SKRIPSI
OLEH :
EKA CHRISTINA DOLOKSARIBU
NIM. 141000534
OLEH :
EKA CHRISTINA DOLOKSARIBU
NIM : 141000534
beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
iv
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
(Berton Doloksaribu) dan Ibu (N. Lindawati Panjaitan), serta Adik-adik (Yoshua
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
skripsi ini.
5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah
6. Ibu Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang
jalan tol sumatera ruas Medan – Binjai PT Hutama Karya (Persero) yang telah
banyak membantu penulis dalam penelitian dan memberi penulis ilmu tentang
K3 konstruksi.
8. Ibu Lidya Rizki Depari, S.T., selaku HSE Officer di PT Hutama Karya
10. Bapak Ratno Chandra, S.T., selaku HSE spesialis engineer di PT Yodya
penelitian.
banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun susunan bahasa. Saran
vi
Penulis
vii
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... xiv
viii
ix
LAMPIRAN
xi
xii
Lampiran 6. Dokumentasi
xiii
1997. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Dumai pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun itu juga penulis
Sekolah Menengah Atas pada tahun yang sama dan lulus program akselerasi
xiv
PENDAHULUAN
infrastruktur jalan tol. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu
tinggi, namun kedua teknologi tersebut tidak dapat menghindari risiko kecelakaan
ilmu pengetahuan, baik dilihat dari segi teknis konstruksi maupun dari segi non
teknisnya dan termasuk juga di dalamnya unsur sumber daya manusianya. Dalam
munculnya angka kecelakaan kerja akibat kerja. Dampak dari kecelakaan tersebut
individu bahkan kematian. Hal ini dikarenakan pekerjaan jasa konstruksi hampir
selalu berada di tempat terbuka, serta memiliki kemudahan akses untuk dimasuki
orang yang berbeda, dimana kondisi tersebut tidak mendukung untuk K3,
2006).
dimana saja dan kapan saja. Kecelakaan dan kerugiannyapun bervariasi, yang
meliputi unsur manusia, mesin (material) dan lingkungan kerja. Orang yang
ditimpa kecelakaan akan mengeluh dan menderita, tidak jarang berakibat luka-
yang paling tinggi di kawasan ASEAN yaitu sebanyak 98.711 kasus kecelakaan
kerja. Kemudian pada tahun 2011 terjadi kenaikan menjadi 99.491 kasus, dimana
hampir 32% dari kasus kecelakaan tersebut terjadi di sektor konstruksi dan
termasuk didalamnnya proyek jalan tol. Pada tahun 2013 terjadi 103.285 kasus
kecelakaan kerja dengan rata-rata kecelakaan kerja terdapat 283 kasus setiap
harinya. Pada tahun 2015 kasus kecelakaan kerja di Indonesia meningkat menjadi
yang masih tingi di beberapa Negara. Salami (2016) menyebutkan, data statistik
kecelakaan yang tercatat pada data NIOSH (The National Institute for
(A2K4), saat ini kecelakaan kerja pada kegiatan jasa konstruksi merupakan bagian
terbesar dari angka kecelakaan kerja di Indonesia yaitu hampir 32% kasus
bulan terakhir terhitung dari bulan Agustus 2017 hingga bulan Februari 2018. PT
tersebut, akibat 14 insiden ini terdapat 8 pekerja meninggal dunia dan lebih dari
proyek jembatan. Dari tujuh kasus kecelakaan tersebut, empat kasus kecelakaan
kerja berhubungan dengan ambruknya girder dan sisanya berkaitan dengan crane.
205 kasus kecelakaan kerja konstruksi dari artikel berita tahun 2005 sampai 2015.
Terdapat tiga tipe kecelakaan kerja yang dominan, yaitu 38,1% kasus kecelakaan
tersengat listrik, 28,9% kasus tertimpa benda, dan 24,9% kasus terjatuh dari
ketinggian. Dari hasil analisa juga ditemukan bahwa sumber penyebab utama
kecelakaan kerja adalah ketidak hati-hatian, konstruksi tidak aman dan tidak
menggunakan APD.
dilakukan pada pekerjaan bangunan atas di proyek pembangunan jalan layang tol
Bogor Outer Ring Road (BORR) seksi 2A oleh PT Wijaya Karya tahun 2013
bangunan atas di Proyek Pembangunan Jalan Layang Tol BORR seksi 2A yaitu
risiko box girder terlepas dari holder crane dan box girder terlepas dari gantry
dan terdapat 40 sub proses langkah kerja yang berada di kategori tingkat risiko
Very High.
(SMK3). Dimana dalam peraturan ini, identifikasi bahaya dan analisis risiko
adalah hal mutlak yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) serta
tercapainya tempat kerja yang nyaman, efisien, dan produktif. Selain itu,
yang ada di Indonesia, telah banyak proyek-proyek yang telah dilakukan oleh
membagi 3 seksi yaitu Seksi 1 meliputi Tanjung Mulia- Helvetia, seksi 2 meliputi
melintasi wilayah Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai, dengan
awal rencana kegiatan berada pada jalan tol Belmera di Kelurahan Tanjung Mulia
Kota Medan dan berakhir di Desa Mulyo Rejo Jalan Ring Road Binjai (Jalan
Megawati), untuk seksi 1 dengan rencana masa pelaksanaan 380 hari kalender.
persiapan tanah dasar, lapis pondasi agregat kelas B dan A, pekerjaan perkerasan,
bangunan atas, pekerjaan penerangan jalan umum, pekerjaan gerbang jalan tol dan
pekerjan lain-lain.
Binjai telah banyak selesai. Salah satu pekerjaan yang masih dalam tahap
tiga tahap kerja yaitu stressing, erection, dan expansion joint. Pekerjaan bangunan
Hampir semua tahapan kerja dalam pekerjaan ini memiliki potensi risiko seperti
selain itu beberapa potensi bahaya lain yang dihadapi antara lain tertimpa alat
berat, terkena maneuver alat, terkena alat kerja manual, tangan terjepit, tersengat
bidang konstruksi selalu meningkat tidak ada penurunan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan identifikasi bahaya dan analisis risiko kecelakaan kerja pada
dalam penelitian ini adalah ada berbagai bahaya keselamatan dan kesehatan kerja
Proyek Pembangunan Jalan Tol Sumatera Ruas Medan – Binjai Seksi 1 yang
diperlukan identifikasi dan analisis risiko yang bertujuan untuk mencegah dan
Tujuan umum dari peneltian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan
Karya (Persero) Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan – Binjai seksi I.
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan kepada perusahaan dan
mitra kerja sebagai bahan pertimbangan tentang berbagai bahaya yang terdapat di
kecelakaan kerja yang tepat, serta menjadi informasi tambahan bagi perusahaan
perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
tentang jasa konstruksi pasal 1 ayat 1 bahwa jasa konstruksi adalah layanan jasa
fasilitas fisik milik swasta dan perorangan seperti perumahan, pertokoan, gedung
timbulnya prakarsa dari pemilik proyek untuk membangun, yang dalam proses
dari hasil konstruksi fisik saja, tetapi lebih dikaitkan pada pencapaian tujuan
fungsionalnya Oleh karena itu dituntut hubungan kerjasama yang baik antara
pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh
manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja
mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan
Antara lain rumah, kantor, pabrik dan lain lain. Ciri-ciri dari kelompok
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatife sempit dan kondisi pondasi
Antara lain jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari
kepentingan manusia.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi
Antara lain pusat pembangkit tenaga listrik, pabrik pengolah logam, pabrik
kertas, pabrik kimia dan petrokimia, unit pengola limbah dan lain-lain.
yang baik.
organisasi proyek merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak pihak yang
bekerja sama dalam melaksanakan serangkaian kegiatan. Oleh karena itu unsur-
unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja sama dan mempunyai
rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta wewenang yang telah
jawab sesuai kedudukan dan fungsinya. Hubungan kerja antar unsur pelaksana
Owner/Pemilik
Kontraktor
kontraktor/pemborong.
pengaturan masing-masing unsur serta pengaturan kerja yang tertib dan teratur
dalam menciptakan kesatuan fungsional dan tindakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Disamping itu keempat unsur tersebut harus bekerja sesuai dengan
hukum dan peraturan dalam surat perjanjian pemborong atau dokumen kontrak
Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai rasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Sedangkan tol
adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pengguna jalan tol (UU
No.38/2004).
2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa
jalan tol diharapkan secara langsung dapat mengurangi beban lalu lintas,
kemacetan yang terjadi di jalan umum dan mengurangi polusi udara akibat
perekonomiannya telah maju, mobilitas orang dan barang umumnya sangat tinggi
sehingga dituntut adanya sarana perhubungan darat atau jalan dengan mutu yang
andal. Tanpa adanya jalan dengan kapasitas cukup dan mutu yang andal, maka
dipastikan lalu lintas orang maupun barang akan mengalami hambatan yang pada
pengadaan tanah juga dapat memberikan wewenang kepada suatu badan usaha
boleh bekerja sama dengan Investor baik secara keseluruhan maupun sebagian
b. Jalan tol memiliki mutu yang andal, bebas hambatan dan pemakai jalan tol
wajib membayar tol. Secara umum jalan tol memiliki keandalan teknik yang
jalan tol akan berfungsi dan memiliki umur teknis yang sangat panjang.
Pemeliharaan dan perbaikan periodik diperlukan atas badan jalan tol, misalnya
2.2 Bahaya
menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang
manusia.
Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara
unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metoda kerja.
Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin,
material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.
Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu
manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur. Potensi bahaya
kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Ditempat kerja,
potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu
dijumpai.
Menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau
kerusakan atau gangguan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang
Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari
suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Api misalnya, secara alamiah
mengandung sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat
paham. Bahaya sering diartikan sebagai faktor kondisi fisik, faktor organisasional,
terjadinya kecelakaan atau keparahan dari kejadian. Bahaya juga dirujuk kepada
risiko dari “potensi”. Api adalah bahaya potensial yang dapat mencederai manusia
atau membakar suatu benda. Ada atau tidak ada sumbernya, api tetap merupakan
bahaya potensial.
Potensi bahaya dari api berkaitan dengan sumber panas yang dihasilkan
dari nyala api tersebut. Asam keras seperti air aki merupakan sumber bahaya
dimanapun dia berada apakah berada dalam botol, battery atau di gudang. Listrik
dengan tegangan 220 volt merupakan sumber bahaya dimanapun terpasang baik di
Kondisi dan cara kerja yang tidak aman, kurang pelatihan atau kelelahan
bukan bahaya tetapi merupakan kegagalan dalam pengawasan atau faktor kondisi
yang dapat menimbulkan cedera atau kerusakan. Sebagai contoh tidak memakai
topi keselamatan bukan merupakan bahaya. Bahayanya adalah dari benda yang
Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita
baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah
baik.
a. Bahaya Mekanis
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan
penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,
b. Bahaya Listrik
Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
c. Bahaya Fisis
pendengaran.
b) Tekanan
c) Getaran
f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah.
d. Bahaya Biologis
biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
e. Bahaya Kimia
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
b) Iritasi
Oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air
Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak
Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis
bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan
dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,
bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat
2.3 Risiko
atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang
yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab
Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau
exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam
suatu interaksi.
cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan
Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau
perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,
berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko finansial seperti piutang
macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Risiko
keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami
Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman
Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa
terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau
lain yang berkaitan dengan pasar dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar
terbuka kosumen memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang
disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat
terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana
alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga
terjadinya gempa. Indonesia berada di antara dua benua dan dua lautan luas yang
berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim. Indonesia juga memiliki rantai
gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus
4. Risiko operasional
bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam operasi
keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar tunjangan jika tenaga kerja
mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau
b. Teknologi
bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta
bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.
produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga dapat menjadi ancaman bagi
c. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul
dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan
e. Gangguan operasi
kecelakaan kerja pada seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek yang
meliputi 7 juta pekerja. Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah
berbagai perusahaan.
kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi, data
keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami konflik dan gangguan
dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam
6. Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan
baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap
dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada
berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan.
kerja. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak
maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif
(Suma‟mur, 2013).
kecelakaan kerja adalah teori domino (Domino Sequence Theory) yang mula-mula
ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat
Yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Faktor mekanis dan
tertentu.
1. Kelelahan (fatigue).
2. Kondisi tempat kerja (environmental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman
berikut :
Disebabkan oleh unsafe act (prilaku manusia yang tidak aman) dan unsafe
Dapat disebab kan oleh faktor manusia (faali dan kejiwaan), faktor
tempat pekerja bekerja, serta juga orang atau pekerja lain disekitarnya. Untuk
memahami perbedaan antara prilaku tidak aman (unsafe act) dan tindakan tidak
diterima oleh para pekerja dan perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban
kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka ataupun kelainan
tubuh, cacat bahkan juga kematian yang yang dikarenakan akibat kecelakaan yang
terjadi. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi
para pekerja mendapatkan perlindungan jaminan sosial antara lain dalam bentuk
atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).
1. Kerugian langsung
b. Kerugian produksi
c. Kerugian social
baik materi maupun manusia sebagai penderita atau korban, kecelakaan juga
biaya yang harus dikeluarkan. Kecelakaan kerja yang sering terjadi dapat
kematian) atau besar, sorotan publik menjadi sesuatu yang dapat menekan citra
perusahaan.
contohnya terpotong oleh kertas, tergores, atau terjadi kegagalan system yang
atau hamper terjadi-kehilangan hari kerja atau yang dikatakan sebagai near miss.
Contoh kecelakaan kerja near miss misalnya seorang pekerja jatuh dari tangga
rendah, tapi tidak cedera (hal ini lain kali dapat dengan mudah menyebabkan kaki
1. Terjatuh
Pekerja jatuh karena akses ke dan dari tempat kerja tidak memadai, atau
tempat kerja itu sendiri tidak aman. Pentingnya menyediakan akses yang baik ke
posisi kerja yang aman (misalnya platform dengan papan kaki dan rel penjaga).
Alat berat konstruksi sangat berat. Alat berat tersebut sering beroperasi di
atas tanah yang becek dan tidak rata, dan di mana jarak penglihatan pengemudi
rendah. Orang yang berjalan di area proyel terluka atau meninggal dikarenakan
alat berat yang bergerak, terutama saat alat berat berbalik arah.
Orang-orang terjebak oleh materi yang jatuh dari beban yang diangkat atau
material yang terjatuh dari atas, pekerja lainnya terjebak atau terkubur material
Struktur bangunan juga bisa runtuh secara tak terduga selama pembongkaran jika
bangunan.
4. Tersengat listrik
Pekerja terkena sengatan listrik dan bahkan mengalami luka bakar saat
menggunakan peralatan yang tidak aman dan kondisi lingkungan yang berbahaya.
5. Tersandung
di bidang konstruksi, dengan lebih dari 1000 cedera mayor setiap tahunnya.
system manajemen K3 harus berbasis pengendalian resiko sesuai dengan sifat dan
kondisi bahaya yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak
diperlukan jika tidak ada sumber bahaya yang harus dikelola (Ramli, 2010).
dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh
Adanya bahaya dan risiko tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui
1. Penentuan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko
4. Pengendalian risiko
5. Komunikasi
risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah
manajemen risiko K3. Penentuan konteks diselaraskan dengan visi dan misi
organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan pula kriteria
risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko,
diklasifikasikan atas :
a. Teknik/metode pasif
Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi, kemudian
mengenal dan mengambil langkah pencegahan. Metode ini sangat rawan, karena
dengan mudah.
b. Teknik/metode semiproaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak perlu
kejadian kecelakaan.
c. Teknik/metode proaktif
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
merugikan.
menimbulkan kerugian.
1) Data kejadian
terjadi. Dari suatu kecelakaan atau kejadian akan diperoleh informasi penting
mengenai adanya suatu bahaya. Dari kejadian tersebut dapat digali informasi yang
2) Data periksa
tempat kerja (check list). Melalui daftar periksa dilakukan pemeriksaan terhadap
3) Brainstorming
suatu kelompok atau tim di tempat kerja. Tim ini dapat berasal dari suatu bidang
4) What If
terstruktur. Digunakan untuk mengidentifikasi suatu proses atau unit operasi baik
dilakukan dalam bentuk tim dengan menggunakan kata bantu (guide word) yang
dikombinasikan dengan parameter yang ada dalam proses seperti, level, suhu,
dapat terjadi serta dampak yang mungkin timbulkannya. Dengan demikian, dapat
berkaitan dengan pekerjaan atau suatu tugas. Pada dasarnya berbagai teknik atau
peralatan dan prosedur. Untuk mengidentifikasi dan menilai risiko yang berkaitan
dengan keempat aspek tersebut dapat dilakukan dengan teknik tertentu antara lain:
a. Aspek manusia
dengan teknik Job Safety Analysis (JSA) atau Task Risk Analysis.
b. Aspek proses
c. Aspek peralatan
(Failure Mode and Effect Analysis) atau FEMA (Failure Event and Effect
Analysis).
2. Analisis risiko
1. Analisis kualitatif
tersebut dapat terjadi. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk hal-hal sebagai
berikut:
analisis kuantitatif.
sebagai berikut:
2. Analisis Semi-kuantitatif
angka numerik. Tujuannya adalah untuk memberikan skala tetapi tidak seperti
probability. Metode ini sedikit berbeda dengan metode lainnya yang hanya
menurut Fine, probabilitas terdiri dari dua komponen yaitu probability dan
a. Dampak (consequences)
Merupakan dampak yang paling mingkin untuk terjadi dari suatu potensi
dan kerusakan properti. Rating yang dipilih tergantung pada penilaian keseluruhan
situasi seputar pengalaman bahaya dan kecelakaan. Tabel 2.4 memberikan tingkat
konsekuensi mulai dari kecil hingga bencana. Nilai numerik yang terkait dengan
setiap tingkat muncul di kolom di sebelah kanan. Jika bahaya yang teridentifikasi
kerusakan lebih dari $1.000.000, nilai numeriknya dalam formula adalah 100.
Jika, seperti yang lebih umum, bahaya yang teridentifikasi dapat menyebabkan
b. Pajanan (exposure)
frekuensi terjadinya bahaya dengan seseorang atau aktivitas yang dapat memulai
ekspektasi yang tepat didasarkan pada pengamatan, pengalaman masa lalu, dan
c. Kemungkinan (probability)
terjadi, urutan kecelakaan yang lengkap akan mengikuti dengan waktu dan
3. Analisis Kuantitatif
analisis tergantung pada keakuratan dan kelengkapan serta validitas data. Contoh
teknik kuantitatif antara lain Fault Tree Analysis (FTA) dan Quantitative Risk
3. Evaluasi risiko
untuk menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak. Jika dapat diterima
tentunya aktivitas dapat diteruskan. Jika risiko tidak dapat diterima, perlu
4. Pengendalian risiko
1. Eliminasi
mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya
dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini
2. Substitusi
bahan, system atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih
rendah bahayanya.
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada
pengaman.
4. Pengendalian administratif
dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja, prosedur kerja yang lebih
pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam
konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam
pencegahan kecelakaan. Hal ini dikarenakan alat pelindung diri bukan untuk
kecelakaan.
suatu prosedur yang digunakan untuk meninjau metoda atau cara kerja dan bahaya
1) Telah diabaikan pada peletakan pabrik atau bangunan dan pada rancangan
Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut
yang tinggi.
4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat
metoda kerja.
harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa ada
analisis pekerjaan di lapangan, hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
terjadi cedera yang parah atau penyakit akibat pemaparan terhadap zat
berbahaya.
diantisipasi.
d. Pekerjaan yang dimodifikasi, potensi bahaya yang baru dapat terjadi dikaitkan
e. Pekerjaan yang jarang dilakukan mungkin berisiko lebih besar saat melakukan
pekerjaan non-rutin.
jelas dari tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering
terjadi seperti :
potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi
benda?
j. Dan sebagainya.
kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki kontrol
1. Primary control
Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi pada alat dan mesin
2. Secondary control
3. Tertiari control
atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu dengan
sistematis.
4. APD
yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat pelindung diri terhadap
METODE PENELITIAN
menggunakan teknik Job Safety Analysis (JSA) karena teknik ini berkaitan dengan
Fine dengan menghitung hasil kalkulasi dari nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan dari setiap bahaya untuk menentukan level risiko. teknik ini dipilih
kualitatif.
52
dan analisis risiko kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas
Objek pada penelitian ini adalah bahaya dan risiko yang terdapat pada
1. Proses stressing,
2. Proses erection,
area proyek dengan mengamati dan mencermati setiap tahapan pekerjaan yang
meliputi pekerja, proses kerja, peralatan kerja dan lingkungan kerja. Dari setiap
Analysis dan media foto. Kemudian risiko dari bahaya pada setiap tahapan
ini dilakukan dengan cara mengamati seluruh potensi bahaya yang berisiko
mengakibatkan kecelakaan kerja pada saat pekerjaan itu dimulai hingga berakhir.
kecelakaan kerja dan referensi yang diperoleh dari pihak PT Hutama Karya
(Persero) yang berupa profil perusahaan, instruksi kerja, metode kerja, SOP
serta data pendukung lainnya. Selain itu, studi literatur tentang bahaya dan risiko
dan exposure.
risiko menggunakan teknik semi-kuantitatif W.T FINE. Setiap bahaya yang sudah
W.T. Fine untuk melihat level risiko (level of risk). Level risiko diperoleh dengan
menggunakan rumusan dari W. T. Fine (1971) yang menjelaskan bahwa nilai dari
suatu risiko ditentukan oleh hasil kali dari nilai dampak (consequences) pajanan
risiko kecelakaan kerja pada setiap proses stressing, proses erection, dan proses
bentuk tabel.
HASIL PENELITIAN
yang bergerak dibidang jasa kontraktor umum dan konstruksi yang awalnya
No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. Hutama Karya.
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perseroan Terbatas No. 74
tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No.48 tanggal 8 Agustus 1973
Ulang Tahun PT Hutama Karya, maka dengan ini tanggal 29 Maret ditetapkan
61
Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang BBRV
dari Swiss. Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PT Hutama Karya
membentuk Divisi khusus prategang. Pada dekade ini pula Hutama Karya berubah
usaha dengan mendirikan Unit Bisnis Haka Pole yaitu Pabrik Tiang Penerangan
Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan (Oktagonal), sekaligus
melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi teknologi
Bridge, Cable Stayed). Kala itu, PT Hutama Karya sukses memenuhi standar
tol. Seiring dengan perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi
perhatian PT Hutama Karya. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO 9001:2008,
Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi
Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT Hutama Karya (Persero) diberi amanah
pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer. Penugasan ini merupakan
salah satu tonggak penting dalam sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT
Developer.
Binjai Seksi 1
16,817 km dengan lebar berkisar 60-80 meter, dengan membagi 3 seksi yaitu
dan seksi 3 meliputi Semayang – Binjai yang mana akan melintasi wilayah Kota
Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai, dengan awal rencana kegiatan
berada pada jalan tol Belmera di Kelurahan Tanjung Mulia Kota Medan dan
berakhir di Desa Mulyo Rejo Jalan Ring Road Binjai (Jalan Megawati).
a. Visi
b. Misi
pukul 17.00 – 22.00 WIB atau bahkan sampai pagi, namun semua pekerja maupun
karyawan yang lembur diberi tunjangan yang lembur bagi mereka, terkadang
proyek dapat berhenti melihat kondisi yang tidak mendukung, namun jika kondisi
masih dapat diatasi pekerjaan masih terus dilakukan. Pelaksana terus memberikan
Dalam mencapai visi menjadi perusahaan industry konstruksi yang handal dan
sebagai berikut :
3. Menjamin seluruh karyawan dan partner bisnis lainnya kompeten dengan cara
memastikan lingkungan kerja bebas dari minuman keras, narkoba dan segala
mengidentifikasi bahaya pada setiap proses, digunakan Job Safety Analysis (JSA)
sehingga setiap tahapan dari proses pekerjaan bangunan atas diuraikan. Kemudian
dari setiap tahapan tersebut dapat diidentifikasi bahaya kesehatan dan keselamatan
dalam setiap tahapan tersebut, lalu diidentifikasi risiko dari setiap bahaya yang
skor dan tingkat risiko sesuai dengan teori dari W.T Fine. Identifikasi bahaya dan
analisis risiko dibuat berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan serta data
Material utama dalam pekerjaan bangunan atas proyek jalan tol ruas
Medan-Binjai oleh PT Hutama Karya ini adalah Precast Concrete I girder (PCI
Girder). PCI Girder adalah balok atau beton yang berbentuk penampang I dengan
PCI girder karena memiliki penampang yang lebih kecil dibandingkan dengan
jenis girder lainnya selain itu PCI girder lebih mudah dalam pengerjaannya dan
lebih ekonomis. Gambar PCI girder dapat dilihat pada gambar 4.1.
proyek yang kemudian disusun di stockyard yang mana nantinya akan dilakukan
yang ada didalam girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang.
tahapan dan spesifikasi alat yang sudah disiapkan seperti Jack Tipe MOI400B13
dan untaian kawat (strand) yang digunakan adalah baja mutu tinggi yang terdiri
dari 7 kawat tunggal (wire). Pada proses stressing terdapat 10-12 pekerja dengan
Proses stressing pada proyek ini memiliki 5 tahapan kerja, yang mana
Berikut adalah tabel hasil identifikasi bahaya pada proses stressing dengan
menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko dengan menggunakan
teknik semikuantitatif.
Tabel 4. 1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Stressing
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Heat Noticeable Frequently Unusual but Pakaian lengan panjang,
(1) 18 Acceptable
Ekstrem) syncope (6) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
Keterangan :
C = Consequences (Keparahan)
E = Exposure (Pajanan)
P = Probability (Kemungkinan)
seksi 1 ini dilakukan dengan metode mobile crane yang mana menggunakan alat
utama mobile crane 2 unit (180 ton) untuk mengangkat girder. Setiap crane
terdapat wire sling dengan panjang 8,97 meter. Dalam metode ini dibutuhkan
koordinasi yang sempurna antar operator dan pekerja serta keahlian yang tinggi
untuk menghasilkan maneuver yang tepat. Pada proses erection terdapat 18-20
pekerja dengan karateristik pekerja yang berumur 20-40 tahun dengan didampingi
Proses erection dalam proyek ini memiliki 8 tahapan kerja yang mana
(crane 180 ton), meletakkan girder di atas head trailer boogie, mengikat girder
pada boogie, dibawa ke lokasi erection, membuka pengikat crane, girder diangkat
dari lowbet hingga melebihi tinggi pier head menggunakan 2 crane (crane 180
ton), girder diletakkan di atas bearing pad (posisi yang tepat), melakukan
pengelasan (welding).
Berikut adalah tabel hasil identifikasi bahaya pada proses erection dengan
menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko dengan menggunakan
teknik semikuantitatif.
Tabel 4. 2 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Erection
Potensi Analisis Risiko Level Tingkat
No Tahapan Kerja Risiko Pengendalian
Bahaya C E P Risiko Risiko
1 2 Crane Koordinasi dan komunikasi
digerakkan Tertabrak Disaster Occasio Remotely yang baik antar pekerja dan
150 Substantial
untuk Mekanis crane (50) nally (3) Possible (1) ketegasan dalam traffic
mengangkat (crane dan management
girder dari seling crane)
Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
stockyard Serious (15) 135 Substantial
seling crane nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
(crane 180 ton)
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
2 Meletakkan Bekerja dengan hatihati,
girder di atas Tertimpa Disaster Occasio Remotely
150 Substantial membuat safety sign dan
head trailer girder (50) nally (3) Possible (1)
strelisasi area kerja
boogie Mekanis
(girder, Koordinasi dan komunikasi
boogie/truck Tertabrak Disaster Occasio Remotely yang baik antar pekerja dan
150 Substantial
dan seling boogie/truck (50) nally (3) Possible (1) ketegasan dalam traffic
crane) management
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
4 Dibawa ke Koordinasi dan komunikasi
lokasi erection Tertabrak Disaster Occasio Remotely yang baik antar pekerja dan
150 Substantial
boogie/truck (50) nally (3) Possible (1) ketegasan dalam traffic
management
Mekanis
(boogie/truck) Service dan pemeliharaan
alat berat, driver alat berat
Boogie Disaster Occasio Remotely
150 Substantial sudah terkualifikasi dan
terbalik (50) nally (3) Possible (1)
akses jalan harus mudah dan
aman
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
5 Membuka
pengikat crane Mekanis Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
135 Substantial
(seling) seling crane Serious (15) nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
Keterangan :
C = Consequences (Keparahan)
E = Exposure (Pajanan)
P = Probability (Kemungkinan)
Expansion joint atau pekerjaan siar muai adalah komponen yang biasa
digunakan untuk sistem pipa yang ditujukan untuk menyerap ekspansi karena
sekunder yang terjadi pada struktur. Proses pekerjaan siar muai tidak boleh
dilakukan pada kondisi hujan karena dapat menurunkan temperatur suhu aspal
Material utama yang digunakan dalam proses ini adalah seal dan joint.
Proses expansion joint dalam proyek ini terdiri dari 2 kelompok yang masing-
masing kelompok tediri dari 4 pekerja sehingga total pekerja dalam proses
expansion joint adalah 8 pekerja dengan karateristik pekerja 20-40 tahun dengan
Proses expansion joint pada proyek ini memiliki 10 tahapan kerja yang
dengan concrete cleaner dan dilapis perekat epoxy, membersihkan seal dengan
conditioning agent, memberikan lapi perekat epoxy pada bagian dalam seal,
Berikut adalah tabel hasil identifikasi bahaya pada proses expansion joint
dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko dengan
Tabel 4. 3 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Expansion Joint
Keterangan :
C = Consequences (Keparahan)
E = Exposure (Pajanan)
P = Probability (Kemungkinan)
PEMBAHASAN
tol ruas Medan-Binjai seksi 1, dan didampingi tim K3 proyek dengan mencermati
interaksi antara pekerja dengan alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja, maka
persentasi risiko kecelakaan kerja pada pekerja sudah cukup rendah. Dikarenakan
pada proyek ini, tim K3 sudah melakukan identifikasi bahaya dan aspek
lingkungan pada tiap proses pekerjaan dan melakukan pengendalian yang sesuai.
Namun dari observasi peneliti masih ada tingkat risiko kecelakaan kerja very high,
yang mana didukung oleh adanya prilaku yang tidak aman dari pekerja dan
lingkungan atau tempat bekerja yang tidak aman, yang artinya mengaharuskan
pengendalian dari sisi teknis dan apabila risiko masih belum dapat dikendalikan,
listrik, kimia, ergonomi dan gravitasi dari bahaya tersebut serta didukung oleh
unsafe action dari pekerja dan unsafe condition maka terdapat 61 risiko
kecelakaan kerja, diantaranya 8 risiko (13%) tingkat very high, dari 8 risiko (13%)
tingkat very high, risiko tersengat listrik memiliki nilai tertinggi yaitu 1800, hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2015) bahwasanya
dari 205 artikel kecelakaan kerja proyek konstruksi yang diteliti, kasus tersengat
83
listrik merupakan kasus terbanyak yaitu terdapat 78 artikel dengan kasus pekerja
Selanjutnya diikuti risiko terpercik api, hal ini dikarenakan selama pekerja
menggunakan alat gerinda saat memotong strand pada proses stressing atau saat
mengelas, pekerja berada di dekat api las dan pekerja tidak menggunakan
kacamata las atau goggle sehingga pekerja memiliki risiko yang tinggi terpercik
api.
Selanjutnya adalah pekerja berisiko tinggi jatuh dari ketinggian pada saat
berada ±5 meter di atas permukaan tanah. Saat observasi dilakukan pekerja belum
menggunakan full body harness, dan didukung faktor psikologi pekerja yang
tinggi pekerja terjatuh dari ketinggian. Untuk itu pekerja yang bekerja di
ketinggian harus dilengkapi dengan alat pelindung diri yang dapat melindungi
1970).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 5 tahapan kerja proses
stressing memiliki 4 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya mekanis,
fisik, ergonomi dan listrik dengan 18 risiko kecelakaan kerja dengan persentase level
Dari gambar di aatas dari 18 risiko kecelakaan kerja pada proses stressing,
terdapat 3 risiko kecelakaan kerja (16%) tingkat very high, 5 risiko (28%)
bekerja sesuai dengan instruksi kerja dan metode pelaksanaan kerja, namun masih
terdapat pekerja yang merokok dan bekerja tidak fokus karena sembari bercanda
tawa dengan rekan kerja yang mana dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan
kerja.
namun untuk nilai exposure nilai tiap risiko sama yaitu 6 dikarenakan pekerjaan
dilakukan satu kali sehari sehingga paparan terjadi kira-kira 1 kali sehari.
Risiko dengan kategori very high berada pada tahapan penarikan dan
pemotongan strand diantaranya risiko tersengat listrik dan mata pekerja terkena
percikan api. Risiko tersengat listrik mendapat level atau nilai risiko yang paling
mengakibatkan kematian pada pekerja apabila tersengat arus listrik yang tinggi.
ILO (2013) menyebutkan bahwa efek arus kejut pada manusia dapat
kabel-kabel listrik terletak begitu saja di atas tanah dan terdapat kabel yang
terkelupas, sehingga hal ini sangat berbahaya pada pekerja. Kemudian sudah
tersedianya alat pelindung diri berupa sarung tangan pada pekerja, namun masih
banyak pekerja yang tidak peduli akan pentingnya APD dengan tidak
menggunakan sarung tangan isolator, dan pekerja sesekali tampak bercanda tawa
(unsafe action) saat bekerja dalam melakukan pemotongan strand yang akan
membuat pekerja tidak fokus atau tidak hati-hati saat memegang kabel strand,
pada pekerja yang berhubungan listrik belum maksimal. Dapat dilihat dari kasus
kecelakaan kerja pekerja hanya menggunakan safety shoes saat bekerja. Alasan
pekerja tidak menggunakan APD karena tidak nyaman, dan tidak bisa leluasa saat
(extreme risk). Penilaian risiko menggunakan matriks 5x5 yakni metode kualitatif,
dengan mengalikan skor keparahan (severity) yang ditinjau dari berbagai aspek
memiliki skor 5 dan kemungkinan dengan skor 2. Pengendalian bahaya yang telah
dilakukan yaitu pemeriksaan listrik dan mematikan listrik saat tidak digunakan.
Risiko tingkat tinggi pada proses stressing selanjutnya adalah risiko mata
pekerja terpercik api. Risiko ini berada pada saat tahapan pekerja memotong
strand dengan gerinda tangan. Pada tahapan ini pekerja terpapar radiasi dari
Risiko ini memiliki nilai risiko sebesar 900 dengan alasan penilaian
consequence memiliki nilai 25 yaitu Very Serious, karena pada saat observasi
pekerja berada sangat dekat dengan percikan api dari gerinda sehingga dapat
pekerja dan probability memiliki nilai 6 yaitu Likely, karena para pekerja tidak
risk). Dari hasil penilaian risiko tersebut keparahan memiliki skor 3 dan
penggunaan APD, namun hal ini tidak sesuai dengan di lapangan karena pekerja
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 8 tahapan kerja proses
mekanis, fisik, gravitasi, ergonomi dan bahaya listrik dengan 29 risiko kecelakaan
Dari gambar di atas dari 29 risiko kecelakaan kerja pada proses erection,
terdapat 5 risiko (17%) very high, 15 risiko (52%) substantial dan 9 risiko (31%)
yang berbeda namun untuk nilai exposure nilai tiap risiko sama yaitu 3 yaitu
kecelakaan kerja yang cukup tinggi, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sinaga
(2014) yang menyebutkan bahwa risiko kecelakaan kerja dominan yang terjadi
erection girder.
listrik, risiko terjatuh dari ketinggian, dan risiko terkena percikan api.
Risiko terjatuh dari ketinggian memiliki nilai risiko sebesar 900 dengan
tingkat risiko very high. Dengan alasan penilaian consequence memiliki nilai 50
terjadi apabila pekerja terlalu dekat dengan area yang terbuka tanpa adanya pagar
pengaman bisa mengakibatkan pekerja terjatuh dari ketinggian dan resiko yang
Probability memiliki nilai 6 yaitu Likely, hal ini dikarenakan dari data
kecelakaan perusahaan, adanya pekerja yang jatuh dan meninggal satu semester
terakhir, penyebab dari jatuhnya pekerja dikarenakan pekerja yang gugup saat
bekerja karena adanya mandor yang mengawasi dan pekerja tidak menggunakan
body harness maka risiko ini memiliki kemungkinan terjadi kecelakaan 50%:50%.
jatuh dari ketinggian menunjukkan termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi
(extreme risk). Dari hasil penilaian risiko tersebut keparahan memiliki skor 5 dan
adanya ijin kerja di ketinggian dan APD berupa safety belt dan memasang ralling
pengaman. namun dari hasil observasi peneliti, terdapat tindakan yang tidak aman
dari pekerja yaitu pekerja yang tidak memiliki ijin kerja bekerja di ketinggian
berada di atas girder yang sudah dipasang dan alat pelindung diri berupa full body
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 10 tahapan kerja proses
expansion joint memiliki 5 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya
mekanis, fisik, kimia, ergonomi dan gravitasi dengan 14 risiko kecelakaan kerja
Dari gambar di atas dari 14 risiko kecelakaan kerja pada proses expansion
joint, terdapat 2 risiko (14%) priority 1, 3 risiko (22%) substantial, 2 risiko (14%)
consequences dan probability yang berbeda namun untuk nilai exposure nilai tiap
risiko sama yaitu 1 yaitu Rare, karena diketahui kapan pekerjaan akan dilakukan
yang artinya proses expansion joint tidak memiliki jadwal yang tetap namun dapat
Risiko terjatuh dari ketinggian memiliki nilai risiko sebesar 900 dengan
tingkat risiko very high. Dengan alasan penilaian consequence memiliki nilai 50
Pemberian nilai ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
consequences pada basic level adalah 50 dikarenakan pekerja akan meninggal jika
peneliti, pekerja yang bekerja di ketinggian pada tahapan kerja memasang besi
untuk penempatan expansion joint dan mengecor backwall pier head ke deck slab,
pekerja tampak tidak fokus dikarenakan terdapat pekerja yang merokok serta
terpleset hingga jatuh ditambah pekerja tidak menggunakan body harness maka
potensi untuk terjadi kecelakaan serupa bila tidak didukung manajemen K3 yang
baik.
jatuh dari ketinggian menunjukkan termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi
dapat diterima.
6.1 Kesimpulan
kecelakaan kerja pada pekerjaan bangunan atas proyek pembangunan Jalan Tol
Ruas Medan – Binjai seksi I oleh PT Hutama Karya (Persero) dapat diambil
kerja (16%) tingkat very high yaitu risiko tersengat listrik dan mata pekerja
bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya mekanis, fisik, gravitasi,
kecelakaan kerja (17%) tingkat very high yaitu risiko tersengat listrik, risiko
3. Pada proses expansion joint terdapat 10 tahapan kerja proses expansion joint
fisik, kimia, ergonomi dan gravitasi dengan 14 risiko kecelakaan kerja. Tidak
96
6.2 Saran
memberikan sanksi verbal maupun non verbal, agar pekerja dapat bekerja
3. Untuk yang bekerja di ketinggian, pekerja harus memiliki ijin kerja bekerja di
ketinggian dan pekerja yang dipekerjakan sudah mendapat pelatihan dan ahli
dalam pekerjaan tersebut sehingga tidak terulang kasus kecelakaan kerja yang
sama.
serta cara pencegahannya pada saat toolbox meeting seperti memberi pelatihan
AS/NZS 4360. 2004. 3rd Edition The Australian and New Zealand Standard on
Risk.
Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Hidayat, B., dkk. 2016. Kecelakaan Kerja Proyek Konstruksi di Indonesia Tahun
2005-2015 : Tinjauan Content Analysis Dari Artikel Berita. Padang:
Universitas Andalas.
98
Salami, I. R., & dkk. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Presss.
Williams, S. 2006. Health and Safety in Construction. UK: Health and Safety
Executive.