2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1474
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BENGKEL LAS
DI JALAN MAHKAMAH KELURAHAN MESJID
KECAMATAN MEDAN KOTA
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
JUNI ANGGRENI SIMARMATA
NIM : 131000543
OLEH
JUNI ANGGRENI SIMARMATA
NIM : 131000543
iii
iv
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya
TAHUN 2017”.
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material.
dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Depatemen Keselamatan dan
7. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah memberikan
kritik dan saran serta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan membantu penulis
10. Ayah dan Ibu atas jasa-jasanya, kasih sayang, kesabaran, motivasi, doa dan
tidak pernah lelah mendidik dan memberi cinta yang tulus kepada penulis
11. Abang-adik penulis, Boy Wilmar Simarmata dan Oktiani Devanti Simarmata
yang selalu memberikan doa dan semangat dalam penyelesaian Skripsi ini.
12. Yang Terkasih Arief Binsar Tampubolon yang telah banyak membantu,
13. Sahabat saya, Naik Simbolon, Claudia Desy Natalia, Ester Aryanti, Clintony,
Saragih, Diana Pasaribu yang telah memberi semangat, motivasi dan doa
Pakpak Bharat Kota Salak yang selalu memberikan dukungan dan semangat
vi
maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
vii
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... xiii
viii
ix
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Bengkel Las di Jalan
Mahkamah Medan Tahun 2017 ................................................... 53
Gambar 2.1 Alat Keselamatan kerja diri bagian muka dan mata (face shield) . 24
xi
xii
1995 di kota Batam. Berasal dari kota Batam Kepulauan Riau dan bertempat
Kuning Indah, Kota Batam, Kepulauan Riau (2001-2007), SMP Negeri 21 Kota
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2013 dan akan
xiii
PENDAHULUAN
formal maupun yang berada di sektor informal (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Bab XII tentang Kesehatan Kerja,
upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan
perkebunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pekerja yang bekerja di
sektor informal mencapai 72,67 juta orang pada Februari 2017. Data statistik
tahun 2017 menunjukkan bahwa 58,35% pekerja Indonesia saat ini bekerja di
sektor informal dengan gaji rendah dan pekerjaan beresiko serta tidak ada kontrak
dan kesehatan kerja, hal ini di atur dalam pokok peraturan yaitu UU RI No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, UU No. 14 tahun 1969 pasal 9 dan 10
keselamatan dan kesehatan kerja. Dari peraturan tersebut maknanya adalah bahwa
keselamatan dan kesehatan kerjanya, dan diantara aturan pekerjaan itu adalah
mewajibkan bagi setiap tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri agar dapat
saat ini dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih sangat kurang
memadai dan juga kurang mendapat perhatian dari instansi terkait. Pekerja di
memadai, tidak sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur atau
bidang pengelasan merupakan salah satu industri informal yang kurang memiliki
kecil. Pengelasan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena memiliki resiko
fisik yang sangat tinggi sehingga dalam pengerjaannya memerlukan keahlian serta
peralatan khusus agar seorang pengelas (welder) tidak terkena kecelakaan kerja.
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
Contoh metode pengelasan dapat berupa las busur dengan pelindung gas
lembam (inert gas shielded metal arc welding), las busur dengan elektroda karbon
atau grafit (carbon arc welding), las gesek (friction welding), las ultrasonik
(ultrasonic welding), las sinar laser (laser welding), dan lain-lainnya. Berbagai
1994).
membahayakan juru las. Bahaya tersebut dapat berupa paparan panas, tersengat
listrik, ergonomi kerja, kabel las yang berantakan dan paparan intensitas cahaya
las yang tinggi. Hal lain yang dapat memperburuk risiko bahaya juga dapat
Risiko bahaya yang ada pada pekerjaan las adalah debu, gas, sengatan
listrik, cahaya dan sinar, radiasi panas, bahaya ledakan, bahaya kebakaran, dan
bahaya percikan las. Pajanan lain yang timbul dari proses las adalah radiasi
penelitian dimana menyatakan bahwa telah terjadi 200 kasus kematian yang
karena itu terjadinya kelelahan pada tenaga kerja perlu diawasi oleh pihak yang
dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan
mata. Kelelahan mata terjadi akibat penggunaan fungsi penglihatan secara intensif
pada juru las karena munculnya bunga api dari las menciptakan intensitas cahaya
yang tinggi pada medan pandang juru las. Pada pekerjaan juru las, cahaya yang
dipancarkan dari pengelasan dapat memberikan efek kelelahan pada mata. Cahaya
dari las dapat mengakibatkan kerusakan pada mata. Kondisi sakit dari kerusakan
mata ini akan terasa secara tidak langsung tetapi akan muncul satu hingga dua hari
temperatur. Kehidupan pekerja las tidak lepas dari sumber-sumber radiasi. Radiasi
partikel elementer dan energi radiasi dari suatu sumber radiasi. Proses pengelasan
Radiasi merupakan transmisi energi melalui emisi berkas cahaya atau gelombang.
Energi radiasi bias terletak di rentang sinar tampak, tetapi dapat pula lebih besar
atau lebih kecil dibandingkan sinar tampak. Tiga sinar non pengion tersebut antara
lain :
Sinar ultraviolet banyak terdapat pada saat mengelas, dari sinar matahari
apabila ditatap dalam waktu yang lama, serta juga dari pantulan sinar matahari
diatas salju. Sinar ultraviolet merupakan gelombang pendek yang tidak terlihat
dan dapat diserap oleh kulit, kornea dan epitel konjungtiva. Radiasi sinar
tiga jenis panjang gelombang yang berbeda yaitu : UV-A 315-400 nm; UV-B 280-
Salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dalam menanggapi respon dari
lemah atau pun terlalu kuat adalah mata. Untuk seorang pekerja di bidang
memberi dampak pada sistem kerja matanya. Menurut penelitian yang dilakukan
dengan indra mata yaitu salah satunya sinar ultraviolet. Sinar ini dapat menembus
alat pelindung diri berupa kaca mata pelindung (google) akan mengurangi
intensitas cahaya yang masuk, namun tidak diketahui seberapa besar pengaruhnya
oleh kornea mata dan sebagian kecil mencapai lensa sehingga akan menimbulkan
kelelahan mata pekerja. Untuk seorang pekerja las, terlalu sering berhadapan
dengan cahaya intensitas tinggi akan memberi dampak pada sistem kerja matanya.
Hadirnya cahaya ini akan membahayakan mata pekerja. Menurut Nurdin (1999)
semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea
mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat, maka akan segera menimbulkan
kelelahan mata.
Selain itu menurut CCOHS (Canadian Centre for Occupational Health &
Safety) sinar yang paling umum memberikan dampak nyata bagi mata manusia
dan pekerja adalah sinar Ultraviolet-B. Untuk melindungi pekerja dari pengaruh
ini.
and Thermal Cutting (1988) dilaporkan efek radiasi sinar las pada mata pekerja
las yang tidak memakai pelindung mata dengan benar dan tidak memakai
Karai Et al 1984). Juga dituliskan bahwa dalam penelitian yang lain yang
dilakukan oleh Golychev dan Nikatina (1974) ditemukan bahwa akibat dari tidak
dipakainya alat pelindung mata, seorang asisten tukang las yang berumur 42 tahun
menderita katarak karena secara reguler membantu pekerja las selama 19 tahun
masa kerja. Pekerja ini dilaporkan mengalami welder flash dan conjungtivitis
Oginawati (2009) pekerja las yang bekerja tanpa menggunakan kacamata rata-rata
indera penglihatan atau mata. Organ ini perlu dilindungi dari busur nyala listrik
yang berupa sinar ultraviolet dan inframerah yang berintensitas sangat tinggi.
Akibat radiasi tersebut retina dan selaput luar mata dapat rusak dan kering. Jika
kerusakan telah demikian lanjut maka mata dapat mengalami kebutaan. Oleh
1996).
Medan sebagai salah satu kota industri di Indonesia yang banyak memiliki
usaha-usaha informal, salah satu nya bengkel las. Salah satu pusat bengkel las
Medan kota dengan jumlah 25 bengkel las dan jumlah pekerja sebanyak 58
pekarangan, pintu gerbang, jerjak pintu atau jendela rumah, aneka jenis permainan
anak-anak yang terbuat dari besi dan lain-lain. Proses kerja pengelasan diawali
dengan pemilihan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, setelah bahan diperoleh
sesuai dengan kebutuhan maka material yang telah dipotong tersebut dibentukan
alat pengelasan yang menghasilkan suhu tinggi dan kebisingan (noise). Dalam
proses kerjanya sebuah mesin las yang digunakan sebagian besar pekerja adalah
las listrik dan beberapa mesin las argon. Mesin las listrik yang digunakan adalah
Lakoni Falcon 120E Mesin Trafo Las MMA-Inverter. Proses pembuatan produk-
yang berasal dari mesin las, radiasi akibat proses pengelasan, listrik sebagai
sumber tenaga mesin, disamping itu pula akan terjadi percikan-percikan api dan
pekerja las di dapati pekerja merasakan kelelahan pada mata setelah melakukan
pengelasan seperti mata mengeluarkan air mata atau berair, mata terasa perih,
gatal/kering, mata kesulitan fokus, ketajaman mata menurun dan kepala pusing.
las di jalan Mahkamah karena kesehatan kerja dalam usaha sektor informal belum
permasalahan penelitian ini adalah gambaran kelelahan mata pada pekerja bengkel
las di Jalan Mahkamah Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan Kota tahun 2017.
1. 3 Tujuan Penelitian
mata pada pekerja bengkel las di Jalan Mahkamah Kelurahan Mesjid Kecamatan
1. Peneliti
10
kesehatan kerja.
11
TINJAUAN PUSTAKA
menurut keterangan telah diketahui dan dipratekkan dalam rentang waktu antara
tahun 4000 sampai 3000 sebelum masehi dan diduga sumber panas berasal dari
dengan pesat karena telah dipergunakannya sumber energi listrik (Suharno, 2008).
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dengan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan rangka baja, bejana tekan pipa pesat,
pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga
Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus,
utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi
pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus
65
kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula
tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang
akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang
Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari
defenisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energy panas. Pada
dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi
ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan (Suharno, 2008).
sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C 2H2 dengan
66
oksigen (O2) dapat menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga dapat
mencairkan logam. Gas asetilin merupakan salah satu jenis gas yang
sangat mudah terbakar dibawah pengaruh suhu dan tekanan. Gas asetilin
lain:
jauh lebih tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini
akan terjadi pada suhu 300oC, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh
sebab itu, gas asetilin tidak boleh disimpan atau digunakan pada
suhu 300oC.
pada tekanan 1 atm atau 530oC jika tekanan 3 atm. Jika terjadi
2. Las listrik
cukup. Penyambungan dua buah logam atau lebih menjadi satu dengan
67
akan disambung.
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada
nyala busur listrik karena adanya potensial tegangan dan beda tegangan
tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api listrik. Hal yang
listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan yang bisa
Dalam proses kerjanya sebuah mesin las yang digunakan sebagian besar
pekerja adalah las listrik dan beberapa mesin las argon. Mesin las listrik yang
digunakan adalah Lakoni Falcon 120E Mesin Trafo Las MMA-Inverter. Deskripsi
mesin las sebagai berikut, Lakoni Falcon 120E adalah mesin las yang
Digunakan umumnya untuk keperluan hobby, rumah tangga atau industri ringan.
Mesin ini cukup ringan sehingga mudah dibawa-bawa. Memerlukan daya listrik
68
Ampere. Mesin las ini mampu mengelas dengan menggunakan kawat las 1,6 mm
hingga 4,0 mm. Mesin las ini menggunakan teknologi inverter dengan komponen
daya MOSFET atau IGBT. Inverter merubah arus AC dari sumber tegangan
menjadi DC yang kemudian diperkuat menjadi 100 KHz. Hal ini menyebabkan
trafo-las-mma-inverter-lakoni-falcon-120e-pr389.html).
Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak
hati-hati terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah.
Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto dan
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
a. Sinar Ultraviolet
tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia
yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa
dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa
69
umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam. Pencegahan dapat
(Budiono, 2003).
tetapi sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea.
Pasien yang telah terkena sinar ultraviolet akan memberikan keluhan 4-10
jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti
dan uji fluorensin positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebral.
Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan
70
kulit pekerja las. Efek pajanan pada mata dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
beberapa jam setelah terpajan dan akan terus ada sampai 24 jam.
b. Cahaya Tampak
Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las mengeluarkan
760 nm. Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh
lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka
akan segera menjadi kelelahan pada mata (Nurdin, 1999). Kelelahan pada
71
itu, pemaksaan daya akomodasi oleh mata juga menimbulkan sakit kepala
Sinar infra merah dan sinar ultraviolet berasal dari busur api. Sinar
berubah menjadi panas. Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh
mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak
terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata sama
pada lensa mata sehingga sel-sel itu tidak mampu melakukan peremajaan.
Lensa mata yang terpapar radiasi dalam waktu cukup lama akan berakibat
menjadi kabur. Penyinaran yang mengenai mata dengan dosis 2-5 Lux
72
arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
berikut:
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
orang lain.
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 μm sampai dengan 3
μm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan
dalam debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam
73
adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3)
4. Bahaya kebakaran
bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya
kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang
disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai
5. Bahaya Jatuh
selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan
Alat keselamatan kerja las atau sering disebut alat perlindungan diri adalah
bahaya kecelakaan dalam pengelasan. Alat keselamatan kerja las wajib digunakan
saat bekerja sesuai standar, bahaya dan risiko untuk menjaga keselamatan pekerja
74
yaitu:
kurang tepat
5. Memenuhi standar
Alat Keselamatan kerja diri dalam pengelasan terdapat tiga jenis, yaitu:
Alat ini dapat berupa topi kepala yang berguna untuk melindungi kepala
dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan terkena
arus listrik. Tutup kepala yang berguna untuk melindungi kepala dari
kebakaran. Korosi panas atau dingin dapat terbuat dari asbetosis, kain khusus
tahan api dan korosi, yang terbuat dari kulit dan kain tahan air. Hats/cap
mesin berputar, biasanya terbuat dari katun (Niken Diana Hapsari, 2003)
b) Alat keselamatan kerja diri bagian muka dan mata (face shield)
dengan kecepatan tinggi. Adanya percikan caira panas atau korisif, kontak
75
panjang gelombang, temasuk sinar laser (Darmini, 2007). Alat pelindung ini
dapat berupa spectacles yang berguna untuk melindungi mata dari partikel-
partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik, kilatan cahaya atau
sinar yang menyilaukan. Digunakan pada tingkat yang rendah. Goggles yang
digunakan untuk melindung mata gas, debu dan percikan larutan kimia. Bahan
dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi koblat
kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah. Selain kedua
alat tersebut perisai muka, yang digunakan untuk melindungi mata dan muka.
Alat ini dapat dipasang pada helm atau pada kepala langsung. Dapat pula
dipegang dengan tangan, alat ini banyak digunakan pada pekerjaan pengelasan
1) Kacamata (spectacles)
Digunakan untuk melindungi mata, gas, uap debu dan percikan larutan
kimia. Bahan dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang
non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang terbuat dari linsa yang dilapisi timah
76
nyaman, tapi alat pelindung mata ini juga akan menutupi mata dengan ketat
sehingga tidak terjadi pertukaran udara didalamnya dan hal ini akan
(Disnakertrans, 2002).
Tameng muka digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar
ultraviolet, inframerah), radiasi panas las serta percikan bunga api las. apabila
muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit
maupun daging akan rusak. Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh
muka terhadap kebakaran kulit akibat dari cahaya busur, percikan dan lain
yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung mata saja.
Gambar 2.1 Alat keselamatan kerja diri bagian muka dan mata (face shield)
1. Menghindari percikan bunga api las, agar tidak mengenai mata, tangan,
77
maupun inframerah.
(Wiryosumarto, 2000) :
d) Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah.
dari bahan yang tidak begitu keras, sehingga pada saat kacamata dipakai
sepanjang hari dan berkeringat, tidak membuat sakit pada kulit muka. Karena
lubang hawa yang kecil pada gagangnya dan karena kaca mukanya bukan
penghantar panas yang baik, maka kacamata itu tidak akan menjadi buram
kawat baja, yang berfungsi untuk mengikat kaca. Karena sifat lengkung dari
kawat baja tersebut, maka kacamata nyaman dipakai. Selain itu, pada bagian
dalam kaca yang sudah kuat tersebut masih bisa dilapisi dengan sebuah pelat
bening dari mika atau celon. Mika dan celon ini mencegah kaca menjadi
buram.
78
otak, untuk ditafsirkan. Mata berperan sebagai kamera untuk melihat. Mata
layaknya diafragma kamera. Bila sinar masuk kedalam bola mata normal maka
sinar akan difokuskan pada selaput jala terutama pada daerah yang dinamakan
bintik kuning. Mata dan saraf matahanya merupakan alat penerus rangsangan
sinar masuk ke pusat penglihatan pada otak. Otak belakang akan menilai
yang berasal dari kedua mata. Fungsi mata terutama untuk melihat. Melihat
kedua mata untuk melihat stereoskopik, dan luasnya lapang pandangan (Ilyas,
2004).
Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Mata
dapat bekeja secara efektif menerima cahaya dalam rentang intensitas yang sangat
lebar sekitar 10 milyar cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan
bentuk bola mata yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg) ditafsirkan (Cambridge
79
Sumber: http:www.biotechfordummies.com
a. Kornea
sinar cahaya masuk ke mata dan membelokkannya untuk fokus pada retina
(Ilyas, 2008).
b. Iris
bersambung dengan selaput koroid. Iris terdiri dari dua serabut otot polos,
80
d. Lensa
e. Aqueus Humor
Aqueus Humor adalah suatu cairan jernih yang memberi makan kornea
dan lensa, dihasilkan di korpus siliaris melalui proses difusi dan transport
aktif dari plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil untuk mengisi kamera
f. Vitreus Humor
Vitreus Humor yaitu zat gelatinosa jernih yang mengisi ruang antara
lensa dan retina. Vitreus Humor berfungsi untuk memberi bentuk dan
bahwa mata merupakan organ yang sangat lembut dan dilindungi oleh alis mata,
kelopak mata, kelenjar lakrimalis dan tulang orbital yang tersimpan di dalam
jaringan lemak.
81
Alis berfungsi melindungi mata dari cidera dan cahaya yang terlalu
mata.
b. Kelopak mata
Kelopak mata terdiri dari jaringan fibrosa yang ditutupi kulit dan
berupa bulu mata yang mencegah masuknya debu, serangga dan cahaya
menutupi bagian depan bola mata disebut konjungtiva. Hal ini menyebabkan
terbentuknya sakus konjungtiva di bawah dan atas kelopak mata. Debu dan
membuat membran ini tetap bersih, secara terus menerus membran dicuci
c. Kelenjar Lakrimalis
bola mata secara keseluruhan dan diusap oleh gerakan mengejap kelopak
licin. Air mata juga berfungsi memperbaiki tajam penglihatan sesaat saat
berkedip.
82
kedalam mata secara konstan diirigasi oleh cairan secara perlahan yang
membuatnya tetap bersih serta membuang sel-sel benih (germs) dan substansi
yang membahayakan. Cairan tersebut terdiri dari air, garam dan substansi anti
yang uniform, avaskuler dan degurtenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan
kornea yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-
sel epitel tersebut telah beregenerasi. Penguapan air dari film airmata prakornea
akan mengakibatkan film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan
langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisialis
bersifat bifasik. Sustansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut
83
bagian kornea, yang kemudian dibiaskan oleh aquerus humour kearah pupil. Pada
bagian pupil, jumlah cahaya yang masuk kedalam mata dikontrol secara otomatis,
dimana untuk jumlah cahaya yang banyak, bukaan pupil akan mengecil,
Pupil akan meneruskan cahaya ke bagian lensa mata dan oleh lensa mata
difokuskan ke retina melalui vitreous humour. Cahaya apapun objek yang telah
difokuskan ke bagian retina, merangsang sel saraf batang dan kerucut untuk
bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke saraf optik, ke otak dan kemudian otak
saraf batang bekerja untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misalnya
malam hari. Sedangkan sel saraf kerucut bekerja untuk penglihatan dalam suasana
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat subjektif.
Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan
84
2. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi
dan intelektual.
4. Kelelahan saraf, disebabkan oleh terkenanya salah satu bagian dari sistem
psikomotorik.
6. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam
penglihatan. Stress pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi pada
saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak
yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan
85
Kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi penglihatan.
Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk
melihat objek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama.
Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus-menerus dan
besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi
kelelahan mata, stres pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang
berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama
(Ilyas, 1991).
mata, sebagian dari kemampuan alat penglihatan dan sebagian lagi dari
menjadi lelah. Kelelahan mata sendiri sebenarnya adalah kelelahan otot, karena
kelebihan beban pada otot siliar. Kemudian baru ditambahkan kelelahan dari saraf
2004).
memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang
86
pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang
perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras.
Kelelahan mata ditandai dengan penglihatan kabur, rangkap, mata merah, mata
a. Kelainan Refraksi
bayangan kabur.
b. Usia
cahaya empat kali lebih besar. Pada usia 60 tahun, kebutuhan cahaya
87
tahun karena pada usia 45-50 tahun daya akomodasi mata menjadi
berkurang.
menebal atau menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar
Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan
6/6, melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda
perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama. Makin
mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja (Suma’mur, 2009).
88
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
(Budiono, 1999).
a. Lama Paparan
Masyarakat, 1990).
89
signifikan terhadap paparan yang berulang dari sinar UV. Maka, salah
pekerja yang terpapar sinar UV yang bersumber dari bunga api listrik
kegiatan pengelasan.
90
(konjungtivitis)
b) Penglihatan rangkap
c) Sakit kepala
menurun
91
bekerja.
Pada dasarnya gejala umum yang dirasakan oleh pekerja yang mengalami
eyestrain adalah mata yang terasa mengantuk dan berair. Menurut Pheasant (1991)
d) Penglihatan kabur.
g) Mata berair.
h) Mengantuk.
92
l) Sakit kepala.
m) Mata memerah.
p) Silau
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan pekerja las. Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat
atau cahaya tampak, Sinar Ultraviolet dan Sinar Inframerah. Menurut Lyon
dihasilkan selama proses pengelasan yang salah satunya adalah Sinar Ultraviolet.
Menurut Alatas, dkk (2003), energi radiasi Ultraviolet-B sebagian besar akan
diserap kornea dan dapat pula mencapai lensa sehingga menimbulkan kelelahan
mata pekerja.
93
otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat
dalam jangka waktu yang lama. Otot mata sendiri terdiri tiga sel-sel otot eksternal
yang mengatur gerakan bola mata, otot ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa
mata dan otot iris yang mengatur sinar yang masuk kedalam mata. Semua aktifitas
sebagaimana otot-otot yang lain akan bisa membuat mata mengalami kelelahan.
Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman atau sakit
(Kismawadi, 2009).
penglihatan. Stress pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi pada
saat seseorang berupaya untuk melihat obyek berukuran kecil dan pada jarak yang
dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja
(korpus siliaris) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai
Ini akan dapat mempengaruhi pandangan yang bisa menjadi samar karena
sampai cukup serius. Seperti dijelaskan tadi, bahwa melihat suatu objek pada jarak
yang sama terus-menerus akan dapat meyebabkan otot-otot mata menjadi lelah,
terutama pada orang yang bekerja dengan jarak sangat dekat dengan sumber
94
dirasakan oleh pekerja antara 2-24 jam setelah pajanan. Pekerja akan merasakan
mata sakit, mata kemerahan, photopobia dan mata seperti kelilipan. Keadaan ini
sinar Ultraviolet-B itu sendiri. Menurut American Welding Society (2003), berikut
ini adalah tindakan yang harus dilakukan untuk melindungi pekerja dari bahaya
1. Pekerja harus menggunakan topeng las (Welding Shield) dengan shade of filter
95
Ultraviolet protective side shields sebagai tambahan terhadap topeng las yang
sesuai. Side shields akan melindungi pekerja dari sinar radiasi yang terpantul.
4. Setiap orang yang bukan pekerja las, tetapi berada disekitaran pekerjaan las
shields.
96
METODE PENELITIAN
gambaran kelelahan mata pada pekerja las di Jalan Mahkamah Kelurahan Mesjid
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di 25 bengkel
las di kawasan jalan Mahkamah Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan Kota yang
3.3.2 Sampel
97
(Hidayat, 2007).
3. Pekerja yang tidak memiliki kelainan atau gangguan mata seperti rabun (jauh,
4. Pekerja tetap.
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti.
wawancara.
98
Data sekunder berupa jumlah pekerja yang diperoleh dari pemilik bengkel
las yang berada di jalan Mahkamah Kelurahan Masjid Kecamatan Medan Kota.
3.5.1 Variabel
1. Variabel Independen
atau berubahnya variabel terkait. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalah usia pekerja, lama paparan, masa kerja dan pemakaian
2. Variabel Dependen
1. Usia Pekerja :
2. Lama Paparan :
Lama Paparan adalah jumlah waktu kerja per hari pekerja khusus
melakukan pengelasan.
99
5. Kelelahan Mata :
karena terjadi spasme (kekakuan) otot mata yang dirasakan oleh pekerja
1. Usia pekerja
2. Lama paparan
3. Masa kerja
100
a. Pakai
b. Tidak pakai
5. Kelelahan mata
Fatigue Index (VFI) adopsi dan modifikasi dari Chiuloto (2011), hasil
Pernah (skor 1), Kadang-kadang (skor 2), Sering (skor 3) dan Selalu (skor
101
responden.
maksimal dari 22
pertanyaan
(22 x 4) = 88
Hasil pengukuran:
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang
102
4. Entry data yaitu memasukkan data yang telah diberi kode tersebut kemudian
univariat.
103
HASIL PENELITIAN
Mesjid Kecamatan Medan Kota Provinsi Sumatera Utara. Bengkel las terdiri dari
25 bengkel las memiliki jumlah pekerja yang berbeda-beda, satu bengkel las ada
yang terdiri dari 1 sampai 5 pekerja dan semuanya adalah pekerja laki-laki.
Pekerja di bengkel las Jalan Mahkamah Medan merupakan buruh tetap yang
pintu gerbang, jerjak pintu atau jendela rumah, aneka jenis permainan anak-anak
yang terbuat dari besi dan lain-lain. Dalam proses produksinya pengelasan
menggunakan peralatan seperti las busur listrik, las oksi asitelin, mesin gerinda,
pendukung lainnya.
material yang telah dipotong tersebut dibentukan sesuai dengan model yang
pengelasan, material dipoles untuk menghasilkan bentuk yang menarik dan indah.
104
pekerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
panas yang berasal dari mesin las dan radiasi akibat proses pengelasan.
variabel independen (usia, lama paparan dan masa kerja) dan variabel dependen
(kelelahan mata).
4.2.1 Usia
Distribusi usia pekerja bengkel las di jalan Mahkamah Medan dapat dilihat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Bengkel Las di Jalan Mahkamah
Medan Tahun 2017
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok usia >25
tahun sebanyak 17 orang (56,7%) dan responden dengan kelompok usia ≤25 tahun
105
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan nilai maksimum lama
paparan ≥8 jam sebanyak 17 orang (56,7%) dan responden dengan nilai minimum
Distribusi masa kerja pekerja bengkel las di jalan Mahkamah Medan dapat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Bengkel Las di Jalan
Mahkamah Medan Tahun 2017
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden dengan nilai maksimum masa
kerja selama >5 tahun sebanyak 5 orang (16,7%) dan masa kerja ≤5 tahun
106
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 25 responden (83,3%) selalu memakai
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Alat Pelindung Mata pada Pekerja
Bengkel Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2017
gelap biasa, kacamata gelap tertutup (goggles) dan tameng muka. Dari tabel 4.5
dapat dilihat bahwa 25 responden (83,3%) yang memakai alat pelindung mata
yaitu kacamata gelap biasa, dan 5 responden (16,7%) tidak memakai kacamata
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata pada Pekerja Bengkel Las di
Jalan Mahkamah Medan Tahun 2017
107
mata sebanyak 27 orang (90,0%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata
Tabel 4.7 Gambaran Kelelahan Mata pada Pekerja Bengkel Las di Jalan
Mahkamah Medan Tahun 2017
Jumlah Persentase
No Kelelahan Mata
(Orang) (%)
1 Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar
mata
Tidak Pernah 17 56,7
Kadang-kadang 12 40,0
Sering 1 3,3
Selalu - -
Total 30 100
2 Mata Terasa Sakit
Tidak Pernah 11 36,7
Kadang-kadang 15 50,0
Sering 4 13,3
Selalu - -
Total 30 100
3 Mata Terasa Berat
Tidak Pernah 12 40,0
Kadang-kadang 15 50,0
Sering 2 6,7
Selalu 1 3,3
Total 30 100
4 Penglihatan Kabur
Tidak Pernah 9 30,0
Kadang-kadang 15 50,0
Sering 5 16,7
Selalu 1 3,3
Total 30 100
5 Penglihatan Ganda atau Berbayang
Tidak Pernah 9 30,0
Kadang-kadang 17 56,7
Sering 2 6,7
Selalu 2 6,7
Total 30 100
6 Mata Terasa Panas
Tidak Pernah 5 16,7
Kadang-kadang 17 56,7
Sering 3 10,0
108
109
110
responden diperoleh data bahwa pekerja bengkel las di Jalan Mahkamah selalu
sebanyak 7 orang (23,3%). Mata terasa panas dan mata terasa perih masing-
masing sebanyak 5 orang (16,7%). Mata berair, kelopak mata sulit memejam dan
mata terasa sakit ketika dipejamkan dengan kuat masing-masing sebanyak 4 orang
(13,3%). Mata terasa tegang sebanyak 3 orang (10,0%). Penglihatan ganda atau
berbayang, mata terasa kering, sakit kepala, dan terasa sakit pada mata saat
Kelelahan mata yang dirasakan oleh para pekerja bengkel las tersebut terjadi
111
PEMBAHASAN
Medan Kota. Dengan demikian dapat pula diketahui gambaran umum kelelahan
mata pada pekerja bengkel las di Jalan Mahkamah Kelurahan Mesjid Kecamatan
Medan Kota yang ditinjau dari gejala-gejala kelelahan mata yang dialami oleh
Usia pekerja adalah perhitungan waktu yang dihitung dari tahun kelahiran
sampai hari pada tahun saat dilakukan penelitian. Dari hasil penelitian dari 30
responden diketahui bahwa usia terendah responden adalah 21 tahun dan usia
responden paling banyak pada kelompok usia >25 tahun sebanyak 17 orang
(56,7%). Lama paparan adalah jumlah waktu kerja per hari pekerja khusus
melakukan pengelasan. Dari hasil peneltian untuk data lama paparan diketahui 7
orang (56,7%). Masa kerja adalah lamanya pekerja bekerja sebagai juru las. Dari hasil
peneltian untuk data masa kerja diketahui masa kerja minimum responden adalah
1 tahun dan masa kerja maksimum adalah 40 tahun. Hasil data dikelompokkan
kerja selama ≤5 tahun sebanyak 25 orang (83,3%). Alat pelindung mata adalah
112
las pada saat melakukan pekerjaan pengelasan. Dari hasil peneltian untuk data
tetapi responden tidak menggunakan alat pelindung mata yang sesuai dengan
standar keselamatan juru las melainkan jenis alat pelindung mata yang diperoleh
Fatigue Index setelah pekerja selesai melakukan pekerjaan atau saat sedang
istirahat dan makan siang. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan dengan tingkat
kelelahan yaitu tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu sesuai yang
dialami oleh pekerja bengkel las tersebut. Berdasarkan hasil kuesioner Visual
Fatigue Index pada pekerja bengkel las di jalan Mahkamah, menunjukkan bahwa
kelelahan mata yang dialami oleh pekerja bengkel las berada pada kategori ya dan
skor Visual Fatigue Index terhadap 30 pekerja bengkel las di jalan Mahkamah
kelelahan mata) jika VFI ≥ 0,4 dan Tidak (tidak mengalami kelelahan mata) jika
VFI < 0,4. Berdasarkan hasil perhitungan skor Visual Fatigue Index pada pekerja
bengkel las didapatkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak
27 orang (90,0%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 3 orang
113
merasakan gejala kelelahan mata yang tinggi dan diperlukan tindakan segera.
gejala kelelahan mata, hanya 10% responden yang tidak mengalami gejala
kelelahan mata dari 22 gejala kelelahan mata yang ada pada penelitian ini.
diakibatkan oleh karena mereka melihat cahaya atau radiasi atau yang disebut oleh
mata mereka menjadi terganggu atau berkurang, otot-otot mata juga akan bekerja
mata.
selalu mengalami kelelahan mata berupa mata terasa berpasir sebanyak 10 orang
sebanyak 7 orang (23,3%). Mata terasa panas dan mata terasa perih masing-
masing sebanyak 5 orang (16,7%). Mata berair, kelopak mata sulit memejam dan
mata terasa sakit ketika dipejamkan dengan kuat masing-masing sebanyak 4 orang
(13,3%). Mata terasa tegang sebanyak 3 orang (10,0%). Penglihatan ganda atau
berbayang, mata terasa kering, sakit kepala, dan terasa sakit pada mata saat
114
penglihatan. Stress pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi pada
saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak
yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan
laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata (DEPKES, 1990). Kelelahan
mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-
otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap
kabur, rangkap, mata merah, mata terasa perih, mata mengantuk dan
115
6.1 Kesimpulan
las di jalan Mahkamah tahun 2017 mengenai gambaran kelelahan mata dapat
disimpulkan bahwa:
1) Karakteristik responden pada penelitian ini sebagian besar berusia >25 tahun,
lama paparan ≥8 jam, memiliki masa kerja ≤5 tahun kerja dan memakai alat
2) Hasil penelitian pada 30 orang pekerja bengkel las sebanyak 27 orang (90,0%)
6.2 Saran
pekerja yang sudah mengalami kelelahan mata. Sistem rotasi kerja yang
116
pekerja yang sudah lama bekerja yang memiliki pengalaman. Segala sesuatu
yang baru bagi mereka seperti alat las yang digunakan, prosedur kerja,
mereka.
117
Alatas, Z., dan Lusiyanti, Y, 2003. Efek Kesehatan Radiasi Non-Pengion pada
manusia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan
Radiasi dan Biometri Nulkir, BATAN.
American Welding Society, 2003. Radiation. Safety and Health Fact Sheet no. 2.
http://www.aws.org/technical/facts/FACT-02.pdf.
Angelina, C., dan Oginawati, K, 2009. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata
Dalam Kegiatan Pengelasan Studi Kasus Pengelasan di Jalan Bogor.
Laporan Penelitian Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung. (Tidak dipublikasikan)
Budiono, A.M, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang:
CV Nugraha Sentosa.
Boyce, P.R, 2009. The Impact of Light in Buildings on Human Health. Paper
presented at the 2nd International Conference on Sustainable Healthy
Buildings, South Korea.
Canadian Centre for Occupational Health & Safety, 2008. Radiation and the
Effects On Eyes and Skin. Canada : Canadian Government.
DEPKES RI, 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Industri. Jakarta:
Dirjen Peran Serta Masyarakat, Depkes.
DEPKES RI, 2008. Kajian Kondisi Kerja pada Sektor Informal/UKM dan
Dampaknya Pada Kesehatan Pekerja. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor
Informal di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, 2009. Buku Panduan Keselamatan,
dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja. Jakarta: Pertamina.
Goff, T, 2006. Flexible Welding Protection, Occupational Health & Safety, Vol.
75, No. 9, pp. 32-34.
118
Nugroho, B.A, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS, (Edisi ke-satu). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
119
Suratman, M, 2001. Teknik Mengelas Asetilin, Brazing, dan Las Busur Listrik.
Bandung: Pustaka
Tarwaka, Solichul, H.B., dan Lilik, S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja
dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS
120
Petunjuk Pengisian :
Berikan tanda checklist () pada salah satu jawaban untuk setiap pertanyaan
(penilaian ini bersifat subjektif).
Jawaban
No Pertanyaan Tidak Kadang
Sering Selalu
Pernah -kadang
Nyeri atau terasa berdenyut
1
disekitar bola mata
2 Mata terasa sakit
3 Mata terasa berat
4 Penglihatan kabur
5 Penglihatan ganda atau berbayang
6 Mata terasa panas
7 Mata berair
8 Mengantuk
9 Mata terasa tegang
10 Mata terasa kering
11 Mata terasa gatal
Frequency Table
Statistics
Valid 30 30 30 30 30
N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1,43 1,83 1,43 1,17 1,10
Median 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00
Kategori Usia
Frequency Table
Kadang-
15 50,0 50,0 80,0
kadang
Valid
Sering 5 16,7 16,7 96,7
Kadang-
17 56,7 56,7 86,7
kadang
Valid
Sering 2 6,7 6,7 93,3
Kadang-
17 56,7 56,7 73,3
kadang
Valid
Sering 3 10,0 10,0 83,3
Kadang-
12 40,0 40,0 76,7
kadang
Valid
Sering 3 10,0 10,0 86,7
Kadang-
4 13,3 13,3 86,7
kadang
Valid
Sering 3 10,0 10,0 96,7
Kadang-
6 20,0 20,0 96,7
Valid kadang
Kadang-
9 30,0 30,0 73,3
kadang
Valid
Sering 4 13,3 13,3 86,7