Berdasarkan survei jumlah ritase 1 dump truck/ hari = 4 sampai dengan 5 rit.
Lokasi pekerjaan, faktor cuaca, tingkat kemacetan, lokasi pembuangan tanah berpengaruh
terhadap jumlah ritase per hari.
- Korelasi dengan schedule
Lama pelaksanaan galian:
Volume galian total (m) = dump truck/ hari
Kapasitas 1 dump truck x jumlah ritase: dump truck/ hari
Jumlah dump truck per hari = Jumlah dump truck/ Waktu yang diinginkan
Waktu penyelesaian yang diinginkan
- Faktor yang harus dipertimbangkan:
i. Faktor kesulitan di lokasi penggalian lama pemuatan tanah dari excavator ke dump truck.
ii. Lamanya pembuangan tanah ke lokasi buangan, tingkat kemacetan dll, akan mempengaruhi
jumlah ritase per 1 dump truck.
iii. Kapasitas 1 buah excavator dalam 1 hari bisa mencapai 15 18 ritase/ hari 255 m - 306
m.
iv. Apabila lokasi penggalian cukup luas dan schedule pekerjaan yang sangat singkat, apabila
lokasi memungkinkan maka dapat digunakan 2 buah excavator, tetapi perlu dipertimbangkan
dari segi biaya dll, lokasi pekerjaan memungkinkan atau tidak.
3.2. Pelaksanaan
A. Turap
a. Untuk bidang penggalian yang besar dan luas/ dalam dan berbatasan dengan bangunan lain,
untuk mencegah terjadinya kelongsoran perlu disiapkan Sheet Pile, Continous Pile, H pile.
b. Untuk bidang yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam dapat digunakan cerucuk bambu
dan permukaan tanah dikamprot, selama tidak terjadi hujan terus menerus cerucuk bambu ini
cukup untuk menahan kelongsoran.
c. Salah satu metode pencegah kelongsoran pun dapat menggunakan Soil Nailing yaitu dengan
pengeboran lubang pada bidang tegak, masukkan besi dan di grouting.
d. Pembuatan Caping Beam untuk turap-turap tersebut diatas.
B. Pengalian
a. Meneliti keadaan lapangan terhadap kemungkinan adanya pipa-pipa air, kabel listrik, telpon
dan lain-lain.
b. Menentukan batas daerah galian (survei dan marking koordinat serta elevasi). Perencanaan
yang matang untuk mengkorelasikan antara schedule per blok galian dengan jumlah alat berat
yang harus disediakan serta kapasitasnya.
c. Menyiapkan data kerja.
d. Perlu dibuatkan beberapa titik pemantauan kelongsoran, ditaruh di tempat yang aman,
sehingga apabila terjadi pergerakan bidang galian dapat diketahui sejak dini. Penggalian yang
sulit dijangkau oleh alat berat, harus dikombinasikan dengan menggunakan alat manual (Manual
Excavation).
e. Faktor safety terutama untuk manual excavation perlu mendapat perhatian yang lebih terutama
untuk tenaga kerja yang bekerja di lokasi galian.
f. Untuk penggalian dengan level di bawah muka air tanah, perlu disiapkan sump pit/ dewatering
untuk menjaga keseimbangan air di sekitarnya, karena apabila tidak disiapkan sistem dewatering
yang baik, maka resiko penurunan level air sekitar tinggi sekali dan kesulitan di dalam
penggalian.
3.3 Gangguan Air
a. Perlu mendapat perhatian yang besar untuk selalu mengontrol dan mengendalikan muka air
tanah dengan pompa-pompa submersible atau dewatering system.
b. Lokasi galian diusahakan harus kering.
c. Melindungi tepi-tepi/ lereng galian dari terpaan air yang terus menerus karena merupakan
faktor kelongsoran yang tinggi.
d. Harus disiapkan sump pit.
3.4 Perbaikan Pekerjaan
a. Jika terjadi pergerakan tanah atau kelongsoran segera hentikan pekerjaan.
b. Melakukan pencegahan kelongsoran selanjutnya dengan perbaikan turap yang ada ataupun
penambahan turap yang baru.
c. Jika karena gangguan air, maka air harus segera dikeringkan/ disalurkan.
d. Memeriksa keadaan Bench Mark, bangunan sekitar, jalan yang ada, agar tidak terganggu.
e. Jangan membebani tepi galian dengan penumpukan tanah galian maupun material lainnya.
METODE PELAKSANAAN
REHABILITASI D.I. PAKU KAB. POLEWALI MANDAR
1. Pekerjaan Persiapan
1.01. Mobilisasi dan Demobilisasi
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan transportasi peralatan yang akan dipergunakan dalam melaksanakan
paket pekerjaan. Penyedia jasa harus sudah bisa memperhitungkan semua biaya yang
diperlukan
dalam
rangkaian
kegiatan
untuk
mendatangkan
peralatan
dan
mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai ke tempat semula.
Cara Pelaksanaan
a. Penyediaan Peralatan dan Personil
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan personil sesuai dengan kebutuhan seperti
yang termuat dalam kontrak untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sebelum mobilisasi dilaksanakan, maka penyedia jasa harus segera melaporkan kepada
direksi untuk mendapatkan persetujuan, dan bila dipandang perlu, direksi dapat meminta
tambahan peralatan maupun personil atas tanggungan penyedia jasa.
b. Program dan Pemberitahuan
Penyedia Jasa harus membuat schedule mobilisasi peralatan dan personil yang dilengkapi
dengan keterangan akan jenis dan kapasitas peralatan yang akan didatangkan.
Penyedia Jasa harus membuat pemberitahuan tertulis kepada direksi perihal kedatangan
maupun pengangkutan kembali peralatan dan personil.
Penyedia jasa harus meminta persetujuan direksi atas setiap perubahan jadwal peralatan
dan penyediaan personil.
Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila sudah tidak diperlukan, dapat
dipindahkan dari areal pekerjaan dengan seijin direksi.
1.02. Pengukuran MC 0%, MC 100% dan Asbuilt Drawing
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui ketinggian dan keadaan topograf
daereahpekerjaan secara memanjang (long section) dan secara melintang ( cross section)
sebelum pekerjaan dimulai yang disebut MC 0%. Setelah pengukuran dilaksanakan maka
akan dihasilkan gambar yang akan dilengkapi dengan rencana letak bangunan dan sebagai
acuan pekerjaan di lapangan.
Cara Pelaksanaan
a. Penyedia jasa harus menyiapkan peralatan ukur, termasuk pekerja, patok-patok, serta
peralatan lainnya yang diperlukan untuk pengukuran. Penyedia jasa harus menggunakan
alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi untuk pengukuran.
b. Pekerjaan ini dimulai dengan memasang patok yang terbuat dari balok kayu 4/6 dengan
jarak yang telah ditentukan.
c. Patok patok yang telah dipasang tidak bolah goyang dan berpindah tempat karena telah
memiliki elevasi yang didasarkan pada BM sekitar setelah dilakukan Pengukuran.
d.
Setelah data pengukuran diperoleh dan diolah maka akan dihasilkan gambar kerja (working
drawing) sebagai panduan pekerejaan di lapangan yang harus disetujui terlebih dahulu oleh
direksi.
e. Setelah pekerjaan lapngan selesai maka diadakan pengecekan dan pengukuran ulang di
lokasi pekerjaan (MC 100%) untuk membuat gambar purna laksana (asbuilt drawing)
sebagai tanda pekerjaan selesai. Asbuilt drawing dinyatakan selesai bila direksi telah
menyetujui.
f. Penyedia jasa harus segera menyerahkan semua data survai serta hasil perhitungan dan
gambar-gambar dari pengukuran MC 0% dan MC 100% kepada direksi secepatnya, dengan
rincian sebagai berikut :
o Data ukur 1 (satu) asli dan 1 (satu) rekaman
o Gambar dengan ukuran A3 sebanyak 3 (satu) asli (kalkir) dan 1 (satu) rekaman serta ukuran
A3 sebanyak 2 (dua) rekaman.
a.
b.
c.
d.
1.03. Laporan
Untuk mendukung kelengkapan data administrasi teknik, maka penyedia jasa
harusmenyediakan lporan harian, mingguan dan bulanan.
Cara Pelaksanaan
Laporan dibuat setiap hari dengan mencatat pekerjaan yang dilaksanakan dalam
hariberjalan terhitung pada saat adanya SPMK.
Laporan harian berisi tentang jenis pekerjaan, volume pekerjaan yang dicapai setiap hari
lengkap dengan perhitungan dan gambar typicalnya, cuaca, jumlah tenaga, alat yang
digunakan serta jumlah dan jenis bahan yang digunakan.
Laporan mingguan berisi tentang rekapan laporan harian 1 (satu) mingguan, selain itu juga
berisi volume pekerjaan minggu lalu.
Laporan bulanan berisi tentang rekapan laporan harian dan laporan mingguan, selain tu
juga berisi volume pekerjaan bulan lalu.
1.04. Dokumentasi
Untuk mendukung kelengkapan data administrasi teknik dan sebagai bukti yang
meyakinkan di kemudian hari, maka penyedia jasa harus menyediakan foto
dokumentasipelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan camera digital.
Cara Pelaksanaan
a. Foto dokumentasi dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan masih pada posisi 0%,
mencapai bobot 50% dan 100% untuk satu titik atau lokasi pengambilan foto yang sama.
Foto 0% diambil pada saat pekerjaan belum dimulai untuk mengetahui kondisi sebenarnya
dari lokasi yang akan dikeerjakan oleh penyedia jasa.
Foto 50% diambil pada saat pekerjaan sedang berlangsung untuk melihat kondisi lapangan
pada kondisi 50%.
Foto 100% diambil pada saat pekerjaan sudah terlaksana secara tuntas untuk melihat
kondisi akhir pekerjaan.
b. Sebelum pengambilan foto-foto, maka dibuat rencana/denah yang menunjukkan lokasi,
posisi dari kamera dan arah bidikan yang kemudian diserahkan kepada direksi untuk
disetujui.
c.
1.
2.
3.
e.
f.
Foto dokumentasi tersebut di atas dicetak dengan ukuran 3R yang ditempel pada album
foto dan diberi catatan sebagai berikut :
Nama Kontrak
Nama Bangunan
Tahap/Progress Pekerjaan 0%, 50% atau 100%
Penyedia Jasa menyerahkan foto dokumentasi tersebut sebanyak 3 (tiga) rangkap bersama
1 (satu) negatifnya kepada direksi.
Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi pengambilan harus dari arah yang
sama yang sudah ditentukan sebelumnya.
1.05 Coffering dan Dewatering
Coffering dan Dewatering dilakukan untuk mengeringkan lokasi yang akan
dilaksanakan kegiatan dengan menyiapkan bahan serta menyediakan, memasang dan
mengoperasikan segala jenispompa serta peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk
keperluan pengeringan rembesan pada berbagai bagian pekerjaan sesuai dengan ketentuan
konstruks untuk setiap jenis pekerjaan
a.
b.
c.
d.
Cara Pelaksanaan
Penyedia jasa menyiapkan dan memasang bahan pembuat tanggul sementara untuk
menjaga rembesan
Penyedia jasa harus menyiapkan menyediakan, memasang dan mengoperasikan segala
jenis pompa yang mampu menghisap air yang mengandung lumpur dan pasir serta
peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan pengeringan rembesan.
Jenis dan ukuran pompa yang digunakan, disesuaikan dengan keadaan lokasi kegiatan
Penyedia Jasa perlu mengontrol kondisi lokasi kegiatan atau di tempat-tempat lain, untuk
mencegah adanya akumulasi limpasan air
2. Pekerjaan Rehabilitasi D.I. Paku
2.01. Pasangan Batu Kali/Gunung 1 : 4
a.
b.
d.
e.
Pekerjaan Pasangan batu adalah pekerjaan pasangan batu kali / gunung dengan
menggunakan campuran semen pasir yang dibentuk sesuai dengan gambar pelaksanaan
Cara Pelaksanaan
Batu yang dipakai harus batu yang bersih dan keras dan telah disetujui oleh Direksi.
Pasir yang digunakan harus yang baik dan telah disetujui Direksi.
Spesi/adukan pekerjaan pasangan batu harus dari campuran semen dan pasir dengan
perbandingan volume 1 pc : 4 psr dengan menggunakan concrete mixer
Pasangan batu harus tersusun sedemikian rupa sehingga antara batu dengan batu
terisispesi secara homogeen, sehingga batu-batu tersebut tidak saling berhimpitan /
bersentuhan.Susunan batu raen (batu muka) harus mempunyai jarak (lebar nat antara 1-2
cm)
2.02. Plesteran 1 : 3
Pekerjaan Plesteran adalah pekerjaan plestran pada bagian atas dari dinding,
ujungujung saluran pasangan batu yang sesuai dengan gambar pelaksanaan
Cara Pelaksanaan
a. Pasir yang digunakan harus yang baik dan telah disetujui Direksi.
b. Spesi/adukan pekerjaan plesteran harus dari campuran semen dan pasir dengan
perbandingan volume 1 pc : 3 psr dengan menggunakan concrete mixer
f. Pekerjaan plesteran dikerjakan secara dua lapis sampai ketebalan 2 cm. Apabila tidak
diperintahkan lain pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, ujung-ujung
saluran pasangan, dan untuk 0,10 m dibawah trepi atas dinding atau sesuai dengan yang
tertera dalam gambar
g. Pekerjaan Plesteran 1 : 3 harus rata, lurus, halus dan rapi sehingga bagian
atas dari dinding, ujung-ujung saluran pasangan batu permukaan tertutupi.
a.
b.
h.
i.
j.
k.
b.
Material dari hasil galian yang akan digunakan sebagai bahan timbunan harus mendapat
persetujuan dari direksi.
l.
Setiap material yang berlebih untuk kebutuhan bahan timbunan tersebut harus dibuan oleh
penyedia jasa ke lokasi yang ditentukan oleh direksi.
m. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk seluruh pengaturan, perolehan ijin untuk
pembuangan material dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.
n. Penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian harus diusahakan cukup aman dari
longsoran terlebih pada tempat alat berat berpijak.
o. Apabila pekerjaan selesai maka penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi untuk
pemeriksaan.
2.05. Timbunan Tanah Hasil Galian
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah hasil galian adalah pekerjaan
menimbun dengan menggunakan bahan timbunan dari hasil galian pada bagian konstruksi
saluran dengan tenaga manusia (Manual) kemudian dipadatkan dengan alat bantu
Cara Pelaksanaan
a. Material timbunan diambil dari hasil galian yang telah disetujui oleh pihak direksi.
b. Tanah hasil galian dihampar dan dipadatkan dengan menggunakan alat bantu
b. Ukuran serta ketinggian disesuaikan dengan gambar kerja dan disetujui oleh pihak direksi
a.
b.
p.
q.
r.
a.
Metode Pelaksanaan
Gedung Tinggi
Posted on November 24, 2011 by MgCO3 - Magnesium Karbonat
9 Votes
Pelaksanaan Pekerjaan
Apartemen Pakubuwono View
Jakarta
A. Pendahuluan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana
yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap
yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan
pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada
waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :
Pekerjaan
Pekerjaan
Pekerjaan
Pekerjaan
dewatering
ground anchor
Mat Foundation
struktur beton Kolom, Balok, Plat dan Cor
Gambar 4.2
c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan
untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor,
pengangkutan material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower
crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi
bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa
terhalang. Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan
beban maksimal yang mampu diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC
dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2 ton. Operator TC harus siap
untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau pengawas
di daerah jangkauannya.
Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart.
Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan
terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong
tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan
menggunakan tenaga manusia.
Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :
vertikal
Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.
Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.
Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan
Butiran butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal
( tidak hancur karena pengaruh cuaca ).
1.
Pasir terdiri dari butir butir yang beraneka ragam.
2.
Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.
3.
Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton,
kecuali dengan menggunakan petunjuk petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan bahan yang diakui.
2.
Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
Gambar.4.14. Pasir
(Agregat halus)
2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0
% berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 %
berat dan selisih antara sisa sisa kumulatif di atas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Adapun syarat syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :
Agregat kasar harus terdiri dari butir butir yang keras dan tidak
berpori.
1.
Pengendalian Mutu Bahan
Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan untuk bisa mencapai
ketentuan dalam spesifkasi yang telah direncanakan, sehingga
pengendalian mutu bahan sangatlah penting akan keberhasilan
pembangunan dalam suatu proyek.
Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku konsultan perencana
untuk standard mutu bahan dalam pembangunan Apartemen Pakubuwono
View, menggunakan dari American Concrete Institute (ACI), American
Standard for Testing and Material (ASTM), Standard Nasional Indonesia (SNI).
a. Agregat
Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton dari
pihak plant akan dilakukan uji lab apakah memenuhi syarat atau tidak dan
dari pihak pelaksana akan meminta hasil tes tersebut. Jika dilakukan secara
kasat mata, untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara
menggenggam jika menggumpal berarti pasir tersebut tidak bagus.
2. Semen Portland
Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau
mengelupas.
2.
Mempunyai penampang yang sama rata.
3.
Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat yang
kering unruk menghindari karat.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan
dengan mutu beton. Dalam proyek pembangunan Apartemen Pakubuwono
View untuk pondasi. Pengujian dengan menggunakan kerucut Abrams,
sebagai berikut :
1) Menyiapkan kerucut abrans dengan diameter atas 10 cm, bawah 20 cm
dan tinggi 30 cm yang diletakkan pada bidang datar namun tidak menyerap
air.
2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk
25 kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat.
3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil
rata-rata
4) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil
rata-rata
5) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan
direject.
b. Uji Kuat Tekan (Crushing Test)
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton
karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai
beton mengalami kehancuran). Cara pengujiannya :
1) Menyiapkan silinder berdiameter 15cm dengan tinggi 30 cm, yang telah
diolesi pelumas pada bagian dalam.
2) Kemudian adukan beton dimasukkan ke silinder dalam tiga lapis sambil
ditusuk-tusuk hingga 30 kali.
3) Cetakan yang telah diberi kode itu kemudian didiamkan 24 jam dan
direndam dalam air (curing) selama 7 hari. Setelah itu barulah diuji
dengancrushing test.
Gambar 4.17. Sampel Siap Uji
2.
3.
Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang mutlak. Penempatan
tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat
menunjang tercapainya efsiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh karena
itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pemilihan mandor
untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah tepat. Maka tim
4.
Pengendalian WAKTU
pekerjaan.
Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya,
5.
Permasalaha
n
Penyebab
Pemecahan
Permasalaha
n
Penyebab
Pemecahan
Gambar 4.19.Pengeboran
Permasalaha
n
Penyebab
Pemecahan
Permasalaha
n
Penyebab
Pemecahan
6.
PROGRESS REPORT
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek
dalam melakukan tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap
apa yang telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil kemajuan
pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini dibuat
untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas
melalui direksi tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan
harian ini, maka segala kegiatan proyek yang dilakukan tiap hari dapat
dipantau.
Laporan harian berisikan data data antara lain :
1) Waktu dan jam kerja
2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum
3) Keadaan cuaca
4) Bahan bahan yang masuk ke lapangan
5) Peralatan yang tersedia di lapangan
6) Jumlah tenaga kerja di lapangan
7) Hal hal yang terjadi di lapangan
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan bertujuan untuk memperolah gambaran kemajuan
pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu yang bersangkutan,
disusun berdasarkan laporan harian selama satu minggu tersebut. Laporan
mingguan berisikan antara lain :
1) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.
2) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu itu.
3) Catatan catatan lain yang diperlukan.
7.
Pengendalian BIAYA
8.
Pengendalian K3
galian
Data penelitian tanah dan pumpimg test
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well
pointdapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering
Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik
titik tersebut ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team
surveyor agar letak sumur dewatering tidak berada pada posisi pondasi
atau pile cap.
2) Penentuan Titik Piezometer
Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.
b)
Pengeboran dengan alat mesin bor dengan sistem wash
boringsampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter 8 inchi
c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi
d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor yang berfungsi
sebagaifilter
e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan elektroda pipa
galvanis dan kabel listrik
f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel otomatis pompa
g) Instalasi plumbing ( selang dan pemipaan ) dan
pemompaan dewatering siap difungsikan
Gambar.4.33. Proses
Stresing
c. Pelepasan Kepala Anchor
Setelah semua pekerjaan di atas selesai, maka ground anchor sudah
berfungsi seperti yang direncanakan. Fungsi ground anchor dapat ditiadakan
apabila bangunan sudah berdiri dan diapraghma wall sudah terhubung
dengan struktur. Biasanya head anchor akan dilepas / direalase pada
saat ground anchortidak difungsikan lagi, tapi terkadang owner tidak
menginginkan head anchoruntuk dilepas. Jadi, pekerjaan realease
anchor tergantung pihak owner.
3. MATFOUNDATION TOWER B
a. Pendahuluan
Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki luasan / bentuk
menyerupai maras. Pekerjaan mat foundation tower B ini merupkan
pekerjaanmass concrete karena pondasi akan dicor memiliki volume 2616
m. Mass Concrete adalah pengecoran satu area dengan volume yang sangat
besar dan dilakukan secara terus menerus. Mass Concrete merupakan
salah satu alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar atau
kecil secara terus menerus untuk mengecor sejumlah volume beton yang
dipengaruhi oleh faktor teknik dan ekonomi.
Pertimbangan utama dalam melaksanakan penngecoran secara besar
besaran adalah kontrol terhadap panas yang dihasilkan dari proses hidrasi
akibat Massa beton yang besar yang dapat mengakibat retak dan akibat dari
waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold joint. Akibat kenaikan
temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika
beton menjadi dingin secara berangsur berangsur, dapat menimbulkan
terjadinya retak. Perubahan suhu maksimum ( Thermal shock ) yang dapat
menyebabkan retak ( Thermal Cracking ) adalah 40 C antara temperature
beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan temperature beton lebih
dari 20 C.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan
menghitung faktor faktor sebagai berikut :
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Galian tanah area mat foundation dilaksanakan sesuai shop drawing dengan
kedalaman 250 cm dari elevasi lantai dasar basement 3, akan tetapi pada
dasar mat foundation ditambah 5 cm untuk lantai kerja dan pada galian
samping masing masing diberi penambahan 15 cm yang digunakan untuk
bekisting dari pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan
bantuan backhoe, sedangkan untuk area yang sulit
dijangkau backhoedilakukan dengan tenaga manusia.
(a)
(b)
(b) Pemotongan Pancang dengan TC
5. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation dari material batako
setinggi dua meter dan stop cor stinggi 500 mm untuk posisi starter bar
bagian pembesian slab basement 3. Pemasangan batako untuk dinding
bekisting mat foundation ini dikerjakan dalam dua tahap yaitu tahap
pertama dinding batako dipasang setinggi 1200 mm, dan tahap kedua
dinding batako dipasang lagi setinggi 800 mm dari tinggi tahap pertama. Hal
ini dilakukan untuk meghindari rubuhnya dinding dari longsoran tanah
diatasnya. Dalam pemasangan batako ini, seluruh permukaannya harus
dipasang secara rapat dan rata atau tidak beloh berongga.
jarak 400 mm; lapis keempat terdiri atas tulangan ekstra arah y dengan besi
D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm
Gambar
4.41. Pemasangan Kaki ayam
c. Pembesian Layer Atas
Pembesian layer atas pada umumnya sama dengan layer bawah,
perbedaanya hanya pada penyusunan lapis pembesian. Penyusunan lapis
pembesian pada layer atas berkebalikan dengan layer bawah.
Gambar
4.42. Pembesian Layer atas
d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core wall
Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan corewall dikerjakan dengan
mutu besi U ( fy = 5000kg / cm ). Sebelum dilakukan pembesian, makan
perlu diberi marking agar tidak terjadi kesalahan letak pemasangan, surveor
akan mencari as tiap kolom dengan nalat theodolith dengan mengacu pada
Bench Mark (BM) yangtelah ditentukan. Tinggi penulangan stek kolom adalah
48,5 m dan tinggi penulangan stek carewall 4,5 m, semuanya itu diukur dari
TOC mat foundation.
Yang sangat perlu diperlihatkan dalam pelaksanaan pembesian dilapangan
adalah
Gambar
445. Thermocouple
9. Pemasangan Kawat Loket / Penahan Longsoran Beton
Berdasarkan pembagian area pengecoran dan setting time beton maka
pengecoran mat foundation dibagi dalam beberapa zone, setiap pembagian
zone dipasang kawat loket/mesh (20 x 20) mm yang berfungsi untuk
menahan supaya beton tidak longsor, diamana longsoran beton tersebut
dapat mengakibatkan Could joint pada daerah beton tertentu saat
pengecoran dengan valume besar secara terus menerus.
Dengan adanya jumlah beton dengan skala besar maka diperlukan adanya
perkuatan pada kaat loket. Untuk perkuatan horizontal menggunakan besi
D13, sedangkan untuk perkuatan vertikal menggunakan besi D-22.
Gambar
4.46. Pemasangan loket kawat
10. Inspeksi Dan Survey
Dialakukan setelah pengecoran dimulai yang bertujuan mengetahui apakah
pembesian yang terpasang sesuai dengan gambar kerja, kegiatan ini akan
dilakukan oleh pihak pelaksana dengan pihak manajemen kontruksi. Daftar
pembesian / checklist akan dibawa saat inspeksi dilakukan dilapangan, check
list untuk pembesian meliputi :
1.
2.
3.
4.
Gamba
r 4.47. Inspeksi dan survai
11. Pemasangan Stop Cor
Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu
50/70 dan list kayu 40 x 40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak
ada kebocoran antara pertemuan beton lama dan beton baru bertemu.
(a)
(b)
Gambar 4.50. (a) Rangka tenda
(b) Tenda di beri terpal
13. Pekerjaan Waterproofing
(a)
(b)
Gambar 4.51. (a). Bahan waterproofing (Formdexplus)
(b). Penyemprotan Waterproofing
14. Pengecoran
Pengecoran mat foundation memerlukan jumlah volume beton yang tidak
sedikit dan tentu juga memerlukan biaya yang sangat besar , sehingga
sangat penting untuk persiapan antara lain :
1.
1)
G
2)
3)
Gambar
4.55. Concrete Pump
1.
Persiapan Laboraturium
1)
Persiapan di site ( gerobak, kerucut Abrams, Rojokan, palu, senter, alat
Bantu komunikasi, meteran )
2)
Persiapan personel menggunakan shif ( kepala plan, Supervisor
produksi, staff, teknisi, dll )
Kesipan Peralatan
1. Concrete Pump
: 4 on site + 1 stand by
2)
2. Vibrator
: 4 on site + 1 stand by
3)
3. Compressor
: 2 Buah
4)
4. Pompa engine
: 2 Buah
5)
5. Pompa DAB 1
: 1 Buah
6)
6. Silinder
: 115 Buah
7)
7. Troli
: 3 Buah
8)
8. Termometer
9)
9. Kerucut Abrams
1.
: 2 Buah ( 1 cadangan )
: 2 set
1)
Kesiapan Material
Beton fc 27,5 Mpa, fa 23 % pakai es = 216 m
2)
3)
4)
Styrofoam 1200 m
5)
Tes Slump 14 2 cm
2)
Suhu beton 30 C
3)
Perjalanan Truck Mixer dari Batching Plant ke site proyek 2,5 jam
Gambar
4.57. Jalur Sirkulasi Truk Mixer dan Penempatan CP
Gambar diatas merupakan sirkulasi keluar masuk truk mixer (TM) dan
penempatan concrete pump,TM yang masuk ke lokasi pengecoran akan
dicek waktu kedatangannya, suhu beton, dan nilainya slumnya. Bila waktu
kedatangnya, suhu , dan tes slump tidak memenuhi syarat maka TM tersebut
akan segera dipulangkan atau di reject. Pada TM yang memenuhi syarat
akan langsung menuju concrete pump untuk loading. Bila saat waktu antrian
terlalu lama maka akan diadakan tes slump lagi jika saat pengetesan gagal
maka akan direject dari pihak pelaksana.
Area pengecoran pada mat foundation dibagi menjadi 7 zona yang mana
setiap zona dibatasi oleh kawat loket. Pada saat pengecoran berlangsung
digunakan alat Vibrator untuk membantu beton agar agregat kasar dan
halus dapat menyatu, selain itu juga mengalirkan beton.
1.
15.
Finishing Trowel
Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton mendekati setting. Finish trowel ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang
telah diberi floor hardener. Pelaksanaan floor hardener sendiri dilakukan
setelah 30 menit / beton setting, dan dilaksanakan dengan system tabor.
Komposisi yang digunakan 5 kg / m dengan dua kali tabur dan dikontrol
elevasinya sesuai shop drawing. Proses penaburan dilakukan
setelah relag selesai.
Gambar
4.58. Finishing Trowel
1.
16.
Pemasangan Steryfoam
Setelah permukaan lantai mat foundation sudah mulai mengeras, maka perlu
dilakukan curing. Proses curing ini dilakukan dengan cara
pemasangansteryfoam pada permukaan beton agar perubahan suhunya
tetap terjaga. Pemasangan steryfoam ini bertujuan menghindari adanya
retak thermal pada permukaan beton akibat perubahan yang dihasilkan oleh
suhu dalam beton dengan suhu luar. Dalam hal ini steryfoam berfungsi
sebagai filter antara suhu udara luar dengan suhu dalam beton.
Gambar.
4.59. Pemasangan Stryfoam
F.