Anda di halaman 1dari 56

RANCANGAN STRUKTUR KAYU I

PERENCANAAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA

PROJECT WORK

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat


Kurikulum Semester V Jurusan Teknik Sipil Diploma III
Politeknik Negeri Lhokseumawe

Oleh :

ANGGUN VITA MUTIARA

NIM : 1822401018

Jurusan : Teknik Sipil

Program Studi : Diploma 3 Teknologi Konstruksi BangunanGedung

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2020
LEMBARAN PENGESAHAN

Rancangan Pelaksanaan dan Pengawasan disusun oleh Anggun Vita


Mutiara NIM : 1822401018, Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Diploma 3
Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung. Laporan ini diajukan untuk memenuhi
sebagian dari syarat-syarat kurikulum semester V pada jurusan Teknik Sipil,
Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Buket Rata, 12 Oktober 2020


Penulis,

Anggun Vita Mutiara


NIM : 1822401018

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Khairul Miswar, S.T., M.T.


NIP. 19780224 200212 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil, Kepala Program Studi


Diploma 3 TKBG,

Dr. Edi Majuar, S.T., M.Eng. Sc. Zairipan Jaya, S.T., M.T.
Nip. 19671224 199802 1 001 Nip. 19750929 200501 1 004

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Rancangan
Struktur Kuda-kuda Kayu I bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
kurikulum pada semester V, Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Konstruksi
Gedung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini
dimasa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Edi Majuar, S.T., M. Eng. Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.
2. Bapak Zairipan Jaya, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknologi
Konstruksi Bangunan Gedung Politeknik Negeri Lhokseumawe.
3. Khairul Miswar, S.T., M.T. selaku pembimbing utama.
4. Staf Administrasi jurusan Teknik Sipil.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak berkorban baik secara
moril maupun materi kepada penulis.
6. Buat rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam
penyelesaian laporan ini.

Semoga Laporan Rancangan Struktur Kuda-kuda Kayu I ini bermanfaat


bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah
senantiasa membimbing kita ke jalan yang benar, Aamiin

iii
Buket Rata, 13 Oktober 2020
Penulis

Anggun Vita Mutiara


NIM. 1822401018

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam dunia teknik sipil, terdapat berbagai macam konstruksi bangunan
seperti gedung, jembatan, drainase, waduk, perkerasan jalan dan sebagainya. Semua k
onstruksi bangunan tersebut akan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pada tahap perencanaan dan pelaksanaan diperlukan suatu
disiplin ilmu (teknik sipil) yang mantap supaya menghasilkan suatu konstruksi
bangunan yang aman dan ekonomis. Pada kesempatan ini, saya mencoba untuk
merencanakan dan mendesain suatu konstruksi kuda-kuda kayu.

1.2 Ruang Lingkup Perencanaan


Kuda-kuda adalah merupakan salah satu komponen atap pada bangunan
perumahan atau gedung fungsinya melindungi bangunan dan penghuninya dari
terikan matahari beserta guyuran air hujan. Dari sisi lain, dengan adanya atap
bangunan tampak lebih indah dan mempunyai nilai seni tersendiri bagi penghuninya.
Perencanaan kuda-kuda perlu desain sedetail mungkin guna untuk
mengimbangi pengaruh beban yang bekerja pada kontruksi kuda-kuda tersebut, Di
indonesia perhitungan beban kuda-kuda dihitung berdasarkan beban mati yang
disebabkan oleh berat kuda-kuda itu sendiri, beban hidup yang diakibatkan oleh
pekerja saat berada diatasnya dan beban sementara yang disebabkan oleh pengaruh
tekan angin dan pengaruh air hujan. Untuk daerah yang bersalju perhitungan beban
kuda-kuda juga dipengaruhi oleh beban salju.

Bila beban-beban tersebut didistribusikan menjadi gaya-gaya yang bekerja


pada setiap titik buhul kuda-kuda, maka akan segera diketahui berapa besarnya yang
sanggup ditahan oleh suatu batang. Dengan menggunakan metode Cremona gaya
tersebut dapat dengan mudah mengetahui besarnya gaya- gaya yang bekerja pada

1
2

suatu batang pada suatu konstruksi kuda-kuda dan secara jelas akan ditunjukkan
batang tersebut menerima gaya tarik atau gaya tekan. Sehingga besarnya gaya yang
bekerja pada suatu batang dengan mempertimbangkan faktor-faktor keamanan,
sehingga dapat mendimensikan besarnya penampang yang dibutuhkan.

Pada bab berikut akan diuraikan sifat dari kayu untuk tidak menyalahi
peraturan yang ada maka perhitungan konstruksi kuda-kuda kayu ini berpedoman
pada peraturan yang berlaku di Indonesia, antara lain :

o Peraturan Muatan Indonesia (PMI)


o Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
o Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG)
Dalam Laporan Rancangan Kuda-Kuda Kayu ini, perhitungan kuda-kuda
menggunakan bahan dari kayu Meranti, kelas kuat II, dan menggunakan alat sambung
baut, panjang bentangan kuda-kuda yaitu 6 meter, tinggi 1,73 m.dan jarak antara
kuda-kuda 3 meter.

1.3 Tujuan

Tujuan perhitungan dari konstruksi kuda-kuda kayu ini adalah untuk


menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari agar dapat dipergunakan di lapangan dan
juga sebagai perbandingan antara teori dengan penerapannya di lapangan, sehingga
memberikan wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa.
BAB II
DASAR TEORI

Dalam perhitungan kuda-kuda penyelesaiannya tidak terlepas dari teori-


teori dan rumus-rumus yang berkaitan dengan pembebanan, sambungan, tegangan
dan ketelitian dalam perhitungannya. Sebelum memasuki tahap perhitungan,
terlebih dahulu ditentukan besarnya beban yang bekerja pada konstruksi kuda-
kuda tersebut. Perhitungan didasarkan pada besarnya beban tersebut,sehingga
konstruksi dapat mendukung beban yang aman.

2.1 Pembebanan
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983,
struktur suatu bangunan harus direncanakan menurut kekuatannya terhadap
pembebanan-pembebanan oleh beban mati, beban hidup dan beban angin. Untuk
konstruksi kuda-kuda tidak dipengaruhi oleh beban gempa.
Kombinasi pembebanan yang harus ditinjau dalam perencanaan kuda-kuda
adalah beban tetap dan beban sementara. Adapun yang dimaksud dengan
pembebanan tetap adalah beban mati di tambah dengan beban hidup, sedangkan
pembebanan sementara adalah penjumlahan beban mati ditambah dengan beban
hidup ditambah pula dengan beban angin. Dalam perencanaan diambil beban yang
paling maksimum.

2.1.1 Beban Mati


Beban mati adalah beban yang berasal dari beban sendiri pembentuk
konstruksi dan bagian bagian lain yang menyatu dengan pembentuk
konstruksi tersebut. Menurut PPIUG 1983 bab I ayat I, yang dimaksud
dengan beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap termasuk semua unsur ditambah penyelesaian-penyelesaian, mesin-
mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian-bagian yang tak
terpisahkan dari bagian gedung tersebut.

3
4

2.1.2 Beban Hidup


Menurut PPIUG bab I ayat 2, yang dimaksud dengan beban hidup
adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung dan didalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama
masa pakai dari gedung tersebut, sehingga mengakibatkan perubahan
pembebanan pada lantai tersebut, pada bagian atap, beban hidup dapat
merupakan beban yang berasal dari air hujan baik dari genangan maupun dari
akibat tumpukan jatuhnya air hujan. Beratnya air hujan ditentukan dengan
rumus :

P = (40-0.85α) (kg/m2) ……………………………………………... (2.1)

2.1.3 Beban Angin


Menurut PPIUG 1983 bab I ayat 3, yang dimaksud dengan beban
angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung yang disebabkan oleh
selisihnya tekanan udara. Beban angin yang bekerja pada atap baik berupa
angin tekan (positif) dalam perencanaan dianggap tegak lurus terhadap bidang
kelandaian atap dan beban angin hisap, adalah beban yang bekerja menarik
bidang yaitu tegak lurus terhadap kemiringan atap, beban angin hisap
biasanya dianggap beban negative.
Besarnya beban angin tekan maupun beban angin hisap dihitung
berdasarkan hasil perkalian antara tekanan angin tiup dengan koefisien angin
yang telah ditentukan. Tekanan angin minimum yang disyaratkan dalam
PPIUG 1983, 25 kg/m2, kecuali daerah yang jauhnya 5 km Dari pantai harus
diambil 40 kg/m2. Tekanan angin tiup harus dihitung dengan menggunakan
rumus :
V2
P = ( kg/m2 ) ............................................................................... (2.2)
16
5

Dimana :
V² = Kecepatan angin (m/det2)
P = Beban Angin (kg/m2)
Koefisien angin untuk bangunan tertutup atap segitiga dengan sudut
kemiringan α adalah :
1. Untuk bidang-bidang atap dipihak angin :
α < 65° Koefisien .............................................................. ( + 0,22 α -0,4 )
65°< α< 90° Koefisien .................................................................... ( + 0,9 )

2. Untuk semua bidang dibelakang angin, kecuali yang vertikal menghadap


angin:
α Koefisien ..................................................................................... ( -0,4 )

3. Untuk semua bidang atap vertikal dibelakang angin yang manghadap


angin:
α Koefisien ....................................................................................... ( +0,4 )

2.2 Kombisasi momen


Munurut PPIUG 1983, ketentuan pembebanan adalah :
1. Muatan beban mati dinyatakan dengan huruf “DL”
2. Muatan beban hidup dinyatakan dengan huruf “LL”
3. Muatan beban air hujan dinyatakan dengan huruf “W”
4. Muatan beban angin dinyatakan dengan huruf “WL”

2.3 Tegangan dan lendutan yang diizinkan


Tegangan yang diizinkan untuk semua kelas kayu diperlihatkan pada
lampiran tabel, tegangan yang terlampir pada tabel tersebut hanya untuk mutu
kayu A dan untuk kayu B harga tegangan dapat dikalikan 0,75
6

2.3.1 Pengaruh keadaan konstruksi dan sifat muatan tegangan


Tegangan –tegangan yanga diperkenankan harus digandakan dengan
faktor berikut :
1. Faktor 2/3
o Untuk Konstruksi yang selalu terendan air
o Untuk konstruksi yang tidal terlindung, dan kemungkinan besar kadar
legas tinggi
2. Faktor 5/6
o Untuk Konstruksi yang tidak terlindung , tetapi kayu dapat mengering
dengan cepat
3. Faktor 5/4
o Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan
tetap dan muatan angin
o Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan
tetap dan muatan tidak tetap.

2.3.2 Lendutan yang diizinkan


Lendutan yang diizinkan pada gording adalah sebagai berikut :

F = 1/200 x L………………...…………………………………. (2.3)


Dimana
F = Lendutan yang diizinkan (cm)
L = Panjang gording (cm)

Sedangkan lendutan yang timbul pada gording akibat beban merata


dan terpusat adalah :
5 q x .L4 1 Px.L3
fytb = x  x …………...……………………. (2.4)
384 El x 48 El x
Dimana :
fytb = Lendutan yang timbul terhadap sumbu x dan sumbu y
q = Beban terbagi rata, dalam (kg/m)
7

P = Beban terpusat, (kg)


l = Panjang batang, (m)
E = Modulus elasitas kayu, (kg/cm2)
i = momen inersia (cm4)

Lendutan total yang terjadi pada gording adalah :

f = ( fx ) 2  ( fy ) 2 …………………………………………… (2.5)

Besar modulus elasitas pada kayu kelas I adalah 125.000 kg/m 2


2.4 Elemen konstruksi
Adapun yang dimaksud dengan elemen konstruksi adalah :
1. Batang Tekan
2. Batang Tarik

2.4.1 Batang tekan


Pada batang yang menahan tegangan tekan dalam perhitungan tidak
dipengaruhi oleh pelemahan alat sambung. Tetapi apabila pada batang
tersebut terdapat lubang yang tidak tertutup, dihitung sebagai perlemahan.
Pengaruh tekuk adalah yang sangat mempengaruhi selain hal tersebut
diatas. Faktor tekuk (ω) sangat dipengaruhi oleh panjang batang dan bahan itu
sendiri. Besar faktor tekuk terlampir pada tabel T. hal , terdiri dari dua
batang, tunggal dan ganda.
a. Batang tunggal

b
8

Lx = 1/12 b. h3 (cm) ………………………….………………… (2.6)


Ly = 1/12 b3. h (cm) ……………………………………….……. (2.7)
F br = Lx/fbr (cm) ……………………………………….……. (2.8)
L min = Ly/fbr (cm) …………………………………….………. (2.9)
λx = lk/ix min (cm) ………………………………...…………. (2.10)
λy = lk/iy min (cm) …………………………………...……… (2.11)
Diantara harga λ x atau λ y diambil yang terbesar dalam menentukan
nilai factor tekuk (ω)sehingga :

σ ytb = Px ω, dalam (kg/cm2) ≤ σ tk …………...……..…..………… (2.12)

Dimana :
σ ytb = tegangan yang timbul (kg/cm2)
F br = Luas penampang bruto (cm2)
Lx = Momen Inersia pada sumbu x (cm4)
Ly = Momen Inersia pada sumbu y (cm4)
Lk = Panjang kritis (cm)
ω = Faktor tekuk (non dimensi)
λ = Angka kelangsingan (non dimensi)

b b

ix min = lx / fbr dan iy min = iy / fbr , dalam (cm) …… (2.13)


λx = lk/ ix dan λ y = lk/iy ……………………… (2.14)
9

Sehingga
PxW
σ ytb = ≤ σ tk, (kg/cm2) ……………………………. (2.15)
fbr
2.4.2 Batang tarik
Pada batang-batang tarik dan bagian-bagian yang dibebani dengan
tegangan lentur, perlemahan-perlemahan akibat lubang alat-alat penyambung
dan lainnya harus dipertimbangkan dan diteliti. Besarnya pengurangan luas tiap
alat sambung adalah sebagai berikut:
1. 0 % = Untuk sambungan dengan perekat
2. 10 % - 15 % = Untuk sambungan dengan paku
2. 15 % - 20 % = Untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi
2. 20 % = Untuk sambungan dengan kokot boldog dan pasak kayu
Dengan memperhitungkan pengurangan luas maka tegangan tarik yang
timbul adalah sebagai berikut :
σ ytb = P/Fn , Dalan (kg/cm2) ……………………..……………… (2.16)

Dimana :
σ ytb = Tegangan yang timbul, (kg/cm2)
P = Gaya yang bekerja pada batang, (kg)
Fn = Luas penampang netto, (cm2)
Fn = 0,8 . Fbr
Fbr =b.h
Fbr = Luas penampang bruto

2.5 Sambungan pada kayu


Didalam konstruksi kayu yang meminta perhatian besar adalah tempat-
tempat sambungan, karena sambungan selalu merupakan titik terlemah pada suatu
konstruksi.
Alat sambung kayu banyak sekali jenisnya, antara lain baut, paku, kokot
bulldog , pasak cincin, geka, split ring, alligator, bufa, perekat dan lain
sebagainya.
10

2.5.1 Sambungan baut pada kayu


Menurut PKKI NI 5 1961, beberapa persyaratan sambungan baut pada
kayu adalah sebagai berikut :
1. Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St. 37 atau dari besi yang
mempunyai kekuatan paling sedikit seperti baja St. 37
2. Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak boleh
lebih dari 1,3 mm
3. Garis tengah baut paling sedikit harus 10 mm (3/8”), sedang untuk
tumpang satu maupun tumpang dua dengan tebak kayu lebih besar dari
pada 8 cm harus dipakai baut dengan garis tengah paling kecil 12,7 mm
(1/2”).
4. Baut harus disertai plat ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan
maksimum 5 mm dengan garis tengah 3d, dimana d = garis tengah baut.
5. Sambungan dengan baut dibagi 3 golongan menurut kekuatan kayu yaitu
golongan I, II, III. Agar sambungan dapat memberi hasil kekuatan yang
sebaik-baiknya (uitgenut), hendaklah λ b = b/d diambil dari angka-angka
yang tertera dibawah ini :

a. Golongan I
Sambungan tumpang satu
S = 50 d b1 (1 - 0,60 sin α) atau λb = 4,8 ……………………. (2.17)
S = 250 d2 (1 - 0,35 sin α) …………….. ……………………. (2.18)
Sambungan bertampang dua
S = 125 d b3 (1 - 0,60 sin α) atau λb = 3,8 ..……………….…(2.19)
S = 250 d b1 (1 - 0,60 sin α) atau …………………………… (2.20)
S = 480 d2 (1 - 0,35 sin α) atau ………..……………….……(2.21)

b. Golongan II
Sambungan tumpang satu
S = 40 d b1 (1 - 0,60 sin α) atau λb = 5,4 …………………… (2.22)
S = 215 d2 (1 - 0,35 sin α) …………….. …………………… (2.23)
11

Sambungan bertampang dua


S = 100 d b3 (1 - 0,60 sin α) atau λb = 4,3 ..………………… (2.24)
S = 200 d b1 (1 - 0,60 sin α) atau …………………….………(2.25)
S = 430 d2 (1 - 0,35 sin α) atau ………………….………..…(2.26)

c. Golongan III
Sambungan tumpang satu
S = 25 d b1 (1 - 0,60 sin α) atau λb = 6,8 …………………… (2.27)
S = 170 d2 (1 - 0,35 sin α) …………….. …………………….(2.28)
Sambungan bertampang dua
S = 60 d b3 (1 - 0,60 sin α) atau λb = 5,7 ..………………… (2.29)
S = 120 d b1 (1 - 0,60 sin α) atau …………………………… (2.30)
S = 340 d2 (1 - 0,35 sin α) atau ………..………………….…(2.31)
Dimana :
S = Kekuatan sambungan (kg)
α = Sudut antara arah gaya dan arah serat kayu
b3 = Tebal kayu tengah (cm)
b1 = Tebal kayu tepi (cm)
d = Garis tengah baut (cm)

Dari tiap-tiap golongan yang diambil adalah harga yang terkecil,


yang termasuk golongan I adalah kayu kelas kuat I ditambah dengan
rasamala. Yang termasuk golongan II adalah semua kayu dengan kayu
kelas kuat II. Yang termasuk golongan III adalah semua kayu dengan kayu
kelas kuat III.

6. Jika pada sambungan tumpang satu, salah satu batasnya dari besi (baja)
atau pada sambungan bertumpang dua pelat-pelat penyambung dengan
besi (baja), Maka harga S dinaikkan 25 %
12

7. Apabila baut tersebut digunakan pada konstruksi yang selalu terendam air,
maka dalam perhitungan kekuatannya dikalikan dengan 2/3. apabila baut
digunakan pada konstruksi yang tidak terlindung, maka kekuatannya harus
dikalikan dengan 5/6. dan apabila dipergunakan pada konstruksi yanga
mengalami sementara , maka kekuatannya harus dikalikan 5/4.

Penempatan baut pada sambungan harus memenuhi persyaratan yang


ditetapkan pada PPKI (1961). Untuk lebih jelasnya persyaratan tersebut
diperlihatkan pada lampiran G. hal .
Banyaknya baut yang digunakan untuk tiap batang kuda-kuda dapat
dihitung dengan rumus :
P
n = (Sambungan tidak menerus)………...……………….. (2.32)
S
P 2  P1
n = (Sambungan menerus)……...…...…………….. (2.33)
S
dimana
n = Jumlah Baut (buah)
P = Gaya batang tekan/tarik yang bekerja (kg)
P1 = Gaya batang tarik yang bekerja (kg)
P2 = Gaya batang tekan yang bekerja (kg)
BAB III

PERHITUNGAN KUDA-KUDA KAYU

P3

P2 E P4
A3
A2

C V2 F

P1/2 A1 D2 P1/2
D1 V3 A4
V1

B1 B2 B3 B4
A B D G H

RA RB

Data Konstruksi Kayu :

1. Bentang ( L ) :6M
2. Jarak ( Lt ) : 1.15 M
3. Jenis Kayu : Meranti ( Kelas II, BJ : 0, 54 g/cm³ )
4. Jenis Alat Sambung : Baut
5. Jenis Atap : Seng
6. Kemiringan Atap : 30°
7. Jarak Antar Kuda-Kuda :3M
8. Langit-Langit : Asbes

13
14

3.1 Perhitungan Kuda-Kuda


1) Ketinggian Kuda-Kuda
H = tan .

= tan 30° . 6

= 1,73

3.2 Perhitungan Panjang Batang Kuda-Kuda


1) Batang Horizontal
Batang B1, B2, B3, dan B4= = = 1, 5

2) Batang Vertikal
Batang V1 = Batang V1 = 30° 1,5
= 0,87
Batang V2 = H = 1,73

3) Batang Diagonal
Batang A1, A2 = A3, A4 = ( 1 + 1 )

= (1.5) + 0.87 )
= 1.73
4) Panjang Balok Skor
Batang D1 = D2 = ( 1) + ( 2)

= (0,87) + (1,5)
= 1.73
15

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Batang

Panjang Batang Panjang Total


Batang
(m) (m)

B1, B2, B3, B4 1.5 6

A1, A2 = A3, A4 1.73 6.92

V1 = V3 0.87 1.74

V2 1.73 1.73

D1=D2 1.73 3.46

Total Panjang 19.85


Jadi, panjang keseluruhan konstruksi kuda-kuda (m) tersebut adalah 19.85

3.3 Perencanaan Gording


Gording direncanakan dari kayu meranti dengan ukuran 10/15 cm, diletakkan
diatas kaki kuda-kuda sehingga,
Panjang kaki kuda-kuda (1/2 bentang) = Batang A1 dan A2
= 1.73 + 1.73
= 3.46 m

Jumlah gording direncanakan 3 buah untuk ½ bentangan kuda-kuda sehingga


jarak antar gording adalah

3.46
= = ,
3
16

3.4 Analisa Pembebanan


3.4.1 Perhitungan Beban Mati
1) Berat Penutup Atap
Direncanakan penutup atap menggunakan material seng (gelombang BJLS
30). Menurut PPGIUG 1983, berat penutup atap seng (gelombang) tanpa gording per
m2 bidang atap adalah 10 kg/m2. Jarak gording yang direncanakan = 1,145 m.
Maka q’ = 10 kg/m2 x 1,15 m
= 11,5 kg/m

2) Berat Sendiri Gording (10/15)


Direncanakan gording menggunakan kayu simantok, ukuran gording yang
digunakan 10/12 cm, berat jenis kayu meranti (Kelas II) adalah 0,54 gr/cm 3.

Berat gording = 0,10 m x 0,15 m x 540 kg/m3 = 8,1 kg/m3

3) Berat Sendiri Plafond


Untuk langit-langit plafond direncanakan menggunakan asbes, maka berat
triplek ditambah dengan berat penggantung, menurut PPIUG.
Berat Total = Berat asbes + Berat penggantung
= 11 kg/m2 + 7 kg/m2 = 18 kg/m2

Jarak buhul bawah adalah 1,5 m

Maka berat plafond adalah = 18 kg/m 2  1,5 m


= 27 kg/m
Jadi jumlah semuanya adalah (q) :
= Berat atap + Berat gording + berat plafond
= 11,5 kg/m + 8,1 kg/m + 27 kg/m
= 46,6 kg/m
17

qx = q . cos α
= 46,6 cos 30 = 40.356 kg/m
qy = q . sin α
= 46,6 sin 30 = 23,3 kg/m

Maka momen yang timbul apabila gording dianggap menerus :


Mxa = 1/8. qx .l2 Mya = 1/8. qy .l2
= 1/8.( 40,356 kg/m).( 3 m)2 = 1/8.( 23,3 kg/m) .(3 m)2
= 15.13 kg.m = 8.74 kg.m

3.4.2 Menghitung Beban Hidup


1) Berat pekerja beserta peralatan atau pekakas kerjanya. Berdasarkan
PPIUG 1983, beban terpusat untuk seorang pekerja beserta perkakas kerja
adalah sebesar 100 kg/m2.

Px = P . cos α Py = P . sin α
= 100 kg/m2. cos 30 = 100 kg/m2 . sin 30
= 86,60 kg/m2 = 50 kg/m2

Mxh = 1/4 . Px . L Myh = 1/4 . Py . L


= 1/4 . 86,60 kg . 3 m = 1/4 . 50 kg . 3 m
= 64,95 kg.m = 37,5 kg.m
18

2) Beban Air Hujan

Berdasarkan PPIUG 1983 rumus beban air hujan adalah

P = (40 – 0,8 α) x Jarak gording


= {(40 – (0,8 x 30o )} x 1,15 m
= 18,4 kg/m2
Px = P x cos α
= 18,4 x cos 30o
= 15,9 kg/m
Py = P sin α
= 18,4 x sin 30o
= 9,2 kg/m

Mxair = 1/8 . Px . L2 Myair = 1/8 . Py . L2


= 1/8. 15,9 kg/m . 32 = 1/8 . 9,2 kg/m . 32
= 17,88 kg.m = 10,35 kg.m

Mxb = Mxh + Mxair Myb = Myh + Myair


= 64,95 + 17,88 = 37,5 + 10,35
= 82,83 kg.m = 47,85 kg.m

3.4.3 Menghitung Beban Angin


Berdasarkan PPIUG 1983 beban angin dipengaruhi oleh jauh dekatnya lokasi
bangunan dari garis pantai, untuk lokasi ±5 km dari garis pantai tekanan tiup angin
harus diambil minimum 40 kg/m2, maka besarnya koefisien angin yaitu :
1. Koefisien angin tekan = 0.02 α – 0.40
= 0.02 (30o) – 0.40
= 0.2
19

W tekan = 0,2 x 1,15 m x 40 kg/m2


= 9,2 kg/m

2. Koefisien angin hisap = - 0,4


W hisap = - 0,4 x 1,15 x 40 kg/m2
= - 18,4 kg/m

Maka beban terpusat, dengan jarak antar kuda-kuda 3 m, adalah :


P tekan = 9,2 kg/m  3 m
= 27,6 kg
P hisap = - 18,4 kg/m  3 m
= - 55.2 kg

Jadi besarnya momen yang timbul akibat beban angin adalah :


Mxc tekan = 1/8 Wt L2 Myc hisap = -1/8 Wh L2
= 1/8 (9,2) (3)2 = -1/8 (-18,4) (3)2
= 10,35 kg.m = 20,7 kg.m

Tabel 3.2 Hasil perhitungan momen sumbu x dan sumbu y


Beban Beban Hidup Beban Angin Beban Beban
Mati Terpusat Hujan Tekan Hisap Tetap Sementara
Momen
(kg.m) (kg.m) (kg.m) (kg.m) (kg.m) (kg.m) (kg.m)
1 2 3 4 5 1+2 1+2+4
Mx 15.12 64,95 17,88 10,35 0 80.07 90,42
My 8,73 37,5 10,31 0 20,7 46.23 46.23
20

3.5 Pendimensian Gording


A. Kontrol Keamanan
Digunakan kayu meranti (kelas II), maka didapatkan :
a.  lt = 100 kg/cm2
b. σ tk|| = σ tr|| = 85 kg/cm2
c.  tk  = 25 kg/cm2

d.  // = 12 kg/cm2
e. BJ = 5,4 x 10-4 kg/cm3
f. Konstruksi terlindung () = 1
g. Muatan tetap (δ) =1
h. Muatan tidak tetap (δ) = 5/4

Kontrol Tegangan dilakukan terhadap dua jenis kombinasi beban, yaitu :

1. Kombinasi primer
Jadi tegangan yang di ijinkan adalah :

 lt = 100 x β x δ
= 100 x 1 x 1
= 100 kg/cm2
Mx = 80,07 kg.m = 8007 kg.cm
My = 46,23 kg.m = 4623 kg.cm

Ukuran kayu untuk gording dipakai 10/15

Wx = 1/6 bh² = 1/6.(10).15² = 375 cm³


Wy = 1/6 b²h = 1/6.(10)².15 = 250 cm³
21

Tegangan Lentur yang timbul akibat beban tetap :


Mx My
 lt // ytb  
Wx Wy

8007 kg.cm 4623kg.cm


 
375 cm3 250 cm3
= 39,84 kg/cm2

 lt // ytb   lt
39,84 kg/cm2 < 100 kg/cm2…………………………..…..……(Aman)

2. Kombinasi Sekunder
Tegangan yang diijinkan adalah :

 lt = 100 x β x δ
= 150 x 1 x 5/4
= 125 kg/cm2

Mx = 90,42 kg.m = 9042 kg.cm


My = 46,23kg.m = 4623 kg.cm

Ukuran kayu untuk gording dipakai 10/15

Wx = 1/6 bh² = 1/6.(10).15² = 375 cm³


Wy = 1/6 b²h = 1/6.(10)².15 = 250 cm³
Tegangan Lentur yang timbul akibat beban sementara :

Mx My
 // ytb  
Wx Wy

9042 kg.cm 4623kg.cm


 
375 cm 3 250 cm 3
22

= 42,60 kg/cm2
_
 lt // ytb   lt //
42,60 kg/cm2 < 125 kg/cm2……………………………...(Aman)

B. Kontrol Lendutan
Digunakan kayu Meranti, dengan Modulus Elastisitas kayu (E) = 100.000
kg/cm2
1
fizin = xl
200
1
= x 300
200
= 1,5 cm
Momen inersia gording 10/15 cm
Ix = 1/12 bh³ = 1/12.(10).15³ = 2812,5 cm4
Iy = 1/12 b³h = 1/12.(10)³.15 = 1250 cm4

qx = 40,35 kg/m = 0,4035 kg/cm

qy = 23,3 kg/m = 0,233 kg/cm

Px = 15,9 kg/m = 0,159 kg/cm

Py = 9,2 kg/m = 0,092 kg/cm

1. Akibat beban tetap pada gording

5q x  l 4 px  l 3
fx = 384 E  I  48 E  I
x x

(5)(0,4035) (300) 4 (0,159) (300)3


= 
(384)(100.000) (2812,5) (48)(100.000) (2812,5)
23

= 0,15116 + 0,00032 = 0,151 cm

5.q y  l 4 py l3
fy = 
384.E  I y 48.E  I y

(5)(0,233) (300) 4 (0,092) (300)3


= 
(384)(100.000) (1250) (48)(100.000) (1250)

= 0,196 + 0,0004 = 0,197 cm

Lendutan maksimum yang terjadi pada gording adalah:


2 2
fmaks = fx  fy

= 0,1512  0,1972
= 0,248 cm
= 0,248 cm < 1,6 cm …..……….........…………(Aman)

3.6 Perhitungan Pembebanan


Data-data yang didapatkan antara lain:
1. Panjang bentang =6m
2. Tinggi kuda-kuda = 1,73 m
3. Jarak antar kuda-kuda =3m
4. Jarak antar gording = 1,15 m
5. Panjang kaki kuda-kuda ½ bentang = 3.46 m

3.6.1 Beban Mati


1. Penutup atap
Penutup atap digunakan seng gelombang BJLS 30 dengan beratnya 10
kg/m2.
Luas bidang atap yang diterima kuda-kuda = 2 x 3.46 m x 3 m,
= 20,76 m2.
24

Maka berat atap = 20,76 m2  10 kg/m2 = 207.6 kg


2. Beban gording
a. Jarak gording = 1,15m
b. Jumlah gording 1 kuda-kuda = 6 batang
c. Jarak kuda-kuda = 3m
d. Ukuran kayu gording = 10/15 cm
e. Berat jenis kayu kering udara = 0,54 gr/cm³

Maka berat gording = (0,10 x 0,15) x 3 x (0,54x103) x 6 btg


= 137,7 kg.
3. Beban Kuda-kuda
a. Balok bint
Batang (B1 + B2 + B3 + B4) = (1,5 m x 4 batang) x 2 = 12 m

b. Balok kaki kuda-kuda


Batang (A1 + A2 + A3 + A4 )
= 1.73 x 4 batang = 6,92 m
c. Balok diagonal
Batang (D1 + D2) = (1.73 + 1.73) = 3.46 m

d. Balok tegak
Batang (V1 + V3) = (0,87 x 2) = 1,74 m
Batang (V2) = 1,73 m
______________________ +

Jadi panjang total keseluruhan batang untuk kuda-kuda = 25.85 m

Digunakan kayu meranti untuk perencanaan kuda-kuda dengan ukuran bagian


dalam dan luar adalah sebagai berikut:
25

1. Batang balok bint (B1 + B2 + B3 + B4)


Direncanakan ukuran kayu = 4/14
Panjang total batang balok bint = 12 m
Jadi berat balok bint adalah = 0.04 x 0,14 x (0,54 x103) x 12
= 36,29 kg
2. Balok tegak (V1 + V3) + (V2)
Direncanakan ukuran kayu = 8/12
Panjang total balok tegak = 3,47 m
Jadi berat balok tegak = 0,08 x 0,12 x (0,54 x103) x 3,47
= 17,99 kg
3. Balok diagonal (D1 + D2)
Direncanakan ukuran kayu = 8/12
Panjang total balok diagonal = 3.46 m
Jadi berat balok tegak = 0,08 x 0,12 x (0,54 x103) x 3.46
= 31,21 kg

4. Balok kaki kuda – kuda (A1 + A2 + A3 + A4)


Direncanakan ukuran kayu = 8/12
Panjang total balok diagonal = 6.92 m
Jadi berat balok tegak = 0,08 x 0,12 x (0,54 x103) x 6.92
= 35.87 kg

Maka berat total kuda-kuda adalah


= berat balok bint + berat balok tegak + berat balok
diagonal + balok kaki kuda-kuda
= 36,29 + 17,99 + 31.21 + 35.87
= 121.36 kg
26

5. Beban plafond
Luas bidang plafond untuk 1 kuda-kuda = 6 m  3 m = 18 m2.
Berat triplek menurut PPIUG 1983 beratnya = 11 kg/m 2
Penggantung plafond beratnya = 7 kg/m2
Maka berat plafond untuk 1 kuda-kuda = 18  11  18  7 
= 324 kg
6. Beban bubungan
Ukuran kayu bubungan = 10/15
maka berat bubungan = 0,1  0,15 x (0,54  103) x 3
= 24,3 kg

7. Beban Support Gording ( Tupai-tupai) diperkirakan 2 % dari berat total


kuda-kuda = berat total kuda – k uda x 2%
= 121,36 kg x 0,02
= 2,43 kg

Maka jumlah keseluruhan beban mati (DL) adalah :


DL = beban kuda-kuda + beban gording + beban support + beban atap +
beban plafond + beban bubungan
DL = 121,36 + 137.7 + 2.43 + 207,6 + 324 + 24,3
DL = 817.4 kg

3.6.2 Beban Hidup


Beban hidup diambil berdasarkan berat pekerja lengkap dengan perkakas kerja
sebesar 100 kg.
27

A. Beban Muatan angin


Berdasarkan PPIUG 1983 beban angin dipengaruhi oleh jauh dekatnya lokasi
bangunan dari garis pantai , untuk lokasi 5 km dari garis pantai tekanan tiup angin
harus diambil minimum 40 kg/m2, maka besarnya koefisien angin yaitu :
1. Koefisien angin tekan = 0.02 α – 0.40
= 0.02 (30o) – 0.40
= 0,2
Wtekan = 0,2 x 1,15 m2 x 40 kg/m2
= 9,2 kg
Luas bidang tertekan = 3,46 m x 3 m
= 10.38 m2
P tekan = 0,2 x 10,38 x 40 kg/m2
= 83,04 kg
2. Koefisien angin hisap = -0,4
W hisap = -0,4  1,15 m2  40 kg/m2
= -18,4 kg

Maka beban terpusat dengan jarak antar kuda-kuda 3 m adalah :


Phisap = -0,4 x 10,38 x 40
= -166,1 kg
3. Kombinasi 1
Beban mati + beban hidup = DL + LL
= 817.4 + 100
= 917,4 kg
4. Kombinasi 2
Beban mati + beban hidup + beban angin = DL + LL + WL
= DL + LL + (Wt x ½ kaki kuda-kuda) + (Wh x ½ kaki kuda-kuda)
= 917.4 + 100 + (9,2 x 3.46) + (18,4 x 3,46)
= 1.113 kg
28

3.7 Pelimpahan Beban Pada Setiap Titik Buhul

.
P = = =278,25 kg

,
½P = = 139,125 kg

P 4
  2P
RA=RB = 2 2
2 P  2 x 278,25  556,5kg

Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada setiap batang kuda-kuda dilakukan


dengan menggunakan metode Cremona.
29

P3 = 278,25 kg

E P4 = 278,25 kg
P2 = 278,25 kg
A3
A2

C V2 F

A1 D2 P1/2 = 139,125 kg
P1/2 = 139,125 kg D1 V3 A4
V1

B1 B2 B3 B4
A B D G H

RA = 556,5 Kg RB = 556,5 Kg

NAMA GAMBAR BEBAN ROTASI PEMBIMBING

P = 278,25 Khairul Miswar, ST. MT


1
2P = 139,125 NIP. 19780224 200212 1 002
RANCANGAN
CREMONA
STRUKTUR BEBAN TERPUSAT Skala Garis Skala Gaya MAHASISWA
KAYU
1 cm = 1 m 1 m = 139,125 Kg
Anggun Vita Mutiara
NIM. 1822401018
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
30

1
2 P = 41,52 kg

E
P= 83,04 kg A3
A2

C V2 F
P1/2 = 41,52 kg
A1 D2
D1 V3 A4
V1

B1 B2 B3 B4
A B D G H

1
2 P

-RA
-A1
P

B1=B2

V2 1
P RB
-D1 -A3
2
-A2

NAMA GAMBAR BEBAN ROTASI PEMBIMBING

P = 83.04 Khairul Miswar, ST. MT


1
2 P = 41.52 NIP. 19780224 200212 1 002
RANCANGAN
CREMONA
STRUKTUR BEBAN ANGIN TEKAN Skala Garis Skala Gaya MAHASISWA
KAYU
1 cm = 1 m 1 m = 41,52 Kg
Anggun Vita Mutiara
NIM. 1822401018
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
31

E
A3
A2

C V2 F

A1 D2
D1 V3 A4
V1

B1 B2 B3 B4
A B D G H

1
2 P

-A4
P

B3 = B4

-A3

V2
-A2 -D2
1
2 P

NAMA GAMBAR BEBAN ROTASI PEMBIMBING

P = 166,1 Khairul Miswar, ST. MT


1
2 P = 83,05 NIP. 19780224 200212 1 002
RANCANGAN
CREMONA
STRUKTUR BEBAN ANGIN HISAP Skala Garis Skala Gaya MAHASISWA
KAYU
1 cm = 1 m 1 m = 83,05 Kg
Anggun Vita Mutiara
NIM. 1822401018
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
32

Tabel 3.3 Hasil perhitungan gaya metode Cremona

MUATAN BEBAN BEBAN DESIGN


No Beban Tetap Angin Tekan Angin Hisap TOTAL (Kg)
Batang Tekan Tarik Tarik
Tekan (-) Tekan (-) Tarik (+) Tekan (-) Tarik (+)
(-) (+) (+)
B1 - 723.45 - 166.1 - - - 889.55
B2 - 723.45 - 166.1 - - - 889.55
B3 - 723.45 - - - 166.9305 - 890.3805
B4 - 723.45 - - - 166.9305 - 890.3805
V1 - 0 - - - - -
V2 - 278.25 - 47.748 - 95.5075 - 421.5055
V3 - - - - - - - -
D1 278.25 - 95.9112 - - - 374.1612 -
D2 278.25 - - - 191.8455 - 470.0955 -
A1 836.141 - 119.9928 - 191.8455 - 1147.9793 -
A2 556.5 - 71.8296 - 191.8455 - 820.1751 -
A3 556.5 - 95.9112 - 144.507 - 796.9182 -
A4 836.141 - 95.9112 - 240.014 - 1172.0662 -

3.8 Beban Hidup Bekerja


 P 4x (100)
RA=RB =   200 kg
2 2
reaksi beban hidup 200
Maka, f    0,3593kg
reaksi beban tetap 556.5

Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada setiap batang kuda-kuda dilakukan


dengan menggunakan metode Cremona.

3.9 Pelimpahan Beban Sementara (sekunder/hidup)


Pembebanan ini didapat dari beban angin yaitu beban tekan dan beban
angin hisab.
Ptekan = 83,04 kg
Phisap = -166,1 kg
33

3.10 Pendimensian Batang Kuda-kuda


1. Dimensi batang tekan ( batang A1, A2, A3, A4 )
Ukuran kayu = 8/12 (kayu meranti)
Pmak = 1172.0662 kg
Panjang batang = 1.73 m
σtk // izin = 85 kg/cm2

Ix = 1/12.b.h3 = 1/12 x 8 x 123 = 1152 cm4


Iy = 1/12.b3.h = 1/12 x 83 x 12 = 512 cm4

Ix Iy
ix min = iymin =
Fbr Fbr

1152 512
= =
8 x12 8 x12
= 3,46 cm = 2,31 cm

Lk = 0,5 . L
Lk = 0,5 . 1,73
Lk = 0.865 m = 86.5 cm

Lk Lk
λx = λy =
i x min i y min

86,5 86,5
= =
3,46 2,31
= 25 = 37,44
34

Diantara nilai λy dan λx diambil nilai yang terbesar dalam menentukan nilai
faktor tekuk (ω) sehingga λ = 37,44. untuk nilai faktor tekuk bisa dilihat pada
lampiran 2.
Interpolasi

λ = 37,44 ω=x
λ = 37 ω = 1,33
λ = 38 ω = 1,34

37,44  37 x  1,33

38  27 1,34  1,33

x – 1,33 = 0,0044
x = 1,3344

ω = 1,3344 (hasil interpolasi)


sehingga tegangan yang timbul
P.
σtk // ytb =
0,8.Fbr

1172.0662 x 1,3344
= = 20,36
0,8.(8 x12) e\
Lwllwm
σtk // ytb = 20,36 kg/cm2< σtk // izin = 85 kg/cm2 ................(aman)

Maka dipakai kayu 8/12 untuk batang atas.


35

2. Dimensi batang tarik ( B1, B2, B3, B4)


Ukuran kayu = 4/14
Pmak = 890.3805 kg
Panjang batang = 1.5 m
_
 tr // = 85 kg/cm2

P
σtk // ytb =
0,8.Fbr

890.3805
=
0,8.(4 x14)
= 19,87
σtk // ytb = 19,87 kg/cm2< σtk // izin = 85 kg/cm2 ..................(aman)

Maka dipakai kayu 4/14 untuk batang bawah.

3.11 Perhitungan Alat Sambung


Ukuran kayu = 4/14
Jenis kayu = Meranti (kelas II)
β = 1 (kontruksi terlindung)
δ = 1 (beban tetap)

σlt // = 100 kg/cm2


σtk//= σtr// = 85 kg/cm2
 tk  = 25 kg/cm2
τ// = 12 kg/cm2
Diameter baut yang dipakai
Sambungan tampang satu = λ b = 5,4
b
λb=
d
36

4
5,4 =
d
d = 0,74 cm
dipakai baut Ø 3/8"

Sambungan tampang dua = λ b = 4,3


b
λb=
d
4
4,3 =
d
d = 0,93 cm
dipakai baut Ø 3/8" (1 cm)

Ukuran kayu = 8/12


Jenis kayu = Meranti ( kelas 2)
β = 1 (kontruksi terlindung)
δ = 1 (beban tetap)

σlt // = 100 kg/cm2


σtk//= σtr// = 85 kg/cm2
 tk  = 25 kg/cm2
τ// = 12 kg/cm2

Diameter baut yang dipakai


Sambungan tampang satu = λ b = 5,4
b
λb=
d
8
5,4 =
d
37

d = 1,48 cm
dipakai baut Ø 5/8" (1,587 cm)

Sambungan tampang dua = λ b = 4,3


b
λb=
d
8
4,3 =
d
d = 1,86 cm
dipakai baut Ø 3/4" (1,905 cm)

3.12 Penyambungan
a. Titik A
A1 = - 1147.9793kg

A B1 = 889,55kg

Perhitungan berdasarkan gaya A1 = -1147.9793 (tekan)


Sambungan tampang II golongan II, α = 30 o
Sambungan baut yang digunakan Ø 3/4" = 1,905 cm

S = 100.d.b3 (1-0,6 sin α)


= 100 x 1,905 x 8 x (1-0,6 sin 30o)
= 1066,8 kg
S = 200.d.b1 (1-0,6 sin α)
= 200 x 1,905 x 4 x (1-0,6 sin 30o)
= 1066,8 kg
S = 430.d2 (1-0,35 sin α)
38

= 430 x (1,905)2 (1-0,35 sin 30o)


= 1287,4 kg

Diambil S minimum = 1066,8 kg


Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :
P 1147.9793
n=  = 1,1 2 buah baut
S 1066,8

b. Titik C
A2= -820,1751 kg

A1 = 1147.9793 kg D1 = 374,1612 kg

V1 = 0 kg

Hubungan sambungan batang A2 dengan D1 ialah Sambungan tampang I


Perhitungan berdasarkan gaya A2 = 820,1751 kg
Sambungan baut yang digunakan Ø 5/8" = 1,587 cm

S = 40.d.b1 (1-0,6 sin α)


= 40 x 1,587 x 8 x (1-0,6 sin 60o)
= 243,95 kg

S = 215.d2 (1-0,35 sin α)

= 215 x (1,587)2 (1-0,35 sin 60o)


= 377,36 kg

Diambil S minimum = 243,95 kg


39

Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :


P 820,1751
n=  = 3,36 4 buah baut
S 243,95

Hubungan sambungan batang A1 dengan V1 ialah Sambungan tampang I


Perhitungan berdasarkan gaya A1 = 1147.9793 kg
Sambungan baut yang digunakan Ø 5/8" = 1,587 cm

S = 40.d.b1 (1-0,6 sin α)


= 40 x 1,587 x 8 x (1-0,6 sin 60o)
= 243,95 kg
S = 215.d2 (1-0,35 sin α)
= 215 x (1,587)2 (1-0,35 sin 60o)
= 377,36 kg

Diambil S minimum = 243,95 kg


Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :
P 1147.9793
n =  4 buah baut
S 243,95

c. Titik E
E

A2 = 820,1751 kg A3 = 796,9182kg

V2 = 421,5055kg
40

Hubungan sambungan batang A3 dengan V2 ialah Sambungan tampang I


Perhitungan berdasarkan gaya V2 = 421,5055 kg
Sambungan baut yang digunakan Ø 5/8" = 1,587 cm

S = 40.d.b1 (1-0,6 sin α)


= 40 x 1,587 x 8 x (1-0,6 sin 60o)
= 243,95 kg
S = 215.d2 (1-0,35 sin α)
= 215 x (1,587)2 (1-0,35 sin 60o)
= 377,36 kg

Diambil S minimum = 243,95 kg


Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :
P 421,5055
n =  = 1,72 2 buah baut
S 243,95

d. Titik B

V1 = 0

B1 = 889,55 kg B2 = 889,55 kg
B

Sambungan tampang II, golongan II α= 90o


Sambungan baut yang digunakan Ø 3/8" = 1 cm

S = 100.d.b3 (1-0,6 sin α)


= 100 x 1 x 8 x (1-0,6 sin 90o)
41

= 320 kg
S = 200.d.b1 (1-0,6 sin α)
= 250 x 1 x 4 x (1-0,6 sin 90o)
= 320 kg
S = 430.d2 (1-0,35 sin α)
= 430 x (1)2 (1-0,35 sin 90o)
= 279,5 kg

Diambil S minimum = 279,5 kg


Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :
P 889,55
n =  = 3,2 4 buah baut
S 279,5

e. Titik D
V2 = 421,5055 kg
D1 = 374,1612 kg
D2 =-470,0955 kg

B2 = 889,55 kg B3 = 890,3805 kg
D

Perhitungan berdasarkan gaya B1 = 889,55


Sambungan tampang II golongan II, α = 30 o
Sambungan baut yang digunakan Ø 3/8" = 1 cm

S = 100.d.b3 (1-0,6 sin α)


= 100 x 1 x 8 x (1-0,6 sin 30o)
= 560 kg
S = 200.d.b1 (1-0,6 sin α)
= 200 x 1 x 4 x (1-0,6 sin 30o)
42

= 560 kg
S = 430.d2 (1-0,35 sin α)
= 430 x (1)2 (1-0,35 sin 30o)
= 354,75 kg

Diambil S minimum = 354,75 kg


Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :
P 889,55
n =  = 2,5 4 buah baut
S 354,75

Hubungan V2 dengan B, Perhitungan berdasarkan V2 = 421,5055


Sambungan tampang dua golongan II, α = 30 o
Perhitungan berdasarkan V2 = 421,5055
Sambungan baut yang digunakan Ø 3/8" = 1 cm

S = 100.d.b3 (1-0,6 sin α)


= 100 x 1 x 8 x (1-0,6 sin 90o)
= 320 kg
S = 200.d.b1 (1-0,6 sin α)
= 200 x 1 x 4 x (1-0,6 sin 90o)
= 320 kg
S = 430.d2 (1-0,35 sin α)
= 430 x (1)2 (1-0,35 sin 90o)
= 279,5 kg

Diambil S minimum = 279,5 kg


Jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut adalah :
P 421,5
n =  = 1,5 2 buah baut
S 279,5
43

3.13 Sambungan Perpanjangan


Balok kayu yang tersedia dipasaran adalah 4-5 m, jadi untuk balok bint (4/14)
dengan panjang bentang 6 meter dilakukan 1 kali penyambungan.
A. Sambungan balok mendatar (Bint)
 Gaya terbesar yang timbul dari balok bint, P = 890,3805 Kg
 Ukuran kayu balok bint = 2 x 4/14
 Ukuran plat penyambung digunakan = 8/14 cm
 Sambungan tampang II, golongan kayu kelas I
Menurut PPKI 1983 nilai λ = 3,8
b
λb=
d
4
3,8 =
d
d = 1,05 cm

Dipakai baut Ø 1/2" (1,27 cm), α = 0 o

S = 125.d.b3 (1-0,6 sin α)


= 125 x 1,27 x 8 x (1-0,6 sin 0o)
= 1270 kg
S = 250.d.b1 (1-0,6 sin α)
= 250 x 1,27 x 4 x (1-0,6 sin 0o)
= 1279 kg
S = 480.d2 (1-0,35 sin α)
= 480 x (1,272) (1-0,35 sin 0o)
= 774,192 kg

Jadi jumlah baut yang digunakan pada sambungan tersebut, adalah :


P 890,3805
n =  = 1,15 2 buah baut
S 774,19
44

Kontrol jarak baut :


5d = 5 x 1,27 = 6,35 = 7 cm (jarak antara sumbu baut dengan sumbu baut
dalam arah gaya)

7d = 7 x 1,27 = 8,89 = 9 cm (jarak antara sumbu baut dan ujung kayu yang
dibebani)

3d = 3 x 1,27 = 3,81 = 4 cm ( jarak antara sumbu baut dalam arah tegak lurus
gaya)

2d = 2 x 1,27 = 2,54 = 3 cm (jarak antara sumbu baut dengan tepi kayu)


BAB IV
DESKRIPSI HASIL

4.1 Ukuran Panjang Batang Kuda-kuda

P3 = 278,25 kg

E P4 = 278,25 kg
P2 = 278,25 kg
A3
A2

C V2 F

A1 D2 P1/2 = 139,125 kg
P1/2 = 139,125 kg D1 V3 A4
V1

B1 B2 B3 B4
A B D G H

RA = 556,5 Kg RB = 556,5 Kg

Hasil perhitungan panjang batang kuda-kuda diperlihatkan pada tabel berikut :


4.1 Tabel Panjang Batang Untuk Batang Profil

Nomor Batang Panjang Jumlah Jumlah Panjang


Batang(m) batang Batang(m)
B1, B2, B3, B4 1,5 m 4 6m
A1, A2, A3, A4 1,73 m 4 6,92 m
V1, V3 0,87 m 2 1,74 m
V2 1,73 m 1 1,73 m
D1, D2 1,73 m 2 3,46 m
Panjang Total 19,85 m

45
46

4.2 Rekapitulasi Pembebanan


Perhitungan pembebanan dihitung berdasarkan buku Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 dari Direktorat Penyelidik Masalah
Bangunan, Bandung. Hasil rekapitulasi perhitungan sebagai berikut :
1. Perhitungan beban mati total = 817.4 kg
2. Perhitungan beban hidup total = 100 kg
3. Perhitungan beban angin :
a. Beban angin tekan = 83,04 kg
b. Beban angin hisap = 166,1 kg

4.3 Pendimensian Gording


Perhitungan pendimensian gording dihitung berdasarkan buku PPKI-1961.
1. Gording menggunakan kayu Meranti dengan ukuran 10/15 cm.
2. Kontrol tegangan akibat momen yang timbul :
a. Akibat muatan primer (σ lt//ytb)
= 39,84 kg/cm2< 100 kg/cm2......................................... (AMAN)
b. Akibat muatan sekunder (σ lt//ytb)
= 42,60 kg/cm2< 100 kg/cm2......................................... (AMAN)
c. Kontrol lendutan untuk gording
= 0,248 cm < fizin 1,6 cm................................................ (AMAN)

4.4 Rekapitulasi Pendimensian Batang


Pendimensian diambil berdasarkan gaya- gaya terbesar untuk terbesar untuk
perhitungan ukuran rangka kuda – kuda, antara lain : balok kaki kuda – kuda, balok
diagonal, balok vertikal, gording, balok horizontal dipakai ukuran 8/12 cm. Untuk
jarak antar gording adalah 1,15 cm.
47

4.5 Alat Sambung


Alat sambung yang digunakan pada perencanaan konstruksi kuda-kuda kayu
ini adalah baut. Pada perhitungan alat sambung di setiap pertemuan batang kerangka
kuda – kuda kayu direncanakan dengan menggunakan sambungan baut pada tampang
dua berdiameter ½ inch.
Banyak baut yang digunakan pada tiap-tiap titik buhul sebagai berikut :
Titik A =2 Buah baut
Titik B =4 Buah baut
Titik C =4 Buah baut
Titik D =4 Buah baut
Titik E =2 Buah baut
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan perhitungan dan perencanaan kontruksi kuda-kuda kayu,


penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran dari hasil perhitungan dan
perencanaan antara lain :

5.1 Simpulan
1. Gaya-gaya yang bekerja pada batang dicari dengan metode Cremona.
2. Pada rancangan struktur kuda-kuda kayu I menggunakan sambungan
baut, dimana baut yang digunakan yaitu baut 3/4’’, 5/8’’, 3/8’’, 1/2 inch.
3. Pembebanan yang diakibatkan konstruksi kuda-kuda adalah beban mati,
(berat sendiri), beban hidup (berat pekerja serta alat-alatnya), dan beban
sementara (beban angin hisap, beban angin tekan dan beban air hujan).
4. Kayu yang digunakan adalah kayu meranti yang tergolong pada kayu
kelas II.
5. Ukuran kayu yang digunakan untuk gording 10/15 cm, balok bint 4/14
cm, kaki kuda-kuda 8/12 cm, balok skor (diagonal) 8/12 cm, dan balok
vertikal 8/12 cm.
6. Jumlah baut yang digunakan pada kuda-kuda yang direncanakan yaitu 32
buah baut.

5.2 Saran
1. Dalam perhitungan perencanaan kuda-kuda kayu haruslah dihitung
seteliti mungkin agar tidak terjadi keruntuhan kontruksi serta
pemborosan.
2. Pembebanan seharusnya dihitung dengan menggunakan faktor reduksi (β)
menurut pemakaian sambungan yang berguna sebagai faktor pengaman.

48
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Departemen


Pekerjaan Umum.

Anonim, 1983, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, Departemen Pekerjaan


Umum.

Siregar A M, 2019, Rancangan Struktur Kayu I, Politeknik Negeri


Lhokseumawe.

Fazilah, 2019, Rancangan Struktur Kayu I, Politeknik Negeri


Lhokseumawe.

Indah S, (2017), Rancangan Gedung Struktur Kayu >> akeses 13


Oktober 2020 : https://id.scribd.com/document/367656113/Rcgn-Gdg-Struktur-
Kayu<<

Aziz, R (2017) Perencanaan Kuda-Kuda Baja >> aksese 13


Oktober 2020: https://id.scribd.com/document/354343859/Perencanaan-Kuda-
Kuda-Baja<<

49
Rabung Seng
Seng BJLS

Gording 10/15
Kaki Kuda-Kuda
Balok Bint 2.4/14 Tiang Kuda-Kuda 8/12

Tugas : Perencanaan Kuda-Kuda Kayu


Judul Gambar : Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh :

RANCANGAN Khairul Miswar, S.T,M.T Anggun Vita Mutiara


KUDA-KUDA Nip : 19780224 200212 1 002 Nim : 1822401018
Kaki Kuda-Kuda
Baut Diameter 3/4 Inchi

Balok Bint 2.4/14

Baut Diameter 5/8 Inchi


Kaki Kuda-Kuda

Balok Gapit

Tugas : Perencanaan Kuda-Kuda Kayu


Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh :

Khairul Miswar, S.T,M.T Anggun Vita Mutiara


Nip : 19780224 200212 1 002 Nim : 1822401018
Tiang Kuda-Kuda 8/12

Baut Diameter 3/8 Inchi

Balok Bint 2.8/12 Balok Sokong8/12

Tiang Kuda-Kuda 8/12

Kaki Kuda-Kuda

Balok Bint 2.8/12


Baut Diameter 5/8 Inchi

Tugas : Perencanaan Kuda-Kuda Kayu


Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh :

Khairul Miswar, S.T,M.T Anggun Vita Mutiara


Nip : 19780224 200212 1 002 Nim : 1822401018

Anda mungkin juga menyukai