Anda di halaman 1dari 128

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO KECELAKAAN

KERJA DI PT HUTAMA KARYA (PERSERO) PROYEK


PEMBANGUNAN JALAN TOL RUAS
MEDAN – BINJAI SEKSI 1

SKRIPSI

OLEH :
EKA CHRISTINA DOLOKSARIBU
NIM. 141000534

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO KECELAKAAN
KERJA DI PT HUTAMA KARYA (PERSERO) PROYEK
PEMBANGUNAN JALAN TOL RUAS
MEDAN-BINJAI SEKSI 1

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
EKA CHRISTINA DOLOKSARIBU
NIM : 141000534

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Identifikasi

Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Di PT Hutama Karya

(Persero) Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan-Binjai Seksi 1” ini

beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Yang membuat pernyataan,

Eka Christina Doloksaribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

PT Hutama Karya (Persero) merupakan salah satu perusahaan konstruksi


yang ada di Indonesia, banyak proyek-proyek yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Proyek Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai direncanakan
panjangnya 16,817 km dengan lebar berkisar 60-80 meter, dengan membagi 3
seksi, Seksi 1 meliputi Tanjung Mulia – Helvetia. Pekerjaan yang masih dalam
proses pengerjaan adalah pekerjaan bangunan atas dimana banyak pekerjaan yang
dilakukan pada ketinggian dengan menggunakan peralatan dan material kerja
berat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional
untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko kecelakaan kerja.
Identifikasi bahaya menggunakan teknik Job Safety Analysis (JSA) dan analisis
risiko menggunakan teknik semi kuantitatif yang mengalikan nilai consequence,
exposure dan probability untuk menentukan tingkat risiko.
Hasil penelitian dari 3 proses kerja, terdapat 6 bahaya yaitu meliputi
bahaya mekanis, fisik, listrik, kimia, ergonomi dan gravitasi. Risiko tertinggi
adalah tersengat listrik, terpercik api dan jatuh dari ketinggian
Disarankan melakukan pengawasan yang tegas dan pengendalian yang
tepat dari pihak manajemen seperti melakukan pemeriksaan berkala terhadap
kabel atau sambungan dan menggunakan full body harness pada pekerja yang
bekerja di ketinggian agar tingkat risiko dapat diterima.

Kata Kunci : Analisis Risiko, Identifikasi Bahaya, Pekerjaan Bangunan Atas

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

PT Hutama Karya (Persero) is one of the construction companies in


Indonesia, many projects have been carried out by the company. Medan-Binjai
Toll Road project is around 60-80 meters wide, by dividing 3 section, section 1 is
Tanjung Mulia-Helvetia. Job that is still in the process of work is the upper
structure construction which is a lot of work done at height, using equipment and
heavy work materials.
This type of this research is observational descriptive research to identify
hazards and occupational accident risk analysis. Hazard identification using the
Job Safety Analysis (JSA) technique and risk analysis using semi quantitative
techniques that multiplies the value of consequences, exposures and probabilities
to determine the level of risk.
The result of research is from 3 working process, there are 6 hazards that
are mechanical, physical, electrical, chemical, ergonomic and gravity. The
highest risk is electrocution, sparks and falling from a height.
It is recommended to make strict supervision and proper control from the
management such as conducting periodic checks on cables or connections and
using full body harness on workers who work at height so that the level of risk is
acceptable.

Keywords :Hazard Identification, Risk Analysis, Upper Structure Construction

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas

berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO

KECELAKAAN KERJA DI PT HUTAMA KARYA (PERSERO) PROYEK

PEMBANGUNAN JALAN TOL RUAS MEDAN-BINJAI SEKSI 1” yang

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu Ayah

(Berton Doloksaribu) dan Ibu (N. Lindawati Panjaitan), serta Adik-adik (Yoshua

K. Doloksaribu, Ivandro Doloksaribu, Rivo R. Doloksaribu, Ricardo H. Panjaitan

dan Ricardi H. Panjaitan) yang selalu memberikan semangat dan mendoakan

penulis dalam penyelesaian studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini,

penulis juga banyak mendapat dukungan, bimbingan maupun bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

6. Ibu Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

7. Bapak Marthen Singal, S.T., selaku pimpinan bagian proyek pembangunan

jalan tol sumatera ruas Medan – Binjai PT Hutama Karya (Persero) yang telah

banyak membantu penulis dalam penelitian dan memberi penulis ilmu tentang

K3 konstruksi.

8. Ibu Lidya Rizki Depari, S.T., selaku HSE Officer di PT Hutama Karya

(Persero) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Bapak M. Khairun Musba, S.T., selaku PSMK3L di PT Hutama Karya

Infrastruktur yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Bapak Ratno Chandra, S.T., selaku HSE spesialis engineer di PT Yodya

Karya yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11. Bapak-Bapak flagman (Safetyman) di proyek pembangunan jalan tol sumatera

ruas Medan-Binjai seksi 1 yang telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena masih

banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun susunan bahasa. Saran

dan kritik dari pembaca dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kajian di dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis

berharap semoga penulisan skripsi ini dapat berguna memberikan ilmu

pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Juli 2018

Penulis

Eka Christina Doloksaribu

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
1.4.1 Bagi Peneliti ......................................................................... 7
1.4.2 Bagi Institusi ........................................................................ 8
1.4.3 Bagi Perusahaan ................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9


2.1 Proyek Konstruksi ......................................................................... 9
2.1.1 Definisi Konstruksi .............................................................. 9
2.1.2 Jenis - Jenis Proyek Konstruksi........................................... 10
2.1.3 Stakeholder Pelaksanaan Pembangunan
Proyek Konstruksi ................................................................ 11
2.1.4 Tinjauan Umum tentang Jalan Tol ....................................... 13
2.2 Bahaya ........................................................................................... 15
2.2.1 Definisi Bahaya .................................................................... 15
2.2.2 Konsep Bahaya..................................................................... 16
2.2.3 Jenis – Jenis Bahaya ............................................................. 17
2.3 Risiko ............................................................................................ 19
2.3.1 Definisi Risiko ..................................................................... 19
2.3.2 Jenis – Jenis Risiko .............................................................. 20
2.4 Kecelakaan Kerja .......................................................................... 24
2.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ............................................... 24
2.4.2 Teori dan Penyebab Kecelakaan Kerja ................................ 26
2.4.3 Kerugian Oleh Karena Kecelakaan Kerja ............................ 28
2.4.4 Kecelakaan yang Terjadi pada Pekerjaan Konstruksi .......... 30

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Manajemen Risiko ........................................................................ 31
2.5.1 Proses Manajemen Risiko .................................................... 33
2.6 Job Safety Analysis ....................................................................... 46
2.7 Kerangka Konsep .......................................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 52


3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 52
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 52
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 52
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 53
3.3 Objek Penelitian ............................................................................ 53
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 53
3.4.1 Data Primer .......................................................................... 53
3.4.2 Data Sekunder ...................................................................... 54
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 55
3.6 Metode Pengolahan Data .............................................................. 58
3.7 Metode Analisis Data .................................................................... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 61


4.1 Gambaran Umum PT Hutama Karya ............................................ 61
4.2 Data dan Gambaran Umum Proyek .............................................. 63
4.2.1 Data Umum Proyek .............................................................. 63
4.2.2 Gambaran Umum Proyek ..................................................... 64
4.3 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................. 64
4.4 Pelaksanaan Peraturan Keselamatan Kerja Proyek ....................... 65
4.5 Kebijakan MK3L PT Hutama Karya ............................................ 66
4.6 Sumber Daya Manusia K3 Pada Proyek ....................................... 66
4.7 Hasil Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko
Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas .............................. 67
4.7.1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan
Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Stressing ............... 68
4.7.2 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan
Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Erection ................ 73
4.7.3 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan
Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Expansion Joint ... 79

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 83


5.1 Pekerjaan Bangunan Atas Jalan Tol .............................................. 83
5.1.1 Proses Stressing .................................................................... 85
5.1.2 Proses Erection..................................................................... 90
5.1.3 Proses Expansion Joint ........................................................ 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 96


6.1 Kesimpulan ................................................................................... 96
6.2 Saran.............................................................................................. 97

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Contoh Unsafe Acts dan Unsafe Conditions ................................... 28

Tabel 2. 2 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Consequency ................... 42

Tabel 2. 3 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Exposure ......................... 42

Tabel 2. 4 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Probability ...................... 43

Tabel 2. 5 Level Risiko .................................................................................... 43

Tabel 3. 1 Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 55

Tabel 3. 2 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Consequency .................... 58

Tabel 3. 3 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Exposure .......................... 59

Tabel 3. 4 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Probability ....................... 59

Tabel 3. 5 Level Risiko ..................................................................................... 60

Tabel 4. 1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja


Pekerjaan Bangunan Atas Proses Stressing ..................................... 70

Tabel 4. 2 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja


Pekerjaan Bangunan Atas Proses Erection ...................................... 75

Tabel 4. 3 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja


Pekerjaan Bangunan Atas Proses Expansion Joint .......................... 81

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Pembangunan Proyek ................. 12

Gambar 2. 2 Proses Manajemen Risiko (AS/NZS 4360) ................................. 34

Gambar 2. 3 Hirarki Pengendalian Risiko (Ramli, 2010) ................................ 45

Gambar 2. 4 Kerangka Konsep......................................................................... 51

Gambar 4. 1 PCI Girder ................................................................................... 68

Gambar 4. 2 Proses Pekerjaan Stressing .......................................................... 69

Gambar 4. 3 Proses Pekerjaan Erection .......................................................... 73

Gambar 5. 1 Persentase Tingkat Risiko Pekerjaan Bangunan Atas


Jalan Tol ..................................................................................... 85

Gambar 5. 2 Persentase Tingkat Risiko Proses Stressing ................................ 86

Gambar 5. 3 Kabel Gerinda yang Terbuka ....................................................... 88

Gambar 5. 4 Persentase Tingkat Risiko Proses Erection ................................. 90

Gambar 5. 5 Pekerja Berada di Atas Ketinggian Tanpa Menggunakan


Full Body Harness ....................................................................... 92

Gambar 5. 6 Persentase Tingkat Risiko Proses Expansion Joint ..................... 93

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Survei Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 5. Lembar Observasi

Lampiran 6. Dokumentasi

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Eka Christina Doloksaribu, dilahirkan di Kota Dumai tanggal 1 Agustus

1997. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan

Berton Doloksaribu dan N. Lindawati Panjaitan.

Penulis memulai Pendidikan Sekolah Dasar di SD Santo Tarcisius Kota

Dumai pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun itu juga penulis

melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Santo Tarcisius dan

menyelesaikannya pada tahun 2012. Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan

Sekolah Menengah Atas pada tahun yang sama dan lulus program akselerasi

sehingga menyelesaikannya pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan infrastruktur di Indonesia terus meningkat khususnya

infrastruktur jalan tol. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu

roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pembangunan

infrastruktur dilakukan, baik dengan teknologi sederhana maupun teknologi yang

tinggi, namun kedua teknologi tersebut tidak dapat menghindari risiko kecelakaan

kerja yang mungkin terjadi.

Pekerjaan konstruksi merupakan kombinasi dari berbagai macam disiplin

ilmu pengetahuan, baik dilihat dari segi teknis konstruksi maupun dari segi non

teknisnya dan termasuk juga di dalamnya unsur sumber daya manusianya. Dalam

pekerjaan konstruksi selalu menyangkut dengan penyelenggaraan pekerjaan

konstruksi dan masyarakat penyelenggara pekerjaan konstruksi itu sendiri.

Dimana penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ini wajib memenuhi ketentuan

tentang keteknikan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), perlindungan tenaga

kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Dampak negatif yang timbul dari proses pembangunan konstruksi yaitu

munculnya angka kecelakaan kerja akibat kerja. Dampak dari kecelakaan tersebut

dapat berupa kerugian secara ekonomi, kehilangan secara sosial, kecacatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

individu bahkan kematian. Hal ini dikarenakan pekerjaan jasa konstruksi hampir

selalu berada di tempat terbuka, serta memiliki kemudahan akses untuk dimasuki

orang yang berbeda, dimana kondisi tersebut tidak mendukung untuk K3,

sehingga berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja (Hinze,1997 dalam Hesti

2006).

Kejadian kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja dapat terjadi

dimana saja dan kapan saja. Kecelakaan dan kerugiannyapun bervariasi, yang

meliputi unsur manusia, mesin (material) dan lingkungan kerja. Orang yang

ditimpa kecelakaan akan mengeluh dan menderita, tidak jarang berakibat luka-

luka bahkan dapat berakibat cacat bagi penderita (Suma‟mur, 2013).

Berdasarkan laporan tahunan kecelakaan kerja yang diperoleh dari BPJS

Ketenagakerjaan, pada tahun 2010 angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk

yang paling tinggi di kawasan ASEAN yaitu sebanyak 98.711 kasus kecelakaan

kerja. Kemudian pada tahun 2011 terjadi kenaikan menjadi 99.491 kasus, dimana

hampir 32% dari kasus kecelakaan tersebut terjadi di sektor konstruksi dan

termasuk didalamnnya proyek jalan tol. Pada tahun 2013 terjadi 103.285 kasus

kecelakaan kerja dengan rata-rata kecelakaan kerja terdapat 283 kasus setiap

harinya. Pada tahun 2015 kasus kecelakaan kerja di Indonesia meningkat menjadi

110.285 kasus kecelakaan kerja.

Pada sektor konstruksi, kasus kecelakaan kerja juga menunjukkan angka

yang masih tingi di beberapa Negara. Salami (2016) menyebutkan, data statistik

kecelakaan yang tercatat pada data NIOSH (The National Institute for

Occupational Safety and Health) di Amerika menunjukkan bahwa kecelakaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

terbanyak ditemukan pada kegiatan konstruksi (19,7%), diikuti kegiatan

transportasi/komunikasi/pekerjaan umum (19,5%).

Menurut Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

(A2K4), saat ini kecelakaan kerja pada kegiatan jasa konstruksi merupakan bagian

terbesar dari angka kecelakaan kerja di Indonesia yaitu hampir 32% kasus

kecelakaan kerja dibandingkan dengan kegiatan di industri manufaktur.

Menurut laporan kecelakaan kerja Kementrian Pekerjaan Umum &

Perumahan Rakyat, terdapat 14 kecelakaan kerja proyek infastruktur dalam 7

bulan terakhir terhitung dari bulan Agustus 2017 hingga bulan Februari 2018. PT

Hutama Karya merupakan salah satu perusahaan yang mengalami 14 kecelakaan

tersebut, akibat 14 insiden ini terdapat 8 pekerja meninggal dunia dan lebih dari

17 pekerja luka-luka baik ringan maupun berat.

Enam diantaranya merupakan proyek pembangunan jalan tol dan satu

proyek jembatan. Dari tujuh kasus kecelakaan tersebut, empat kasus kecelakaan

kerja berhubungan dengan ambruknya girder dan sisanya berkaitan dengan crane.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hidayat (2016) dari analisis

205 kasus kecelakaan kerja konstruksi dari artikel berita tahun 2005 sampai 2015.

Terdapat tiga tipe kecelakaan kerja yang dominan, yaitu 38,1% kasus kecelakaan

tersengat listrik, 28,9% kasus tertimpa benda, dan 24,9% kasus terjatuh dari

ketinggian. Dari hasil analisa juga ditemukan bahwa sumber penyebab utama

kecelakaan kerja adalah ketidak hati-hatian, konstruksi tidak aman dan tidak

menggunakan APD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Penelitian terdahulu yang dilakukan Komaraningsih (2013), yang

dilakukan pada pekerjaan bangunan atas di proyek pembangunan jalan layang tol

Bogor Outer Ring Road (BORR) seksi 2A oleh PT Wijaya Karya tahun 2013

menganalisis risiko kecelakaan kerja dengan menggunakan metode semi-

kuantitatif WT. Fine. Hasil penelitiannya, risiko tertinggi pada pekerjaan

bangunan atas di Proyek Pembangunan Jalan Layang Tol BORR seksi 2A yaitu

risiko box girder terlepas dari holder crane dan box girder terlepas dari gantry

dan terdapat 40 sub proses langkah kerja yang berada di kategori tingkat risiko

Very High.

Di Indonesia, pelaksanaan identifikasi bahaya dan analisis risiko di tempat

kerja mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun

2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3). Dimana dalam peraturan ini, identifikasi bahaya dan analisis risiko

adalah hal mutlak yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam rangka mencegah

dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) serta

tercapainya tempat kerja yang nyaman, efisien, dan produktif. Selain itu,

identifikasi bahaya dan analisis risiko merupakan suatu bentuk perencanaan K3

yang digunakan sebagai landasan disusunnya program maupun kebijakan K3.

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012).

PT Hutama Karya (Persero) merupakan salah satu perusahaan konstruksi

yang ada di Indonesia, telah banyak proyek-proyek yang telah dilakukan oleh

perusahaan ini seperti pembangunan gedung DPR/MPR RI, Monumen Pancoran,

jalan tol sampai pembangunan jembatan terpanjang di Indonesia yaitu jembatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Suramadu. Tidak hanya di Indonesia, PT Hutama Karya (Persero) juga telah

mengerjakan proyek diluar negeri.

Salah satu proyek yang sedang dilaksanakan adalah proyek pembangunan

jalan tol Medan-Binjai. Proyek pembangunan jalan tol Medan–Binjai

direncanakan panjangnya 16,817 km dengan lebar berkisar 60 -80 meter, dengan

membagi 3 seksi yaitu Seksi 1 meliputi Tanjung Mulia- Helvetia, seksi 2 meliputi

Semayang-Helvetia dan seksi 3 meliputi Semayang-Binjai yang mana akan

melintasi wilayah Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai, dengan

awal rencana kegiatan berada pada jalan tol Belmera di Kelurahan Tanjung Mulia

Kota Medan dan berakhir di Desa Mulyo Rejo Jalan Ring Road Binjai (Jalan

Megawati), untuk seksi 1 dengan rencana masa pelaksanaan 380 hari kalender.

Proyek ini meliputi beberapa lingkup pekerjaan dimulai dari proses

pembersihan tempat kerja, pekerjaan tanah, pekerjaan drainase, pekerjaan

persiapan tanah dasar, lapis pondasi agregat kelas B dan A, pekerjaan perkerasan,

pengadaan tiang pancang & pemancangan, pekerjaan struktur beton, pekerjaan

bangunan atas, pekerjaan penerangan jalan umum, pekerjaan gerbang jalan tol dan

pekerjan lain-lain.

Proses pekerjaan dalam proyek pembangunan jalan tol Ruas Medan-

Binjai telah banyak selesai. Salah satu pekerjaan yang masih dalam tahap

pelaksanaan adalah pekerjaan bangunan atas. Pekerjaan bangunan atas meliputi

tiga tahap kerja yaitu stressing, erection, dan expansion joint. Pekerjaan bangunan

atas dilakukan di ketinggian ± 5 meter di atas permukaan tanah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Berdasarkan pengamatan saat survey pendahuluan yang dilakukan peneliti,

Hampir semua tahapan kerja dalam pekerjaan ini memiliki potensi risiko seperti

jatuh dari ketinggian, karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan di ketinggian,

selain itu beberapa potensi bahaya lain yang dihadapi antara lain tertimpa alat

berat, terkena maneuver alat, terkena alat kerja manual, tangan terjepit, tersengat

listrik dan lebih parah berpotensi tertimpa girder dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas didapat bahwa kasus kecelakaan kerja pada

bidang konstruksi selalu meningkat tidak ada penurunan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan identifikasi bahaya dan analisis risiko kecelakaan kerja pada

pekerjaan bangunan atas Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan-Binjai

Seksi 1 di PT Hutama Karya (Persero).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah ada berbagai bahaya keselamatan dan kesehatan kerja

yang terdapat pada pekerjaan bangunan atas di PT Hutama Karya (Persero)

Proyek Pembangunan Jalan Tol Sumatera Ruas Medan – Binjai Seksi 1 yang

berpotensi menimbulkan berbagai macam resiko kecelakaan kerja. Untuk itu

diperlukan identifikasi dan analisis risiko yang bertujuan untuk mencegah dan

meminimalisir risiko yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari peneltian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan

menganalisis risiko kecelakaan kerja pada pekerjaan bangunan atas di PT Hutama

Karya (Persero) Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan – Binjai seksi I.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko kecelakaan kerja pada

tahap pekerjaan stressing di PT Hutama Karya (Persero) Proyek

Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan – Binjai Seksi I.

2. Untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko kecelakaan kerja pada

tahap pekerjaan erection di PT Hutama Karya (Persero) Proyek Pembangunan

Jalan Tol Ruas Medan – Binjai Seksi I.

3. Untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko kecelakaan kerja pada

tahap pekerjaan expantion joint di PT Hutama Karya (Persero) Proyek

Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan – Binjai Seksi I.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Memberikan manfaat bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan,

wawasan serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan dan

kesehatan kerja. Terutama mengenai identifikasi bahaya keselamatan dan

kesehatan kerja dan analisis risiko kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.4.2 Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan

bagi civitas akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara terkhusus bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai

identifikasi bahaya dan analisis risiko kecelakaan kerja.

1.4.3 Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan kepada perusahaan dan

mitra kerja sebagai bahan pertimbangan tentang berbagai bahaya yang terdapat di

area proyek, sehingga pihak perusahaan dapat menerapkan tindakan pengendalian

kecelakaan kerja yang tepat, serta menjadi informasi tambahan bagi perusahaan

dalam menerapkan pengendalian risiko maupun manajemen risiko, upaya

perbaikan serta meningkatkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

2.1.1 Definisi Konstruksi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017

tentang jasa konstruksi pasal 1 ayat 1 bahwa jasa konstruksi adalah layanan jasa

konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi. Ayat 3 menjelaskan,

pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi

pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran dan pembangunan

kembali suatu bangunan.

Proyek konstruksi merupakan proyek pembangunan fisik untuk

menghasilkan tidak hanya infrastruktur untuk publik seperti jalan, jembatan

waduk, jaringan irigrasi dan sebagainya, namun juga meliputi pembangunan

fasilitas fisik milik swasta dan perorangan seperti perumahan, pertokoan, gedung

kantor, pabrik dan sebagainya (Pastiarsa, 2015).

Pada umumnya di masyarakat, proyek konstruksi diartikan sebagai proses

pelaksanaan pembangunan fisiknya saja, yang dimotori dan dilaksanakan oleh

kontraktor. Sedangkan proyek konstruksi sebetulnya sudah dimulai sejak

timbulnya prakarsa dari pemilik proyek untuk membangun, yang dalam proses

selanjutnya akan melibatkan dan sekaligus dipengaruhi oleh perilaku berbagai

unsur seperti konsultan, kontraktor, termasuk pemiliknya sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi bukan hanya dilihat

dari hasil konstruksi fisik saja, tetapi lebih dikaitkan pada pencapaian tujuan

fungsionalnya Oleh karena itu dituntut hubungan kerjasama yang baik antara

unsur-unsur yang terlibat di dalam proses konstruksi.

Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam

kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa

pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh

manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja

didalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada

mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan

lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

2.1.2 Jenis - Jenis Proyek Konstruksi

Menurut Pastiarsa (2015), proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi tiga

jenis proyek konstruksi, yaitu :

1. Konstruksi bangunan gedung

Antara lain rumah, kantor, pabrik dan lain lain. Ciri-ciri dari kelompok

bangunan ini adalah :

1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatife sempit dan kondisi pondasi

umumnya sudah diketahui.

3. Manajemen dibutuhkan terutama untuk progressing pekerjaan.

2. Konstruksi bangunan sipil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Antara lain jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari

kelompok bangunan ini adalah :

1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi

kepentingan manusia.

2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi

pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

3. Konstruksi bangunan industri

Antara lain pusat pembangkit tenaga listrik, pabrik pengolah logam, pabrik

kertas, pabrik kimia dan petrokimia, unit pengola limbah dan lain-lain.

2.1.3 Stakeholder Pelaksanaan Pembangunan Proyek Konstruksi

Pelaksanan proyek harus diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari

perencanaan,pembangunan fisik, sampai dengan pemeliharaan yang melibatkan

bermacam-macam unsur dan komponen pendukung. Salah satu bagian dari

manajemen proyek yang memegang peranan cukup penting adalah organisasi

proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat pengorganisasian

yang baik.

Pengorganisasian tersebut merupakan pengelolaan proyek dengan tujuan

mengatur tahap–tahap pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran. Sedangkan

organisasi proyek merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak pihak yang

bekerja sama dalam melaksanakan serangkaian kegiatan. Oleh karena itu unsur-

unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja sama dan mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta wewenang yang telah

diberikan sesuai bidang dan keahlian masing-masing.

Secara garis besar stakeholder yang terlibat dalam pelaksana

pembangunan proyek meliputi pemberi tugas (owner), kontraktor dan konsultan.

Ketiga unsur pengelola proyek tersebut mempunyai wewenang dan tanggung

jawab sesuai kedudukan dan fungsinya. Hubungan kerja antar unsur pelaksana

pembangunan proyek dapat dilihat pada gambar 2.1.

Owner/Pemilik

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas

Kontraktor

Gambar 2. 1 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Pembangunan Proyek


(Sumber: Husen, 2011)

Husen (2011) menyebutkan bahwa stakeholder pelaksanaan proyek

konstruksi merupakan faktor utama dalam merealisasikan kegiatan-kegiatan

pembangunan yang ada di suatu proyek. Orang/badan yang membiayai,

merencanakan dan melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur-unsur

pelaksanaan proyek konstruksi. Unsur-unsur pelaksana pembangunan yang

terlibat dalam kegiatan pembangunan yaitu : pemilik proyek (owner), konsultan

(konsultan perencana, pengawas dan manajemen proyek konstruksi) dan

kontraktor/pemborong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Keberhasilan dalam usaha pembangunan proyek tergantung dari kerja

sama yang diciptakan oleh ketiga unsur pelaksana pembangunan, yakni

pengaturan masing-masing unsur serta pengaturan kerja yang tertib dan teratur

dalam menciptakan kesatuan fungsional dan tindakan untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan. Disamping itu keempat unsur tersebut harus bekerja sesuai dengan

hukum dan peraturan dalam surat perjanjian pemborong atau dokumen kontrak

yang telah disepakati dan ditandatangani bersama.

2.1.4 Tinjauan Umum tentang Jalan Tol

Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan

dan sebagai rasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Sedangkan tol

adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pengguna jalan tol (UU

No.38/2004).

Dalam pasal 43 (UU No.38/2004), jalan tol diselenggarakan untuk :

1. Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang.

2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa

guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi.

3. Meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.

4. Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.

Pengguna tol dikenakan kewajiban membayar tol yang digunakan untuk

pengembalian investasi, pemeliharaan dan pengembangan jalan tol. Keberadaan

jalan tol diharapkan secara langsung dapat mengurangi beban lalu lintas,

kemacetan yang terjadi di jalan umum dan mengurangi polusi udara akibat

kendaraan berjalan lambat atau macet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Jalan tol memiliki peran strategis baik untuk mewujudkan pemerataan

pembangunan maupun untuk pengembangan wilayah. Pada wilayah yang tingkat

perekonomiannya telah maju, mobilitas orang dan barang umumnya sangat tinggi

sehingga dituntut adanya sarana perhubungan darat atau jalan dengan mutu yang

andal. Tanpa adanya jalan dengan kapasitas cukup dan mutu yang andal, maka

dipastikan lalu lintas orang maupun barang akan mengalami hambatan yang pada

akhirnya menimbulkan kerugian ekonomi.

Karakteristik pokok penyelenggaraan jalan tol diantaranya adalah:

a. Keberadaan jalan tol dan pengusahaannya diatur berdasarkan undangundang.

Berdasarkan peraturan yang berlaku, kepemilikan dan hak penyelenggaraan

jalan tol ada pada pemerintah. Pemerintah selain menanggung biaya

pengadaan tanah juga dapat memberikan wewenang kepada suatu badan usaha

negara untuk menyelenggarakan jalan tol yang mencakup kegiatan

membangun, memelihara dan mengoperasikan. Badan usaha negara yang

diberi wewenang penyelenggaraan jalan tol, atas persetujuan pemerintah,

boleh bekerja sama dengan Investor baik secara keseluruhan maupun sebagian

dalam penyelenggaraan jalan tol.

b. Jalan tol memiliki mutu yang andal, bebas hambatan dan pemakai jalan tol

wajib membayar tol. Secara umum jalan tol memiliki keandalan teknik yang

tinggi.Jika jalan tol dipelihara dan diperbaiki sebagaimana mestinya, maka

jalan tol akan berfungsi dan memiliki umur teknis yang sangat panjang.

Pemeliharaan dan perbaikan periodik diperlukan atas badan jalan tol, misalnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

pelapisan ulang pada pavement atau penggantian beberapa komponen dalam

jembatan tol yang mengalami proses keausan.

c. Pengadaan jalan tol sangat terkait dengan program pengembangan jaringan

jalan nasional, dan mendorong pengembangan wilayah di sekitar jalan tol.

Dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol tidak tertutup kemungkinan

adanya tuntutan lingkungan terhadap Penyelenggara jalan tol, untuk

mengembangkan jaringan jalan bukan tol, bangunan pelengkap jalan dan

perlengkapan jalan. Tuntutan lingkungan tersebut sangat berpengaruh

terhadap pengoperasian jalan tol sebagai jalan alternatif.

2.2 Bahaya

2.2.1 Definisi Bahaya

Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan

kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti,

lingkungan atau kombinasinya (frank bird - loss control management). Sedangkan

menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap

manusia.

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara

unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metoda kerja.

Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin,

material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.

Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu

manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur. Potensi bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan

kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Ditempat kerja,

potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu

dijumpai.

2.2.2 Konsep Bahaya

Menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau

tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,

kerusakan atau gangguan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang

tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari

suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Api misalnya, secara alamiah

mengandung sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat

menimbulkan kerusakan atau cedera.

Pemahaman mengenai bahaya ini sangat penting, karena sering salah

paham. Bahaya sering diartikan sebagai faktor kondisi fisik, faktor organisasional,

kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman.

Semuanya itu bukan bahaya, tetapi faktor yang memberikan konstribusi

terjadinya kecelakaan atau keparahan dari kejadian. Bahaya juga dirujuk kepada

risiko dari “potensi”. Api adalah bahaya potensial yang dapat mencederai manusia

atau membakar suatu benda. Ada atau tidak ada sumbernya, api tetap merupakan

bahaya potensial.

Potensi bahaya dari api berkaitan dengan sumber panas yang dihasilkan

dari nyala api tersebut. Asam keras seperti air aki merupakan sumber bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

dimanapun dia berada apakah berada dalam botol, battery atau di gudang. Listrik

dengan tegangan 220 volt merupakan sumber bahaya dimanapun terpasang baik di

kabel penyalur, peralatan listrik atau lampu penerangan.

Kondisi dan cara kerja yang tidak aman, kurang pelatihan atau kelelahan

bukan bahaya tetapi merupakan kegagalan dalam pengawasan atau faktor kondisi

yang dapat menimbulkan cedera atau kerusakan. Sebagai contoh tidak memakai

topi keselamatan bukan merupakan bahaya. Bahayanya adalah dari benda yang

terjatuh dari ketinggian dan kemudian menimpa kepala.

2.2.3 Jenis – Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita

terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita

baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah

berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan

baik.

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan

penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian

yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,

memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan

mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,

terpotong, atau terkupas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

b. Bahaya Listrik

Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan

singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan

listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.

c. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

a) Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera

pendengaran.

b) Tekanan

c) Getaran

d) Suhu panas atau dingin

e) Cahaya atau penerangan

f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah.

d. Bahaya Biologis

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur

biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari

aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,

pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

e. Bahaya Kimia

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang

dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic).

b) Iritasi

Oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air

aki dan lainnya.

c) Kebakaran dan peledakan

Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak

misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG,

batubara dan lainnya.

d) Polusi dan pencemaran lingkungan

Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis

bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan

dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,

bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat

kronis dalam jangka waktu yang panjang.

2.3 Risiko

2.3.1 Definisi Risiko

Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya

atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (Ramli, 2010).

Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu

yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab

akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.

Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam

suatu interaksi.

Risiko keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kombinasi dari

kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari

cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan

tersebut. (OHSAS 18001).

2.3.2 Jenis – Jenis Risiko

Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau

perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.

Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,

lingkup, skala dan jenis kegiatannya antara lain yaitu :

1. Risiko finansial (financial risk)

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko finansial yang

berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko finansial seperti piutang

macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Risiko

keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami

kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.

2. Risiko pasar (market risk)

Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya

dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat. Setiap perusahaan

mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.

Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman

bagi konsumen. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1986 tentang Perlindungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa

yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk (product safety

atau product liability).

Perusahaan harus memperhitungkan risiko pasar seperti adanya penolakan

terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau

larangan beredarnya produk dimasyarakat oleh lembaga yang berwenang. Risiko

lain yang berkaitan dengan pasar dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar

terbuka kosumen memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang

disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan

keselamatannya. Setiap produk yang bersaing di pasar bebas menghadapi risiko

untuk ditinggalkan konsumen.

3. Risiko alam (natural risk)

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat

terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana

alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,

banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga

mengakibatkan kerugaian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu

pemulihan yang lama.

Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap usaha

atau kegiatan. Indonesia berada di pertemuan lempeng yang meningkatkan risiko

terjadinya gempa. Indonesia berada di antara dua benua dan dua lautan luas yang

berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim. Indonesia juga memiliki rantai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus

diperhitungkan sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.

4. Risiko operasional

Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan

bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang

memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk

mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis,

bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam risiko

operasional antara lain yaitu :

a. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam operasi

perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk menerima

seseorang bekerja. Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi

pekerjanya serta memberikan jaminan sosial yang diwajibkan menurut

perundangan. Di samping itu perusahaan juga harus memberikan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar tunjangan jika tenaga kerja

mendapat kecelakaan.

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau

menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi.

Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan, sembrono atau

lalai dapat menimbulkan risiko yang serius terhadap keselamatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

b. Teknologi

Aspek teknologi di samping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas

juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin modern misalnya dapat

menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja. Teknologi juga

bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta

terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak mampu

bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.

Penerapan teknologi yang lebih baik oleh pesaing akan mempengaruhi

produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga dapat menjadi ancaman bagi

perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan teknologi harus

mempertimbangkan dampak risiko yang ditimbulkan.

c. Risiko K3

Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul

dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan

lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai hal yang negatif

(negative impact) seperti :

a. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan

b. Kebakaran dan peledakan

c. Penyakit akibat kerja

d. Kerusakan sarana produksi

e. Gangguan operasi

Menurut data kecelakaan di Indonesia, pada tahun 2007 terjadi 89.000

kecelakaan kerja pada seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

meliputi 7 juta pekerja. Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah

dengan menerapakan sistem manajemen K3 dengan salah satu aspeknya adalah

melalui identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang diimplementasikan di

berbagai perusahaan.

5. Risiko keamanan (security risk)

Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau

kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi, data

keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami konflik dan gangguan

keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.

Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan system manajemen

keamanan dengan pendekatan manajemen risiko. Manajemen keamanan dimulai

dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam

kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah

pencegahan dan pengamanannya.

6. Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan

sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti tingkat

kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan risiko

baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap

aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.

2.4 Kecelakaan Kerja

2.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Sucipto (2014), merangkum pengertian kecelakaan kerja sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

a. Menurut Suma‟mur (1997), kecelakaan kerja adalah kejadian yang terduga

dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari

itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan

yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai

kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada

yang paling berat.

b. Kecelakaan kerja menurut Sumakmur (1989) adalah suatu kecelakaan yang

berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini

berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan.

Menurut Buntarto (2015), kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi

berhubungan dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan

kerja. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak

diinginkan, baik kecelakaan akibat langsung pekerjaan maupun keelakaan yang

terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Risiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antara kemungkinan terjadinya

kecelakaan (probabilitas) dan akibat (konsekuensi, keparahan). Baik kemungkinan

maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif

(Suma‟mur, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

2.4.2 Teori dan Penyebab Kecelakaan Kerja

Pastiarsa (2015) menyebutkan, salah satu teori tentang penyebab

kecelakaan kerja adalah teori domino (Domino Sequence Theory) yang mula-mula

dikembangkan H.W.. Heinrich (1931) yang intinya adalah sebagau berikut :

1. Cedera atau luka-luka (injury) yang disebabkan oleh kecelakaan,

2. Kecelakaan (accident) disebabkan oleh: kondisi yang tidak aman (unsafe

condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe action),

3. Tindakan dan kondisi yang berbahaya disebabkan oleh kesalahan manusia,

4. Kesalahan manusia oleh lingkungan atau diperoleh dari kebiasaan,

5. Kebiasaan yang buruk yang menyebabkan cedera.

Menurut Suma‟mur (2013), kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan

ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan

ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan

kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat

dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja, dua golongan tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan

Yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Faktor mekanis dan

lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud

tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri

Yang meliputi segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja

dalam melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang

telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi

bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya.

Menurut Widayana dan Wiratmaja (2014), secara umum penyebab

kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan (fatigue).

2. Kondisi tempat kerja (environmental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman

(unsafe working condition).

3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab

awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training.

4. Karateristik dari pekerjaan itu sendiri.

Karakteristik pekerjaan yang dimaksud antara lain kecepatan kerja (paced

work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work),

pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan “pemanasan procedural”, beban

kerja (workload) dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan (workhours).

Menurut Salami, dkk (2016) Terdapat dua kelompok penyebab

kecelakaan, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung, sebagai

berikut :

1. Penyebab langsung (primer)

Disebabkan oleh unsafe act (prilaku manusia yang tidak aman) dan unsafe

condition (kondisi lingkungan kerja yang tidak aman).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

2. Penyebab tidak langsung (underlying)

Dapat disebab kan oleh faktor manusia (faali dan kejiwaan), faktor

lingkungan (fisika, kimia, biologi, psikologi) dan faktor manajemen (kebijakan,

keputusan, evaluasi, kontrol dan administrasi).

Penyebab tidak langsung atau underlying causes dapat melibatkan unsur –

unsur seperti material yang digunakan, peralatan yang dilibatkan, lingkungan

tempat pekerja bekerja, serta juga orang atau pekerja lain disekitarnya. Untuk

memahami perbedaan antara prilaku tidak aman (unsafe act) dan tindakan tidak

aman (unsafe condition) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Contoh Unsafe Acts dan Unsafe Conditions


Unsafe Acts Unsafe Conditions
Mengoperasikan sesuatu yang bukan
Pengamanan peralatan tidak cukup
tugasnya
Kegagalan untuk memperingatkan atau
Peralatan dan materi yang rusak
mengamankan
Mengoperasikan dengan kecepatan
Tempat kerja sangat berdesakan
yang tidak benar
Menyebabkan alat – alat pengaman Sistem pengamanan/peringatan yang
tidak dapat beroperasi dengan baik tidak memadai
Menggunakan alat yang sudah rusak Bahaya kebakaran dan ledakan
Menggunakan peralatan dengan tidak
Housekeeping yang di bawah standar
semestinya
Tidak memakai alat pelindung diri Kondisi udara yang berbahaya
Mengangkut atau menempatkan dengan
Kebisingan yang sangat tinggi
tidak benar
Sumber: Salami, 2016

2.4.3 Kerugian Oleh Karena Kecelakaan Kerja

Menurut Suma‟mur (2013), kerugian oleh karena kecelakaan kerja akan

diterima oleh para pekerja dan perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban

kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka ataupun kelainan

tubuh, cacat bahkan juga kematian yang yang dikarenakan akibat kecelakaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

terjadi. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi

pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan di tempat ia bekerja. Meskipun

para pekerja mendapatkan perlindungan jaminan sosial antara lain dalam bentuk

kompensasi namun kecacatan yang diterima mengurangi kemampuan kerja dan

hal ini sangat merugikan pekerja.

Menurut Ramli (2010), kerugian oleh karena kecelakaan dikategorikan

atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).

1. Kerugian langsung

Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung

dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut :

a. Biaya pengobatan dan kompensasi

b. Kerusakan sarana produksi

2. Kerugian tidak langsung

Disamping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian

tidak langsung antara lain :

a. Kerugian jam kerja

b. Kerugian produksi

c. Kerugian social

d. Citra dan kepercayaan konsumen

Menurut Salami (2016), kecelakaan kerja menimbulkan kerugian (loss),

baik materi maupun manusia sebagai penderita atau korban, kecelakaan juga

menimbulkan kerugian secara ekonomi karena kecelakaan kerja menyebabkan ada

biaya yang harus dikeluarkan. Kecelakaan kerja yang sering terjadi dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

menimbulkan biaya besar yang pada akhirnya menyebabkan keuntungan

perusahaan berkurang. Terlebih, apabila terjadi kecelakaan yang fatal (terjadi

kematian) atau besar, sorotan publik menjadi sesuatu yang dapat menekan citra

perusahaan.

Kecelakaan dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu parah dan tidak

parah. Kecelakaan tidak parah tidak menyebabkan kehilangan hari kerja,

contohnya terpotong oleh kertas, tergores, atau terjadi kegagalan system yang

menyebabkan konsekuensi minor seperti kerusakan selang bertekanan rendah dan

menyemprotkan air dingin. Kecelakaan parah mencakup baik kecelakaan dengan-

atau hamper terjadi-kehilangan hari kerja atau yang dikatakan sebagai near miss.

Contoh kecelakaan kerja near miss misalnya seorang pekerja jatuh dari tangga

rendah, tapi tidak cedera (hal ini lain kali dapat dengan mudah menyebabkan kaki

patah atau cedera lebih parah).

2.4.4 Kecelakaan yang Terjadi pada Pekerjaan Konstruksi

Menurut Williams (2006), jenis kecelakaan yang sering terjadi pada

pekerjaan konstruksi adalah meliputi :

1. Terjatuh

Pekerja jatuh karena akses ke dan dari tempat kerja tidak memadai, atau

tempat kerja itu sendiri tidak aman. Pentingnya menyediakan akses yang baik ke

posisi kerja yang aman (misalnya platform dengan papan kaki dan rel penjaga).

2. Terkena Alat Berat

Alat berat konstruksi sangat berat. Alat berat tersebut sering beroperasi di

atas tanah yang becek dan tidak rata, dan di mana jarak penglihatan pengemudi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

rendah. Orang yang berjalan di area proyel terluka atau meninggal dikarenakan

alat berat yang bergerak, terutama saat alat berat berbalik arah.

3. Kejatuhan Bahan dan Bangunan Ambruk

Orang-orang terjebak oleh materi yang jatuh dari beban yang diangkat atau

material yang terjatuh dari atas, pekerja lainnya terjebak atau terkubur material

yang jatuh saat penggalian, bangunan atau dikarenakan bangunan runtuh.

Keruntuhan bangunan dapat dikarenakan pondasi bangunan rusak oleh penggalian

di dekatnya, atau karena strukturnya melemah dan / atau kelebihan beban.

Struktur bangunan juga bisa runtuh secara tak terduga selama pembongkaran jika

tindakan pengendalian tidak dilakukan segera untuk mencegah ketidakstabilan

bangunan.

4. Tersengat listrik

Pekerja terkena sengatan listrik dan bahkan mengalami luka bakar saat

menggunakan peralatan yang tidak aman dan kondisi lingkungan yang berbahaya.

5. Tersandung

Tersandung adalah penyebab paling umum dari kecelakaan yang dilaporkan

di bidang konstruksi, dengan lebih dari 1000 cedera mayor setiap tahunnya.

2.5 Manajemen Risiko

Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan

karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Karena itu pengembangan

system manajemen K3 harus berbasis pengendalian resiko sesuai dengan sifat dan

kondisi bahaya yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak

diperlukan jika tidak ada sumber bahaya yang harus dikelola (Ramli, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Keberadaan bahaya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau

insiden yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material dan

lingkungan. Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk

dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh

kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya.

Adanya bahaya dan risiko tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui

manajemen K3 yang baik. Karean itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang

sangan erat dengan manajemen risiko.

Manajemen risiko menurut AS/NZS 4360:2004 merupakan aplikasi

sistematik kebijakan manajemen, prosedur dan praktik terhadap komunikasi tugas,

penetapan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, monitoring dan

peninjauan ulang risiko.

Menurut Ramli (2010), adapun manfaat pelaksanaan manajemen risiko

adalah sebagai berikut:

1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan

yang mengandung bahaya.

2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.

3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya.

4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap

unsur dalam organisasi/perusahaan.

5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

2.5.1 Proses Manajemen Risiko

Mengelola risiko harus dilaksanakan secara komprehensif melalui

pendekatan manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management

Standard AS/NZS 4360, yang meliputi:

1. Penentuan konteks

2. Identifikasi risiko

3. Analisa risiko

4. Pengendalian risiko

5. Komunikasi

6. Pemantauan dan tinjau ulang

Ramli (2010), menyebutkan bahwa langkah awal mengembangkan

manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperlukan karena manajemen

risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah

manajemen risiko K3. Penentuan konteks diselaraskan dengan visi dan misi

organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan pula kriteria

risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko,

langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi bahaya, analisa risiko dan

evaluasi risiko serta menentukan strategi pengendaliannya. Proses manajemen

risiko dapat dilihat dari gambar 2.2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Gambar 2. 2 Proses Manajemen Risiko (AS/NZS 4360)

1. Identifikasi Bahaya dan Risiko

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi

bahaya yang ada di lingkungan kerja sehingga dapat mengurangi peluang

terjadinya kecelakaan karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor

penyebab kecelakaan. Dengan melakukan identifikasi bahaya maka sumber-

sumber bahaya dapat diketahui sehingga kemungkinan kecelakaan dapat

ditekan. (Ramli, 2010).

Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat

diklasifikasikan atas :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

a. Teknik/metode pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika mengalaminya secara langsung.

Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi, kemudian

mengenal dan mengambil langkah pencegahan. Metode ini sangat rawan, karena

tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat

dengan mudah.

b. Teknik/metode semiproaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita

tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak perlu

mengalami sendiri setelah itu kemudian diketahui adanya bahaya.Kekurangan dari

teknik ini adalah sebagai berikut :

1. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak

kejadian kecelakaan.

2. Tidak semua kejadian dilaporkan atau di informasikan kepada pihak lain

untuk diambil sebagai pelajaran.

3. Kecelakaan telah terjadu yang berarti tetap menimbulkan kerugian.

c. Teknik/metode proaktif

Merupakan teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya, teknik ini

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang

merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan :

a. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan

kecelakaan atau cedera.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

b. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan

mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan.

c. Meningkatkan “awareness” semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal

adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya.

d. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat

menimbulkan kerugian.

Adapun teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif menurut Ramli

(2010) antara lain :

1) Data kejadian

Teknik ini bersifat semiproaktif karena berdasarkan sesuatu yang telah

terjadi. Dari suatu kecelakaan atau kejadian akan diperoleh informasi penting

mengenai adanya suatu bahaya. Dari kejadian tersebut dapat digali informasi yang

lebih mendalam apa saja bahaya yang terdapat di lingkungan kerja.

2) Data periksa

Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan membuat suatu daftar periksa

tempat kerja (check list). Melalui daftar periksa dilakukan pemeriksaan terhadap

seluruh kondisi di lingkungan kerja seperti mesin, penerangan, kebersihan dll.

Data periksa dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, sifat

kegiatan dan jenis bahaya yang dominan.

3) Brainstorming

Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan teknik brainstorming dalam

suatu kelompok atau tim di tempat kerja. Tim ini dapat berasal dari suatu bidang

atau departemen tetapi dapat juga bersifat lintas fungsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

4) What If

Teknik what if merupakan teknik identifikasi yang bersifat proaktif dengan

menggunakan kata bantu “ what if “ .

5) Hazops (Hazard and Operability Study)

Merupakan teknik identifikasi bahaya yang sangat komprehensif dan

terstruktur. Digunakan untuk mengidentifikasi suatu proses atau unit operasi baik

pada tahap rancang bangun, konstruksi, operasi maupun modifikasi. Hazops

dilakukan dalam bentuk tim dengan menggunakan kata bantu (guide word) yang

dikombinasikan dengan parameter yang ada dalam proses seperti, level, suhu,

tekanan, aliran dan lainnya.

6) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Merupakan suatu teknik identifikasi bahaya yang digunakan pada

peralatan atau sistem. Teknik ini mengidentifikasi kemungkinan kegagalan yang

dapat terjadi serta dampak yang mungkin timbulkannya. Dengan demikian, dapat

dilakukan upaya pengendalian dan pengamanan yang tepat.

7) Analisa Pekerjaan (Task Analysis)

Analisa pekerjaan digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang

berkaitan dengan pekerjaan atau suatu tugas. Pada dasarnya berbagai teknik atau

metoda identifikasi bahaya tersebut ditujukan untuk aspek manusia, proses,

peralatan dan prosedur. Untuk mengidentifikasi dan menilai risiko yang berkaitan

dengan keempat aspek tersebut dapat dilakukan dengan teknik tertentu antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

a. Aspek manusia

Identifikasi bahaya yang berkaitan dengan manusia dapat dilakukan

dengan teknik Job Safety Analysis (JSA) atau Task Risk Analysis.

b. Aspek proses

Untuk mengidentifikasi bahaya berkaitan dengan proses seperti pada

industry kimia atau perminyakan dapat dilakukan dengan berbagai pilihan

metoda seperti Hazops, What if atau FTA.

c. Aspek peralatan

Potensi bahaya pada peralatan dapat dilakukan dengan teknik FMEA

(Failure Mode and Effect Analysis) atau FEMA (Failure Event and Effect

Analysis).

d. Aspek prosedur dan kesisteman

Untuk menganalisa prosedur atau system manajemen dapat dilakukan

dengan teknik What if atau Preliminary Hazards Analysis (PHA).

2. Analisis risiko

Analisis risiko adalah proses penentuan potensi tingkat keparahan

kerugian yang terkait dengan risiko yang teridentifikasi dan kemungkinan

kerugian tersebut akan terjadi (Carroll, 2009).

Kolluru (1996) menyebutkan analisis risiko merupakan sebuah proses

untuk memerkirakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan seberapa besar

kejadian tersebut menimbulkan efek keselamatan, kesehatan, lingkungan atau

finansial– yang merugikan dalam suatu jangka waktu tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Untuk melakukan penilaian risiko dapat digunakan analisis secara

kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif sebagai berikut:

1. Analisis kualitatif

Menurut AS/NZS 4360:2004, analisis kualitatif digunakan untuk melihat

besarnya potensi konsekuensi yang dapat timbul dan peluang konsekuensi

tersebut dapat terjadi. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk hal-hal sebagai

berikut:

a. Skrining awal untuk mengidentifikasi risiko.

b. Analisis untuk menentukan keputusan yang tepat.

c. Data numerik atau sumber informasi tidak mencukupi untuk dilaksanakannya

analisis kuantitatif.

Menurut Kolluru (1996) analisis kualitatif mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

a) Inventasisasi material-material berbahaya (maximum quantity).

b) Sifat materi-materi berbahaya seperti: mudah menguap, beracun, mudah

terbakar dan sebagainya.

c) Kondisi penyimpanan termasuk temperature dan tekanan.

d) Distribusi populasi (jarak).

Metode kualitatif bersifat kasar. Belum jelas perbedaan antara

tingkat risiko rendah, medium atau tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2. Analisis Semi-kuantitatif

Pada analisis semi-kuantitatif, skala kualitatif telah digambarkan dengan

angka numerik. Tujuannya adalah untuk memberikan skala tetapi tidak seperti

analisis kuantitatif (AS/NZS 4360:2004).

Salah satu metode analisis semi-kuantitatif yang sering digunakan adalah

kalkulasi risiko dengan formula matematika W. T. Fine (1971). Metode ini

memperhitungkan tiga faktor penentu yaitu consequence, exposure, dan

probability. Metode ini sedikit berbeda dengan metode lainnya yang hanya

mempertimbangkan dua faktor, yakni consequence dan probablility, karena

menurut Fine, probabilitas terdiri dari dua komponen yaitu probability dan

exposure, sehingga untuk medapatkan nilai risiko diperlukan perkalian pada

ketiga faktor tersebut.

a. Dampak (consequences)

Merupakan dampak yang paling mingkin untuk terjadi dari suatu potensi

kecelakaan, termasuk cedera dan kerusakan property.

Consequency mengacu pada hasil kecelakaan potensial, termasuk cedera

dan kerusakan properti. Rating yang dipilih tergantung pada penilaian keseluruhan

situasi seputar pengalaman bahaya dan kecelakaan. Tabel 2.4 memberikan tingkat

konsekuensi mulai dari kecil hingga bencana. Nilai numerik yang terkait dengan

setiap tingkat muncul di kolom di sebelah kanan. Jika bahaya yang teridentifikasi

berpotensi menimbulkan malapetaka yang melibatkan banyak korban jiwa atau

kerusakan lebih dari $1.000.000, nilai numeriknya dalam formula adalah 100.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Jika, seperti yang lebih umum, bahaya yang teridentifikasi dapat menyebabkan

cedera atau kerusakan parah. sampai $5.000, akan memiliki nilai 5.

b. Pajanan (exposure)

Merupakan frekuensi pajanan terhadap bahaya. Exposure mengacu pada

frekuensi terjadinya bahaya dengan seseorang atau aktivitas yang dapat memulai

urutan kecelakaan. Tabel 2.5 memberikan berbagai tingkat kepaparan dan

peringkat numerik yang terkait dengan setiap tingkat. Pemilihan tingkat

ekspektasi yang tepat didasarkan pada pengamatan, pengalaman masa lalu, dan

pengetahuan tentang aktivitas yang bersangkutan. Peristiwa yang terjadi terus

menerus atau berkali-kali setiap hari mendapat peringkat 10 sedangkan kejadian

yang hanya mungkin dari jarak jauh mendapatkan peringkat 0,5.

c. Kemungkinan (probability)

Merupakan peluang terjadinya suatu kecelakaan mulai dari pajanan

terhadap bahaya hingga menimbulkan suatu kecelakaan dan dampaknya.

Probability mengacu pada kemungkinan bahwa begitu kejadian bahaya

terjadi, urutan kecelakaan yang lengkap akan mengikuti dengan waktu dan

kebetulan yang diperlukan. untuk menghasilkan kecelakaan dan konsekuensi. Hal

ini ditentukan dengan pertimbangan cermat setiap langkah dalam urutan

kecelakaan sampai ke konsekuensinya. Tabel 2.6 memberikan berbagai tingkat

probabilitas dan yang terkait.

Nilai risiko diatas dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:

Risk Score = Consequence x Exposure x Probability

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 2. 2 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Consequency


Category Deskripsi Rating
Kerusakan fatal/parah beragam fasilitas lebih dari
Catastrophe $ 1.000.000, aktivitas dihentikan, terjadi 100
kerusakan lingkungan yang sangat luas.
Kematian, kerusakan permanen yang bersifat lokal
Disaster 50
terhadap lingkungan, kerugian $500.000 - $2.000.000.
Terjadi cacat permanen/penyakit parah, kerusakan
Very
lingkungan yang tidak permanen, dengan kerugian 25
Serious
$50.000 - $500.000.
Serius: Terjadi dampak yang serius tetapi bukan cedera
dan penyakit parah yang permanen, sedikit berakibat
Serious 15
buruk pada lingkungan, dengan kerugian $5.000 -
$50.000.
Penting: Membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi
Important buangan di luar lokasi, tetapi tidak mengakibatkan 5
kerusakan, dengan kerugian $500 - $5.000.
Tampak: Terjadi cedera atau penyakit ringan, memar di
bagian tubuh, kerusakan kecil < $500, kerusakan ringan
Noticeable 1
atau terhentinya proses kerja sementara waktu, tetapi tidak
mengakibatkan pencemaran di luar lokasi.
Sumber: Jean Cross, 2004

Tabel 2. 3 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Exposure


Pemaparan Deskripsi Rating
Continuously Terus menerus: terjadi >1 kali sehari. 10
Frequently Sering: terjadi kira-kira 1 kali sehari. 6
Kadang-kadang: terjadi 1 kali seminggu sampai 3
Occasionally
1 kali sebulan.
Tidak sering: Sekali dalam sebulan sampai 2
Infrequent
sekali dalam setahun.
Rare Tidak diketahui kapan terjadinya. 1
Very Rare Sangat tidak diketahui kapan terjadinya. 0,5
Sumber: Jean Cross, 2004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 2. 4 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Probability


Probabilitas Deskripsi Rating
Almost certain Sering terjadi: kemungkinan paling sering terjadi. 10
Cenderung terjadi: kemungkinan terjadinya
Likely 6
kecelakaan 50%:50%.
Unusual but
Tidak biasa terjadi namun mungkin terjadi. 3
Possible
Remotely Kemungkinan kecil: kejadian yang kemungkinan
1
Possible terjadinya sangat kecil.
Jarang terjadi: tidak pernah terjadi kecelakaan
Conceivable 0,5
selama bertahun-tahun, namun mungkin terjadi.
Practically
Sangat tidak mungkin terjadi. 0,1
Impossible
Sumber : Jean Cross, 2004

Tabel 2. 5 Level Risiko


Hierarchi of
Risk Level Degree Action
Control
Penghentian aktivitas hingga
>350 Very High risiko dikurangi mencapai Engineering
batas yang dapat diterima.
Perlu dilakukan penanganan
180-350 Priority Administratif
secepatnya.
Mengharuskan ada perbaikan
70-180 Substantial Pelatihan
secara teknis.
Perlu diawasi dan
Alat Pelingdung
20-70 Priority 3 diperhatikan secara
Diri
berkesinambungan.
Intensitas kegiatan yang
<20 Acceptable menimbulkan risiko dikurangi
seminimal mungkin.
Sumber: Jean Cross, 2004

3. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan nilai numerik baik untuk konsekuensi

maupun keseringan dengan menggunakan data dari berbagai sumber. Kualitas

analisis tergantung pada keakuratan dan kelengkapan serta validitas data. Contoh

teknik kuantitatif antara lain Fault Tree Analysis (FTA) dan Quantitative Risk

Analysis (QRA) (AS/NZS 4360:2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

3. Evaluasi risiko

Hasil analisis risiko digunakan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut

untuk menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak. Jika dapat diterima

tentunya aktivitas dapat diteruskan. Jika risiko tidak dapat diterima, perlu

dilakukan langkah pengendalian untuk menekan tingkat risiko (Ramli, 2010).

4. Pengendalian risiko

Menurut Ramli (2010) pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh

bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan

peringkat risiko untuk menemukan prioritas dan cara pengendaliannya.

Selanjutnya, dalam menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki

pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif

dan penyediaan alat keselamatan yang disesuaikan dengan kondisi organisasi,

ketersedian biaya, biaya operasional, faktor manusia dan lingkungan.

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan

mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki pengendalian

risiko pada gambar 2.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Gambar 2. 3 Hirarki Pengendalian Risiko (Ramli, 2010)

Menurut Ramli (2010) adapun elemen-elemen hirarki pengendalian

bahaya adalah sebagai berikut :

1. Eliminasi

Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber

bahaya, misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak lantai dibersihkan,

mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya

dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini

menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.

2. Substitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat,

bahan, system atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih

rendah bahayanya.

3. Pengendalian teknis (Enjinering)

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada

di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman.

4. Pengendalian administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara adminstratif misalnya

dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja, prosedur kerja yang lebih

aman, rotasi kerja atau pemeriksaan kesehatan.

5. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan menggunakan

alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung

pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam

konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam

pencegahan kecelakaan. Hal ini dikarenakan alat pelindung diri bukan untuk

mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan

kecelakaan.

2.6 Job Safety Analysis

Rijanto (2011) menyebutkan Analisis Keselamatan Kerja (JSA) adalah

suatu prosedur yang digunakan untuk meninjau metoda atau cara kerja dan bahaya

yang tidak terlindungi seperti yang mungkin :

1) Telah diabaikan pada peletakan pabrik atau bangunan dan pada rancangan

mesin-mesin, peralatan, peralatan ringan, tempat kerja dan proses.

2) Telah dikembangkan setelah produksi dimulai.

3) Akibat dari perubahan pada prosedur kerja atau pekerjanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan.

Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut

Ramli (2010) adalah sebegai berikut :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan

yang tinggi.

2. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya membersihkan

kaca dengan gondola.

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis

bahaya yang ada.

4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat

kecelakaan atau cidera.

Manfaat dari adanya JSA (Rijanto, 2011) antara lain adalah :

1. Memberikan pelatihan tentang prosedur yang aman dan tepat guna.

2. Membuat pekerja terikat dengan keselamatan.

3. Menginstruksikan pekerja baru pada pekerjaan.

4. Mempersiapkan untuk pengamatan keselamatan yang terencana.

5. Memberikan instruksi pra kerja pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak biasa.

6. Meninjau prosedur kerja setelah terjadinya kecelakaan.

7. Mempelajari perkejaan untuk pengembangan yang mungkin dilakukan pada

metoda kerja.

Berdasarkan Occupational Health and Safety (2013), langkah dasar dalam

melakukan Job Safety Analysis (JSA) adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa ada

faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas untuk

analisis pekerjaan di lapangan, hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai

berikut :

a. Frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan pekerjaan dimana kecelakaan

sering terjadi atau kejadiannya jarang terjadi namun dapat menimbulkan

insiden cedera yang parah.

b. Pekerjaan yang kondisi kerjanya yang berbahaya, besarnya potensi untuk

terjadi cedera yang parah atau penyakit akibat pemaparan terhadap zat

berbahaya.

c. Pekerjaan yang baru ditetapkan, karena kurangnya pengalaman dalam

pekerjaan ini, bahaya mungkin belum teridentifikasi dan belum dapat

diantisipasi.

d. Pekerjaan yang dimodifikasi, potensi bahaya yang baru dapat terjadi dikaitkan

dengan perubahan prosedur kerja.

e. Pekerjaan yang jarang dilakukan mungkin berisiko lebih besar saat melakukan

pekerjaan non-rutin.

2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan

tahapantahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

jelas dari tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering

terjadi seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat

menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-

langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard Identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi

dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan

indentifikasi bahaya diantaranya :

a. Apakah bagian tubuh berpotensi terjebak di dalam atau di antara benda-

benda?

b. Apakah alat, mesin atau peralatan menghasilkan bahaya?

c. Bisakah pekerja melakukan kontak dengan benda yang bergerak?

d. Apakah pekerja berpotensi tergelincir, tersandung atau terjatuh?

e. Apakah pekerja terkena panas atau dingin yang ekstrem?

f. Apakah kebisingan dan getaran yang berlebihan menjadi masalah?

g. Apakah ada masalah pencahayaan?

h. Apakah cuaca mempengaruhi keamanan pekerjaan?

i. Apakah kemungkinan ada radiasi yang berbahaya?

j. Dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

Pada tahap terakhir dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan

dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

Dalam mengendalikan bahaya, intervensi yang paling efektif yang dapat

kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki kontrol

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Primary control

Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi pada alat dan mesin

dengan upaya rekayasa.

2. Secondary control

Mencakup pengendalian administrasi dengan cara membatasi paparan

terhadap risiko tertentu.

3. Tertiari control

Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek kerja yang benar

atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu dengan

sistematis.

4. APD

Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam upaya penanggulangan

yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat pelindung diri terhadap

potensi bahaya tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2. 4 Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil identifikasi bahaya dan

analisis risiko. Setiap tahapan pekerjaan bangunan atas diidentifikasi bahayanya

menggunakan teknik Job Safety Analysis (JSA) karena teknik ini berkaitan dengan

pekerja dan pekerjaanya. Setelah bahaya diidentifikasi selanjutnya risiko (unsafe

action dan unsafe condition) dianalisis menggunakan teknik semi-kuantitatif W.T.

Fine dengan menghitung hasil kalkulasi dari nilai konsekuensi, paparan dan

kemungkinan dari setiap bahaya untuk menentukan level risiko. teknik ini dipilih

karena dapat menggambarkan tingkat risiko lebih konkrit dibanding teknik

kualitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di PT Hutama Karya (Persero) Proyek

Pembangunan Jalan Tol Sumatera Ruas Medan – Binjai Seksi 1.

Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena :

1. Pekerjaan konstruksi merupakan bidang pekerjaan yang memiliki banyak

bahaya dan risiko kecelakaan kerja.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

2. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya tentang identifikasi bahaya

dan analisis risiko kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas

Medan – Binjai Seksi 1.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan

penelitian di perusahaan tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakaan pada bulan Februari sampai dengan

bulan Mei 2018.

3.3 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah bahaya dan risiko yang terdapat pada

seluruh tahapan proses kerja pekerjaan bangunan atas di Proyek Pembangunan

Jalan Tol Ruas Medan – Binjai Seksi 1, yaitu:

1. Proses stressing,

2. Proses erection,

3. Proses expansion joint.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung ke

area proyek dengan mengamati dan mencermati setiap tahapan pekerjaan yang

meliputi pekerja, proses kerja, peralatan kerja dan lingkungan kerja. Dari setiap

tahapan pekerjaan, diidentifikasi bahaya dengan menggunakan lembar Job Safety

Analysis dan media foto. Kemudian risiko dari bahaya pada setiap tahapan

pekerjaan dianalisis menggunakan tabel penilaian risiko W.T FINE. Pengamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

ini dilakukan dengan cara mengamati seluruh potensi bahaya yang berisiko

mengakibatkan kecelakaan kerja pada saat pekerjaan itu dimulai hingga berakhir.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-

sumber penelitian sebelumnya, baik berupa catatan, literatur, buku, data

kecelakaan kerja dan referensi yang diperoleh dari pihak PT Hutama Karya

(Persero) yang berupa profil perusahaan, instruksi kerja, metode kerja, SOP

(Standart Operasional Procedure), data identifikasi bahaya dan aspek lingkungan

serta data pendukung lainnya. Selain itu, studi literatur tentang bahaya dan risiko

terkait proses pekerjaan bangunan atas proyek pembangunan jalan tol

dikumpulkan untuk mendukung dalam penentuan nilai consequences, probability,

dan exposure.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Variabel dan Definisi Operasional


Definisi
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional
1. Identifikasi Suatu usaha Dengan cara observasi. Potensi Bahaya
Bahaya untuk Identifikasi bahaya yang terdapat
mengetahui, menggunakan metode Job pada tahapan
mengenal dan Safety Analysis (JSA) dengan kerja:
memperkirakan langkah sebagai berikut :
adanya bahaya 1. Fisis
pada pekerjaan 1. Memilih pekerjaan (Job
selection) 2. Kimia
bangunan atas
proyek jalan tol. 2. Menguraikan pekerjaan 3. Biologis
(Job breakdown) 4. Mekanis
3. Mengidentifikasi bahaya 5. Listrik
(Hazard identification)
6. Ergonomi
4. Pengendalian bahaya
(Hazard control) 7. Gravitasi

5. Penyajian dalam bentuk


lembar Job Safety
Analysis (JSA)
2. Analisis Usaha untuk Menggunakan teknik semi-  Very High =
Risiko menganalisis kuantitatif W.T FINE yang > 350
suatu risiko mengalikan consequence,
dengan cara exposure dan probability.  Priority =
menentukan 180-350
besarnya  Substantial =
konsekuensi, 70-180
kemungkinan dan
tingkat keparahan  Priority 3 =
dari suatu risiko 20-70
yang mana untuk
menyimpulkan  Acceptable =
suatu level risiko < 20
dari suatu bahaya.
a. Conse- Dampak dari Observasi, data sekunder dan  Catastrophe
quence suatu kejadian pemberian rating dari tabel = 100
yang terjadi penilaian risiko W.T FINE :
karena adanya  Disaster = 50
bahaya. Catastrophe : Kerusakan
fatal/parah beragam fasilitas  Very Serious
lebih dari $ 1.000.000, =25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Lanjutan Tabel 3.1


aktivitas dihentikan, terjadi  Serious = 15
kerusakan lingkungan yang
sangat luas.  Important =
5
Disaster: Kematian,
kerusakan permanen yang  Noticeable =
bersifat lokal terhadap 1
lingkungan, kerugian
$500.000 - $2.000.000.
Very Serious: Terjadi cacat
permanen/penyakit parah,
kerusakan lingkungan yang
tidak permanen, dengan
kerugian $50.000 - $500.000.
Serious: Serius ;Terjadi
dampak yang serius tetapi
bukan cedera dan penyakit
parah yang permanen, sedikit
berakibat buruk pada
lingkungan, dengan kerugian
$5.000 - $50.000.
Important: Penting;
Membutuhkan penanganan
medis, terjadi emisi buangan
di luar lokasi, tetapi tidak
mengakibatkan kerusakan,
dengan kerugian $500 -
$5.000.
Noticeable: Tampak; Terjadi
cedera atau penyakit ringan,
memar di bagian tubuh,
kerusakan kecil < $500,
kerusakan ringan atau
terhentinya proses kerja
sementara waktu, tetapi tidak
mengakibatkan pencemaran
di luar lokasi.
b. Expo- Frekuensi pekerja Observasi, data sekunder dan  Continuously
sure terpapar suatu pemberian rating dari tabel = 10
bahaya. penilaian risiko W.T FINE:
 Frequently =
Continuously: Terus 6
menerus: terjadi >1 kali
 Occasionally

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Lanjutan Tabel 3.1


sehari. =3
Frequently: Sering: terjadi  Infrequent =2
kira-kira 1 kali sehari
 Rare = 1
Occasionally: Kadang-
kadang: terjadi 1 kali  Very Rare =
seminggu sampai 1 kali 0,5
sebulan.
Infrequent: Tidak sering:
Sekali dalam sebulan sampai
sekali dalam setahun.
Rare: Tidak diketahui kapan
terjadinya.
Very Rare: Sangat tidak
diketahui kapan terjadinya.
c. Proba- Kemungkinan Observasi, data sekunder dan  Almost
bility frekuensi pemberian rating dari tabel certain = 10
terjadinya suatu penilaian risiko W.T FINE :
bahaya.  Likely = 6
Almost certain: Sering
terjadi: kemungkinan paling  Unusual but
sering terjadi. Possible = 3

Likely: Cenderung terjadi:  Remotely


kemungkinan terjadinya Possible = 1
kecelakaan 50%:50%.
 Conceivable
Unusual but Possible: Tidak = 0,5
biasa terjadi namun mungkin
 Practically
terjadi.
Impossible =
Remotely Possible: 0,1
Kemungkinan kecil: kejadian
yang kemungkinan
terjadinya sangat kecil.
Conceivable: Jarang terjadi:
tidak pernah terjadi
kecelakaan selama bertahun-
tahun, namun mungkin
terjadi.
Practically Impossible:
Sangat tidak mungkin terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

3.6 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis

risiko menggunakan teknik semi-kuantitatif W.T FINE. Setiap bahaya yang sudah

diidentifikasi akan diberikan nilai dengan menggunakan tabel penilaian risiko

W.T. Fine untuk melihat level risiko (level of risk). Level risiko diperoleh dengan

menggunakan rumusan dari W. T. Fine (1971) yang menjelaskan bahwa nilai dari

suatu risiko ditentukan oleh hasil kali dari nilai dampak (consequences) pajanan

(exposure) dan kemungkinan (probability).

Berikut tabel analisis risiko semi-kuantitaif :

Tabel 3. 2 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Consequency


Category Deskripsi Rating
Kerusakan fatal/parah beragam fasilitas lebih dari
Catastrophe $ 1.000.000, aktivitas dihentikan, terjadi 100
kerusakan lingkungan yang sangat luas.
Kematian, kerusakan permanen yang bersifat lokal
Disaster 50
terhadap lingkungan, kerugian $500.000 - $2.000.000.
Terjadi cacat permanen/penyakit parah, kerusakan
Very
lingkungan yang tidak permanen, dengan kerugian 25
Serious
$50.000 - $500.000.
Serius: Terjadi dampak yang serius tetapi bukan cedera
dan penyakit parah yang permanen, sedikit berakibat
Serious 15
buruk pada lingkungan, dengan kerugian $5.000 -
$50.000.
Penting: Membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi
Important buangan di luar lokasi, tetapi tidak mengakibatkan 5
kerusakan, dengan kerugian $500 - $5.000.
Tampak: Terjadi cedera atau penyakit ringan, memar di
bagian tubuh, kerusakan kecil < $500, kerusakan ringan
Noticeable 1
atau terhentinya proses kerja sementara waktu, tetapi tidak
mengakibatkan pencemaran di luar lokasi.
Sumber: Jean Cross, 2004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 3. 3 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Exposure


Pemaparan Deskripsi Rating
Continuously Terus menerus: terjadi >1 kali sehari. 10
Frequently Sering: terjadi kira-kira 1 kali sehari. 6
Kadang-kadang: terjadi 1 kali seminggu sampai 3
Occasionally
1 kali sebulan.
Tidak sering: Sekali dalam sebulan sampai 2
Infrequent
sekali dalam setahun.
Rare Tidak diketahui kapan terjadinya. 1
Very Rare Sangat tidak diketahui kapan terjadinya. 0,5
Sumber: Jean Cross, 2004

Tabel 3. 4 Analisis Risiko Semi-Kuantitatif Faktor Probability


Probabilitas Deskripsi Rating
Almost certain Sering terjadi: kemungkinan paling sering terjadi. 10
Cenderung terjadi: kemungkinan terjadinya
Likely 6
kecelakaan 50%:50%.
Unusual but
Tidak biasa terjadi namun mungkin terjadi. 3
Possible
Remotely Kemungkinan kecil: kejadian yang kemungkinan
1
Possible terjadinya sangat kecil.
Jarang terjadi: tidak pernah terjadi kecelakaan
Conceivable 0,5
selama bertahun-tahun, namun mungkin terjadi.
Practically
Sangat tidak mungkin terjadi. 0,1
Impossible
Sumber : Jean Cross, 2004

Setelah menganalisis tingkat dampak (consequences), pajanan (exposure)

dan kemungkinan (probability). Selanjutnya, menentukan level risiko dengan

rumusan sebagai berikut :

Risk Score = Consequence x Exposure x Probability

Hasil perhitungan analisis risiko, kemudian disesuikan dan

diklasifikasikan ke dalam lima kelas level risiko sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Tabel 3. 5 Level Risiko


Hierarchi of
Risk Level Degree Action
Control
Penghentian aktivitas hingga
>350 Very High risiko dikurangi mencapai Engineering
batas yang dapat diterima.
Perlu dilakukan penanganan
180-350 Priority Administratif
secepatnya.
Mengharuskan ada perbaikan
70-180 Substantial Pelatihan
secara teknis.
Perlu diawasi dan
Alat Pelingdung
20-70 Priority 3 diperhatikan secara
Diri
berkesinambungan.
Intensitas kegiatan yang
<20 Acceptable menimbulkan risiko dikurangi
seminimal mungkin.
Sumber: Jean Cross, 2004

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dimulai dengan dilakukan identifikasi bahaya dan dianalisis

risiko kecelakaan kerja pada setiap proses stressing, proses erection, dan proses

expansion joint. Kemudian data tersebut dideskripsikan dan disajikan dalam

bentuk tabel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT Hutama Karya

PT Hutama Karya (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak dibidang jasa kontraktor umum dan konstruksi yang awalnya

merupakan perusahaan swasta Hindia Belanda „Hollandsche Beton Maatshappij‟

yang dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI

No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. Hutama Karya.

Status perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perseroan Terbatas No. 74

tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No.48 tanggal 8 Agustus 1973

yang keduanya dibuat dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, SH yang kemudian

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris No.

DU/MK.136/KPTS/03/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Penetapan Hari

Ulang Tahun PT Hutama Karya, maka dengan ini tanggal 29 Maret ditetapkan

sebagai hari ulang tahun PT Hutama Karya.

Tahun 1960 merupakan tonggak transformasi PT Hutama Karya dari

perusahaan swasta Hollandsche Beton Maatshappij menjadi PT Hutama Karya.

Sejak fase transformasi, PT Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi

yang bernilai sejarah dan monumental seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan,

Jakarta, serta Monumen Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Menandai dimulainya teknologi beton pra-tekan di Indonesia, dimana PT

Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang BBRV

dari Swiss. Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PT Hutama Karya

membentuk Divisi khusus prategang. Pada dekade ini pula Hutama Karya berubah

status menjadi PT Hutama Karya (Persero).

Mengantisipasi tantangan bisnis konstruksi yang semakin berkembang dan

kompetitif PT Hutama Karya kembali melakukan inovasi melalui diversifikasi

usaha dengan mendirikan Unit Bisnis Haka Pole yaitu Pabrik Tiang Penerangan

Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan (Oktagonal), sekaligus

melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi teknologi

konstruksi dengan diciptakannya LPBH-80 „SOSROBAHU‟ (Landasan Putar

Bebas Hambatan) oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati.

Sejalan dengan pengembangan inovasi yang terus seiring dengan pesatnya

perkembangan dan kemajuan teknologi konstruksi, PT Hutama Karya telah

mampu menghasilkan produk berteknologi tinggi berupa : Jembatan Bentang

Panjang (Suspension Cable Bridge, Balanced Cantilever Bridge, Arch Steel

Bridge, Cable Stayed). Kala itu, PT Hutama Karya sukses memenuhi standar

internasional dalam hal kualitas, keselamatan kerja dan lingkungan dengan

didapatkannya sertifikasi ISO 9002:1994, OHSAS 18001:1999.

Memasuki era millennia dimana dinamika ekonomi semakin pesat, PT

Hutama Karya (Pesero) telah merevitalisasi diri dengan melakukan

pengembangan usaha untuk sektor-sektor swasta dengan pembangunan High Rise

Building (Bakrie Tower, Apartemen) maupun infrastruktur lainnya seperti jalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

tol. Seiring dengan perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi

perhatian PT Hutama Karya. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO 9001:2008,

ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.

Lepas satu dekade di era milenia, PT Hutama Karya (Persero) semakin

menguatkan eksistensinya di industri konsruksi nasional. Hal ini ditandai dengan

diversifikasi usaha melalui pendirian anak perusahaan di bidang pengembangan

properti dan manufaktur aspal serta baja.

Pada medio 2014, PT Hutama Karya (Persero) resmi menerima penugasan

Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan

Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi

Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT Hutama Karya (Persero) diberi amanah

mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas

pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer. Penugasan ini merupakan

salah satu tonggak penting dalam sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT

Hutama Karya (Persero) mulai menuliskan sejarah barunya sebagai Pengembang

Infrastruktur Terkemuka Indonesia atau Indonesia‟s Most Valuable Infrastructure

Developer.

4.2 Data dan Gambaran Umum Proyek

4.2.1 Data Umum Proyek

Nama Proyek : Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan-

Binjai Seksi 1

Lokasi Proyek : Kota Madya Binjai Suamtera Utara

Nilai Kontrak Induk : Rp. 1.311.743.421.000,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Nilai Kontrak Anak : Rp. 465.087.405.046,36

Pemilik Proyek : PT Hutama Karya (Persero) Divisi Jalan Tol

Kontraktor Pelaksana : PT Hutama Karya Infrastruktur (Persero)

Konsultan Pengawas : PT Yodya Karya (Persero)

No. Kontrak Induk : DJT/Su.60/S.Perj.05/I/2016

Tipe Kontrak : Unit Price

Sumber Dana : BUMN

Masa Pelaksanaan : 380 hari

4.2.2 Gambaran Umum Proyek

Proyek Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai direncanakan panjangnya

16,817 km dengan lebar berkisar 60-80 meter, dengan membagi 3 seksi yaitu

Seksi 1 meliputi Tanjung Mulia - Helvetia,seksi 2 meliputi Semayang – Helvetia

dan seksi 3 meliputi Semayang – Binjai yang mana akan melintasi wilayah Kota

Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai, dengan awal rencana kegiatan

berada pada jalan tol Belmera di Kelurahan Tanjung Mulia Kota Medan dan

berakhir di Desa Mulyo Rejo Jalan Ring Road Binjai (Jalan Megawati).

Untuk proyek pembangunan jalan tol Medan–Binjai seksi 1, PT Yodya

Karya (Persero) sebagai konsultan perusahaan dan PT Hutama Karya Infrastruktur

(HKI) yang merupakan anak perusahaan PT HK sebagai pelaksana / kontraktor

untuk seluruh seksi.

4.3 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Visi PT Hutama Karya (Persero) adalah menjadi perusahaan Jasa

Konstruksi pilihan utama yang handal dengan kinerja kelas dunia.

b. Misi

Misi utama PT Hutama Karya (Persero) adalah:

1. Berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan

sarana dan prasarana melalui jasa konstruksi.

2. Mendapatkan kepercayaan dari customer melalui profesionalisme.

3. Memberikan nilai tambah pada shareholder dan stakeholder lainnya.

4.4 Pelaksanaan Peraturan Keselamatan Kerja Proyek

Pelaksanaan disiplin kerja di PT Hutama karya (Persero) dilakukan secara

fleksibel namun ada aturan yang diterapkan perusahaan antara lain:

Masuk kerja diawali dengan Toolbox Meeting pukul : 09.00 WIB

Istirahat : 11.30 – 13.00

Pulang pukul : 18.00

Perusahaan tersebut diterapkan jam lembur mengingat kondisi proyek

yang tidak bisa dilaksanakan setengah–setengah, jam lembur tersebut sekitar

pukul 17.00 – 22.00 WIB atau bahkan sampai pagi, namun semua pekerja maupun

karyawan yang lembur diberi tunjangan yang lembur bagi mereka, terkadang

proyek dapat berhenti melihat kondisi yang tidak mendukung, namun jika kondisi

masih dapat diatasi pekerjaan masih terus dilakukan. Pelaksana terus memberikan

instruksi kepada pekerja sehingga pelaksanaan berjalan dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

4.5 Kebijakan MK3L PT Hutama Karya

Kebijakan Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan (MK3L)

Dalam mencapai visi menjadi perusahaan industry konstruksi yang handal dan

terkemuka, seluruh direksi dan manajemen PT Hutama Karya (Persero)

berkomitmen untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan menetapkan hal – hal

sebagai berikut :

1. Mematuhi dan memenuhi semua ketentuan peraturan perundangan dan

persyaratan lain yang relevan, terkait dengan kegiatan perusahaan untuk

tercapainya kepuasan pelanggan.

2. Mencegah terjadinya bahaya yang dapat mengakibatkan cedera, sakit akibat

pekerjaan, pencemaran dan mengendalikan penggunaan sumber daya alam

serta aspek lainnya yang berdampak negatif terhadap lingkungan.

3. Menjamin seluruh karyawan dan partner bisnis lainnya kompeten dengan cara

memberikan pelatihan yang memadai sesuai dengan tugas–tugasnya dan

memastikan lingkungan kerja bebas dari minuman keras, narkoba dan segala

jenis senjata illegal.

4. Konsisten melaksanakan peningkatan secara berkesinambungan terhadap

penerapan Sistem Manajemen dan menjadikan kebijakan ini sebagai kerangka

acuan dalam peneteapan Tujuan dan Sasaran perusahaan.

4.6 Sumber Daya Manusia K3 Pada Proyek

Project Personel K3 pada proyek pembangunan jalan tol sumatera ruas

Medan – Binjai Seksi 1 adalah sebagai berikut :

1. Lidya Rizki Depari, ST : HSE Officer (PT Hutama Karya)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

2. Ratno Chandra, ST : HSE Spesialis engineer (PT Yodya Karya)

3. M. Khairun Musba : PSMK3L (PT Hutama Karya Infrastruktur)

4. Wandi : Flagman (PT Hutama Karya Infrastruktur)

5. Ezi Chairul Huda : Flagman (PT Hutama Karya Infrastruktur)

6. Firman : Flagman (PT Hutama Karya Infrastruktur)

4.7 Hasil Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja

Pekerjaan Bangunan Atas

Identifikasi bahaya dilakukan dengan memperhatikan interaksi antara

pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. Untuk mempermudah dalam

mengidentifikasi bahaya pada setiap proses, digunakan Job Safety Analysis (JSA)

sehingga setiap tahapan dari proses pekerjaan bangunan atas diuraikan. Kemudian

dari setiap tahapan tersebut dapat diidentifikasi bahaya kesehatan dan keselamatan

kerja secara sistematis.

Setelah dilakukan identifikasi bahaya dengan mengurutkan secara

sistematis tahapan pekerjaan dan mendapatkan potensi bahaya yang terdapat

dalam setiap tahapan tersebut, lalu diidentifikasi risiko dari setiap bahaya yang

kemudian dianalisis tingkat risikonya dengan melakukan analisis risiko yakni

memberikan penilaian terhadap keparahan, kemungkinan dan pajanan. Pemberian

skor dan tingkat risiko sesuai dengan teori dari W.T Fine. Identifikasi bahaya dan

analisis risiko dibuat berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan serta data

sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini.

Material utama dalam pekerjaan bangunan atas proyek jalan tol ruas

Medan-Binjai oleh PT Hutama Karya ini adalah Precast Concrete I girder (PCI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Girder). PCI Girder adalah balok atau beton yang berbentuk penampang I dengan

penampang bagian tengah lebih langsing dari bagian pinggirnya. Digunakannya

PCI girder karena memiliki penampang yang lebih kecil dibandingkan dengan

jenis girder lainnya selain itu PCI girder lebih mudah dalam pengerjaannya dan

lebih ekonomis. Gambar PCI girder dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4. 1 PCI Girder


Tahapan pekerjaan bangunan atas proyek pembangunan jalan tol ruas

Medan-Binjai Seksi 1 meliputi proses stressing, proses erection dan proses

expansion joint dan seluruh proses kerja dilakukan di luar ruangan.

4.7.1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan


Bangunan Atas Proses Stressing
Setelah girder dicetak di pabrik, potongan balok girder diantar ke area

proyek yang kemudian disusun di stockyard yang mana nantinya akan dilakukan

kegiatan proses stressing. Stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

yang ada didalam girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Sebelum dilakukan penegangan, terlebih dahulu harus diperhatikan tahapan-

tahapan dan spesifikasi alat yang sudah disiapkan seperti Jack Tipe MOI400B13

dan untaian kawat (strand) yang digunakan adalah baja mutu tinggi yang terdiri

dari 7 kawat tunggal (wire). Pada proses stressing terdapat 10-12 pekerja dengan

karateristik pekerja yang berumur 20-40 tahun dengan didampingi 1 mandor.

Gambar 4. 2 Proses Pekerjaan Stressing

Proses stressing pada proyek ini memiliki 5 tahapan kerja, yang mana

diawali dengan menyusun girder/beton yang akan distressing, memasang strand,

memasang wedge plate, melakukan penarikan (stressing) strand, dan memotong

strand dengan gerinda.

Berikut adalah tabel hasil identifikasi bahaya pada proses stressing dengan

menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko dengan menggunakan

teknik semikuantitatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Tabel 4. 1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Stressing

Tahapan Potensi Analisis Risiko Level Tingkat


No Risiko Pengendalian
Kerja Bahaya C E P Risiko Risiko
1 Menyusun Terjepit Very Serious Frequently Remotely Koordinasi dengan rekan
beton yang 150 Substantial
Mekanis girder (25) (6) Possible (1) kerja
akan (girder)
distressing Tertimpa Disaster Frequently Conceivable Koordinasi dengan rekan
150 Substantial
girder (50) (6) (0.5) kerja
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Heat Noticeable Frequently Unusual but Pakaian lengan panjang,
18 Acceptable
Ekstrem) syncope (1) (6) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
2 Memasang Bekerja dengan hati-hati
strand Tertusuk Noticeable Frequently dan menggunakan alat
Likely (6) 36 Priority 3
Mekanis strand (1) (6) pelindung diri seperti sarung
(strand dan tangan
mur) Kepala
Noticeable Frequently Unusual but
terbentur 18 Acceptable Menggunakan helm proyek
(1) (6) Possible (3)
mur
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Heat Noticeable Frequently Unusual but Pakaian lengan panjang,
18 Acceptable
Ekstrem) syncope (1) (6) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
Ergonomi
(Posisi Lelah otot Noticeable Frequently Unusual but Pekerja sesekali
18 Acceptable
Jongkok yang kaki (1) (6) Possible (3) meregangkan otot kaki
lama)
3 Memasang Terjepit Menggunakan sarung
Mekanis Very Serious Frequently Remotely
wedge plate wedge 150 Substantial tangan dan bekerja dengan
(wedge plate) (25) (6) Possible (1)
plate teliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Lanjutan Tabel 4.1


Tertimpa Very Serious
Frequently Remotely Menggunakan safety shoes
wedge (25) 150 Substantial
(6) Possible (1) dan bekerja dengan teliti
plate
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Heat Noticeable Frequently Unusual but Pakaian lengan panjang,
18 Acceptable
Ekstrem) syncope (1) (6) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
4 Melakukan Energi listrik Tersengat Disaster Frequently Penggunaan sarung tangan
penarikan Likely (6) 1800 Very High
(kabel listrik) listrik (50) (6) isolator
(stressing)
strand Bekerja dengan hati-hati
Mekanis Tertusuk Noticeable Frequently dan menggunakan alat
Likely (6) 36 Priority 3
(strand) strand (1) (6) pelindung diri seperti sarung
tangan
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Heat Noticeable Frequently Unusual but Pakaian lengan panjang,
18 Acceptable
Ekstrem) syncope (1) (6) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
5 Memotong Bekerja dengan hati-hati
strand Tertusuk Noticeable Frequently dan menggunakan alat
dengan Likely (6) 36 Priority 3
Mekanis strand (1) (6) pelindung diri seperti sarung
gerinda (strand dan tangan
gerinda) Menggunakan alat
Tangan Very Serious Frequently Remotely
150 Substantial pelindung diri seperti sarung
terpotong (25) (6) Possible (1)
tangan
Tersengat Disaster Frequently Penggunaan sarung tangan
Energi listrik Likely (6) 1800 Very High
listrik (50) (6) isolator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lanjutan Tabel 4.1

Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Heat Noticeable Frequently Unusual but Pakaian lengan panjang,
(1) 18 Acceptable
Ekstrem) syncope (6) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup

Fisik (Radiasi Terpercik Very Serious Frequently Penggunaan safety glasses


Likely (6) 900 Very High
non ionizing) api (25) (6) atau face shield

Keterangan :
C = Consequences (Keparahan)
E = Exposure (Pajanan)
P = Probability (Kemungkinan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

4.7.2 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan

Bangunan Atas Proses Erection

Proses erection pada proyek pembangunan jalan tol ruas Medan-Binjai

seksi 1 ini dilakukan dengan metode mobile crane yang mana menggunakan alat

utama mobile crane 2 unit (180 ton) untuk mengangkat girder. Setiap crane

terdapat wire sling dengan panjang 8,97 meter. Dalam metode ini dibutuhkan

koordinasi yang sempurna antar operator dan pekerja serta keahlian yang tinggi

untuk menghasilkan maneuver yang tepat. Pada proses erection terdapat 18-20

pekerja dengan karateristik pekerja yang berumur 20-40 tahun dengan didampingi

1 mandor. Proses erection dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4. 3 Proses Pekerjaan Erection

Proses erection dalam proyek ini memiliki 8 tahapan kerja yang mana

diawali dengan 2 crane digerakkan untuk mengangkat girder dari stockyard

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

(crane 180 ton), meletakkan girder di atas head trailer boogie, mengikat girder

pada boogie, dibawa ke lokasi erection, membuka pengikat crane, girder diangkat

dari lowbet hingga melebihi tinggi pier head menggunakan 2 crane (crane 180

ton), girder diletakkan di atas bearing pad (posisi yang tepat), melakukan

pengelasan (welding).

Berikut adalah tabel hasil identifikasi bahaya pada proses erection dengan

menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko dengan menggunakan

teknik semikuantitatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Tabel 4. 2 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Erection
Potensi Analisis Risiko Level Tingkat
No Tahapan Kerja Risiko Pengendalian
Bahaya C E P Risiko Risiko
1 2 Crane Koordinasi dan komunikasi
digerakkan Tertabrak Disaster Occasio Remotely yang baik antar pekerja dan
150 Substantial
untuk Mekanis crane (50) nally (3) Possible (1) ketegasan dalam traffic
mengangkat (crane dan management
girder dari seling crane)
Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
stockyard Serious (15) 135 Substantial
seling crane nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
(crane 180 ton)
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
2 Meletakkan Bekerja dengan hatihati,
girder di atas Tertimpa Disaster Occasio Remotely
150 Substantial membuat safety sign dan
head trailer girder (50) nally (3) Possible (1)
strelisasi area kerja
boogie Mekanis
(girder, Koordinasi dan komunikasi
boogie/truck Tertabrak Disaster Occasio Remotely yang baik antar pekerja dan
150 Substantial
dan seling boogie/truck (50) nally (3) Possible (1) ketegasan dalam traffic
crane) management

Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi


Serious (15) 135 Substantial
seling crane nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope Noticeable 9 Acceptable
Ekstrem) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
(1)
minum air yang cukup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Lanjutan Tabel 4.2


3 Mengikat girder Terkena
pada boogie seling Serious (15) Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
135 Substantial
(terlepas dari nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
Mekanis ikatan)
(seling crane
dan girder) Bekerja dengan hatihati,
Tertimpa Disaster Occasio Remotely
150 Substantial membuat safety sign dan
girder (50) nally (3) Possible (1)
strelisasi area kerja

Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
4 Dibawa ke Koordinasi dan komunikasi
lokasi erection Tertabrak Disaster Occasio Remotely yang baik antar pekerja dan
150 Substantial
boogie/truck (50) nally (3) Possible (1) ketegasan dalam traffic
management
Mekanis
(boogie/truck) Service dan pemeliharaan
alat berat, driver alat berat
Boogie Disaster Occasio Remotely
150 Substantial sudah terkualifikasi dan
terbalik (50) nally (3) Possible (1)
akses jalan harus mudah dan
aman
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
5 Membuka
pengikat crane Mekanis Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
135 Substantial
(seling) seling crane Serious (15) nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Lanjutan Tabel 4.2


Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope (1) 9 Acceptable
Ekstrem) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
6 Girder diangkat Bekerja dengan hatihati,
Tertimpa Disaster Occasio Remotely
dari lowbet 150 Substantial membuat safety sign dan
Mekanis girder (50) nally (3) Possible (1)
hingga melebihi (girder dan strelisasi area kerja
tinggi pier head seling crane ) Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
menggunakan 2 Serious (15) 135 Substantial
seling crane nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
crane (crane
180 ton) Gravitasi Ketegasan manajemen
Terjatuh dari Disaster Occasio
(bekerja di Likely (6) 900 Very High mewajibkan penggunaan
ketinggian (50) nally (3)
ketinggian) body harnesss
Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
7 Girder Terjepit Very Serious Occasio Remotely
diletakkan di 75 Substantial Penggunaan safety shoes
girder (25) nally (3) Possible (1)
atas bearing pad
(posisi yang Mekanis Terkena Occasio Unusual but Koordinasi dan komunikasi
tepat) (girder dan Serious (15) 135 Substantial
seling crane nally (3) Possible (3) yang baik antar pekerja
seling crane)
Bekerja dengan hatihati,
Tertimpa Disaster Occasio Remotely
150 Substantial membuat safety sign dan
girder (50) nally (3) Possible (1)
strelisasi area kerja
Gravitasi Ketegasan manajemen
Terjatuh dari Disaster Occasio
(bekerja di Likely (6) 900 Very High mewajibkan penggunaan
ketinggian (50) nally (3)
ketinggian) body harnesss

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Lanjutan Tabel 4.2


Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Unusual but Pakaian lengan panjang,
Heat syncope (1) 9 Acceptable
Ekstrem) nally (3) Possible (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
8 Melakukan Energi Listrik
Tersengat Disaster Occasio Penggunaan sarung tangan
pengelasan (kabel mesin Likely (6) 900 Very High
listrik (50) nally (3) isolator
(welding) las)
Fisik (Radiasi Terkena Very Serious Occasio Penggunaan google dan
Likely (6) 450 Very High
non ionizing) percikan api (25) nally (3) wearpack saat mengelas
Gravitasi Ketegasan manajemen
Jatuh dari Disaster Occasio
(bekerja di Likely (6) 900 Very High mewajibkan penggunaan
ketinggian (50) nally (3)
ketinggian) body harnesss
Unusual but Pekerja menggunakan
Fisik (Suhu Noticeable Occasio Possible (3) Pakaian lengan panjang,
Heat syncope 9 Acceptable
Ekstrem) (1) nally (3) helm keselamatan dan
minum air yang cukup
Ergonomi
(Posisi Lelah otot Noticeable Occasio Unusual but Pekerja sesekali
9 Acceptable
Jongkok yang kaki (1) nally (3) Possible (3) meregangkan otot kaki
lama)

Keterangan :
C = Consequences (Keparahan)
E = Exposure (Pajanan)
P = Probability (Kemungkinan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

4.7.3 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan

Bangunan Atas Proses Expansion Joint

Expansion joint atau pekerjaan siar muai adalah komponen yang biasa

digunakan untuk sistem pipa yang ditujukan untuk menyerap ekspansi karena

panas atau gerakan pada sambungan. Expansion Joint bertujuan mengakomodasi

pergerakan jangka panjang struktur dengan cara meminimalkan tegangan

sekunder yang terjadi pada struktur. Proses pekerjaan siar muai tidak boleh

dilakukan pada kondisi hujan karena dapat menurunkan temperatur suhu aspal

yang seharusnya tetap terjaga dalam kondisi panas.

Material utama yang digunakan dalam proses ini adalah seal dan joint.

Proses expansion joint dalam proyek ini terdiri dari 2 kelompok yang masing-

masing kelompok tediri dari 4 pekerja sehingga total pekerja dalam proses

expansion joint adalah 8 pekerja dengan karateristik pekerja 20-40 tahun dengan

didampingi 1-2 mandor.

Proses expansion joint pada proyek ini memiliki 10 tahapan kerja yang

mana diawali dengan memasang besi untuk penempatan expansion joint,

mengecor backwall pier head ke deck slab, melakukan pengaspalan, memotong

aspal menggunakan concrete cutter dan jack hammer, membersihkan lubang

dengan concrete cleaner dan dilapis perekat epoxy, membersihkan seal dengan

conditioning agent, memberikan lapi perekat epoxy pada bagian dalam seal,

memasang joint ke lubang yang sudah dibersihkan, memasang seal ke lubang

joint, dan terakhir surface sealent diiskan pada celah joint.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Berikut adalah tabel hasil identifikasi bahaya pada proses expansion joint

dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko dengan

menggunakan teknik semikuantitatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Tabel 4. 3 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Proses Expansion Joint

Potensi Analisis Risiko Level Tingkat


No Tahapan Kerja Risiko Pengendalian
Bahaya C E P Risiko Risiko
1 Memasang besi Tangan terjepit Very
untuk penempatan Mekanis Rare Unusual but Bekerja dengan hati-hati dan
pada saat Serious 75 Substantial
expansion joint (Joint) (1) Possible (3) menggunakan sarung tangan
pemasangan (25)
Gravitasi Ketegasan manajemen
Terjatuh dari Disaster Rare
(bekerja di Likely (6) 300 Priority 1 mewajibkan menggunakan body
ketinggian (50) (1)
ketinggian) harness
Pekerja menggunakan Pakaian
Fisik (Suhu Noticeable Rare Unusual but lengan panjang, helm
Heat syncope 3 Acceptable
Ekstrem) (1) (1) Possible (3) keselamatan dan minum air
yang cukup
2 Mengecor Gravitasi Ketegasan manajemen
backwall pier Terjatuh dari Disaster Rare
(bekerja di Likely (6) 300 Priority 1 mewajibkan menggunakan body
head ke deck slab ketinggian (50) (1)
ketinggian) harness

Pekerja menggunakan Pakaian


Fisik (Suhu Noticeable Rare Unusual but lengan panjang, helm
Heat syncope 3 Acceptable
Ekstrem) (1) (1) Possible (3) keselamatan dan minum air
yang cukup
3 Melakukan Terkena panas Serious Rare Unusual but Bekerja dengan teliti dan hati-
pengaspalan Kimia (aspal) 45 Priority 3
aspal (15) (1) Possible (3) hati
4 Memotong aspal Mekanis
menggunakan (concrete Tangan Very Rare Unusual but Penggunaan sarung tangan dan
concrete cutter 75 Substantial
cutter dan terpotong Serious (1) Possible (3) bekerja dengan telitit
dan jack hammer jack hammer) (25)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lanjutan Tabel 4.3


5 Membersihkan
Mekanis Tangan Penggunaan sarung tangan dan
lubang dengan Noticeable Rare Likely (6) 6 Acceptable
(cetok) tergores bekerja dengan teliti
concrete cleaner (1) (1)
dan dilapis Ergonomi
perekat epoxy (Posisi Noticeable Rare Unusual but Pekerja sesekali meregangkan
Lelah otot kaki 3 Acceptable
Jongkok (1) (1) Possible (3) otot kaki
yang lama)
6 Membersihkan Ergonomi
seal dengan (Posisi Noticeable Rare Unusual but Pekerja sesekali meregangkan
conditioning Lelah otot kaki 3 Acceptable
Jongkok (1) (1) Possible (3) otot kaki
agent yang lama)
7 Memberikan lapi Ergonomi
perekat epoxy (Posisi Noticeable Rare Unusual but Pekerja sesekali meregangkan
pada bagian dalam Lelah otot kaki 3 Acceptable
Jongkok (1) (1) Possible (3) otot kaki
seal yang lama)
8 Memasang joint Very
ke lubang yang Mekanis Rare Unusual but Penggunaan sarung tangan dan
Tangan terjepit Serious 75 Substantial
sudah dibersihkan (joint) (1) Possible (3) bekerja dengan teliti
(25)
9 Memasang seal ke Mekanis Noticeable Rare Unusual but Penggunaan sarung tangan dan
lubang joint Tangan terjepit 3 Acceptable
(seal) (1) (1) Possible (3) bekerja dengan teliti
10 Surface sealent
Terkena panas Rare Unusual but Bekerja dengan teliti dan hati-
diiskan pada celah Kimia (aspal) Serious 45 Priority 3
aspal (1) Possible (3) hati
joint (15)

Keterangan :
C = Consequences (Keparahan)
E = Exposure (Pajanan)
P = Probability (Kemungkinan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5 BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pekerjaan Bangunan Atas Jalan Tol

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan analisis risiko yang telah

dilakukan peneliti di lapangan pada pekerjaan bangunan atas pembangunan jalan

tol ruas Medan-Binjai seksi 1, dan didampingi tim K3 proyek dengan mencermati

interaksi antara pekerja dengan alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja, maka

persentasi risiko kecelakaan kerja pada pekerja sudah cukup rendah. Dikarenakan

pada proyek ini, tim K3 sudah melakukan identifikasi bahaya dan aspek

lingkungan pada tiap proses pekerjaan dan melakukan pengendalian yang sesuai.

Namun dari observasi peneliti masih ada tingkat risiko kecelakaan kerja very high,

yang mana didukung oleh adanya prilaku yang tidak aman dari pekerja dan

lingkungan atau tempat bekerja yang tidak aman, yang artinya mengaharuskan

pengendalian dari sisi teknis dan apabila risiko masih belum dapat dikendalikan,

harus dilakukannya penghentian aktivitas hingga risiko dikurangi mencapai batas

yang dapat diterima.

Dari 3 proses kerja, teridentifikasi 6 bahaya yaitu bahaya mekanis, fisik,

listrik, kimia, ergonomi dan gravitasi dari bahaya tersebut serta didukung oleh

unsafe action dari pekerja dan unsafe condition maka terdapat 61 risiko

kecelakaan kerja, diantaranya 8 risiko (13%) tingkat very high, dari 8 risiko (13%)

tingkat very high, risiko tersengat listrik memiliki nilai tertinggi yaitu 1800, hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2015) bahwasanya

dari 205 artikel kecelakaan kerja proyek konstruksi yang diteliti, kasus tersengat

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

listrik merupakan kasus terbanyak yaitu terdapat 78 artikel dengan kasus pekerja

terkena arus listrik/tersengat listrik.

Selanjutnya diikuti risiko terpercik api, hal ini dikarenakan selama pekerja

menggunakan alat gerinda saat memotong strand pada proses stressing atau saat

mengelas, pekerja berada di dekat api las dan pekerja tidak menggunakan

kacamata las atau goggle sehingga pekerja memiliki risiko yang tinggi terpercik

api.

Selanjutnya adalah pekerja berisiko tinggi jatuh dari ketinggian pada saat

berada ±5 meter di atas permukaan tanah. Saat observasi dilakukan pekerja belum

menggunakan full body harness, dan didukung faktor psikologi pekerja yang

gugup saat ada mandor/supervisor, sehingga memberikan kemungkinan yang

tinggi pekerja terjatuh dari ketinggian. Untuk itu pekerja yang bekerja di

ketinggian harus dilengkapi dengan alat pelindung diri yang dapat melindungi

pekerja dan menghindarkannya dari risiko terjatuh (Undang-undang No 1 tahun

1970).

Kemudian 2 risiko (3%) tingkat priority 1, 23 risiko (38%) tingkat

substantial, 5 risiko (8%) tingkat priority 3 dan 23 risiko (38%) tingkat

acceptable. Diagram dapat dilihat pada gambar 5.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Gambar 5. 1 Persentase Tingkat Risiko Pekerjaan Bangunan Atas Jalan Tol

5.1.1 Proses Stressing

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 5 tahapan kerja proses

stressing memiliki 4 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya mekanis,

fisik, ergonomi dan listrik dengan 18 risiko kecelakaan kerja dengan persentase level

risiko sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Gambar 5. 2 Persentase Tingkat Risiko Proses Stressing

Dari gambar di aatas dari 18 risiko kecelakaan kerja pada proses stressing,

terdapat 3 risiko kecelakaan kerja (16%) tingkat very high, 5 risiko (28%)

substantial, 3 risiko (17%) priority 3 dan 7 risiko (39%) tingkat acceptable.

Pada proses stressing, berdasarkan observasi peneliti, pekerja sudah

bekerja sesuai dengan instruksi kerja dan metode pelaksanaan kerja, namun masih

terdapat pekerja yang merokok dan bekerja tidak fokus karena sembari bercanda

tawa dengan rekan kerja yang mana dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan

kerja.

Setiap risiko memiliki nilai consequences dan probability yang berbeda

namun untuk nilai exposure nilai tiap risiko sama yaitu 6 dikarenakan pekerjaan

dilakukan satu kali sehari sehingga paparan terjadi kira-kira 1 kali sehari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Risiko dengan kategori very high berada pada tahapan penarikan dan

pemotongan strand diantaranya risiko tersengat listrik dan mata pekerja terkena

percikan api. Risiko tersengat listrik mendapat level atau nilai risiko yang paling

tinggi yaitu 1800.

Dengan alasan penilaian consequence yaitu 50 (Disaster) karena dapat

mengakibatkan kematian pada pekerja apabila tersengat arus listrik yang tinggi.

ILO (2013) menyebutkan bahwa efek arus kejut pada manusia dapat

mengakibatkan kematian dikarenakan apabila arus kejut listrik yang mengenai

tubuh akan menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan.

Probability mendapat nilai 6 yaitu Likely, karena pada saat observasi,

kabel-kabel listrik terletak begitu saja di atas tanah dan terdapat kabel yang

terkelupas, sehingga hal ini sangat berbahaya pada pekerja. Kemudian sudah

tersedianya alat pelindung diri berupa sarung tangan pada pekerja, namun masih

banyak pekerja yang tidak peduli akan pentingnya APD dengan tidak

menggunakan sarung tangan isolator, dan pekerja sesekali tampak bercanda tawa

(unsafe action) saat bekerja dalam melakukan pemotongan strand yang akan

membuat pekerja tidak fokus atau tidak hati-hati saat memegang kabel strand,

sehingga pekerja memiliki kemungkinan 50%:50% tersengat listrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Gambar 5. 3 Kabel Gerinda yang Terbuka

Hasil Peneltian Wirdati (2015), menyebutkan bahwa penggunaan APD

pada pekerja yang berhubungan listrik belum maksimal. Dapat dilihat dari kasus

kecelakaan kerja pekerja hanya menggunakan safety shoes saat bekerja. Alasan

pekerja tidak menggunakan APD karena tidak nyaman, dan tidak bisa leluasa saat

bekerja. Maka penggunaan APD berpengaruh terhadap kecelakaan kerja pada

pekerja yang berhubungan dengan kelistrikan.

Hasil identifikasi bahaya dan aspek lingkungan dari perusahaan, Risiko

tersengat listrik menunjukkan termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi

(extreme risk). Penilaian risiko menggunakan matriks 5x5 yakni metode kualitatif,

dengan mengalikan skor keparahan (severity) yang ditinjau dari berbagai aspek

dan kemungkinan (likelihood). Dari hasil penilaian risiko tersebut keparahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

memiliki skor 5 dan kemungkinan dengan skor 2. Pengendalian bahaya yang telah

dilakukan yaitu pemeriksaan listrik dan mematikan listrik saat tidak digunakan.

Risiko tingkat tinggi pada proses stressing selanjutnya adalah risiko mata

pekerja terpercik api. Risiko ini berada pada saat tahapan pekerja memotong

strand dengan gerinda tangan. Pada tahapan ini pekerja terpapar radiasi dari

percikan api gerinda tanpa menggunakan kacamata las atau goggle.

Risiko ini memiliki nilai risiko sebesar 900 dengan alasan penilaian

consequence memiliki nilai 25 yaitu Very Serious, karena pada saat observasi

pekerja berada sangat dekat dengan percikan api dari gerinda sehingga dapat

mengakibatkan cacat yang permanen seperti harus kehilangan penglihatan pada

pekerja dan probability memiliki nilai 6 yaitu Likely, karena para pekerja tidak

menggunakan kacamata las/goggle saat melakukan pemotongan kabel strand

dengan menggunakan gerinda tangan.

Hasil identifikasi bahaya dan aspek lingkungan dari perusahaan, Risiko

terpercik api menunjukkan termasuk dalam kategori risiko sedang (moderate

risk). Dari hasil penilaian risiko tersebut keparahan memiliki skor 3 dan

kemungkinan dengan skor 2. Pengendalian bahaya yang telah dilakukan yaitu

penggunaan APD, namun hal ini tidak sesuai dengan di lapangan karena pekerja

tidak menggunakan APD yang sesuai saat bekerja, sehingga diperlukan

pengawasan yang lebih tegas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

5.1.2 Proses Erection

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 8 tahapan kerja proses

erection memiliki 5 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya

mekanis, fisik, gravitasi, ergonomi dan bahaya listrik dengan 29 risiko kecelakaan

kerja dengan persentase level risiko sebagai berikut :

Gambar 5. 4 Persentase Tingkat Risiko Proses Erection

Dari gambar di atas dari 29 risiko kecelakaan kerja pada proses erection,

terdapat 5 risiko (17%) very high, 15 risiko (52%) substantial dan 9 risiko (31%)

tingkat acceptable. Setiap risiko memiliki nilai consequences dan probability

yang berbeda namun untuk nilai exposure nilai tiap risiko sama yaitu 3 yaitu

Occasionally, karena pekerjaan dilakukan kira-kira satu kali seminggu sampai

satu kali sebulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Berdasarkan observasi peneliti, proses erection memiliki tingkat risiko

kecelakaan kerja yang cukup tinggi, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sinaga

(2014) yang menyebutkan bahwa risiko kecelakaan kerja dominan yang terjadi

pada pembangunan fly over di Jalan Tol Surabaya-Mojokerto adalah pekerjaan

erection girder.

Adapun risiko tertinggi dalam proses erection adalah risiko tersengat

listrik, risiko terjatuh dari ketinggian, dan risiko terkena percikan api.

Risiko terjatuh dari ketinggian memiliki nilai risiko sebesar 900 dengan

tingkat risiko very high. Dengan alasan penilaian consequence memiliki nilai 50

yaitu Disaster, karena pekerjaan dilakukan di ketinggian ± 5 meter di atas

permukaan tanah sehingga terjatuh dapat mengakibatkan kematian.

Sejalan dengan hasil penelitian Putera (2014), menyebutkan risiko yang

terjadi apabila pekerja terlalu dekat dengan area yang terbuka tanpa adanya pagar

pengaman bisa mengakibatkan pekerja terjatuh dari ketinggian dan resiko yang

terjadi bisa mengakibatkan cedera parah bahkan dapat menyebabkan kematian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Gambar 5. 5 Pekerja Berada di Atas Ketinggian Tanpa Menggunakan Full


Body Harness

Probability memiliki nilai 6 yaitu Likely, hal ini dikarenakan dari data

kecelakaan perusahaan, adanya pekerja yang jatuh dan meninggal satu semester

terakhir, penyebab dari jatuhnya pekerja dikarenakan pekerja yang gugup saat

bekerja karena adanya mandor yang mengawasi dan pekerja tidak menggunakan

body harness maka risiko ini memiliki kemungkinan terjadi kecelakaan 50%:50%.

Hasil identifikasi bahaya dan aspek lingkungan dari perusahaan, Risiko

jatuh dari ketinggian menunjukkan termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi

(extreme risk). Dari hasil penilaian risiko tersebut keparahan memiliki skor 5 dan

kemungkinan dengan skor 2. Pengendalian bahaya yang telah dilakukan yaitu

adanya ijin kerja di ketinggian dan APD berupa safety belt dan memasang ralling

pengaman. namun dari hasil observasi peneliti, terdapat tindakan yang tidak aman

dari pekerja yaitu pekerja yang tidak memiliki ijin kerja bekerja di ketinggian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

berada di atas girder yang sudah dipasang dan alat pelindung diri berupa full body

harness belum disediakan.

5.1.3 Proses Expansion Joint

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 10 tahapan kerja proses

expansion joint memiliki 5 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya

mekanis, fisik, kimia, ergonomi dan gravitasi dengan 14 risiko kecelakaan kerja

dengan persentase level risiko sebagai berikut :

Gambar 5. 6 Persentase Tingkat Risiko Proses Expansion Joint

Dari gambar di atas dari 14 risiko kecelakaan kerja pada proses expansion

joint, terdapat 2 risiko (14%) priority 1, 3 risiko (22%) substantial, 2 risiko (14%)

priority 3 dan 7 risiko (50%) acceptable. Setiap risiko memiliki nilai

consequences dan probability yang berbeda namun untuk nilai exposure nilai tiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

risiko sama yaitu 1 yaitu Rare, karena diketahui kapan pekerjaan akan dilakukan

yang artinya proses expansion joint tidak memiliki jadwal yang tetap namun dapat

diketahui kapan pekerjaan dilakukan. Dari hasil penelitian, dalam proses

expansion joint tidak ada risiko tertinggi.

Risiko terjatuh dari ketinggian memiliki nilai risiko sebesar 900 dengan

tingkat risiko very high. Dengan alasan penilaian consequence memiliki nilai 50

yaitu Disaster, karena pekerjaan dilakukan di ketinggian ± 5 meter di atas

permukaan tanah sehingga terjatuh dapat mengakibatkan kematian.

Pemberian nilai ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Komaraningsih (2013), bahwasanya pada proses expansion joint nilai

consequences pada basic level adalah 50 dikarenakan pekerja akan meninggal jika

terjatuh dari ketinggian jika tidak menggunakan full body harness.

Probability memiliki nilai 6 yaitu Likely, karena berdasarkan observasi

peneliti, pekerja yang bekerja di ketinggian pada tahapan kerja memasang besi

untuk penempatan expansion joint dan mengecor backwall pier head ke deck slab,

pekerja tampak tidak fokus dikarenakan terdapat pekerja yang merokok serta

bersenda gurau dengan rekan kerja sehingga memiliki kemungkinan pekerja

terpleset hingga jatuh ditambah pekerja tidak menggunakan body harness maka

kemungkinan terjadi kecelakaan 50%:50%.

Menurut Septianingrum (2012), berdasarkan data yang ada pada sektor

konstruksi masih banyak kecelakaan kerja yang berhubungan dengan bekerja di

ketinggian yaitu 13 kasus sepanjang tahun 2011. Sehingga dalam pekerjaan

pembuatan shear wall yang behubungan dengan bekerja di ketinggian mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

potensi untuk terjadi kecelakaan serupa bila tidak didukung manajemen K3 yang

baik.

Hasil identifikasi bahaya dan aspek lingkungan dari perusahaan, Risiko

jatuh dari ketinggian menunjukkan termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi

(extreme risk). Sehingga seharusnya tahapan pekerjaan dihentikan hingga risiko

dapat diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil observasi dalam penelitian identifikasi bahaya dan analisis risiko

kecelakaan kerja pada pekerjaan bangunan atas proyek pembangunan Jalan Tol

Ruas Medan – Binjai seksi I oleh PT Hutama Karya (Persero) dapat diambil

beberapa kesimpulan yaitu :

1. Pada proses stressing terdapat 5 tahapan kerja proses stressing memiliki 4

bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya mekanis, fisik,

ergonomi dan listrik dengan 18 risiko kecelakaan kerja. 3 risiko kecelakaan

kerja (16%) tingkat very high yaitu risiko tersengat listrik dan mata pekerja

terkena percikan api.

2. Pada proses erection terdapat 8 tahapan kerja proses erection memiliki 5

bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya mekanis, fisik, gravitasi,

ergonomi dan bahaya listrik dengan 29 risiko kecelakaan kerja. 5 risiko

kecelakaan kerja (17%) tingkat very high yaitu risiko tersengat listrik, risiko

terjatuh dari ketinggian, dan risiko terkena percikan api.

3. Pada proses expansion joint terdapat 10 tahapan kerja proses expansion joint

memiliki 5 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahaya mekanis,

fisik, kimia, ergonomi dan gravitasi dengan 14 risiko kecelakaan kerja. Tidak

terdapat risiko dengan tingkat very high.

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan yang tegas dari manajemen pada pekerja seperti

memberikan sanksi verbal maupun non verbal, agar pekerja dapat bekerja

dengan fokus meskipun pekerja sudah berpengalaman.

2. Untuk risiko tersengat listrik, disarankan pihak manajemen K3 melakukan

pemeriksaan berkala terhadap kabel atau sambungan apabila terjadi kerusakan

atau terkelupas sehingga mengurangi risiko pekerja tersengat listrik.

3. Untuk yang bekerja di ketinggian, pekerja harus memiliki ijin kerja bekerja di

ketinggian dan pekerja yang dipekerjakan sudah mendapat pelatihan dan ahli

dalam pekerjaan tersebut sehingga tidak terulang kasus kecelakaan kerja yang

sama.

4. Memberikan pelatihan dan informasi penting pada pekerja mengenai

pekerjaannya untuk mengenali potensi bahaya K3 dan risiko kecelakaan kerja

serta cara pencegahannya pada saat toolbox meeting seperti memberi pelatihan

pada pekerja agar dapat meminimalisir risiko kecelakaan kerja

5. Disarankan perusahaan menyediakan alat pelindung diri yang lengkap dan

sesuai dengan pekerjaannya agar dapat meminimalisir risiko kecelakaan kerja

yang disebabkan oleh unsafe action dan unsafe condition.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

AS/NZS 4360. 2004. 3rd Edition The Australian and New Zealand Standard on
Risk.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

BPJS Ketenagakerjaan (2018). diakses Januari 27, 2018, dari


http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/Laporan%20Kinerja/Laporan
%20Tahunan%20.html

Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Carroll, R. 2009. Risk Management Handbook for Health Care Organizations.


San Fransisco: Jossey-Bass.

Fine, W. T. 1971. Mathematical Evaluation for Controlling Hazard. Australia:


Central Queensland University.

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya.


Bogor: Ghalia Indonesia

Hidayat, B., dkk. 2016. Kecelakaan Kerja Proyek Konstruksi di Indonesia Tahun
2005-2015 : Tinjauan Content Analysis Dari Artikel Berita. Padang:
Universitas Andalas.

Husen, A. 2011. Manajemen Proyek. Yogyakarta: CV. Andi Offset


.
Hutama Karya, PT 2016. Rencana Mutu, K3 dan Lingkungan. Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan-Binjai Seksi3.

Hutama Karya, PT 2016. Metode Kerja.

Hutama Karya, PT 2016. Instruksi Kerja.

Jean, C. 2004. OHS Risk Management Handbook. Australia: Standards Australia


International Ltd.

98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Kolluru, R. 1996. Risk Assesment and Management Handbook for Environmental,


Health and Safety Professionals. United States: McGrawHill Inc.

Komaraningsih, A., & Sjaaf, R. Z. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan Kerja


Pada Pekerjaan Bangunan Atas di Proyek Pembangunan Jalan Layang
Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 2A Oleh PT Wijaya Karya
Tahun 2013. Depok: FKM UI.

Kementrian PUPR. 2018. Kompilasi Kecelakaan Konstruksi Tahun 2017-2018.


Jakarta: Kementrian PUPR.

Kurniawidjaja, M. 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI-Press.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

OHS. 2013. Job Safety Analysis . Canada: Government of Saskatchewan.

Pastiarsa, M. 2015. Manajemen Proyek Konstruksi Bangunan Industri : Perspektif


Pemilik Proyek. Yogyakarta: Teknosain.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Nomor : 50 Tahun 2012.


Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta.

Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS


Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Rijanto, B. B. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Lingkungan (K3L) Industri Konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rijanto, B. B. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Salami, I. R., & dkk. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Presss.

Septianingrum, W. U. 2012. Penilaian Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses


Pemasangan Ring Kolom Dan Pemasangan Bekisting Di Ketinggian Pada
Pembangunan Gedung XY Oleh PTX Tahun 2011. Skripsi. Jakarta:
Universitas Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Sinaga, Y. Y. 2014. Identifikasi dan Analisa Risiko Kecelakaan Kerja dengan


Metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) Dan FTA (Fault Tree
Analysis) di Proyek Jalan Tol Surabaya – Mojokerto. Surabaya. Jurnal
Teknik POMIT‟S.

Sucipto, C. D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suma'mur. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).


Jakarta: CV. Sagung Seto.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Nomor : 38 Tahun 2004. Tentang


Jalan. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2017. Nomor : 2 Tahun 2017. Tentang Jasa


Konstruksi. Jakarta.

Widayana, I. G., & Wiratmaja, I. G. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Williams, S. 2006. Health and Safety in Construction. UK: Health and Safety
Executive.

Wirdati, I. E., 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan


Kerja Pada Pekerja Maintenance Elektrikal Dalam Menerapkan Work
Permit Di PT X Semarang. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Undip. ISSN: 2536-3346.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Survei Pendahuluan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Lembar Observasi

JOB SAFETY ANALYSIS WORKSHEET


Job (Pekerjaan) : Date / Tanggal JSA :
Project / Location : Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas
Medan-Binjai Seksi I Supervisor :

Tahapan Potensi Analisis Risiko Tingkat


No Risiko Level Risiko Pengendalian
Kerja Bahaya C E P Risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar Lampiran 1. Pekerja Memasang Strand

Gambar Lampiran 2. Pekerja Melakukan Stressing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Lampiran 3. Jacking Force

Gambar Lampiran 4. Pekerja Memotong Strand dengan Gerinda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Lampiran 5. Mobile Crane Akan Mengangkat Girder

Gambar Lampiran 6. Girder Diletkkan di Atas Head Trailer Boogie

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Lampiran 7. Girder Diletakkan di Atas Bearing Pad

Gambar Lampiran 8. Pekerja Melakukan Pengelasan (Welding)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Lampiran 9. Seal yang Digunakan Untuk Expansion Joint

Gambar Lampiran 10. Joint yang Digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Lampiran 11. Pekerja Memasang Besi Untuk Penempatan Expansion
Joint

Gambar Lampiran 12. Pekerja Melakukan Pengaspalan Setelah Dicor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Lampiran 13. Pekerja Membersihkan Lubang yang Sebelumnya
Dilakukan Pemotongan Aspal Untuk Meletakkan Joint

Gambar Lampiran 14. Pemasangan Joint ke Lubang yang Sudah Dibersihkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai