SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
iv
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Karya Medan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
v
Abstrak
Proyek underpass Titikuning PT. Hutama Karya memiliki aktivitas kerja dan
peralatan yang digunakan memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan menganalisis
setiap potensi bahaya pada setiap proses dengan metode Hazard and Operability
Study (HAZOPS). Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan wawancara
mendalam terhadap informan dan melakukan observasi terhadap objek yang
diteliti yaitu potensi bahaya dan jumlah informan sebanyak lima orang dengan
menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi
bahaya yang paling tinggi terdapat node lima yaitu proses pemotongan
pemasangan bekisting dan sumber bahaya paling berisiko tinggi bersumber dari
sikap pekerja yaitu pekerja tidak menggunakan APD lengkap sesuai dengan jenis
pekerjaan, tidak melakukan pekerjaan sesuai metode kerja, pekerja bertindak tidak
aman saat bekerja. Dampak paling berisiko dari adanya potensi bahaya tersebut
adalah tertimpa besi, palu dan material yang menyebabkan luka robek pada
pekerja dan terpapar getaran. Upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan
untuk mengatasi potensi bahaya adalah memberikan APD sesuai jenis pekerjaan,
memberikan pengarahan tentang K3 sebelum bekerja, melakukan inspeksi alat,
memasang rambu – rambu di area kerja dan melakukan pengawasan selama jam
operasi kerja. Peneliti menyarankan kepada perusahaan untuk melakukan
sosialisasi SOP dan pemajangan SOP disekitar area kerja, penambahan APD
sarung tangan kulit kepada pekerja yang terpapar getaran, melakukan
pengendalian engineering control dengan melapisi pegangan jack hummer dan
vibrator berbahan karet dan untuk pekerja supaya melakukan pekerjaan sesuai
dengan instruksi dan metode kerja, memakai APD yang lengkap sesuai jenis
pekerjaan.
vi
Abstract
vii
Kata Pengantar
Puji dan syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi adalah
Hutama Karya Medan Tahun 2018”. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
skripsi ini dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak.
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis
4. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
5. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen pembimbing yang telah
viii
6. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. selaku Dosen Penguji I yang telah
10. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Josrin Hutauruk dan Nursinda
penulis.
11. Teman seperjuagan KKN, PBL dan LKP yang telah memberikan motivasi,
12. Teman seperjuangan FKM USU 2014, sahabat penulis dan keluarga besar
penulis.
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
ix
berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu
pengetahuan.
x
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 10
Potensi Bahaya 10
Definisi potensi bahaya 11
Jenis bahaya 11
Sumber informasi bahaya 21
Kecelakaan Kerja 22
Pengertian kecelakaan kerja 22
Faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja 22
Kalsifikasi kecelakaan kerja 23
Kerugian kecelakaan kerja 26
Pencegahan kecelakaan kerja 26
Identifikasi Bahaya 29
Pengengertian identifikasi bahaya 29
Tujuan identifikasi bahaya 31
Teknik identifikasi bahaya 32
Pemilihan teknik identifikasi bahaya 33
Hazard and Operability Study (HAZOPS) 36
Pengertian HAZOPS 36
Tujuan penggunaan HAZOPS 36
Kosakata yang digunakan dalan HAZOPS 38
Proses kajian HAZOPS 39
Proyek Konstruksi 42
xi
Pengertian proyek konstruksi 42
Kategori proyek konstruksi 43
Proyek Underpass 44
Hasil Penelitian yang Relevan 46
Landasan Teori 47
Kerangka Berpikir 52
Metode Penelitian 53
Jenis Penelitian 53
Lokasi dan Waktu Penelitian 53
Lokasi penelitian 53
Waktu penelitian 53
Subjek dan Objek Penelitian 53
Definisi Konsep 54
Metode Pengumpulan Data 55
Metode Analisis Data 56
xii
Kesimpulan 99
Saran 100
xiii
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xiv
Daftar Gambar
No Judul Halaman
3 Kerangka berfikir 52
xv
Daftar Lampiran
6 Dokumentasi 126
xvi
Riwayat Hidup
Jamin Ginting gang Medan Area no.14, Padang Bulan Medan. Penulis merupakan
anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda J. Hutauruk dan
Ibunda N. Situmeang.
xvii
Pendahuluan
Latar Belakang
Kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai kesehatan fisik, daya kerja, dan
tingkat kesehatan yang tinggi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga dapat
tinggi. Unsur yang ada dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak terpaku
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut risiko yang dapat muncul dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah
lelah.
perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik
Kesehatan Kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik dan
1
2
berbagai potensi – potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. ILO (1986)
dalam Anugrah (2009), mengidentifikasi potensi bahaya atau bahaya kerja (work
Hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang
atau insiden yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material dan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
serta kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang bisa atau wajar dilalui.
bahaya memiliki tujuan untuk mengurangi dan meminimalisasi risiko, agar dapat
mencegah dan menanggulangi kecelakaan agar tidak terjadi lagi dimasa yang akan
(Rijanto, 2011).
Proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang digunakan
kecelakaan kerja. Potensi bahaya ini berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas
dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau berasal dari luar proses kerja (Tarwaka,
kecelakaan yang akan terjadi, apabila bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan,
potensi bahaya sampai risikonya dapat diterima oleh pekerja (Ramli, 2010).
Potensi bahaya atau hazard terdapat disetiap tempat dimana dilakukan satu
aktivitas, baik di rumah, dijalan maupun di tempat kerja, apabila hazard tersebut
kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi yang bersifat unik yaitu lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka,
ketahanan fisik yang tinggi serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
terlatih, melibatkan tenaga kerja yang cukup besar serta industri konstruksi
mempunyai bahaya dan risiko yang banyak pada setiap jenis pekerjaannya.
4
Bahaya tersebut antara lain terjatuh, tertimpa benda, terkena sengatan listrik,dan
(Yanto, A, 2009).
juga tidak dapat dilepaskan dari aspek waktu, biaya, mutu, dan keselamatan kerja.
Hal-hal tersebut menjelaskan bahwa suatu proyek yang baik dalam pelaksanaanya
(Ervianto, 2005).
The Health Statistic and Safety (2011) menunjukkan bahwa 171 pekerja
meninggal dunia di tempat kerja dengan rata-rata 0,6 falities per 100.000 pekerja.
terbesar yaitu 50,34 juta dan 9 fatality dan 115.379 pekerja lainnya terluka yang
banyak korban jiwa, namun sayangnya rangkaian pekerjaan yang berbahaya ini
hanya dianggap hal yang wajar dan seringkali luput dari perhatian kita. 32%
sektor konstruksi dan meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung. Menurut
catatan Jamsostek pada tahun 2010, angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk
yang paling tinggi dikawasan ASEAN, yaitu sebanyak 98.711 kasus kecelakaan
kerja. Tahun 2011 terjadi kenaikan menjadi 99.491 kasus, dimana hampir 32%
tanggal 5 februari 2018 terjadi longsor pada turap underpass jalan perimeter
Kerja dan Analisis Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja Pekerja Galian Tanah
pekerjaan galian tanah yang paling sering terjadi adalah terperosok kedalam
beberapa faktor antara lain: penerangan yang kurang dalam galian (32 responden),
Kecelakan Kerja Pada Proses Penambangan Batu Adesit di PT. Dempo Bangun
Mitra dengan menggunakan HAZOPS sebagai metode analisa oleh M. Ihsan, dkk
diperoleh hasil penelitian dengan “sikap kerja” sebagai sumber hazard ada
penyimpangan yang terjadi yaitu pekerja bertindak tidak aman atau melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan SOP, pekerja tidak menggunakan APD saat
bekerja, APD tersebut disesuaikan dengan area kerja masing-masing. Jenis APD
seperti sefty helmet, safety gogles, massker, ear plug, safety gloves, safety shoes,
adalah kurang displinnya pekerja dalam mengikuti SOP yang ada. Rendahnya
kesadaran dan pengetahuan akan keselamatan kerja yang disebabkan oleh kurang
6
bertindak tidak aman dan tidak menggunakan APD adalah kepala terbentur,
yang dapat dilakukan segera mengatasi sumber hazard adalah membuat visual
prosedur kerja yang baik, melakukan pelatihan K3 kepada para pekerja secara
menyeluruh.
PT. Hutama Karya adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang
bergerak dibidang konstruksi, serta penyedia jalan tol. Salah satu proyek yang
sedang dijalankan oleh PT. Hutama Karya adalah pembangunan Underpass Titi
AH Nasution dengan Jl. Medan Tebing tinggi Ringroad dengan tujuan untuk
berbahaya dan banyak menggunakan alat berat, sehingga proyek ini memiliki
Underpass Titikuning PT. Hutama Karya, banyak pekerjaan yang berat maupun
ringan yang dilakukan baik dilakukan dengan tenaga manusia atau menggunakan
alat – alat berat yang mempunyai potensi bahaya. Pada proses pembangunan
Underpass,ada lima tahapan pekerjaan utama dimulai dari tahapan persiapan yaitu
7
tahapan persipan material dan persiapan alat, tahap kedua yaitu pekerjaan bore
pile, tahap ketiga pekerjaan underpass terbuka dan tahap keempat pekerjaan
struktur pelat atau underpass tertutup dan terakhir adalah tahapan finishing. Pada
penelitian ini peneliti lebih fokus menganalisis potensi bahaya pada tahapan
pekerjaan struktur pelat atau underpass tertutup dengan proses kerja dimulai dari
penghancuran aspal jalan lama, penggalian tanah, pemadatan tanah dengan alat
titikuning adalah terjatuh akibat tanah yang berlumpur, getaran, terinjak benda -
benda tajam seperti kawat, paku, dan lain - lain, bahaya kecelakaan seperti
kerja yang tidak sesuai, alat kerja yang tidak dijaga dan disusun dengan baik.
kecelakaan di tempat kerja maka diperlukan teknik analisis bahaya yaitu dengan
HAZOPS di pilih karena HAZOPS adalah studi tentang hazard/ bahaya dan fokus
pada penelitian ini adalah potensi bahaya sehingga analisis potensi bahaya lebih
untuk menemukan potensi bahaya dan suatu penilaian yang terstruktur dan
sistematis terhadap proses produksi atau operasi melalui identifikasi dan evaluasi
masalah yang mungkin berisiko pada karyawan atau peralatan kerja, sehingga
proyek underpass memiliki banyak potensi bahaya. Hal ini sejalan dengan adanya
banyaknya proses kerja dan penggunaan alat-alat berat yang memiliki potensi
Perumusan Masalah
adanya potensi bahaya yang berisiko terhadap pekerja, bahaya tersebut berpotensi
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
pada pembangunan Underpass Titi kuning PT. Hutama Karya agar dapat
potensi bahaya yang ditemukan pada proses pembangunan Underpass Titi kuning
kecelakaan kerja.
Tinjauan Pustaka
Potensi Bahaya
mengidentifikasi potensi bahaya atau bahaya kerja (Work Hazard) adalah suatu
sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja,
kerugian.
Bahaya ditempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi berbagai
unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metoda kerja.
Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin,
material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.
Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur - unsur produksi tersebut
yakni manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli,
2010).
tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan
risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya - bahaya tersebut tidak dapat
pencegahan apa saja yang harus diambil, hal ini diupayakan untuk melindungi
10
11
Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang
menyebabkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya ini berasal dari berbagai kegiatan
atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau berasal dari luar proses
tubuh kita baik cidera ringan maupun cidera fatal. Kita tidak dapat mencegah
baik.
Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berassal dari dalam tubuh
pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang
pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan
maupun orang lain di sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik
kerja. Contohnya adalah mode rambut panjang di ruang mesin berputar telah
12
Bahaya lingkungan kerja berupa faktor fisik, kimia, dan biologi Bahaya
penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam
a. Bahaya mekanik
tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik
tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan
robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke
dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat
menimbulkan kematian.
b. Bising
pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi,
dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti
di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan
alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka
yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian
lainnya.
keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi
dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body
pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan
terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunaan alat tangan getar
dan/ atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan
heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja,
tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang
frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun
telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35°C dan dapat
mengancam jiwa. Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin
adalah penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat
f. Cahaya
Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau
terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka
pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau
kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada
usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga
dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi
pekerjaan yang memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan
g. Tekanan
diialami oleh orang yang berada di bawah permukaan laut, semakin dalam
15
barotitis dan barotrauma yang dapat menimbulkan kerusakan telinga tengah dan
paru. Pekerja berisiko terpajan tekanan hiperbarik adalah mereka yang beekerja di
kapal laut, tim penyelamat (rescue team), dan pekerja konstruksi baawah laut.
h. Radiasi pengion
Radiasi pengion antara lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma,
sinar X, dan neutron. Pekerja berisiko terpajan radiasi pengion adalah mereka
yang bekerja dengan alat atau mesin yang menggunakan sinar yang memancarkan
radiasi pengion, seperti radiografer di bagian radiologi suatu klinik atau rumah
sakit, pekerja di laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainnya.
Efek buruk dari radiasi pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan
perkembangan janin.
gelombang yang panjang (>100 nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga
pancaran energinya tidka cukup kuat untuk mengionisasi atom dari sel tubuh yang
dilaluinya. Contoh penghasil radiasi bukan pengion antara lain sinar inframerah
ultraviolet, ponsel dan sinar laser. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja
luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal, sampai yang
berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru,
bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh
pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahan kimia dapat
merupakan suatu zat yang toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa
kimia toksik. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan
bahan kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun
bentuknya, yang paling sering digunakan dalam duni kerja dan dunia usaha adalah
sebagai berikut:
a. Logam berat
dalam bentuk murni namun dalam bentuk senyawa seperti timbal, merkuri,
kadmium, krom, cobalt, arsen, aluminium, berilium, nikel, dan mangan. Sebagai
contoh timbal banyak digunakan di industri baterai, kabel, insektisida, dan cat.
organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam
trikloretilen, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas
hampir di semua bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan
17
untuk:
a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia
c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur
Gas dan uap di udara tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi
kekurangan oksigen (normal 20%), ada dua jenis yang berbeda cara kerjanya,
yaitu gas simple asphyxiants dan gas chemical asphyxiants. Gas simple
gas inert seperti helium, argon, neon; gas hidrokarbon alifatik dengan bobot
molekul rendah (C1 sampai dengan C4) seperti gas metana, etana, propana, dan
sulfida.
18
dari penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi
biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV),
tinggi Bahaya ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan
Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau
pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam
berikut:
1. Bahaya Mekanis
Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain, bahaya yang
menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini
19
atau terkupas.
2. Bahaya Listrik
Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemkan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
3. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras,
Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak
4. Bahaya Fisis
a. Bising
b. Tekanan
20
c. Getaran
f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah
5. Bahaya Biologis
biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak
celaka atau berpotensi untuk celaka sebagai penyebab tidak langsung dari suatu
9. Konsumsi alcohol.
dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah
lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan
Kecelakaan Kerja
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 03/Men/1998).
22
adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
terjadi di tempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali. Dan
diluar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja (Tarwaka,
2014).
kerja akan terjadi apabila terdap berbagai faktor penyebab secara bersama pada
suatu tempat kerja atau proses produksi. Dalam buku “Accident Prevention”,
kecelakaan kerja atau cidera disebabkan oleh 5 faktor penyebab yang secara
berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima
1. Domino Lingkungan
2. Domino Kebiasaan
4. Domino kecelakaan
5. Domino Cidera
23
kecelakaan kerja adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau
memutus mata rantai domino tersebut (Tarwaka, 2014). Berdasarkan teori dari
Heinrich tersebut, Bird dan Germain (1986) memodifikasi teori domino dengan
2. Sumber penyebab dasar, faktor ini meliputi faktor personal dan pekerjaan.
dengan standar.
4. Insiden, hal ini terjadi karena adanya kontak dengan energi atau bahan-bahan
berbahaya.
pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses produksi.
1. Terjatuh
3. Tersandung benda atau objek, terbentur benda, terjepit antara dua benda
dan lain-lain.
2. Sarana alat angkat dan angkut, seperti: fork-lift, alat angkut kereta, alat angkut
beroda selain kereta, alat angkut diperairan, alat angkut di udara, dan lain-lain.
3. Peralatan - peralatan lain, seperti: bejana tekan, tanur atau dapur peleburan,
instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga,
4. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti: bahan mudah meledak, debu, gas,
kebisingan tinggi, getaran, ruang dibawah tanah, dan lain-lain (Tarwaka, 2014).
Menurut jenis luka dan cidera. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis
1. Patah tulang
8. Luka bakar
9. Keracunan akut
yang besar, baik itu kerugian material dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh
1. Kerugian Ekonomi
(2) hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun pihak keluarga
upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa
yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat
disusun suatu rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan program
1. Pendekatan Energi
2. Pendekatan Manusia
bahwa 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan
yang tidak aman. Karena itu, untuk mencegah kecelakaan kerja dilakukan
3. Pendekatan Teknis
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
dan standar yang berlaku untuk menjamin kelayakan instalasi atau peralatan
kerja.
4. Pendekatan Administratif
antara lain;
a. Pengaturan waktu dan jam kerja, sehingga tingkat kelelahan dan paparan
d. Mengatur pola kerja, system produksi dan proses kerja (Ramli, 2010).
5. Pendekatan Manajemen
kerja dan untuk membantu memilih cara perlindungan karyawan yang tepat
berpotensi bahaya.
Pelindung Diri.
sehingga dana yang dianggarkan oleh perusahaan untuk biaya dampak akibat
Identifikasi Bahaya
langkahnya:
1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka,
3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat
memelintir?
30
apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko
yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu
pengalaman mereka.
adalah melakukan penlaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.
perusahaan.
dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas
adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu
bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang
1. Metoda pasif
3. Metoda aktif
a. Teknik pasif
secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlamat, karena langkah
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;
a) tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian
kecelakaan.
b) tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk
terulang kembali.
c. Teknik Proaktif
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat
antara lain:
1. Manusia
2. Peralatan
3. Proses
a. Manusia
b. Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut,
menggunakannya.
c. Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil
karakteristik masing-masing.
d. Proses
fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu
Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat
Lain-lain
What If, Hazard Identification, dll
Proses
Hazard and Operability Study, Fault Tree Analysis,
What If, Preliminary Hazard Analysis
Manusia
Job Safety Analysis, Task Risk Analysis
Sistem dan Prosedur
Job Safety Analysis, What If, dll
Peralatan/Teknis
Failure Mode and Effect Analysis,
What If
adalah standar teknik analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan
keamanan dalam suatu sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan
berbagai permasalahan yang menganggu jalanya proses dan risiko yang terdapat
pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risiko merugikan bagi manusia/
fasilitas pada sistem. Dengan kata lain metode ini digunakan sebagai upaya
pencegahan sehingga proses yang berlangsung dalam suatu sistem dapat berjalan
Kajian HAZOPS juga bersifat multi disiplin sehingga hasil kajian akan lebih
mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan
keahlian. Metode ini sangat membantu tindakan perbaikan dan pencegahan yang
adalah untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara
kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu plant, mencari berbagai faktor
untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah berhasil diidentifikasi
(Munawir, 2010).
1. Proses
Proses apa yang sedang terjadi atau lokasi dimana proses tersebut berlangsung.
2. Sumber Hazard
3. Deviation (Penyimpangan)
4. Cause (Penyebab)
Akibat dari deviation yang terjadi yang harus diterima oleh system.
6. Action (Tindakan)
Tindakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tindakan yang mengurangi atau
konsekuensi.
7. Severity
8. Likelihood
ada.
9. Risk
Risk atau risiko merupakan nilai risiko yang didapatkan dari kombinasi
Tabel 1
Bentuk Tim
Pilih Node
Kumpulkan Data
Proses Data
Pilih Parameter
Kajian Rancangan
Kajian Rancangan
Laporan pemantauan
Kajian Rancangan
Kajian Rancangan
Gambar 2. Proses kajian HAZOPS
1. Persiapan
untuk kajian suatu proyek baru, modifikasi, atau untuk tujuan lainnya. Tentukan
unit proses yang dikaji. Kajian HAZOPS bersifat multidisiplin misalnya dari
fungsi teknis, operasi, proses, listrik, instrumen, safety, dan lainnya. Langkah
(Process Flow Diagram), gambar teknis dan data lainnya mengenai unit yang
akan dievaluasi.
Titik kajian dalam teknik HAZOPS disebut node. Pemilihan titik kajian ini
tergantung keahlian dan pengalaman tim kajian. Bagi tim pemula, pilihlah kajian
3. Pemilihan parameter
Berdasarkan node yang telah dipilih tersebut, tim menentukan apa saja
parameter yang berkaitan dengan node terkait. Misalnya pada titik node pompa
5. Analisa Deviasi
Jika deviasi sudah diperoleh lakukan kajian lebih rinci yang berkaitan
potensi bahaya. Apa saja bahaya yang ada jika terjadi no-flow pada pompa. Apa
operasi.
kajian. Laporan ini akan digunakan untuk meningkatkan sistem, prosedur, sarana,
dan kondisi, operasi yang ada. Sebagai langkah terakhir adalah melakukan
41
2. Mengidentifikasi adanya potensi bahaya pada area produksi dari proses awal
3. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOPS worksheet dengan urutan sebagai
berikut:
operasi.
(consequences).
Proyek Konstruksi
bahaya dan risiko kecelakaan kerja, yang mana kecelakaan kerja ini juga dapat
yang sangat tinggi dan cenderung tidak terikat dalam satu perusahaan tertentu.
sumber daya baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan. Proyek konstruksi
dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya dan
pada tiga kendala (triple constraint), yaitu sesuai spesifikasi mutu yang ditetapkan,
sesuai time schedule, dan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara
simultan (Ervianto,2004).
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan di atas telah
ditentukan.
43
tapi sejenis).
1. Residential Construction
2. Building Construction
ibadah, dll.
4. Industri Construction
minyak, dll.
Proyek Underpass
pembangunannya terdiri atas konstruksi jembatan layang (fly over) dan konstruksi
44
terowongan (Underpass).
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan terdiri dari persiapan beton, persiapan besi, persiapan alat
yaitu Excavator tipe Bachoe, Crane, Macine Bore Soilmac, Auger (untuk
Pekerjaan bore pile dimulai dari proses leveling yaitu untuk menentukan titik
yang akan di bore. Kemudian pekerjaan bore pile dimulai dari penggalian
tanah menggunakan bore dengan alat machine bore auger, pembuangan tanah
pengecoran mortar.
b. Penggalian tanah
c. Pemadatan
Titik beton pile kembali digali bersamaan dengan tanah daerah pelat
hummer.
e. Pemasangan Bekisting
diletakkan diatas tanah untuk menghindari agar air semen tidak meresap
kedalam tanah.
g. Pengecoran
cetakan.
Kerja dan Analisis Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja Pekerja Galian Tanah
pekerjaan galian tanah yang paling sering terjadi adalah terperosok kedalam
beberapa faktor antara lain: penerangan yang kurang dalam galian (32 responden),
sistem proteksi yang kurang memadai (31 responden) dan rambu – rambu/
Kecelakan Kerja Pada Proses Penambangan Batu Adesit di PT. Dempo Bangun
Mitra dengan menggunakan HAZOPS sebagai metode analisa oleh M. Ihsan, dkk
diperoleh hasil penelitian dengan “sikap kerja” sebagai sumber hazard ada
penyimpangan yang terjadi yaitu pekerja bertindak tidak aman atau melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan SOP, pekerja tidak menggunakan APD saat
bekerja, APD tersebut disesuaikan dengan area kerja masing – masing. Jenis APD
seperti sefty helmet, safety gogles, massker, ear plug, safety gloves, safety shoes,
adalah kurang displinnya pekerja dalam mengikuti SOP yang ada. Rendahnya
kesadaran dan pengetahuan akan keselamatan kerja yang disebabkan oleh kurang
bertindak tidak aman dan tidak menggunakan APD adalah kepala terbentur,
yang dapat dilakukan segera mengatasi sumber hazard adalah membuat visual
prosedur kerja yang baik, melakukan pelatihan K3 kepada para pekerja secara
menyeluruh.
Landasan Teori
Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berassal dari dalam tubuh
kerja.
Bahaya lingkungan kerja berupa faktor fisik, kimia, dan biologi Bahaya
penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam
a. Bahaya mekanik
tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik
tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan
robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke
dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat
menimbulkan kematian.
b. Bising
Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat
pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi,
dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti
di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan
keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi
dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body
pengemudi.
heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja,
49
tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang
f. Cahaya
Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau
terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka
pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau
kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada
usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga
g. Tekanan
diialami oleh orang yang berada di bawah permukaan laut, semakin dalam
adalah mereka yang bekerja di bawah laut, seperti penyelam, pemelihara atau
pengambil mutiara, pemelihara kapal laut, tim penyelamat (rescue team), dan
h. Radiasi pengion
gelombang yang panjang (>100 nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga
pancaran energinya tidka cukup kuat untuk mengionisasi atom dari sel tubuh yang
dilaluinya.
luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal, sampai yang
berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru,
bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh
Gas dan uap di udara tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi
dari penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi
biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV),
tinggi Bahaya ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan
Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau
pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam
HAZOPS Worksheet
• Lingkungan Fisik
Sumber Bahaya/ • Lingkungan
Hazard Kimia
• Mekanik
• Sikap Pekerja
Jenis Penelitian
mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam
tentang analisis potensi bahaya pada pekerja proyek underpass titikuning PT.
Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018 s/d
Februari 2019
Objek penelitian. Objek yang diteliti adalah potensi bahaya pada tahapan
pengerjaan struktur pelat/ underpass tertutup yang terdiri dari tujug proses yaitu
pengecoran.
53
54
Instrumen Penelitian
pada setiap proses kerja yang terdiri dari lima titik kajian yaitu pemotongan aspal
Definisi Konsep
1. Hazard and Operability Study: suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa
hammer.
kawat bore pile yang sudah pernah terpasang dengan menggunakan jack
hummer.
55
6. Pemasangan bekisting: Pekerjaan dengan merakit balok kayu dan triplek yang
pabrikasi dan dipasang ke atas bekisting untuk memperkuat beton yang di cor.
penelitian.
langsung tetapi diperoleh langsung dari perusahaan. Data sekunder diperoleh dari
data dan studi literatur terkait potensi bahaya dan metode HAZOPS serta
dokumen PT. Hutama Karya berupa data proses kerja pada tahapan pekerjaan
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi
lainnya
sama untuk mendapatkan data dari sumber yang berbea ( Sugiyono, 2012).
kedalam pola, memilih yang penting, dan membuat kesimpulan yang mudah
data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode waktu tertentu.
Pada saat wawancara, analisis data sudah dilakukan terhadap jawaban yang
57
diberikan oleh informan. Apabila jawaban informan telah dianalisis terasa belum
Unit analis data. Sesuatu yang berkaitan dengan fokus/ komponen yang
diteliti. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi,
benda, dan waktu tertentu sesuai dengan fokus permasalahannya, unit analisis
yang berupa lembaga atau organisasi dapat berupa organisasi dalam skala kecil/
terbatas.
Titik kajian/ node ditentukan dengan cara menetapkan proses kerja proyek
Ditentukan dengan cara melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan proses
Profil Perusahaan
PT. Hutama karya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
Sumatera.
Underpass yang berada di Jl. Brigjen Katamso kota Medan, yang sudah
Provinsi Sumatera Utara. Jalan bawah tanah ini diharapkan dapat mengurangi
59
60
kemacetan disalah satu jalan utama kota Medan tersebut. Proyek yang sudah
dimulai sejak tahun 2016 ini sempat terkendala karena banyaknya utilitas yang
dengan rincian underpass tertutup 43 meter, underpass terbuka sisi timur 215
meter, underpass terbuka sisi barat 156 meter, underpass titikuning memiliki
mempersiapkan alat excavator, mata hummer dan sekop. Peralatan akan diangkat
dan dibawa ke area lokasi penghancuran aspal, untuk alat berat excavator seorang
operator akan mengoperasikan alat ke aea kerja. Setelah alat sampai, maka mata
hummer yang terbuat dari baja dengan ukuran panjang sekitar 1 meter akan
dipasangkan ke alat berat excavator dengan baut sebagai pengunci, baut harus
dikunci dengan ketat agar mata hummer tidak lepas. Kemudian proses
akan bergerak naik turun dengan tekanan pukulan yang kuat terhadap aspal.
Setelah sebagian aspal hancur, pekerja lain akan membersihkan atau menggeser
61
dengan menggali tanah pada area penghancuran aspal. Pada penggalian tanah
tahapan pertama adalah dengan mempersiapkan alat yaitu excavator tipe backhoe
dan peralatan lain seperti cangkul. Pada tahapan ini operator akan mengoperasikan
diangat dan dibawa oleh pekerja ke area penggalian tanah. Setelah backhoe
sampai penggalian tanah akan dilakukan, bagian bucket backhoe yang berbentuk
seperti garpu akan mengais lapisan terluar tanah terlebih dahulu selanjutnya akan
dimulai menggali tanah, ketika proses penggalian tanah berlangsung, pekerja lain
akan menggeser atau mengangkat tanah yang digali dari sisi backhoe dengan
adalah pemotongan beton pile, pada proses ini tahapan pertama adalah persiapan
alat berupa excavator jenis backhoe, jack hummer, cangkul, besi kecil. Peralatan
akan diangkat dan dibawa oleh pekerja ke area pemotongan beton pile. Untuk alat
beton pile. Setelah alat sampai di area kerja, 4 (empat) orang pekerja akan
beton. Tahapan selanjutnya yaitu membersihkan batang pile dari lumpur atau
tanah yang menempel pada batang pile, agar batang pile lebih mudah di ratakan
sesuai tinggi pelat jembatan underpass. Batang pile dibersihkan dengan alat
62
berupa cangkul dan besi yang berukuran kecil agar bisa mengais tanah yang ada di
sela-sela batang pile. Setelah batang pile bersih dari tanah maka operator akan
dan dipukulkan ke ujung batang pile sampai batang pile rata dengan sisi pelat
jembatan underpass.
adalah pemadatan tanah. Pada proses ini tahapan pertama adalah persiapan alat.
Alat yang digunakan adalah alat berat yaitu roller yang berfungsi untuk meratakan
area pemadatan tanah. Roller memiliki tamping yang berbentuk tabung besar yang
terbuat dari baja yang berfungsi sebagai roda roller sekaligus alat pemadat tanah.
Roller akan berputar dan menekan material-material sehingga menjadi padat, jika
tanah yang yang dipadatkan terlalu lembek maka kemudian akan disiramkan tanah
tertutup adalah pemasangan bekisting. Pada proses ini tahapan pertama adalah
persiapan alat dan bahan yaitu alat berat berupa excavator tipe crane, peralatan
lain seperti gergaji, palu, gegep, tali dan bahan yaitu triplek, balok kayu, kawat,
paku. Peralatan dan bahan seperti gergaji, gegep, kawat, palu dan paku akan
diangkat dan dibawa oleh pekerja ke area pemasangan bekisting, sedangkan untuk
bahan triplek dan balok kayu akan diangkut dengan menggunakan crane. Triplek
dan balok akan diikatkan ke crane dengan menggunakan tali. Selanjutnya operator
peralatan dan bahan sampai triplek dan balok akan dipotong sesuai ukuran yang
underpass tertutup dari bawah sampai ujung atas dinding underpass tertutup.
Untuk pemasangan yang tinggi akan digunakan scaffolding sebagai perancah agar
pekerja dapat memasang bekisting yang tinggi. Scaffolding terbuat dari susunan
besi yang berbentuk pipa yang dipasang sehingga menyerupai tangga. Pekerja
akan naik dan duduk di scaffolding ketika memasang bekisting. Triplek akan
dipaku, agar bekisting lebih kuat akan di ikat dengan kawat sehingga berbentuk
cetakan atau bekisting. Sisa kawat akan dipotong dengan menggunakan gegep.
pertama adalah persiapan alat dan bahan yaitu alat berat excavator jenis crane,
bar cutter, bar bender, gegep, besi dan kawat. Alat dan bahan akan diangkat dan
tulangan. Setelah semua alat dan bahan sampai di area kerja maka akan dimulai
dari tahapan pabrikasi besi. Pada tahapan ini sebagian besi akan di potong dengan
menggunakan bar cutter, besi yang dipotong akan dibengkokkan membentuk ring
besi dengan menggunakan alat bar bender. Besi tulangan akan di rakit bersama
dengan ring besi. Setelah itu akan diangkat ke area pemasangan besi tulangan
pengecoran. Pada proses ini tahapan pertama adalah persiapan alat dan bahan
64
yaitu truk readymix yang datang dari perusahaan beton. Truk readymix sudah
berisi beton cair yang sudah di campur sempurnah. Untuk peralatan lain adalah
cangkul, vibrator, papan kecil. Setelah semua alat dan bahan sampai di lokasi
pengecoran, seorang operator atau pekerja akan naik ke atas truk readymix untuk
membuka katup adonan, selanjutnya beton cair akan di tuangkan melalui katup
dan selang terbuka, Pekerja akan menarik beton yang dtuangkan ke seluruh daerah
pengecoran secara rata dengan alat cangkul, setelah semua area rata maka akan
Titik kajian pada setiap proses dapat terdiri dari beberapa yang digunakan
terjadi dapat ditemukan bahaya apa yang terjadi dari setiap proses.
perusahaan.
dan kunci kembali baut dengan spanner. Spanner dipukul dengan palu agar baut
lebih ketat, kemudian pekerja lainnya mencongkel aspal yang dihancurkan dengan
alat sekop dan posisi badan membungkuk. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
dapat tertabrak alat berat pada saat pekerja sedang menggeser aspal yang
dihancurkan jika pekerja tidak memperhatikan alat berat yang beroperasi, mata
hummer juga bisa lepas jika baut tidak ketat, kemudian tersandung peralatan yang
diletakkan di area kerja dan terluka saat menggunakan sekop karena pekerja tidak
hati – hati juga bisa terjadi kepada pekerja, sedangkan berdasarkan hasil observasi
Pada saat mengunci baut setelah mata hummer dipasang, terdapat potensi bahaya
tangan terpukul palu karena posisi tangan yang memegang spanner sangat dekat
aspal, mata hummer bekerja seperti bor, batang excavator di kendalikan dengan
cara dinaik turunkan dan aspal kemudian hancur. Kemudian aspal yang
sebagian aspal yang dihancurkan hummer masih menyatu dengan tanah maka
tanah dan aspal dapat diangkat kemudian menggeser hancuran aspal ke area lain
menyediakan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan kemudian setiap pagi atau
sebelum melakukan aktivitas kerja selalu dilakukan tool box meeting dengan
aktivitas pekerjaan dan melakukan inspeksi terhadap alat yang akan digunakan
dan berdasarkan hasil observasi masih ditemukan adanya pekerja yang tidak
aspal adalah tergores peralatan tajam yaitu sekop. Pada saat pekerja menggunakan
sekop menggeser aspal, tangan terpukul palu pada saat mengunci baut pada
menggeser aspal.
dari sikap pekerja saat memegang sekop yaitu pekerja yang bertindak tidak aman
saat mengangkat dan membawa peralatan yang tajam seperti sekop, , potensi
bahaya terpukul palu disebabkan oleh posisi tangan yang terlalu dekat dengan
spanner yang dipukul dengan palu dan potensi bahaya ergonomi disebakan oleh
Akibat. Pada proses penghancuran aspal akibat yang bisa timbul dari
bahaya yang terjadi seperti potensi bahaya tergores sekop dapat menyebabkan
luka gores pada bagian tubuh pekerja yang tergores, , terpukul palu dapat
menyebabkan memar atau cidera dan potensi bahaya sikap kerja yang tidak
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan dampak dari adanya
potensi bahaya seperti tergores peralatan yang tajam dapat dilakukan upaya
menggunakan APD sarung tangan dan melakukan pekerjaan sesuai instruksi kerja,
mengeruk tanah. Informan mengatakan pekerja dapat tertabrak alat berat pada saat
alat berat beroperasi, dapat tertimbun tanah dan menghirup debu pada saat tanah
digali jika bagian terluar tanah terlalu kering. Sedangkan berdasarkan hasil
observasi pekerja yang melakukan pekerjaan menggeser tanah galian tidak terlalu
dekat dengan jarak excavator, tanah yang digali juga tidak terlalu kering sehingga
pekerja kemungkinan tidak akan terpapar debu dari tanah, dikarenakan kondisi
penggalian tanah yang berada di terowongan sehingga suara dari mesin lebih
bising dan kondisi lingkungan gelap. Pada saat excavator menggali tanah,
68
sebagian pekerja mengangkat tanah yang masih tersisa diarea penggalian tanah
membungkuk dan tanah ditarik dari depan ke belakang dan penyimpangan yang
terjadi selama proses penggalian tanah adalah kurangnya cahaya dan kondisi yang
menyediakan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan kemudian setiap pagi atau
sebelum melakukan aktivitas kerja selalu dilakukan tool box meeting dengan
aktivitas pekerjaan.
tanah yang berpotensi bahaya adalah terpapar bising pada saat excavator
penggalian tanah diterowongan dan pekerja yang mengangkat tanah galian terlalu
bising disebabkan oleh kondisi penggalian yang berada dibawah terowongan yang
posisi yang berada diterowongan dan tidak dipasang lampu tambahan, potensi
cangkul.
69
Akibat. Akibat yang ditimbulkan dari adanya potensi bahaya pada node
bising bisa dilakukan dengan rotasi antar pekerja penggalian tanah dan
Titik kajian ini, alat yang dipersiapakan yaitu Roller yang dibawa dengan
menggunakan truk, setelah sampai dia are kerja roller diturunkan dengan cara
seorang operator mengoperasikan roller dan menurunkan roller dari truk. Pada
tanah yang disiramkan berfungsi agar tanah yang dipadatkan tidak terlalu lembek.
Berdasarkan pernyataan informan potensi bahaya yang terdapat pada proses ini
adalah pekerja bisa tertabrak roller jika pekerja terlalu dekat saat menyiramkan
tanah dan tidak memperhatikan roller saat beroperasi, bisa terpapar debu jika
70
disiramkan sama sekali tidak berdebu dan pekerja yang menyiramkan tanah ke
area pemadatan tanah berada disisi kanan dengan jarak dua meter dari roller.
dari risiko adalah dengan menyediakan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan,
jadi semua pekerja wajib menggunakan APD yang telah diberikan. Sebelum
melakukan pekerjaan, setiap hari pekerja diberikan pengarahan pada saat tool box
meeting terkait potensi bahaya yang ada disetiap aktivitas pekerjaan, memasang
yaitu sikap yang tidak ergonomi ketika mengangkat sekop karena mengangkat
potensi bahaya sikap kerja yang tidak ergonomi yaitu pekerja terlalu tinggi
pemadatan tanah.
melakukan sikap kerja yang tidak ergonomi yaitu mengangkat sekop terlalu tinggi
menghilangkan dampak dari adanya potensi bahaya atau penyimpangan pada node
pemadatan tanah yaitu sikap kerja yang tidak ergonomi dapat diminimalisir
71
Pada titik kajian ini, Jack hummer memiliki mata yang tajam dengan cara
kerja seperti pahat dan bor untuk menghancurkan beton lebih mudah. Jack
memgang alat jack hummer agar lebih kuat karena cara kerja jack hummer yang
pegangan dengan kuat. Sebagian bor pile dengan ukuran satu meter dimunculkan
diatas permukaan tanah yang disebut dengan batang pile yang setengah dari
batang pile di beton, pada saat menghancurkan beton pada bor pile, sebagian
menghancurkan dari atas batang pile yang muncul. Setelah beton dihancurkan,
pekerja membersihkan lumpur atau tanah yang ada disela-sela batang pile dengan
mengatakan batang pile dibersihkan dari tanah agar batang pile bisa diratakan
sejajar dengan pelat underpass. Batang pile yang muncul mengarah ke atas
excavator untuk meratakan batang pile yang sudah dibersihkan. Cara kerjanya
pile dengan posisi pukulan dari sisi kiri batang sampai batang pile rata dengan
pelat underpass. Informan mengatakan pekerja bisa terpapar getaran dari jack
hummer dan potongan-potangan beton bisa melompat dan mengenai pekerja jika
penggunaan jack hummer tidak tepat. Pekerja juga bisa tertusuk dan tergores
72
batang pile saat membersihkan batang pile, bisa terpukul batang pile saat batang
pile dipukul dan pekerja berada dekat dengan batang pile. Sedangkan hasil
adalah pada saat getaran dinaikkan karena aspal terlalu keras dan pegangan jack
hummer tidak dilapisi karet sehingga pekerja terpapar getaran, mata pekerja
kemasukan debu beton karen apekerja tidak menggunakan safety goggles saat
memotong beton, pekerja juga tergores ujung batang pile pada saat membersihkan
batang pile karena membersihkan dari ujung batang pile yang tajam, besi yang
pekerja bersentuhan dengan ujung batang pile dan pekerja juga harus
pekerjaan dan pekerja selalu diberi pengarahan setiap hari terkait potensi bahaya
selama proses kerja, informan juga mengatakan selalu mengawasi pekerja selama
beton, tergores batang pile ketika membersihkan batang pile dan sikap kerja yang
pemotongan beton pile yaitu potensi bahaya terpapar getaran disebabkan oleh
73
getaran dari jack hummer yang dinaikkan getarannya karena beton terlalu keras
dan pegangan jack hummer terbuat dari bahan plastik dan tidak dilapisi karet.
berada disisi batang pile dan melakukan gerakan tangan bolak balik disisi batang
pile saat membersihkan dan potensi bahaya ergonomi disebabkan karena pekerja
selalu membungkuk pada saat membersihkan batang pile, mata kemasukan debu
beton disebabkan pekerja bertindak tidak aman saat bekerja yaitu tidak
Akibat. Akibat yang ditimbulkan karena adanya potensi bahaya pada node
gangguan otot, sendi, pembuluh darah dan syaraf pada pekerja. Sedangkan potensi
sikap kerja yang tidak ergonomi seperti pekerja yang terlalu membungkuk saat
pekerja.
adalah dengan melapisi pegangan jack hummer dengan bahan karet dan
menggunakan APD sarung tangan sehingga efek getaran pada tubuh berkurang,
untuk potensi bahaya mata kemasukan debu beton dengan menggunakan APD
safety goggles, potensi bahaya tergores batang pile dengan menggunakan APD
sarung tangan dan mengganti besi pembersih dengan yang lebih panjang dan
potensi bahaya posisi kerja yang tidak ergonomi dapat dikendalikan dengan
74
Titik kajian ini triplek dan kayu dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan
yang akan dipotong kemudian dilakukan gerakan bolak balik terhadap gergaji
sebagai pelat scaffolding. Besi yang berbentuk pipa disusun sehingga dapat
scaffolding dipasang untuk digunakan sebagai alat perancah agar pekerja bisa
melakukan pekerjaan di area yang tinggi dan sebagai tempat material dan bahan
yang akan digunakan. Pekerja naik ke atas scaffolding dengan menggunakan besi
yang sudah dipasang. Pada saat pekerja naik, ada pekerja lain yang memegang
pijakan besi saat pekerja naik, agar pijakan tidak goyang. Peralatan dan bahan
Informan mengatakan cara kerja pemotongan kawat adalah dengan menjepit ujung
kawat dengan gegep dan menekan gegep maka kawat akan terpotong. Informan
juga mengatakan potensi bahaya yang terdapat pada proses ini adalah tangan
dapat terpotong gergaji kalau pekerja tidak hati – hati saat menggunakan gergaji,
75
dapat terkena palu dan paku juga saat menyambungkan balok dan triplek, pada
saat pemasangan scaffolding bisa ambruk atau goyang dapat menimpa pekerja
yang berada dibawah dan tertusuk kawat juga bisa ketika mengikat bekisting.
terpapar debu karena kayu yang dipotong dengan gergaji mengahasilkan debu
kayu, mata pekerja kemasukan serbuk kayu karena tidak menggunakan safety
goggles pada saat memotong balok dan triplek, pekerja juga tertimpa besi karena
bertindak tidak aman saat pemasangan scaffolding, pekerja tertimpa palu pada saat
menggunakan palu, material jatuh karena pelat lembek dan tidak rata.
menyediakan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan pekerja wajib
sebelum bekerja, pekerja juga setiap hari jumat diberi senam kebugaran agar
pekerja tidak mengantuk pada saat melakukan pekerjaan. Untuk alat sebelum
bekerja harus melakukan pengecekan alat apakah alat masih layak atau tidak
untuk digunakan, pemasangan rambu – rambu dilakukan di seluruh area kerja dan
selalu melakukan pengawasan tidak hanya terkait proses tetapi juga bahaya
ditempat kerja.
penyimpangan yang terdapat pada node ini adalah terpapar debu kayu dan mata
kemasukan serbuk kayu pada saat memotong kayu dan triplek, tertimpa besi pada
saat memasang scaffolding, material jatuh dan menimpa pekerja pada saat pekerja
76
yang terdapat proses ini seperti tertimpa besi dapat disebabkan saat pemasangan
scaffolding, pekerja bertindak tidak aman saat memasang besi yang yang berat
sedangkan terpapar debu bersumber dari debu kayu yang dipotong, potensi bahaya
mata kemasukan serbuk kayu dikarenakan kayu yang dipotong akan menghasilkan
serbuk kayu dan potensi bahaya material jatuh dan menimpa pekerja dari atas
scaffolding karena tanah pelat scaffolding tidak rata/ lembek karena kondisi tanah
yang berair.
bahaya pada node proses pemasangan bekisting adalah pekerja dapat megalami
gangguan pernafasan karena terpapar debu kayu pada saat memotong triplek dan
balok. Pekerja yang tertimpa besi karena bertindak tidak aman saat mengangkat
dan memasang scaffolding dapat mengalami luka atau cidera, sedangkan pekerja
yang tertimpa palu karena bertindak tidak aman saat menggunakan palu dapat
mengakibatkan memar dan luka, terjepit gegep dapat mengalami memar, potensi
bahaya material jatuh dan menimpa pekerja yang berada dibawah scaffolding
yang dapat mengakibatkan cidera ringan atau berat pada pekerja yang tertimpa
ada yaitu potensi bahaya terpapar debu kayu dengan menggunakan masker, mata
77
kemasukan serbuk kayu dengan menggunakan safety goggles, tertimpa besi dan
palu dengan menggunakan safety shoes, material jatuh dengan memastikan pelat
bar cutter dan pijak pedal pengendali sehingga besi terpotong. Pada saat observasi
peneliti melihat posisi tangan yang memegang besi sangat dekat dengan gigi bar
cutter yang berfungsi untuk memotong besi. Setelah besi di potong, sebagian besi
dibengkokkan dan digunakan sebagai ring besi yang berbentuk persegi. Pada
membengkokkan besi. Bar bender yang digunakan adalah bar bender manual
karena besi yang di bengkokkan hanya berukuran kecil. Cara kerja untuk
kedua pegangan bar bender selanjutnya besi diputar sampai besi membengkok
besi tulangan, kemudian memasukkan keenam besi tulangan ke ring besi yang
berbentuk persegi, ring besi dipasang dengan jarak 30cm dari ring besi lainnya
sampai besi tulangan berbentuk balok. Kemudian pekerja mengikat ring besi
dengan besi tulangan dengan menggunakan kawat, ring besi diikat agar tidak
bergeser. Kawat pengikat diputar dengan menggunakan gegep sampai ring besi
terikat ketat dengan besi tulangan. Pekerja memotong ujung kawat sisa pengikat
78
besi tulangan. Kawat dipotong dengan menggunakan gegep, cara kerjanya yaitu
tangan kanan memegang alat gegep dan tangan kiri memegang ujung kawat yang
akan dipotong, gegep ditekan dan diputar dengan kuat sampai kawat terpotong.
Besi yang sudah dirakit setelah dipabrikasi akan diangkat dan di letakkan
di pelat jembatan underpass agar jembatan lebih kuat. Besi yang dirakit diangkat
secara manual oleh beberapa orang pekerja. Informan mengatakan potensi bahaya
yang terdapat pada proses ini adalah tangan pekerja bisa terpotong dan terjepit alat
pemotong dan pembengkok besi jika pekerja tidak berhati-hati saat menggunakan
alat, dan bahaya tertusuk dan tergores besi juga dapat terjadi jika pekerja tidak
menggunakan sarung tangan pada saat bekekerja. Tertusuk kawat dapat terjadi
pada saat mengikat kawat. Sedangkan berdasarkan hasil observasi peneliti melihat
terpapar percikan api dari besi yang dipotong. Posisi tangan pada saat
membengkokkan besi berada di ujung besi yang dijepit dengan bar bender dan
bar cutter sehingga pekerja bisa terjepit, pekerja juga bertindak tidak aman saat
dampak dari potensi bahaya yang ada adalah perusahaan menyediakan APD yang
sesuai dengan jenis pekerjaan dan pekerja wajib menggunakan APD tersebut
selama bekerja, memberikan pengarahan setiap hari sebelum bekerja, pekerja juga
setiap hari jumat diberi senam kebugaran agar pekerja tidak mengantuk pada saat
alat apakah alat masih layak atau tidak untuk digunakan, pemasangan rambu-
79
rambu dilakukan di seluruh area kerja dan selalu melakukan pengawasan tidak
bahaya pekerja dapat terjepit bar bender dan bar cutter pada saat pabrikasi besi.
Potensi bahaya terpapar percikan api yang dihasilkan pada saat pemotongan besi
yang menggunakan bar cutter, potensi bahaya tertusuk kawat ketika mengikat
besi tulangan.
tulangan, penyebab dari adanya potensi bahaya atau penyimpangan pada proses
ini adalah untuk potensi bahaya terjepit alat bar bender dan bar cutter disebabkan
oleh posisi tangan pekerja yang memegang besi terlalu dekat ke bagian penjepit,
sedangkan potensi bahaya tertusuk kawat disebabkan oleh pekerja yang bertindak
tidak aman saat memotong kawat, potensi bahaya terpapar percikan api
disebabkan oleh waktu pekerja yang terlalu lama memotong besi sehingga
Akibat. Akibat yang bisa ditimbulkan dari adanya potensi bahaya atau
mengalami memar karena terjepit, luka tusuk karena tertusuk kawat pengikat besi,
sedangkan terpapar percikan api pekerja dapat mengalami luka bakar pada kulit.
kawat dan terpapar percikan api adalah dengan menggunakan APD sarung tangan.
80
membuka katup adonan beton. Operator naik dengan menggunakan tangga yang
ada pada truk readymix. Setelah katup adonan terbuka beton cair keluar dan
dituangkan melalui bucket yang berbentuk tabung terbuka, beton akan mengalir ke
bawah. Pada saat observasi peneliti melihat bucket saluran beton terlalu terbuka,
di luar pengecoran, vibrator memiliki selang agar mesin bisa diletakkan jauh dari
agar sisi cetakan rata, digunakan papan sebagai alat untuk meratakan, pekerja
dari depan ke belakang sampai beton rata. Informan mengatakan potensi bahaya
yang terdapat pada proses ini adalah pekerja dapat terjatuh jika tidak hati – hati
saat naik ke truk readymix untuk membuka adonan, pekerja juga bisa terkena
81
picratan beton dan terpapar getaran dari vibrator saat memadatkan beton karena
vibrator menghasilkan getaran, terpapar debu juga bisa terjadi karena dari beton
beton cair karena bucket saluran beton terlalu terbuka dan ditemukan adanya
pekerja yang berdiri disamping bucket tersebut, pekerja juga terlalu membungkuk
saat meratakan beton karena menggunakan papan yang terlalu pendek, pada saat
melakukan pemadatan dengan alat vibrator, alat tersebut tidak dilapisi karet pada
menyediakan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan, jadi semua pekerja wajib
hari pekerja diberikan pengarahan pada saat tool box meeting terkait potensi
bahaya yang ada disetiap aktivitas pekerjaan dan memasang rambu – rambu K3 di
area kerja.
penyimpangan yaitu terpicrat beton cair saat menuangkan beton, terpapar getaran
saat memadatkan beton dengan vibrator, potensi bahaya ergonomi yaitu terlalu
pengecoran seperti terpicrat beton cair disebabkan karena bucket saluran yang
terlalu terbuka sehingga setiap beton yang dituangkan akan terpicrat keluar dan
82
mengenai pekerja yang berdiri dekat dengan bucket. Potensi bahaya terpapar
getaran karena pegangan vibrator yang berbahan besi dan tidak dilapisi bahan
karet. Potensi bahaya ergonomi disebakan oleh papan yang terlalu pendek
potensi bahaya pada node proses pengecoran adalah iritasi kulit karena terpicrat
beton cair, gangguan sendi,otot, syaraf dan dan pembuluh darah karena terpapar
sarung tangan, masker, baju safety. Potensi bahaya ergonomi dapat dikendalikan
Tabel 2
Tabel 2
tertutup, pada proses ini dimulai dari tahapan persiapan alat sampai tahapan inti
85
pekerjaan yaitu mengancurkan aspal dengan alat berat excavator yang dipasang
mata hummer. Pada proses ini terdapat potensi bahaya tergores peralatan yang
tajam yaitu sekop yang digunakan untuk menggeser dan mencongkel aspal, tangan
terpukul alat yaitu palu dan potensi bahaya ergonomi karena pekerja terlalu
mencongkel aspal yang dihancurkan dan masil lengket dengan tanah bisa menjadi
potensi bahaya ketika pekerja bertindak tidak aman saat menggunakan sekop
seperti tergores sekop yang tajam. Potensi tergores benda tajam ini dapat terjadi
terburu – buru atau tergesa – gesa dalam melakukan pekerjaan dan tidak
menggunakan sekop dengan cara terburu – buru dan pekerja ditemukan tidak
menggunakan APD safety shoes sehingga ujung sekop yang tajam menggores
kaki pekerja. Informan mengatakan pekerja bisa tergesa – gesa atau terburu – buru
karena pekerja tidak terampil dalam menggunakan alat dan tidak menaati time
scedule atau kemungkinan adanya job mendadak dan cuaca buruk yang
mendadak.
manusia dan 15% merupakan faktor kondisi yang berbahaya. Dan sesuai dengan
hasil evaluasi data kecelakaan kerja ESDM (2014) diketahui bahwa ada beberapa
antaranya karena tidak mematuhi prosedur (38%), tidak pakai alat pelindung diri
(12%) posisi kerja tidak benar (11%) dan penggunaan alat yang tidak tepat (11%)
potensi bahaya adalah menghindari kontak langsung dengan sisi yang tajam serta
alat spanner untuk membuka dan mengunci baut. Pekerja atau teknisi yang
mengunci baut agar pemasangan lebih ketat maka teknisi atau pekerja
menggunakan palu untuk memukul spanner, posisi tangan kiri pekerja memegang
spanner yang berukuran sekitar 25cm kemudian tangan kanan memegang palu
dan memukul spanner. Pada tahapan ini teknisi atau pekerja berpotensi terpukul
karena segala peralatan yang untuk keperluan excavator biasanya berlumur oli
sehingga tangan akan licin dan saat palu dipegang tidak akan terarah dan
palu merupakan potensi bahaya yang bersumber dari sikap kerja ( unsafe
yang terpukul palu menyebabkan memar pada bagian tubuh yang terpukul palu.
Penyebab terpukul palu juga disebakan karena pekerja sering kali mengabaikan
tangan.
87
yang baik saat mencongkel dan mengangkat aspal adalah dengan posisi badan dan
alat 45° kemudian pada saat menancapkan sekop sebaiknya pekerja menginjak
sehingga pekerja yang membutuhkan posisi dan tenaga yang tepat. Selain
berpotensi menimbulkan risiko terhadap bahaya fisik dalam hal keluhan nyeri
pinggung, punggung, bahu, dll atau dikenal musculoskeletal disorders (Ayoub &
padahal akibatnya sangat fatal pada diri pekerja. Bagaimanapun, teknik terbaik
memisah, dengan satu kaki sedikit ke depan dari kaki yang lain. Ini memberikan
basis penyangga yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan lebih kuat. Tekuk
lutut dan berjongkok, jaga punggung tetap lurus dan kepala juga lurus selama
mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih untuk otot-otot tungkai
yang lelih luas dan menjaga keseimbangan punggung anda. Dan tidak dianjurkan
lempeng. Keadaan ini akan mengakibatkan bagian dalam dari lempeng menonjol
88
Anies (2005).
untuk mengorek tanah, sebagian pekerja menggeser tanah yang di gali dengan
menggunakan cangkul. Pada tahapan ini terdapat potensi bahaya yang diakibatkan
potensi bahaya ergonomi karena pekerja melakukan aktivitas dengan posisi terlalu
membungkuk.
terowongan dengan panjang 43m dan tidak di pasang lampu tambahan. Kondisi
memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang akan dikerjakan secara jelas,
cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Permasalahan penerangan meliputi
upaya-upaya yang dilakukan agar dapat melihat objek dengan lebih baik dan
pencahayaan dari listrik agar pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
89
akan menimbulkan bising dari mesin. Pekerja lebih banyak terpapar bising karena
area kerja yang berada di terowongan sehingga suara tidak menyebar keluar
ruangan. Menurut Suma’mur (2009), bising diartikan sebagai semua suara/ bunyi
yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat – alat proses produksi atau alat –
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
dan extra audiotory seperti stres kerja/ psikologi, hipertensi, kelelahan kerja dan
melebihi Nilai Ambang Batas yaitu 85dB untuk 8 jam pemaparan. Proyek
pembangunan underpass Titikuning memiliki jam kerja mulai dari jam 8.00 –
berat excavator sehingga pekerja akan terpapar bising selama penggunaan alat
pekerjaan yang berulang – ulang terpapar bising. Suara bising yang ditimbulkan
dari alat kerja tetap akan mengganggu selama pekerjaan berlangsung. Kebisingan
mengurangi paparan bising bisa dilakukan dengan penggunaan APD ear plug,
galian ke area lain untuk di kumpulkan. Pekerja menggeser tanah galian dengan
menggunakan sekop menimbulkan sikap kerja yang tidak ergonomi yaitu posisi
tubuh yang salah dan aktivitas yang berulang ulang pada saatmenggunakan sekop
(2009), pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak
yang dpaat dilakukan adalah dengan rotasi kerja dan melakukan peregangan
disela-sela kerja.
sekop dan posisi pekerja terlalu tinggi mengangkat sekop sehingga terdapat
pemadatan tanah terdapat potensi bahaya yang bersumber dari sikap kerja yang
sebaiknya tidak melewati area perut sehingga otot pekerja tidak terlalu
sering dan jangka waktu yang lama akan menyebabkan proses rusaknya tulang
91
belakang (Eko Nurmianto, 2003). Masalah tersebut lazim dialami para pekerja
yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus menerus.
pelat underpas tertutup. Pada proses ini beton pile yang dihancurkan adalah beton
pile yang muncul diatas tanah saat pemasangan bore pile. Beton yang dihancurkan
dengan menggunakn alat jack hummer akan menimbulkan potensi bahaya terpaar
getaran jack hummer, mata kemasukan debu beton, tergores ujung batang pile dan
sikap kerja yang tidak ergonomi karena posisi membungkuk selama bekerja.
dengan tekanan dan getaran agar benda yang keras bisa dihancurkan. Semakin
naikkan karena kondisi beton yang sangat keras dan pegangan jack hummer yang
motor penggerak akan menimbulkan getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini
menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya
adalah mesin atatu peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis atau
peralatan kerja disalurkan kepada tubuh pekerja atatu benda yang terdapat di
tempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk ketaran mekanis. Getaran yang
tangan, lengan, kaki, atau anggota tubuh lainnya yang akan menimbulkan
getaran adalah dengan melapisi pegangan jack hummer dengan bahan karet dan
efek getaran dan tekanan yang kuat, debu beton menyebar dan masuk ke mata
pekerja yang tidak menggunakan APD safety goggles, beton padas iang hari juga
akan lebih getas/ rapuh karena pengaruh panas sehingga debu akan semakin
Beton pile yang sudah dihancurkan, maka batang pile dibersihkan karena
bekas tanah yang ada pada batang pile akibat pengeboran, batang pile dibersihkan
dari tanah untuk diratakan dengan menggunakan excavator agar batang pile
sejajar dengan pelat underpass tertutup. Pekerja yang membersihkan batang pile
keluhan muskuluskeletal akibat sikap kerja yang tidak ergonomi. Tergores batang
pile disebabkan oleh gerakan bolak balik saat membersihkan batang pile, posisi
tangan yang berada disisi batang pile dan tidak menggunakan sarung tangan akan
tergores batang pile. Sikap kerja yang tidak ergonomi yaitu posisi terlalu
membungkuk karena besi yang digunakan untuk membersihkan batang pile terlalu
93
sedangkan untuk sikap kerja yang tidak ergonomi yaitu membungkuk, upaya
pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengganti alat yang digunakan untuk
kerja.
Bekisting dirakit dengan bahan balok dan triplek. Bahan tersebut dipotong sesuai
Berdasarkan hasil penelitian, pekerja yang memotong kayu dan triplek terdapat
potensi bahaya tergores gergaji yang tajam, terpapar debu kayu, mata kemasukan
Informan mengatakan mata pekerja yang kemasukan serbuk kayu karena posisi
pekerja lebih rendah dari balok kayu yang digergaji sehingga serbuk kayu jatuh ke
menggunakan safety goggles dan posisi pekerja harus lebih tinggi dari balok kayu
yang di potong.
94
sebagai perancah pekerja dan material lainnya. Scaffolding adalah alat perancah
yang terbuat dari besi yang berbentuk pipa yang disusun dan dipasang agar bisa
menopang pekerja dan material lainnya yang digunakan pada pekerjaan yang
tinggi. Pada saat pemasangan scaffolding, potensi bahaya tertimpa besi karena
pekerja yang bertindak tidak aman saat memasang besi. Informan mengatakan
scaffolding bisa lepas dan menimpa pekerja karena tidak terampil saat memasang
Pada saat pemasangan perancah ini kondisi pelat sangat lembek dan tidak rata
akibat tanah galian yang berlumpur sehingga ketika pekerja naik, perancah akan
goyang dan tidak stabil, informan mengatakan pada proyek ini aliran hujan
sementara tidak dikendalikan. Material yang berada diatas scaffolding akan jatuh
dan menimpa pekerja yang berada dibawah sehingga dapat mengakibatkan cidera
bekisting pier head (proyek tol becakayu) dengan jumlah korban sebanyak 6
orang luka-luka.
95
mengalami kecelakaan tertimpa palu jika pekerja bertindak tidak aman saat
menggunakan palu sehingga palu jatuh dan menimpa kaki pekerja yang hanya
Tertimpa palu ini disebabkan karena pekerja tidak berhati – hati saat memegang
palu sehingga kaki pekerja terluka. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
tulangan adalah pabrikasi besi yang terdiri dari pemotongan dan pembengkokan
besi tulangan dengan menggunakan alat bar cutter dan bar bender. Pekerja yang
melakukan sikap kerja tidak aman saat menggunakan alat bar bender akan terjepit
alat penjepit. Pada saat observasi peneliti melihat posisi tangan pekerja saat
menggunakan alat tersebut sangat dekat dengan titik bagian penjepit alat dan
pekerja juga ditemukan tidak menggunakan APD sarung tangan saat bekerja.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurnagi dan menghilangkan dampak dari
adanya potensi bahaya adalah dengan menggunakan sarung tangan saat bekerja.
yang digunakan pada proyek underpass adalah peralatan yang memiliki titik
terpapar percikan api karena proses pemotongan besi. Pekerja yang terlalu lama
terpapar dan tidak menggunakan APD sarung tangan akan mengalami luka bakar.
sarung tangan.
kawat. Pekerja yang bertindak tidak aman saat mengikat besi dan tidak
menggunakan sarung tangan akan tertusuk kawat dan mengakibatkan luka tusuk.
menggunakan sarung tangan jika pekerja memotong kawat dengan posisi miring
maka kawat akan lebih tajam. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah
underpass tertutup. Beton cair yangg sudah dicampur sempurnah datang dari
menggunakan bucket sebagai saluran beton cair, potensi bahaya yang terjadi pada
proses pengecoran ini adalah terpicrat beton, potensi bahaya ergonomi karena
Beton terpicrat ke luar dan mengenai pekerja yang berdiri disisi bucket
97
yang terlalu terbuka. Pekerja yang terpicrat beton dapat mengalami iritasi kulit,
dengan getaran akan menimbulkan efek getaran bagi pekerja yang bertugas
memegang kepala vibrator, saat observasi pegangan atau kepala vibrator terbuat
dari besi dan tidak dilapisi bahan karet. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan APD sarung tangan saat memgang kepala vibrator
dan peganagna vibrator dilapisi dengan bahan karet untuk mengurangi efek
getaran.
pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti papan atau alat
dengan yang lebih tinggi agar pekerja tidak terlalu membungkuk saat melakukan
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
Analisis potensi bahaya pada pekerja proyek underpass Titikuning PT. Hutama
1. Potensi bahaya yang paling tinggi terdapat pada node lima yaitu proses
pemasangan bekisting yang bersumber dari bahaya sikap kerja yaitu bertindak
tidak aman saat bekerja, faktor kimia debu yang berasal dari balok kayu yang
dipotong serta kondisi pelat scaffolding yang lembek dan tidak rata.
2. Dampak yang paling berisiko dari adanya potensi bahaya pada proses proyek
underpass tertutup yaitu tertimpa besi, palu dan material yang menyebabkan
3. Sumber potensi Bahaya yang paling banyak bersumber dari sikap kerja yaitu
tindakan tidak aman saat bekerja, tidak menggunakan APD, tidak melakukan
bahaya adalah memberikan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan, Tool box
98
99
Saran
sebagai berikut:
Bagi perusahaan
1. Melakukan sosialisasi SOP kepada pekerja melalui safety talk dan tool box
disekitar area kerja serta melakukan penimbunan tanah untuk pelat saffolding
2. Penambahan jumlah serta jenis APD berupa safety glasses, pelindung muka
beton pile dan pabrikasi besi, untuk pekerja atau operator jack hummer dan
Bagi pekerja
1. Melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi dan metode kerja yang ada agar
2. Memakai Alat Pelindung Diri (APD), seperti: masker, sarung tangan, ear plug,
safety shoes, safety helmet, goggles safety, pelindung muka dan baju
A. M Sugeng B, dkk. (2003). Bunga rampai hiperkes dan KK. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Eko, (2003). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
100
101
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 03/ MEN/1998 Tahun 1988 tentang
Kecelakan Kerja.
Undang – Undang No.13 Tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Yanto, A. (2009). Manajemen risiko K3 pada konstruksi, 2(1), 10-18. Diakses
dari http://elearning.maxi.co.id/?p=detailartikel&id=107
Yuliani, U. (2011). Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek infrastruktur gedung. Jakarta: Universitas Gunadharma.
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Jabatan :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Lama bekerja :
B. PERTANYAAN
1. Apa saja Pekerjaan yang dilakukan pada proses ini?
2. Apa saja potensi bahaya yang Bapak ketahui pada proses ini?
3. Apa akibat yang Bapak ketahui dari adanya potensi bahaya tersebut?
pihak perusahaan?
103
104
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama : Informan 1
2. Umur : 43 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki - Laki
4. Jabatan : HSE
5. Pendidikan Terakhir : D3
6. Lama bekerja : 18 tahun
Pertanyaan Jawaban
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama : Informan 2
2. Umur : 40 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki – Laki
4. Jabatan : Supervisor bagian penghancuran aspal
5. Terakhir : S1
6. Lama bekerja : 17 tahun
Pertanyaan Jawaban
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama : Informan 2
2. Umur : 49 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki – Laki
4. Jabatan : Supervisor bagian pengggalian tanah
5. Terakhir : S1
6. Lama bekerja : 24 tahun
Pertanyaan Jawaban
Apa saja pekerjaan yang dilakukan Mengali tanah dengan alat excavator
pada proses ini? type backhoe, jadi tanah dikorek
dengan pengorek excavator yang
berbentuk garpu kemudian tanah nya
diangkat langsung dengan bucket
excavator ke area yang lain
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama : Informan 3
2. Umur : 49 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki – Laki
4. Jabatan : Supervisor bagian pemadatan tanah
5. Terakhir : S1
6. Lama bekerja : 24 tahun
Pertanyaan Jawaban
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama : Informan 3
2. Umur : 49 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki – Laki
4. Jabatan : Supervisor bagian pengecoran
5. Terakhir : S1
6. Lama bekerja : 24 tahun
Pertanyaan Jawaban
Apa saja pekerjaan yang dilakukan Proses pengecoran, mortar atau beton
pada proses ini? datang dari perusahaan dan sudah
tercampur dibawa dengan
menggunakan truk readymix kemudian
dituangkan ke area pengecoran dengan
membuka adonan terlebih dahulu,
kemudian diratakan keseluruh area dan
di lakukan pemadatan dengan
menggunakan vibrator, alat ini bergerak
dengan getaran yang dihasilkan
makanya gelembung - yang ada pada
beton akan pecah sehingga adonan
padat kemudian beton diratakan
Apa saja potensi bahaya yang bapak kembali.
ketahui pada saat penghancuran aspal?
mengalami
Titik kajian/
node Sumber
Penyimpangan Penyebab Akibat Pengendalian
bahaya
Sikap Tindakan
memegang tidak aman Luka gores Menggunakan
sekop Tergores sekop dalam sarung tangan
tajam memegang
Penghancur sekop
an aspal
Posisi tangan
terlalu dekat
dengan
Sikap
Tangan bagian Memar, luka Menggunkaan
memegang
terpukul palu spanner yang robek sarung tangan
spanner
dipukul
dengan palu
Aktivitas Melakukan
Posisi
Pekerja terlalu mengangkat peregangan
membungkuk Keluhan
lama dan disela – sela
muskulosketal
membungkuk mencongkel kerja
aspal
115
Titik kajian/
Sumber
node Penyimpangan Penyebab Akibat Pengendalian
bahaya
Pekerjaan
berda di area Mengurangi Memasang
Kurang
Cahaya terowongan ketajaman lampu
pencahayaan
mata
Penggalian
tanah
Rotasi antar
pekerjaan pekerja
diterowongan Gangguan penggalian
Bising Terpar bising
sehingga suara pendengaran tanah,
tidak Menggunakan
menyebar ear plug
keluar
Membungkuk
saat Keluahan Melakukan
Posisi Pekerja terlalu
mengangkat muskuluskele peregngan di
membungkuk membungkuk
tanah galian tal sela – sela kerja
116
Tabel 4. Analisis Potensi Bahaya Node 4 Pada Proses Pemotongan Beton Pile
Titik kajian/
Sumber
node Penyimpangan Penyebab Akibat Pengendalian
bahaya
Getaran jack
Menggunakan
hummer Gangguan
sarung tangan
Terpapar dinaikkan otot, sendi,
Getaran getaran pembuluh
darah dan
syaraf
Pegangan jack
hummer Melapisi
berbahan plastik pegangan jack
hummer dengan
bahan karet
Pemotongan
beton pile
Mata
Tidak
Serpihan kemasukan Gangguan Menggunakan
menggunakan
beton serpihan beton penglihatan safety goggles
safety goggles
membersihkan
Menggunakan
dari ujung
sarung tangan,
Tergores ujung batang pile
Posisi kerja Luka gores Mengganti besi
batang pile Besi untuk
dengan yang
membersihkan
lebih panjang
terlalu pendek
Posisi
membungkuk Besi untuk Keluhan Melakukan
Posisi kerja
selama membersihkan muskuletal peregangan di
membersihkan terlalu pendek sela – sela kerja
batang pile
118
Titik kajian/
Sumber Upaya
node Penyimpangan Penyebab Akibat
bahaya Pengendalian
Terpapar debu
Pemasangan Kayu yang
Debu kayu kayu Menggunakan
bekisting dipotong Gangguan
masker
menghasilkan pernafasan
debu kayu
Sikap kerja
Mata Tidak Gangguan
Mengkkunakan
kemasukan menggunakan penglihatan
safety goggles
serbuk kayu safety goggles
Bertindak
tidak aman
saat
mengangkat Memakai safety
Sikap kerja Tertimpa besi Luka robek
besi shoes
scaffolding
Bertindak
Sikap tidak aman
Memakai safety
memegang Tertimpa palu menggunakan Luka robek
shoes
palu palu
119
Tabel 6. Analisis Potensi Bahaya Node 6 Pada Proses Pemasangan Besi Tulangan
Pemasangan Posisi
besi tulangan tangan saat
Terjepit bar memotong
Sikap kerja Memar Sarung tangan
cutter sangat dekat
ke ujung
besi
Terlalu
lama
terpapar
Terpapar Luka Menggunakan
percikan api
percikan api bakar sarung tangan
Percikan api saat
memotong
besi
Posisi
tangan
berada di
Terjepit bar ujung besi Menggunakan
Sikap kerja Memar
bender yang dijepit sarung tangan
dengan bar
bender
bertindak
tidak aman
Luka Menggunakan
Sikap kerja Tertusuk memotong
tusuk sarung tangan
kawat besi
120
Titik kajian/
Sumber
node Penyimpangan Penyebab Akibat Pengendalian
bahaya
Bucket saluran
terlalu terbuka
Memakai
sarung tangan,
Beton cair Terpicrat beton Iritasi kulit
masker, baju
Pengecoran
Getaran safety
vibrator
Pekerja terlalu
Menggunakan
membungkuk Papan terlalu Keluhan
Papan papan yang
saat meratakan pendek muskuletal
lebih tinggi
beton
Melapisi
pegangan
Gangguan
Pegangan dengan bahan
sendi, otot,
Pegangan Terpapar vibrator karet,
pembuluh
vibrator getaran berbahan besi menggunakan
darah dan
sarung tangan
syaraf
121
Lampiran 6. Dokumentasi
Proses bekisting
Proses pengecoran
127