Anda di halaman 1dari 16

Proposal Skripsi Teknik Sipil sebenarnya sudah dibahas juga namun saya cuma

mau memperjelas kembali tentang cara Menyusun Proposal Skripsi Teknik sipil
yang sistematis.
Defenisi Proposal Secara Umum
Propsal yaitu usulan dari rencana yang membutuhkan Persetujuan atau
kesepakatan dari pihak tertentu untuk dilaksanakan. isi dari Propsosal biasanya
berkaitan dengan Desain Kegiatan, Pendanaan Kegiatan, Konsep Pelaksanaan. dll
Tujuan Pembuatan Proposal
Proposal yang diusulkan memiliki tujuan yaitu untuk menjelaskan tetang sebuah
konsep pelaksanaan kegiatan secara tertulis, lengkap,singkat, dan representatif
sesuai dengan kegiatan yang mau dilaksanakan. sehingga bisa diterima oleh pihak
terkait.
Defenisi Proposal penelitian
Jika Proposal adalah Usulan Kegiatan maka, proposal penelitian yaitu sebuah
usulan rencana kegiatan yang mau kita lakukan yang berhubungan dengan
Penelitian dan mengharapkan persetujuan dari Pihak yang kita tuju. dalam hal ini
jika Proposal Penelitian kita adalah Skripsi atau Tesis tentu kita harus meminta
persetujuan
dari
Jurusan
dimana
tempat
kita
melakukan
Studi.
Oke. langsung saja saya tambahkan Contoh Proposal Skripsi/Tesis Teknik Sipil.
I. JUDUL
Evaluasi Sistem Manajemen Pelaksanaan Proyek Rangka Atap Baja Ringan
Prefabrikasi (Studi Kasus Perusahaan PT X Pada Proyek Kota Wisata Cibubur)
II. LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Perencanaan struktur rangka atap penting diperhatikan dalam perencanaan suatu
bangunan. Struktur bangunan teratas ini akan menyalurkan gaya ke struktur di
bawahnya dan akan diteruskan sampai ke tanah. Untuk itu keamanan,
kenyamanan, durability, dan efisiensi merupakan faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan jenis struktur rangka atap. Sistem rangka
atap konvensional yang mulai diperkenalkan sejak jaman Belanda terdiri dari
beberapa struktur penyokong, diantaranya rangka kuda-kuda, gording, kasau/usuk,
dan reng. Kuda-kuda yang dipergunakan menggunakan bahan kayu dengan dimensi
yang cukup besar dan jarak kuda-kuda berkisar antara 3 meter. Permasalahan
sering timbul saat pengerjaan, dimana hubungan antar kayu pada sistem rangka
atap tersebut mempergunakan sistem hubungan yang cukup rumit. Kualitas produk
kuda-kuda tidak seragam, waktu pengerjaan yang cukup lama, hasil bentuk atap
tergantung kompetensi sumber daya manusia, dan terjadinya kesulitan-kesulitan
selama tahap konstruksi, misalnya dalam hal pengangkatan kuda-kuda. Sistem ini

juga memiliki keterbatasan dalam kuda-kuda dengan bentangan besar akan


menimbulkan lendutan yang besar pula.
Suatu bangunan yang menggunakan bahan atau komponen logam, seperti baja dan
alumunium, dapat dinilai sebagai bahan yang ekologis, karena mampu digunakan
dan diolah kembali material yang pernah dipakai (reuse dan recycling) menjadi
material atau produk lain yang berguna (Peter Graham, 2003). Sifat mekanis baja
yang mempunyai kekuatan tinggi dikembangkan pemakaiannya pada struktur
rangka atap. Bahan baja yang digunakan diperoleh dengan menghaluskan struktur
mikro, sehingga produk menjadi lebih ringan dan kompak. Penghematan energi
dapat didapatkan karena pengurangan beban pada penggunaannya, serta
eksploitasi sumber daya alam dapat menurun. Perkembangan sistem rangka atap
baja ringan yang makin pesat, dimana ditandai dengan munculnya fabrikatorfabrikator maupun aplikator-aplikator rangka baja ringan pada industri konstruksi
Indonesia, memerlukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap sistem rangka
atap tersebut. Kegagalan-kegagalan struktur rangka atap khususnya yang terjadi
akibat pemakaian sistem rangka atap baja ringan, misalnya proyek pembangunan
RSU Sanjiwani Gianyar, RSD Jombang, renovasi SDN 02 Tambun Selatan Bekasi, SD
Pasundan 3 Babakan Ciparay Bandung, dan beberapa proyek lain, merupakan
permasalahan yang memerlukan penyelesaian. Kurangnya norma, standar,
pedoman, dan manual Indonesia yang dapat menjadi batasan pemakaian struktur
rangka atap baja ringan, menjadi pemicu dilakukannya pengkajian tesis ini yang
mengambil judul Evaluasi Sistem Manajemen Pelaksanaan Proyek Rangka Atap
Baja Ringan Prefabrikasi.
III. PERUMUSAN PERMASALAHAN
Krakatau steel yang merupakan produsen baja utama di Indonesia akan menaikkan
harga produknya di pasar domestik sekitar 25 persen. Hal ini dikarenakan adanya
kenaikan harga bijih besi dan biaya transportasi akibat dorongan harga minyak
dunia. Di tengah tingginya harga produk baja, terjadi peningkatan permintaan
pasar domestik sekitar 10 persen (Kompas, 2008). Menurut Karyanto (2007),
penurunan kualitas yang dilakukan para fabrikator maupun aplikator rangka baja
ringan dalam persaingan harga justru sangat membahayakan. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya kegagalan struktur sehingga dapat mengurangi tingkat
keamanan dan keselamatan saat bekerja. Salah satu penyebab munculnya kualitas
non standar itu adalah karena di Indonesia belum ada peraturan (building codes)
untuk struktur bangunan dengan baja ringan. Untuk itulah perlu dilakukan
pengkajian mengenai sejauhmana sistem manajemen pelaksanaan proyek terhadap
pemakaian baja ringan prefabrikasi dalam struktur rangka atap. Adapun
pertanyaan permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan
prefabrikasi
jika
ditinjau
dari
aspek
mutu
pelaksanaan
proyek?
2. Bagaimana sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan
prefabrikasi
jika
ditinjau
dari
aspek
waktu
pelaksanaan
proyek?
3. Bagaimana sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan
prefabrikasi
jika
ditinjau
dari
aspek
total
biaya
proyek?
4. Bagaimana sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan
prefabrikasi jika ditinjau dari segi keamanan dan keselamatan saat pelaksanaan
proyek?

5. Bagaimana sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan


prefabrikasi jika ditinjau dari segi kepuasan pelanggan?
IV. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengkaji sistem manajemen
pelaksanaan pada proyek rangka atap prefabrikasi. Adapun sasaran penelitian ini
adalah
sebagai
berikut:
1. Terukurnya variabel model manajemen pelaksanaan jika ditinjau dari aspek total
biaya
proyek.
2. Terukurnya variabel model manajemen pelaksanaan jika ditinjau dari aspek
waktu
pelaksanaan
proyek.
3. Terukurnya variabel model manajemen pelaksanaan jika ditinjau dari aspek
mutu
pelaksanaan
proyek.
4. Terukurnya variabel model manajemen pelaksanaan jika ditinjau dari segi
keamanan
dan
keselamatan
saat
pelaksanaan
proyek.
5. Terukurnya variabel model manajemen pelaksanaan jika ditinjau dari segi
kepuasan pelanggan.
V. LINGKUP PENELITIAN
Kegagalan struktur rangka atap yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan
bangunan, dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya kesalahan
desain struktur dan kesalahan dalam sistem manajemen pelaksanaannya. Dalam
penelitian ini hanya mengevaluasi sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka
atap baja ringan prefabrikasi dari sudut pandang perusahaan PT X selaku
pelaksana proyek. Perusahaan PT X ini merupakan perusahaan yang khusus
menangani proyek rangka atap prefabrikasi sejak tahun 1993, menangani proyek
rangka atap baja ringan prefabrikasi selama enam tahun, dan telah berhasil
menyelesaikan proyek rangka atap baja ringan lebih dari tiga ribu proyek. Evaluasi
sistem manajemen pelaksanaan proyek dilakukan pada proyek yang sedang
berlangsung di Kota Wisata Cibubur Cluster Coates Ville dengan total proyek
berkisar tiga ratus unit rumah.
VI. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Memperluas wawasan ilmu manajemen konstruksi khususnya pada proyek rangka
atap, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian yang akan datang.
2. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian
lebih
lanjut
bagi
pengembangan
ilmu
manajemen
konstruksi.
3. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat jasa konstruksi dalam pemilihan jenis
struktur
rangka
atap
yang
akan
digunakan.
4. Dijadikan acuan penyelesaian permasalan yang terjadi akibat pemakaian
struktur
rangka
atap
baja
ringan.
5. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah, pentingnya peraturan perundangundangan yang berlaku mengenai pemakaian struktur rangka atap baja ringan.
VII. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Secara garis besar sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai


berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan antara lain tentang latar belakang dan identifikasi masalah,
perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, lingkup penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini meninjau teori-teori yang mendukung penelitian ini, diantaranya mengenai
manajemen pelaksanaan proyek, inti kemampuan manajemen pelaksanaan proyek,
parameter keberhasilan proyek, struktur rangka atap baja ringan prefabrikasi.
Selain itu juga mengkaji studi-studi terdahulu, dan kajian prosedur standar.
BAB III METODOLOGI
Membahas tentang metode penelitian, variabel penelitian, populasi penelitian,
jenis dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menguraikan tentang kegiatan pengumpulan data, profil dan jenis data, analisis
melalui pendekatan model dalam bentuk regresi linier, analisis dengan bantuan
program, serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Membahas hasil penelitian berupa kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data
dan analisis model, serta memberikan saran guna perkembangan penelitian.
VIII.
TINJAUAN
TEORI
1. Manajemen Pelaksanaan Proyek

Fungsi Manajemen Pelaksanaan Proyek


Manajemen pelaksanaan proyek adalah suatu cara pengaturan/sistem yang
dilakukan oleh tim proyek agar bertindak sistematis dalam mencapai apa yang
telah direncanakan dengan tepat, efektif, dan efisien. Dalam menjalankan sistem
manajemen pelaksanaan proyek perlu dipahami tiga hal pokok, yaitu:
1.1.
Bidang
Utama
Manajemen
Pelaksanaan
Proyek
Sistem manajemen pelaksanaan proyek mencakup beberapa aspek penting, antara
lain:
1)
Memahami
sifat
dan
ciri
khas
proyek
konstruksi.
2) Memahami rencana dan tujuan proyek yang paling khusus, paling rawan, dan
paling kritis agar dapat mengantisipasi lebih dini dan tepat bertindak.
3)
Merencanakan
pelaksanaan
kegiatan
kerja
dari
proyek.

4) Menentukan penggunaan peralatan dan material konstruksi sesuai kebutuhan


dalam
pelaksanaan
proyek.
5) Menentukan arus kas proyek dengan merencanakan sumber dan penggunaan
dana
kerja.
6) Menentukan kuantitas dan kualitas tenaga kerja terampil dan menjaga
keselamatan
dan
kesehatan
kerja.
1.2.

Fungsi

Manajemen

Dalam

Pelaksanaan

Proyek

1.3.
Sistem
Manajemen
Pelaksanaan
Proyek
Menurut Kerzner (1982) manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran
jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek
menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun
horizontal. Dalam industri jasa konstruksi terdapat tiga pihak yang berkepentingan
dalam
proses
dan
produk
konstruksi,
sebagai
berikut:
a. Pengguna produk konstruksi, yaitu investor atau owner atau pemilik.
b. Penyedia jasa konstruksi, yaitu konsultan perencana atau pengawas proyek
c. Penyedia produk konstruksi, yaitu kontraktor atau pelaksana proyek.
Oleh karena itu terdapat tiga jenis sistem manajemen yang diterapkan oleh
masing-masing pihak dari sudut pandang dan kepentingan yang berbeda,
diantaranya:
a.
Manajemen
Proyek
Manajemen proyek yang dalam arti luas diterapkan oleh investor atau pemilik
proyek, yaitu serangkaian kegiatan kerja, mulai dari studi kelayakan ekonomis dan
teknologis, mencari dana investasi, mengadakan lokasi, perencanaan konstruksi,
mengadakan lelang untuk memilih kontraktor, menandatangani kontrak konstruksi,
menunjuk pengawas proyek, melaksanakan proses konstruksi hingga serah terima
produk konstruksi. Selanjutnya mengelola operasi dan perawatan bangunan untuk
memperoleh pengembalian dana investasi dalam jangka waktu tertentu dan
akhirnya
menikmati
laba
usaha
untuk
pertumbuhan
korporasinya.
b.
Manajemen
konstruksi
Manajemen konstruksi adalah serangkaian kegiatan kerja yang dilakukan oleh
konsultan supervisi yang bertindak sebagai manajer konstruksi untuk kepentingan
investor atau pemilik proyek, dengan memilih konsultan perencana, kontraktor
pelaksana, nominated sub kontraktor spesialis dan supplier khusus serta melakukan
koordinasi, komunikasi, dan supervisi selama berlangsungnya proses konstruksi
dengan tujuan memperoleh produk konstruksi yang memenuhi syarat mutu dan
ketentuan
waktu
yang
dikehendaki
pemilik
proyek.
c.
Manajemen
pelaksana
proyek
Manajemen pelaksana proyek atau manajemen kontraktor adalah serangkaian
kegiatan kerja yang dilakukan oleh kontraktor, mulai dari pemasaran di kantor
pusat maupun kantor wilayah/cabang/divisi, dilanjutkan dengan kegiatan produksi
dalam proses konstruksi di proyek, serta kegiatan pembinaan dan pengelolaan

sumber daya yang dimilikinya. Ketiga kegiatan tersebut di atas saling terkait dan
tergantung satu sama lain. Kegiatan pemasaran mencari kontrak konstruksi baru,
harus didukung oleh reputasi perusahaan dari hasil pelaksanaan proyek terdahulu
dan kinerja perusahaan yang memberikan informasi bonafiditas dan kapasitas
sumber daya yang dimilikinya. Secara ringkas kunci tantangan dinamis yang
dihadapi perusahaan jasa konstruksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Memilih
dan
memperoleh
proyek
dengan
benar.
b)
Prioritisasi
proyek
yang
akan
diperoleh
c)
Mengalokasikan
sumber
daya
dengan
cepat
dan
produktif
d) Menyelesaikan pelaksanaan proyek dengan sukses, biaya hemat, mutu
akurat,
dan
waktu
tepat,
serta
seluruh
pekerja
selamat.
2. Inti Kemampuan Manajemen Pelaksanaan Proyek (Core Project Management
Capability)
Manajemen pelaksanaan proyek mengacu pada usaha yang dirancang untuk
menyediakan suatu sumber daya, yang didukung, diintensifkan, dan yang
terintegrasi menjadi manajemen yang kompleks, dan untuk mengarahkan maupun
mengkoordinir berbagai sumber daya ke dalam suatu organisasi temporer untuk
mencapai tujuan yang jelas dan transparan, terdefinisi secara baik, dan
mengantisipasi proses pertambahan nilai melalui pencapaian pengendalia biaya,
ketepatan waktu, akurasi mutu, sehingga dapat menghasilkan kepuasan pelanggan,
keuntungan perusahaan, meningkatkan sikap profesionalisme, serta keikutsertaan
bagi pengembangan Industri Konstruksi Nasional menuju persaingan pasar
internasional (Adams, 1988). Cara pandang kontraktor terhadap proyek konstruksi
dapat dijelaskan dalam Tabel 1.

Project Management Institute (PMI) mengembangkan suatu model manajemen


proyek yang dikenal sebagai Project Management Body of Knowledge (PMBOK).
PMBOK merupakan kumpulan pengetahuan menyeluruh yang berhubungan dengan
manajemen proyek, dimana telah menjadi standar proyek dalam dunia konstruksi.
Fokus utama adalah pada mengidentifikasi kunci kemampuan organisasi yang
dimungkinkan oleh proyek dengan pendekatan manajerial. (Morris, 1994). PMBOK
terdiri dari 8 fungsi, yaitu 4 fungsi dasar dan 4 fungsi integrasi sebagai berikut:
1)
a)
b)
c)

Fungsi
Pengelolaan
Pengelolaan
Pengelolaan

lingkup

Dasar
proyek
waktu/jadwal
biaya

d)
Pengelolaan
kualitas
atau
mutu
2)
Fungsi
Integrasi
e)
Pengelolaan
sumber
daya
(manusia
dan
non
manusia)
f)
Pengelolaan
kontrak
dan
pembelian
g)
Pengelolaan
risiko
h) Pengelolaan komunikasi
Kegiatan utama dalam suatu proyek konstruksi dapat dilihat dalam Gambar 2
berikut:

3.
Parameter
Keberhasilan
Proyek
Menurut Cristiawan (2004) terdapat 4 unsur yang dipakai untuk
mengevaluasi/menilai
keberhasilan
suatu
proyek
konstruksi,
yaitu:
a. Biaya hemat, yang berarti biaya proyek tidak melebihi anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, bahkan kalau memungkinkan lebih kecil dari anggaran
pelaksanaan
proyek.
b. Mutu akurat, kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan owner atau sesuai dengan standar mutu internasional (ISO-9000 : 2001).
c. Waktu tepat, jangka waktu pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan
oleh
owner
(on
schedule).
d. Tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident) selama proses konstruksi di
proyek.
Dalam perkembangan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat suatu negara, maka
tuntutan atas nilai keberhasilan suatu pekerjaan juga meningkat. Oleh karena itu
perlu ditambahkan kriteria keberhasilan proyek juga harus tergantung kepuasan

para stakeholder. Faktor yang harus dikendalikan dalam pelaksanaan proyek


konstruksi
untuk
mencapai
sasaran
perusahaan,
yaitu:
1) Biaya, tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan (profit)
2) Waktu, tidak melebihi jadwal yang telah ditetapkan (performance)
3) Mutu, sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan owner (profesionalisme)
Dalam bisnis konstruksi keberhasilan perusahaan dapat diukur dengan indikator
finansial (financial), daya saing (competitiveness), ketahanan (sustainability),
pertumbuhan (growth), kesejahteraan (welfare), dan citra (image), atau biasa
disebut
3
P,
yaitu
profit,
performance,
dan
professionalism
4. Struktur Rangka Atap Baja Ringan Prefabrikasi Atap merupakan struktur
bangunan teratas yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam bangunan
tersebut dari pengaruh cuaca dan benda-benda lain yang mengganggu. Atap terdiri
dari penutup atap, rangka atap, dan plafon. Penutup atap dapat bermacam-macam
seperti genteng beton, genteng metal, asbes, dan lembaran metal. Rangka atap
adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi sebagai penopang, penyangga, dan
dasar landasan penutup atap. Rangka atap dapat terbuat dari kayu, baja,
alumunium, ataupun beton. Plafon biasanya dipakai bahan multipleks atau gypsum
dengan rangka kayu atau alumunium. Baja ringan yang digunakan dalam struktur
rangka atap harus yang bermutu tinggi, dengan steel grade G550, artinya yield
strength maupun tension strength dari baja tersebut minimal 550 MPa. Pelapisan
(coating) baja ringan sangat diperlukan guna melindungi baja ringan tersebut dari
proses
korosi.
Pelapisan anti karat yang umumnya dilakukan di Indonesia ada dua macam,
yaitu:
1)
Lapisan
AZ
(Alumunium
Zinc)
atau
Zincalume
Lapisan zincalume ini diperoleh dengan cara mencampurkan material seng dan
alumunium, baik dengan warna, sehingga akan diperoleh material yang berdaya
tahan tinggi dan semakin artistik dalam penampilannya. Komposisi campuran seng,
alumunium, dan silikon adalah 43,5 persen zinc, 55 persen alumunium, dan 1,5
persen
silikon.
2)
Lapisan
Z
(Zinc)
atau
Galvanis
Pelapisan baja galvanis dilakukan dengan mencelupkan baja tersebut ke dalam
cairan seng panas, dengan komposisi 95% seng dan 5% alumunium.
Kontraktor dalam melakukan kegiatan bisnis dalam industri konstruksi, kemahiran
berbisnis harus dibarengi dengan penguasaan teknologi maupun kemampuan
koordinasi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki atau yang harus
disediakan dalam proses konstruksi proyek. Dalam teknologi konstruksi kita
mengenal perangkat keras berupa material konstruksi, alat konstruksi, dan
perangkat lunak berupa desain konstruksi dan metode konstruksi. Metode
konstruksi berupa metode praktis dan ekonomis untuk menentukan urutan
kegiatan, koordinasi dan alokasi material, manusia, dan mesin dalam proses
produksi di lapangan. Metode konstruksi dibuat dengan arah pemikiran kepada
efisiensi biaya dan waktu selama proses pembangunan di lokasi proyek, agar
seluruh kegiatan kerja dapat berlangsung dengan biaya hemat, waktu tepat, mutu
cermat, dan manusia selamat. Sistem pre-fabrikasi adalah suatu sistem perakitan

bukan di lokasi/titik terpasang perangkat terkait sehingga memungkinkan akurasi


yang sangat tepat akan berbagai ukuran yang ada pada gambar kerja. Pembuatan
dan perakitan kuda-kuda menggunakan Mesin JIG, dimana menghasilkan mutu
kuda-kuda yang seragam. Bidang atap yang dihasilkan pun akan rata, dan
kebocoran dapat dicegah. Dengan sistem ini pembuatan kuda-kuda tidak akan
terpengaruh cuaca dan kontrol pemasangan alat sambung dapat terjaga. Dalam
bentuk yang hampir atau telah utuh setelah disatukan oleh screw, material rangka
atap dinaikkan pada posisinya di atas pasangan dinding bata atau balok beton.
Struktur rangka atap baja ringan dapat dikerjakan terlebih dahulu atau bersamaan
dengan dimulainya pekerjaan awal proyek, sehingga dapat memenuhi tuntutan
efisiensi waktu dalam penyelesaian proyek.
VIII. KAJIAN STUDI TERDAHULU
1. Optimasi Biaya Konstruksi Atap Rangka Baja Siku, Prefabrikasi Baja Ringan, dan
Prefabrikasi Kayu 2. Galvanis Baja Ringan 3. Sistem Kuda-Kuda Kayu Pryda
IX. KAJIAN PROSEDUR STANDAR
1.
Usaha
2.
Total
3.
Risiko
dan
4.
Fungsi
5. Struktur Rangka Atap Baja Ringan

Jasa
Biaya
Kegagalan

Konstruksi
Proyek
Bangunan
Bangunan

X. METODOLOGI
Aktivitas pada serangkaian penelitian ini menggambarkan hubungan antara variabel
satu dengan variabel lainnya, mekanisme dan ketergantungan yang kuat antara
hubungan variabel tersebut. Berdasarkan aktivitas penelitian tersebut dan tujuan
penelitian yang bersifat pengembangan, maka pelaksanaan penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif. Secara keseluruhan metodologi dalam
penelitian ini dapat dijelaskan dalam diagram alir berikut:

1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini sistem manajemen pelaksanaan proyek


adalah merupakan variabel bebas (independen), sedangkan variabel indikator
(variabel dependen) adalah variabel biaya, waktu, mutu, pekerja selamat (K3),
dan
kepuasan
pelanggan.
2. Populasi Penelitian Proyek rangka atap baja ringan prefabrikasi yang dikerjakan
oleh aplikator, membawa brand dari para fabrikator baja ringan yang ada. Sebelum
sampai ke tangan fabrikator untuk dilakukan proses rolling dan cutting, bahan baku
baja ringan diperoleh melalui beberapa tahapan industri yang dapat dilihat dalam

Gambar

4.

Langkah awal penelitian dengan menentukan perusahaan yang dijadikan studi


kasus. Perusahaan PT X merupakan perusahaan yang khusus menangani proyek
rangka atap prefabrikasi. PT X berdiri sejak tahun 1993, dan telah berhasil
menyelesaikan lebih dari tiga ribu proyek rangka atap baja ringan selama enam
tahun. Kemudian dilakukan kajian yang lebih mendalam, baik dengan observasi,
wawancara, maupun studi literatur untuk mengetahui kinerja pelaksanaan proyek
pada PT X tersebut. Kota Wisata dipilih mewakili proyek rangka atap baja ringan
prefabrikasi dari PT X dengan beberapa alasan. Alasan pertama, sejak mulai
berkembang tahun 1998 PT X menjadi pemasok tetap rangka atap di Kota Wisata,
mulai dua tahun terakhir menjadi pemasok rangka atap baja ringan, dan sekarang
telah menjadi satu-satunya aplikator baja ringan di Kota Wisata. Rumah dengan
tipe menengah Kota Wisata sudah mempunyai spesifikasi teknis tetap, yaitu rangka
atap baja ringan. Proyek rangka atap baja ringan yang telah berhasil diselesaikan
PT X di Kota Wisata sudah lebih dari 300 unit rumah, tersebar di beberapa cluster
diantaranya Cluster Somerset, neoVirginia, Costa Verde, Bellevue, dan lain-lain.
Dan sekarang sedang berlangsung pembangunan Cluster Coates Ville sekitar 300
unit rumah yang akan memakai rangka atap baja ringan PT X.
3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dalam
dua
tahap:
1) Tahap pertama dilakukan survei terhadap para pakar yang terlibat langsung
maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan Kota
Wisata di Cibubur. Teknis pelaksanaan survei dengan cara menyebar kuesioner
tahap I kepada pakar untuk mengetahui sistem manajemen pelaksanaan proyek
yang
dominan.
Adapun kriteria atau kualifikasi dari seorang pakar atau ahli atau expert adalah
sebagai
berikut:
a)

Bekerja

pada

PT

minimal

telah

lima

tahun

bekerja

b)
Project
manager
teknik
Kota
Wisata
c) Project manager kontraktor utama yang menangani proyek rangka atap baja
ringan
Kota
Wisata
di
Cibubur
d) Praktisi proyek rangka atap baja ringan Kota Wisata yang mempunyai banyak
pengetahuan dalam bidang manajemen proyek khususnya mengenai sistem
manajemen
pelaksanaan
proyek
pada
PT
X.
e)
Para
stakeholder
perusahaan
rangka
atap
baja
ringan.
2) Hasil dari survei tahap I dianalisis dan diperoleh sistem manajemen pelaksanaan
dominan dari proyek rangka atap baja ringan prefabrikasi, setelah itu dilakukan
survei tahap II untuk mengetahui sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka
atap
baja
ringan
prefabrikasi.
4.

Teknik

Analisis

Data

4.1. Analisis Statistik Dengan SPSS


Analisis statistik yang diterapkan pada penelitian ini menggunakan software
Statistical Product and Service Solutions (SPSS), dimana jenis analisis yang
digunakan adalah non parametrik yaitu data yang digunakan adalah data ordinal,
dan distribusi data tidak harus normal atau mendekati normal. Adapun analisis
statistik
yang
digunakan
adalah
sebagai
berikut:
a)
Analisis
Count
Penggunaan analisis count adalah untuk menghitung bobot dari masing-masing
sistem manajemen pelaksanaan yang berpengaruh terhadap lima komponen
keberhasilan pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan prefabrikasi.
b)
Analisis
Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi data yang berupa nilai
maksimum, nilai minimum, mean, median, modus, standar deviasi, persentil, dan
lain-lain, dimana penelitian ini dititik beratkan pada masalah-masalah yang sering
dialami saat pelaksanaan proyek rangka atap baja ringan prefabrikasi.
c)
Analisis
Korelasi
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel
atau lebih dengan menghitung korelasi antar variabel yang dicari hubungannya.
4.2.

Analisis

Non

Statistik

Dengan AHP (Analitycal Hierarchy Process) Metode yang digunakan pada analisis
non statistik ini adalah Proses Hirarki Analisis (AHP). AHP adalah prosedur yang
berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk kondisi evaluasi atributatribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatifkan
dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP ini adalah adanya
struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai
kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Selain itu juga memperhitungkan
validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990). Karena
menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. AHP ini juga mempunyai kemampuan untuk

memecahkan permasalahan yang bersifat multi-objektif dan multi-kriteria yang


didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi
model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
Dalam penelitian ini metode AHP digunakan untuk mendapatkan peringkat
(ranking) dari yang berpengaruh sampai dengan yang mempunyai pengaruh paling
kecil, baik terhadap tingkat pengaruh atau terhadap frekuensi.
Penyelesaian masalah dengan menggunakan metode AHP, meliputi beberapa
tahapan
diantaranya:
1)
Decomposition
Yaitu melakukan perbandingan antar elemen dalam hirarki yang disajikan dalam
bentuk matriks. Perbandingan dilakukan dengan cara berpasangan antar elemen
yang disebut pairwaise comparison. 3) Synthetic of Priority Yaitu merupakan hasil
akhir dari seluruh analisis yang menghasilkan prioritas dari masing-masing elemen.
Menurut Maarif (2004) langkah-langkah penggunaan AHP sebagaimana gambar ini :

Untuk penentuan setiap kriteria dan alternatif, harus dilakukan perbandingan


berpasangan (pairwaise comparison), yaitu membandingkan setiap elemen dengan
elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat
nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Untuk
mengkuantifikasikan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian
sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Nilainilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari
seluruh alternatif. Kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif dapat dibandingkan

sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan ranking dan
prioritas. Masing-masing perbandingan berpasangan dievaluasi dalam Saatys scale
1-9
sebagai
berikut:

Hasil rasio evaluasi dari skala AHP disajikan dalam bentuk matrik. Ordo-ordo matrik
dinormalisasi dan secara diagonal ditambah untuk mendapatkan nilai eigen. Hasil
perbandingan berpasangan AHP dalam bobot prioritas mencerminkan relatif
pentingnya elemen-elemen dalam hirarki. Terdapat tiga jenis bobot prioritas,
yaitu:
a) Local priority weights (LPW) menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen
dibandingkan dengan induknya (Aplikasi untuk level A, B, dan C).
b) Average priority weights (APW), menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen
dibandingkan dengan satu set induknya (Aplikasi hanya untuk level B)
c) Global priority weights (GPW), menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen
terhadap
tujuan
keseluruhan
(Aplikasi
untuk
semua
level).
Yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai tidak mungkin
dilakukan pemecahan lebih lanjut, selanjutnya didapat beberapa tingkatan dari
persoalan tersebut 2) Comparative Judgement

Anda mungkin juga menyukai