dalam perhitungan

jumlah asupan (Intake), nilai antropometri dan pola aktivitas yang digunakan

berdasarkan nilai mean atau median pada setiap variabel. Variabel berat badan (Wb)

menggunakan nilai mean karena berdistribusi normal yaitu 58,48 kg. Sedangkan

lama pajanan (tE), frekuensi pajanan dan durasi pajanan (Dt) menggunakan nilai

median karena tidak berdisribusi normal. Nilai lama pajanan yaitu 10 jam/hari,

frekuensi pajanan yaitu 310,50 hari/tahun dan durasi pajanan 5 tahun. Laju inhalasi

yang digunakan adalah 0,83 m3/jam. Durasi rata-rata yang digunakan untuk efek

nonkarsinogenik adalah 365 x 30 tahun.

Intake pajanan lifetime menggunakan durasi pemajanan 30 tahun untuk efek

nonkarsinogenik. Variabel berat badan (Wb), lama pajanan (tE), frekuensi pajanan,
43

nilai laju inhalasi (R) dan durasi rata-rata (tavg) menggunakan nilai yang sama

dengan perhitungan intake realtime. Berikut hasil dari perhitungan nilai intake di

Jalan Raya M.Yamin Kota Padang tahun 2018 :

Tabel 4.6 Intake realtime dan lifetime pada Pedagang di Jalan Raya M.Yamin
Kota Padang
No Titik sampel Intake realtime Intake lifetime
1 Depan CIMB Niaga 0,000699 mg/kg/hari 0,00419 mg/kg/hari
2 Depan simpang Jl. Hangtuah 0,000789 mg/kg/hari 0,00473 mg/kg/hari
3 Simpang bundaran pasar raya 0,000661 mg/kg/hari 0,00396 mg/kg/hari
Konsentrasi CO rata-rata 0,000716 mg/kg/hari 0,00429 mg/kg/hari
Paling berisiko 0,0126 mg/kg/hari 0,00973 mg/kg/hari

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui intake realtime dan lifetime tertinggi

yaitu di depan simpang Jalan Hangtuah, dengan nilai intake realtime adalah

0,000789 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime adalah 0,00473 mg/kg/hari.

Intake realtime terendah adalah 0,000661 mg/kg/hari dan intake lifetime terendah

adalah 0,00396 mg/kg/hari di simpang bundaran pasar raya. Nilai intake realtime

paling berisiko adalah 0,0126 mg/kg/hari dan nilai intake lifetime paling berisiko

adalah 0,00973 mg/kg/hari.

4.6.2 Analisis Dosis Respon


RfC merupakan dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai

aman bagi tubuh pada efek non karsinogenik. Dosis referensi (RfC) CO belum

tersedia dalam daftar IRIS (EPA, 2006). Nilai RfC pada penelitian ini didapat dengan

menggunakan rumus intake dengan nilai konsentrasi diambil sesuai dengan baku

mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 yaitu 30.000 µg/Nm3 (30 mg/m3) dan nilai R =

0,83 m3/jam, tE = 8 jam/hari, fE = 250 hari/tahun, Dt = 30 tahun, Wb = 55 kg, tavg =

365 hari/tahun x 30 tahun, angka-angka tersebut didapat sesuai nilai default yang

mengacu pada pedoman ARKL oleh Kementrian Kesehatan, maka dapat dihitung

dengan persamaan: (30)


44

RfC =

= 2,48 mg/kg/hari

4.7 Karakteristik Risiko


Karakteristik risiko dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ). Karakeristik

risiko ini dilakukan untuk mendapatkan nilai besarnya risiko individu berdasarkan

intake yang diterima. Apabila nilai RQ ≤ 1 berarti pemajanan CO masih aman bagi

kesehatan manusia, sedangkan apabila nilai RQ > 1 berarti pemajanan CO tidak

aman bagi kesehatan manusia dan perlu dilakukan pengendalian. RQ dapat diukur

menggunakan rumus berikut ini:

Berikut tabel nilai risk quotient (RQ) pada setiap titik dengan nilai intake

realtime :

Tabel 4.7 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime pada Setiap Titik
Titik sampel Intake Realtime RQ Risiko
Depan CIMB 0,000699 0,00028 Tidak berisiko
Niaga mg/kg/hari
Depan simpang Jl. 0,000789 0,00031 Tidak berisiko
Hangtuah mg/kg/hari
Simpang bundaran 0,000661 0,00026 Tidak berisiko
pasar raya mg/kg/hari
Konsentrasi rata- 0,000716 0,00028 Tidak berisiko
rata mg/kg/hari
Paling berisiko 0,0126 0,0051 Tidak berisiko
mg/kg/hari
45

Berdasarkan tabel 4.7 didapat nilai RQ ≤ 1 untuk ketiga titik sampel sehingga

dikatakan tidak berisiko mengalami gangguan kesehatan pada pedagang di wilayah

penelitian.

Untuk dapat menghitung nilai RQ lifetime pada pedagang di Jalan Raya

M.Yamin maka diperlukan data intake lifetime, berikut data intake lifetime dan

perhitungan RQ lifetime :

Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient (RQ) Lifetime pada Setiap Titik
Titik sampel Intake Lifetime RQ Risiko
Depan CIMB 0,00419 0,0016 Tidak berisiko
Niaga mg/kg/hari
Depan simpang Jl. 0,00473 0,0019 Tidak berisiko
Hangtuah mg/kg/hari
Simpang bundaran 0,00396 0,0015 Tidak berisiko
pasar raya mg/kg/hari
Konsentrasi rata- 0,00429 0,0017 Tidak berisiko
rata mg/kg/hari
Paling berisiko 0,00973 0,0039 Tidak berisiko
mg/kg/hari

Berdasarkan tabel 4.8 didapat nilai RQ ≤ 1 di ketiga titik penelitian sehingga

dikatakan tidak berisiko mengalami gangguan kesehatan pada pedagang di Jalan

Raya M.Yamin.

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan RQ ≤ 1baik realtime maupun

lifetime artinya tidak memiliki risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Hal ini dapat dinyatakan bahwa pajanan CO secara inhalasi pada pedagang di Jalan

Raya M.Yamin masih aman.

Berikut adalah tabel estimasi risiko kesehatan pajanan CO pada pedagang di

Jalan M.Yamin Padang:


46

Tabel 4.9 Estimasi Risiko Kesehatan Nonkarsinogenik Pajanan CO

Lama pajanan Intake (mg/kg/hari) RQ Risiko


(Dt) (Tahun)
Dt 5 Tahun 0,000716 mg/kg/hari 0,000288 Tidak Berisiko
Dt 10 Tahun 0,00143 mg/kg/hari 0,000577 Tidak Berisiko
Dt 15 Tahun 0,00214 mg/kg/hari 0,000866 Tidak Berisiko
Dt 20 Tahun 0,00286 mg/kg/hari 0,00115 Tidak Berisiko
Dt 30 Tahun 0,00429 mg/kg/hari 0,00173 Tidak Berisiko

Hasil perhitungan estimasi intake dan tingkat risiko nonkarsinogenik pajanan

karbon monoksida pada pedagang di Jalan M.Yamin pada 5 tahun yang akan datang

hingga 30 tahun yang akan datang belum berisiko terhadap kesehatan pedagang,

tetapi nilai tersebut terus meningkat setiap tahunnya sehingga jika masyarakat terus-

menerus terpapar oleh CO maka akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan

pedagang pada beberapa tahun yang akan datang.

4.8 Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah langkah selanjutnya yang dilakukan apabila RQ

dinyatakan berisiko. Tujuan dari manajemen risiko yaitu untuk mengurangi risiko

akibat pajanan suatu risk agent pada individu atau populasi berisiko (RQ > 1).

Manajemen risiko dapat dilakukan dengan cara menurunkan nilai konsentrasi

pajanan risk agent dan waktu pajanan. Pada penelitian ini menurunkan pajanan risk

agent adalah dengan menurunkan konsentrasi CO di udara, sedangkan menurunkan

waktu pajanan yaitu dengan menurunkan nilai lama pajanan (tE), frekuensi pajanan

dan durasi pajanan.

Potensi pencemaran yang terdapat di Jalan M.Yamin ini yaitu seringnya

macet disepanjang jalan, tidak adanya pohon dan sepanjang jalan penuh bangunan-

bangunan yang dapat meningkatkan konsentrasi CO.


47

4.9 Komunikasi Risiko


Komunikasi risiko merupakan upaya untuk menyampaikan informasi kepada

populasi berisiko yaitu pedagang di kawasan Jalan M.Yamin, pemerintah diantaranya

Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, serta pihak berkepentingan.

Bagi pemerintah agar dapat melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut,

pemantauan rutin terhadap konsentrasi CO serta melakukan tindakan pencegahan

dengan cara menanam tanaman penyerap polusi di sepanjang Jalan M.Yamin Kota

Padang. Selain itu, pemerintah sebaiknya dapat menyampaikan informasi dan

mensosialisasikan dampak kesehatan pajanan CO ini, sehingga para pedagang dapat

waspada dengan pajanan CO.


BAB 5 : PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian


1. Pengukuran konsentrasi CO hanya dilakukan 1 kali di masing-masing titik

karena keterbatasan dana, alat dan waktu penelitian. Selain itu, kondisi

meteorologis dan perhitungan jumlah kendaraan yang lewat disetiap titik juga

dilakukan 1 kali pada jam yang berbeda sehingga kondisi meteorologis serta

banyak kendaraan yang lewat berbeda juga pada jam-jam tertentu.

5.2 Konsentrasi CO di Udara Ambien


Hasil pengukuran konsentrasi CO yang dilakukan di sepanjang Jalan Raya

M.Yamin Padang menunjukkan bahwa hasil dari ketiga titik pengukuran tidak

melebihi baku mutu apabila dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan

menurut PP No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara yaitu 30.000

µg/Nm3 untuk pengukuran selama 1 jam.(24)

Jalan M.Yamin berada didekat lapangan hijau Imam Bonjol yang penuh

dengan pepohonan sehingga dapat mengurangi konsentrasi CO di udara.

Pembersihan CO dari udara dapat terjadi karena aktivitas mikroorganisme yang

terdapat dalam tanah dapat menghilangkan konsentrasi CO dengan kecepatan yang

lebih tinggi dari udara.(10) Daerah kota-kota besar yang padat bangunan, udara akan

lebih susah terdispersi sehingga zat-zat yang ada di udara terperangkap dan

menyebabkan konsentrasi zat terukur menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan penelitian Mesha Ferzica konsentrasi CO yang didapatkan di

Jalan Raya Indarung Kota Padang didapatkan konsentrasi CO rata-rata sebesar


49

35,755 µg/Nm3. Hal ini membuktikan bahwa nilai konsentrasi untuk CO beberapa

daerah di Kota Padang masih berada dibawah baku mutu.(9)

Jumlah kendaraan yang melintas, titik kemacetan dan lokasi pengukuran yang

berada di tempat pemberhentian angkot menjadi penyebab tingginya konsentrasi CO

pada titik pengukuran 2 yaitu di depan simpang Jalan Hangtuah. Hal ini dapat

meningkatkan konsentrasi CO karena kendaraan berhenti namun keadaan mesin

masih menyala sehingga menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Gas Karbon

Monoksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin adalah sekitar 1% pada

waktu berjalan dan sekitar 7% pada waktu tidak berjalan.(14)

Jumlah kendaraan bermotor yang tercatat selama pengukuran paling tinggi

yaitu di titik 2 sebanyak 1.012 unit. Hal ini sesuai dengan penelitian Novalia,

Sudarno dan Dwi (2013) menyatakan bahwa kepadatan kendaraan berbanding lurus

dengan konsentrasi CO, yang artinya konsentrasi CO akan bertambah seiring dengan

pertambahan atau kenaikan angka jumlah kendaraan.(31)

Konsentrasi pencemar juga sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca seperti

suhu dan kelembaban. Suhu udara berpengaruh karena disebabkan adanya reaksi

kimia beberapa polutan yang akan berlangsung lebih cepat pada suhu tinggi.

Kelembaban berhubungan erat dengan deposisi berbagai jenis polutan.(34) Suhu udara

tertinggi berada pada titik 2. Kelembaban udara tertinggi pada di titik 1 yaitu sebesar

59%. Hal ini sesuai dengan penelitian Mariarti, Sudarno dan Dwi (2013) yang

menyatakan bahwa hubungan kelembaban terhadap konsentrasi CO menunjukkan

hubungan yang tidak beraturan. Ketika kelembaban rendah konsentrasi CO tinggi

atau kelembaban tinggi konsentrasi CO rendah dan ketika kelembaban rendah

konsentrasi CO rendah.(32)
50

5.3 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas


Karakteristik antropometri dan pola aktivitas yang diukur antara lain umur,

berat badan, pajanan harian, frekuensi harian dan durasi pajanan yang diperlukan

untuk menentukan besarnya risiko yang diterima oleh individu terhadap pajanan CO.

Pada prinsipnya besarnya nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi

bahan pencemar, laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan, dan durasi pajanan

yang artinya semakin besar nilai tersebut maka semakin besar pula asupan yang

diterima oleh individu.

Nilai intake berbanding terbalik dengan berat badan. Semakin besar berat

badan seseorang maka semakin kecil nilai asupan yang diterimanya. Berdasarkan

hasil kuesioner responden, didapatkan berat badan dewasa yang terukur berkisar

antara 40 Kg – 75 Kg dengan rata-rata 58,48 Kg. Berat badan rata-rata lebih besar

dibandingkan dengan berat badan standar orang dewasa menurut Dirjen P2PL yaitu

55 Kg,(26) tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan standar dewasa yang

ditetapkan US-EPA yaitu 70-80 Kg.(35)

Pola aktivitas seperti pajanan harian dan frekuensi pajanan juga dapat

berpengaruh terhadap nilai asupan atau intake. Pedagang berjualan sekurang-

kurangnya 8 jam dalam sehari dan paling lama 12 jam sehari. Berdasarkan data

normalitas yang telah dilakukan data lama pajanan tidak berdistribusi normal

sehingga menggunakan nilai median yaitu 10 jam/hari. Hal ini sesuai denngan

penelitian yang dilakukan Ayu (2017), nilai pajanan harian pedagang berjualan

selama 10,73 jam/hari.(33)


51

5.4 Gambaran Keluhan Kesehatan


Gambaran keluhan kesehatan pada individu di Jalan M.Yamin dapat

digunakan untuk melihat pengaruh dari tingkat risiko. Pada daerah-daerah yang

terindikasi berisiko seharusnya memperlihatkan outcome gejala keluhan kesehatan

yang tinggi juga.

Tingkat risiko yang didapat dari penelitian ini belum berisiko efek

nonkarsinogenik pada intake realtime maupun intake lifetime, tetapi dari hasil

kuesioner diketahui bahwa sebanyak 55 orang mengeluh lemah/lesu/kelelahan, 45

orang mengeluh gangguan konsentrasi dan 44 orang mengeluh sakit kepala ringan.

Berdasarkan keluhan yang dialami pedagang tersebut mengindikasikan bahwa

pedagang di tepi Jalan M.Yamin telah terpajan CO. Karbon Monoksida merupakan

salah satu zat pencemar dari semua komponen yang terkandung di udara. Hal ini

berarti masih banyak zat pencemar lainnya yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan pada manusia.

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau

waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia

selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual.(21) Karbon monoksida dapat

mengikat Hb 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu

aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan

sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling serius adalah terjadi

keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan

gangguan pada sistem saraf.(17)


52

5.5 Analisis Intake


Intake pajanan CO di udara dihitung dengan membedakan durasi pajanan

yaitu pajanan lifetime dan realtime. Intake pajanan lifetime menggambarkan estimasi

besar pajanan yang diterima oleh individu per kilogram berat badan per hari

berdasarkan factor aktivitas rata-rata responden dan durasi pemajanan lifetime. Pada

pajanan non karsinogenik periode waktu rata-rata selama 30 tahun untuk orang

dewasa. Sedangkan intake realtime menggambarkan besar pajanan yang telah

diterima responden dari awal berjualan hingga waktu penelitian.

Besar nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi CO, laju asupan,

frekuensi dan durasi pajanan, artinya semakin besar nilai tersebut maka semakin

besar nilai asupan individu atau populasi yang terpajan. Sedangkan nilai asupan

berbanding terbalik dengan nilai berat badan dan periode waktu rata-rata, artinya

semakin besar berat badan maka akan semakin kecil risiko kesehatan.

Intake yang diterima individu semakin besar seiring dengan semakin

besarnya konsentrasi CO di lokasi tersebut. Jumlah intake yang diterima responden

untuk jangka waktu 30 tahun mendatang di ketiga lokasi penelitian masih berada

dibawah nilai dose-respons yaitu 2,48 mg/kg/hari. Penelitian ini membuktikan bahwa

selama 30 tahun mendatang responden yang berjualan disepanjang Jalan M.Yamin

Kota Padang masih aman menghirup udara yang mengandung CO. Hal ini sejalan

dengan penelitian Mesha (2017) yang menyatakan bahwa konsentrasi CO di Jalan

Raya Indarung Padang masih aman selama 30 tahun mendatang.(9)

Untuk tetap menjaga udara yang aman dan tidak berisiko menimbulkan efek

kesehatan diharapkan pemantauan rutin konsentrasi CO oleh pemerintah dan

kepeduliaan serta kesadaran diri pedagang dalam mengenali potensi bahaya.


53

5.6 Karakteristik Risiko


Karakteristik risiko dapat ditentukan dengan cara membandingkan nilai

intake dan nilai dosis reference (RfC). Karakteristik risiko yang dilakukan untuk

menetapkan tingkat risiko atau menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi

tertentu yang dianalasis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada

pedagang (dengan karakteristik seperti berat badan, laju inhalasi, lama pajanan,

frekuensi pajanan, dan durasi pajanan yang tertentu atau tidak).

Nilai RQ > 1 berarti pajanan CO berisiko menimbulkan efek kesehatan

terhadap pedagang, begitu sebaliknya jika nilai RQ ≤ 1 berarti pajanan CO tidak

berisiko terhadap kesehatan. Hasil dari penelitian ditemukan nilai RQ ≤ 1 yang

berarti konsentrasi CO di Jalan Raya M.Yamin tidak berisiko teradap kesehatan. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Devita, Nurjazuli dan Tri (2017) yang

mendapatkan nilai RQ ≤ 1 pada petugas pengumpul tol di Semarang.(7)


BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian analisis risiko pajanan karbon monoksida (CO) pada

pedagang di Jalan M.Yamin dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran konsentrasi CO di sepanjang Jalan M.Yamin Kota Padang pada

ketiga titik penelitian masih dibawah baku mutu berdasarkan PP No. 41 Tahun

1999 Tentang pengendalian dan Pencemaran Udara yaitu 30.000 µg/Nm 3. Hasil

pengukuran konsentrasi CO tertinggi yaitu 39,21 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi

CO terendah yaitu 32,85 µg/Nm3.

2. Rata-rata berat badan pedagang yang berjualan di Jalan M.Yamin Kota Padang

adalah 58,48 Kg. Hal ini meningkatkan intake yang diterima pedagang dengan

berat badan yang lebih kecil. Lama pajanan (tE) yang diterima pedagang adalah

10 jam/hari, frekuensi pajanan dalam satu tahun terpajan yaitu selama 310,50

hari/tahun, sedangkan durasi pajanan realtime (Dt) pada pedagang adalah selama

5 tahun.

3. Hasil perhitungan intake realtime dan intake lifetime terbesar terdapat pada lokasi

depan simpang Jalan Hangtuah dengan nilai intake realtime adalah 0,000789

mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime adalah 0,00473 mg/kg/hari. Hasil

perhitungan risiko lifetime (30 tahun) yang didapatkan perbandingan antara intake

dan nilai RfC menunjukkan ketiga titik sampling tidak berisiko mengalami

gangguan kesehatan dengan RQ<1 dan perhitungan risiko realtime didapat hasil

pajanan CO masih aman dengan RQ < 1.


55

4. Keluhan kesehatan yang dirasakan individu paling banyak yaitu lemah / lesu /

kelelahan sebanyak 55 orang (85,9%), gangguan konsentrasi sebanyak 45 orang

(70,3%) dan sakit kepala ringan sebanyak 44 orang (68,8%)

5. Hasil pengukuran didapatkan RQ ≤ 1 untuk semua titik, sehingga tidak perlu

dilakukan pengelolaan risiko.

6.2 Saran
1. Bagi Populasi

Pedagang diharapkan lebih peduli terhadap kesehatan, mengenali potensi

bahaya yang dapat membahayakan kesehatan dan melakukan pencegahan

seperti membiasakan diri memakai masker selama berdagang dan menghindari

kebiasaan merokok.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengukuran CO lebih dari 1

kali agar hasil pengukuran lebih representatif.

3. Bagi Pemerintah

Pemerintah diharapkan dapat melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut,

pemantauan rutin terhadap konsentrasi CO serta melakukan tindakan

pencegahan dengan cara menanam tanaman penyerap polusi di sepanjang Jalan

M.Yamin Kota Padang.


DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2006.

2. Soedomo M. Pencemaran Udara. Bandung: ITB; 2001.

3. Wulandari A, D YH, Raharjo M. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Pajanan Particulate Matter (PM10) Pada Pedagang Kaki Lima Akibat Aktivitas

Transportasi Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;4(3):677-91.

4. Tugaswati AT. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya

Terhadap Kesehatan Jpn J of Health and Human Ecology. 1995.

5. Veronika E, Santi DN, Ashar T. Analisis Kadar PM10 dan Karbon Monoksida

(CO) Serta Keluhan Gangguan Pernafasan Akut Pada Petugas Dinas

Perhubungan Terminal Amplas Medan Tahun 2014. Jurnal USU. 2014.

6. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Memprakirakan Dampak Lingkungan

Kualitas Udara. Jakarta; 2007.

7. Aprilia DN, Nurjazuli, Joko T. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan

Gas Karbon Monoksida (CO) Pada Petugas Pengumpul Tol di Semarang.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017;5(3):367-75.

8. Pamungkas RE, Sulistiyani, Rahardjo M. Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL) Akibat Paparan Karbon Monoksida (CO) Melalui

Inhalasi pada Pedagang di Sepanjang Jalan Depan Pasar Projo Ambarawa

Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017;5(5):824-31.

9. Nanda MF. Analisis Risiko Pajanan Karbon Monoksida (CO) Pada Pedagang

di Jalan Raya Indarung Kawasan Industri PT Semen Padang Tahun 2017

[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2017.

10. Wardhana WA. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI; 2004.


11. Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press; 2014.

12. ATSDR. Toxicological Profile For Carbon Monoxide. 2012.

13. Daryanto. Masalah Pencemaran. Bandung: Transito; 1995.

14. Sarudji D. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati; 2010.

15. Anggraeni N. Pengaruh Paparan Asap Knalpot dengan Kadar CO 1800 ppm

terhadap Gambaran Histopatologi Jantung pada Tikus Wistar. 2009.

16. Fardiaz S. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius; 2008.

17. Sentra Informasi Keracunan Nasional. Keracunan Karbon Monoksida. 2015.

18. Kolluru RVB, Pitblado R. Risk Assessment and Management Handbook: For

Environmental, Health and Safety. New York1996.

19. Agusnar H. Kimia Lingkungan. Medan: USU Press; 2007.

20. Sastrawijaya A. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta; 2009.

21. Pohan N. Pencemaran Udara dan Hujan Asam: Universitas Sumatera Utara;

2002.

22. Muzayyid. Studi Konsentrasi Kadar Karbon Monoksida (CO) di Jalan A.P

Pettarani Kota Makasar Tahun 2014 [Skripsi]: Universitas Islam Negeri

Alauddin; 2014.

23. Maryanto D, Mulasari S, Suryani D. Penurunan Kadar Emisi Gas Buang

Karbon Monoksida (CO) dengan Penambahan Arang Aktif pada Kendaraan

Bermotor di Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan. 2009.

24. Peraturan Pemerintah RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

25. SNI 19-7119.6-2005. Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan

Kualitas Udara Ambien; 2005.


26. Direktorat Jenderal PP dan PL Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Jakarta; 2012.

27. Louvar, Joseph & Louvar, B. Health and Environmental Risk Analysis

Fundamental with Applications (Vol 2). USA : Prentice Hall PTR: 1998.

28. Gusti, Aria. Comparison of Risk Level of Exposure to PM10 on Students at

Vegetated and Non Vegetated Elementary School in Padang City. International

Journal of Applied Engineering Research ISSN 0973-4562 Volume 12,

Number 20.

29. Wahyuni, Suci Sri. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Particulate

Matter 10 Pada Pedagang di Sepanjang Jalan Raya Lubuk Begalung Padang

Tahun 2017. Universitas Andalas: 2017.

30. Rahman A. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan: Prinsip Dasar, Metoda Dan

Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia;

2007.

31. Novalia, Sudarno, Handayani DW. Pengaruh Jumlah Kendaraan dan Faktor

Meteorologi terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Jalan Ahmad

Yani Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. FT Undip Semarang. 2013.

32. Manullang MS, Sudarno, Handayani DW. Pengaruh Jumlah Kendaraan dan

Faktor Meteorologi terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Jalan

Gajah Mada Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. FT Undip Semarang.

2013.

33. Arlesia, Ayu. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan PM10 pada

Pedagang di Kawasan Pasar Siteba Tahun 2017. Padang. 2017.

34. Mapoma HWT TC, Tsakama M, Kosamu IBM. Air Quality Assessment of

Carbon Monoxide, Nitrogen dioxide and sulfur dioxide Levels in Blantyre,


Malawi: A Statistical Approach to A Stationary Environmental Monitoring

Station. African Journal of Environmental Science and Technology. 8(6):330-

343. 2014

35. EPA. Air Quality Criteria for Particulate Matter. Office of Research and

Development. 1996
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN CO (KARBON


MONOKSIDA) PADA PEDAGANG DI JALAN M.YAMIN KOTA PADANG TAHUN
2018

Dengan Hormat,
Kami Mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Kami
sedang melakukan penelitian tentang “ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN
PAJANAN CO (KARBON MONOKSIDA) PADA PEDAGANG DI JALAN M.YAMIN
TAHUN 2018”.
Kami sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi formulir kuesioner
ini, karena sangat berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya pemerintah dalam mengatasi
masalah pencemaran udara.
Kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap Bapak/Ibu. Perlu Kami tegaskan bahwa:
1. Kami menjamin kerahasiaan identitas pribadi serta jawaban yang Bapak/Ibu berikan.
2. Jawaban Jujur dari Bapak/Ibu sangat kami harapkan dan bermanfaat untuk kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan.
3. Setelah penelitian ini selesai, kuesioner ini akan kami musnahkan.
Dalam penelitian ini ketenangan dan waktu Bapak/Ibu mungkin akan terganggu
karena kami akan menanyakan beberapa data antropometri , seperti berat badan, pola aktvitas
(lama pajanan dan frekuensi pajanan) serta karakteristik demografi (umur dan jenis kelamin).
Kami mengharapkan kerjasama Bapak/Ibu untuk menjelaskan hal-hal yang kami butuhkan
dengan sejujurnya dan serinci-rincinya. Penelitian ini insyaAllah bermanfaat bagi kita semua.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu sebagai responden.
Pewawancara Responden

( ) ( )

Nomor responden :
Hari/tanggal :
I. DATA UMUM

1. Nama Responden :

2. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan (coret yang tidak perlu)

3. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak pernah sekolah 4. SLTP

2. Tidak tamat SD 5. SLTA

3. SD 6. D3/S1/S2/S3

4. Alamat Tempat Tinggal :

5. Pemakaian masker : a. Ya b. Tidak

6. Apakah Saudara/saudari merokok ?

a. Ya. Berapa batang dalam 1 hari? …………...

b. Tidak

II. DATA ANTROPOMETRI

1. Umur : tahun

2. Berat badan : kg

3. Lama bekerja/menetap : a. …………..jam/hari (pukul…………s/d ............... )

b ...................hari/minggu

a. tahun awal bekerja………………..

4. Lama libur : a. berapa hari dalam seminggu? .................. hari

b. berapa hari libur nasional? ...................... hari

III. KELUHAN YANG SERING DIRASAKAN SELAMA BEKERJA :

Apakah Saudara/saudari ada keluhan seperti dibawah ini :

1. Sakit kepala ringan

a. Pernah b. Tidak pernah


2. Mual/rasa ingin muntah

a. Pernah b. Tidak pernah

3. Pandangan kabur/ mata pedih

a. Pernah b. Tidak pernah

4. Dada berdebar-debar

a. Pernah b. Tidak pernah

5. Dada sesak

a. Pernah b. Tidak pernah

6. Lemah/lesu/ kelelahan

a. Pernah b. Tidak pernah

7. Gangguan konsentrasi

a. Pernah b. Tidak pernah


LAMPIRAN 2

HASIL PERHITUNGAN INTAKE DAN RQ LIFETIME

Rumus mencari intake:

HASIL PERHITUNGAN INTAKE DAN RQ LIFETIME

R tE fE T avg
(m3/ Wb (jam/ (hari / Dt (30 Tahun x
Titik C CO jam) (Kg) hari) tahun) (tahun) 365 hari) Intake RfC RQ
1 0.03478 0.83 58.48 10 310.5 30 30 365 0.004199 2.48 0.001693236
2 0.03921 0.83 58.48 10 310.5 30 30 365 0.004734 2.48 0.001908906
3 0.03285 0.83 58.48 10 310.5 30 30 365 0.003966 2.48 0.001599275

HASIL PERHITUNGAN INTAKE DAN RQ REALTIME

R tE fE Tavg
(m3/ Wb (hari / (hari / Dt (30 Tahun
Titik C CO jam) (Kg) tahun) tahun) (tahun) x 365 hari) Intake RfC RQ
1 0.03478 0.83 59 10 360 1 30 365 0.000160859 2.48 6.48623E-05
1 0.03478 0.83 65 11 310 3 30 365 0.000414912 2.48 0.000167303
1 0.03478 0.83 61 12 310 2 30 365 0.000321541 2.48 0.000129654
1 0.03478 0.83 40 10 310 1 30 365 0.000204313 2.48 8.23841E-05
1 0.03478 0.83 60 9 309 9 30 365 0.001099729 2.48 0.000443439
1 0.03478 0.83 68 12 310 8 30 365 0.001153766 2.48 0.000465228
1 0.03478 0.83 63 12 310 8 30 365 0.001245334 2.48 0.000502151
1 0.03478 0.83 55 10 300 11 30 365 0.001581775 2.48 0.000637813
1 0.03478 0.83 73 9 310 3 30 365 0.000302271 2.48 0.000121883
1 0.03478 0.83 50 11 362 8 30 365 0.001679635 2.48 0.000677272
1 0.03478 0.83 40 10 311 1 30 365 0.000204972 2.48 8.26499E-05
1 0.03478 0.83 61 11 361 6 30 365 0.00102971 2.48 0.000415206
1 0.03478 0.83 50 11 364 39 30 365 0.008233457 2.48 0.003319942
1 0.03478 0.83 48 9 309 3 30 365 0.000458221 2.48 0.000184766
1 0.03478 0.83 43 12 341 1 30 365 0.000250877 2.48 0.00010116
1 0.03478 0.83 50 9 360 10 30 365 0.001708317 2.48 0.000688838
1 0.03478 0.83 45 11 305 1 30 365 0.00019655 2.48 7.92541E-05
1 0.03478 0.83 52 9 307 7 30 365 0.000980549 2.48 0.000395383
1 0.03478 0.83 60 10 313 8 30 365 0.001100213 2.48 0.000443634
1 0.03478 0.83 53 11 311 10 30 365 0.001701652 2.48 0.00068615
1 0.03478 0.83 52 10 320 6 30 365 0.0009734 2.48 0.0003925
1 0.03478 0.83 65 9 362 5 30 365 0.000660695 2.48 0.000266409
2 0.03921 0.83 57 10 310 2 30 365 0.000323279 2.48 0.000130354
2 0.03921 0.83 63 12 261 3 30 365 0.000443265 2.48 0.000178736
2 0.03921 0.83 57 11 310 1 30 365 0.000177804 2.48 7.1695E-05
2 0.03921 0.83 62 9 305 13 30 365 0.001710625 2.48 0.000689768
2 0.03921 0.83 70 10 310 11 30 365 0.001447829 2.48 0.000583802
2 0.03921 0.83 58 9 313 6 30 365 0.000866106 2.48 0.000349236
2 0.03921 0.83 63 10 362 16 30 365 0.002732429 2.48 0.001101786
2 0.03921 0.83 62 9 313 1 30 365 0.000135038 2.48 5.44508E-05
2 0.03921 0.83 65 10 310 1 30 365 0.000141745 2.48 5.71554E-05
2 0.03921 0.83 62 12 310 9 30 365 0.001604924 2.48 0.000647147
2 0.03921 0.83 60 9 313 2 30 365 0.000279079 2.48 0.000112532
2 0.03921 0.83 46 8 310 30 30 365 0.00480702 2.48 0.001938314
2 0.03921 0.83 60 9 313 4 30 365 0.000558157 2.48 0.000225063
2 0.03921 0.83 56 9 308 1 30 365 0.000147118 2.48 5.93218E-05
2 0.03921 0.83 52 12 310 3 30 365 0.000637855 2.48 0.000257199
2 0.03921 0.83 63 11 250 5 30 365 0.000648669 2.48 0.00026156
2 0.03921 0.83 56 10 310 5 30 365 0.00082263 2.48 0.000331706
2 0.03921 0.83 60 11 360 2 30 365 0.000392315 2.48 0.000158191
2 0.03921 0.83 52 10 313 1 30 365 0.000178896 2.48 7.21357E-05
2 0.03921 0.83 55 11 310 3 30 365 0.000552807 2.48 0.000222906
2 0.03921 0.83 60 10 310 3 30 365 0.000460673 2.48 0.000185755
2 0.03921 0.83 52 10 310 5 30 365 0.000885909 2.48 0.000357221
2 0.03921 0.83 55 11 308 1 30 365 0.00018308 2.48 7.38227E-05
3 0.03285 0.83 50 10 311 1 30 365 0.000154878 2.48 6.24508E-05
3 0.03285 0.83 66 9 311 3 30 365 0.000316796 2.48 0.00012774
3 0.03285 0.83 73 9 310 4 30 365 0.000380663 2.48 0.000153493
3 0.03285 0.83 65 11 360 7 30 365 0.001061889 2.48 0.000428181
3 0.03285 0.83 58 9 313 2 30 365 0.000241873 2.48 9.75296E-05
3 0.03285 0.83 72 10 310 16 30 365 0.001715333 2.48 0.000691667
3 0.03285 0.83 45 10 312 5 30 365 0.0008632 2.48 0.000348065
3 0.03285 0.83 71 11 311 5 30 365 0.00059988 2.48 0.000241887
3 0.03285 0.83 62 11 362 5 30 365 0.000799611 2.48 0.000322424
3 0.03285 0.83 70 9 313 8 30 365 0.000801638 2.48 0.000323241
3 0.03285 0.83 64 10 363 5 30 365 0.000706148 2.48 0.000284737
3 0.03285 0.83 75 9 308 18 30 365 0.001656547 2.48 0.000667963
3 0.03285 0.83 59 9 363 1 30 365 0.000137878 2.48 5.55962E-05
3 0.03285 0.83 53 8 308 2 30 365 0.000231523 2.48 9.33561E-05
3 0.03285 0.83 53 9 310 8 30 365 0.001048619 2.48 0.00042283
3 0.03285 0.83 56 9 361 5 30 365 0.000722322 2.48 0.000291259
3 0.03285 0.83 58 11 363 1 30 365 0.000171424 2.48 6.91224E-05
3 0.03285 0.83 73 10 362 6 30 365 0.00074086 2.48 0.000298734
3 0.03285 0.83 61 11 362 3 30 365 0.000487632 2.48 0.000196626
LAMPIRAN 3

HASIL PERHITUNGAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 1 (C = 0,03478 mg/m3)

()

= 0,000699 mg/kg/hari

Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 2 (C = 0,03921 mg/m3)

()

= 0,000789 mg/kg/hari

Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 3 (C = 0,03285 mg/m3)

()

= 0,000661 mg/kg/hari

Untuk intake realtime konsentrasi CO rata-rata (C = 0,03561 mg/m3)

()

= 0.000716 mg/kg/hari
Untuk menghitung intake realtime paling berisiko menggunakan nilai konsentrasi

paling tinggi yaitu 0,03921 mg/m3, tE paling tinggi yaitu 12 jam/hari, fE paling tinggi yaitu

364 hari/tahun, Dt paling tinggi yaitu 39 tahun sedangkan berat badan (Wb) responden paling

kecil yaitu 40 Kg.

()

= 0.0126 mg/kg/hari

Untuk Intake lifetime konsentrasi CO di titik 1 (C = 0,03478 mg/m3) :

()

= 0,00419 mg/kg/hari

Untuk intake lifetime konsentrasi CO di titik 2 (C = 0,03921 mg/m3) :

()

= 0,00473 mg/kg/hari

Untuk intake lifetime konsentrasi CO di titik 3 (C = 0,03285 mg/m3) :

()

= 0,00396 mg/kg/hari

Untuk intake lifetime konsentrasi CO rata-rata (C = 0,03561mg/m3) :


()

= 0.00429 mg/kg/hari

Untuk menghitung intake lifetime paling berisiko menggunakan nilai Dt lifetime yaitu

30 tahun

()

= 0.00973 mg/kg/hari
LAMPIRAN 4

OUTPUT TABEL

umur responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
< 20 tahun 1 1.6 1.6 1.6
21-30 tahun 27 42.2 42.2 43.8
31-40 tahun 18 28.1 28.1 71.9
Valid 41-50 tahun 11 17.2 17.2 89.1
51-60 tahun 6 9.4 9.4 98.4
> 61 tahun 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
laki-laki 15 23.4 23.4 23.4
Valid perempuan 49 76.6 76.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 2 3.1 3.1 3.1
SLTP 10 15.6 15.6 18.8
Valid SLTA 41 64.1 64.1 82.8
D3/S1/S2/S3 11 17.2 17.2 100.0
Total 64 100.0 100.0

Statistics
Berat Waktu Frekuensi Durasi
Badan Pajanan Pajanan Pajanan
Valid 64 64 64 64
N
Missing 0 0 0 0
Mean 58.48 10.09 321.83 6.00
Median 59.50 10.00 310.50 5.00
Mode 60 9 310 1
Std. Deviation 8.186 1.075 25.553 6.580
Minimum 40 8 250 1
Maximum 75 12 364 39

Sakit kepala ringan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 44 68.8 68.8 68.8
Valid Tidak pernah 20 31.3 31.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Mual / rasa ingin muntah


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 17 26.6 26.6 26.6
Valid Tidak pernah 47 73.4 73.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pandangan kabur / mata pedih


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 35 54.7 54.7 54.7
Valid Tidak pernah 29 45.3 45.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Dada berdebar-debar
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 12 18.8 18.8 18.8
Valid Tidak pernah 52 81.3 81.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Dada sesak
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 13 20.3 20.3 20.3
Valid Tidak pernah 51 79.7 79.7 100.0
Total 64 100.0 100.0
Lemah/lesu/kelelahan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 55 85.9 85.9 85.9
Valid Tidak pernah 9 14.1 14.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

Gangguan konsentrasi
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pernah 45 70.3 70.3 70.3
Valid Tidak pernah 19 29.7 29.7 100.0
Total 64 100.0 100.0
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengukuran di titik 1 Pengukuran di titik 2

Pengukuran di titik 3 Mengganti cairan CO


Wawancara kuesioner dengan responden
LAMPIRAN 9
ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Jalan M.Yamin merupakan jalan yang berada disekitar kawasan pasar raya Kota
Padang sehingga jalan ini cukup padat aktivitas baik transportasi maupun pedagang
yang berjualan di sisi kanan dan kiri jalan ini. Pencemaran gas CO banyak dihasilkan
oleh kendaraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat risiko
pajanan CO terhadap pedagang di sepanjang Jalan M.Yamin Padang tahun 2018.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
yaitu metode untuk menghitung tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen
pencemar lingkungan dalam suatu populasi. Populasi dari penelitian ini adalah
pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan M.Yamin Padang dengan jumlah
responden sebanyak 64 responden. Sampel diambil menggunakan teknik accidental
sampling. Sampel udara diambil sebanyak tiga titik di sepanjang Jalan M.Yamin
Padang dengan menggunakan Impinger.

Hasil
Konsentrasi rata-rata CO di Jalan M.Yamin Padang adalah 0,03561 mg/m3. Lama
pajanan pedagang dengan nilai median yaitu 10 jam/hari. Frekuensi pajanan dengan
nilai median yaitu 310,50 hari/tahun, durasi pajanan dengan nilai median 5 tahun dan
berat badan rata-rata responden yaitu 58,48 Kg. Nilai intake realtime rata-rata yaitu
0,000716 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime rata-rata yaitu 0,00429
mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah RQ ≤ 1 yang berarti tidak
memiliki risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Kesimpulan
Konsentrasi CO di Jalan M.Yamin Padang masih dibawah nilai baku mutu.
Diharapkan pemerintah dapat melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut serta
pemantauan rutin terhadap konsentrasi CO agar tidak membahayakan pedagang serta
menanam tanaman penyerap polusi.

Kata Kunci : ARKL, CO, Jalan Raya, Pedagang


ABSTRACT
Objective
M. Yamin street was located around the market area of Padang city so that the road
was quite dense activity both transportation and traders who sold on the right and left
side of this road. CO gas pollution was generated by vehicles. The purpose of this
study is to analyze the level of CO exposure health risk to traders at M. Yamin
Padang 2018.

Method
This study uses the method of environmental health risk assessment (EHRA). EHRA
aims to measure risk level achieved by an environmental exposure. The population
of this study were traders who sold along M. Yamin street with the number of
respondents as many as 64 respondents. The sample was chosen by using an
accidental sampling. Samples of ambient air were taken as many as three points
along the M.Yamin by using Impinger.

Result
The average concentration of CO at M.Yamin street was 0,03561 mg/m 3. The time
of exposure is 10 hour/day, the frequency of exposure is 310,50 day/year, the
duration of the exposure is 5 years and the average of body weight is 58,48 Kg. the
average of realtime intake is 0,000716 mg/kg/day, meanwhile the average of lifetime
intake is 0,00429. The level of risk both obtained are less than 1 which it means no
risk that can cause health problem.

Conclusion
The concentration of CO at M.Yamin street Padang still below the standard value.
Expected to the government can conduct further studies and routine monitoring of
CO concentration in order not to harm the traders and planting pollution absorbent
plants.

Keyword : EHRA, CO, Highway, Traders


Pendahuluan

Udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk kehidupan
manusia serta makhluk lainnya. Kemajuan zaman telah menggeser perkembangan
industri ke arah penggunaan mesin-mesin dan alat-alat transportasi.(1) Di kota-kota
besar Indonesia pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh sektor industri dan
sektor transportasi. Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang
kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi.(2)

Karbon monoksida (CO) merupakan salah satu bahan pencemar yang paling
tinggi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, yaitu sekitar 70,5% dari total
polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.(3) Faktor emisi CO berasal dari
kegiatan pembakaran batu bara sebanyak 0,2 kg/ton, tanur pabrik semen sebesar
1,85 kg/ton, pembakaran LPG sebanyak 7,15 kg/103 gal LPG, mobil bensin sebanyak
462,63 gram/liter, kendaraan niaga solar 35,57 gram/liter dan sepeda motor bensin
sebanyak 427,05 gram/liter bensin.(4)

Karbon monoksida di udara akan dengan cepat dapat memasuki beberapa


bagian tubuh seperti darah, otak, jantung dan otot ketika bernapas. Gas ini memasuki
tubuh melalui saluran inhalasi ke arah paru-paru dan kemudian akan meninggalkan
tubuh melalui paru-paru juga ketika mengeluarkan napas. Namun terdapat jeda
dalam pengeluaran kembali karbon monoksida tersebut, yaitu membutuhkan waktu
sekitar satu hari penuh agar karbon monoksida benar-benar keluar dari tubuh.(5)
Jalan M.Yamin merupakan salah satu Jalan Raya yang padat lalu lintas di
Kota Padang yang dilewati oleh banyak kendaraan dan masyarakat umum setiap
harinya baik hari libur maupun hari kerja. Sepanjang jalan ini sering terjadi macet
dikarenakan lokasinya yang berada di dekat pasar raya Kota Padang dan dijalan ini
juga sering dijadikan tempat pemberhentian angkot. Selain padat oleh kendaraan, di
kedua sisi jalan juga dipenuhi oleh para pedagang. Jalur ini setiap harinya dipadati
oleh kendaraan bermotor, mobil, maupun angkutan umum.
Berdasarkan data pemantauan kualitas udara ambien Kota Padang yang
diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, dengan titik
pengukuran di terminal angkot pasar raya Kota Padang kadar CO tahun 2016 sebesar
370,6 μg/m3. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan kadar CO sebesar 3.743,5 μg/m3.
Peningkatan ini tidak hanya terjadi di satu titik pengukuran tetapi hampir di semua
titik pengukuran kadar CO Kota Padang oleh DLH Kota Padang. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan, baku mutu CO adalah 30.000 μg/m3. Kadar CO di
terminal angkot pasar raya Kota Padang pada tahun 2016 dan 2017 belum
melampaui baku mutu. Meskipun begitu jika masyarakat terus-menerus terpapar oleh
CO maka akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat.
Berdasarkan pernyataan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terkait Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan CO pada pedagang di
sepanjang Jalan M.Yamin Padang Tahun 2018.
Metode

Desain penelitian yang digunakan adalah metode studi analisis risiko


kesehatan lingkungan, selanjutnya disebut ARKL. ARKL bertujuan memperkirakan
risiko yang diterima oleh suatu masyarakat akibat dari pajanan agen-agen pencemar
di lingkungan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Maret 2018 di Jalan
M.Yamin Kota Padang. Populasi penelitian ini adalah 145 orang pedagang yang
berjualan di tepi Jalan M.Yamin Padang. Sampel pada penelitian ini ada 2 yaitu
sampel udara CO berjumlah tiga titik dan sampel manusia sebanyak 64 orang
pedagang yang diambil dengan teknik accidental sampling.

Hasil

Berdasarkan tabel 1, sebagian besar responden berumur 21-30 tahun


sebanyak 27 orang (42,2%) berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 orang
(76,6%). Kemudian untuk tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA sebanyak 41
orang (64,1%).

Berdasarkan tabel 2, rata-rata berat badan (wb) pedagang adalah 58,48 kg.
Lama pajanan harian yang diterima pedagang dengan median 10 jam/hari,
sedangkan dalam satu tahun pedagang lebih banyak terpajan dengan median 310,50
hari/tahun. Pada hasil wawancara ini juga terlihat bahwa paling lama pedagang
terpajan dengan polutan selama 39 tahun dengan median 5 tahun.

Berdasarkan tabel 3, yang paling banyak dikeluhkan oleh responden adalah


rasa lelah, lesu dan kelelahan yaitu sebanyak 55 orang (85,9%), keluhan lain berupa
gangguan konsentrasi sebanyak 45 orang (70,3%), sakit kepala ringan sebanyak 44
orang (68,8%), dan pandangan kabur atau mata perih sebanyak 35 orang (54,7%).

Berdasarkan tabel 4, konsentrasi CO yang tertinggi berada pada titik kedua


yaitu di depan simpang Jalan Hangtuah sebesar 0,03921 mg/m3. Sedangkan
konsentrasi terendah berada pada titik ketiga yaitu di simpang bundaran pasar raya
sebesar 0,03285 mg/m3, sehingga konsentrasi rata-rata untuk CO adalah 0,03561
mg/m3. Hasil pengukuran ini masih dibawah nilai Baku Mutu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 yaitu 30 mg/m3.

Berdasarkan tabel 5 dan 6 didapat nilai RQ<1 di Jalan M.Yamin Padang,


sehingga dikatakan bahwa toksisitas CO belum menunjukkan dampak risiko bagi
pedagang di wilayah penelitian baik secara realtime maupun lifetime.

Pembahasan

Berat badan rata-rata orang dewasa normal Asia yaitu 55 kg sedangkan berat
badan orang dewasa normal Eropa yaitu 70 kg. Rata-rata Berat badan responden
yaitu 58,48 kg. Berat badan rata-rata lebih besar dibandingkan dengan berat badan
orang dewasa normal Asia yaitu 55 kg.

Tingkat risiko yang didapat dari penelitian ini belum berisiko efek
nonkarsinogenik pada intake realtime maupun intake lifetime, tetapi dari hasil
kuesioner diketahui bahwa sebanyak 55 orang mengeluh lemah/lesu/kelelahan, 45
orang mengeluh gangguan konsentrasi dan 44 orang mengeluh sakit kepala ringan.
Berdasarkan keluhan yang dialami pedagang tersebut mengindikasikan bahwa
pedagang di tepi Jalan M.Yamin telah terpajan CO.
Hasil pengukuran konsentrasi CO rata-rata di tiga titik pengukuran yaitu
0,03561 mg/m3, dengan konsentrasi tertinggi yaitu di titik 2 sebesar 0,03921 mg/m3.
Hasil pengukuran konsentrasi CO diudara ambien selama satu jam menunjukkan
hasil yang rendah bila dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan menurut PP
No. 41 tahun 1999. Konsentrasi CO yang rendah dapat dipengaruhi oleh kondisi
meteorologis dan topografi wilayah. Jalan M.Yamin berada didekat lapangan hijau
Imam Bonjol yang penuh dengan pepohonan sehingga dapat mengurangi konsentrasi
CO di udara. Pembersihan CO dari udara dapat terjadi karena aktivitas
mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dapat menghilangkan konsentrasi CO
dengan kecepatan yang lebih tinggi dari udara.(6) Berdasarkan penelitian Mesha
Ferzica konsentrasi CO yang didapatkan di Jalan Raya Indarung Kota Padang
didapatkan konsentrasi CO rata-rata sebesar 35,755 µg/Nm3. Hal ini membuktikan
bahwa nilai konsentrasi untuk CO beberapa daerah di Kota Padang masih berada
dibawah baku mutu.(7)

Hasil dari penelitian ditemukan nilai RQ ≤ 1 yang berarti konsentrasi CO di


Jalan Raya M.Yamin tidak berisiko teradap kesehatan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Devita, Nurjazuli dan Tri (2017) yang mendapatkan nilai
RQ ≤ 1 pada petugas pengumpul tol di Semarang.(8)

Kesimpulan dan Saran

Hasil pengukuran konsentrasi CO di sepanjang Jalan M.Yamin Kota Padang


pada ketiga titik penelitian masih dibawah baku mutu berdasarkan PP No. 41 Tahun
1999 Tentang pengendalian dan Pencemaran Udara yaitu 30.000 µg/Nm3. Hasil
pengukuran konsentrasi CO tertinggi yaitu 39,21 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi CO
terendah yaitu 32,85 µg/Nm3.

Hasil perhitungan intake realtime dan intake lifetime terbesar terdapat pada
lokasi depan simpang Jalan Hangtuah dengan nilai intake realtime adalah 0,000789
mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime adalah 0,00473 mg/kg/hari. Hasil
perhitungan risiko lifetime (30 tahun) yang didapatkan perbandingan antara intake
dan nilai RfC menunjukkan ketiga titik sampling tidak berisiko mengalami gangguan
kesehatan dengan RQ<1 dan perhitungan risiko realtime didapat hasil pajanan CO
masih aman dengan RQ < 1.

Pedagang diharapkan lebih peduli terhadap kesehatan, mengenali potensi


bahaya yang dapat membahayakan kesehatan dan melakukan pencegahan seperti
membiasakan diri memakai masker selama berdagang dan menghindari kebiasaan
merokok. Pemerintah diharapkan dapat melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut,
pemantauan rutin terhadap konsentrasi CO serta melakukan tindakan pencegahan
dengan cara menanam tanaman penyerap polusi di sepanjang Jalan M.Yamin Kota
Padang.
Penghargaan / Pengakuan
Studi ini merupakan bagian dari skripsi OR, ucapan terima kasih
disampaikan kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas,
kepada dosen pembimbing atas bimbingannya, kepada seluruh dosen dan staff
akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, dan kepada pihak
UPTD HIPERKES Kota Padang yang turut berpartisipasi dan membantu dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedomo M. Pencemaran Udara. Bandung: ITB; 2001


2. Tugastawati AT. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya terhadap
Kesehatan. Jpn J of Health and Human Ecology. 1995
3. Veronika E, Santi DN, Ashar T. Analisis Kadar PM10 dan Karbon Monoksida (CO) Serta
Keluhan Gangguan Pernafasan Akut pada Petugas Dinas Perhubungan Terminal Amplas
Medan Tahun 2014. Jurnal USU. 2014
4. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas
Udara. Jakarta; 2007
5. Pamungkas RE, Sulistiyani, Rahardjo M. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
Akibat Paparan Karbon Monoksida (CO) Melalui Inhalasi pada Pedagang di Sepanjang
Jalan Depan Pasar Projo Ambarawa Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2017;5(5):824-31.
6. Wardhana WA. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI; 2004.
7. Nanda MF. Analisis Risiko Pajanan Karbon Monoksida (CO) Pada Pedagang di Jalan
Raya Indarung Kawasan Industri PT Semen Padang Tahun 2017 [Skripsi]. Padang:
Universitas Andalas; 2017.
8. Aprilia DN, Nurjazuli, Joko T. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas
Karbon Monoksida (CO) Pada Petugas Pengumpul Tol di Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017;5(3):367-75.
Tabel 10 Karakteristik Responden
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Umur
< 20 tahun 1 1,6
21-30 tahun 27 42,2
31-40 tahun 18 28,1
41-50 tahun 11 17,2
51-60 tahun 6 9,4
>61 tahun 1 1,6
Jumlah 64 100,0
Jenis kelamin
Laki-laki 15 23,4
Perempuan 49 76,6
Jumah 64 100,0
Pendidikan
SD 2 3,1
SLTP 10 15,6
SLTA 41 64,1
D3/S1/S2/S3 11 17,2
Jumlah 64 100,0

Tabel 11 Karakteristik Antropometri dan Pola aktivitas

No Elemen Mean Median Modus Min Max SD Distribusi


Data
1 Berat Badan 58,48 59,50 60 40 75 8,186 0,880
(Wb) (Kg)
2 Lama Pajanan 10,09 10,00 9 8 12 1,075 0,022
(tE) (jam/hari)
3 Frekuensi 321,83 310,50 310 250 364 25,553 0,000
Pajanan
(hari/tahun)
4 Durasi Pajanan 6,00 5,00 1 1 39 6,580 0,003
(Dt) (tahun)

Tabel 12 Data Keluhan Kesehatan pada Pedagang di Jalan Raya M.Yamin


Jumlah (persen)
No Keluhan Kesehatan
Pernah Tidak pernah
1 Sakit kepala ringan 44 (68,8%) 20 (31,3%)
2 Mual / rasa ingin muntah 17 (26,6%) 47 (73,4%)
3 Pandangan kabur / mata pedih 35 (54,7%) 29 (45,3%)
4 Dada berdebar-debar 12 (18,8%) 52 (81,3%)
5 Dada sesak 13 (20,3%) 51 (79,7%)
6 Lemah / lesu / kelelahan 55 (85,9%) 9 (14,1%)
7 Gangguan konsentrasi 45 (70,3%) 19 (29,7%)
Tabel 13 Konsentrasi CO di Jalan M.Yamin Padang

No Lokasi Waktu Lama Konsentrasi NAB


Pengukuran 30 mg/m3
1 Depan CIMB 09.05 – 10.05 1 jam 0,03478 Tidak
Niaga mg/m3 melebihi
2 Depan simpang Jl. 10.20 – 11.20 1 Jam 0,03921 Tidak
Hangtuah mg/m3 melebihi
3 Simpang bundaran 11.30 – 12.30 1 Jam 0,03285 Tidak
pasar raya mg/m3 melebihi
Konsentrasi CO 0,03561 Tidak
rata-rata melebihi

Tabel 14 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime pada Setiap Titik


Titik sampel Intake Realtime RQ Risiko
Depan CIMB 0,000699 0,00028 Tidak berisiko
Niaga mg/kg/hari
Depan simpang Jl. 0,000789 0,00031 Tidak berisiko
Hangtuah mg/kg/hari
Simpang bundaran 0,000661 0,00026 Tidak berisiko
pasar raya mg/kg/hari
Konsentrasi rata- 0,000716 0,00028 Tidak berisiko
rata mg/kg/hari
Paling berisiko 0,0126 0,0051 Tidak berisiko
mg/kg/hari

Tabel 15 Nilai Risk Quotient (RQ) Lifetime pada Setiap Titik


Titik sampel Intake Lifetime RQ Risiko
Depan CIMB 0,00419 0,0016 Tidak berisiko
Niaga mg/kg/hari
Depan simpang Jl. 0,00473 0,0019 Tidak berisiko
Hangtuah mg/kg/hari
Simpang bundaran 0,00396 0,0015 Tidak berisiko
pasar raya mg/kg/hari
Konsentrasi rata- 0,00429 0,0017 Tidak berisiko
rata mg/kg/hari
Paling berisiko 0,00973 0,0039 Tidak berisiko
mg/kg/hari

Anda mungkin juga menyukai