mau memperjelas kembali tentang cara Menyusun Proposal Skripsi Teknik sipil
yang sistematis.
Defenisi Proposal Secara Umum
Propsal yaitu usulan dari rencana yang membutuhkan Persetujuan atau
kesepakatan dari pihak tertentu untuk dilaksanakan. isi dari Propsosal biasanya
berkaitan dengan Desain Kegiatan, Pendanaan Kegiatan, Konsep Pelaksanaan. dll
Tujuan Pembuatan Proposal
Proposal yang diusulkan memiliki tujuan yaitu untuk menjelaskan tetang sebuah
konsep pelaksanaan kegiatan secara tertulis, lengkap,singkat, dan representatif
sesuai dengan kegiatan yang mau dilaksanakan. sehingga bisa diterima oleh pihak
terkait.
Defenisi Proposal penelitian
Jika Proposal adalah Usulan Kegiatan maka, proposal penelitian yaitu sebuah
usulan rencana kegiatan yang mau kita lakukan yang berhubungan dengan
Penelitian dan mengharapkan persetujuan dari Pihak yang kita tuju. dalam hal ini
jika Proposal Penelitian kita adalah Skripsi atau Tesis tentu kita harus meminta
persetujuan
dari
Jurusan
dimana
tempat
kita
melakukan
Studi.
Oke. langsung saja saya tambahkan Contoh Proposal Skripsi/Tesis Teknik Sipil.
I. JUDUL
Evaluasi Sistem Manajemen Pelaksanaan Proyek Rangka Atap Baja Ringan
Prefabrikasi (Studi Kasus Perusahaan PT X Pada Proyek Kota Wisata Cibubur)
II. LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Perencanaan struktur rangka atap penting diperhatikan dalam perencanaan suatu
bangunan. Struktur bangunan teratas ini akan menyalurkan gaya ke struktur di
bawahnya dan akan diteruskan sampai ke tanah. Untuk itu keamanan,
kenyamanan, durability, dan efisiensi merupakan faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan jenis struktur rangka atap. Sistem rangka
atap konvensional yang mulai diperkenalkan sejak jaman Belanda terdiri dari
beberapa struktur penyokong, diantaranya rangka kuda-kuda, gording, kasau/usuk,
dan reng. Kuda-kuda yang dipergunakan menggunakan bahan kayu dengan dimensi
yang cukup besar dan jarak kuda-kuda berkisar antara 3 meter. Permasalahan
sering timbul saat pengerjaan, dimana hubungan antar kayu pada sistem rangka
atap tersebut mempergunakan sistem hubungan yang cukup rumit. Kualitas produk
kuda-kuda tidak seragam, waktu pengerjaan yang cukup lama, hasil bentuk atap
tergantung kompetensi sumber daya manusia, dan terjadinya kesulitan-kesulitan
selama tahap konstruksi, misalnya dalam hal pengangkatan kuda-kuda. Sistem ini
Fungsi
Manajemen
Dalam
Pelaksanaan
Proyek
1.3.
Sistem
Manajemen
Pelaksanaan
Proyek
Menurut Kerzner (1982) manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran
jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek
menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun
horizontal. Dalam industri jasa konstruksi terdapat tiga pihak yang berkepentingan
dalam
proses
dan
produk
konstruksi,
sebagai
berikut:
a. Pengguna produk konstruksi, yaitu investor atau owner atau pemilik.
b. Penyedia jasa konstruksi, yaitu konsultan perencana atau pengawas proyek
c. Penyedia produk konstruksi, yaitu kontraktor atau pelaksana proyek.
Oleh karena itu terdapat tiga jenis sistem manajemen yang diterapkan oleh
masing-masing pihak dari sudut pandang dan kepentingan yang berbeda,
diantaranya:
a.
Manajemen
Proyek
Manajemen proyek yang dalam arti luas diterapkan oleh investor atau pemilik
proyek, yaitu serangkaian kegiatan kerja, mulai dari studi kelayakan ekonomis dan
teknologis, mencari dana investasi, mengadakan lokasi, perencanaan konstruksi,
mengadakan lelang untuk memilih kontraktor, menandatangani kontrak konstruksi,
menunjuk pengawas proyek, melaksanakan proses konstruksi hingga serah terima
produk konstruksi. Selanjutnya mengelola operasi dan perawatan bangunan untuk
memperoleh pengembalian dana investasi dalam jangka waktu tertentu dan
akhirnya
menikmati
laba
usaha
untuk
pertumbuhan
korporasinya.
b.
Manajemen
konstruksi
Manajemen konstruksi adalah serangkaian kegiatan kerja yang dilakukan oleh
konsultan supervisi yang bertindak sebagai manajer konstruksi untuk kepentingan
investor atau pemilik proyek, dengan memilih konsultan perencana, kontraktor
pelaksana, nominated sub kontraktor spesialis dan supplier khusus serta melakukan
koordinasi, komunikasi, dan supervisi selama berlangsungnya proses konstruksi
dengan tujuan memperoleh produk konstruksi yang memenuhi syarat mutu dan
ketentuan
waktu
yang
dikehendaki
pemilik
proyek.
c.
Manajemen
pelaksana
proyek
Manajemen pelaksana proyek atau manajemen kontraktor adalah serangkaian
kegiatan kerja yang dilakukan oleh kontraktor, mulai dari pemasaran di kantor
pusat maupun kantor wilayah/cabang/divisi, dilanjutkan dengan kegiatan produksi
dalam proses konstruksi di proyek, serta kegiatan pembinaan dan pengelolaan
sumber daya yang dimilikinya. Ketiga kegiatan tersebut di atas saling terkait dan
tergantung satu sama lain. Kegiatan pemasaran mencari kontrak konstruksi baru,
harus didukung oleh reputasi perusahaan dari hasil pelaksanaan proyek terdahulu
dan kinerja perusahaan yang memberikan informasi bonafiditas dan kapasitas
sumber daya yang dimilikinya. Secara ringkas kunci tantangan dinamis yang
dihadapi perusahaan jasa konstruksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Memilih
dan
memperoleh
proyek
dengan
benar.
b)
Prioritisasi
proyek
yang
akan
diperoleh
c)
Mengalokasikan
sumber
daya
dengan
cepat
dan
produktif
d) Menyelesaikan pelaksanaan proyek dengan sukses, biaya hemat, mutu
akurat,
dan
waktu
tepat,
serta
seluruh
pekerja
selamat.
2. Inti Kemampuan Manajemen Pelaksanaan Proyek (Core Project Management
Capability)
Manajemen pelaksanaan proyek mengacu pada usaha yang dirancang untuk
menyediakan suatu sumber daya, yang didukung, diintensifkan, dan yang
terintegrasi menjadi manajemen yang kompleks, dan untuk mengarahkan maupun
mengkoordinir berbagai sumber daya ke dalam suatu organisasi temporer untuk
mencapai tujuan yang jelas dan transparan, terdefinisi secara baik, dan
mengantisipasi proses pertambahan nilai melalui pencapaian pengendalia biaya,
ketepatan waktu, akurasi mutu, sehingga dapat menghasilkan kepuasan pelanggan,
keuntungan perusahaan, meningkatkan sikap profesionalisme, serta keikutsertaan
bagi pengembangan Industri Konstruksi Nasional menuju persaingan pasar
internasional (Adams, 1988). Cara pandang kontraktor terhadap proyek konstruksi
dapat dijelaskan dalam Tabel 1.
Fungsi
Pengelolaan
Pengelolaan
Pengelolaan
lingkup
Dasar
proyek
waktu/jadwal
biaya
d)
Pengelolaan
kualitas
atau
mutu
2)
Fungsi
Integrasi
e)
Pengelolaan
sumber
daya
(manusia
dan
non
manusia)
f)
Pengelolaan
kontrak
dan
pembelian
g)
Pengelolaan
risiko
h) Pengelolaan komunikasi
Kegiatan utama dalam suatu proyek konstruksi dapat dilihat dalam Gambar 2
berikut:
3.
Parameter
Keberhasilan
Proyek
Menurut Cristiawan (2004) terdapat 4 unsur yang dipakai untuk
mengevaluasi/menilai
keberhasilan
suatu
proyek
konstruksi,
yaitu:
a. Biaya hemat, yang berarti biaya proyek tidak melebihi anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, bahkan kalau memungkinkan lebih kecil dari anggaran
pelaksanaan
proyek.
b. Mutu akurat, kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan owner atau sesuai dengan standar mutu internasional (ISO-9000 : 2001).
c. Waktu tepat, jangka waktu pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan
oleh
owner
(on
schedule).
d. Tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident) selama proses konstruksi di
proyek.
Dalam perkembangan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat suatu negara, maka
tuntutan atas nilai keberhasilan suatu pekerjaan juga meningkat. Oleh karena itu
perlu ditambahkan kriteria keberhasilan proyek juga harus tergantung kepuasan
Jasa
Biaya
Kegagalan
Konstruksi
Proyek
Bangunan
Bangunan
X. METODOLOGI
Aktivitas pada serangkaian penelitian ini menggambarkan hubungan antara variabel
satu dengan variabel lainnya, mekanisme dan ketergantungan yang kuat antara
hubungan variabel tersebut. Berdasarkan aktivitas penelitian tersebut dan tujuan
penelitian yang bersifat pengembangan, maka pelaksanaan penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif. Secara keseluruhan metodologi dalam
penelitian ini dapat dijelaskan dalam diagram alir berikut:
Gambar
4.
Bekerja
pada
PT
minimal
telah
lima
tahun
bekerja
b)
Project
manager
teknik
Kota
Wisata
c) Project manager kontraktor utama yang menangani proyek rangka atap baja
ringan
Kota
Wisata
di
Cibubur
d) Praktisi proyek rangka atap baja ringan Kota Wisata yang mempunyai banyak
pengetahuan dalam bidang manajemen proyek khususnya mengenai sistem
manajemen
pelaksanaan
proyek
pada
PT
X.
e)
Para
stakeholder
perusahaan
rangka
atap
baja
ringan.
2) Hasil dari survei tahap I dianalisis dan diperoleh sistem manajemen pelaksanaan
dominan dari proyek rangka atap baja ringan prefabrikasi, setelah itu dilakukan
survei tahap II untuk mengetahui sistem manajemen pelaksanaan proyek rangka
atap
baja
ringan
prefabrikasi.
4.
Teknik
Analisis
Data
Analisis
Non
Statistik
Dengan AHP (Analitycal Hierarchy Process) Metode yang digunakan pada analisis
non statistik ini adalah Proses Hirarki Analisis (AHP). AHP adalah prosedur yang
berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk kondisi evaluasi atributatribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatifkan
dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP ini adalah adanya
struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai
kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Selain itu juga memperhitungkan
validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990). Karena
menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. AHP ini juga mempunyai kemampuan untuk
sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan ranking dan
prioritas. Masing-masing perbandingan berpasangan dievaluasi dalam Saatys scale
1-9
sebagai
berikut:
Hasil rasio evaluasi dari skala AHP disajikan dalam bentuk matrik. Ordo-ordo matrik
dinormalisasi dan secara diagonal ditambah untuk mendapatkan nilai eigen. Hasil
perbandingan berpasangan AHP dalam bobot prioritas mencerminkan relatif
pentingnya elemen-elemen dalam hirarki. Terdapat tiga jenis bobot prioritas,
yaitu:
a) Local priority weights (LPW) menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen
dibandingkan dengan induknya (Aplikasi untuk level A, B, dan C).
b) Average priority weights (APW), menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen
dibandingkan dengan satu set induknya (Aplikasi hanya untuk level B)
c) Global priority weights (GPW), menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen
terhadap
tujuan
keseluruhan
(Aplikasi
untuk
semua
level).
Yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai tidak mungkin
dilakukan pemecahan lebih lanjut, selanjutnya didapat beberapa tingkatan dari
persoalan tersebut 2) Comparative Judgement