Anda di halaman 1dari 15

GD 2151 SURVEYING1

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL KE-5
PROFIL MELINTANG DAN MEMANJANG

DISUSUN OLEH
ANGGOTA :
1. WISNUARDI D

( 15103014 )

2. INDRA GUMILAR

( 15103026 )

3. BELFRY P

( 151030

ASISITEN :
Bpk. DUDI

2006
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan konstruksi / pembangunan, prosesnya itu tidak akan lepas
dari yang namanya peta. Salah satunya adalah peta bentuk permukaan tanah,
yang biasa disebut dengan profil. Profil permukaan tanah ini terbagi kedalam 2
jenis , yaitu: Profil memanjang dan profil melintang.
Dari profil (memanjang dan melintang) inilah segala bentuk kegiatan
konstruksi dimulai, mulai dari penentuan volume timbunan dan volume kerukan
tanah, penentuan jenis pondasi yang cocok dsb.
Untuk dapat mebuat profil tersebut prinsipnya adalah pengukuran beda
tinggi. Disini kita mengukur beda tinggi permukaan tanah yang akan digambar
profilnya dengan mengacu kepada titik yang telah diketahui tingginya ( titik
referensi ).
Untuk dapat menentukan ketinggian suatu titik atau menentukan berapa
tingginya dari titik yang lain kita dapat melakukan pengukuran beda tinggi.
Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan cara:
a. cara barometris
b. cara trigonometris.
c. Cara pengukuran menyipat datar
Pada praktikum ini kita akan membuat profil dengan pengukuran menyipat
datar dengan menggunakan waterpas untuk menentukan beda tinggi antara satu
titik dengan titik yang lainnya, karena mempunyai toleransi beda tinggi antara
pengukuran stand 1 dengan stand 2 sebesar 2 mm. Kalau lebih dari 2 mm maka
pengukuran harus diulang pada stand ke-2 nya. Data mengenai ketinggian ini
sangat berguna untuk berbagai keperluan pembangunan maupun konstruksi
lainnya.
Pengukuran profil memanjang ini diperlukan antara lain sebagai berikut:
pembuatan trase rel kereta api, jalan raya, saluran air, galian pipa air minum.
Dengan jarak dan beda tinggi titik-titiik diatas permukaan bumi maka akan
didapat irisan tegak lapangan yang dinamakan profil memanjang.
Sedangkan pengukuran profil melintang, caranya sama dengan pengukuran
profil memanjang, tetapi jaraknya relatif pendek jika dibandfingkan dengan jarak
pengukuran profil memanjang.

B. Maksud Praktikum
Maksud dari praktikum Profil Memanjang dan Melintang

ini adalah agar

mahasiswa peserta mata kuliah SURVEYING 1 ini bisa mengukur beda tinggi
dari suatu titik dengan titik yang lainnya dengan menggunakan waterpas dan
rambu ukur, serta bisa menggambarkan profilnya dari data beda tinggi
tersebut.
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum modul ke-5, Profil Memanjang dan Profil Melintang ini
adalah agar dapat dapat mengukur beda tinggi antara titik-titik dpermukaan
bumi untuk selanjutnya dapat digambarkan mejadi Profil.
D. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Modul ke-5, Profil Memanjang dan profil melintang

yang

dilaksanakan oleh kelompok ini dilaksanakan pada :


Hari

: Selasa

Tanggal

: 14 November 2006

Waktu

: Pukul 10.00-15.00 WIB

Tempat

: BM ITB 09-ITB 10

E. Peralatan Yang Digunakan


Praktikum Modul ke-5, Profil Memanjang dan profil

Melintang yang

dilaksanakan oleh kelompok ini menggunakan peralatan :


o

Waterpas Topcon AT D2

Statif 1 buah

Rambu Ukur 2 buah

Pita Ukur 1 buah

BAB II
DASAR TEORI

Teori dasar dari Pengukuran beda tinggi Sifat Datar ini adalah :
1. semua titk yang ada dipermukaan bumi mempunyai ketinggian
2. BB + BA = 2 BT
3. jarak muka

= ( BA muka BB muka ) x 100 meter

4. beda tinggi

= ( BT belakang BT muka ) x 100 m

5. tinggi garis bidik (TGB)


TGB = tinggi titik (BM) + tinggi alat dari BM
6. tinggi titik di permukaan
Tpermukaan = TGB - BTpermukaan
keterangan :
BB

= benang bawah

BA

= benang atas

BT

= benang tengah

BAB III
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Langkah-langkah

dalam

pelaksanaan

praktikum

Profil

Memanjang

dan

Melintang ini adalah:


1.

Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum, antara lain :


Waterpas, Satif, Rambu Ukur , formulir pengukuran profil melintang dan profil
memanjang untuk mencatat hasil yang didapat.

2.

Pada praktikum ini kita mendapat 2 titik BM

3.

Dirikan statif pada salah satu titik BM untuk pengukuran profil memanjang dan
melintang ke-1 dengan mengendorkan ketiga mur yang menempel pada kakikakinya dan mengencangkannya kembali.

4.

Buka Waterpas dari tempatnya, kemudiaan pasangkan waterpas itu pada


statifnya, dengan mengencangkan mur yang ada dibawah piringan statif ke
kiap waterpas. Catat tinggi alat dari BM dan tinggi BM

5.

Datarkan pula Nivo tabungnya, dengan cara memutarkan mur yang ada pada
kiap pada arah yang berlawanan antara satu mur dengan mur yang lainnya.

6.

Setelah nivo tabung sudah datar maka kita menyiapkan target yang akan
dibidik, yaitu pada titik BM yang satunya lagi caranya adalah dirikan rambu
pada BM

7.

Setelah waterpas dan target sudah siap maka kita sudah bisa melakukan
pengukuran.

8.

Bidikkan teropong ke target yang akan diukur dengan mempergunakan pencari


target yang ada diatas/dibawah teropong.

9.

Sesudah kunci horizontal terkunci maka lihat apakah targetnya sudah terlihat
( fokus ) kalau belum fokus, fokuskan dulu sampai target terlihat dengan jelas.
Lalu lihat lagi apakah benang halusnya sudah kelihatan? ( benang atas, benang
bawah, dan benang tengahnya sudah kelihatan) kalau belum, atur fokus
benang halus sampai kelihatan dengan jelas.

10.

Sesudah target terlihat dengan jelas ( fokus ) dan benang halusnya sudah
terlihat pula. Lihat apakah benang halusnya sudah pas pada terget ?. Kalau
belum, gerakan teropong kearah horizontal dengan gerak halus horizontal. Buat
sedemikian rupa agar si benang halus sejajar dengan tengah rambu ukur.

11.

Sesudah benang halus sejajar dengan rambu ukur pada target maka yang
pertama kita lakukan adalah membaca berapa besarnya benang tengah (BT),

kemudian secara berurutan kita baca besarnya benang atas (BA) dan benang
bawah (BB)
12.

Sesudah dapat ukuran dititik BM pertama maka dirikan rambu yang satunya
lagi dengan jarak 3 meter dari rambu yang pertama. Rambu kedua harus
sejajar dengan rambu yang pertama. Cara untuk mensejajarkan rambu yang
kedua dan rambu yang pertama ini adalah pada waktu membidik yang terlihat
adalah hanya rambu yang keduanya saja, rambu yang pertamanya tidak
kelihatan terhalang oleh rambu yang kedua.

13.

Apabila rambu pertamanya masih terlihat pada waktu kita bidik dengan
waterpas, maka kita bisa mengeser rambu yang kedua agar sejajar yaitu
dengan tanda rambu pertamanya tidak terlihat lagi.

14.

Apabila rambu kedua dengan rambu pertamanya sudah sejajar, maka kita
tinggal baca ukuran pada rambu kedua tersebut. Caranya sama seperti dengan
nomor 8-11.

15.

Jika rambu kedua sudah dapat ukurannya maka untuk melakukan pengukuran
ke-2 rambu yang kedua tersebut maju 3 meter dari posisi rambu yang kedua
sedangkan rambu yang pertamanya tetap pada titik BM sampai pengukuran
profil memanjangnya selesai. Pada posisi yang ketiga rambu yang kedua
tersebut harus sejajar dengan rambu yang pertama Cara untuk mensejajarkan
rambu yang kedua dan rambu yang pertama ini adalah pada waktu membidik
yang

terlihat

adalah

hanya

rambu

yang

keduanya

saja,

rambu

yang

pertamanya tidak kelihatan terhalang oleh rambu yang kedua.


16.

Apabila rambu pertamanya masih terlihat pada waktu kita bidik dengan
waterpas, maka kita bisa mengeser rambu yang kedua agar sejajar yaitu
dengan tanda rambu pertamanya tidak terlihat lagi.

17.

Apabila rambu kedua dengan rambu pertamanya sudah sejajar, maka kita
tinggal baca ukuran pada rambu kedua tersebut. Caranya sama seperti dengan
nomor 8-11

18.

Ulangi langkah nomor 12-15 sampai rambu kedua tiba di BM yang didirikan
waterpas. Apabila rambu kedua sudah sampai pada BM yang ada waterpasnya
maka pengukuran untuk profil memanjang telah selesai.

Untuk pengukuran Profil melintang ke-1


19.

Bidikkan waterpas ke rambu pertama yang masih berdiri pada BM tempat


mulainya pengukuran profil Memanjang. Nol-kan bacaan sudut yang ada pada
waterpasnya.

20.

Pengukuran profil melintang harus tegak lurus dengan pengukuran profil


memanjangnya. Cara untuk mentegakluruskannya adalah : Putarkan waterpas
ke arah kanan sampai bacaan sudutnya menjadi 90.

21.

Dirikan rambu sejauh 15 meter dari waterpas dan tegak lurus dengan
pengukuran profil memanjangnya. Caranya adalah pada waktu waterpas sudah
diputarkan kekanan sebesar 90o, maka rambu yang didirikan tersebut harus
terlihat oleh benang silang yang ada pada teropong waterpas. Waterpas tidak
boleh digerakan lagi. Apabila rambu belum terlihat oleh teropong dan tegak
lurus dengan benang silang teropong waterpas, maka pengukuran profil
melintang

tersebut

belum

tegak

lurus

dengan

pengukuran

profil

memanjangnya. Gerakan rambu sampai kelihatan oleh teropong.


22.

Apabila

rambu

sudah

kelihatan

oleh

teropong

maka

pengukuran

profil

melintang sudah dapat dilakukan. Baca benang tengah (BT), benang atas (BA),
dan benang bawah (BB) pada rambu yang pertama tersebut. Pengukuran profil
dilakukan kondisional, artinya jika relatif datar medannya dilakukan dalam
selang 3 meter, tetapi bila ada permukaan yang tidak datar maka perlu diukur.
23.

Jika pengukuran melintang dititik 1 sudah selesai maka dirikan rambu kedua 3
meter dari rambu yang pertama. Rambu kedua harus sejajar dengan rambu
yang pertama. Cara untuk mensejajarkan rambu yang kedua dan rambu yang
pertama ini adalah pada waktu membidik yang terlihat adalah hanya rambu
yang keduanya saja, rambu yang pertamanya tidak kelihatan terhalang oleh
rambu yang kedua.

24.

Apabila rambu pertamanya masih terlihat pada waktu kita bidik dengan
waterpas, maka kita bisa mengeser rambu yang kedua agar sejajar yaitu
dengan tanda rambu pertamanya tidak terlihat lagi.

25.

Apabila rambu kedua dengan rambu pertamanya sudah sejajar, maka kita
tinggal baca ukuran BA,BB,dan BT pada rambu kedua tersebut. Caranya sama
seperti dengan nomor 8-11, Ulangi sampai beres 15 meter kekanan dan 15
meter kekiri.

Untuk pengukuran Profil melintang ke-2


26.

Pindahkan waterpas dari BM yang pertama ke BM yang kedua. Catat Tinggi Alat
dari BM dan tinggi BM

27.

Bidikkan waterpas ke rambu yang masih berdiri pada BM tempat waterpas


pertama berdiri. Nol-kan bacaan sudut yang ada pada waterpasnya.

28.

Pengukuran profil melintang harus tegak lurus dengan pengukuran profil


memanjangnya. Cara untuk mentegakluruskannya adalah : Putarkan waterpas
ke arah kanan sampai bacaan sudutnya menjadi 90o

29.

Dirikan rambu sejauh 15 meter dari waterpas dan tegak lurus dengan
pengukuran profil memanjangnya. Caranya adalah pada waktu waterpas sudah
diputarkan kekanan sebesar 90o, maka rambu yang didirikan tersebut harus
terlihat oleh benang silang yang ada pada teropong waterpas. Waterpas tidak
boleh digerakan lagi. Apabila rambu belum terlihat oleh teropong dan tegak
lurus dengan benang silang teropong waterpas, maka pengukuran profil
melintang

tersebut

belum

tegak

lurus

dengan

pengukuran

profil

memanjangnya. Gerakan rambu sampai kelihatan oleh teropong.


30.

Apabila

rambu

sudah

kelihatan

oleh

teropong

maka

pengukuran

profil

melintang sudah dapat dilakukan. Baca benang tengah (BT), benang atas (BA),
dan benang bawah (BB) pada rambu yang pertama tersebut. Pengukuran profil
dilakukan kondisional, artinya jika relatif datar medannya dilakukan dalam
selang 3 meter, tetapi bila ada permukaan yang tidak datar maka perlu diukur.
31.

Jika pengukuran melintang dititik 1 sudah selesai maka dirikan rambu kedua 3
meter dari rambu yang pertama. Rambu kedua harus sejajar dengan rambu
yang pertama. Cara untuk mensejajarkan rambu yang kedua dan rambu yang
pertama ini adalah pada waktu membidik yang terlihat adalah hanya rambu
yang keduanya saja, rambu yang pertamanya tidak kelihatan terhalang oleh
rambu yang kedua.

32.

Apabila rambu pertamanya masih terlihat pada waktu kita bidik dengan
waterpas, maka kita bisa mengeser rambu yang kedua agar sejajar yaitu
dengan tanda rambu pertamanya tidak terlihat lagi.

33.

Apabila rambu kedua dengan rambu pertamanya sudah sejajar, maka kita
tinggal baca ukuran BA,BB,dan BT pada rambu kedua tersebut. Caranya sama
seperti dengan nomor 8-11, Ulangi sampai beres

34.

Pengukuran profil melintang harus tegak lurus dengan pengukuran profil


memanjangnya. Cara untuk mentegakluruskannya adalah : Putarkan waterpas
ke arah kanan sampai bacaan sudutnya menjadi 90.

35.

Maka pengukuran Profil memanjang dan Profil melintang selesai.

BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
DATA
Tinggi ITB 09
773.315 m

Tinggi ITB 10
775.479 m

Tinggi Alat di ITB9+BM

Tinggi Alat di ITB9+BM

1.28 m

1.72 m

Data Pengukuran Profil Memanjang Alat di ITB 10


Tempat
Alat
ITB 10

No
Titik

Bacaan benang tengah


Kebelakang
Rincikan Muka

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

27.05
25.75
23.84
21.69
19.49
17.22
15.09
13.02
11.12
9.54
7.81
4.98
4.28
6.71
6.00
7.02

Jarak
Datar
48.10
45.00
42.10
39.00
36.10
32.80
30.10
27.00
24.10
21.00
18.10
15.00
12.10
9.20
6.10
3.00

Keterangan
BA
BB
29.46
28.00
25.95
23.64
21.29
18.87
16.60
14.36
12.33
10.59
8.71
5.73
4.89
7.18
6.31
7.17

24.65
23.50
21.74
19.74
17.68
15.59
13.59
11.66
9.92
8.49
6.90
4.23
3.68
6.26
5.70
6.87

Data Pengukuran Profil melintang ke-1 Alat di ITB 10


Tempat

No

Alat
ITB 10

Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bacaan benang
tengah

Jarak

Keterangan

kiri

Datar

BA

kanan
11.45
11.34
11.05
10.26
10.84

7.50
9.71
10.47
10.28
9.57

15.00
11.70
8.90
6.10
2.80
13.90
10.90
8.80
4.70
1.80

12.20
11.92
11.49
10.56
10.98
8.19
10.25
10.91
10.51
9.66

BB
10.70
10.75
10.60
9.95
10.70
6.80
9.16
10.03
10.04
9.48

10

Data Pengukuran Profil melintang ke-2 Alat di ITB 9


Tempat
Alat
ITB 9

No
Titik

Bacaan benang tengah

kiri

1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00

kanan

Jarak
Datar

21.35
19.66
18.29
16.04
14.64

Keterangan
BA
BB
22.10
20.12
18.60
16.20
14.74
14.82

14.65

20.60
19.19
17.98
15.88
14.53
14.48

PENGOLAHAN DATA
Pengukuran Profil Memanjang Alat di ITB 10
No Titik

BT

BT dlm
meter

Jarak

TGB+TBM

ITB 9

tinggi

acuan
[ITB 10]

T=tinggi+acuan

-1.555

775.479

773.924

27.05

2.705

48.10

1.28

-1.425

775.479

774.054

25.75

2.575

45.00

1.28

-1.295

775.479

774.184

23.84

2.384

42.10

1.28

-1.104

775.479

774.375

21.69

2.169

39.00

1.28

-0.889

775.479

774.590

19.49

1.949

36.10

1.28

-0.669

775.479

774.810

17.22

1.722

32.80

1.28

-0.442

775.479

775.037

15.09

1.509

30.10

1.28

-0.229

775.479

775.250

13.02

1.302

27.00

1.28

-0.022

775.479

775.457

11.12

1.112

24.10

1.28

0.168

775.479

775.647

10

9.54

0.954

21.00

1.28

0.326

775.479

775.805

11

7.81

0.781

18.10

1.28

0.499

775.479

775.978

12

4.98

0.498

15.00

1.28

0.782

775.479

776.261

13

4.28

0.428

12.10

1.28

0.852

775.479

776.331

14

6.71

0.671

9.20

1.28

0.609

775.479

776.088

15

6.00

0.600

6.10

1.28

0.680

775.479

776.159

16

7.02

0.702

3.00

1.28

0.578

775.479

776.057

11

Pengukuran Profil Melintang Alat di ITB 10


No Titik

BT

BT dlm
meter

Jarak

TGB+TBM

tinggi

acuan
[ITB 10]

T=tinggi+acuan

11.45

1.145

15

1.28

0.135

775.479

775.614

11.34

1.134

11.7

1.28

0.147

775.479

775.626

11.05

1.105

8.9

1.28

0.176

775.479

775.655

10.26

1.026

6.1

1.28

0.255

775.479

775.734

10.84

1.084

2.8

1.28

0.196

775.479

775.675

7.50

0.750

13.9

1.28

0.531

775.479

776.010

9.71

0.971

10.9

1.28

0.310

775.479

775.789

10.47

1.047

8.8

1.28

0.233

775.479

775.712

10.28

1.028

4.7

1.28

0.253

775.479

775.732

10

9.57

0.957

1.8

1.28

0.323

775.479

775.802

Pengukuran Profil Melintang Alat di ITB 09


No Titik

BT

BT dlm
meter

Jarak

TGB+TBM

tinggi

acuan
[ITB 10]

T=tinggi+acuan

21.35

2.135

15

1.420

-0.715

773.315

772.600

19.66

1.966

9.3

1.420

-0.546

773.315

772.770

18.29

1.829

6.2

1.420

-0.409

773.315

772.906

16.04

1.604

3.2

1.420

-0.184

773.315

773.131

14.64

1.464

2.1

1.420

-0.044

773.315

773.272

14.65

1.465

3.4

1.420

-0.045

773.315

773.270

12

BAB V
ANALISIS
Nama : Indra Gumilar
NIM

: 15103026
Pada pengukuran profil memanjang dan profil melintang ini , dalam

pengambilan datanya tidak terlalu ada masalah. Mulai dari pengambilan data benang
atas, benang tengah dan benang bawah, selisih yang dihasilkan dari pengukuran BA
dan BB terhadap BT ( benang tengahnya ) tidak lebih dari 2 mm. Pada proses
pengambilan data kami langsung hitung, apabila selisih (BA+BB):2 dengan BT-nya
lebih dari 2 mm kami langsung lakukan pembacaan BA,BT,BB ulang sampai selisih
(BA+BB):2 dengan BT-nya tidak lebih dari 2mm.
Untuk pengukuran profil memanjang saya tidak mengalami masalah yang
berarti karena letak BM ITB9 ke BM ITB10-nya itu tidak terlalu jauh dan tinggi antara
BM ITB 9 dan BM ITB 10 nya tidak terlalu tinggi jadi pengukurannya bisa dilakukan
dari titik BM ITB 10, tanpa harus memakai titik bantu.
Pada pengukuran Profil melintang pertama, alat berdiri di titik ITB10 15 meter
kekanan dan 15 meter ke kiri tidak ada yang menghalangi, sehingga

kami dapat

membuat profil melintang dari ITB10.


Masalahnya baru muncul pada pengukuran profil melintang kedua, alat berdiri
di titik ITB 9 15 meter kekirinya terhalang oleh pohon dan gedung, hanya bisa
terukur sepanjang 3.4 meter, tetapi 15 meter kekanannya lancar tidak ada yang
menghalangi, sehingga kami hanya dapat membuat profil melintang dari titik ITB 09
ke kanan 15 meter dan ke kiri 3.4 meter.
saya mendapat tinggi titik ITB 09 dari pengukuran profil memanjang alat
berdiri dititik ITB 10 sebesar 773.924 m. Tetapi pada referensi tertera tinggi titik ITB
09 sebesar 773.315 m. Disini kami mendapat selisih antara ITB 09 hasil pengukuran
dan ITB 09 referensi sebesar 6 cm. Hal ini saya analisis dengan secermat mungkin
dan hasilnya adalah saya berpendapat mungkin saja selisih ini disebabkan oleh
adanya pengukuran tinggi alat dan tinggi BM untuk menentukan tinggi garis bidik
yang tidak teliti. Saya berpendapat apabila tinggi pengukuran tinggi alat dan tinggi
BM untuk menentukan tinggi garis bidiknya

tidak teliti dapat berakibat pada

kesalahan penentuan tinggi sebenarnya. Walaupun tetap saja bentuk permukaan


tanahnya tidak akan berubah yang berubah hanyalah tingginya terhadap titik acuan
yang diketahui koordinatnya saja.

13

BAB VI
KESIMPULAN
Sebelum
menggunakan

melakukan
waterpass

pengukuran

terlebih

beda

daahulu

tinggi

kita

suatu

harus

tempat

menentukan

dengan
besarnya

kesalahan garis bidik (tan ), kesalahan garis bidik ini berfungsi untuk mengkoreksi
pembacaan benang tengah ( beda tinggi ), tetapi untuk pengukuran profil kesalahan
garis bidik ini kalau kecil dapat diabaikan, karena tidak akan berpengaruh kepada
hitungan dan kesalahan penutup.
Setiap kali kita melakukan pengukuran tinggi suatu titik kita harus membaca
benang tengah, benang atas dan benang bawah. Dimana selisih antara benang
tengah hasil bacaan dengan (BA+BB)/2, tidak lebih dari 2 mm. Kalau lebih dari 2
mm maka pengukuran tinggi tersebut harus diulangi lagi.
Pada pengukuran profil ini kita dapat menggambarkan permukaan bumi
berdasarkan

perbedaan

tingginya

terhadap

titik

acuan/referensi

yang

sudah

diketahui koordintanya. Selain itu yang utama adalah antara pengukuran profil
memanjang dan profil melintangnya itu tegak lurus.
Pengukuran profil memanjang dan melintangnya

ini lebar perpindahan

rambunya itu tergantung dari kebutuhan. Kalau ingin detail maka perpindahan
rambunya

jangan terlalu lebar, tetapi kalau hanya sekedar untuk mengetahui

bagaimana

gambaran permukaan tanah secara umum perpindahan rambunya itu

dapat

dilakukan

dalam

jarak

yang

agak

besar.

Selain

ditentukan

jarak

perpindahannya, perpindahan rambu juga bergantung kepada kondisi lapangannya,


apabila perumukaan tanahnya tidak teratur, maka perpindahan rambunya dilakukan
dalam jarak yang relatif dekat.
Pengukuran profil melintang dan profil memanjang ini tidak harus selalu
menggunakan waterpas, kita dapat menggunakan berbagai macam alat dan berbagai
macam metoda, tergantung dari berbagai pertimbangan baik keadaan medan, biaya,
waktu pengukuran, dsb. Yang penting adalah pengukuran tersebut benar dan
memberikan informasi sesuai yang diinginkan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Evett, B Jack .SurveyingUnivercity Of North Carolina at Charlotte.


Frick, Heize, Ilmu dan Alat Ukur tanah Jakarta : Swadaya
Kissam, Philip dan Hill, Graw Surveying Practice, Book Company.
Rais, Jacub. Ilmu Ukur Tanah Diktat Kuliah.
Wongsotjintro, Soetomo. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta : Swaday

15

Anda mungkin juga menyukai