TESIS
Oleh :
DWI WAHYUNINGSIH
NIM : 177007095
MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARAJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
iii
mitigasi risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor risiko yang
kemungkinan risiko konstruksi serat berapa besar konsekuensi atau dampak risiko
pada saat konstruksi tersebut. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode
Identifikasi risiko, Penilaian Risiko dan Risk Maping serta Penanganan Risiko.
Pembentukan Risk Map dan penentuan kategori risiko sebagai acuan untuk
juga teridentifikasi pada penelitian ini adalah 90 risiko dan menjadi 78 risiko yang
relevan. Hasil penelitian menunjukan dari 78 risiko relevan terdapat 12 risiko yang
tergolong high risk, dengan prosentase 58% bersumber dari risiko internal, 25%
bersumber dari risiko eksternal, 17% bersumber dari risiko proyek. Data hasil
Perintah Mulai Kerja) dengan nilai faktor risiko 0,99, keterlambatan pembebasan
Kata Kunci: mitigasi risiko, proyek jalan tol, identifikasi, penilaian, penanganan
iv
that has many uncertainties that are difficult to predict, so risk mitigation is needed.
This study aims to obtain the most dominant risk factors affecting project
development. And how much impact is caused when construction is carried out.
The method is carried out through a survey to determine the various possible
risks of fiber construction how big the consequences or impact of the risks during
the construction. The data collected was analyzed using a causal descriptive method
with a quantitative approach with the following stages: Risk identification, Risk
Assessment and Risk Maping and Risk Management. Forming a Risk Map and
steps. The initial risk identification that was also identified in this study was 90 risks
and became 78 relevant risks. The results showed that of 78 relevant risks there
were 12 risks classified as high risk, with a percentage of 58% sourced from internal
risk, 25% sourced from external risk, 17% originated from project risk. The
research data shows that the risk that has the highest probability and greatest impact
is the risk factor for delays in the issuance of SPMK (Work Orders) with a risk
factor value of 0.99, delays in land acquisition 0.99, and weather factors 0.99.
Judul Tesis
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Manajemen pada program studi Magister Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya peneliti
sendiri.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagaian
tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Dwi Wahyuningsih
vi
Puji Syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
tesis ini. Sholawat serta Salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan para pengikut beliau yang telah
dengan ikhlas memeluk agama Allah SWT dan mempertahankannya sampai akhir
hayat.
Alhamdulillah, tesis yang peneliti beri judul Mitigasi Risiko Pada Proyek
Jasa Konstruksi Studi Kasus : Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat –
Serbelawan Tahap 1 Zona 1A dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani MS., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Program Studi Sekolah
Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara dan selaku
Tim Komisi Pembanding atas saran dan kritik positif yang diberikan untuk
meyempurnakan tesis ini.
4. Bpak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam
penulisan tesis ini.
5. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT, selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
viii
Besar harapan peneliti semoga tesis ini dapat berguna, bermanfaat, barokah,
maslahah di Dunia dan di Akhirat. Amin.
Dwi Wahyuningsih
NIM : 177007095
ix
xi
xii
Gambar 1.1 Road map manajemen risiko PT. Waskita Karya (Persero) Tbk .....................2
Gambar 1.2 Grafik evaluasi proyek divisi infrastruktur 1 periode september 2019 ...........6
Gambar 2.1 Kerangka konseptual .................................................................................... 20
Gambar 2.2 Risk allocation structure in construction project (Zavadskas, 2008) ............. 22
Gambar 3.1 Alur penelitian .............................................................................................. 24
Gambar 3.2 Matriks peta risiko ........................................................................................ 29
Gambar 4.1 Peta lokasi Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan
Tahap 1 Zona 1A ........................................................................................ 34
Gambar 4.2 Struktur organisasi Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat –
Serbelawan Tahap 1 Zona 1A .................................................................... 35
Gambar 4.3 Pengalaman kerja responden ........................................................................ 37
Gambar 4.4 Presentase level risiko .................................................................................. 40
Gambar 4.5 Presentase tingkat penerimaan risiko ............................................................ 40
xiii
xiv
PENDAHULUAN
negara yang memiliki lini bisnis di Industri Konstruksi. PT Waskita Karya (Persero)
Tbk saat ini memiliki 5 (lima) bidang bisnis yang meliputi Jasa Konstruksi, Beton
yang terjadi sangat pesat selama dekade terakhir dan telah menghasilkan persaingan
bisnis yang lebih ketat. Kondisi ini membutuhkan banyak kesiapan dari sebuah
siap beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dari waktu ke waktu. Secara umum,
industri jasa konstruksi merupakan usaha yang melibatkan risiko tinggi. Dengan
yang telah dilaksanakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk, diharapkan berguna
untuk menentukan profil risiko strategis, rencana mitigasi dan tindak lanjut serta
indikator Risiko Kunci (Key Risk Indicator) profil risiko korporat. Praktek
Manajemen Risiko telah dilaksanakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk sejak
maka pada tahun 2014 PT Waskita Karya (Persero) Tbk melakukan pembaruan
framework COSO ERM. Selain itu dilakukan pula perubahan kriteria rating risiko
penerapan early warning system dengan tujuan agar risiko yang memiliki dampak
signifikan dapat terdeteksi sejak dini dan pada tahun 2017, PT Waskita Karya
(Persero) Tbk bekerja sama dengan konsultan Manajemen Risiko untuk menyusun
struktur organisasi manajemen risiko, pelaporan risiko dari anak perusahaan, serta
Gambar 1.1 Road map manajemen risiko PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
Karya (Persero) Tbk masih sering terjadi kondisi penyelesaian pekerjaan yang tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan data evaluasi secara korporat,
untuk dapat mengantisipasi besarnya risiko yang akan terjadi perlu dilakukan
lingkungan Divisi Infrastruktur 1 secara korporat, dapat dilihat pada Tabel 1.1
sampai dengan Tabel 1.3 dan secara infografis dapat dilihat pada Gambar 1.2:
Pada Tabel 1.1 terdapat data nama-nama proyek yang berada dalam cakupan
Unit Bisnis Divisi Infrastruktur 1, beserta target rencana maupaun realisasi progres
pekerjaan masing-masing proyek beserta selisih (deviasi) antara target rencana dan
realisasi progress dan juga jadwal mulai serta berahirnya pelaksanaan pekerjaan,
bulan September 2019, dari total kontrak proyek yang ada di Divisi Infrastruktur 1
termasuk didalamnya adalah Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan
Tahap 1 zona 1A. Keterlambatan progress pada proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
Parapat – Serbelawan Tahap 1 zona 1A adalah sebesar 0,99%, dari target rencana
progres untuk bulan September 2019 adalah 5,02% realisasi progres hanya mampu
mencapai 4,04%.
sampai dengan bulan September 2019, dapat dilihat dari data laporan Evaluasi
Tabel 1.2, yang menampilkan data nama proyek dengan target rencana pemakaian
biaya atau disingkat dengan BK (Biaya Kerja) dengan perolehan pendapatan atau
disebut dengan BK/PU sedangkan untuk data rencana anggaran proyek biasa
Pada Tabel 1.2 dari keseluruhan jumlah proyek yang berada dalam lingkup
mengalami kenaikan biaya operasional proyek dari rencana anggaran yang sudah
disepakati bersama antara manajemen perusahaan dengan tim proyek pada periode
bulan September 2019. Beradasarkan data dari Tabel 1.2 proyek yang mengalamai
kenaikan biaya operasional diantaranya dari proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
Parapat – Serbelawan Tahap 1 zona 1A. Nilai kenaikan biaya operasional terhadap
progress pendapatan pada periode bulan September 2019 adalah sebesar 0,46%.
Pada Tabel 1.3 dari total nilai piutang divisi Infrastruktur 1 pada periode
bulan September 2019 yang berjumlah Rp. 954.761.000.000,- terdapat nilai piutang
Gambar 1.2 Grafik evaluasi proyek divisi infrastruktur 1 periode september 2019
Berdasarkan Tabel 1.1 sampai dengan Tabel 1.3 dan secara infografis pada
Gambar 1.2, bahwa pada periode September 2019 dari total jumlah proyek yang
Kenaikan biaya Beban Kerja (BK) penyelesaian pekerjaan sudah melebihi Master
dengan periode September 2019 nilai umur tagihan (piutang) yang umur
Kondisi piutang yang nilainya besar, sangat berpengaruh terhadap cash flow proyek
itu sendiri dan juga berdampak signifikan secara korporat. Fenomena dari kondisi
dan berpotensi mengalami kenaikan biaya kerja terhadap anggaran yang disepakati
tentunya sangat berdampak bagi kondisi finansial dan juga performa PT Waskita
Fenomena ini sangat menarik untuk dilakukan Mitigasi Risiko pada Proyek
Jasa Konstruksi dengan melakukan penelitian dan laporan penelitian yang akan
ditulis ke dalam tesis dengan judul Mitigasi Risiko pada Proyek Jasa Konstruksi
dengan studi kasus Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1
Zona 1A.
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan yang terjadi
Pengguna Jasa pada Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap
pada Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A.
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi PT Waskita Karya (Persero) Tbk – Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
saran yang positif dalam upaya selalu melakukan mitigasi risiko pada
Sumatera Utara.
4. Bagi Peneliti
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini, maka ruang lingkup dan batasan penelitian yang dilakukan meliputi:
1. Mitigasi risiko dilakukan pada Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat –
2. Jumlah populasi responden sebanyak jumlah tim manajerial Proyek Jalan Tol
3. Resiko yang dianalisis adalah risiko yang berkaitan dengan mitigasi risiko
finansial Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona
1A.
LANDASAN TEORI
dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasaran dan tujuannya telah digariskan dengan jelas
(Soeharto, 1997). Dalam Proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah
dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga
kendala (triple constrain). Menurut Kerzner (2006) manajemen proyek sukses atau
berhasil apabila proyek tersebut telah mencapai tujuan proyek yang diinginkan;
telah mencapai periode waktu yang dialokasikan; biaya yang dianggarkan; pada
untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu
1. Sementara (temporary), yang berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang
2. Unik, yang artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi,
10
1. Bersifat unik: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak
ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat
constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan jadwal
konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada
lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan
hal yang positif maupun negatif (Shortreed, 2003). Definisi risiko menurut
Menurut The Institute of Risk Management (IRM) (2002), risiko dilihat dari
faktor internal dan faktor eksternalnya. Risiko proyek menurut The Institute of Risk
1. Risiko Operasional
Risiko ini timbul dari dalam perusahaan itu sendiri karena adanya kesalahan
daya manusia (Santosa, 2009). Faktor-faktor dari risiko operasional antara lain
2. Risiko Finansial
risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga termasuk risiko
merupakan risiko finansial antara lain inflasi dan suku bunga, fluktuasi mata
3. Risiko Hazard
(Santosa, 2009). Hazard atau bahaya dalam Darmawi, 2010, adalah suatu
lain ketidak stabilan politik, kredibilitas mitra lokal yang buruk, korupsi, force
4. Risiko Strategis
akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan
(Santosa, 2009). Faktor-faktor dari risiko strategi antara lain pengakhiran joint
untuk mengelola risiko tersebut. Tujuan manajemen risiko adalah mencegah atau
mengurangi pengaruh tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui
dengan risiko tersebut (Santosa, 2009). Dalam kerangka pemikiran teoritis ini,
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai
sasaran organisasi atau perusahaan yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan
sumber daya perusahaan terdiri dari tenaga, keahlian, dana, dan informasi. Dalam
(Soeharto, 1997):
1. Merencakanan (Planning)
2. Mengorganisasi (Organizing)
4. Mengarahkan (Directing)
5. Mengendalikan (Controling)
Biaya proyek konstruksi (yang termasuk modal tetap) dapat dibagi dua,
1. Biaya Langsung (Direct Cost) yang terdiri dari: Bahan/Material, Upah Buruh /
2. Biaya tak langsung (Indirect Cost) yang terdiri dari: Overhead, Biaya tak
waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Semua kegiatan dalam suatu proyek
dan kegiatan. Pada saat ini teknik penjadwalan yang umum digunakan adalah:
pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien
1. Pengendalian Pembiayaan
biaya yang terjadi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dan tidak berlebihan
(over stock) dan membatasi seminimal mungkin kegiatan yang belum dapat
ditagihkan pembayarannya.
2. Pengendalian Penerimaan
penerimaan dapat sesuai dengan jadwal atau bahkan kalau mungkin lebih maju
dari jadwal.
proyek harus memiliki pengetahuan dasar tentang risiko yang terkait dengan
suatu proyek dan cara menanganinya. Risiko dikelola setiap hari di industri
teori yang disediakan oleh literatur manajemen risiko tidak semuanya berlaku
jarang digunakan oleh peserta dalam proyek konstruksi. Para peserta biasa
Teknik manajemen risiko harus diterapkan pada setiap proyek konstruksi pada
tahap awal proyek untuk mendapatkan manfaat maksimal dari teknik tersebut.
Oleh karena itu, ada kebutuhan yang berkembang untuk memiliki prosedur
yang terdokumentasi dengan baik yang harus menjadi solusi satu atap untuk
semua bahaya yang mungkin terjadi selama siklus hidup proyek. Seharusnya
ada pendekatan yang lebih sehat terhadap manajemen risiko dari pada
pihak yang terlibat dalam proyek. Tidak ada proyek yang sepenuhnya bebas
kontrak baru dan memberikan tanggapan yang sesuai untuk setiap yang
diidentifikasi risiko akan mengarah pada dampak positif pada proyek dalam
hal waktu, kualitas dan biaya. Respons untuk risiko negatif yang diidentifikasi
proyek, namun tugas yang sangatr komplek dan akan menjadi tidak efisien jika
manajemen risiko yang baik tidak dilakukan sejak awal proyek. Evaluasi
manajemen risiko dalam bisnis konstruksi dan proyek konstruksi harus menjadi
risiko pada saat konstruksi tersebut. Data yang terkumpul dianalisis dengan
Hasil dari mitigasi risiko dari identifikasi awal faktor risiko pada
terjadi, dan dari hasil analisis diperoleh 10 faktor yang paling besar probabilitas
memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengelola risiko yang
dan penyedia jasa, 2) membuat jaminan dari bank terkait dengan keadaan
keuangan dari pihak kontraktor, 3) mendapatkan data terkait cuaca dan BMKG
pada okasi proyek serta 4) penyediaan SDM dan alat. Sehingga segala jenis
yang ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada pihak lain atau
mungkin terjadi (respon risiko) dengan cara: menahan risiko (risk retention),
Risk response adalah tanggapan atau reaksi terhadap risiko yang dilakukan
oleh setiap orang atau perusahaan dalam pengambilan keputusan, yang dipengaruhi
oleh risk attitude dari pengambil keputusan (Flanagan dan Norman, 1993).
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko yang muncul tersebut disebut
kadang tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat dikurangi sehingga
dari proses manajemen risiko. Ini menggambarkan kondisi daya saing dan
1. Risiko eksternal,
3. Risiko internal.
Risiko eksternal adalah risiko yang berada di luar kendali tim manajemen
proyek. Risiko internal dapat dibagi menurut pihak yang mungkin merupakan
METODE PENELITIAN
pendekatan kuantitatif untuk dapat memberikan suatu deskripsi yang akurat dan
sistematik tentang sesuatu keadaan dan hubungan yang terjadi antar keadaan yang
diteliti.
Lokasi penelitian ini difokuskan pada lokasi Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A. Waktu penelitian ini adalah bulan
Penelitian yang dilakukan pada proses konstruksi Proyek Jalan Tol Tebing
dan survey lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan opini dari responden
jalan tol. Proses penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 3.1.
23
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pihak pelaku konstruksi yang terlibat
dan memiliki peranan serta sebagai penentu kebijakan (expert) dalam Proyek Jalan
1. Project Manager
9. Junior Superintendent
3.3.2 Sampel
yaitu pengambilan sampling bukan acak. Dan jenis yang digunakan adalah
kelompok dan kekhususan yang dicari. Metode yang digunakan adalah expert
keahlian dalam suatu bidang. Jumlah responden dalam penelitian ini diambil
berdasarkan metode non probability sampling yaitu tanpa rumus dan diambil
kuesioner mengenai penilaian risiko (risk assessment) tentang opini responden baik
Pada tahap ini dilakukan studi literasi tentang faktor risiko apa saja yang
relevan dan mungkin terjadi pada proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat –
Serbelawan Tahap 1 Zona 1A, dari beberapa sumber data sekunder dan data
Pada analisis ini digunakan skala guttman, yaitu skala yang digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. (Ridwan, 2010:89). Dalam
skala guttman ini untuk menentukan relevan atau tidak relevannya variabel
risiko dengan mengunakan penilaian Iya/Tidak yaitu jika jawaban Iya = Skor
1, dan jika jawaban Tidak = Skor 0, dan untuk kumulatif perhitungan data hasil
P x 100% (1)
dimana:
P = presentase,
N = jumlah responden.
Setelah data dianalisis dan diketahui mana saja faktor risiko yang relevan,
(2)
dimana:
ai = Konstanta penilai
xi = Frekuensi responden
I = 0,1,2,3,4,…...n
a0 = 0, a1 = 1, a2 = 2, a3 = 3, a4 = 4
skala penilaian dan dampak sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Risk ranking adalah hasil pengolahan data berdasarkan waktu dan biaya
yang dilakukan pada tahap analisis data menggunakan persamaan faktor risiko yang
probabilitas kejadian risiko (Pusjatan, 2005), yang dihitung dari persamaan berikut
ini yaitu:
dengan:
risiko yang terjadi, maka dilanjutkan dengan analisis risiko menggunakan matriks
2. Dampak (Impact), adalah tingkat pengaruh atau ukuran dampak (Impact) pada
Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor probabilitas dan skor dampak
yang didapat dari responden (Well-Stam, 2004). Untuk mengukur risiko dapat
menggunakan rumus:
R=PxI (4)
dimana:
R = Tingkat Risiko,
5 5 10 15 20 25 Risiko Tinggi
4 4 8 12 16 20 Risiko Sedang
Probability
3 3 6 9 12 15 Risiko Rendah
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Impact
Gambar 3.2 Matriks peta risiko
memplotkan nilai risiko yang telah didapat ke dalam matriks. Setelah itu didapat
nilai yang dijadikan acuan untuk mengetahui risiko-risiko mana saja yang
Karya adalah salah satu perusahaan negara terkemuka di Indonesia yang berperan
Namun, sejak tahun 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah
menjadi "Persero" PT. Waskita Karya, dengan panggilan yang lebih familliar
kontraktor umum yang terlibat dalam berbagai kegiatan konstruksi yang lebih luas
berupa joint operation dan joint venture dengan perusahaan asing terkemuka.
31
tinggi dengan reputasi baik seperti BNI City (gedung tertinggi di Indonesia),
Gedung Kantor Bank Indonesia, Menara Graha Niaga, Menara Mandiri Plaza,
Berangin, dan Barelang IV. Prestasi besar lainnya dengan menggunakan teknologi
serupa telah dilakukan dalam pembangunan jembatan darat dan kabel yang
Gapit, dan Sumi, yang selesai lebih cepat dari jadwal dengan kualitas memuaskan.
mengenai Sistem Manajemen Mutu ISO yang diterapkan oleh perusahaan dan titik
awal menuju era persaingan global. Pada bulan Juni 2003, Waskita telah berhasil
memperbarui Sistem Manajemen Mutu dan dapat memperoleh sertifikasi ISO 9001:
2000. Hal ini menjadi indikasi kuat bagaimana perusahaan memahami dan selalu
berkelanjutan dengan:
menerus, Militan
Terbaik.
Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A,
merupakan bagian Program Strategis Nasional (PSN) Seksi 3 dari ruas jalan tol
BUMN yang bersinergi dalam satu wadah yaitu PT Hutama Marga Waskita
(Humawas), dengan panjang 7,5 km dengan lokasi STA. 6+000 sampai dengan
STA. 13+500. Pembangunan tol yang nantinya akan terhubung dengan tol Trans
Toba, yang terkoneksi baik dari Kuala Tanjung maupun ke destinasi Kawasan
Danau Toba. Jadwal pelaksanaan proyek adalah tanggal 12 Juni 2019 sampai
dengan 11 Juni 2021, dengan jangka waktu masa pemeliharaan adalah 1095 hari
kalender. Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A
dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Sifat kontrak pada proyek ini
payment. Peta lokasi Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap
Gambar 4.1 Peta lokasi Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat - Serbelawan
Tahap 1 Zona 1A
Struktur organisasi yang digunakan pada Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
tanggal 17 Juli 2019, Perihal Nomor AB, Profit Centre, ID Project dan ID
Procurement Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat (Zona 1 dan 1A). Sebagai
organisasi yang terpisah dari organisasi induk menjadi organisasi tersendiri dalam
staf teknis tersendiri, adminsitrasi tersendiri dan ikatan dengan organisasi berupa
laporan kemajuan atau kegagalan yang dilakukan secara periodik. Pimpinan proyek
(Project Manager) dapat melakukan pengadaan sumber daya dari luar seperti sub-
kontraktor atau supplier selama sumber daya tersebut tidak tersedia atau tidak
efektif dan efisien bila diselenggarakan secara internal. Struktur organisasi Proyek
Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A dapat dilihat pada
Gambar 4.2 Struktur organisasi Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat -
Serbelawan Tahap 1 Zona 1A
pengambilan sampling bukan acak. Dan jenis yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu pengambilan sampel dengan terlebih dahulu menetapkan tujuan dan
perencanaan tertentu atau sudah ada predefinisi terhadap kelompok – kelompok dan
kekhususan yang dicari. Metode yang digunakan adalah expert sampling yaitu
suatu bidang. Jumlah responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode
non probability sampling yaitu tanpa rumus dan dapat diambil berdasarkan
pada Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A yang
memiliki jabatan sesuai keahlian di proyek. Pada penelitian ini ada 11 responden
yang ditunjuk. Hasil karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik responden Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat -
Serbelawan Tahap 1 Zona 1A
tentang profil responden, yaitu jabatan para responden di Proyek Jalan Tol Tebing
Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A, pendidikan terahir dan juga
lamanya pengalaman kerja dari responden. Dari data Tabel 4.1 komposisi
Dari data survey didapat data mengenai pengalaman kerja responden. Dari
responden yang ditunjuk. Variabel risiko dapat dikatakan relevan jika lebih dari
risiko tersebut relevan, maka risiko tersebut dinyatakan relevan atau variabel risiko
tersebut mungkin dapat terjadi pada proyek. Dari analisis hasil data penilaian
Setelah data analisis dan diketahui faktor risiko yang relevan, selanjutnya
risiko.
risiko yang potensial terjadi pada pelaksanaan Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A, dan SI menunjukkan indeks dampak setiap
penilaian dan dampak sebagaimana telah dijelaskan pada tabel 3.1. Data hasil
pada tahap analisis data menggunakan persamaan faktor risiko yang didefinisikan
kejadian risiko (Pusjatan, 2005), yang dihitung menggunakan persamaan berikut ini
yaitu:
Hasil perhitungan analisis Faktor Risiko (FR) dan anilisis level risiko (risk
rangking) untuk 78 variabel risiko pelaksanaan Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
Kategori risiko dibagi atas 4 kuadran, yaitu; (i) risiko rendah, dimana risiko
terjadi, maka dampaknya relatif kecil, (ii dan iii) risiko sedang, dimana salah satu
Hasil analisis level risiko, untuk level risiko pada pelaksanaan Proyek Jalan
Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Dari data Lampiran 5, dapat kita lihat bahwa hasil perhitungan risiko yang
ada dapat dipetakan kedalam peta risiko. Peta risiko ini menunjukkan letak dari
risiko berdasarkan levelnya. Peta risiko digunakan untuk mengevaluasi risiko yang
ada. Risiko – risiko yang dievaluasi adalah risiko yang tergolong tinggi saja, karena
dari lampiran 4 terdapat 42 faktor risiko yang tergolong tinggi, 33 faktor risiko yang
tergolong sedang dan 3 faktor risiko yang tergolong rendah. Besaran masing-
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menilai risiko-risiko yang
mungkin atau potensial terjadi dalam pelaksanaan Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi
diambil guna mencegah dan menangani risiko yang terjadi pada pelaksanaan
Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1 Zona 1A.
Dari hasil analisis didapatkan 19 kategori risiko dan 78 faktor risiko yang
relevan terjadi pada Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat – Serbelawan Tahap 1
Tabel 4.2 Faktor risiko yang relevan atas analisis penilaian responden
A4 Ketidakstabilan moneter
B3 Inflasi
B4 Fluktuasi
Tabel 4.3 Ranking faktor risiko atas hasil analisis probabilitas dampak
There are no sources in the current document.bSumber: Hasil Penelitian, 2019 (Data diolah)
Apabila dari hasil analisis terdapat hasil perhitungan yang sama, maka
tujuan dari ranking faktor risiko adalah untuk dapat menganalisis faktor risiko yang
paling besar nilai dampak muncul setelah hasil pengolahan data untuk selanjutnya
tersebut berada di bawah kontrol masing-masing pihak dan dapat tertangani dengan
baik, dengan demikian potensi kerugian akibat terjadinya risiko tersebut dapat
Tabel 4.4 Alokasi faktor risiko atas kepemilikan pihak yang terlibat proyek
Berdasarkan data Tabel 4.4 Alokasi faktor risiko atas kepemilikan pihak
yang terlibat pada pelaksanaan proyek, pihak pengguna jasa dalam hal ini sebagai
pemilik proyek (owner) merupakan pihak yang paling besar pengaruhnya dalam
memunculkan potensi risiko. Dari data tabel pemetaan alokasi risiko hampir semua
dari klasifikasi ranking risiko yang terbesar alokasi kepemilikan munculnya risiko
berada pada pihak pemilik proyek dalam hal ini pengguna jasa, berikutnya dari
dihasilkan risiko yang tergolong risiko tinggi (high risk) terbesar adalah yang
bersumber dari risiko proyek dan risiko internal. Dengan demikian penanganan
sasaran atau tujuan proyek, proyek konstruksi sipil mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan proyek industri lainnya yaitu mempunyai sifat yang unik dan
proyek jasa konstuksi ini adalah menimbulkan kebutuhan suatu teknik atau
Pengelolaan proyek akan berhasil baik jika semua fungsi manajemen dijalankan
secara efektif. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap fungsi dan menyediakan kondisi yang tepat
masing-masing.
maka tahap selanjutnya adalah memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan
untuk mengelola risiko tersebut sebelum maupun apabila terjadi. Berikut ini adalah
Klasifikasi Risiko:
Keterlambatan Penerbitan SPMK masuk dalam jenis klarifikasi risiko waktu, yang
yang tidak segera dikeluarkan oleh pihak pengguna jasa (owner), sehingga
a. Sebagai pihak penyedia jasa yang sangat besar terkena dampak risiko akibat
segera bersurat ke pihak Pengguna Jasa terkait risiko yang akan timbul
apabila SPMK tidak segera diterbitkan maka, pihak Penyedia Jasa (PT
(resmi) sebagai backup data dasar pengajuan untuk segera SPMK dapat
Klasifikasi Risiko:
ditentukan bersama, akibat adanya lahan yang belum dibebaskan oleh pihak
pekerjaan.
a. Menerbitkan surat ke pihak Pengguna Jasa terkait lokasi lahan yang belum
dapat membuat action plan terhadap kondisi lahan kerja yang belum
metode kerja seefektif dan seefisien mungkin, dan segera diajukan kepada
pihak konsultan agar dapat disetujui dan tidak menyalahi dari peraturan
Klasifikasi Risiko:
Curah hujan yang tinggi masuk dalam jenis klarifikasi risiko dari kondisi cuaca,
b. Banyaknya sumber daya seperti tenaga kerja (tim pekerja lapangan, mandor
borong, tim survey, tim quality control, pengawas lapangan maupun alat
excavator, bulldozer) yang idle akibat kondisi cuaca yang pada umumnya
jalan akses maupun lokasi pekerjaan untuk jalan tol sangat berisiko.
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari curah hujan yang tinggi, maka
legal back up data yang merupakan bagian dari force majore pekerjaaan
b. Tim proyek menyiapkan action plan pekerjaan terkait potensi risiko apabila
kondisi curah hujan yang tinggi. Sehingga dapat dipilih bebrapa alternativ
pekerjaan yang masih bisa dilakukan oleh tim pekerja maupun alat berat
masih bisa dikerjakan pada saat kondisi cuaca hujan secara efektif dan
efisien sehingga pekerja maupun alat berat tetap bisa produktif. Seperti
melakukan perbaikan maupun penyiapan lahan akses jalan yang tetap bisa
dilalui meskipun curah hujan tinggi, dengan memasang beberapa alat bantu
4. Ketersediaan Dana
Klasifikasi Risiko:
Ketersediaan dana masuk dalam jenis klarifikasi risiko ekonomi, potensi dampak
a. Ketersediaan dana merupakan bagian dari alokasi risiko yang dimiliki oleh
apabila pengajuan termin dari penyedia jasa tidak segera dicairkan dapat
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari ketersediaan dana, maka beberapa
b. Tetap mengajukan dan melengkapi semua back up data berkas termin sesuai
jasa terkait progres payment yang sudah pihak penyedia jasa sampaikan dan
target penyelesaian pekerjaan juga risiko apabila umur piutang yang terlalu
lama dapat berdampak pada proses pelaksanaan kerja, dimana sesuai pasal
Klasifikasi Risiko:
sehingga menyebabkan additional work pada saat pelaksanaan proyek masuk dalam
jenis klarifikasi risiko perencanaan, potensi dampak risiko yang mungkin terjadi,
antara lain:
merupakan bagian dari alokasi risiko yang dimiliki oleh konsultan dan juga
penyedia jasa, yang secara umum pihak penyedia jasa berisiko tidak dibayar
sebagai akibat over volume maupun item pekerjaan yang tidak masuk dalam
b. Penambahan biaya beban kerja (BK) tanpa adanya pendapatan usaha (PU)
pekerjaannya.
saat pelaksanaan proyek, maka beberapa upaya mitigasi dapat dilakukan sebagai
berikut:
perubahan volume sebagai akibat dari perbedaan data awal perencana yang
dengan dokumen kontrak, sebelum ada secara legal dari pihak pengguna
jasa dokumen intruksi kerja tertulis dari pengguna jasa beserta konsultan
Klasifikasi Risiko:
Keterlambatan penyerahan lahan oleh owner masuk dalam jenis klarifikasi risiko
belum dibebaskan oleh pihak pengguna jasa (owner), dapat berdampak pada
pekerjaan.
a. Menerbitkan surat ke pihak Pengguna Jasa terkait lokasi lahan yang belum
serah terima lahan merupakan tanggung jawab penuh pihak pengguna jasa
b. Melampirkan backup data terkait lokasi lahan yang belum atau terlambat
c. Pihak penyedia jasa (tim proyek) membuat action plan terkait lahan yang
Klasifikasi Risiko:
Adanya additional work yang melebihi 10% dari nilai kontrak masuk dalam jenis
klarifikasi risiko perencanaan, potensi dampak risiko yang mungkin terjadi antara
lain:
a. Adanya additional work yang melebihi 10% pada saat pelaksanaan proyek
merupakan bagian dari alokasi risiko yang dimiliki oleh konsultan dan juga
penyedia jasa, yang secara umum pihak penyedia jasa berisiko tidak dibayar
sebagai akibat dari data perhitungan realisasi dilapangan lebih besar dari
b. Risiko rugi sebagai akibat penambahan biaya beban kerja (BK) tanpa
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari Adanya additional work yang
melebihi 10% dari nilai kontrak, maka beberapa upaya mitigasi dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Tim proyek melakukan pengecekan data ulang agar lebih akurat, seperti
melakukan kembali tes tanah dasar dibeberapa lokasi yang tidak sesuai
dengan hasil rencana, maupun menambah data tes terkait untuk lebih
penyelesaian pekerjaan bisa balance budget dan tetap aman dari segi
konstruksi bangunan.
perubahan volume sebagai akibat dari perbedaan data awal perencana yang
bahwa additional work yang melebihi 10% dari nilai kontrak dapat diakui
Klasifikasi Risiko:
dalam jenis klarifikasi risiko kontraktor, potensi dampak risiko yang mungkin
merupakan bagian dari alokasi faktor risiko yang dimiliki oleh pengguna
bagian risiko penyedia jasa dimana besar risiko pekerjaan yang wajib
perhitungan pada kontrak Lumpsum, maka beberapa upaya mitigasi dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Melakukan penyelidikan ulang terkait data base sebagai back up data untuk
akibat ketidaksesuaian data awal dari pengguna jasa yang diterima penyedia
volume dapat dibayar oleh pengguna jasa. Selain itu memastikan seluruh
pastikan untuk di setujui oleh pihak konsultan dan pengguna jasa sebagai
item yang dapat dibayar dan diakui sebelum dikerjakan oleh penyedia jasa.
Klasifikasi Risiko:
Masalah perijinan rumit masuk dalam jenis klarifikasi risiko politik, potensi
a. Masalah perijinan yang rumit merupakan bagian dari alokasi faktor risiko
yang dimiliki oleh pengguna jasa sebagai pihak yang berkompeten dalam
direncankan.
akan muncul apabila, terlalu lama sumber daya yang ada menunggu untuk
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari rumitnya masalah perijinan, maka
a. Besurat kepihak pengguna jasa terkait kesulitan penyedia jasa atas perijinan
yang akurat beserta time line proses pengajuan perijinan yang sudah
Klasifikasi Risiko:
Data – data dari owner yang kurang lengkap masuk dalam jenis klarifikasi risiko
a. Data-data dari owner yang kurang lengkap merupakan bagian dari alokasi
faktor risiko yang dimiliki oleh pengguna jasa sebagai pihak yang
pekerjaan dimulai. Dampak dari ketidak lengkapan data dari owner akan
yang sangat signifikan, dengan risiko besar tuntutan dari pengawas lapangan
dan apabila terjadi over volume maupun over quality lebih dari kontrak awal
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari rumitnya masalah perijinan, maka
a. Bersurat secara intensif kepada pengguna jasa dan konsultan terkait data-
b. Tim proyek melengkapi semua data-data yang dirasa perlu apabila data
11. Adanya ketidaksesuaian gambar rencana dan kondisi riil di lokasi proyek
Klasifikasi Risiko:
Adanya ketidaksesuaian gambar rencana dan kondisi riil di lokasi proyek masuk
dalam jenis klarifikasi risiko perencanaan, potensi dampak risiko yang mungkin
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari ketidaksesuaian gambar rencana dan
kondisi riil di lokasi proyek, maka beberapa upaya mitigasi dapat dilakukan sebagai
berikut:
terkait persetujuan maupun approval dari pihak terkait, baik dari konsultan
Klasifikasi Risiko:
Kondisi kontrak dengan pasal – pasal yang tidak menguntungkan pihak proyek
masuk dalam jenis klarifikasi risiko dokumen dan informasi, potensi dampak risiko
dalam hal ini akan berpengaruh dalam proses pelaksanaan pekerjaan baik
Agar dapat mengendalikan dampak risiko dari pasal-pasal kontrak yang tidak
jasa.
agar tidak memberatkan penyedia jasa terkait pada hak dan kewajiban
disimpulkan bahwa sumber risiko yang mempunyai ranking risiko tinggi dan
menyebabkan dampak risiko cukup besar adalah risiko proyek terkait penerbitan
SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dan proses serah terima lahan yang sangat
proyek itu sendiri, terkait sifat proyek lumpsum yang sangat besar risikonya apabila
dari awal proses persiapan penawaran pekerjaan (tender) data-data yang dimiliki
berpotensi overbudget maupun additional work item di luar kontrak kerja yang
sudah disepakati, kondisi seperti ini yang dapat menyebabkan kesulitan pihak
owner sebagai pengguna jasa dan sebagai kuasa pengguna anggaran untuk dapat
menjadikan nilai penambahan kontrak apabila backup data dan dokumen legal
tidak kuat dalam pengajuan pekerjaan tambahan menjadi nilai tambah dalam
Dengan demikian menunjuk hasil dari penelitian ini perlu diberi perhatian
oleh pengambil kebijakan di Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat - Serbelawan
Tahap 1 Zona 1A, sehingga implikasi secara manjerial yang dapat dilakukan oleh
manajemen adalah:
pengguna jasa dalam hal ini PT Hamawas, terkait masalah penerbitan SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja) kepada pihak penyedia jasa PT Waskita Karya
(Persero) Tbk, agar tidak menyalahi pasal kontrak terkait syarat dimulainya
pengguna jasa, dilampirkan backup data seperti jadwal pekerjaan yang sudah
klaim biaya yang akan terus bertambah atas keterlambatan penerbitan SPMK
yang harus dibayarkan pengguna jasa kepada penyedia jasa sesuai dengan yang
2. Tim Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat - Serbelawan Tahap 1 Zona 1A,
kondisi tanah maupun lokasi pekerjaan hasilnya tidak sesuai dengan data
pekerjaan.
untuk Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat - Serbelawan Tahap 1 Zona
1A, tidak melakukan aktifitas kerja yang tidak ada dalam perjanjian kerja,
3. Tim Proyek Jalan Tol Tebing Tinggi Parapat - Serbelawan Tahap 1 Zona 1A
metode kerja secara efektif, efisiensi dan juga aman terkait upaya
4. Pihak manajemen unit bisnis terkait seperti Kepala Bagian Produksi dan
secara periodik disampaikan oleh tim proyek, agar dapat di fasilitasi untuk
proses penyelesaian setiap risiko yang sifatnya sangat tinggi. Sehingga laporan
segera dengan cepat ditangani oleh manajemen unit bisnis. Sebab selama ini
mitigasi risiko hanya dijalankan sekedar collecting data tanpa ada tindak lanjut
tinggi tidak segera ditindaklanjuti dan berdampak besar bagi proyek, tanpa ada
feed back pendampinagn dari manajemen unit bisnis seolah-olah proyek tidak
5. Pihak manajemen unit bisnis juga dapat memfasilitasi terkait pembayaran dari
pihak owner atas umur-umur piutang yang jatuh tempo tetapi belum dilakukan
strategis dari perusahaan dapat dijalankan terkait umur piutang yang akan
berkaitan dengan instansi terkait seperti BMKG untuk backup data cuaca,
keberterimaan atas penambahan item kerja maupun volume akibat kondisi riil
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dalam penelitian ini dapat
1. Identifikasi awal faktor risiko pada pelaksanaan pelaksanaan Proyek Jalan Tol
risiko yang mungkin terjadi, dan dari hasil analisis diperoleh 12 faktor risiko
0.99, 3) cuaca 0.99. dan terhadap biaya yaitu: 1) Ketersedian dana dari pihak
akibat kontrak lumpsum 0.97, 3) Adanya additional work melebihi 10% nilai
kontrak 0.97.
2. Setiap elemen risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang paling mampu
3) cuaca oleh pengguna jasa dan penyedia jasa, 4) produktivitas oleh penyedia
risiko yang terjadi yaitu: 1) melakukan rekayasa lapangan antara penguna jasa,
pengawas dan penyedia jasa, 2) membuat jaminan dari bank terkait dengan
69
keadan keuangan dari pihak kontraktor, 3) mendapatkan data terkait cuaca dari
5.2 Saran
konstruksi bisa dihindari dan pekerjaan selesai sesuai dengan jadwal dalam
Terkait besarnya risiko yang sering muncul pada proyek jasa konstruksi
terutama pada proyek jalan tol, terkait dengan lambatnya penerbitan SPMK yang
biasanya terkendala karena belum semua lahan lokasi kerja sudah dibebaskan oleh
pengguna jasa, maka pihak penyedia jasa harus lebih memperhatikan klausal terkait
penerbitan SPMK dan pembebasan lahan pada pasal dalam kontrak kerjasama
dengan pihak pengguna jasa (owner), lengkap dengan klausal terkait dampak biaya
Firmansyah, Bayu Aditya, Alin Veronika and Bambang T., 2006, “Risk Analysis
in Feasibility Study of Building Construction Project: Case Study - PT.
Perusahaan Gas Negara Indonesia”. The Tenth East Asia-Pacific
Conference on Structural Engineering and Construction.
https://www.waskita.co.id/.
Jamil, Misbah, Nadeem Ahmad M. And Ammad Hassan K., 2008, “Risk
Identification for International Joint Venture Construction Projects”, First
International Conference on Construction in Developing Countries
(ICCIDC–I).
71
Munang, Aswan., RM, Faisal., Mansur, Agus. 2016. Evaluasi dan Perencanaan
Mitigasi Risiko Proyek Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Semarang-
Bojonegoro. Teknoin Vol. 22 No. 2 Juni 2016: 01-10.
R Sutjipto, Nugraha Paulus dan Natan Ishak. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi
1. Surabaya: Kartika Yudha.
Serpella, A. F., Ferrada, X., Howard, R., Rubio, L. 2014. Risk Management in
Construction Projects: A Knowledge-based Approach. Procedia - Social and
Behavioral Sciences 119 (2014) 653 – 662.
Setiawan, A., Walujodjati, E., & Farida, I. (2014). Analisis Manajemen Risiko pada
Proyek Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu (Studi Kasus: Development of
Cileumyi - Sumedang Dawuan Toll Road Phase I). Jurnal Konstruksi STT
Garut Vol 11 No.1, 1-11.
Shortreed, John, Cindy Jardine, and Steve Hrudey, et al, 2003. “Risk Management
Frameworks for Human Health and Environmental Risks”. Journal of
Toxicology and Environmental Health, Vol. 6, pp 569-720.
Thompson, P., & Perry, J. 1991. Engineering Construction Risk. London: Thomas
Telford Ltd.
Vaughan, Emmet J. 1978. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd. New York:
John Willey.
Wang, Shou Qing, Mohammed Fadhil D. And Muhammad Yousuf A., 2004, “Risk
Management Framework for Construction Projects in Developing
Countries”, Construction Management and Economics, Vol. 22, pp. 237-
252.
William, A. C., Smith, M., & Young, P. C. 1998. Risk Management and Insurance.
Boston: McGraw Hill.2
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
(RESPONDEN)
Oleh
DWI WAHYUNINGSIH
NIM: 177007095
4. Perusahaan : ………………………………………
Kriteria Penilaian:
1) R = Relevan
2) TR = Tidak Relevan
2. Dibawah ini terdapat sejumlah risiko-risiko yang umum terjadi pada proyek
konstruksi berikan tanda chek (√) atau tanda silang (x) pada kolom yang
tersedia dengan satu pilihan jawaban.
Kriteria Penilaian :
I. Kriteria Kuantitatif II. Kriteria Kualitatif
1 = Kemungkinan Terjadi ≤ 20% 1. SK = Sangat Kecil = Cenderung tidak mungkin terjadi
2 = 20% < Kemungkinan Terjadi < 40% 2. K = Kecil = Kemungkinan kecil terjadi
3 = 40% < Kemungkinan Terjadi < 60% 3. C = Cukup/ Sedang = Sama kemungkinannya terjadi & tidak terjadi
4 = 60% < Kemungkinan Terjadi < 80% 4. B = Besar = Kemungkinan besar terjadi
5 = 80% < Kemungkinan Terjadi < 100% 5. SB = Sangat Besar = Sangat mungkin pasti terjadi/ Sering
Lampiran 2
Lampiran 3
Faktor risiko yang relevan beserta probabilitas dan kategori berdasarkan penilaian
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Kemungkinan Dampak
(Probability ) (Impact ) Risk
R Risk
Faktor Risiko Matrik
P Nilai I Nilai Ranking
Level
% P % I P xI