Oleh :
SIGIT KURNIAWAN
F 111 16 065
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir ini agar dapat
menyelesaikan studi pada Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu.
Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu syarat
untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Fakultas Teknik Program
Studi Sipil di Universitas Tadulako Palu (UNTAD). Adapun judul Tugas Akhir
yang diambil adalah “Karakteristik Tanah Terdampak Dan Tidak Terdampak
Likuifaksi Berdasarkan Uji Swedish Weight Sounding Pada Kelurahan
Petobo” .
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerja sama dari
berbagai pihak dan berkah Tuhan Yang Maha Esa sehingga kendala- kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, penulis menyampaikan banyak ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Hendra Setiawan, ST., MT
selaku pembimbiing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan
waktu, tenaga, serta pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan
saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun Tugas Akhir
ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz MP selaku Rektor Universitas Tadulako Palu.
2. Bapak Dr. Eng. Ir. Andi Rusdin, ST, MT, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Tadulako Palu.
3. Bapak Ir. Andi Arham Adam. ST. M.Sc. Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu.
4. Bapak Dr. Ir. Tutang M. Kamaludin, ST, M.Si Selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Palu.
5. Bapak Dr. Rusli, ST, MT selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu.
6. Bapak Dr. Kusnindar Abd. Chauf, ST, MT. selaku Ketua Jurusan Fakultas
Teknik Sipil Univertas Tadulako Palu.
ii
7. Ibu Dr. Sriyati Ramadhani, ST, MT. selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Sipil Universitas Tadulako Palu.
8. Ibu Dr. Astri Rahayu, ST, MT. selaku Sekertaris Jurusan Teknik Sipil.
9. Ibu Ir. Irdhiani ST., MT., selaku Ketua KDK Geoteknik.
10. Tim Dosen Penguji,Ibu Mastura Labombang ST, MT, selaku Dosen Wali
yang telah memberikan bimbingannya selama masa studi, Bapak Ir. Agus
Dwijaka, ST., MT, Bapak Dr. Arifin B. ST., MT, Ibu Dr. Astri Rahayu, ST.,
MT yang telah banyak memberikan arahan demi perbaikan penyusunan
Tugas Akhir ini
11. Seluruh Dosen dan Pegawai/Staf Administrasi Fakultas Teknik Universitas
Tadulako.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan tugas akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Penyusun
iii
KARAKTERISTIK TANAH TERDAMPAK DAN TIDAK TERDAMPAK
LIKUIFAKSI BERDASARKAN UJI SWEDISH WEIGHT SOUNDING
PADA KELURAHAN PETOBO
Sigit Kurniawan, Hendra Setiawan
ABSTRAK
Gempa bumi 28 September 2018 yang mengguncang Kota Palu dan sekitarnya dengan kekuatan 7,4
MW memicu terjadinya likuifaksi di beberapa lokasi, salah satunya adalah di sebagian wilayah
Petobo. Likuifaksi yang terjadi di daaerah ini mengakibatkan pergeseran tanah yang masif sehingga
menimbulkan kerugian material dan korban jiwa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik tanah terdampak dan tidak terdampak likuifaksi berdasarkan uji Swedish Weight
Sounding pada Kelurahan Petobo. Pengujian lapangan yang dilakukan yaitu dengan alat uji Swedish
Weight Sounding. Adapun pengujian laboratorium yang dilakukan meliputi pengujian Analisa
saringan dan batas-batas Atterberg. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil pengujian
laboratorium dan pengujian di lapangan. Untuk hasil pengujian di laboratorium, jenis tanah berbutir
halus yang didapat pada lokasi tersebut yaitu jenis tanah CL dan CL-ML. Sedangkan untuk hasil
pengujian lapangan, nilai Nsw di daerah tidak terdampak berkisar antara 0-250 n/m, nilai Nsw untuk
daerah terdampak berkisar antara 8-72 n/m, nilai qa di daerah tidak terdampak berkisar antara 0-230
kN/m2, nilai qa untuk daerah terdampak berkisar antara 0-167,6 kN/m2, nilai qu untuk daerah tidak
terdampak berkisar antara 30-180 kN/m2, dan nilai qu untuk daerah terdampak berkisar antara 30-
133,2 kN/m2.
Kata kunci : Tidak terdampak likuifaksi, terdampak likuifaksi, Swedish Weight Sounding, Likuifaksi
iv
CHARACTERISTIC OF LAND IMPACT AND UNLIMITED
LIQUIDACTION BASED ON SWEDISH WEIGHT SOUNDING TEST IN
PETOBO VILLAGE
Sigit Kurniawan, Hendra Setiawan
ABSTRACT
The 2018 Sulawesi Earthquake that shook the city of Palu and its surroundings with a strength of
7.4 MW triggered liquefaction in several locations, one of which was in a part of Petobo.
Liquefaction that occurred in this region resulted in massive land shifts resulting in material losses
and casualties.This study aims to determine the characteristics of affected and non-affected
liquefaction land based on the Swedish Weight Sounding test in Petobo Village. Field testing was
carried out using the Swedish Weight Sounding test equipment. The laboratory tests carried out
include testing the filter and Atterberg limits.The results obtained from this study include the results
of laboratory testing and field testing. For test results in the laboratory, fine-grained soil types
obtained at these locations are CL and CL-ML soil types. As for the field test results, the Nsw value
in the unaffected area ranges from 0-250 n / m, the Nsw value for the affected area ranges from 8-
72 n / m, the qa value in the unaffected area ranges from 0-230 kN / m2, the qa value for the affected
area ranges from 0-167.6 kN / m2, the qu value for the unaffected area ranges from 30-180 kN / m2,
and the qu value for the affected area ranges from 30-133.2 kN / m2.
Keywords: No liquefaction, liquefaction, Swedish Weight Sounding, Liquefaction
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
ABSTRACK .......................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIIRAN........................................................................ x
DAFTAR NOTASI ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. I - 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ I - 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. I - 2
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... I - 2
1.5 Batasan Masalah .............................................................. I - 3
1.6 Metode Penelitian ............................................................ I - 3
1.7 Sistematika Penulisan ...................................................... I - 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempa Bumi .................................................................... II - 1
2.2 Likuifaksi ......................................................................... II - 1
2.2.1 Pengertian Likuifaksi ............................................ II - 1
2.2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Likuifaksi ................ II - 2
2.3 Definisi Tanah ................................................................. II - 2
2.4 Sistem Klasifikasi Tanah ................................................. II - 3
2.4.1 Sistem Klasifikasi Unified .................................... II - 3
2.5 Analisa Saringan .............................................................. II - 7
2.6 Batas-Batas Konsistensi Atterberg .................................. II - 8
2.7 Swedish Weight Sounding ................................................ II - 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Bagan Alir Penelitian ...................................................... III - 1
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................. III - 2
3.3 Lokasi Pengambilan Sampel ........................................... III - 2
3.4 Pengumpulan Data ............................................................ III - 3
3.4.1 Pengujian Di Lapangan .......................................... III - 3
3.4.2 Pengujian Di Laboratorium .................................... III - 6
3.3 Pengolahan dan Analisis Data ......................................... III - 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisik Tanah .............................................................. IV - 1
4.1.1 Analisa Saringan ...................................................... IV - 1
4.1.1.1 Daerah tidak terdampak likuifaksi ............. IV - 1
4.1.1.2 Daerah terdampak likuifaksi ...................... IV - 2
4.1.2 Batas-batas Atterberg .............................................. IV - 3
vi
4.2 Swedish Weight Sounding................................................. IV - 4
4.2.1 Nilai Nsw ................................................................. IV - 11
4.2.2 Nilai qa (Daya dukung izin) .................................... IV - 13
4.2.3 Nilai qu (Kuat tekan bebas) ..................................... IV - 15
4.3 Pembahasan ...................................................................... IV - 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................... V-1
5.2 Saran ................................................................................. V-1
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Distribusi Ukuran Butiran ............................................... II - 7
Gambar 2.2 Kurva Distribusi Ukuran Butir Tanah yang Rentan
Terhadap Likuifaksi......................................................... II - 8
Gambar 2.3 Batas-Batas Atterberg ...................................................... II - 9
Gambar 2.4 Hubungan Kadar Air dan Jumlah Ketukan ..................... II - 10
Gambar 2.5 Alat Swedish Weight Sounding ........................................ II - 11
Gambar 3.1 Bagan Alir (Flowchart) Penelitian .................................. III - 1
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian ............................................................. III - 2
Gambar 3.3 Titik Pengujian alat Swedish Weight Sounding ............... III - 3
Gambar 4.1 Gradasi untuk masing-masing titik pengambilan sampel
pada daerah tidak terdampak likuifaksi ........................... IV - 2
Gambar 4.2 Gradasi untuk masing-masing titik pengambilan sampel
pada daerah terdampak likuifaksi .................................... IV - 3
Gambar 4.3 Titik pengujian alat Swedish Weight Sounding .............. IV - 4
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara Nsw dan Kedalaman penetrasi . IV - 12
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara qa dan Kedalaman penetrasi .... IV - 14
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara qu dan Kedalaman penetrasi ..... IV - 16
Gambar 4.7 Grafik potensi likuifaksi berdasarkan ukuran butiran di
daerah tidak terdampak likuifaksi ................................... IV - 17
Gambar 4.8 Grafik potensi likuifaksi berdasarkan ukuran butiran di
daerah terdampak likuifaksi ............................................ IV - 17
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi USCS...................................................... II - 6
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Analisa Saringan di daerah tidak terdampak
likuifaksi ............................................................................... IV - 1
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Analisa Saringan di daerah terdampak
likuifaksi ............................................................................... IV - 2
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Batas-batas Atterberg ................................. IV - 3
Tabel 4.4 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-1 ........ IV - 5
Tabel 4.5 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-2 ........ IV - 6
Tabel 4.6 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-3 ........ IV - 7
Tabel 4.7 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-4 ........ IV - 8
Tabel 4.8 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-5 ........ IV - 9
Tabel 4.9 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-6 ........ IV - 10
Tabel 4.10 Nilai Nsw dari pengujian Swedish Weight Sounding ........... IV - 11
Tabel 4.11 Nilai qa dari pengujian Swedish Weight Sounding............... IV - 13
Tabel 4.12 Nilai qu dari pengujian Swedish Weight Sounding .............. IV - 15
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran – 1 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P1 pada
kedalaman 0,2 m ......................................................... L-1
Lampiran – 2 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P1 pada
kedalaman 0,6 m ......................................................... L-2
Lampiran – 3 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P2 pada
kedalaman 0,5 m ......................................................... L-3
Lampiran – 4 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P2 pada
kedalaman 1,0 m ......................................................... L-4
Lampiran – 5 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P3 pada
kedalaman 0,5 m ......................................................... L-5
Lampiran – 6 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P3 pada
kedalaman 1,0 m ......................................................... L-6
Lampiran – 7 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P4 pada
kedalaman 0,2 m ......................................................... L-7
Lampiran – 8 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P4 pada
kedalaman 0,6 m ......................................................... L-8
Lampiran – 9 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P5 pada
kedalaman 0,2 m ......................................................... L-9
Lampiran – 10 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P5 pada
kedalaman 0,6 m ......................................................... L – 10
Lampiran – 11 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P6 pada
kedalaman 0,5 m ......................................................... L - 11
Lampiran – 12 Hasil pengujian Analisa Saringan titik P6 pada
kedalaman 1,0 m ......................................................... L - 12
Lampiran – 13 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P2 pada
kedalaman 0,5 m ......................................................... L - 13
Lampiran – 14 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P2 pada
kedalaman 1,0 m ......................................................... L - 14
Lampiran – 15 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P3 pada
kedalaman 0,5 m ......................................................... L - 15
Lampiran – 16 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P3 pada
kedalaman 1,0 m ......................................................... L - 16
Lampiran – 17 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P4 pada
kedalaman 0,2 m ......................................................... L - 17
Lampiran – 18 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P5 pada
kedalaman 0,2 m ......................................................... L - 18
Lampiran – 19 Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P5 pada
kedalaman 0,6 m ......................................................... L - 19
x
DAFTAR NOTASI
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi merupakan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara dan
kemudian dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismik, sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (Sulistiyani, 2012). Getaran
tersebut diakibatkan oleh adanya pelepasan energi dari pergerakan lempeng-
lempeng tektonik, yaitu lempeng yang bergerak saling mendekat (konvergen),
saling menjauh (divergen) dan saling melewati (transform). Salah satu dampak dari
terjadinya gempa bumi adalah Likuifaksi.
Fenomena likuifaksi merupakan fenomena ketika kekuatan dan kekakuan
tanah berkurang dikarenakan gempa atau persgerakan tanah lainnya. Hal ini
merupakan suatu proses atau kejadian berubahnya sifat tanah dari keadaan padat
menjadi keadaan cair, yang disebabkan oleh beban siklik pada waktu terjadi getaran
gempa sehingga tekanan air pori meningkat mendekati atau melampaui tegangan
vertikal. Daerah zona lemah dan ditambah fenomena likuifaksi menyebabkan
pondasi rumah dan bangunan tinggi mengalami penurunan, retakan pada badan
jalan dan tanggul sungai maupun perpindahan lateral dan longsoran (Tohari dkk,
2011). Hasil penelitian Tohari, dkk (2011) menunjukkan bahwa fenomena
likuifaksi terjadi karena keberadaan lapisan pasir jenuh air dengan kepadatan yang
bervariasi dari lepas hingga medium hingga kedalaman 10 m. Beberapa contoh
kasus gempa bumi yang memicu terjadinya likuifaksi antara lain Gempa di Niigata
Tahun 1964, Gempa di Alaska Tahun 1964, Gempa Flores Tahun 1992 dan Gempa
Sulawesi Tengah Tahun 2018.
Pada tanggal 28 september 2018 bencana gempa bumi di Sulawesi tengah
yang berkekuatan 7,4 Mw ini mengakibatkan beberapa daerah mengalami bencana
seperti Tsunami di Pinggiran laut Donggala dan Palu, Kebakaran di Kelurahan
Balaroa Kecamatan Palu barat Kota Palu, dan bencana Likuifaksi terjadi di daerah
Palu dan Sigi.
Bencana likuifaksi yang terjadi di Kabupaten Sigi berada di Desa Sibalaya,
Desa Jonooge, Desa Pombewe, dan Desa Rego, sedangkan yang di Kota Palu terjadi
di Kelurahan Balaroa dan Petobo. Dari beberapa lokasi tersebut penyusun memilih
I-1
desa Petobo untuk melakukan suatu penelitian mengenai karakteristik tanah di
daerah tersebut, dikarenakan kondisi tanahnya yang lebih memungkinkan untuk
dilakukan uji Swedish Weight Sounding jika di bandingkan dengan kelurahan
Balaroa yang cenderung ber batu dan berkerikil yang dimana sulit dilakukan uji
Swedish Weight Sounding. Adapun judul tugas akhir yang diambil oleh penyusun
adalah “KARAKTERISTIK TANAH TERDAMPAK DAN TIDAK
TERDAMPAK LIKUIFAKSI BERDASARKAN UJI SWEDISH WEIGHT
SOUNDING PADA KELURAHAN PETOBO”.
I-2
1.5 Batasan Masalah
Adapun dalam penulisan Tugas Akhir ini, ruang lingkup permasalahan hanya
dibatasi pada:
1. Pengambilan data primer meliputi data uji Swedish weight sounding dan
sampel tanah terganggu.
2. Pengujian tanah yang dilakukan adalah analisa saringan (pemeriksaan
gradasi butiran tanah) dan batas-batas Atterberg.
3. Peneliti memfokuskan penelitian pada daerah terdampak dan tidak
terdampak di Kelurahan Petobo, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
1.6 Metode Penelitian
1. Pengamatan dilapangan untuk menentukan titik-titik pengambilan sampel
yang diteruskan dengan penujian karakteristik jenis tanah di laboratorium
yang meliputi pengujian analisa saringan dan batas-batas atterberg
2. Studi pustaka, yakni mempelajari literature-literatur yang berhubungan
dengan penulisan ini.
1.7 Sistematika Penulisan
Guna memperoleh gambaran-gambaran tentang penyusunan tugas akhir ini,
maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan : bab ini menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitan,
manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjaun Pustaka : dalam bab ini penulis menguraikan teori-
teori yang berhubungan dengan penulisan ini.
BAB III Metode Penelitian : bab ini berisikan tentang proses
pelaksanaan penelitian memuat langkah-langkah dala
penelitian yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
BAB IV Hasil dan Pembahasan : bab ini merupakan inti dari
penulisan ang membahas secara rinci hasil penelitian
laboratorium dan pembahasan batasan masalah yang ada.
I-3
BAB V Penutup : bab ini merupakan penutup dari tulisan ini.
Berupa kesimpulan yang dipeoleh dari hasil penelitian dan
saran-saran yang berkaitan dengan pengembangan tulisan.
I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II – 1
(mencair). Oleh karena itu tanah tidak mampu menopang beban di atasnya dan
menyebabkan amblasnya bangunan, miring ataupun longsor (Muntohar, 2010).
2.2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Likuifaksi
Ada 3 Faktor utama penyebab likuifaksi, yaitu :
1. Tanah Berbutir Kasar
Tanah berbutir ini meliputi kerikil, pasir, atau lanau dengan sedikit atau
tanpa kandungan lempung. Tanah tipe ini tidak memiliki nilai kohesi
(perpaduan erat/kokoh) yang berarti, sehingga tanah ini tak bisa dibentuk
menggunakan tangan ketika dalam kondisi lembab dan mudah diuraikan
ketika dalam kondisi kering.
2. Posisi muka air tanah yang tidak jauh dari permukaan tanah
Tempat-tempat dengan permukaan air tanah yang dangkal mempunyai
kecenderungan yang tinggi untuk rentan likuifaksi. Berdasarkan sejarah,
kerentanan tertinggi terjadi ketika muka air tanahnya kurang dari 3 meter di
bawah permukaan tanah. Hal ini biasanya teridentifikasi saat warga
menggali sumur. Belum sampai tiga meter digali, airnya sudah
menggenang. Air yang berada di dalam rongga-rongga antarbutiran tanah
inilah yang akan menimbulkan kenaikan tekanan hidrostatik yang tinggi di
suatu lapisan tanah. Dan ini menandakan kawasan tersebut rawan likuifaksi.
3. Gempa Bumi
Sebagian besar kejadian likuifaksi di dunia dipicu oleh beban gempa. Secara
umum nilai magnitude gempa yang bisa memicu fenomena likuifaksi
dengan dampak yang siknifikan adalah gempa dengan 7 Mw atau lebih,
seperti gempa yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, 28
September 2018.
2.3 Definisi Tanah
Dalam pengertian Teknik secara umu, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) material-material padat yang tidak
bersementasi (terikat secara kimia) satu sama lainnya dan terdiri dari bahan-
bahan organik melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan cairan dan gas
yang mengisi ruang-ruang kosong (pori) diantara partikel-partikel padat
tersebut.
II – 2
Adapun pembagian ukuran butiran menurut Bowles (1984) adalah sebagai
berikut:
1. Berangkal (boulders) 250 – 300 mm
2. Kerakal (cobbles/pebbles) 150 – 250 mm
3. Kerikil (gravel) 5 – 150 mm
4. Pasir (sand) 0,074 – 5 mm
5. Lanau (silt) 0,002 – 0,074 mm
6. Lempung (clay) < 0,002 mm
7. Koloid (colloids) < 0,001 mm
Tanah yang sering ditemui di lapangan terdiri dari tiga macam bagian
yakni butiran tanah, air dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir
tersebut, ruangan ini disebut pori (voids). Ketiga macam bagian ini biasanya
disebut system tiga fase.
2.4 Sistem Klasifikasi Tanah
2.4.1 Sistem Klasifikasi Unified
Sistem klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System) adalah
system yang paling banyak digunakan secara internasional untuk berbagai
keperluan konstruksi. Sistem ini biasanya digunakan untuk desain lapangan
udara dan pekerjaan tanah untuk jalan.
Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :
a) Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), yaitu tanah kerikil dan pasir dimana
kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No. 200. Simbol dari
kelompok ini dimulai dengan huruf awal G untuk kerikil (gravel) atau tanah
berkerikil dan S untuk pasir (sand) atau tanah berpasir. Selain itu juga
dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk tanah bergradasi baik dan P
untuk tanah bergradasi buruk. Tanah berbutir kasar ditandai dengan symbol
kelompok seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan SC.
b) Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana lebih dari 50%
berat total contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol dari kelompok
ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung
(clay) anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik. Simbol PT
digunakan untuk tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar
II – 3
organik yang tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah
dan H untuk plastisitas tinggi.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS adalah :
W = well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50)
H = high plasticity (plastisitas tinggi) ( LL > 50)
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP,
GM, GC, SW, SP, SM, dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, factor-faktor
berikut ini perlu diperhatikan :
a. Persentasi butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus).
b. Persentasi fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40
c. Koefisien keseragaman (uniformity coefficient, Cu) dan koefisien gradasi
(gradation coefficient, Cc) untuk tanah dengan 0% - 12% lolos ayakan No.
200.
d. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan
No. 40 (untuk tanah dengan 5% atau lebih lolos ayakan No. 200).
Bilamana persentasi butiran yang lolos ayakan No. 200 adalah antara 5%
sampai 12% simbol ganda seperti GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC, SW-SM,
SW-SC, SP-SM, SP-SC, DIPERLUKAN. Rincian klassifikasi ini terdapat pada
table 2.1
Klasifikasi tanah berbutir halus degan simbol ML, CL, OL, MH, CH, dan
OH didapat dengan cara menggambar batas cair dan indeks plastisitas yang
diberikan dalam tabel 2.1. Garis diagonal pada bagian plastisitas dinamakan
garis A, dan garis A tersebut diberikan dalam persamaan : PI = 0,73 (LL-20).
Untuk tanah gambut (peat), identifikasi secara visual mungkin diperlukan.
Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah sistem Unifed adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau butiran kasar secara
visual atau dengan cara menyaringnya dengan saringan No.200.
II – 4
b. Jika tanah berupa butran kasar :
1) Saring tanah tersebut dengan gambarkan grafik distribusi ukurannya.
2) Tentukan persen butiran lolos saringan No.4. Bila presentase butiran
yang lolos kurang dari 50%, klasifikasikan tanah tersebut sebagai
kerikil. Bila persen yang lolos lebih dari 50%, klasifikasikan sebagai
pasir.
3) Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan No.200. jika prrsentase
butiran yang lolos kurang dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik
distribusi butiran dengan menghitung Cu dan Cc. jika termasuk
bergradasi buruk, maka klasifikasikan sebagai GP (bila kerikil) atau SP
(bila pasir)
4) Jika presentase butiran tanah yang lolos saringan no.200 diantaranya 5
sampai 12%, tanah akan mempunyai simbol ganda dan mempunai sifat
keplastisitan (GW-GM, SW-SM), dan sebagainya.
5) Jika presentase butiran tanah yang lolos saringan No.200 lebih besar
dari 12%, harus diadakan pengujian batas-batas Atterberg dengan
menyingkirkan butiran tanah yang tinggal dalam saringan No.40.
Kemudian dengan menggunakan diagram plastisitas, tentukan
klasifikasinya (GM, GC, SM, SC, GM-CC atau SM-SC).
c. jika tanah berbutir halus :
1) kerjakan pengujian batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan
butiran tanah yang tinggal dalam saringan No.40. Jika batas cair lebih
dari 50, klasifikasikan sebagai H (plastisitas rendah).
2) Untuk H (plastisitas tinggi), jika plot batas-batas Atterber pada
plastisitas di bawah garis A, tentukan apakh tanah organic (OH) atau
anorganik (MH). Jika plotnya jatuh di atas garis A, klasifikasikan
sebagai CH.
3) Untuk L (plastisitas rendah), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik
plastisitas di bawah garis A dan area yang di arsir, tentukan klasifikasi
tanah tersebut sebagai organic (OL) atau anorganik (ML) berdasar
warna, bau, atau perubahan batas cair dan batas plastisnya dengan
mengeringkannya di dalam oven.
II – 5
4) Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitasnya jatuh pada area
yang diarsir, dekan dengan garis a atau nilai LL sekitar 50, gunakan
simbol ganda.
SW, SP : > 12%: GM, GC, SM, SC: 5% sampai 12% : klasifikasi
KERIKIL, > 50% fraksi kasar
Kerikil halus.
bersih Kerikil grad. buruk,
GP bercampur pasir, sedikit/ Tak memenuhi kriteria GW
tanpa butir halus.
Batas-2 Atterberg
Kerikil berlanau, camp.
Kerikil GM Kerikil pasir lanau
dibawah garis A atau
Yg diarsir dalam chart,
berikut PI < 4
klasifikasi bersimbol
bersimbol ganda
butiran Batas-2 Atterberg
Kerikil berlempung, camp. ganda.
halus GC Kerikil pasir lempung
diatas garis A dan PI
>7
pasir grad. baik, pasir dari
Cu lebih besar 6 :
SW
kasar lolos ayakan 4,76 mm
PASIR, elbih dari 0% fraksi
60
Lanau dan lempung, berlanau/berlempung.
Lanau anorganik plastisitas
LL 50% atau 50
kurang CL
rendah sampai sedang, C
ayakan 0,074 mm
(sumber : Das,1998)
II – 6
2.5 Analisa Saringan
Analisa saringan adalah cara mekanis untuk menganalisis distribusi ukuran
butiran tanah berbutir kasar (yaitu butiran yang tertahan saringan No. 200), dan
rumus yang digunakan adalah :
Wtertahan
% tertahan = × 100 %
Wtotal
Jenis tanah yang rentan terhadap likuifaksi adalah tanah pasir lepas
sampai medium yang jenuh. Tsuchida (1970) meringkas hasil analisis
saringan pada sejumlah tanah yang diketahui telah terlikuifaksi dan yang
tidak terlikuifaksi selama gempa bumi. Kurva ukuran butir yang
memisahkan tanah yang dapat terlikuifaksi dan tidak ditunjukkan pada
gambar 2.2
II – 7
Gambar 2.2 Kurva Distribusi Ukuran Butir Tanah yang Rentan
Terhadap Likuifaksi
(Sumber : Tsuchida, 1970)
II – 8
Padat Semi
Plastis Cair
Padat
Kadar air
bertambah
II – 9
Gambar 2.4 Hubungan kadar air dan jumlah ketukan
(Sumber :Das, 1998)
II – 10
Gambar 2.5 Alat Swedish Weight Sounding
(Sumber : SWS_Procedure manual, 11 maret 2020)
II – 11
BAB III
METODE PENELITIAN
MULAI
Latar Belakang
Studi Pustaka
Data Geoteknis
Pengambilan sampel
SELESAI
III - 1
3.2 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang direncanakan terletak di Kelurahan Petobo,
Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini
III - 2
dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kaleng, karung atau kantong
plastik). Sampel terganggu dipergunakan untuk percobaan yang tidak
memerlukan tanah dalam keadaan asli seperti Analisa saringan dan batas-batas
Atterberg.
3.4 Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui pengujian dilapangan dan
pengujian di laboratorium. Pengujian dilapangan meliputi pengujian Swedish
Weight Sounding, sedangkan pengujian di laboratorium adalah Analisa saringan
dan batas-batas Atterberg.
3.4.1 Pengujian di lapangan
Pengujian dilapangan dilakukan dengan menggunakan alat Swedish
Weight Sounding. Pengujian dilakukan sebanyak 6 titik. 3 titik untuk tanah
terdampak likuifaksi dan 3 titik lagi untuk tanah yang tidak terdampak likuifaksi.
Hasil pengujian ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik tanah. Adapun
titik pengujiannya seperti pada gambar di bawah ini.
III - 3
b) Pasang bagian bawah Clamp setinggi 50 cm dari ujung bawah Screw
point.
c) Letakkan ujung bawah Screw Point tepat di bagian tengah papan
indikasi yang berlubang.
Catatan: hubungkan setiap penghubung tongkat dengan kunci pipa
untuk mencegah kelonggaran.
d) Pasang tuas pemutar di bagian atas batang pipa.
2. Setelah tahap persiapan selesai, periksa apakah ujung batang menembus ke
dalam tanah. Jika tembus, ukur panjang dari permukaan referensi garis skala
berikutnya batang ketika penetrasi dihentikan, dan catat sebagai jumlah
penetrasi 50N.
3. Berikutnya, tambahkan beban 100N di atas clamp dan melakukan operasi
yang sama seperti tahap sebelumnya.
Catatan: catat sebagai jumlah penetrasi 150 N.
4. Kemudian lakukan kembali seperti tahap sebelumnya dengan
menambahkan beban satu per satu. Urutan jumlah beban yang di pasang
yaitu 50 N(clamp), 150 N, 250 N, 500 N, 750 N, 1000 N.
Catatan: Jika clamp telah mencapai papan indikasi, lakukan prosedur di
bawah ini.
➢ turunkan semua beban.
➢ Tarik clamp ke atas hingga 50 cm.
➢ Ulangi seperti tahap 2.
Catatan: Jika batang tidak cukup, tambahkan.
Catatan: Jika kecepatan penetrasi batang tiba-tiba meningkat pada saat
penambahan beban tertentu yang menyebabkan clamp menyentuh papan
indikasi, lakukan pencatatan tentang detail situasi yang terjadi.
5. Ketika penetrasi berhenti di beban 1000N, hitung jumlah penetrasi yang
terjadi. Kemudian putar tuas searah jarum jam. Setiap putaran 180⁰ dihitung
sebagai 1 putaran. Lakukan pencatatan jumlah putaran setiap penetrasi 25
cm. Catatan:
• Ketika memutar pegangan, tidak berlaku gaya vertikal.
III - 4
• Jika kecepatan penetrasi batang tiba-tiba meningkat hingga
clamp menyentuh papan indikasi, turunkan semua beban,
kemudian ulangi prosedur dari tahap 2.
6. Dalam kasus berikut, pengukuran dapat diselesaikan.
• Jumlah putaran telah mencapai 50 putaran dan penetrasi yang
terjadi tidak mencapai 25 cm.
• Gaya tolak dari tuas saat diputar meningkat secara signifikan..
• Ujung screw point menyentuh batu di dalam tanah. Biasanya
ditandai dengan taka da perlawanan tuas saat diputar.
7. Ketika pengukuran telah selesai dilakukan, turunkan semua beban dan cabut
semua batang menggunakan mesin hidrolik atau bias juga di angkat
menggunakan tenaga manusia.
Jika batang menembus tanah hanya diakibatkan oleh beban saja, catat beban
yang dinaikkan dan kedalaman penetrasi yang terjadi pada saat itu. Tetapi jika
batang menembus tanah disebabkan oleh peputaran tuas dan beban 1000N, maka
yang di catat adalah jumlah putaran 180⁰ (Na) dalam setiap kedalaman (L) yang
terjadi. Setelah itu hitung nilai Nsw dengan rumus sebagai berikut :
100
Nsw = Na
L
Keterangan :
Nsw = Jumlah putaran 180⁰ tiap 1 meter dari jumlah penetrasi (kali/cm)
L = Jumlah penetrasi (m)
Na = Jumlah putaran 180⁰ (kali)
Setelah mendapat nilai Nsw , kita dapat mengkonversinya menjadi nilai N
dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu dengan mengandalkan pengamatan di
lapangan. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut :
➢ Untuk kasus tanah berpasir, kerikil
N = 0,002Wsw + 0,067Nsw
III - 5
Wsw = Jumlah beban yang dipasang pada setiap pencatatan (N)
Nsw = Jumlah putaran 180⁰ tiap 1 meter dari jumlah penetrasi (kali/cm)
Dari hasil pengujian Swedish Weight Sounding, kita dapat memperolah nilai
daya dukung izin (qa) dan juga nilai kuat tekan bebas (qu) dengan rumus sebagai
berikut:
➢ Untuk nilai Wsw ≤ 1000 N
qa = 0,00003(Wsw)2
➢ Untuk nilai Wsw = 1000 N
qa = 30 + 0,8(Nsw)
➢ Nilai qu
qu = 0.045 Wsw + 0.075 Nsw
Keterangan :
qa = Daya dukung izin tanah (kN/m2)
qu = kuat tekan bebas
III - 6
3.5. Pengolahan dan Analisis data
Data yang dikumpulkan dari rangkain pengujian diatas akan dicatat,
dihitung, dan dianalisis dalam bentuk grafik dan tabel. Berdasarkan data-data
yang diperoleh kemudian dilakukan analisi dan pembahasan.
Dalam analisis data terbagi 2 yaitu :
1. Analisis data hasil pengujian lapangan
Analisis data dari pengujian Swedish weight sounding berdasarkan
perhitungan-perhitungan yang sudah baku dan ditampilkan dalam bentuk tabel
dan grafik.
2. Analisis data hasil pengujian laboratorium
Analisis data dari pengujian Analisa saringan dan batas-batas Atterberg
berdasarkan perhitungan-perhitungan yang sudah baku dan akan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik yang nantinya sebagai acuan untuk klasifikasi
unified (USCS)
III - 7
BAB IV
Persentase Persentase
Kedalaman lolos lolos
Sampel (m) Saringan Saringan Klasifikasi Tanah
Titik
No. 4 No. 200 (Unified)
(m) (%) (%)
0,10-0,30 56,600 18,400 SM - SC
P1
0,50-0,70 84,500 44,200 SM - SC
0,40-0,60 99,500 91,700 Gradasi Halus
P2
0,90-1,10 99,500 88,800 Gradasi Halus
0,40-0,60 98,200 89,300 Gradasi Halus
P3
0,90-1,10 99,800 86,500 Gradasi Halus
IV - 1
Gambar 4.1 Gradasi untuk masing-masing titik pengambilan sampel pada daerah
tidak terdampak likuifaksi
Hasil ini menunjukkan bahwa dari 6 sampel pada area tidak terdampak
likuifaksi, 2 sampel pada titik P1 dikategorikan sebagai tanah berbutir kasar karena
kurang dari 50% yang lolos saringan no. 200. Sedangkan sampel pada titik P2 dan
P3 dikategorikan sebagai tanah berbutir halus karena lebih dari 50% yang lolos
saringan no. 200
IV - 2
Gambar 4.2 Gradasi untuk masing-masing titik pengambilan sampel pada daerah
terdampak likuifaksi
Hasil ini menunjukkan bahwa dari 6 sampel pada area terdampak likuifaksi,
sampel di titik P4 pada kedalaman 0,5 m – 0,7 m dan 2 sampel pada titik P6
dikategorikan sebagai tanah berbutir kasar karena kurang dari 50% yang lolos
saringan no. 200. Sedangkan sampel pada titik P4 di kedalaman 0,1 m – 0,3 m dan
2 sampel pada titik P5 dikategorikan sebagai tanah berbutir halus karena lebih dari
50% yang lolos saringan no. 200
4.1.2 Batas-batas Atterberg
Untuk pengujian Batas-Batas Atterberg dilakukan untuk tanah yang lebih dari
50% lolos saringan no. 200. Hasil pengujian secara dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Batas-batas Atterberg
Persentase Persentase
Kedalaman lolos lolos
LL PI Klasifikasi Tanah
Titik Sampel (m) Saringan Saringan
(%) (%) (Unified)
No. 4 No. 200
(m) (%) (%)
0,40-0,60 99,500 91,700 27,72 11,76 CL
P2
0,90-1,10 99,500 88,800 29,24 9,87 CL
0,40-0,60 98,200 89,300 44,11 14,06 CL
P3
0,90-1,10 99,800 86,500 37,47 22,18 CL
P4 0,10-0,30 98,800 82,000 33,75 17,79 CL
0,40-0,60 99,700 91,700 25,65 13,12 CL
P5
0,90-1,10 92,300 86,800 21,29 6,00 CL - ML
IV - 3
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sampel di titik P5 pada kedalaman 0,9 m
– 1,1 m merupakan tanah lempung anorganik - lanau anorganik (CL-ML).
Sedangkan sampel lainnya merupakan tanah lempung anorganik (CL).
4.2 Swedish Weight Sounding
Pengujian dilakukan di 3 titik yang berada pada area terdampak likuifaksi
dan 3 titik berada pada area tidak terdampak likuifaksi menggunakan 1 set alat
Swedish Weight Sounding. Titik pengujiannya seperti pada gambar di bawah ini.
IV - 4
Tabel 4.4 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-1
Jumlah Jumlah
Daya Kuat
setengah Kedalaman Jumlah Setengah
Beban Dukung Tekan Nilai N
putaran Penetrasi Penetrasi putaran
Izin Bebas
per L per meter
N N Keterangan
Jenis Tanah
Wsw qa qu (Tanah (Tanah
Na (n) D(cm) D(m) L(cm) Nsw (n/m) Berdarsarkan
(kN) (kN/m2) (kN/m2) berbutir berbutir
keterangan
Kasar) Halus)
IV - 5
Tabel 4.5 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-2
Jumlah Jumlah
Daya Kuat
setengah Kedalaman Jumlah Setengah
Beban Dukung Tekan Nilai N
putaran Penetrasi Penetrasi putaran
Izin Bebas
per L per meter
Keterangan
N N
Jenis Tanah
Wsw qa qu (Tanah (Tanah Berdarsarkan
Na D(cm) D(m) L(cm) Nsw
(kN) (kN/m2) (kN/m2) berbutir berbutir keterangan
Kasar) Halus)
0,05 1,50 0,02 0,00 30,00 0,10 0,15 0,20
0,15 2,50 0,03 0,00 30,00 0,30 0,45 0,50
0,25 3,50 0,04 0,00 30,00 0,50 0,75 0,80
0,50 5,50 0,06 0,00 30,00 1,00 1,50 1,50
0,75 8,30 0,08 0,00 30,00 1,50 2,25 2,25
1,00 9,80 0,10 0,00 30,00 2,00 3,00 3,00
1,00 15,00 25,00 0,25 15,20 98,68 108,95 89,21 8,61 7,93 7,93
1,00 19,50 50,00 0,50 25,00 78,00 92,40 76,80 7,23 6,90 6,90
1,00 10,00 75,00 0,75 25,00 40,00 62,00 54,00 4,68 5,00 5,00
1,00 34,00 100,00 1,00 25,00 136,00 138,80 111,60 11,11 9,80 11,11 Terdengar Seperti Batu
1,00 13,00 125,00 1,25 25,00 52,00 71,60 61,20 5,48 5,60 5,60
1,00 22,00 150,00 1,50 25,00 88,00 100,40 82,80 7,90 7,40 7,40
1,00 25,00 175,00 1,75 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,70 Terdengar Seperti Batu
1,00 30,00 200,00 2,00 25,00 120,00 126,00 102,00 10,04 9,00 10,04 Terdengar Seperti Batu
1,00 16,00 225,00 2,25 25,00 64,00 81,20 68,40 6,29 6,20 6,20
1,00 12,00 250,00 2,50 25,00 48,00 68,40 58,80 5,22 5,40 5,40
1,00 25,00 275,00 2,75 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,00
1,00 17,00 300,00 3,00 25,00 68,00 84,40 70,80 6,56 6,40 6,56 Terdengar Seperti Batu
1,00 14,00 325,00 3,25 25,00 56,00 74,80 63,60 5,75 5,80 5,80
1,00 18,00 350,00 3,50 25,00 72,00 87,60 73,20 6,82 6,60 6,82 Terdengar Seperti Batu
1,00 46,00 375,00 3,75 25,00 184,00 177,20 140,40 14,33 12,20 14,33 Terdengar Seperti Batu
1,00 25,00 400,00 4,00 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,70 Terdengar Seperti Batu
1,00 14,00 425,00 4,25 25,00 56,00 74,80 63,60 5,75 5,80 5,80
1,00 18,00 450,00 4,50 25,00 72,00 87,60 73,20 6,82 6,60 6,60
1,00 11,00 475,00 4,75 25,00 44,00 65,20 56,40 4,95 5,20 5,20
1,00 4,00 500,00 5,00 25,00 16,00 42,80 39,60 3,07 3,80 3,80
1,00 3,50 525,00 5,25 25,00 14,00 41,20 38,40 2,94 3,70 3,70
1,00 19,00 550,00 5,50 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 7,09 Terdengar Seperti Batu
IV - 6
Tabel 4.6 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-3
Jumlah Jumlah
Daya Kuat
setengah Kedalaman Jumlah Setengah
Beban Dukung Tekan Nilai N
putaran Penetrasi Penetrasi putaran
Izin Bebas
per L per meter
N N Keterangan
Jenis Tanah
Wsw qa qu (Tanah (Tanah
Na D(cm) D(m) L(cm) Nsw Berdarsarkan
(kN) (kN/m2) (kN/m2) berbutir berbutir
keterangan
Kasar) Halus)
0,05 2,50 0,03 0,00 30,00 0,10 0,15 0,20
0,15 6,00 0,06 0,00 30,00 0,30 0,45 0,50
0,25 8,90 0,09 0,00 30,00 0,50 0,75 0,80
0,50 5,20 0,05 0,00 30,00 1,00 1,50 1,50
0,75 6,40 0,06 0,00 30,00 1,50 2,25 2,25
1,00 7,50 0,08 0,00 30,00 2,00 3,00 3,00
1,00 6,00 25,00 0,25 17,50 34,29 57,43 50,57 4,30 4,71 4,71
1,00 4,00 50,00 0,50 25,00 16,00 42,80 39,60 3,07 3,80 3,80
terjadi penurunan hanya
1,00 0,00 125,00 1,25 75,00 0,00 30,00 30,00 2,00 3,00 3,00 dengan total beban tanpa
putaran
1,00 6,00 150,00 1,50 25,00 24,00 49,20 44,40 3,61 4,20 4,20
1,00 9,00 175,00 1,75 25,00 36,00 58,80 51,60 4,41 4,80 4,80
1,00 25,00 200,00 2,00 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,70 Terdengar seperti batu
1,00 14,50 225,00 2,25 25,00 58,00 76,40 64,80 5,89 5,90 5,89 Terdengar seperti batu
satu kali putaran langsung
1,00 1,00 250,00 2,50 25,00 4,00 33,20 32,40 2,27 3,20 3,20
menyentuh clamp
terjadi penurunan hanya
1,00 0,00 283,00 2,83 33,00 0,00 30,00 30,00 2,00 3,00 3,00 dengan total beban tanpa
putaran
1,00 4,00 300,00 3,00 17,00 23,53 48,82 44,12 3,58 4,18 4,18
1,00 7,50 325,00 3,25 25,00 30,00 54,00 48,00 4,01 4,50 4,50
terjadi penurunan hanya
1,00 0,00 378,00 3,78 53,00 0,00 30,00 30,00 2,00 3,00 3,00 dengan total beban tanpa
putaran
1,00 2,00 400,00 4,00 22,00 9,09 37,27 35,45 2,61 3,45 3,45
terjadi penurunan hanya
1,00 0,00 475,00 4,75 75,00 0,00 30,00 30,00 2,00 3,00 3,00 dengan total beban tanpa
putaran
terjadi penurunan hanya
1,00 0,00 486,00 4,86 11,00 0,00 30,00 30,00 2,00 3,00 3,00 dengan total beban tanpa
putaran
1,00 2,00 500,00 5,00 14,00 14,29 41,43 38,57 2,96 3,71 3,71
1,00 10,00 525,00 5,25 25,00 40,00 62,00 54,00 4,68 5,00 5,00
1,00 9,50 550,00 5,50 25,00 38,00 60,40 52,80 4,55 4,90 4,90
1,00 35,00 575,00 5,75 25,00 140,00 142,00 114,00 11,38 10,00 11,38 Terdengar seperti batu
1,00 40,00 591,00 5,91 16,00 250,00 230,00 180,00 18,75 15,50 18,75
IV - 7
Tabel 4.7 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-4
Jumlah Jumlah
Daya Kuat
setengah Kedalaman Jumlah Setengah
Beban Dukung Tekan Nilai N
putaran Penetrasi Penetrasi putaran
Izin Bebas
per L per meter
N N Keterangan
Jenis Tanah
Wsw qa qu (Tanah (Tanah
Na D(cm) D(m) L(cm) Nsw Berdarsarkan
(kN) (kN/m2) (kN/m2) berbutir berbutir
keterangan
Kasar) Halus)
0,05 8,00 0,08 0,00 30,00 0,10 0,15 0,15
0,15 9,00 0,09 0,00 30,00 0,30 0,45 0,45
0,25 13,00 0,13 0,00 30,00 0,50 0,75 0,75
0,50 22,00 0,22 0,00 30,00 1,00 1,50 1,50
0,75 35,00 0,35 0,00 30,00 1,50 2,25 2,25
1,00 60,00 0,60 0,00 30,00 2,00 3,00 2,00 Terdengar Seperti Batu
1,00 6,00 75,00 0,75 12,80 46,88 67,50 58,13 5,14 5,34 5,14 Terdengar Seperti Batu
1,00 7,00 100,00 1,00 25,00 28,00 52,40 46,80 3,88 4,40 4,40
1,00 10,00 125,00 1,25 25,00 40,00 62,00 54,00 4,68 5,00 5,00
1,00 15,00 150,00 1,50 25,00 60,00 78,00 66,00 6,02 6,00 6,00
1,00 19,00 175,00 1,75 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 6,80
1,00 28,00 200,00 2,00 25,00 112,00 119,60 97,20 9,50 8,60 9,50 Terdengar Seperti Batu
1,00 23,00 225,00 2,25 25,00 92,00 103,60 85,20 8,16 7,60 8,16 Terdengar Seperti Batu
1,00 22,00 250,00 2,50 25,00 88,00 100,40 82,80 7,90 7,40 7,90 Terdengar Seperti Batu
1,00 26,00 300,00 3,00 50,00 52,00 71,60 61,20 5,48 5,60 5,48 Terdengar Seperti Batu
1,00 35,00 325,00 3,25 25,00 140,00 142,00 114,00 11,38 10,00 10,00
1,00 25,00 350,00 3,50 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,00
1,00 40,00 375,00 3,75 25,00 160,00 158,00 126,00 12,72 11,00 11,00
1,00 33,00 400,00 4,00 25,00 132,00 135,60 109,20 10,84 9,60 9,60
1,00 19,00 425,00 4,25 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 6,80
1,00 27,00 450,00 4,50 25,00 108,00 116,40 94,80 9,24 8,40 8,40
1,00 19,00 475,00 4,75 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 6,80
1,00 16,00 500,00 5,00 25,00 64,00 81,20 68,40 6,29 6,20 6,20
1,00 37,00 525,00 5,25 25,00 148,00 148,40 118,80 11,92 10,40 11,92 Terdengar Seperti Batu
1,00 31,00 550,00 5,50 25,00 124,00 129,20 104,40 10,31 9,20 9,20
1,00 29,00 575,00 5,75 25,00 116,00 122,80 99,60 9,77 8,80 8,80
1,00 20,00 600,00 6,00 25,00 80,00 94,00 78,00 7,36 7,00 7,00
1,00 19,00 625,00 6,25 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 6,80
1,00 13,00 650,00 6,50 25,00 52,00 71,60 61,20 5,48 5,60 5,60
1,00 25,00 675,00 6,75 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,00
1,00 32,00 700,00 7,00 25,00 128,00 132,40 106,80 10,58 9,40 9,40
1,00 22,00 725,00 7,25 25,00 88,00 100,40 82,80 7,90 7,40 7,40
1,00 10,00 750,00 7,50 25,00 40,00 62,00 54,00 4,68 5,00 5,00
IV - 8
Tabel 4.8 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-5
Jumlah Jumlah
Daya Kuat
setengah Kedalaman Jumlah Setengah
Beban Dukung Tekan Nilai N
putaran Penetrasi Penetrasi putaran
Izin Bebas
per L per meter
N N Keterangan
Jenis Tanah
Wsw qa qu (Tanah (Tanah
Na D(cm) D(m) L(cm) Nsw Berdarsarkan
(kN) (kN/m2) (kN/m2) berbutir berbutir
keterangan
Kasar) Halus)
0,05 6,60 0,07 0,00 30,00 0,10 0,15 0,20
0,15 9,50 0,10 0,00 30,00 0,30 0,45 0,50
0,25 16,00 0,16 0,00 30,00 0,50 0,75 0,80
0,50 18,00 0,18 0,00 30,00 1,00 1,50 1,50
0,75 120,00 1,20 0,00 30,00 1,50 2,25 2,25
1,00 134,80 1,35 0,00 30,00 2,00 3,00 3,00
1,00 3,00 150,00 1,50 15,20 19,74 45,79 41,84 3,32 3,99 3,99
1,00 2,00 175,00 1,75 25,00 8,00 36,40 34,80 2,54 3,40 3,40
1,00 11,00 200,00 2,00 25,00 44,00 65,20 56,40 4,95 5,20 5,20
1,00 6,00 225,00 2,25 25,00 24,00 49,20 44,40 3,61 4,20 4,20
1,00 4,00 250,00 2,50 25,00 16,00 42,80 39,60 3,07 3,80 3,80
1,00 8,00 275,00 2,75 25,00 32,00 55,60 49,20 4,14 4,60 4,60
1,00 4,00 300,00 3,00 25,00 16,00 42,80 39,60 3,07 3,80 3,80 Kerikil
1,00 15,00 325,00 3,25 25,00 60,00 78,00 66,00 6,02 6,00 6,02
1,00 25,00 350,00 3,50 25,00 100,00 110,00 90,00 8,70 8,00 8,70 Terdengar seperti batu
1,00 24,00 375,00 3,75 25,00 96,00 106,80 87,60 8,43 7,80 8,43 Terdengar seperti batu
1,00 23,00 400,00 4,00 25,00 92,00 103,60 85,20 8,16 7,60 7,60
1,00 43,00 425,00 4,25 25,00 172,00 167,60 133,20 13,52 11,60 11,60
1,00 29,00 450,00 4,50 25,00 116,00 122,80 99,60 9,77 8,80 8,80
1,00 27,00 475,00 4,75 25,00 108,00 116,40 94,80 9,24 8,40 9,24 Terdengar seperti batu
1,00 14,00 500,00 5,00 25,00 56,00 74,80 63,60 5,75 5,80 5,75
IV - 9
Tabel 4.9 Hasil pengujian Swedish Weight Sounding di titik P-6
Jumlah Jumlah
Daya Kuat
setengah Kedalaman Jumlah Setengah
Beban Dukung Tekan Nilai N
putaran Penetrasi Penetrasi putaran
Izin Bebas
per L per meter
Keterangan
N N
Jenis Tanah
Wsw qa qu (Tanah (Tanah
Na D(cm) D(m) L(cm) Nsw Berdarsarkan
(kN) (kN/m2) (kN/m2) berbutir berbutir
keterangan
Kasar) Halus)
0,05 4,00 0,04 0,00 30,00 0,10 0,15 0,20
0,15 5,50 0,06 0,00 30,00 0,30 0,45 0,50
0,25 7,00 0,07 0,00 30,00 0,50 0,75 0,80
0,50 11,00 0,11 0,00 30,00 1,00 1,50 1,50
0,75 16,50 0,17 0,00 30,00 1,50 2,25 2,25
1,00 96,00 0,96 0,00 30,00 2,00 3,00 3,00
1,00 1,00 100,00 1,00 4,00 25,00 50,00 45,00 3,68 4,25 4,25
1,00 5,00 125,00 1,25 25,00 20,00 46,00 42,00 3,34 4,00 4,00
1,00 7,50 150,00 1,50 25,00 30,00 54,00 48,00 4,01 4,50 4,50
1,00 4,00 175,00 1,75 25,00 16,00 42,80 39,60 3,07 3,80 3,80
1,00 10,50 200,00 2,00 25,00 42,00 63,60 55,20 4,81 5,10 4,81 Terdengar seperti batu
1,00 5,50 225,00 2,25 25,00 22,00 47,60 43,20 3,47 4,10 4,10
1,00 10,00 250,00 2,50 25,00 40,00 62,00 54,00 4,68 5,00 5,00
1,00 12,50 275,00 2,75 25,00 50,00 70,00 60,00 5,35 5,50 5,50
1,00 5,00 300,00 3,00 25,00 20,00 46,00 42,00 3,34 4,00 4,00
1,00 4,00 325,00 3,25 25,00 16,00 42,80 39,60 3,07 3,80 3,80
1,00 3,00 350,00 3,50 25,00 12,00 39,60 37,20 2,80 3,60 3,60
1,00 4,50 375,00 3,75 25,00 18,00 44,40 40,80 3,21 3,90 3,90
1,00 7,00 400,00 4,00 25,00 28,00 52,40 46,80 3,88 4,40 4,40
1,00 9,00 425,00 4,25 25,00 36,00 58,80 51,60 4,41 4,80 4,41 Terdengar seperti batu
1,00 14,50 450,00 4,50 25,00 58,00 76,40 64,80 5,89 5,90 5,89 Terdengar seperti batu
1,00 10,00 475,00 4,75 25,00 40,00 62,00 54,00 4,68 5,00 4,68 Terdengar seperti batu
1,00 15,00 500,00 5,00 25,00 60,00 78,00 66,00 6,02 6,00 6,00
1,00 23,00 525,00 5,25 25,00 92,00 103,60 85,20 8,16 7,60 7,60
1,00 19,00 550,00 5,50 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 6,80
1,00 19,00 575,00 5,75 25,00 76,00 90,80 75,60 7,09 6,80 6,80
1,00 23,00 600,00 6,00 25,00 92,00 103,60 85,20 8,16 7,60 7,60
1,00 23,00 625,00 6,25 25,00 92,00 103,60 85,20 8,16 7,60 7,60
1,00 24,00 650,00 6,50 25,00 96,00 106,80 87,60 8,43 7,80 8,43 Terdengar seperti batu
IV - 10
4.2.1 Nilai Nsw
Tabel 4.10 Nilai Nsw dari pengujian Swedish Weight Sounding
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Nsw Nsw Nsw D Nsw Nsw Nsw
D (m) D (m) D (m) D (m) D (m)
(n/m) (n/m) (n/m) (m) (n/m) (n/m) (n/m)
0,03 0,02 0,03 0,08 0,07 0,04
0,06 0,03 0,06 0,09 0,10 0,06
0,09 0,04 0,09 0,13 0,16 0,07
0,15 0,06 0,05 0,22 0,18 0,11
0,57 0,08 0,06 0,35 1,20 0,17
0,62 0,10 0,08 0,60 1,35 0,96
0,75 15,63 0,25 98,68 0,25 34,29 0,75 46,88 1,50 19,74 1,00 25,00
1,00 32,00 0,50 78,00 0,50 16,00 1,00 28,00 1,75 8,00 1,25 20,00
1,25 36,00 0,75 40,00 1,25 0,00 1,25 40,00 2,00 44,00 1,50 30,00
1,50 52,00 1,00 136,00 1,50 24,00 1,50 60,00 2,25 24,00 1,75 16,00
1,75 52,00 1,25 52,00 1,75 36,00 1,75 76,00 2,50 16,00 2,00 42,00
2,00 92,00 1,50 88,00 2,00 100,00 2,00 112,00 2,75 32,00 2,25 22,00
2,25 76,00 1,75 100,00 2,25 58,00 2,25 92,00 3,00 16,00 2,50 40,00
2,50 44,00 2,00 120,00 2,50 4,00 2,50 88,00 3,25 60,00 2,75 50,00
3,00 2,00 2,25 64,00 2,83 0,00 3,00 52,00 3,50 100,00 3,00 20,00
3,25 12,00 2,50 48,00 3,00 23,53 3,25 140,00 3,75 96,00 3,25 16,00
3,50 8,00 2,75 100,00 3,25 30,00 3,50 100,00 4,00 92,00 3,50 12,00
3,75 12,00 3,00 68,00 3,78 0,00 3,75 160,00 4,25 172,00 3,75 18,00
4,00 8,00 3,25 56,00 4,00 9,09 4,00 132,00 4,50 116,00 4,00 28,00
4,25 4,00 3,50 72,00 4,75 0,00 4,25 76,00 4,75 108,00 4,25 36,00
4,50 16,00 3,75 184,00 4,86 0,00 4,50 108,00 5,00 56,00 4,50 58,00
4,75 26,00 4,00 100,00 5,00 14,29 4,75 76,00 4,75 40,00
5,00 50,00 4,25 56,00 5,25 40,00 5,00 64,00 5,00 60,00
5,25 16,00 4,50 72,00 5,50 38,00 5,25 148,00 5,25 92,00
5,50 32,00 4,75 44,00 5,75 140,00 5,50 124,00 5,50 76,00
5,75 28,00 5,00 16,00 5,91 250,00 5,75 116,00 5,75 76,00
6,00 52,00 5,25 14,00 6,00 80,00 6,00 92,00
6,25 14,00 5,50 76,00 6,25 76,00 6,25 92,00
6,50 18,00 6,50 52,00 6,50 96,00
6,75 16,00 6,75 100,00
7,00 18,00 7,00 128,00
7,25 34,00 7,25 88,00
7,50 20,00 7,50 40,00
7,75 14,00
8,00 52,00
8,25 52,00
8,50 4,00
8,75 42,00
9,00 26,00
9,25 12,00
9,50 10,00
IV - 11
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Nsw dan Kedalaman Penetrasi
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Nsw tertinggi pada kedalaman
antara 0-2 meter berada di kedalaman 1 meter pada tanah tidak terdampak dengan
nilai Nsw 136 n/m, pada kedalaman antara 2-4 meter berada di kedalaman 3,75
meter pada tanah tidak terdampak dengan nilai Nsw 184 n/m, dan pada kedalaman
antara 4-6 meter berada di kedalaman 5,91 meter pada tanah tidak terdampak
dengan nilai Nsw 250 n/m.
IV - 12
4.2.2 Nilai qa (Daya Dukung Izin)
Tabel 4.11 Nilai qa dari pengujian Swedish Weight Sounding
P1 P2 P3 P4 P5 P6
qa qa qa D qa D qa D qa
D (m) D (m) D (m)
(kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (m) (kN/m2) (m) (kN/m2) (m) (kN/m2)
0,03 0,00 0,02 0,00 0,03 0,00 0,08 0,00 0,07 0,00 0,04 0,00
0,06 0,00 0,03 0,00 0,06 0,00 0,09 0,00 0,10 0,00 0,06 0,00
0,09 0,00 0,04 0,00 0,09 0,00 0,13 0,00 0,16 0,00 0,07 0,00
0,15 0,00 0,06 0,00 0,05 0,00 0,22 0,00 0,18 0,00 0,11 0,00
0,57 0,00 0,08 0,00 0,06 0,00 0,35 0,00 1,20 0,00 0,17 0,00
0,62 0,00 0,10 0,00 0,08 0,00 0,60 0,00 1,35 0,00 0,96 0,00
0,75 42,50 0,25 108,95 0,25 57,43 0,75 67,50 1,50 45,79 1,00 50,00
1,00 55,60 0,50 92,40 0,50 42,80 1,00 52,40 1,75 36,40 1,25 46,00
1,25 58,80 0,75 62,00 1,25 30,00 1,25 62,00 2,00 65,20 1,50 54,00
1,50 71,60 1,00 138,80 1,50 49,20 1,50 78,00 2,25 49,20 1,75 42,80
1,75 71,60 1,25 71,60 1,75 58,80 1,75 90,80 2,50 42,80 2,00 63,60
2,00 103,60 1,50 100,40 2,00 110,00 2,00 119,60 2,75 55,60 2,25 47,60
2,25 90,80 1,75 110,00 2,25 76,40 2,25 103,60 3,00 42,80 2,50 62,00
2,50 65,20 2,00 126,00 2,50 33,20 2,50 100,40 3,25 78,00 2,75 70,00
3,00 31,60 2,25 81,20 2,83 30,00 3,00 71,60 3,50 110,00 3,00 46,00
3,25 39,60 2,50 68,40 3,00 48,82 3,25 142,00 3,75 106,80 3,25 42,80
3,50 36,40 2,75 110,00 3,25 54,00 3,50 110,00 4,00 103,60 3,50 39,60
3,75 39,60 3,00 84,40 3,78 30,00 3,75 158,00 4,25 167,60 3,75 44,40
4,00 36,40 3,25 74,80 4,00 37,27 4,00 135,60 4,50 122,80 4,00 52,40
4,25 33,20 3,50 87,60 4,75 30,00 4,25 90,80 4,75 116,40 4,25 58,80
4,50 42,80 3,75 177,20 4,86 30,00 4,50 116,40 5,00 74,80 4,50 76,40
4,75 50,80 4,00 110,00 5,00 41,43 4,75 90,80 4,75 62,00
5,00 70,00 4,25 74,80 5,25 62,00 5,00 81,20 5,00 78,00
5,25 42,80 4,50 87,60 5,50 60,40 5,25 148,40 5,25 103,60
5,50 55,60 4,75 65,20 5,75 142,00 5,50 129,20 5,50 90,80
5,75 52,40 5,00 42,80 5,91 230,00 5,75 122,80 5,75 90,80
6,00 71,60 5,25 41,20 6,00 94,00 6,00 103,60
6,25 41,20 5,50 90,80 6,25 90,80 6,25 103,60
6,50 44,40 6,50 71,60 6,50 106,80
6,75 42,80 6,75 110,00
7,00 44,40 7,00 132,40
7,25 57,20 7,25 100,40
7,50 46,00 7,50 62,00
7,75 41,20
8,00 71,60
8,25 71,60
8,50 33,20
8,75 63,60
9,00 50,80
9,25 39,60
9,50 38,00
IV - 13
Gambar 4.5 Grafik Hubungan antara qa dan Kedalaman Penetrasi
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa nilai qa tertinggi pada kedalaman
antara 0-2 meter berada di kedalaman 1 meter pada tanah tidak terdampak dengan
nilai qa 138,8 kN/m2, pada kedalaman antara 2-4 meter berada di kedalaman 3,75
meter pada tanah tidak terdampak dengan nilai qa 177,2 kN/m2, dan pada
kedalaman antara 4-6 meter berada di kedalaman 5,91 meter pada tanah tidak
terdampak dengan nilai qa 230 kN/m2.
IV - 14
4.2.3 Nilai qu (Kuat Tekan Bebas)
Tabel 4.12 Nilai qu dari pengujian Swedish Weight Sounding
P1 P2 P3 P4 P5 P6
qu qu qu D qu D qu D qu
D (m) D (m) D (m)
(kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (m) (kN/m2) (m) (kN/m2) (m) (kN/m2)
0,03 30,00 0,02 30,00 0,03 30,00 0,08 30,00 0,07 30,00 0,04 30,00
0,06 30,00 0,03 30,00 0,06 30,00 0,09 30,00 0,10 30,00 0,06 30,00
0,09 30,00 0,04 30,00 0,09 30,00 0,13 30,00 0,16 30,00 0,07 30,00
0,15 30,00 0,06 30,00 0,05 30,00 0,22 30,00 0,18 30,00 0,11 30,00
0,57 30,00 0,08 30,00 0,06 30,00 0,35 30,00 1,20 30,00 0,17 30,00
0,62 30,00 0,10 30,00 0,08 30,00 0,60 30,00 1,35 30,00 0,96 30,00
0,75 39,38 0,25 89,21 0,25 50,57 0,75 58,13 1,50 41,84 1,00 45,00
1,00 49,20 0,50 76,80 0,50 39,60 1,00 46,80 1,75 34,80 1,25 42,00
1,25 51,60 0,75 54,00 1,25 30,00 1,25 54,00 2,00 56,40 1,50 48,00
1,50 61,20 1,00 111,60 1,50 44,40 1,50 66,00 2,25 44,40 1,75 39,60
1,75 61,20 1,25 61,20 1,75 51,60 1,75 75,60 2,50 39,60 2,00 55,20
2,00 85,20 1,50 82,80 2,00 90,00 2,00 97,20 2,75 49,20 2,25 43,20
2,25 75,60 1,75 90,00 2,25 64,80 2,25 85,20 3,00 39,60 2,50 54,00
2,50 56,40 2,00 102,00 2,50 32,40 2,50 82,80 3,25 66,00 2,75 60,00
3,00 31,20 2,25 68,40 2,83 30,00 3,00 61,20 3,50 90,00 3,00 42,00
3,25 37,20 2,50 58,80 3,00 44,12 3,25 114,00 3,75 87,60 3,25 39,60
3,50 34,80 2,75 90,00 3,25 48,00 3,50 90,00 4,00 85,20 3,50 37,20
3,75 37,20 3,00 70,80 3,78 30,00 3,75 126,00 4,25 133,20 3,75 40,80
4,00 34,80 3,25 63,60 4,00 35,45 4,00 109,20 4,50 99,60 4,00 46,80
4,25 32,40 3,50 73,20 4,75 30,00 4,25 75,60 4,75 94,80 4,25 51,60
4,50 39,60 3,75 140,40 4,86 30,00 4,50 94,80 5,00 63,60 4,50 64,80
4,75 45,60 4,00 90,00 5,00 38,57 4,75 75,60 4,75 54,00
5,00 60,00 4,25 63,60 5,25 54,00 5,00 68,40 5,00 66,00
5,25 39,60 4,50 73,20 5,50 52,80 5,25 118,80 5,25 85,20
5,50 49,20 4,75 56,40 5,75 114,00 5,50 104,40 5,50 75,60
5,75 46,80 5,00 39,60 5,91 180,00 5,75 99,60 5,75 75,60
6,00 61,20 5,25 38,40 6,00 78,00 6,00 85,20
6,25 38,40 5,50 75,60 6,25 75,60 6,25 85,20
6,50 40,80 6,50 61,20 6,50 87,60
6,75 39,60 6,75 90,00
7,00 40,80 7,00 106,80
7,25 50,40 7,25 82,80
7,50 42,00 7,50 54,00
7,75 38,40
8,00 61,20
8,25 61,20
8,50 32,40
8,75 55,20
9,00 45,60
9,25 37,20
9,50 36,00
IV - 15
Gambar 4.6 Grafik Hubungan antara qu dan Kedalaman Penetrasi
Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai qu tertinggi pada kedalaman
antara 0-2 meter berada di kedalaman 1 meter pada tanah tidak terdampak dengan
nilai qu 111,6 kN/m2, pada kedalaman antara 2-4 meter berada di kedalaman 3,75
meter pada tanah tidak terdampak dengan nilai qu 140,4 kN/m2, dan pada
kedalaman antara 4-6 meter berada di kedalaman 5,91 meter pada tanah tidak
terdampak dengan nilai qu 180 kN/m2.
IV - 16
4.3 Pembahasan
Hasil pengujian Analisa saringan, kita dapat menghubungkannya dengan kurva
potensi likuifaksi berdasarkan ukuran butiran seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.7 Grafik potensi likuifaksi berdasarkan ukuran butiran di daerah tidak
terdampak likuifaksi
IV - 17
Dari gambar 4.7 dan gambar 4.8 dapat dilihat bahwa tanah di daerah tidak
terdampak maupun tidak terdampak likuifaksi termasuk tanah yang paling
berpotensi likuifaksi. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan sampel yang di gunakan
uji adalah sampel yang lokasi pengambilannya tidak jauh dari batas daerah tidak
terdampak dan terdampak likuifaksi.
Dari hasil pengujian Batas-batas Atterberg, dapat dilihat bahwa jenis tanah
yang di uji yaitu jenis lempung anorganik(CL) dan lempung anorganik-lanau
anorganik (CL-ML).
Dari hasil pengujian Swedish Weight Sounding, tidak ada tanah terdampak
yang nilai Nsw nya lebih dari 180 n/m. Sedangkan untuk tanah yang memiliki nilai
Nsw antara 120 – 180 n/m dapat terjadi likuifaksi, walaupun memiliki
kemungkinan yang lebih kecil bila dibandingkan tanah yang memiliki nilai Nsw di
bawah 120 n/m. Untuk nilai qa, tidak ada tanah terdampak yang nilai qa nya lebih
dari 170 kN/m2. Sedangkan untuk tanah yang memiliki nilai qu antara 120 – 170
kN/m2 dapat terjadi likuifaksi, walaupun memiliki kemungkinan yang lebih kecil
bila dibandingkan tanah yang memiliki nilai qa di bawah 120 kN/m2. Dan untuk
nilai qu, tidak ada tanah terdampak yang nilai qu nya lebih dari 140 kN/m2.
Sedangkan untuk tanah yang memiliki nilai qu antara 100 – 140 kN/m2 dapat terjadi
likuifaksi, walaupun memiliki kemungkinan yang lebih kecil bila dibandingkan
tanah yang memiliki nilai qu di bawah 100 kN/m2 .
IV - 18
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium yang dilakukan
terhadap beberapa sampel tanah, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Klasifikasi tanah pada lokasi penelitian ini terdiri dari 3 kelompok yaitu
lempung anorganik (CL) dan lempung anorganik – lanau anorganik (CL-ML),
dan pasir berlanau – pasir berlempung (SM – SC)
2. Pada daerah tidak terdampak likuifaksi, ada 3 parameter yang didapatkan dari
pengujian lapangan yaitu nilai Nsw yang berkisar antara 0 – 250 n/m, nilai qa
yang berkisar antara 0 – 230 kN/m2, dan nilai qu yang berkisar antara 30 – 180
kN/m2.
3. Pada daerah terdampak likuifaksi, ada 3 parameter yang didapatkan dari
pengujian lapangan yaitu nilai Nsw yang berkisar antara 8 - 172 n/m, nilai qa
yang berkisar antara 0 – 167,6 kN/m2, dan nilai qu yang berkisar antara 30 –
133,2 kN/m2.
4. Dari hasil pengujian Swedish Weight Sounding menunjukkan bahwa parameter
kekuatan tanah (Nsw, qa, dan qu) pada daerah tidak terdampak likuifaksi lebih
tinggi daripada daerah terdampak likuifaksi. Hal itu bisa terjadi dikarenakan
kondisi tanah pada daerah terdampak seperti pada bagian midside merupakan
timbunan dari tanah pada bagian upside yang tergerus. Adapun beberapa hasil
pengujian lapangan menunjukkan adanya variasi pada hasil yang sedikit
berbeda, tetapi sejauh ini masih berkesinambungan antara parameter yang satu
dan lainnya pada bagian tertentu di lokasi penelitian.
5.2. Saran
1. Untuk pengembangan penelitian ini ke depannya, perlu dilakukan pengujian
dengan alat Swedish Weight Sounding dengan jumlah titik yang lebih banyak,
mengingat luas wilayah daerah petobo yang terdampak cukup besar, sehingga
hasil yang didapatkan akan lebih mewakili kondisi asli.
V-1
2. Karena alat yang digunakan termasuk baru untuk pengujian tanah di lapangan,
sebelum melakukan pengujian di lapangan dengan alat ini di rasa perlu untuk
memberikan pelatihan singkat agar benar-benar paham mengenai prosedurnya.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Bergdahl, U., Broms, B.B., and Muromachi, T., (1988). Swedish Weight Sounding
Test: International Reference Test Procedure, Penetration Testing,
ISOPT-1, De Ruiter (ed.), A.A. Balkema Inc., 71-90.
Bleiser Tanari. (2007). Studi Karakteristik Teknis Tanah Pada Ruas Jalan
Soekarno-Hatta KM ± 0,00 - KM ± 1,50. Tugas Akhir, Universitas
Tadulako. Palu.
Broms, B.B., and Flodin, N., (1988). History of Soil Penetration Testing.
Penetration Testing, A.Balkema Inc.
Das BM, (1998), Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis),
Erlangga ,Jakarta.
Habibi, M., (2006). Manufacturing, Using, and Developing Swedish Weight
Sounding Test for Geotechnical Investigations, M.S. Dissertation, School
of Civil Engineering, Tehran University, Tehran
Hardiyatmo, HC, (1992), Mekanika Tanah II, Edisi III, Fakultas Teknik Sipil
UGM, Yogyakarta.
John Tri Hatmoko. (2016). Dinamika Tanah dan Liquefaction, Cahaya Atma
Pustaka. Yogyakarta.
Mahdi Habibi, Akbar Cheshomi, dan Ali Fakher. (2006). A Case Study Of
Liquefaction Assessment Using Swedish Weight Sounding, International
Conference on Earthquake Engineering, Taiwan.
Muhammad Reza Shalahuddin Noor. (2017). Potensi Likuifaksi Tanah
Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor Studi Kasus Kecamatan Puger,
Jember. Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Muntohar, A. S. (2010). Mikrozonasi Potensi Likuifaksi dan Penurunan Tanah
Akibat Gempa Bumi. Penelitian Dosen. Yogyakarta: UMY.
Pedoman Penulisan Tugas Akhir. (2019). Program Studi S-1 Teknik Sipil. Jurusan
Sipil. Divisi Bursa Himpunan Mahasiswa Sipil. UNTAD.
Sulistiyani. (2012). Kajian Terhadap Indeks Bahaya Seismik Regional
Menggunakan Data Seismik di Pulau Jawa dari Tahun 1900-2006.
Skripsi.UNS.
Tohari, A., Sugianti, K., Soebowo, E. (2011). Liquefaction potential at Padang
City: a comparison of predicted and observed liquefaction during the
2009 Padang earthquake. Jurnal Riset dan Pertambangan, Puslit
Geoteknologi-LIPI, 21 (1), pp.7-18.
Tohari, A. Sugianti, K. Syahbana, A. J. (2015) .Kerentanan Likuifaksi Wilayah
Kota Banda Aceh Berdasarkan Metode Uji Penetrasi Konus. Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI.
Tsuchida, H., (1970), Prediction and Countermeasure against Liquefaction in
Sand Deposits, Proceeding of Abstract of the Seminar of the Port and
Harbour Research Institute, Ministry of Transport, Yokosuka, Japan.
Yoshimichi Tsukamoto, Kenji Ishihara, Shunichi Sawada. (2004). Correlation
Between Penetration Resistance Of Swedish Weight Sounding Tests and
SPT Blow Counts In Sandy Soils. The Japanese Geotechnical Society,
Japan.
Yoshimichi Tukamoto, Taichi Hyodo, dan Kazuyoshi Hashimoto. (2015).
Evaluation of liquefaction resistance of soils from Swedish weight
sounding tests, The Japanese Geotechnical Society, Japan.
Yulistiani. (2017). Potensi Likuifaksi Berdasarkan Nilai Ground Shear Strain
(Gss) Di Kecamatan Prambanan Dan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten
Klaten Jawa Tengah. Tugas Akhir, Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran – 1
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P1 pada kedalaman 0,2 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 91,20 91,2 15,2 84,8
1/4" 6,300 128,80 220,0 36,7 63,3
#4 4,750 40,20 260,2 43,4 56,6
#10 2,000 69,90 330,1 55,0 45,0
#40 0,425 123,50 453,6 75,6 24,4
#50 0,300 7,80 461,4 76,9 23,1
#80 0,180 32,70 494,1 82,4 17,7
#100 0,150 5,40 499,5 83,3 16,8
#200 0,075 12,40 511,9 85,3 14,7
PAN 0,000 88,10 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-1
Lampiran – 2
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P1 pada kedalaman 0,6 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 34,90 34,9 5,8 94,2
1/4" 6,300 45,90 80,8 13,5 86,5
#4 4,750 12,30 93,1 15,5 84,5
#10 2,000 23,40 116,5 19,4 80,6
#40 0,425 100,80 217,3 36,2 63,8
#50 0,300 11,50 228,8 38,1 61,9
#80 0,180 61,80 290,6 48,4 51,6
#100 0,150 14,40 305,0 50,8 49,2
#200 0,075 29,90 334,9 55,8 44,2
PAN 0,000 265,10 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-2
Lampiran – 3
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P2 pada kedalaman 0,5 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 2,00 2,0 0,3 99,7
#4 4,750 1,00 3,0 0,5 99,5
#10 2,000 4,00 7,0 1,2 98,8
#40 0,425 6,00 13,0 2,2 97,8
#50 0,300 8,00 21,0 3,5 96,5
#80 0,180 17,00 38,0 6,3 93,7
#100 0,150 3,00 41,0 6,8 93,2
#200 0,075 9,00 50,0 8,3 91,7
PAN 0,000 550,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-3
Lampiran – 4
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P2 pada kedalaman 1,0 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 2,00 2,0 0,3 99,7
#4 4,750 1,00 3,0 0,5 99,5
#10 2,000 5,00 8,0 1,3 98,7
#40 0,425 5,00 13,0 2,2 97,8
#50 0,300 10,00 23,0 3,8 96,2
#80 0,180 18,00 41,0 6,8 93,2
#100 0,150 7,00 48,0 8,0 92,0
#200 0,075 19,00 67,0 11,2 88,8
PAN 0,000 533,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-4
Lampiran – 5
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P3 pada kedalaman 0,5 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 5,00 5,0 0,8 99,2
#4 4,750 6,00 11,0 1,8 98,2
#10 2,000 1,00 12,0 2,0 98,0
#40 0,425 23,00 35,0 5,8 94,2
#50 0,300 10,00 45,0 7,5 92,5
#80 0,180 5,00 50,0 8,3 91,7
#100 0,150 8,00 58,0 9,7 90,3
#200 0,075 6,00 64,0 10,7 89,3
PAN 0,000 536,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-5
Lampiran – 6
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P3 pada kedalaman 1,0 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 0,00 0,0 0,0 100,0
#4 4,750 1,00 1,0 0,2 99,8
#10 2,000 3,00 4,0 0,7 99,3
#40 0,425 20,00 24,0 4,0 96,0
#50 0,300 31,00 55,0 9,2 90,8
#80 0,180 9,00 64,0 10,7 89,3
#100 0,150 5,00 69,0 11,5 88,5
#200 0,075 12,00 81,0 13,5 86,5
PAN 0,000 519,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-6
Lampiran – 7
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P4 pada kedalaman 0,2 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 6,00 6,0 1,0 99,0
#4 4,750 1,00 7,0 1,2 98,8
#10 2,000 8,00 15,0 2,5 97,5
#40 0,425 10,00 25,0 4,2 95,8
#50 0,300 13,00 38,0 6,3 93,7
#80 0,180 28,00 66,0 11,0 89,0
#100 0,150 11,00 77,0 12,8 87,2
#200 0,075 31,00 108,0 18,0 82,0
PAN 0,000 492,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-7
Lampiran – 8
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P4 pada kedalaman 0,6 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 45,00 45,0 7,5 92,5
1/4" 6,300 95,00 140,0 23,3 76,7
#4 4,750 24,00 164,0 27,3 72,7
#10 2,000 61,00 225,0 37,5 62,5
#40 0,425 42,00 267,0 44,5 55,5
#50 0,300 59,00 326,0 54,3 45,7
#80 0,180 34,00 360,0 60,0 40,0
#100 0,150 9,00 369,0 61,5 38,5
#200 0,075 13,00 382,0 63,7 36,3
PAN 0,000 218,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-8
Lampiran – 9
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P5 pada kedalaman 0,2 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 1,00 1,0 0,2 99,8
#4 4,750 1,00 2,0 0,3 99,7
#10 2,000 8,00 10,0 1,7 98,3
#40 0,425 4,00 14,0 2,3 97,7
#50 0,300 10,00 24,0 4,0 96,0
#80 0,180 9,00 33,0 5,5 94,5
#100 0,150 4,00 37,0 6,2 93,8
#200 0,075 13,00 50,0 8,3 91,7
PAN 0,000 550,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L-9
Lampiran – 10
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P5 pada kedalaman 0,6 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 0,00 0,0 0,0 100,0
1/4" 6,300 36,00 36,0 6,0 94,0
#4 4,750 10,00 46,0 7,7 92,3
#10 2,000 17,00 63,0 10,5 89,5
#40 0,425 6,00 69,0 11,5 88,5
#50 0,300 4,00 73,0 12,2 87,8
#80 0,180 3,00 76,0 12,7 87,3
#100 0,150 1,00 77,0 12,8 87,2
#200 0,075 2,00 79,0 13,2 86,8
PAN 0,000 521,00 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L - 10
Lampiran – 11
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P6 pada kedalaman 0,5 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 113,70 113,7 19,0 81,1
1/4" 6,300 23,50 137,2 22,9 77,1
#4 4,750 8,40 145,6 24,3 75,7
#10 2,000 17,40 163,0 27,2 72,8
#40 0,425 92,40 255,4 42,6 57,4
#50 0,300 7,40 262,8 43,8 56,2
#80 0,180 59,70 322,5 53,8 46,3
#100 0,150 14,30 336,8 56,1 43,9
#200 0,075 28,90 365,7 61,0 39,1
PAN 0,000 234,30 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
Palu, 2020
L - 11
Lampiran – 12
Hasil pengujian Analisa Saringan titik P6 pada kedalaman 1,0 m
SIEVE ANALYSIS
Berat kumulatif
Ukuran
No. Saringan Tertahan tertahan % tertahan % lolos
Bukaan (mm)
(gram) (gram)
1/2" 12,500 54,00 54,0 9,0 91,0
1/4" 6,300 16,60 70,6 11,8 88,2
#4 4,750 7,00 77,6 12,9 87,1
#10 2,000 16,40 94,0 15,7 84,3
#40 0,425 88,10 182,1 30,4 69,7
#50 0,300 9,30 191,4 31,9 68,1
#80 0,180 64,80 256,2 42,7 57,3
#100 0,150 15,30 271,5 45,3 54,8
#200 0,075 33,40 304,9 50,8 49,2
PAN 0,000 295,10 600,0 100,0 0,0
100
90
80
70
Percent Passing
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Grain Size (mm)
L - 12
Lampiran – 13
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P2 pada kedalaman 0,5 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 10 X 22 X 38 X 48 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 31,58 23,87 21,67 29,03 10,51 11,41 10,62 13,09
C Berat cawan + contoh kering gram 28,73 21,15 19,52 27,11 10,39 11,25 10,49 12,67
D Berat air = B - C gram 2,85 2,72 2,15 1,92 0,12 0,16 0,13 0,42
E Berat cawan gram 18,19 9,88 9,52 17,87 9,67 10,21 9,43 10,52
F Berat contoh kering = C - E gram 10,54 11,27 10,00 9,24 0,72 1,04 1,06 2,15
G Kadar air = (D . 100)/F % 27,04 24,13 21,50 20,78 16,67 15,38 12,26 19,53
Rata-rata 15,96
26,00
24,00
22,00
20,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L - 13
Lampiran – 14
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P2 pada kedalaman 1,0 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 13 X 24 X 33 X 48 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 22,50 20,96 22,07 34,03 11,55 20,00 12,7 15,23
C Berat cawan + contoh kering gram 19,80 18,55 19,50 30,70 11,22 19,70 12,4 15
D Berat air = B - C gram 2,70 2,41 2,57 3,33 0,33 0,30 0,35 0,23
E Berat cawan gram 10,43 9,71 9,84 17,87 9,55 18,15 10,5 13,8
F Berat contoh kering = C - E gram 9,37 8,84 9,66 12,83 1,67 1,55 1,82 1,20
G Kadar air = (D . 100)/F % 28,82 27,26 26,60 25,95 19,76 19,35 19,23 19,17
Rata-rata 19,38
28,00
27,00
26,00
25,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L - 14
Lampiran – 15
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P3 pada kedalaman 0,5 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 13 X 22 X 35 X 43 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 16,36 15,02 17,36 17,66 13,44 12,10 14,64 18,59
C Berat cawan + contoh kering gram 14,43 12,40 15,53 15,75 12,57 11,54 13,60 17,35
D Berat air = B - C gram 1,93 2,62 1,83 1,91 0,87 0,56 1,04 1,24
E Berat cawan gram 9,70 5,54 9,90 9,65 9,67 9,62 10,20 13,28
F Berat contoh kering = C - E gram 4,73 6,86 5,63 6,10 2,90 1,92 3,40 4,07
G Kadar air = (D . 100)/F % 40,80 38,19 32,50 31,31 30,00 29,17 30,59 30,47
Rata-rata 30,06
38,00
Kadar Air, %
34,00
30,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah Tumbukan
L - 15
Lampiran – 16
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P3 pada kedalaman 1,0 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 11 X 20 X 33 X 41 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 18,62 16,23 17,30 17,65 11,27 13,25 10,55 14,60
C Berat cawan + contoh kering gram 16,24 13,45 15,45 15,70 11,01 13,00 10,40 14,10
D Berat air = B - C gram 2,38 2,78 1,85 1,95 0,26 0,25 0,15 0,50
E Berat cawan gram 9,70 5,54 9,90 9,65 9,56 11,50 9,20 10,55
F Berat contoh kering = C - E gram 6,54 7,91 5,55 6,05 1,45 1,50 1,20 3,55
G Kadar air = (D . 100)/F % 36,39 35,15 33,33 32,23 17,93 16,67 12,50 14,08
Rata-rata 15,30
34,00
32,00
30,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L - 16
Lampiran – 17
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P4 pada kedalaman 0,2 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 10 X 22 X 38 X 48 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 30,88 28,64 31,25 26,00 10,51 11,41 10,62 13,09
C Berat cawan + contoh kering gram 27,11 24,20 27,60 23,00 10,39 11,25 10,49 12,67
D Berat air = B - C gram 3,77 4,44 3,65 3,00 0,12 0,16 0,13 0,42
E Berat cawan gram 15,90 10,50 16,20 13,47 9,67 10,21 9,43 10,52
F Berat contoh kering = C - E gram 11,21 13,70 11,40 9,53 0,72 1,04 1,06 2,15
G Kadar air = (D . 100)/F % 33,63 32,41 32,02 31,48 16,67 15,38 12,26 19,53
Rata-rata 15,96
34,00
Kadar Air, %
32,00
30,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L - 17
Lampiran – 18
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P5 pada kedalaman 0,2 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 10 X 22 X 38 X 48 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 19,16 18,56 20,10 19,76 24,22 15,39 10,50 11,25
C Berat cawan + contoh kering gram 17,20 16,86 18,23 17,72 23,50 14,88 10,30 10,80
D Berat air = B - C gram 1,96 1,70 1,87 2,04 0,72 0,51 0,20 0,45
E Berat cawan gram 9,58 9,74 10,20 8,95 18,10 9,87 8,50 7,90
F Berat contoh kering = C - E gram 7,62 7,12 8,03 8,77 5,40 5,01 1,80 2,90
G Kadar air = (D . 100)/F % 25,72 23,88 23,29 23,26 13,33 10,18 11,11 15,52
Rata-rata 12,54
y = -0,0615x + 25,852
LL PL PI = LL - PL 30,00
25,65 12,54 13,12
25,00
Kadar Air, %
20,00
15,00
10,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L - 18
Lampiran – 19
Hasil pengujian Batas-batas Atterberg titik P5 pada kedalaman 0,6 m
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
PB - 0109 - 76
BATAS CAIR (LL) 14 X 21 X 38 X 45 X BATAS PLASTIS
A Nomor cawan gram 1 2 3 4 5 6 7 8
B Berat cawan + contoh basah gram 30,20 24,60 23,40 19,10 11,27 13,25 10,55 14,60
C Berat cawan + contoh kering gram 28,25 22,40 21,58 17,95 11,01 13,00 10,40 14,10
D Berat air = B - C gram 1,95 2,20 1,82 1,15 0,26 0,25 0,15 0,50
E Berat cawan gram 18,35 10,20 9,71 9,95 9,56 11,50 9,20 10,55
F Berat contoh kering = C - E gram 9,90 12,20 11,87 8,00 1,45 1,50 1,20 3,55
G Kadar air = (D . 100)/F % 19,70 18,03 15,33 14,38 17,93 16,67 12,50 14,08
Rata-rata 15,30
16,00
14,00
12,00
10,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L - 19