Anda di halaman 1dari 91

PENERAPAN SAFETY TALK SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJADI


PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
RAMBUTAN TEBING TINGGI

SKRIPSI

Oleh

ERLITA FRIANTY SIRAIT


NIM. 151000029

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PENERAPAN SAFETY TALK SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJADI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
RAMBUTAN TEBING TINGGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERLITA FRIANTY SIRAIT


NIM. 151000029

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 29 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes.


Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.
2. Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes.

ii
iii
Abstrak

Telah dilakukan penelitian di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan


Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan safety talk di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III
Rambutan. Jenis penelitian kualitatif. subjek dalam penelitian ini adalah 12 orang
sebagai informan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
Sistem Managemen Keselamatan dan kesehatan Kerja khususnya safety talk masih
belum maksimal dan harus ditingkatkan untuk penerapannya dikarenakan masih
lalainya pihak managemen dalam penyampaian safety talk. Perlu diperhatikan
pelaksanaan safety talk baik dari pesan yang disampaikan, pelaksananya siapa,
jenis safety talk dan bagaimana pelaksanaannya. Namun pada kenyataannya safety
talk tidak berjalan dengan baik karena Pihak managemen tidak turun secara
langsung ke lapangan dalam menyampaikan safety talk sehingga safety talk
disampaikan oleh mandor dan asisten pabrik yang menyebabkan pesan safety talk
tidak tersampikan kepada pekerja dengan baik sehingga pengetahuan pekerja
tentang safety talk menjadi kurang. topik yang disampaikan belum sesuai dengan
isi safety talk dan pihak manajemen bagian K3belum berperan aktif untuk
menyampaikan. Disarankan bagi perusahaan untuk melaksanakan safety talk
dengan keseluruhan pekerja baik pihak manajemen maupun pekerja pabrik ikut
serta dalam pelaksanaan safety talk yang dijalankan.

Kata kunci : Safety talk, sistem manajemen K3

iv
Abstract

Research has been conducted at the Palm Oil Mill (PKS) of PT. Perkebunan
Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi, this study aims to determine the
application of safety talk in the Palm Oil Mill of PT. Perkebunan Nusantara III
Rambutan. This type of qualitative research with in-depth interview methods. The
population in this study were 12 people as research informants. The results
obtained were analyzed descriptively. The results of this study indicate that the
application of the K3 Management System in particular safety talk is still not
maximal and must be improved for its application because management still
neglects the safety talk delivery. The management did not go directly to the field in
delivering safety talk so that safety talk was delivered by the foreman and factory
assistant which caused the safety talk message to not be conveyed to the workers
well so that the workers' knowledge about safety talk became less. the topic
presented is not in accordance with the contents of the safety talk and the K3
management has not played an active role in delivering it. It is recommended for
companies to carry out safety talks with all workers both management and factory
workers participating in the implementation of safety talk that is carried out.

Keywords: Safety talk, K3 management system

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Penerapan Safety Talk sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan

Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi”. Skripsi ini

adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. selaku Dosen Penguji I dan Isyatun

Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah

meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
6. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah

diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

9. Serta seluruh karyawan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III

Rambutan Tebing Tinggi yang telah membantu dan mempermudah saya

dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta yang telah

tenang di surga Alm. Lisbon Sirait dan Alm. Risla Sitanggang.

11. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua oppung, Albert Sirait

dan Sinta Lubis yang mengambil bagian menggantikan kedua orang tua untuk

menyekolahkan penulis sampai kejenjang yang lebih tinggi dan juga yang

selalu memberikan kasih sayang, dukungan serta motivasi kepada penulis.

Terimakasih untuk cinta kasih serta kesabaran yang tak pernah habisnya untuk

penulis.

12. Terkhusus untuk saudara dan saudari penulis (Ester Sirait, Jepri Sirait dan

Eriani Sirait) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

13. Teman satu KTB Thadea Fedora (Getha, Siska, Christina, Monita, Vinny),

teman-teman Xavierra Giovanna (Binur, Ester, Dwira, Katrina, Lia, Ratih,

vii
Vinny) dan teman teman Naposo Bulung HKBP Sei Martebing yang selalu

mendoakan dan mendukung saya dalam pengerjaan skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan stambuk 2015 serta teman-teman peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2015. Terimakasih atas bantuan,

masukan, semangat dan dorongan serta kebersamaanya selama perkuliahan

ini.

15. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi

pembaca.

viii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 6
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6
Definisi keselamatan dan kesehatan kerja 6
Syarat keselamatan kerja 6
Kecelakaan Kerja 7
Penyebab kecelakaan 8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja 9
Potensi bahaya di tempat kerja 10
Klasifikasi kecelakaan kerja 12
Pencegahan kecelakaan kerja 13
Teori kecelakaan kerja 15
Penerapan Safety Talk 16
Tujuan safety talk 17
Manfaat safety talk 18
Prinsip kerja safety talk 19
Referensi dalam upaya pelaksanaan safety talk 20
Pihak yang melakukan safety talk 21
Metode pelaksanaan safety talk 21
Landasan Teori 22
Kerangka Berpikir 23

Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24

ix
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Subjek Penelitian 24
Definisi Konsep 25
Metode Pengumpulan Data 26
Metode Analisis Data 26

Hasil Penelitian dan Pembahasan 28


Sejarah Singkat Berdirinya PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan 28
Lokasi dan Letak Geografis PKS 29
Visi dan Misi PKS 29
Proses Pengolahan 30
Stasiun penerimaan TBS 31
Stasiun pengumpulan buah dan sortasi TBS 32
Stasiun loading ramp 33
Stasiun strerilizer 33
Stasiun hosting crane 34
Stasiun press 35
Stasiun kamar mesin 36
Stasiun boiler 36
Stasiun vertical clarifier tank 38
Struktur Organsasi P2K3 Kebun Rambutan Tahun 2019 41
Karakteristik Informan 45
Penerapan Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan 46
Kendala dalam Penerapan Safety Talk 52
Keterbatasan Penelitian 53

Kesimpulan dan Saran 54


Kesimpulan 54
Saran 54

Daftar Pustaka 56
Lampiran 58

x
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Informan Penelitian 45

xi
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka berpikir 22

2 Stasiun peneriman TBS 31

3 Stasiun jembatan timbang 31

4 Stasiun Loading Ramp 33

5 Stasiun Sterilizer 34

6 Stasiun Hosting Cran 35

7 Stasiun Press 36

8 Stasiun Boiler 37

9 Bagian Boiler 37

10 Stasiun VCT 39

11 Bagian VCT 40

12 Struktur Organisasi Kebun dan PKS 41

13 Struktur Organisasi P2K3 Kebun dan Rambutan 43

xii
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Permohonan Izin Penelitian 58

2 Surat Selesai Penelitian 59

3 Form Pedoman Wawancara 60

4 Dokumentasi Penelitian 61

5 Matriks Wawancara 68

xiii
Daftar Istilah

AK3U Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum


ALB Asam Lemak Bebas
APD Alat Pelindung Diri
DCC Document Control Center
ISBPPR Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
P2K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PKS Pabrik Kelapa Sawit
PPN Perseroan Perkebunan Negara
PTP Perseroan Terbatas Perkebunan
RCMA Rubber Culture Maatskappy Amsterdam
SOP Standar Operasional Prosedur
TBS Tandan Buah Sawit
VCT Vertical Clarifier Tank

xiv
xv
Pendahuluan

Latar Belakang

Seiring perkembangan era globalisasi dapat memicu perusahaan dalam

mengembangkan pembangunan di berbagai aspek, sehingga perusahaan juga

dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan dalam produksi

dan pelayanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut, maka diperlukan

tempat kerja yang sehat dan selamat guna untuk mengangkat standar hidup

manusia dan mengurangi sumber kecelakaan, cidera dan stress akibat kerja

sehingga tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau zero accident (Jati,

2010 dan Tarwaka, 2012).

Menurut ISO 45001 (2018) menyatakan bahwa kecelakaan kerja (accident)

adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga atau tiba-tiba yang

menimbulkan korban manusia, kerusakan properti, atau pencemaran lingkungan.

Kecelakaan dapat dicegah dengan menghindari penyebab yang bisa

mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan

dengan cara penuh kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan

rasa tanggung jawab (Daryanto, 2017).

Menurut International Labour Organization (ILO, 2018) setiap tahun

terdapat lebih dari 250 juta kecelakaan yang terjadi di tempat kerja dan lebih dari

160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja dan juga 1,2 juta

pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Menurut Ramli

(2010) setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan

korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi.

1
2

Berdasarkan jumlah kasus yang terjadi akibat kerja di Indonesia dari tahun

2011 sampai 2014, kasus yang paling tinggi akibat kecelakaan kerja terjadi pada

tahun 2013 yaitu sebanyak 35.917 kasus, dimana pada tahun 2011 terdapat 9.891

kasus, tahun 2012 sebanyak 21.735 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 24.910 kasus

(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Upaya yang dilakukan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan

pekerja, maka dalam Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja menyatakan bahwa setiap pekerja berhak mendapat perlindungan atas

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan. Salah satu bentuk upaya

perlindungan yaitu mewajibkan perusahaan menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terdapat dalam Peraturan

Pemerintah No. 50 Tahun 2012, disebutkan bahwa dalam penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja diperlukan suatu sistem yang mengatur secara keseluruhan

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan efektif.

Salah satu bentuk penerapan SMK3 yaitu komunikasi K3 yang merupakan

bagian dari kegiatan pendukung untuk pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan

kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manajemen, di samping faktor

manusia dan teknis (Institusi K3 Indonesia, 1998). Peraturan dan prosedur

keselamatan kerja sangat penting untuk membantu dan memudahkan penerapan

program keselamatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja akan

berfungsi efektif, jika program tersebut dapat dikomunikasikan pihak perusahaan

kepada seluruh pekerja dan sebaiknya program tersebut dimulai dari tahap yang

paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja. Salah
3

satu program pencegahan yang ada dalam K3 adalah melaksanakan program safety

talk di tempat kerja, yang berfungsi sebagai upaya untuk melindungi pekerja dari

cedera dan meminimalisasi bahkan menghindari kecelakaan kerja, sehingga

kerugian fatal pada peralatan kerja maupun pekerja dapat dihindarkan.

Hal ini didukung dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pinem

(2015) tentang “Penerapan safety talk dan kejadian kecelakaan kerja PT. Waskita

Karya Pekanbaru” dengan hasil penerapan safety talk yang dilakukan proyek

perpanjangan landasan pesawat PT. Waskita Karya Pekanbaru masih belum

maksimal dan harus ditingkatkan untuk penerapannya, dikarenakan masih ada

safety yang tidak wajib dilakukan dalam pelaksanaan proyek. Penelitian lain yang

telah dilakukan oleh Sari (2011) tentang “Efektifitas komunikasi safety talk

sebagai pemenuhan informasi K3 bagi para karyawan PT. Multicon” dengan hasil

penelitian menunjukkan program safety talk yang dilakukan sangat efektif dalam

memenuhi kebutuhan karyawan akan informasi mengenai K3 dan membangun

kesadaran para karyawan untuk mengutamakan safety dalam bekerja. Hasil

peneliti lain yang telah dilakukan oleh Irmawan (2018) tentang “Efektifitas

program program safety talk sebagai upaya meningkatkan kepatuhan penggunaan

alat pelindung diri (APD) di lingkungan industri’’ dengan hasil penelitian

menunjukkan safety talk yang dilakukan secara efektif dapat mempengaruhi

perilaku kepatuhan yang positif dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan komoditas sawit

dan karet yang berlokasi di Sumatera Utara. Pemerintah telah melakukan

restrukturisasi BUMN dalam rangkap peningkatan efisiensi dan efektifitas


4

kegiatan BUMN melalui penggabungan usaha berbasis wilayah eksploitasi. PT.

Perkebunan Nusantara III menghasilkan produk minyak kelapa sawit yang

digunakan industri penghasil minyak goreng, minyak industri, bahan bakar, indutri

kosmetik dan farmasi, sebagainya dengan menggunakan hasil perkebunan kepala

sawit yang dibuka dan dikembangkan.

Risiko kecelakaan kerja sangat berpotensi pada saat melakukan proses

produksi pengolahan, maka sangat diperlukan pencegahan untuk menghindari

kecelakaan tersebutdan program K3 yang baik juga sangat diperlukan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Profil PT. Perkebunan Nusantara III).

Sejauh ini program K3 yang sudah berjalan di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara III hanya satu kali melakukan penerapan safety talk dalam

sehari di tempat kerja dengan cara safety morning sebelum bekerja. Adapun jam

kerja di PKS PTPN III memiliki dua shift jam kerja yaitu safety morning pada

pukul 07.00 WIB dan safety night pada pukul 19.00 WIB, dan penerapan safety

talk yang baik seharusnya dilaksanakan setiap pertukaran jam kerja.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di PT.

Perkebunan Nusantara III pada bulan Juni 2019, bahwa peneliti menemukan satu

orang yang mengalami kecelakaan kerja di tempat kerja yaitu pada saat melakukan

proses pengolahan minyak kelapa sawit tangan pekerja terkena minyak panas dan

saat peneliti melakukan wawancara kepada APk (Asisten Perkebunan) ternyata

sudah ada tiga orang yang mengalami kecelakaan kerja dalam enam bulan terakhir.

Namun kecelakaan tersebut sudah menurun karena pada semester sebelumnya

pada tahun 2018 angka kecelakaan kerja lebih tinggi yaitu sebanyak 8 orang.

Penerapan program keselamatan kerja yang salah satunya adalah safety talk
5

merupakan salah satu upaya dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja bahkan

di tingkat suatu upaya untuk mencapai kecelakaan nihil (Zero Accident) pada

setiap proses produksi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai penerapan safety talk di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara

III Rambutan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi

rumusan masalah penelitian adalah bagaimana penerapan safety talk sebagai upaya

pencegahan kecelakaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan Tebing

Tinggi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan safety talk di Pabrik

Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan.

Manfaat Penelitian

Bagi perusahaan. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat

program safety talk.

Bagi departemen EHS. Menjadi bahan evaluasi terhadap pelaksanaan

safety talk yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III dan bahan acuan untuk

meningkatkan pelaksanaan safety talk agar lebih efektif.

Bagi penulis. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam

bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya mengenai safety talk.

Bagi lembaga pendidikan. Menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai safety talk dan dijadikan sebagai bahan referensi bagi pengembangan

ilmu dan penilitian lebih lanjut.


Tinjauan Pustaka

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Definisi keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, bahwa Keselamatan dan Kesehatan

Kerja merupakan upaya perlindungan yang ditujukan supaya tenaga kerja dan

orang-orang yang berada di wilayah tempat kerja atau perusahaan selalu dalam

keadaan selamat dan sehat, serta setiap sumber produksi yang digunakan dapat

dimanfaatkan secara aman dan efisien.

Menurut Departemen Tenaga Kerja RI (2005) menyatakan bahwa

pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala upaya dan pemikiran

yang dilakukan atau dikerjakan untuk mencegah, mengurangi dan menanggulangi

terjadinya suatu kecelakaan dan berdampak melalui langkah-langkah identifikasi,

analisa, dan pengendalian bahaya dengan adanya penerapan sistem pengendalian

bahaya dengan secara tepat dan menjalankan perundang-undangan yang

berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Syarat keselamatan kerja. Memberikan keselamatan kepada para pekerja

ataupun kepada orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan maka ada syarat

yang harus dijalankan. Adapun syarat keselamatan dan kesehatan kerja

berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pada pasal 3 (Tarwaka, 2012)

adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

6
7

3. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.

4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.

6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi,

kebisingan dan getaran.

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik psikis

ataupun fisik, keracunan, infeksi dan penularan.

8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

9. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.

10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

12. Menerapkan ergonomi ditempat kerja.

13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.

14. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.

16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidaklah terjadi secara kebetulan melainkan ada penyebabnya.

Oleh karena itu penyebab dari kecelakaan harus diteliti dan ditemukan agar dapat
8

dilakukan tindakan secara korektif dan kecelakaan dapat dicegah sehingga

kecelakaan yang sama tidak terjadi lagi (Suma’mur, 2014).

Heinrick (1980) dalam Mulyani (2016) mendefenisikan bahwa kecelakaan

adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan dan tidak terkendali dimana

tindakan atau reaksi objek, substansi, orang, atau radiasi menghasilkan cedera

pribadi atau kemungkinan lainnya.

Menurut Hadiguna (2009) kecelakaan kerja merupakan kecelakaan

seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan

perusahaan yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak

diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan

bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.

Kecelakaan kerja mempunya unsur-unsur sebagai berikut :

1. Tidak diduga semula, dimana tidak terdapat unsur kesengajaan dan

perencanaan.

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan

selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya akan

dapat menyebabkan gangguan proses.

Penyebab kecelakaan. Menurut Suma’mur (2014) penyebab kecelakaan

ada dua golongan yaitu golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan

yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia dan golongan kedua adalah

faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.

Penyebab kecelakaan kerja yaitu suatu kecelakan kerja hanya akan terjadi

apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat
9

kerja atau proses produksi dan beberapa penelitian memberikan indikasi bahwa

suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi

oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu

kejadian (Tarwaka, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja

yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor manusia itu sendiri meliputi:

a. Aturan kerja.

b. Kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan

dan lambatnya mengambil keputusan).

c. Disiplin kerja.

d. Perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan.

e. Ketidakcocokan fisik dan mental.

f. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang

tidak wajar,antara lain:

1. Terlalu berani.

2. Sembrono.

3. Tidak mengindahkan instruksi.

4. Kelalaian, melamun.

5. Tidak mau bekerjasama.

6. Kurang sabar.

g. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak

mendapat pelajaran mengenai pekerjaan.


10

h. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan

penyakit.

Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh

faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak

memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin yang tidak dilengkapi dengan

alat pelindung, alat pelindung tidak dipakai, alat-alat kerja yang telah rusak.

Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan

dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan

dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan

pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau

perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur

barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi.

Diperkirakan sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian

dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor

keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari

pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada

rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada

tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga

ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa

tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap,

terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

Potensi bahaya di tempat kerja. Setiap proses produksi yang dilakukan,


11

banyak peralatan atau mesin dan tempat kerja yang sering digunakan untuk

menghasilkan suatu produk, dan selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang

bilamana tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan

terjadinya kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan

kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi

atau juga berasal dari luar proses kerja.

Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang beresiko menyebabkan

terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

1. Kegagalan komponen yang berasal dari rancangan komponen pabrik termasuk

peralatan atau mesin yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai, kegagalan

yang bersifat mekanis, sistem pengendalian, sistem pengamanan yang

disediakan serta kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan.

Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang dapat terjadi akibat dari

kegagalan memonitoring, mensuplai dari bahan baku, pemakaian dari bahan

baku, dalam prosedur shut-down dan start-up dan pembentukan bahan antara,

bahan sisa dan sampah yang berbahaya.

2. Kesalahan dari manusia dan organisasi seperti kesalahan operator, sistem

pengaman, kesalahan ketika dalam mencampur bahan produksi berbahaya,

komunikasi, kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat dan

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai prosedur

kerja aman.

3. Pengaruh kecelakaan dari luar dimana kecelakaan yang terjadi dari suatu

industri akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik seperti kecelakaan
12

dalam pengangkutan produk, kecelakaan pada stasiun, pengisian bahan dan

kecelakaan pada pabrik sekitarnya.

4. Kecelakaan akibat sabotase dimana dilakukan oleh orang luar bahkan dari

dalam pabrik tersebut.

Dengan demikian, seluruh faktor penyebab kecelakaan yang telah

dijelaskan di atas harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dapat dilakukan

pencegahan serta dilakukan perbaikan yang ditujukan pada sebab terjadinya

kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan kejadian

yang serupa tidak terjadi lagi (Tarwaka, 2012).

Klasifikasi kecelakaan kerja. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut

International Labour Organization (1980), kecelakaan kerja di industri dapat

diklasifikasikan berdasarkan:

1. Jenis pekerjaan tertentu :

a. Operating machines.

b. Bekerja dengan hand tools.

c. Bekerja dengan peralatan transportasi.

d. Manual handling.

e. Transportasi manual.

f. Pergerakan.

2. Agen penyebabnya:

a. Bangunan, area tempat kerja yang sama.

b. Bangunan, kontruksi, area pada ketinggian.

c. Bangunan, kontruksi area kerja pada kedalaman.

d. Sarana untuk distribusi material, seperti pada pemipaan.


13

e. Mesin-mesin, alat penggerak sarana transmisi.

f. Alat-alat tangan tanpa motor penggerak seperti gergaji, alat untuk

memotong, memisahkan.

g. Sarana kerja untuk memindahkan dan menyimpan material.

h. Sarana alat angkut dan angkat.

i. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi seperti bahan mudah meledak, debu,

gas, cairan,bahan kimia, radiasi.

j. Sarana dan peralatan keselamatan kerja seperti alat pengaman mesin, alat

pelindung diri.

k. Rasa ingin tahu dan rasa simpati serta kesetiakawanan untuk membantu

dan memberikan bantuan atau pertolongan pada korban.

l. Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target dan

kehilangan bonus.

m. Kerugian akibat kerusakan mesin.

n. Biaya penyelidikan seperti:

1. Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat kecelakaan.

2. Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan.

3. Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan

pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan.

4. Merekrut dan melatih tenaga kerja baru.

5. Timbulnya ketegangan dan stres serta menurunnya moral dan mental

tenaga kerja.

Pencegahan kecelakaan kerja. Mengetahui dan mengenal penyebab

kecelakaan maka dapat disusun suatu rencana pencegahannya, yang mana hal ini
14

merupakan program K3, yang pada hakekatnya adalah merupakan rumusan dari

suatu strategi bagaimana menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang

sudah diketahui.

Beberapa tahapan yang harus diketahui, dipahami dan dilakukan untuk

pencegahan kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2012) yaitu :

1. Identifikasi masalah dari kondisi tidak aman antara lain :

a. Pengenalan jenis pekerjaan yang mengandung risiko terjadinya

kecelakaan.

b. Pengenalan komponen peralatan dan bahan-bahan berbahaya yang

digunakan dalam proses kerja.

c. Lokasi pelaksanaan pekerjaan.

d. Sifat dan kondisi tenaga kerja yang menangani pekerjaan.

e. Perhatian managemen terhadap kecelakaan.

f. Sarana dan peralatan pencegahan dan pengendalian yang tersedia :

1. Penyelidikan kecelakaan.

2. Pemahaman azas-azas pencegahan kecelakaan.

2. Azas rumit (kompleks) yaitu adanya beberapa sebab yang mandiri atau tidak

berhubungan satu dengan yang lain yang bila di gabung akan menyebabkan

suatu kecelakaan.

3. Azas arti (penting) yaitu faktor penyebab utama dalam terjadinya suatu

kecelakaan.

4. Azas urutan yaitu rangkaian dari berbagai sebab yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan.

5. Perencanaan dan pelaksanaan.


15

Teori kecelakaan kerja. Teori yang terdiri atas :

Teori Domino Heinrich. Dalam Mulyani (2016) Menurut H. W. Heinrich

yang dikenal sebagai teori Domino Heinrich menjelaskan bahwa kecelakaan terdiri

atas lima faktor yang saling berkaitan antara lain:

1. Kondisi kerja.

2. Kelalaian manusia.

3. Tindakan tidak aman.

4. Kecelakaan.

5. Cedera.

Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino

yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka otomatis akan mengenai kartu yang

lainnya, sehingga kartu tersebut akan menimpa kartu lain dan roboh secara

bersamaan.

Heinrich mengatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah

mennghilangkan tindakan tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek

domino, jika kartu ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu pertama dan kedua jatuh,

ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu.

Adanya jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat, jika kartu kedua

jatuh, ini tidak akan sampai meruntuhkan kartu ke empat. Pada akhirnya,

kecelakaan (kartu ke empat) dan dampak kerugian (kartu kelima) dapat dicegah.

Teori Ferrel. Dalam Friska (2012) dipaparkan bahwa setiap kecelakaan

kerja yang terjadi disebabkan oleh kesalahan manusia. Menurut Ferrel, beberapa

kesalahan manusia antara lain:


16

1. Kelebihan beban kerja. Beban kerja dihitung sebagai penjumlahan dari tugas

yang menjadi tanggung jawabnya dan ditambah beban lingkungan. Faktor

internal (stress dan emosi) dan faktor eksternal (instruksi tidak jelas).

2. Respon yang tidak tepat, mengabaikan standar keselamatan.

3. Aktivitas yang tidak tepat (Inappropriate Response), melakukan tugas tanpa

dibekali pelatihan atau pengetahuan.

Teori Frank E. Bird Petersen. Mendefenisikan kecelakaan sebagai suatu

hal yang tidak disengaja yang dapat membuat kerugian jiwa serta kerusakan harta

benda yang biasanya terjadi akibat adanya kontak dari sumber energi yang

melewati ambang batas (Aryantingsih, 2015).

Penerapan Safety Talk

Safety talk merupakan salah satu penerapan sistem manajemen K3 upaya

pencegahan dan pengendalian kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau

kerugian materi di tempat kerja. Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan

melalui safety talk yang dilakukan dengan pendekatan manusia secara manusia

dikarenakan 85% kecelakaaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan

tidak aman. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3

dilakukan dengan pendekatan program komunikasi K3 yaitu penerapan safety talk

di tempat kerja.

Safety talk adalah suatu cara untuk mengingatkan kepada pekerja bahwa

keselamatan dan kesehatan sangat penting dalam pekerjaan. Safety talk merupakan

suatu pengarahan terkait keselamatan termasuk dalam upaya menangani masalah

tertentu di tempat kerja. Pengarahan yang dilakukan kepada pekerja mengenai

prosedur dan peralatan serta bahan yang digunakan saat bekerja adalah melalui
17

safety talk. Waktu untuk melakukan safety talk membutuhkan durasi lima menit,

safety talk adalah pertemuan yang dilakukan secara rutin antara karyawan atau

pekerja dan supervisor/HSE untuk membicarakan hal–hal mengenai K3 dan juga

untuk melindungi karyawan atau pekerja yang mengalami cidera, selain itu safety

talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya

bahaya di tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat di diskusikan

untuk kemudian diterapkan dan dipraktikkan di lapangan.

Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah

terjadinya bahaya di tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat kita

diskusikan (secara teoritis), untuk kemudian dapat diterapkan dan dipraktikkan

hasil dari diskusi tersebut di lapangan, melalui safety talk dapat juga meningkatkan

pengetahuan pekerja mengenai kondisi pekerjaan dan kemungkinan yang akan

dihadapi dan upaya yang dilakukan dalam penanggulangan bahaya.

Safety talk adalah komunikasi antara supervisor/foreman/site engineer

dengan pekerja/karyawan/krunya untuk menyampaikan hal-hal spesifik yang

berhubungan dengan KKLK (Kesehatan Keselamatan Lingkungan Kerja) di

tempat kerja (Pinem, 2015).

Tujuan safety talk. Tujuan dari Penerapan safety talk yaitu rangkaian

akitivitas berbicara pada sebuah tim kerja yang biasanya dilakukan sebelum

aktivitas kerja dimulai dimana tujuannya adalah untuk mencegah atau

meminimalkan risiko pada pekerjaan yang akan dilakukannya. Kegiatan ini

merupakan salah satu sarana penunjang dari sekian banyak metode yang ada dalam

upaya pencegahan kecelakaan dan mengingatkan karyawan atau pekerja akan

potensi bahaya di tempat kerja dan membantu karyawan/pekerja untuk mengenali


18

bahaya tersebut.

Manfaat safety talk. Manfaat safety talk yaitu :

1. Meningkatkan pengetahuan pekerjaan yang dihadapi dan bahayanya serta

penangulangannya. Semakin banyak melaksanakan tugas/pekerjaan dan

tanggung jawab yang diberikan maka membuat pekerja semakin

berpengalaman pula bahkan bisa makin familiar dengan tugas dan tanggung

jawab tersebut, sehingga semakin mengerti dengan keadaan lingkungan

tempat bekerja dan akan dengan cepat pula mengatasinya bila terjadi problem

atau keadaan darurat.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur kerja.

Berdasarkan pengalaman pekerja sebelumnya, bahwa semakin sering

melakukan pekerjaan akan membuat seorang pekerja semakin menguasai

pekerjaan tersebut, tetapi di sisi lain hal ini yang membuat pekerja lalai tanpa

memperhatikan prosedur kerja sehingga mengakibatkan risiko fatal terhadap

peralatan maupun pekerjaitu sendiri. Apabila seorang pekerja menerapkan

prosedur, maka kemungkinan bisa meminimalisir potensi kecelakaan kerja

karena pada umumnya yang bertanggung jawab menangani kecelakaan kerja

adalah orang yang ahli dalam K3 yaitu yang bertugas menyiapkan,

memeriksadan mengesahkan prosedur tersebut.

3. Meningkatkan pengetahuan terhadap alat–alat pelindung diri.

Setiap orang mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bekerja yang aman

dan selamat. Pada dasarnya semua pekerja mengetahui bahaya-bahaya yang

mungkin terjadi di tempat kerja dan APD yang digunakan untuk menghindari

risiko kecelakaan kerja. Perusahaan telah menyediakan dan memfasilitasi


19

perlengkapan alat pelindung diri, maka diharapkan para pekerja dapat

menggunakannya dengan baik dan bensar.

4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

Manfaat lain dari safety talk adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi

seperti mampu mendengarkan kemampuan arahan dengan baik,

menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain, kemampuan

berkomunikasi ini mempunyai peranan sangat penting di tempat kerja.

Apabila seorang pekerja memberi perintah/arahan yang salah dapat

mengakibatkan risiko yang fatal, selain itu safety talk juga dapat

meningkatkan pengetahuan pekerja melalui metode atau prosedur baru serta

meningkatkan keahlian pekerja Pinem (2015).

Prinsip kerja safety talk. Secara umum aspek tentang lingkungan kerja

mencakup:

1. Memahami penggunaan pakaian pelindung diri yang diperlukan.

2. Kesadaran dan pemahaman lokasi kerja karena pekerjaan melibatkan paparan

elemen cuaca.

3. Kesadaran terhadap paparan personil untuk panas yang ekstrim dan

kelembaban, debu, asap, kebisingan dan miskin atau tidak ada ventilasi.

4. Kesadaran pencahayaan yang memadai di tempat kerja.

5. Kesadaran dan pemahaman penanganan Hazardous Substances di lokasi kerja.

6. Kesadaran dan pemahaman material safety data sheet.

7. Kesadaran untuk pengendalian pencemaran Lingkungan.

8. Kesadaran untuk menjaga kebersihan mereka selama di area kerja. Aspek

tentang keselamatan kerja mencakup bidang: behavioral safety, confined


20

spaced, disease prevention, electrical hazards, ergonomics, fatique, fire,

forklift, hazard communications, hearing operations, ladders, lifting

operations, loto, ppe, slips, trips, and fall, traffic management plan, planning

to work, emergency equipment, good communication & coordination,

discipline, moving heavy equipmentsaf, ety culture, respiratory protection,

vehicle inspection, control of work, housekeeping, permits control, electrical

safety, chemical handling, zero accident, material stacking, unsafe action and

unsafe condition, scaffolding safety, material management & storage, dropped

object, risk assessment, color coding, driving safety, environmental

managementplan.

Referensi dalam upaya pelaksanaan safety talk. Informasi yang

disampaikan kepada karyawan atau pekerja pada umumnya safety talk memiliki

referensi yaitu dasar K3 (tujuan K3, penyebab dasar, penyebab langsung, faktor

kecelakaan kerja, piramida kecelakaan, lingkup keselamatan, lingkup kesehatan).

Adapun referensi dalam pelaksanaan safety talk yaitu:

1. Investigasi kecelakaan (teori domino, loss causation model, accident

prevention, MORT (Management Oversight Risk Tree), management control

system.

2. APD (standard dan jenis APD, pemilihan APD, penggunaan APD dan

perawatan APD).

3. JSA (Job Safety Analysis) terkait dengan pekerjaan.

4. SOP (Standard Operasional Prosedur) pekerjaan.

5. Good and Bad Practice terkait dengan pekerjaan.

6. Jenis APAR dan cara penggunaannya.


21

7. Jenis kebakaran dan cara pemadaman api.

8. Keputusan presiden, peraturan pemerintah, keputusan menteri, maupun UU

terkait dengan pekerjaan.

9. Temuan/finding inspeksi, observasi maupun investigasi.

10. Sharing accident/incident yang terjadi di lokasi/perusahaan lain yang terkait

dengan pekerjaan.

11. Hasil pengukuran/monitoring (kebisingan, getaran, suhu, debu,udara,air).

12. Electrical safety (prosedur, APD, alat – alat pengaman).

13. Lifting and rigging (kondisi sling/rantai, pengangkatan, pengikatan dan

pengamanan area sekitar pengangkatan).

14. Mechanical safety (perlindungan dari bahan yang muncul dari bekerja dengan

mesin).

15. Chemical safety (perlidungan dari bahaya bahan kimia).

16. Manual handling.

Pihak yang melakukan safety talk. Safety talk sangat tepat dilakukan oleh

orang–orang yang bertanggung jawab akan K3 seperti:

1. Foreman atau supervisor.

2. Safety officer.

3. Anggota safety commite.

Metode pelaksanaan safety talk. Safety talk sebaiknya dilaksanakan pada

setiap akan memulai pelaksanaan pekerjaan dan pergantian shift, yang dipimpin

oleh orang yang mengerti dibagian safety pada tiap area atau departemen wajib

melaksanakan Pelaksanaan safety talk dan harus diperhatikan seperti:

1. Diawali dengan pendahuluan singkat yang menarik.


22

2. Dilaksanakan oleh semua regu kerja setiap awal shift.

3. Dihadiri oleh semua orang yang akan bekerja di shift tersebut.

4. Topik yang disampaikan sesuai dengan kondisi lapangan.

5. Pelaksanaan safety talk langsung di lokasi kerja.

6. Menyampaikannya dengan kata-kata yang mudah dimengerti.

7. Estimasi waktu penyampaian kurang dari 15 menit.

8. Mengulangi pesan-pesan safety dan memberikan ringkasan disetiap akhir

safety talk.

9. Setiap safety talk direcord yang diketahui atau ditandatangani oleh seluruh

karyawan safety talk pada saat itu juga yang akan bekerja dan hadir pada

safety talk.

Landasan Teori

Salah satu bentuk penerapan SMK3 yaitu komunikasi K3 yang merupakan

bagian dari kegiatan pendukung untuk pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan

kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manajemen, di samping faktor

manusia dan teknis (Institusi K3 Indonesia, 1998). Peraturan dan prosedur

keselamatan kerja sangat penting untuk membantu dan memudahkan penerapan

program keselamatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja akan

berfungsi efektif, jika program tersebut dapat dikomunikasikan pihak perusahaan

kepada seluruh pekerja dan sebaiknya program tersebut dimulai dari tahap yang

paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.


23

Kerangka Berpikir

Pekerja Kecelakaan kerja

Safety talk

Domain Domain Domain Domain Metode


jenis safety pelaksana/insp Pesan pelaksanaan
talk ektor keselamatan

Gambar 1. Kerangka berpikir

Pekerja dalam melaksanakan tugas ditempat kerja tidak terlepas dari

terjadinya kecelakaan kerja maka dalam mengurangi kecelakaan kerja tersebut

haruslah ada pencegahan kecelakaan kerja yaitu safety talk. Dalam pelaksanaannya

perlu diperhatikan jenis safety talk apa yang digunakan, siapa pelaksananya, apa

pesan keselamatan yang disampaikan dalam berlangsungnya safety talk dan

bagaimana metode pelaksanaanya.


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui penerapan safety talk di

Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan adalah penelitian

kualitatif dengan menggunakan wawancara. Peneliti mencari informasi mengenai

penerapan safety talk.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi terletak di Provinsi Sumatera Utara. Waktu

penelitian dimulai sejak Agustus 2019 sampai selesai.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang mengetahui informasi serta yang

terlibat langsung dalam pelaksanaan penerapan safety talk di Pabrik Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi dan bersedia untuk

diwawancarai.

Peneliti mengambil subjek penelitiannya yang berjumlah 12 orang,

diantaranya:

1. Asisten Pabrik 1 orang.

2. Pihak Manajemen 1 orang.

3. Mandor 1 orang.

4. Pekerja bagian (stasiun) pabrik sebanyak 9 orang.

24
25

Prinsip dalam pemilihan subjek atau informan, dimana dalam penelitian ini

dipilih berdasarkan pengetahuan para informan pelaksanaan penerapan safety talk

di PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi.

Sampel penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling yang

dimana pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Definisi Konsep

Pengertian dari variabel penelitian ini yaitu :

1. Safety talk adalah pertemuan yang dilakukan secara rutin antara supervisor

dengan para pekerja atau karyawan untuk membahas hal-hal yang mengenai

K3 seperti isu terbaru, regulasi, prosedur kerja dan alat pelindung diri.

2. Jenisnya safety talk adalah bagian-bagian yang harus dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

3. Pelaksana safety talk adalah orang-orang yang bertanggung jawab akan

pelaksanaan safety, antara lain :

a) Foremen/supervisor/atasan langsung.

b) Safety officer.

c) Anggota safety committee.

d) Sesama karyawan/pekerja, secara bergantian dalam rangka meningkatkan

kepedulian diantara karyawan atau pekerja.

4. Pesan keselamatan adalah info yang harus diketahui yang berhubungan

dengan K3 agar meminimalisir kejadian kecelakaan kerja.

5. Metode pelaksanaan adalah metode yang dibuat secara teknis dengan tindakan

yang harus dijalankan dengan cara yang baku (sama) agar memperoleh hasil

yang sama dari keadaan yang sama.


26

Adapun pelaksananya dengan melaksanakan apel setiap pagi dan melakukan

sosialisasi serta memotivasi pekerja.

6. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki yang dapat

menimbulkan kerugian.

7. Pekerja adalah orang yang menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain.

Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan sumber data melalui:

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari informan

penelitian, antara lain:

a. Wawancara. Berdasarkan pedoman wawancara yang ditentukan.

b. Dokumentasi. Diperoleh dari informan seperti dokumen dan tulisan yang

dianggap peneliti mendukung penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa Profil PKS PT. Perkebunan

Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana

penerapan safety talk di PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan-Tebing Tinggi

adalah analisis domain. Analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran-

gambaran objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan. Jadi dalam hal

ini yang dianalisa adalah domain-domain dari safety talk dengan menjelaskan

berdasarkan jawaban dan keterangan yang diperoleh melalui wawancara. Metode


27

analisa ini dilakukan dengan metode yang dikembangkan oleh Miler dan

Humberman yang dilakukan dengan tiga prinsip yaitu reduksi data, penyajian data

dan menarik kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2010).


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sejarah Singkat Berdirinya PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan

Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatskappy Hindia

Belanda di bawah naungan NV. RCMA (Rubber Culture Maatskappy Amsterdam)

pada tahun 1958 dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia menjadi PPN

(Perseroan Perkebunan Negara) Baru Cabang Sumatera Utara. Dalam

perkembangannya perkebunan ini beberapa kali restrukturisasi (perubahan), yakni

pada tahun 1961 menjadi PPN Sumut IV, selanjutnya pada tahun 1976 diubah

menjadi salah satu unit Kebun di PT. Perkebunan V (Persero). PKS Rambutan

dibangun pada tahun 1983 dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber

bahan baku TBS berasal dari kebun seinduk. Pada tahun 1996 terjadi

penggabungan antara PTP III, PTP IV dan PTP V menjadi satu perusahaan yang

bernama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di Jalan Sei

Batang Hari Medan, dimana kebun Rambutan menjadi salah satu unit kebunnya.

PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Kebun Rambutan merupakan salah satu pabrik

dari 12 PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III dengan kapasitas 720

ton/hari atau kapasitas oleh 30 ton TBS/jam, dimana sumber bahan baku secara

total berasal dari kebun seinduk. Sumber bahan baku TBS (Tandan Buah Segar)

yang masuk ke PKS Kebun Rambutan berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari

Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sei Putih (PKS PTPN III Rambutan

2019).

28
29

Lokasi dan Letak Geografis PKS PTPN III Rambutan

Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan terletak pada lokasi yang sangat

strategis di Provinsi Sumatera Utara, yakni terletak ± 85 KM sebelah tenggara

Kota Medan serta berbatasan langsung dengan Kota Tebing Tinggi dengan

koordinat Latitud 03022’36’’ BT dan Longitud 33009’56’’ LU. PKS Kebun

Rambutan berada di dalam 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Serdang Bedagai dan

Kabupaten Batu Bara. PKS Rambutan terletak di Desa Paya bagas, Tebing Tinggi,

Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara (PKS PTPN III Rambutan

2019).

Visi dan Misi PKS PTPN III Rambutan

Visi. Adapun Visi dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Rambutan yaitu:

Menjadi Perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan

melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

Misi. Adapun Misi dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Rambutan yaitu:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya

secara optimal.

4. Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang memberikan “imbal hasil” terbaik

bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan

komunitas.

7. Melaksankan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.


30

Proses Pengolahan PKS PTPN III Rambutan

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Rambutan dioperasikan dalam suatu

rangkaian proses yang terus-menerus, di mana hasil proses dari suatu instalasi

akan dilanjutkan oleh instalasi selanjutnya dengan mempertahankan mutu. Salah

satu faktor yang menentukan untuk mendapatkan rendemen yang optimal, hasil

produksi yang baik dan efisiensi yang tinggi dari suatu pabrik adalah mutu bahan

baku yang akan diolah.

Proses pengolahan kelapa sawit dibagi atas beberapa tahap, yang dilakukan

pada masing-masing stasiun. Stasiun-stasiun pada proses pengolahan kelapa sawit

antara lain:

1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station).

2. Stasiun Sortasi.

3. Stasiun Penimbunan Buah (Loading Ramp).

4. Stasiun Sterilizer (Perebusan).

5. Stasiun Hosting Cran.

6. Stasiun Kempah (Pressing Station).

7. Stasiun Kamar mesin.

8. Stasiun Boiler.

9. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station).


31

Stasiun penerimaan tandan buah segar (TBS). Stasiun penerimaan

tandan buah segar.

Gambar 2. Stasiun penerimaan TBS

Tandan kelapa sawit yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik

dengan menggunakan truk pengangkut untuk diolah. Pengangkutan secepatnya

dilakukan setelah pemetikan (diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah panen).

Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB).

Pekerja di bagian stasiun penerimaan ini memiliki pekerja secara keseluruhan 6

orang pekerja dibagi 2 shift kerja, dan keseluruhan pekerja adalah karyawan tetap.

Cara kerjanya memilih buah atau menyortir buah dengan cara manual dengan alat

gancung.

Jembatan timbang. Jembatan timbang tempat penimbangan.

Gambar 3. Jembatan timbang


32

Setiap truk yang mengangkut TBS ke pabrik ditimbang terlebih dahulu

dijembatan timbang (bridge weighing) untuk memperoleh berat sewaktu berisi

(bruto) dan sesudah dibongkar (tara). Pekerja dibagian stasiun timbangan ada 2

orang pekerja dan kedua pekerja adalah karyawan. Cara kerjanya menimbang

buah sawit yang masuk dan minyak mentah dengan alat tehnologi (komputer).

Pengumpulan buah dan sortasi TBS. Sebelum masuk loading ramp,

TBS yang dibawa oleh truk akan di sortir terlebih dahulu oleh petugas sortasi

dengan cara memilih buah secara langsung dibantu dengan alat. Penyortiran buah

dilakukan dilantai loading ramp sesuai dengan kriteria yang disyaratkan oleh PKS.

Proses sortasi dilakukan dengan bantuan alat sekop, atau gancu, dan biasanya juga

dilakukan dengan visual. Apabila ada TBS yang masuk tidak sesuai dengan

kriteria yang diinginkan, maka TBS tersebut tetap diterima dan diolah, hanya saja

TBS tersebut tidak langsung diolah, tetapi didiamkan dahulu di lantai loading

ramp sampai membrondol kira-kira 1-2 hari. TBS tersebut diolah dengan cara

mencampurkan dengan TBS yang kualitas bagus, sehingga penurunan kualitas dari

minyak yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.

Tujuan sortasi yaitu:

1. Untuk mengetahui kualitas dari TBS yang diterima pabrik.

2. Sebagai data laporan balik ke kebun atas kualitas TBS yang dikirim.

3. Merupakan salah satu parameter yang akan mempengaruhi hasil dan kualitas

produksi minyak sawit.


33

Loading ramp. Loading ramp yaitu selesai ditimbang, TBS dibawa ke

loading ramp, sebelum dimasukkan di loading ramp terlebih dahulu disortasi yang

tujuannya adalah mengetahui jumlah TBS mentah, TBS tangkai panjang, TBS

busuk, dan TBS matang, dan setelah itu dituang ke dalam bays dari loading ramp.

TBS yang akan diproses diisikan kedalam lori yang berkapasitas 2,5 ton TBS,

dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan sistem pintu hidrolik. Untuk

stasiun ini pekerja keseluruhannya ada 6 orang dibagi 2 shift kerja. Adapun cara

kerjanya pekerja memasukkan buah sawit menggunakan mesin ke dalam rolli, dan

membersihkan dan memasukkan buah kelapa sawit yang jatuh ke dalam rolli

dengan manual.

Gambar 4. Loading ramp

Stasiun sterilizer. Sterilizer merupakan bejana uap bertekanan yang

digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan yaitu

saturated steam (uap basah) dengan tekanan 2,8-3,0 Kg/Cm2 dengan suhu 135-

140℃ yang diinjeksikan dari BPV. Sistem injeksi dan pembuangan steam dan

condansate diatur secara semi otomatis. Pekerja di bagian ini memiliki 4 orang

pekerja dibagi 2 shift kerja. Cara kerjanya memasukkan dan mengeluarkan buah ke

dalam rebusan menggunakan alat mesin, pekerja bekerja menutup pintu secara
34

manual dan menjaga tekanan dengan alat mesin.

Gambar 5. Sterilizer

Hoisting crane. TBS yang telah direbus pada sterillizer kemudian

dikeluarkan dari sterilizer, selanjutnya lori dikeluarkan dari sterillizer dengan

ditarik menggunakan capstand sampai berada tepat dibawah jalur hoisting crane.

Lori yang berisi buah rebusan kemudian diangkut dengan menggunakan hoisting

crane dan dituangkan ke dalam autofeeder melalui bunch hopper agar buah dapat

diumpankan secara terus-menerus dan sesuai kapasitas. Didalam autofeeder buah

rebusan di dorong dan dijatuhkan kedalam thresher secara teratur agar proses

berjalan dengan efisien dan menghindari terjadinya losses yang berlebihan. Untuk

memenuhi kapasitas pabrik dan kapasitas peralatan maka pengangkutan lori TBS

ke autofeeder harus sesuai dengan waktu yang telah diatur sesuai Standar

Operasional Prosedur (SOP).

Apabila dalam suatu pabrik tidak ada hoisting crane maka pabrik

menggunakan Fruit Cage Tippler yang berfungsi menuangkan tandan buah yang

telah direbus dari lori, yang selanjutnya ini dibawa oleh conveyor/elevator ke

thresher. Prinsip kerjanya yaitu dengan membalik posisi lori sebesar 180°

sehingga seluruh isinya keluar. Konstruksi tippler yaitu terbuat dari dua buah ring
35

besi yang diameter dalamnya hampir sama dengan diameter lori. Kedua ring besi

dihubungkan dengan plat-plat besi membentuk suatu silinder. Pekerja stasiun ini

keseluruhan ada 6 orang pekerja, dengan cara kerja menaikkan buah sawit yang

masak ke koper/otopider menggunakan alat mesin atau mengarahkan mesin.

Gambar 6. Hoisting crane

Stasiun press. Pengepresan dilakukan didalam alat screw press yang

dilengkapi dua buah ulir yang berlawan arah dengan tekanan cone 35-40 bar

menggunakan sistem hidrolik. Akibat adanya tekanan, lumatan dari digester yang

masuk ke screw press akan terperah, sehingga cairan minyak akan keluar melalui

lubang stainner dan selanjutnya dialirkan melalui saluran minyak, hasil

pengepresan keluar melalui celah conus ke cake breaker conveyor. Screw press

yang digunakan di PKS Rambutan berjumlah 4 unit dengan type MJS 3 unit dan

universal 1 unit yang berkapasitas 15-17 ton/jam.

Pekerja pada stasiun ini ada sebanyak 4 orang karyawan dibagi 2 shift

kerja. Cara kerjanya hanya menjaga ON/OFF mesin untuk mengepress brondolan

dan mengontrol registernya menggunakan mesin.


36

Gambar 7. Screw press

Kamar mesin. Kamar mesin merupakan pusat pembangkit tenaga lsitrik

dan distribusi sistem untuk proses pengolahan dan kebutuhan lainnya. PKS

Kebun Rambutan memiliki 2 (unit) turbin uap Kap. 750 KW dan 2 (dua) unit

gengset sebagai sumber arus listrik. Pekerja ada 4 orang dibagi 2 shift kerja. Cara

kerjanya menstabilkan tekanan dan menjaga tekanan. Jika tekanan terlalu tinggi

atau terlalu rendah maka pekerja harus membuang dengan cara manual

menggunakan keranan dan dilengkapi dengan APD.

Stasiun boiler. Boiler merupakan alat untuk menghasilkan uap dengan

bahan bakar Fiber dan shell. PKS Rambutan memiliki 2 unit boiler Takuma N-600

SA water tube. Uap yang dihasilkan boiler dipakai untuk menggerakkan turbin

sebagai pembangkit listrik di PKS Rambutan. Pekerja di stasiun boiler

keseluruhannya ada 8 orang pekerja karyawan dibagi 2 shift kerja. Cara kerjanya

menjaga tekanan agar perebusannya sempurna dengan menggunakan alat mesin.

Jika tekanan turun maka pekerja wajib membuka pintu api dengan cara manual dan

membersihkan kerak dan menambahkan bahan bakar dengan otopider.


37

Gambar 8. Boiler

Gambar 9. Bagian boiler

Bagian-bagian boiler yaitu :

1. Ruang bakar pertama berfungsi sebagai ruang pembakaran dari bahan bakar

yaitu fiber dan shell. Sebagian gas panas hasil pembakaran diterima langsung

oleh pipa air yang terdapat dalam ruang tersebut.

2. Ruang bakar kedua merupakan ruang gas panas yang diterima dari ruang

bakar pertama, dalam ruang bakar ini sebagian panas dari ruang bakar

diterima oleh pipa air dari atas ke drum bawah.

3. Upper drum berfungsi sebagai penampung uap. Pada upper drum dilengkapi

dengan steam sparator.


38

4. Lower drum berfungsi sebagai tempat penampungan air yang dipanaskan

dalam pipa.

5. Super heater pipe. Pemanasan lanjut uap basah sehingga menjadi uap kering.

6. Pipa-pipa

Pipa-pipa dalam boiler memiliki fungsi utama sebagai tempat pemanasan air.

7. Ash hopper

Ash hopper merupakan unit penampung abu yang terikut dalam udara panas

hasil pembakaran.

8. Chimney

Chimney merupakan cerobong tempat keluarnya gas sisa pembakaran dari

ruang bakar yang dihisap oleh induced draft fan.

9. Soot blower

Shoot blower berfungsi untuk membersihkan deposit abu pada ruang bakar 2

(dua).

10. Blow down valve

Blow down valve berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam upper drum.

Vertical clarifier tank. Vertical Clarifier Tank (VCT) berfungsi untuk

memisahkan minyak, air, secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis.

Suhu yang diberikan 90-95oC sehingga terjadi pemisahan larutan dimana minyak

naik ke atas karena berat jenis, sludge berada ditengah serta pasir dan kotoran

lainnya berada dibawah. PKS Rambutan menggunakan 2 unit VCT dan 1 sebagai

cadangan dengan kapasitas 90 Ton. VCT berbentuk silinder dengan bagian bawah

kerucut. memiliki diameter 6,30 m dan tinggi silinder 6,17 m sedangkan tinggi

total (tinggi silinder dan tinggi kerucut) VCT adalah 9,20 m.


39

Pekerja yang bekerja pada stasiun ini ada 4 orang pekerja dibagi 2 shift

kerja. Cara kerjanya mengutip minyak yang dari selat menjadi minyak murni

Crude Palm Oil (CPO) dengan menggunakan alat. Pekerja disini hanya menjaga

alat dan memainkan alat untuk dapat berproses dengan baik.

Sistem pemasukkan steam yang digunakan adalah steam coil dan sistem

injeksi, cara pemasukkan steam ialah dengan menginjeksi dulu steam hingga suhu

mencapai 90-95℃ setelah suhu tercapai, maka digunakan steam coil untuk tetap

menjaga suhu 90-95℃. Kondisi operasional pada VCT sangat baik sehingga tidak

ada kendala-kendala yang terjadi.

Minyak hasil pemisahan secara gravitasi pada VCT dialirkan kedalam oil

tank, sedangkan sludge dialirkan kedalam sludge tank melalui vibro separator,

setiap 4 jam sekali di lakukan blow down. Agitator pada VCT berfungsi untuk

membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan

memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge, kecepatan

agiator yang digunakan adalah 5-7 rpm, temperatur yang cukup 90°C akan

memudahkan proses pemisahan.

Gambar 10. Vertical clarifier tank


40

Gambar 11. Bagian vertical vlarifier tank

Bagian-bagian dan fungsi masing masing bagian dari VCT yaitu:

1. Oil skimmer berfungsi untuk mengatur tinggi keluaran hasil pemisahan antara

oil flow dan sludge underflow. Pengaturan ketinggiannya biasanya di

sesuaikan dengan ketinggian minyak di VCT (maks. 60 cm dari ketinggian

minyak). Pengaturan VCT yang terlalu dalam dapat mengakibatkan banyak

minyak terikut ke sludge under flow, sedangkan pengaturan yang terlalu

dangkal akan memperlambat pengutipan minyak dan dapat mengakibatkan

VCT menjadi penuh (mengurangi kapasitas kerja pemisahaan minyak).

2. Stirrer Arm berfungsi untuk mengaduk kandungan minyak yang belum

terpisah sempurna. Putaran maksimal 1-3 rpm.

3. Open steam dan close stem berfungsi untuk menjaga suhu tetap 90-95oC.

Minyak dan sludge akan cepat terpisah pada suhu 90-95oC karena antara

minyak dan sludge mempunyai berat jenis yg berbeda.

4. Pipa Steam Coil, untuk memasukkan steam agar suhu tetap terjaga didalam

VCT yaitu 90 – 95℃.


41

5. Pipa air panas, berfungsi untuk menambah air panas yang bersuhu 90-95oC.

Tujuan dari penambahan air panas ini yaitu untuk mengurangi viskositas

(kekentalan) dari sludge sehingga mempermudah proses pemisahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi vertical clarifier tank (VCT) adalah :

1. Temperatur

2. Kualitas feeding

3. Agitator

4. Blowdown

5. Air delusi

Struktur Organisasi Kebun dan PKS PTPN III Rambutan

Pelaksanaan kerja di Kebun dan PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara

III (Persero) memiliki struktur organisasi yang mempermudah dalam pembagian

tugas dan tanggung jawab dalam setiap kegiatan dalam organisasi tersebut.

Dengan adanya struktur organisasi ini diharapkan dapat menjelaskan pembagian

tugas berdasarkan pekerjaan atau fungsi manajemen dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan ke dalam satu kelompok kerja. Berikut ini adalah gambar

struktur organisasi Kebun dan PKS Rambutan.

Gambar 12. Struktur organisasi kebun dan PKS rambutan


42

Kebun rambutan merupakan salah satu unit Distrik Serdang – II memiliki

struktur oganisasi pimpinan tertinggi dipegang oleh Manajer yang dibantu oleh

beberapa staff dengan total Karyawan Pimpinan sebanyak 19 orang dan dibantu

oleh 1 orang PAPAM.

Keselamatan dan kesehatan kerja dalam struktur organisasi kebun dan PKS

Rambutan ada dibawah naungan asisten personalia di dalamnya terdapat bidang

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3 menurut

Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja

yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk

mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam

penerapan K3.

P2K3 memiliki fungsi, antara lain :

1. Mendukung dan mengolah data mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

di tempat kerja.

2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai

bahaya di tempat kerja, faktor-faktor yang dapat memepengaruhi efisiensi dan

produktivitas kerja, alat pelindung diri, cara dan sikap yang benar dalam

melaksanakan pekerjaannya.

3. Membantu pengusaha atau pengurus dalam pengendalian bahaya terhadap K3,

mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, mengembangkan penyuluhn dan

penelitian di bidang keselamatan kerja, memeriksa kelengkapan peralatan

keselamatan kerja.
43

Berikut ini adalah gambar struktur organisasi P2K3 PKS Rambutan.

STRUKTUR ORGANISASI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3)
KEBUN RAMBUTAN TAHUN 2019

Gambar 13. Struktur organisasi P2K3 kebun rambutan

Keselamatan dan kesehatan kerja di Kebun Rambutan dalam keseluruhan

struktur organisasi ikut mengambil bagian K3. Namun dalam menangani secara

khusus dari K3 yaitu sekretaris yang dibawah naungan struktur organisasi P2K3.

Posisi sebagai sekretaris atau sebagai Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(AK3U) yang memiliki lisensi atau hak dalam pengaturan K3. Dan peran dari

AK3U memiliki uraian tugas seperti undangan untuk rapat yang mengenai K3.
44

Namun di lapangan ada tim atau personil yang menangani sistem managemen K3

diatur oleh kelompok kerja. Kelompok kerja terdiri dari tim investigasi kecelakaan

kerja, tim identifikasi aspek dan dampak lingkungan, tim ISBPPR (Identifikasi

Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko) dan tim tanggap darurat.

Adapun tugas dari kelompok kerja yaitu :

1. Tim investigasi kecelaaan kerja yang memiliki fungsi untuk menetapkan tim

yang bertugas untuk menginvestigasi kecelakaan kerja yang terjadi di PKS

Kebun Rambutan.

2. Tim identifikasi aspek dan lingkungan yang memiliki fungsi bertanggung pada

manager PTPN III Kebun Rambutan.

3. Tim ISBPPR memiliki fungsi yang bertanggung jawab dalam

mempertimbangkan dan melakukan pengendalian risiko serta mempedomani

Peraturan Perusahaan yang berlaku dalam setiap melakukan aktivitas

pekerjaan.

4. Tim tanggap darurat memiliki tugas dan tangung jawab yaitu mereview/

mengkaji ulang prosedur penanganan keadaan darurat setelah terjadinya

keadaan darurat sesuai dengan kondisi kejadian yang ada untuk menilai

keefektifan prosedur yang ada, guna perbaikan penanganan bila terjadi

keadaan darurat di kemudian hari, menjamin dilaksanakannya tindakan

pemulihan setelah kejadian darurat, menentukan bahwa keadaan telah aman

serta melaporkan kejadian kepada direksi dan instansi terkait, membuat

keputusan tentang perlu tidaknya melibatkan pihak luar seperti Dinas

Pencegah/Pemadam Kebakaran ataupun aparat keamanan dan pemerintahan

(PKS PTPN III Rambutan 2019).


45

Karakteristik Informan PKS PTPN III Rambutan

Karakteristik informan terkait dalam pelaksanaan safety talk meliputi umur,

jenis kelamin, dan pendidikan. Rata-rata umur dari pekerja di PKS PTPN III

Rambutan yaitu berkisar 41 tahun dimana usia tersebut masih usia produktif dan

semua pekerja berjenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan pekerja dimulai

dari SMA sampai S1, namun ada juga pekerja yang tingkat pendidikannya hanya

SD. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1

Karakteristik Informan Penelitian PKS PTPN III Rambutan

Pekerja Umur Jenis Kelamin Pendidikan


Asisten Pabrik/Laboratorium 31 tahun Laki-laki S1
DCC 45 tahun Laki-laki S1
Mandor Stasiun 53 tahun Laki-laki STM
Stasiun penerimaan/timbangan 28 tahun Laki-laki S1
Stasiun Sortasi 47 tahun Laki-laki SMP
Stasiun Loading Ramp 45 tahun Laki-laki SMA
Stasiun Sterilizer 34 tahun Laki-laki SMK
Stasiun Hosting Cran 28 tahun Laki-laki SMA
Stasiun Pressing 48 tahun Laki-laki STM
Stasiun Kamar Mesin 46 tahun Laki-laki STM
Stasiun Boiler 51 tahun Laki-laki SLTA
Stasiun Clarification 38 tahun Laki-laki SMA

Karakteristik dari pelaksana safety talk yaitu harus memiliki komunikasi

yang kuat agar pesan K3 dapat tersampaikan dengan baik dan benar. Didukung

dari penelitian Sari (2011) tentang ”Efektifitas komunikasi safety talk” yang

mengatakan bahwa program safety talk yang dilakukan sangat efektif dalam

memenuhi kebutuhan karyawan akan informasi mengenai K3 dan membangun

kesadaran para karyawan untuk mengutamakan safety dalam bekerja. Wisarsono

(2013) juga menyatakan bahwa manfaat komunikasi kesehatan keselamatan kerja


46

adalah agar terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sehingga

proses produksi dapat dilakukan dengan selamat. Dan pengetahuan tentang K3

harus baik karena jika pengetahuan K3 baik maka penerapan SMK3 akan

meningkat (Sidauruk, 2014).

Informan di atas dalam karakteristik pelaksana safety talk belum memenuhi

kriteria dari pemberi safety talk karena pihak managemen dari perusahaan belum

turun kelapangan secara langsung untuk ikut melaksanakan safety talk, sehingga

pelaksanaan safety talk hanya diikuti oleh pekerja, mandor dan asisten pabrik.

Penerapan Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan

Safety talk adalah pertemuan yang dilakukan rutin antara supervisor dengan

para pekerja atau karyawan untuk membicarakan hal-hal mengenai K3 seperti isu

terbaru, regulasi, prosedur kerja, alat pelindung diri, potensi bahaya dan lainnya.

Menurut Infrastucture Health and Safety Association (IHSA, 2017) safety

talk adalah salah satu cara untuk mengingatkan pekerja bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja penting dalam melakukan pekerjaan. Melalui safety talk pekerja

mengetahui tentang kesehatan dan persyaratan keselamatan untuk peralatan, bahan

dan prosedur yang mereka gunakan setiap hari untuk pekerjaan tertentu.

Safety talk merupakan salah satu penerapan sistem managemen K3 dalam

upaya pencegahan dan pengendalian kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau

kerugian materi di tempat kerja. Dimana safety talk pengendalian kecelakaan kerja

yang dilakukan dengan pendekatan secara manusia dikarenakan 85% kecelakaan

disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan tidak aman.

Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap

yang paling dasar yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja
47

(Reason, 1997). Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat berfungsi dan

efektif apabila program tersebut dapat terkomunikasikan kepada seluruh lapisan

individu.

Landasan utama dari penerapan safety talk adalah Undang-Undang Dasar

1945 pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan Undang-Undang no.

1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang memuat pokok-pokok pembinaan

dan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sejak dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian segenap tempat kerja.

Safety talk di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan

sudah dilaksanakan dan sudah diterapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan penelitian pada 9 orang pekerja, asisten pabrik, bagian personalia (DCC)

dan juga mandor terdapat perbedaan jawaban mengenai penerapan safety talk

seperti dari sisi 9 orang pekerja rata-rata belum mengetahui apa itu safety talk,

karena hasil wawancara pada pekerja di stasiun pabrik adalah safety talk

merupakan safety atau APD yang sedang mereka gunakan sewaktu dalam bekerja.

Dari pihak DCC, mandor dan asisten mengatakan hal yang sama tentang

penerapan safety talk yaitu untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya

kecelakaan kerja di tempat kerja. Yang menjadi masalah dalam penerapan safety

talk di PKS PTPN III Rambutan yaitu penerapan safety talk yang dilaksanakan

belum berjalan dengan sempurna karena para pekerja belum mengetahui apa itu

safety talk karena para pekerja hanya mengetahui appel sebelum bekerja dan tanpa

disadari itu sudah bagian dari safety talk. Kurangnya pengetahuan para pekerja

tentang safety talk terjadi karena pihak manajemen kurang perduli dalam
48

mensosialisasikan safety talk tersebut.

Pentingnya pengetahuan dari para pekerja tentang K3 sangat mendukung

berjalannya SMK3 di suatu perusahaan. Keterlibatan seluruh pihak dalam program

K3 baik pekerja maupun pihak managemen memberikan peningkatan efektivitas

K3 tersebut. Maka sebaiknya pihak managemen memberikan kontribusi

pendidikan dan pelatihan yang penting bagi penerapan managemen kualitas yang

fokus pada K3 (Sidauruk, 2014).

Domain Pesan Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan

Pesan yang disampaikan dalam safety talk adalah mengenai berapa tenaga

kerja yang masuk pada hari kerja di satu hari itu, kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD), membahas pengoperan tenaga kerja pada stasiun yang

kurang dan juga membahas tentang target yang harus dicapai pada hari itu juga.

PKS PTPN III Rambutan Pesan yang disampaikan dalam safety talk masih

terfokus kepada pencapaian hasil pada hari itu, padahal seharusnya pesan K3 yang

disampaikan adalah tentang keselamatan seperti mengenai potensi bahaya yang

terkait pekerjaan yang akan dilakukan termasuk prosedur pelaksanaannya, bahaya

yang berhubungan dengan pekerjaan, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk

melakukan pekerjaan secara benar dan aman, tindakan pengendalian bila terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan, isu atau informasi terbaru mengenai K3 atau

berhubungan dengan topik yang diangkat dan hal-hal yang ada kaitannya dengan

K3.

Pesan yang di sampaikan dalam safety talk mencakup banyak hal mengenai

K3, maka kegiatan safety talk akan lebih efektif apabila pesan K3 disampaikan

oleh pimpinan seperti direktur atau manager secara langsung kepada para pekerja
49

(Irmawan, 2018).

Domain Pelaksana Safety talk di PKS PTPN III Rambutan

Pelaksanaan safety talk di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara

III Rambutan sudah dilaksanakaan dan dikerjakan sejak berdirinya perusahaan

Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan Tebing Tinggi pada

tahun 1983 dimana safety talk terdiri dari safety morning dan safety night.

Pelaksanaan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu setiap memulai pekerjaan baik

shift pagi maupun shift malam. Waktu yang digunakan berkisar 10-15 menit yang

dimulai dari 06.45-07.00 WIB. Dan para pekerja memulai bekerja jam 07.00 WIB.

Pelaksanaannya tepat berada di depan kantor PKS PTPN III Rambutan, karena jika

dilaksanakan di daerah pabrik akan mengganggu konsentrasi para pekerja dan

bising yang bersumber dari pabrik. Karena pelaksanaan safety talk di depan Pabrik

yang wilayahnya terbuka maka penerapan safety talk bisa tidak berjalan apabila

hujan datang.

Pelaksanaan safety talk dilakukan pengarahan kepada para pekerja yang

dipimpin oleh mandor dan asisten pabrik. Dalam pelaksanaannya pihak DCC tidak

ambil bagian dalam setiap hari pelaksanaan safety talk karena dari pihak DCC atau

pihak managemen turun kelapangan jika ada sesuatu yang urgent seperti ada diklat

diluar dari perusahaan dan terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut struktur organisasi P2K3 dalam pelaksana safety talk memiliki tim

namun pada kenyataannya di lapangan tidak ada tim tersebut yang mengikuti. Dari

hasil wawancara pada pihak managemen mengatakan bahwa kegiatan di lapangan

sudah diserahkan kepada turunannya yaitu asisten dan mandor. Kelompok kerja

turun ke lapangan jika ada sesuatu yang harus disampaikan sendiri tanpa bisa di
50

wakili atau di serahkan kepada mandor dan asisten.

Seharusnya pelaksanaan safety talk di suatu perusahaan wajib diikuti oleh

semua pihak managemen dan para pekerja agar keselamatan dan kesehatan kerja

yang diinginkan dapat tercapai. Dan pelaksanaan safety talk seharusnya dipimpin

oleh yang memiliki AK3U. PERMENAKER RI No. 04 Tahun 1987 tentang tata

cara penunjukan dan kewajiban wewenang ahli K3 menyatakan setiap tempat kerja

dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3. Tempat

kerja yang dimaksud ialah dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan

kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang

mempunya risiko yang besar akan terjadi peledakan, kebakaran, keracunan dan

penyinaran radioaktif. Inilah dasar hukum perusahaan wajib memiliki AK3U yang

gunanya untuk menuntun para pekerja agar bekerja dengan selamat.

Domain Jenis Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan

Penerapan safety talk di PKS PTPN III Rambutan memiliki 2 shift kerja

dimana shiff tersebut sebagai berikut :

1. Safety Morning adalah pesan K3 dilaksanakan pada apel pagi setiap hari

sebelum memulai pekerjaan yang dilaksankan pada pukul 06.45 wib, dimana

safety morning dilakukan biasanya berlangsung selama 15 menit. Dari hasil

wawancara safety morning adalah kegiatan yang rutin dan wajib dilaksanakan

sebelum memulai pekerjaan. Dalam safety morning banyak hal yang dijelaskan

seperti kelengkapan APD dan biasanya yang dibahas dalam safety morning

tergantung hal yang akan dilakukan pada hari itu dan target yang harus dicapai

pada hari itu.

Pelaksanaan safety morning menurut waktu sudah sesuai karena safety


51

morning adalah memberikan arahan kepada pekerja sesuai dengan kebutuhan

mereka pada hari itu. Topik yang disampaikan dalam pelaksanaan seharusnya

sesuai dengan apa yang dibutuhkan pekerja pada hari itu juga seperti

mengingatkan para pekerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur

kerja selain itu juga disampaikan topik yang berhubungan dengan keselamatan

seperti para pekerja harus diingatkan tentang hal-hal K3. Melalui safety

morning pekerja juga harus secara tegas diingatkan bahwa pekerja bekerja di

wilayah yang memiliki risiko dan memiliki sumber bahaya, maka pekerja

dianjurkan agar tetap berhati-hati dalam bekerja, selalu menggunakan

perlengkapan APD selama dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan selama

masih di area pabrik. Berdasarkan pasal 14 (c) UU No. 1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja, pengurus atau pengusaha wajib menyediakan APD secara

cuma-cuma terhadap pekerjaannya dan orang lain yang memasuki tempat

kerja. Kepatuhan penggunaan APD juga tergantung dari persepsi karyawan

terhadap kesehatan dan keselamatan yang mereka miliki.

2. Safety night adalah pesan K3 dilaksanakan pada malam hari dimulai pukul

18.45 wib, sebelum memulai pekerjaan pada pukul 19.00 wib. Dari hasil

wawancara yang diperoleh, bahwa safety night memerlukan perhatian khusus

karena pekerja bekerja di malam hari, maka para pekerja dianjurkan untuk

hati-hati dan waspada. Dan juga pengawasan terhadap pekerja malam cukup

ketat karena pekerja bekerja dengan alat mesin yang cukup membahayakan

jika pekerja lalai dalam bekerja. Isi safety night tidak jauh berbeda dengan

safety morning yaitu membahas tentang pekerja yang masuk dan pengoperan

tenaga kerja kepada tempat yang memerlukan tenaga. Keselamatan kerja


52

berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi menimbulkan

kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi

acuan dalam bekerja (Hadiguna, 2009).

Domain Metode Pelaksanaan Safety talk di PKS PTPN III Rambutan

Metode pelaksanaan safety talk di PKS PTPN III Rambutan dilaksanakan

oleh mandor pabrik dan asisten pabrik serta keseluruhan pekerja stasiun pabrik

yang bekerja pada shift yang telah ditentukan. Pelaksanannya setiap hari sebelum

pekerjaan dimulai. Pelaksanaannya berkisar hanya 15 menit dimulai dari jam

06.45 sampai jam 07.00 wib. Dilaksanakan di depan kantor PKS PTPN III

Rambutan.

Menurut Fartina (2014) safety talk sebaiknya dilaksanakan pada setiap

akan memulai pelaksanaan pekerjaan dan pergantian shift, yang dipimpin oleh

orang yang mengerti di bagian safety pada tiap area dan wajib melaksanakan

briefing sebelum bekerja. Dan pelaksanaan safety talk harus diperhatikan pesan

safety talk yaitu, dilaksanakan oleh semua pekerja, topik yang disampaikan sesuai

dengan kondisi dilapangan dan tidak menghilangkan pesan K3, pelaksanaan safety

talk langsung ditempat kerja, estimaasi waktu hanya 15 menit untuk

menyampaikan safety talk.

Kendala dalam Penerapan Safety Talk

Dalam penerapan suatu program pasti memiliki kendala-kendala dalam

mengerjakannya namun berdasarkan hasil wawancara yang di peroleh dari para

pekerja kendala yang sering mereka dapati dari pihak perusahaan bukan dari safety

talk namun pada kelengkapan dari sarana dan prasarana yang belum memenuhi

prosedur, sehingga para pekerja bekerja dalam pekerjaannya menjadi terganggu.


53

Namun pada dasarnya para pekerja tidak menyadari bahwa kendala mereka tidak

hanya terfokus pada kelengkapan sarana dan prasarana tetapi juga pengetahuan

terhadap SMK3 khususnya safety talk yang dilaksanakan di perusahaan yang saat

ini mereka bekerja.

Maka sebaiknya pihak dari managemen benar-benar memperhatikan

pengetahuan dari para pekerja agar para pekerja mengetahui bagaimana SMK3

yang baik yang diterapkan di perusahaan yang saat ini mereka kerja.

Sedangkan kendala yang dihadapi dari pihak perusahaan dalam pemberian

safety talk adalah tidak ada komitmen dari pekerja dalam menjalankan apa yang

sudah disepakati ketika sudah diberikan arahan setiap pagi ataupun setiap malam,

kurangnya kesadaran para pekerja mengenai APD, walaupun sebenarnya APD

tidak menjamin seseorang tidak mengalami kecelakaan namun dapat mencegah

terjadinya kecelakaan secara langsung kepada diri para pekerja.

Namun pada dasarnya kendala terjadi karena ada sesuatu yang tidak sesuai

dengan prosedur, maka kendala perusahaan dari para pekerja adalah tidak

tersampainya pesan K3 melalui safety talk kepada para pekerja karena pihak

managemen lebih terfokus pada pencapaian hasil pada hari itu. Sehingga para

pekerja kurang mematuhi peraturan perusahaan tentang penggunaan APD.

Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian ini peneliti mengalami kendala yaitu sulitnya proses

perizinan di tempat penelitian.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara III maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Safety talk dalam pelaksanaannya hanya dihadiri oleh pekerja pabrik atau

pekerja bagian stasiun dan pemberi materi pada hari itu juga yaitu mandor dan

asisten pabrik.

2. Tidak tersampaikan pesan K3 yang baik dan benar kepada pekerja.

3. Kurangnya pengetahuan para pekerja tentang safety talk terjadi karena pihak

manajemen kurang perduli dalam mensosialisasikan safety talk tersebut.

4. Kendala tidak ada komitmen dari pekerja dalam menjalankan apa yang sudah

di sepakati ketika sudah diberikan arahan setiap pagi ataupun setiap malam.

Saran

Dari kesimpulan yang diambil di atas maka dapat disarankan bagi

perusahaan yaitu:

1. Pelaksanaan safety talk di PKS PTPN III sebaiknya di ikuti oleh semua pihak

managemen.

2. Pelaksanaan safety talk sebaiknya dihadiri oleh pihak manajemen yang

memahami tentang K3, sehingga pesan-pesan K3 dapat tersampaikan kepada

pekerja.

3. Meningkatkan kepedulian para pihak manajemen atau P2K3 dalam

pelaksanaan safety talk dengan cara pihak manajemen atau P2K3 turun

54
55

kelapangan secara langsung bertatap muka dengan para pekerja untuk

menyampaikan pesan safety talk kepada pekerja.

4. Lebih meningkatkan komitmen dari pihak managemen dan pekerja untuk tetap

melaksanakan apa yang sudah diarahkan kepada pekerja.


Daftar Pustaka

Aryatingsih, D. S. (2015). Kejadian kecelakaan kerja pekerja Aspal Mixing Plant


(AMP) dan batching plant di PT. LWP Pekanbaru Tahun 2015. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2), 145-150. Diakses dari
http://jurnalfkm.Unand.Ac.Id/indeks.php/jkma

Ashfahany, M. Z. W. A. (2017). Kekuatan komunikasi sebagai faktor penunjang


keselamatan kerja pada industri manufactur (Skripsi, Institut Agama Islam
Negeri Surakarta). Diakses dari https://www.google.com/url?sa=&sorce=
web&rct=j&url=http//eprins.iainsurakarta.ac.id/891/1/SKRIPSI%2520FUL
L.pdf

Daryanto. (2017). Keselamatan kerja peralatan bengkel dan peralatan mesin.


Bandung : CV Alfabeta.

DPP Asosiasi Ahli K3 (A2K3) Indonesia. (2018). Sistem managemen keselamatan


dan kesehatan kerja versi ISO 45001. Medan: Anonim.

Gumelar, F. dan Ardyanto, D. (2018). Hubungan kepatuhan dan pengetahuan


tentang APD dengan safety talk di unit maintenance PT. Holcim Indonesia
TBK (Skripsi, Universitas Airlangga). Diakses dari
http://repository.unair.ac.id

Hadiguna, R. A. (2009). Manajemen pabrik: pendekatan sistem efisiensi dan


efektivitas. Jakarta: Bumi Akasara.

Heriyanto. (2018). Thematic analysis sebagai metode menganalisa data untuk


penelitian kualitatif. Jurnal UNDIP, 4(2), 4-7. Diakses dari
http://www.google.com/url?ejournal2.undip.ac.id/

IHSA. (2007). Safety Talk. Diakses dari www.csao.org/images/pfiles/19v0-05.pdf

Internasional Labour Organitation. (2018). Meningkatkan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Diakses dari htpps://www.ilo.org/wcmsp5/grops/
public/asyah/bangkok/ilo.pdf.

Irmawan. (2018). Efektifitas program program safety talk sebagai upaya


meningkatkan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) di
lingkungan industri. Jural Safety Talk, 8(7), 44-56. Diakses dari
https:www.scribd.com/document/9228789/analisis-jurnal-efektifitas-
safetytalk-dalammeningkatkan–kepatuhan-penggunan–apd–pada–pekerjadi
lingkungan-industri.

56
57

Jati, I. (2010). Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan


PT. Biratex Semarang (Skripsi, Universitas Diponegoro). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/26498/

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data dan Informasi Situasi Kesehatan
Kerja. Diakses dari http://www.depkes.go.id

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 04 Tahun 1978 tentang Panitia


Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang


Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pinem, M. M. (2016). Penerapan safety talk dan kejadian kecelakaan kerja PT.
Waskita Karya Pekan Baru Tahun 2015 (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id

Ramli, S. (2010). Sistem managemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS


18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Sari, N. A. (2011). Efektivitas komunikasi safety talk sebagai pemenuhan


informasi K3 bagi karyawan PT. Multikon (Skripsi, Universitas
Mercubuana). Diakses dari http://repository.mercubuana.ac.id

Sidauruk, S. (2014). Komitmen manajemen, pengetahuan K-3 & sikap K-3 dengan
penerapan SMK-3 pada pekerja. Jurnal Media Kesehatan, 8(2), 100-204.
Diakses dari https://jurnal.poltekes-kemenkes-bengkulu.ac.id

Sugyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : CV.
Alfabeta.

Suma’mur, P. K.(2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta:


Gunung Agung.

Tarwaka. (2012). Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan


di Tempat Kerja (Edisi ke-1). Surakarta : Harapan Press.

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


58

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian


59

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian


60

Lampiran 3. Form Wawancara

FORM PEDOMAN WAWANCARA PENERAPAN SAFETY TALK DI PKS

PTPN III RAMBUTAN-TEBING TINGGI

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Bagian Pekerjaan :

Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan Pekerja (Pekerja Stasiun Pabrik, Mandor, Asisten Pabrik dan

Pihak Managemen).

1. Apakah safety talk sudah dilaksanakan dan sejak kapan penerapan safety talk

dilaksanakan di PKS PTPN III Rambutan?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan safety talk di PKS PTPN III Rambutan,

dan topik apa yang dibicarakan?

3. Siapa pelaksana safety talk di PKS PTPN III Rambutan?

4. Setelah ada safety talk pernahkah ada kecelakaan kerja yang terjadi?

5. Kendala apa yang dihadapi pada penerapan safety talk di PKS PTPN III

Rambutan?
61

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun loading ramp

Gambar 2. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun kempah


62

Gambar 3. Wawancara peneliti kepada pekerja pemurnian minyak

Gambar 4. Wawancara peneliti kepada pekerja kamar mesin


63

Gambar 5. Wawancara peneliti kepada pekerja asisten laboratorium pabrik

Gambar 6. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun perebusan


64

Gambar 7. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun hosting cran

Gambar 8. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun boiler


65

Gambar 9. Wawancara peneliti kepada pekerja mandor pabrik

Gambar 10. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun timbangan


66

Gambar 11. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun loading ramp

Gambar 12. Wawancara peneliti kepada pekerja stasiun sortasi


67

Gambar 13. Pelaksanaan appel/briefing sebelum bekerja bersama mandor dan


asisten PKS
68

Lampiran 5. Matriks Wawancara

Hasil Wawancara kepada 9 Pekerja Stasiun Pabrik, Mandor Pabrik, Asisten

Pabrik dan Pihak Manajemen (DCC).

2. Jenis Safety talk di PKS PTPN III Rambutan

Informan Keterangan
1. Asisten Kita ada 2 shift kerja yaitu masuk pagi dan masuk
Pabrik/Laboratorium malam. Kalo masuk kerja kita mulai jam 7 karena
briefing kita laksanakan 15 menit sebelum
bekerja. Sama kedua jam kerja itu.

2. DCC Selalu kita laksanakan 2 kali pertemuan kepada


pekerja baik appel pagi maupun malam. Jadi kita
disini ada 2 shift jam kerja.

3. Mandor Stasiun Pabrik Pelaksanaan yang kita laksanakan di pabrik ada 2


shift jam kerja, pagi sama malam. Jadi kita
mulainya sebelum bekerja waktunya sekitar 10
sampai 15 menitan gitulah.

4. Stasiun Ada 2 shif kerja. Shift pagi sama shift malam.


penerimaan/timbangan Kedua shiftnya terus dilaksanakan appel atau
briefing sebelum bekerja.

5. Stasiun Sortasi Shift pagi sama shift malam lah disini bekerja.

6. Stasiun Loading Ramp selalu kita melaksanakan appel sebelum bekerja


baik itu malam maupun pagi, sama-sama
melaksanakan.

7. Stasiun Sterilizer Kalo untuk pelaksanaanya kita disini ada 2 kali


masuk jam kerja, pagi sama malam. Ya dua-dua
nya melaksanakan appel tadi.

8. Stasiun Hosting Cran Pelaksanaan ada 2 shift jam kerja pagi sama
malam.

9. Stasiun Pressing Selalulah kita laksanakan mau kerja pagi maupun


malam. Itu kita laksanakan selalu sebelum
bekerja.

10. Stasiun Kamar Mesin Ada 2 shift kerja. Shift pagi sama shift malam.
69

11. Stasiun Boiler Ya kita disini shift pagi sama shift malam lah
disini bekerja.

12. Stasiun Clarification Pelaksanaan ada 2 shift jam kerja, ya selalu kita
melaksanakan appel sebelum bekerja baik itu
malam maupun pagi, sama-sama melaksanakan.

3. Pelaksana Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan

Informan Keterangan
1. Asisten Pelaksana safety talk di ikuti oleh semua
Pabrik/Laboratorium pekerja sama mandor, asisten, sama anak-
anak PKL itulah.

2. DCC kalo untuk pelaksanaannya saya sendiri dari


DCC tidak ikut serta setiap hari karena
sudah ada mandor sama asisten yang
mengatur di lapangan. Saya turun kalo ada
hal-hal yang penting saja disampaikan sama
pekerja, contohnya seperti ada acara diluar
dari .perusahaan. atau ada kecelakaan
terjadi saya harus turun.

3. Mandor Stasiun Pabrik Kalo untuk pelaksananya semua harus ikut


melaksanakan, tapi pemimpin dari
pelaksanaan saya sendiri sebagai mandor,
asisten. Kita lah yg sering mimpin untuk
setiap appel sebelum bekerja. Kalo dari
DCC sekali-sekali itu turun, mereka kalo
ada sesuatu yang disampaikan aja mereka
turun.

4. Stasiun Ikut semuanyalah yang melaksanakannya.


penerimaan/timbangan
5. Stasiun Sortasi Siapa yang masuk kerja wajib ikut
melaksanakan.

6. Stasiun Loading Ramp Kita melaksanakanlah setiap hari, setiap


memulai bekerja. Dipimpin itu langsung
sama mandor pabrik.

7. Stasiun Sterilizer Kalo disini kita dipimpin sama mandor


sama asisten, tapi semua harus ikut kita nih
melaksanakannya.
70

8. Stasiun Hosting Cran Ikutlah mbak kalo melaksanakannya, disini


kita tiap hari melaksanakan yang dipimpin
sama mandor sama asisten, terus itu kita
laksanakan, wajib lah kalo kita bilang.

9. Stasiun Pressing Ya semuanya lah mbak harus ikut, gak


boleh ada yang gak melaksanakan padahal
dia ada. Harus ikut.

10. Stasiun Kamar Mesin Kita laksanakanlah setiap hari,


Pelaksananya lebih sering mandor sama
asisten.

11. Stasiun Boiler Masih mandorlah yang sering mimpin kalo


appel mbak, tapi ya itulah pihak dari atas
sekali-sekali cuman turunnya.

12. Stasiun Clarification Mandor, yang kerja masuk hari ini, semua
ikut melaksanakan. Kalo atasan sekali-
sekalinya mereka turun.

4. Pesan Keselamatan Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan

Informan Keterangan
1. Asisten Topik-topik yang sering kita sampaikan sama
Pabrik/Laboratorium semua lebih mengingatkan pekerja untuk
menggunakan APD, trus tentang menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja,
pembersihan area kerja itukan bagian safety,
pencapaian produksi, kendala yang dihadapi
dan ditutup dengaan evaluasi seperti tentang
penggunaan APD pokoknya mengingatkanlah
dan di tutup dengan doa, gitulah tiap hari
itulah yang dibahas setiap pagi produksi itu.

2. DCC Biasanya yang tingkat resikonya tinggi


misalnya di pabrik, tehnik tapi lebih fokus ke
pengolahan dan tehnik, tapi kalo untuk
sosialisasi tentang kebijakan itu semua pada
karyawan.

3. Mandor Stasiun Pabrik namun hanya saja disini kita memiliki


penekanan-penekanan dalam melakukan
safety seperti hal-hal hari itu yang harus kita
kejar target, kondisi tenaga kerja hari itu,
71

penggunaan APD, kebersihan di setiap


stasiun, peningkatan kinerja, hasil olah,
disiplin masuk tepat waktu.

4. Stasiun kalo setiap hari pasti sama, seperti yang


penerimaan/timbangan kedisplinan kerja, mengenai keselamatan
kerja, menjalankan sistem dengan baik ya
itulah intinya dominanya tentang keselamatan
kerja.

5. Stasiun Sortasi Semua-semualah mbak di bilang kalo kita


appel, APD lah, target kerja kerja kita untuk
hari ini lah, fokus kerja gitu-gitu mbak.

6. Stasiun Loading Ramp Ya mengenai pekerjaan dia menerangkan


memberi solusi misalnya ya mengenai
pekerjaan itu aja, diadakan appelkan APD
harus lengkap. diingatkan setiap saat tentang
APD.

7. Stasiun Sterilizer topiknya ya kita harus selalu menjaaga


keselamatan diri kita dengan dilengkai
peratalan itukan soalnya kan paling
dibilangnya hati-hati dalam bekerja kan,
menggunakan APD, keluarga menanti
dirumah.

8. Stasiun Hosting Cran Kalo yang sering kita dengar setiap di kasih
pengarahan itu tentang APD, tentang
pelaksanaan kerja, target-target kerja kita dan
kualitas dari apa yang kita kerjakan. Tapi
banyaklah sih dibilang.

9. Stasiun Pressing Topiknya tentang APD, disiplin kerja, tentang


kecelakan kerja, pengarahan semua-semualah.

10. Stasiun Kamar Mesin Banyak lah kalo yang disampaikan, tentang
prosedur kerja, apalagi yang tempat yang
urgent harus tetap pake APD, sama kualitas
kerja kita hari itu.

11. Stasiun Boiler tentang menjaga keselamatan dan kesehatan


kerja, pembersihan area kerja, sama APD.

12. Stasiun Clarification APD lah mbak yang gak pernah lupa di
bilang, disiplin kerja, tentang kecelakan kerja.
72

Itu-itulah dibilang.

5. Pelaksanaan Safety Talk di PKS PTPN III Rambutan

Informan Keterangan
1. Asisten Pelaksanaan safety talk dilakukan setiap hari
Pabrik/Laboratorium sebelum bekerja dimulai. Kita melaksanakannya
setiap hari setiap memulai pekerjaan, kita semua
wajib melaksanakan kecuali yang di dalam
kantor, tapi kita yang dilapangan wajib
melaksanakannya.

2. DCC Ya kita mulai melaksanakannya 15 menit atau 10


menit sebelum kita memulai bekerja, seperti saya
bilang dipimpin sama mandor sama sisten pabrik,
semua pekerja wajib ikut melaksanakannya.

3. Mandor Stasiun Pabrik Selalu melaksanakannya setiap hari, di ikuti oleh


semua pekerja khususnya pekerja pabrik.
Dipimpin sama kamilah mandor pabrik sama
asisten pabrik. Kita mulai bekerja jam 07.00, jadi
appel nya kita mulai 15 menit sebelum bekerja,
biar pas masuk kerja jam 07. Kita
melaksanakannya di depan kantor pabrik, kalo di
pabrik nanti menggangu karena bising kan di
pabrik.

4. Stasiun ya kita melaksanakannya setiap hari mbak, semua


penerimaan/timbangan pekerja harus ada disitu pokoknya yang masuk
shift pada hari ini ya itu harus ikut. Mandor juga
ada ya itulah yang mengarahkan sama asisten
juga. Cuman 10 sampai 15 menitnya palingan
kita appel.

5. Stasiun Sortasi Disini ada 2 jam kerja kita terus itu melakukan
appel pagi maupun malam. Kita laksanakan 15
menit sebelum bekerja mulai, dipimpin sama
mandor sama asisten. Kalo atasan turun kalo ada
yang penting, habis itu kita langsung kerja kalo
uda dapat jam 07.

6. Stasiun Loading Ramp ya gimana mbak bilangkannya, ya kita


laksanakan setiap hari, gak boleh gak ikut,
makanya kita harus cepat-cepat datang, kalo
terlambat pasti di tegur lah mbak, tapi belum ada
73

sih yang terlambat. Mandorlah yang sering


mengarahkan karenakan dia yang lebih tau kita,
yauda kita laksanakan tiap hari. Di kasih arahan
lah sebelum kerja, itulah mbak.

7. Stasiun Sterilizer kalo untuk pelaksanaannya ya sama ajanya setiap


hari, kita mulai jam 7 kurang, 15 menit kita di
kasih arahan sebelum bekerja, yang kasih arahan
mandor sama asisten, tapi lebih banyak mandor
lah. Habis itu kita tutup dengan doa, jam 7 yauda
kita masuk pabrik untuk bekerja.

8. Stasiun Hosting Cran Sama juga kek kawan-kawan yang lain, gitu-gitu
aja kita setiap hari, dilakukan jam 7 habis itu
dikasih arahan-arahan jam 7 kita kerja langsung
sampe pergantian shift untuk malam, baru nanti
mereka yang shift malam gitu juga.

9. Stasiun Pressing Kita tidak pernah tidak melaksanakan kecuali


kalo hujan deras datang kita tidak ada tempat
untuk melaksanakan pengarahan, tapikan gak
mungkin hujan terus datang, jadi kalo hujan deras
aja, kalo cuman gerimis-gerimis ya kita
laksanakan tapi seadanya aja. Ya mandorlah yang
mengarahkan kita, seperlunya dia sampaikan
sama kita yang penting.

10. Stasiun Kamar Mesin jam 07 kita uda kerja jadi sebelum masuk kerja
15 menitan gitu kita dikasih arahan sama mandor
sama asisten untuk mengiatkan kita bekerja pada
hari ini. Semua pekerja dengan mandor dan
asistenlah paling sering, kalo dari kantor jarang
turun ke lapangan.

11. Stasiun Boiler Kita semua ikut melaksanakan, semua pekerja


yang masuk di pagi hari kalo di pagi hari, yang
masuk malam pun gitu, sama gak beda. Mandor
juga yang pimpin kalo malam sama kek pagi
inilah, 15 menit pagi, 15 menit juga untuk malam.
Samalah.

12. Stasiun Clarification Pelaksanaannya semua wajib mengikuti, semua


pekerja, mandor, asisten pabrik sama anak-anak
PKL itu. Dikasih arahan setiap memulai bekerja,
10 sampe 15 menit gitulah kita di kasih arahan,
lalu jam 07 kita langsung kerja ke pabrik. Tepat
74

waktulah kita kerjanya. Mandor pun gitu, sama-


sama kerja samalah kita yang kerja karena kan
kita bekerja di mesin yang kontiniu jadi harus
sama-sama kerja sama, jadi datangnya pun ya
sama, gak ada yang telat.

Anda mungkin juga menyukai