B. PENJELASAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam uraian dan syarat-syarat tertulis ini,
gambar-gambar kerja serta revisi, ataupun tambahan-tambahan yang telah mendapat pengesahan dari
pemberi tugas, risalah penjelasan pekerjaan dan keputusan tertulis pemberi tugas.
2. Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia jasa diwajibkan mencocokan dahulu ukuran satu sama lain, bila
ketidaksesuaian harus segera memberi tahu pengawas lapangan.
3. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa diharuskan membersihkan sisa bahan dari segala kotoran akibat
kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material bangunan serta gundukan tanah, bekas tanah dan
lain sebagainya.
4. Menyediakan ruang kerja Penyedia Jasa, Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis dan Los Kerja untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan yang akan digunakan.
5. Pekerjaan ini meliputi, mendatangkan dan melengkapi semua bahan-bahan, menyediakan tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan serta membuat segala pekerjaan persiapan dan tambahan untuk
kesempurnaan pelaksanaan dan kemudian menyerahkan pekerjaan dalam keadaan selesai dan
sempurna.
6. Dalam pelaksaan pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan kepada Bestek dan Gambar-gambar
detail, peraturan-peraturan dan syarat-syarat, daftar penjelasan (Aanwijzing ) serta ketentuan dan
keputusan PPK/PPTK/Pengawas yang dibuat secara tertulis.
7. Lampiran dokumen Spesifikasi Teknis dan RKS ini merupakan bagian tidak terpisah dari dokumen ini.
C. STANDAR RUJUKAN
1. Acuan Normatif
Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan menurut syarat dan ketentuan berdasarkan :
a. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
b. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) Republik Indonesia
No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 14/PRT/M/2017 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
f. Surat Edaran Menteri PUPR No. 86/SE/DC/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Bagunan Gedung Hijau;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen
Proteksi Kebakaran di Perkotaan;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman persyaratan
teknis bangunan gedung;
2. Standar Konstruksi dan Bangunan
a. SNI No. 2052-2017 Baja Tulangan Beton;
b. SNI No. 8399:2017 tentang : Profil rangka baja ringan;
c. SNI T-15-2016 Tata-cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung;
d. SNI No. 8140:2016 tentang : Persyaratan beton struktural untuk rumah tinggal;
e. SNI No. 6880:2016 tentang : Spesifikasi beton struktural;
f. SNI No. 2049-2015 Semen Portland;
g. SNI No. 1729:2015 tentang : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural;
h. SNI No. 8153:2015 tentang : Sistem plambing pada bangunan gedung;
i. SNI No. 2052:2014 tentang : Baja tulangan beton;
j. SNI No. 1727:2013 tentang : Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur
lain;
k. SNI No. 2847:2013 tentang : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung;
l. SNI No. 7973:2013 tentang : Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu;
m. SNI No. 1726:2012 tentang : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non-gedung.
n. SNI No. 7656-2012 tentang : Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan
beton massa.
o. SNI No. 0225-2011 tentang : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011);
p. SNI No. 13600:2010 tentang : Ubin keramik;
q. SNI No. 2407:2008 tentang : Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung;
r. SNI No. 03-7015-2004 tentang : Sistem proteksi petir pada bangunan gedung;
s. SNI No. 03-2453-2002 tentang : Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan;
t. SNI No. 03-2459-2002 tentang : Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan;
u. SNI No. 03-2398-2002 tentang : Tata cara perencanaan Tangki Septik dengan sistem resapan;
v. SNI No. 03-2410-2002 tentang : Tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi;
w. SNI No. 03-6575-2001 tentang : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung;
x. SNI No. 03-6575-2001 tentang : Tata cara perencanaan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung;
y. SNI No. 03-1738-2000 tentang : Tata cara sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.
z. SNI No. 03-0675-1989 tentang : Penggunaan kosen, pintu dan jendela dari kayu.
aa. SNI No. 03-2996-1991 tentang : Tara cara dan Perancangan penerangan alami siang hari untuk
Rumah dan Gedung.
3. Menurut peraturan setempat yang berhubungan dengan penyelenggaraan pembangunan dari instansi
yang berwenang, yakni :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 17 tahun 2020 tentang Bangunan Gedung;
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 tahun 2011 tentang Izin Mendirikan Bangunan
(IMB);
c. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 10 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyumas Tahun 2011 – 2031.
4. Pekerjaan tersebut harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dalam keadaan selesai 100
% (seratus Persen), sesuai dengan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa, Surat Perjanjian Penyedia
jasaan (Kontrak) dan Berita Acara Perubahan Pekerjaan (bila ada) yang telah disahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
D. JAMINAN KUALITAS
1. Selama Pengadaan Material
Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk melakukan pengujian semua bahan-bahan yang
diperlukan dalam pekerjaan, dan menentukan bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi atau melebihi
persyaratan yang telah ditentukan.
2. Selama Pelaksanaan Konstruksi
Pemberi Tugas/PPK/PPTK/Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak bahan-bahan, barang-
barang dan pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan tanpa
kompensasi bagi Penyedia jasa/Penyedia Jasa.
3. Tanggung Jawab Penyedia Jasa/Penyedia jasa/Penyedia jasa
Adalah tanggung jawab Penyedia jasa untuk melengkapi bukti yang diperlukan mengenai bahan-
bahan, kecakapan kerja atau kedua duanya sebagaimana yang diminta oieh Pemberi Tugas atau yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak yang memenuhi atau melebihi yang ditentukan dalam standar
standar yang diminta. Bukti bukti tersebut harus dalam bentuk yang dimintakan oleh Pemberi Tugas
secara tertulis, dan harus termasuk satu copy hasil hasil pengujian yang resmi.
Pasal 02
PERSYARATAN BAHAN
A. PERATURAN RUJUKAN
Persyaratan Bahan pada pekerjaan ini mengacu kepada spesifikasi material yang sudah ditentukan
standarnya dalam :
✓ SNI Nomor : 6880:2016 tentang : Spesifikasi beton struktural.
✓ SNI Nomor : 1729:2015 tentang : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
✓ SNI Nomor : 7973:2013 tentang : Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu.
✓ SNI Nomor : 03-2459-2002 tentang : Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.
✓ SNI Nomor : 15-2049-2004 tentang : Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC).
✓ SNI Nomor : 15-3500-2004 tentang : Semen Portland campur.
B. SYARAT UMUM
Yang disebut dengan bahan bangunan dalam hal ini adalah semua bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi sebagai tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini serta
gambar kerja, dengan ketentuan :
a. Semua bahan bangunan harus memenuhi standart persyaratan bahan bangunan.
b. Contoh-contoh bahan yang akan digunakan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas/Pengawas
Lapangan/ PPTK/PPK dan apabila ada yang tidak disetujui segera diganti yang lain sepengetahuan
Pengawas Lapangan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus
merupakan bahan yang baru, penggunaan barang bekas dalam komponen kecil maupun besar sama
sekali tidak diperbolehkan.
E. PERSETUJUAN BAHAN
1. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, diwajibkan sebelum sesuatu bahan / produk akan
dibeli / dipesan / diproduksi, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi / Pengawas atau
kesesuaian dari bahan / Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan dalam
bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh / brosur dari bahan / produk yang bersangkutan untuk
diserahkan kepada Direksi / Pengawas Lapangan.
2. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas sepenuhnya merupakan tanggung
jawab penyedia jasa / suplier, yang mana tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.
3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh / brosur seperti tersebut di atas tidak melepaskan
tanggung jawab Penyedia jasa / Supplier dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini mengadakan
bahan / Produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima /
disetujuinya seluruh bahan / produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah disetujui.
G. PENYIMPANAN BAHAN
1. Persetujuan atas suatu bahan / produk harus diartikan sebagai perijinan untuk memasukan bahan
produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu itu
ternyata bahwa bahan / produk tidak layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Direksi / Pengawas berhak
memerintahkan agar:
a. Bahan atau Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak untuk dipakai.
b. Dalam hal mana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya bahan / produk tersebut segera dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan selama 2 x 24 jam untuk diganti dengan yang memenuhi persyaratan.
2. Untuk bahan / produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu penyimpanannya harus
dikelompokan menurut umur pemakaian tersebut yang mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama penggunaan ini.
b. Berukuran minimal 40 x 60 cm.
c. Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah.
d. Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
3. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga bahan yang
terlebih dahulu masuk akan lebih dulu pula dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.
Pasal 03
KETENTUAN PELAKSANAAN
A. RENCANA PELAKSANAAN
1. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Surat Perintah Kerja (SPK) oleh kedua belah pihak,
penyedia jasa harus menyerahkan kepada Direksi/Pengawas sebuah “Network Planning” / “Time
Schedule” mengenai seluruh kegiatan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam
diagram, dimana dinyatakan pula urutan serta kaitan/ hubungan antara seluruh kegiatan-kegiaan
tersebut.
2. Kegiatan Penyedia jasa untuk/ selama masa pengadaan/ pembelian serta waktu pengiriman/
pengangkutan dari :
a. Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan/ pembantu.
b. Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
3. Kegiatan Penyedia jasa untuk/ selama waktu fabrikasi, pemasangan dan pembangunan.
4. Pembuatan gambar-gambar kerja (Shop Drawing);.
5. Permintaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.
6. Harga borongan dari masing masing kegiatan tersebut.
7. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
8. Direksi/ Pengawas akan memeriksa rencana kerja Penyedia jasa dan memberikan tanggapan dalam
waktu 2 (dua) minggu.
9. Penyedia jasa harus memasukkan kembali perbaikan/ penyempurnaan atau rencana kerja kepada
Direksi/ Pengawas dan meminta diadakannya perbaikan/ penyempurnaan atau rencana kerja, paling
lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya pelaksanaan.
10. Penyedia jasa tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum adanya
persetujuan dari Direksi/ Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali dapat dibuktikan bahwa Direksi/
Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk memeriksa rencana kerja Penyedia jasa pada
waktunya, maka kegagalan Penyedia jasa untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum
adanya rencana kerja yang memulai pekerjaan yang disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan
tanggung jawab dari penyedia jasa bersangkutan.
C. IJIN PELAKSANAAN
Ijin pelaksanaan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut, Penyedia jasa diwajibkan
untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada Direksi / Pengawas dengan dilampiri gambar
kerja yang sudah disetujui. Ijin pelaksanaan yang disetujui sebagai pegangan Penyedia jasa untuk
melaksanakan pada bagian pekerjaan tersebut.
F. KUALITAS PEKERJAAN
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis pekerjaan bersangkutan.
J. PENYERAHAN
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Penyedia jasa wajib menyerahkan kepada Pemberi Tugas :
1. 2 (dua) dokumen terlaksana;
2. Untuk peralatan / perlengkapan:
a. 2 (dua) set pedoman operasi (operational manual);
b. Suku cadang sesuai yang dipersyaratkan
3. Untuk berbagai macam :
a. Semua kunci orisinil disertai “Construction Key” bila ada;
b. Minimum 1 (satu) set kunci duplikat.
4. Dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat fiskal pajak, dan lain-lain)
5. Segala macam surat jaminan berupa Guarantee / Warranty sesuai uang yang dipersyaratkan.
6. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi / Pengawas
7. Bahan finishing cat minimal 3 (tiga) galon (masing-masing warna)
8. Bahan finishing lantai / dinding & atau masing masing minimal 2 m2
Pasal 04
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
A. URAIAN PEKERJAAN
1. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada)
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
2. Pasal ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi
kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku,
penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
3. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan kesehatan
kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi pengendalian K3
Konstruksi sesuai dengan tingkat risiko yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan.
4. Semua fasilitas dan sarana lainnya untuk penunjang K3 yang disiapkan oleh Penyedia Jasa tetap
menjadi milik Penyedia Jasa setelah Kontrak berakhir.
B. LINGKUP PEKERJAAN
1. Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan Rencana Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K) yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
2. Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RK3K pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
untuk disahkan dan ditanda tangani oleh Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen PUPR
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
3. Penyedia Jasa bersama dengan Pengawas Pekerjaan melakukan inspeksi K3 Konstruksi secara
periodik dalam mingguan dan/atau bulanan.
4. Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan terhadap ketidaksesuaian yang
ditemukan pada saat inspeksi K3 Konstruksi. Hasil inspeksi K3 Konstruksi disampaikan oleh Penyedia
Jasa kepada Pengawas Pekerjaan dan Pemberi Tugas.
5. Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perlu
dilakukan kaji ulang) secara berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
6. Penyedia Jasa/ Penyedia jasa Pelaksana harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk
semua bidang pekerjaan (ASTEK). Oleh karena itu Penyedia Jasa harus mengikutkan pekerja sebagai
peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7. Pada pekerjaan - pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, kecelakaan lalu lintas dll, maka
Penyedia Jasa harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.
8. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Penyedia Jasa harus
menyediakan sejumlah obat obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai apabila
diperlukan dan dilokasi pekerjaan harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK). Standar isi kotak P3K tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transimgrasi Republik Indonesia No. PER.15/MEN/VIII/2008 atau perubahannya (jika ada) tentang
Pedoman Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
9. Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang serius, maka
Penyedia Jasa/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
10. Penyedia Jasa harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat- syarat
kesehatan bagi semua pekerja / petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun yang
berada dibawah pihak ketiga.
11. Seluruh tenaga kerja dan personil lainnya yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi harus dilatih cara
penggunaan alat pelindung diri dan harus memahami alasan penggunaannya. Setiap personil dan pihak
yang terlibat dalam proyek setiap berada di lokasi proyek wajib menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
(Helm pelindung, Rompi reflektor, Safety shoes, dst).
12. Pada area proyek konstruksi harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Kerja (APK), contoh : Safety nett
pada area pekerjaan di ketinggian, Safety line pada area pekerjaan dengan personil terbatas/khusus,
dst.
13. Penyedia Jasa wajib memasang rambu-rambu K3 di lingkungan proyek (Rambu Peringatan, Rambu
Informasi, dan Rambu Evakuasi).
14. Jika terpaksa pekerjaan harus dilaksanakan diluar jam kerja (lembur), maka pelaksana/ penyedia jasa
harus mengajukan permohonan tertulis kepada pemberi tugas dan Konsultan Pengawas, dengan
disebutkan :
a. Alasan penambahan jam kerja (lembur),
b. Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan (lembur),
c. Jumlah Pekerjaannya,
d. Waktu/ jam lembur.
15. Segala konsekwensi yang timbul akibat pekerjaan lembur menjadi tanggung jawab pelaksana/ penyedia
jasa.
C. HAL-HAL LAIN
1. Cuaca :
Pekerjaan harus dihentikan sementara apabila cuaca tidak mengijinkan atau sangat mengganggu yang
akan dapat mengakibatkan penurunan mutu suatu pekerjaan, kecuali pelaksana/ penyedia jasa sudah
mempersiapkan sarana untuk menanggulanginya.
2. 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Para pekerja dari penyedia jasa/penyedia jasa/penyedia jasa diwajibkan menerapkan prinsip kerja 5R di
lapangan, yakni :
a. Ringkas : Memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan yang tidak
diperlukan di tempat kerja.
b. Rapi : Menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.
c. Resik : Membersihkan tempat/lingkungan kerja sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan.
d. Rawat : Mempertahankan hasil yang telah dicapai pada Ringkas, Rapi, Resik dengan
membakukannya (standarisasi).
e. Rajin : Terciptanya kebiasaan pribadi pekerja untuk menjaga dan meningkatkan apa yang
sudah dicapai (menjadi kebiasaan).
Pasal 05
PEKERJAAN PERSIAPAN
A. LINGKUP PEKERJAAN
1. Pembersihan lokasi pekerjaan:
Penyedia jasa harus membersihkan segala sesuatu yang memungkinkan akan dapat mengganggu
jalannya pelaksanaan pekerjaan, pada waktu ataupun setelah selesainya pekerjaan.
Termasuk didalamnya menyiapkan akses yang nyaman, handal, dan mudah dilalui untuk mobilisasi –
demobilisasi alat maupun material.
2. Papan Nama Proyek
Penyedia jasa harus memasang papan nama proyek 1 (satu) unit dan tulisannya mudah terbaca
dengan dilengkapi barcode informasi melalui e-project, redaksi papan nama proyek tersebut akan
ditentukan kemudian, ukuran papan nama kegiatan minimal 0,80m x 1,20m.
Papan nama proyek diletakkan pada lokasi yang mudah terlihat oleh umum pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan.
3. Uitzet / Bouplank :
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Penyedia jasaan harus mengadakan pengukuran-
pengukuran lapangan untuk dapat menentukan patok utama bagi pelaksanaan pekerjaan. Biaya
pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Penyedia jasaan, alat yang
digunakan adalah Theodolit dan Waterpass.
4. Direksi Keet di Lokasi Proyek
Penyedia Jasa Penyedia jasaan harus menyediakan sebuah Direksi Keet dengan ukuran sesuai
dengan kebutuhan dan peralatan yang cukup, dan dilengkapi antara lain :
a. Buku DIREKSI
b. Buku Ijin pasang/request
c. Buku Tamu
d. Buku catatan penerimaan bahan
e. Buku catatan peralatan dan jumlah tenaga kerja tiap hari
f. Buku catatan keadaan cuaca
g. Lembar backup volume pekerjaan
h. Dokumentasi Fisik secara periodik (mingguan dan bulanan, juga progress 0%, 50%, dan 100%)
i. Alat ukur/ meteran, dan
j. Peralatan K3 seperti Alat Pelindung Diri (APD) berupa helm, rompi safety, sepatu safety.
C. HAL-HAL LAIN
1. Selama berlangsung pekerjaan, penyedia jasa harus dapat menjaga lingkungan sekitarnya supaya
tidak terganggu oleh jalannya kegiatan.
2. Site Management untuk perletakan stokyard pancang, direksi keet dan akses untuk jalan wajib
diserahkan penyedia jasa pada saat 3 hari setelah uitzeet untuk mengefektifkan lahan kerja.
3. Penyedia Jasa harus memperhitungkan penyediaan air kerja untuk keperluan bangunan, air minum
pekerja dan untuk keperluan lain, baik dengan sumur pompa atau cara-cara lain yang diizinkan
Pemberi Tugas atau wakil Pemberi Tugas di lapangan.
4. Penyedia jasa menyediakan steger/perancah untuk mempermudah metode pekerjaan jika diperlukan.
5. Jika penyedia jasa membuat kotak adukan (dolak) maka dapat menggunakan material dari kayu
dengan ukuran 40cmx50cmx25cm yang digunakan untuk tempat mencapur/mengaduk spesi dan
memperhatikan kebersihan sekitar dengan membersihkan sisa-sisa adukan yang tumpah ke area
sekitar.
Pasal 06
PEKERJAAN TANAH
A. LINGKUP PEKERJAAN
1. Semua pekerjaan yang membutuhkan penggalian antara lain:
a. Pembersihan Lahan;
b. Pembuatan pondasi;
c. Stripping tanah humus/ Galian tanah lumpur;
d. Pengangkutan tanah galian dan penimbunan.
2. Pengurugan yang meliputi :
a. Pengurugan tanah/pasir untuk perataan peil bangunan dalam gedung.
b. Pengurugan tanah kembali yang digali dalam rangka pelaksanaan pekerjaan kontruksi baik
dengan tanah maupun pasir.
3. Pemadatan:
Pekerjaan pemadatan meliputi pekerjaan pemadatan tanah, urugan pasir dalam rangka perbaikan
tanah maupun pelaksanaan konstruksi.
Pasal 07
PEKERJAAN PONDASI
A. LINGKUP PEKERJAAN
1. Pematangan lahan pemancangan;
2. Mobilisasi dan demobilisasi tiang pancang;
3. Pemancangan pondasi tiang pancang;
4. Membuat pondasi dengan batukali belah;
5. Lapisan tanah di bawah pondasi harus dipadatkan dengan stamper.
Pasal 08
PEKERJAAN BESI, BETON, DAN BEKISTING
A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan Beton adalah :
1. Semua Pekerjaan Beton tak bertulang meliputi :
a. Neut /Kaki Kuzen;
b. Pengisian Lubang angkur / membungkus angkur. (Grouting)
c. Pekerjaan Rabat Beton dan Lain-lain sesuai gambar.
2. Semua pekerjaan beton bertulang antara lain :
Sloof, Kolom, Ringbalk, Plat lantai, konsol dll, disesuaikan dengan gambar rencana.
3. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disediakan untuk
kegiatan ini.
D. PEDOMAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti semua ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 terutama yang
menyangkut metode pekerjaan beton struktur.
1. Tata Cara Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan pada umumnya harus sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
b. Penyimpanan Semen
i. Semen harus didatangkan & disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat semen harus
sama dengan yang tercantum dalam zak,
ii. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca,
berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah,
iii. Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras jika ada bagian yang mulai mengeras,
bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian
yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat semen.
c. Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen dalam jumlah yang sama
dengan syarat bahwa kualitas beton yang dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta
perencana.
d. Penyimpanan Besi Beton
i. Besi beton disimpan dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu sehingga bebas dari
tanah (minimal 20 cm) ;
ii. Besi beton harus disimpan bebas dari lumpur, minyak atau zat asing lainnya.
e. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan lain
jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya dengan
tanah.
2. Bekisting Yang Digunakan
a. Bekisting menggunakan bekisting sistem (less nail/sedikit paku) yang mudah cara pemasangan
dan pembongkarannya.
b. Bekisting harus dibuat dari multiplek tebal 9 mm (seperti multiplek/plywood/phenolic) dengan
rangka kayu yang kuat tidak mudah berubah bentuk dan jika diperlukan menggunakan baja (siku)
/ hollow 40x40mm sebagai rangka penguat bekisting;
c. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk yang nyata dan
harus dapat menampung bahan-bahan sementara sesuai dengan jalannya kecepatan
pembetonan ;
d. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan bergeraknya
bekisting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus cukup rapat untuk
menghindarkan keluarnya adukan (mortar leakage) ;
e. Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur sehingga Pengawas
Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen atas kekurangannya dapat mudah dilakukan.
f. Penyusunan bekisting harus sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkarannya tidak akan
merusak dinding, balok atau kolom beton yang bersangkutan ;
g. Pada bagian terendah pada setiap phase pengecoran dari bekisting kolom atau dinding, harus
ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan ;
h. Kayu bekisting (plat, balok, kolom) harus dilapisi minyak/oli terlebih dahulu sebelum pengecoran ;
i. Pengolesan oli/minyak secukupnya (khususnya balok dan kolom), sehingga tidak menimbulkan
endapan-endapan minyak/oli ;
j. Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau silangan-silangan
bekisting menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa ;
3. Pembongkaran Bekisting
a. Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain
dalam gambar, harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03.Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih
dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut
harus disetujui oleh Pengawas Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang cukup untuk
memikul 2x beban sendiri. Bila akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan
bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
c. Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak
pada Penyedia Barang/Jasa, dan perhatian Penyedia Barang/Jasa mengenai pembongkaran
cetakan ditujukan ke SKSNI T-15-1991-03 dalam Pasal yang bersangkutan.
d. Pembongkaran harus memberi tahu Pengawas Lapangan / Pejabat Pembuat Komitmen bila
mana ia bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan
minta persetujuannya, tapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti Penyedia Barang/Jasa
terlepas dari tanggung jawabnya.
e. Dilakukan pengecekan pasca pelepasan bekisting/cetakan.
f. Hasil cetakan bekisting harus presisi dan tidak menggelembung/hamil. Sudutan-sudutan rapi dan
tidak gompal.
4. Kualitas Beton
a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah dengan f 'c = 29,05 MPa (K-350).
Sedang beton praktis dengan f 'c = 14,5 Mpa. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam SKSNI T-15-1991-03 ;
b. Penyedia Barang/Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk memenuhi kualitas
beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan
Trialmix ;
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang disebut dalam SKSNI
T-15-1991-03 ;
d. Pada masa permulaan pembetonan Penyedia Barang/Jasa harus membuat minimum 1 benda uji
per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Pengambilan
benda-benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan ;
e. Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat,
laporan tersebut harus disahkan oleh Pengawas Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristiknya ;
f. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 10cm maximum 14 cm.
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
i. Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekesting) ;
ii. Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
iii. Cetakan di isi sampai kurang lebih 1/3 nya kali dengan besi dia. 16 mm panjang 30 cm
dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru) ;
iv. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapis ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapis yang dibawahnya ;
v. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur
penurunannya (slumpnya).
g. Pengujian kubus atau silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
Pengawas Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen;
h. Perawatan kubus atau silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang
air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka ;
i. Jika dianggap perlu, maka Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan percobaan silinder umur 7
(tujuh) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya tidak boleh kurang 65% kekuatan yang diminta
pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton ditempat dengan cara-cara yang ditentukan
dalam SKSNI T-15-1991-03 dengan biaya ditanggung Penyedia Barang/Jasa ;
j. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah seluruh
komponen adukan masuk dalam mixer ;
k. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang
tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen beton ;
l. Pemadatan beton sebaiknya menggunakan vibrator.
5. Penggantian Besi
a. Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan supaya besi yang dipasang benar sesuai dengan
apa yang tertera dalam gambar ;
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Barang/Jasa atau pendapatnya
mengalami kekeliruan, kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada maka :
i. Penyedia Barang/Jasa dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan kepada Pengawas
Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen Lapangan untuk sekedar informasi.
ii. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Penyedia Barang/Jasa sebagai kerja tambah,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
Pengawas Lapangan dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen ;
iii. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat
dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana.
Mengajukan usul dalam rangka kejadian tersebut diatas adalah merupakan juga kewajiban
bagi Penyedia Barang/Jasa.
c. Jika Penyedia Barang/Jasa tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter
terdekat dengan syarat :
i. Harus ada persetujuan dari Pengawas Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen;
ii. Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar ;
iii. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut
atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi
Berdasarkan SNI 07-2052-2002 Baja Tulang Beton, ditentukan :
Tabel 3. Toleransi Besi
No. Diameter (d) (mm) Toleransi (mm) Penyimpangan kebundaran (%)
1 6 ± 0,3 Maksimum 70 dari batas toleransi
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5
4 28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6
5 d > 34 ± 0,8
CATATAN :
1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum dan minimum
dari hari pengukuran pada penampang yang sama dari baja tulangan beton
2. Untuk baja tulangan beton sirip, d = diameter dalam
6. Pengecoran Beton
a. Sebelum dilakukan pengecoran dilakukan pembersihan secara manual maupun mekanis
(menggunakan kompresor) supaya tidak tertinggal sampah/kotoran-kotoran/serbuk-serbuk kayu
di lokasi yang akan digunakan untuk pengecoran, sehingga tidak mengurangi mutu dari beton
yang dilakukan pengecoran;
b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan menggunakan cara
(metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat
dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar ;
c. Jika digunakan beton ready mix harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan / Pejabat
Pembuat Komitmen, baik mengenai nama perusahaan, alamat maupun kemampuan alat-alatnya ;
d. Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan Pengawas Lapangan /
Pejabat Pembuat Komitmen, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan ;
e. Semua alat-alat pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa
adukan yang mengeras ;
f. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa oleh dan mendapat persetujuan tertulis Pengawas Lapangan/Pejabat Pembuat
Komitmen ;
g. Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu tanpa berhenti untuk keseluruhan dari seluruh 1
(satu tiang) dan diberi tanda maupun tanggal pengecorannya ;
h. Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan
menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan pengendapan agregat (jarak
penuangan max. 50cm) ;
i. Beton dipadatkan dengan menggunakan suatu vibrator selama pengecoran berlangsung dan
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi tulangan ;
j. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin efisiensinya tanpa
adanya penundaan ;
k. Pemadatan beton secara berlebih-lebihan sehingga menyebabkan kebocoran-kebocoran melalui
acuan dan lain-lain harus dihindarkan.
l. Sambungan pengecoran yang dilakukan pada waktu yang berbeda harus dilapisi cairan kalbon
dan diberi waterstop.
9. PERAWATAN BETON
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat ;
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan ;
c. Beton harus dibasahi terus menerus selama minimal 10 hari sesudah pengecoran (curing).
Pasal 07
PEKERJAAN PAS ANG AN BATA RING AN
1. PekerjaanPasanganBataRingan
a. LingkupPekerjaan
1) Pekerjaaninimeliputipenyediaantenagakerja,bahan-bahan,peralatandan
alat-
alatbantuyangdibutuhkandalamterlaksananyapekerjaaniniuntukmendapat
kanhasilyangbaik.
2) Lingkuppekerjaanbataringaninimeliputipekerjaanpasangan,plesteran, dan
acian.Sesuai yangdisebutkan/ditunjukkandalamGambarKerja
b. SpesifikasiBahan/Material
1) BataRingan
Spesifikasibataringanyangdigunakandenganuk
uran:
a) Panjang(L)
600mm
b) Tinggi(H)
200mm
c) Tebal(W)
100mm
d)
BeratJenisKering(P)±525kg/m
3 e)
BeratJenisPerencanaan(P)±6
00 f) KuatTekan(σ)≥4,0N/mm²
g)
KonduktivitasTermis(λ )0,14W/TimTekni
s
2) MortarInstan(AcianPlesterandanBeton)
Pekerjaaninimeliputipengadaanbahan,peralatan,tenagadanpelaksanaan
pekerjaanplesterdanadukanpadadinding-dindingdanbagian-bagianlain
bangunan,sepertiyangterterapadagambarkerja.
a)
Ref
ren
si:
a) StandarprodukmerujukkepadaEN998–part1
b) StandartescompressivestrengthmerujukkepadaDIN 18555–part3
c) StandartesadhesionstrengthmerujukkepadaEN1015:12
b) Mortarinstanyangdigunakanuntukperekatbataringandenganspesifikasi
Bentuk Bubuk
Warna Abu-abumuda
Perekat SemenPortland
BahanPengisi(Filler) Guna
meningkatkankepadatansertamenguran
Aditif giporositasbahanadukan
Bahantambahanyang larutdalamair
gunameningkatkankelecakan/
workabilitydandayarekat
KebutuhanAir 13–14liter/sak40kg
Dayasebar ±20m2 /sak40/tebalaplikasi1.5mm
Beratjenis(basah) 1.7Kg/liter
TebalAplikasi ±1.5mm
PotLife:@35oC 2jam
TebalAplikasi 1–3mm
KuatRekat 0,4–0,6N/mm2@28hari(EN1015:12)
KuatTekan 10–12N/mm2@28hari(DIN18555Part
3)
Pasal 08
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
A. LINGKUP PEKERJAAN
A.1. Memplester dan mengaci semua bidang pasangan bata, kolom, balok dan pekerjaan beton lainnya;
A.2. Membuat sponengan sudut;
A.3. Plesteran dan acian pekerjaan pasangan lainnya seperti dalam gambar rencana.
B. BAHAN MATERIAL
B.1. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 6 pasir digunakan untuk permukaan-permukaan dinding pasangan
batu bata merah.
B.2. Plesteran trasram dengan campuran 1Pc:3 pasir digunakan untuk permukaan beton.
B.3. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4pasir digunakan untuk pekerjaan Septic tank.
Pasal 09
PEKERJAAN DAUN JENDELA KACA,
KUSEN JENDELA DAN PINTU ALUMINIUM
A. LINGKUP PEKERJAAN
A.1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan yang diperlukan,
peralatan termasuk alat-alat bantu dan pengangkutan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan ini sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal.
A.2. Meliputi kegiatan:
a. Pemasangan kusen pintu / jendela kaca dari bahan Aluminium
b. Pemasangan daun pintu/jendela Aluminium
c. Pemasangan hardware/kelengkapan pengunci.
B. PEDOMAN STANDAR
Semua pekerjaan harus dikerjakan menurut instruksi pabrik/produsen dan standard-standard antara lain :
1. The Alumunium Association (AA)
2. Architectural Alumunium Manufacturers Association (AAMA)
3. American Society for Testing Materials (ASTM)
C. BAHAN MATERIAL
Untuk kosen pintu, jendela dan plat alumunium akan digunakan produksi ALEXINDO warna Coklat 4” tebal
1mm atau setara dengan memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Produksi dalam negeri yang baik (sesuai SII extrusi 0695-82 dan SII jendela 0549-82).
2. Alloy 6063 T5/Billet yang digunakan harus aslinya (tidak terbuat dari bahan serap/sisa).
3. Seluruh pekerjaan alumunium pada bagian dalam ruang (interior) menggunakan natural bahan.
4. Desain dan dimensi pintu sesuai dengan gambar kerja (shopdrawing).
5. Kaca untuk semua bidang pintu menggunakan kaca bening tebal 5 mm dan pemasangannya harus
diberi toleransi secukupnya untuk kemungkinan pemuaian.
6. Profile :
Ketebalan profil min : 1 mm
Ketebalan warna : 18 micron
7. Kelengkapan Alumunium :
✓ Joint Backer : Polyutrane foam, tidak menyerap air, kepadatan 65-96 kg/m3, penampang 25%
lebih besar dari celah yang ada.
✓ Neoprene : Jenis extrusion, tahan terhadap matahari,oksidasi dengan kekerasan 60-80
durometer.
✓ Sealant : Silicon sealant
✓ Bagian lain dilapis zinchromat.
✓ Kunci-kunci : (lihat pekerjaan kunci penggantung).
✓ Kaca : (lihat pekerjaan kaca).
✓ Dan lain-lain sesuai yang disyaratkan untuk pekerjaan alumunium.
8. Contoh/Sampel
Kecuali ditentukan lain, maka semua contoh harus disertakan dan contoh extrusion tidak kurang dari
30x30 cm2, dengan ketebalan seperti yang ditentukan untuk proyek tersebut. Contoh (Mock up) harus
dengan ukuran 1:1.
D. METODE PELAKSANAAN
D.1. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)
a. Gambar pelaksanaan menunjukkan ukuran, besaran-besaran ketebalan, kekuatan, alloy,
tempers, finish, detail-detail pertemuan dan hubungannya dengan konstruksi secara keseluruhan.
b. Semua pekerjaan yang akan dirakit dan dipasang harus sesuai dengan desain arsitek dan
gambar kerja yang disetujui Perancang.
D.2. Pekerjaan Persiapan
a. Periksa semua ukuran di gambar kerja dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan sebelum
dilakukan penyetelan. Setiap terdapat perbedaan segera diberitahukan kepada Direksi Lapangan
dan Direksi Lapangan akan memberikan keputusan tentang perbaikannya.
b. Tanda-tanda cacat akibat proses anodizing seperti "rock" atau "gripper" pada permukaan
alumunium harus diganti atas biaya Penyedia Barang/Jasa.
D.3. Pekerjaan Pelaksanaan
a. Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kosen alumunium beserta kaca harus
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa Alumunium yang ahli dalam bidangnya dan disetujui
Direksi Lapangan.
b. Untuk mendapat ukuran yang tepat, Penyedia Barang/Jasa Alumunium harus datang ke lapangan
dan melakukan pengukuran.
c. Untuk mendapat hasil yang baik, pembuatan / penyetelan kosen alumunium harus dilakukan di
pabrik secara maksimal dan di lapangan tinggal pasang.
d. Antara tembok/kolom/beton dan kosen alumunium harus diisi dengan "sealant" yang elastis.
e. Pemasangan kaca pada kosen alumunium harus diisi dengan "sealant" dan karet gasket.
f. Semua detail pertemuan harus halus, rata dan bersih dari goresan serta cacat yang
mempengaruhi permukaan alumunium.
g. Sambungan-sambungan vertikal maupun horizontal, sambungan sudut maupun silang, demikian
juga pengkombinasian profil-profil dari bahan stainless steel.
h. Kaca tidak boleh bergetar dan beri tanda setelah terpasang.
i. Pemasangan rangka alumunium dan kaca harus memperhatikan faktor-faktor akustik ruang,
sehingga tidak ada kebocoran suara.
D.4. Hubungan dengan Material Lain
Apabila aluminium berhubungan dengan besi, maka besi harus dilapis dengan zinc chromate +
bitumen.
D.5. Perlindungan Bahan
Perlindungan terhadap alumunium seluruhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa, oleh
karenanya Penyedia Barang/Jasa wajib memberikan perhatian mengenai cara-cara pengangkutan,
penyimpanan dan lain-lain dengan cara terbaik.
D.6. Pengetesan
a. Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan pengetesan dengan hasil yang baik, jika hasil
pengetesan gagal, Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan perbaikan dan pengetesan ulang
hingga mencapai standard test yang disyaratkan. Biaya test dan lain-lain menjadi tanggung jawab
Penyedia Barang/Jasa.
Pasal 10
PEKERJAAN LANTAI UBIN KERAMIK
DAN PAVING
A. LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan peralatan dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan penyelesaian lantai sesuai dengan gambar kerja dan bill of quantity.
Pekerjaan lantai yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan lantai keramik.
b. Pekerjaan keramik dinding.
2. Penyedia Jasa diharuskan memberikan contoh-contoh bahan lantai yang akan dipasang khususnya
untuk di seleksi kualitas, warna, tekstur, bahan lantai untuk mendapat persetujuan dari Pengawas
Lapangan.
3. Pekerjaan lantai dan dinding yang akan dilaksanakan sesuai dengan bill of quantity.
4. Keramik yang dipasang merupakan keramik dengan kualitas/grade 1.
5. Pengadaan material, pemasangan, dan serah terima pekerjaan paving.
B. BAHAN MATERIAL
Tabel 4 Tabel Kelas Keramik
UKURAN
KERAMIK JENIS/ MERK KELAS
(cm)
KIA, ROMAN, KOBIN, IKEMA, VIRTUS (Gloss Warna Terang, Gelap, Tekstur) A
40X40 PICASSO, MILAN, SUN POWER,PEGASUS, PRIMA (Gloss Warna Terang,
B
Gelap, Tekstur)
KIA (Motif Doff), ROMAN (Motif Batik) (Motif Kilap) A
IKAD, IKAD TEKSTUR, ASIA TILE GELAP (Polos Motif Kilap) B
30X30
IMPRESSO (Motif Doff) C
IKEMA, ASIA TILE PUTIH (Polos Motif Kilap) D
SIGNATUR TIMBUL, PLATINUM DECOR EDITION, KIA, SUNPOWER,
CONCORD, KENOVA (gloss), PEGASUS,SIGNATUR,ACCURA,CANNES (motif A
tekstur), CANNES (motif Tekstur Doff),
25x40
SIGNATUR, PEGASUS, ACCURA,PLATINUM,KOBIN,GARUDA (gloss), TIERA
B
TILE, SUNPOWER (motif tekstur), ACCURA, PLATINUM (Motif Tekstur Doff)
GRAND ROYAL, PICASSO, ARWANA, MULIA (gloss) C
HABITAT (Motif Kilap) A
25x50 HABITAT (Motif Tekstur Kilap), HABITAT (Putih Polos)(Warna Polos Kilap) B
Delta (Warna Motif Kilap) D
UNO (Warna Motif Kilap) E
20X20 KIA, IKAD, PEGASUS, SIGN VANITY (Gloss) A
IKEMA A
20x25 IKAD, GARUDA, PICASSO B
MULIA, IMPRESSO, GARUDA, PEGASUS, KIA, ASIA TILE C
KERAMIK DINDING A
KERAMIK DINDING B
30X60
KERAMIK DINDING C
KERAMIK DINDING D
KERAMIK DINDING E
KERAMIK DINDING F
IKAD, TIERRA TILE, MASS, KOBIN, EXCELSIOR, ASIA TILE, SLM, IKAD
A
(Antislip)
25X25
MULIA, SIGNATUR, SCANIA, MASS,ACCURA (Antislip) B
ARWANA (Antislip) C
Niro (ines), Niro (celia), Golf Gress (Gloss Warna Muda), Valentino motif (Gloss
Warna Muda), Citi Gress (super white), Citi Gress (crystal white) (Gloss Warna
Muda), Citi Gress (ivory), Valentino (polos), Garuda (Gloss warna muda), Citi
Gress motif (Gloss warna muda), Roman (Doff warna muda), Garuda (Santa Ve),
Homog
Valentino (Gloss warna Tua), Golf Gress, Garuda (Gloss warna Tua), Indogress
enous
60x60 (Gloss warna Tua), Citi Gress (Pulati Black, Pulati Red, Oval Black) (Gloss warna
Tile
Tua), Citi Gress (JTE 605 black) (Gloss warna Tua), picasso (shima M-beige-1 &
shima M-brown-1) (Gloss warna Tua), garuda (tibegris grey) (Tekstur warna
Muda), roman (reflex white) (Tekstur warna Muda), roman (adelaide bone)
(Tekstur warna Muda), garuda (graceto black) (Tekstur warna Tua), indogress
(black sea) (Tekstur warna Tua), Roman (Tekstur warna Tua)
C. METODE PELAKSANAAN
C.1. Keramik Lantai :
a. Pelaksanaan denah lantai keramik dengan ukuran yang dipasang disesuaikan dengan gambar
kerja (shopdrawing).
b. Keramik yang akan dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran
masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang gompal, retak maupun cacat, dan,
c. Pekerjaan pemasangan lantai keramik bias dimulai dan dilaksanakan apabila Penyedia Jasa telah
membawa contoh-contoh keramik yang telah disetujui Pengawas Lapangan.
d. Sebelum pemasangan keramik untuk toilet (lantai dasar), terlebih dahulu dipasang pasir urug,
minimal setebal 10cm, tanah telah dipadatkan, selanjutnya dibuat lantai kerja minimal tebal 5cm
campuran 1Pc: 3Pasir: 5split.
e. Pemotongan keramik harus dilakukan dengan menggunakan mesin potong, bekas potongan
harus digerinda dan diamplas sampai halus dan rata. Perlu dihindari pemotongan keramik yang
<½ x lebar / panjang ukuran standar.
f. Bahan keramik sebelum dipasang harus dipasang direndam dalam air bersih (tidak mengandung
asam alkali) sampai jenuh.
g. Adukan yang dipergunakan campuran 1PC:3Pasir untuk lantai keramik.
h. Bahan pengisi adalah grout semen berwarna yang sesuai dengan warna keramik yang
digunakan.
i. Pemasangan keramik harus rata, datar, alur-alurnya lurus.
j. Apabila hasil pemasangan keramik tidak rapi, tidak membentuk garis lurus, retak dan hasil
bergelombang, maka Penyedia Jasa harus mengganti/ mengulangi pekerjaan dengan biaya
ditanggung sendiri oleh Penyedia Jasa.
k. Pemasangan keramik dilakukan setelah semua pekerjaan selesai kecuali pekerjaan cat.
l. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan
hingga betul-betul bersih.
C.3. Paving
a. Material paving yang digunakan bermutu K-250, t = 6 cm yang diproduksi dengan pasir Lokal
(sekelas JKB).
b. Sebelum pemasangan paving, penyedia jasa mengajukan request terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas/Pengawas/PPTK/PPK kemudian dilakukan pembersihan lapangan terlebih
dahulu.
c. Material yang digunakan berkualitas baik, tidak cacat, dan sesuai dengan mutu yang diharapkan.
Pasal 11
PEKERJAAN LANTAI HOMOGENEOUS TILE
A. LINGKUP PEKERJAAN
A.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan material/bahan, tenaga kerja, peralatan serta alat-alat bantu
lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.
A.2. Pekerjaan lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar sebagai alas
lantai finishing.
B. PERATURAN RUJUKAN
SII - 0379 – 80 dan PUBI – 1982
Pasal 12
PEKERJAAN PLAFOND/ LANGIT-LANGIT
A. LINGKUP PEKERJAAN
A.1. Pemasangan kerangka langit-langit.
A.2. Pemasangan hanger untuk rangka plafond.
A.3. Pemasangan penutup langit-langit.
A.4. Pemasangan tepi langit-langit / List Plafond.
A.5. Pekerjaan compound pada plafond.
B. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
B.1. Pemasangan kerangka langit-langit yakni :
a. Menggunakan rangka metal Hollow 35.35.0,25mm sehingga membentuk bidang datar dengan
modul/grid 60x60 cm.
b. Rangka langit-langit dibuat sedemikian rupa sehingga tidak melentur.
c. Hubungan dengan klos harus rapi dan lurus, sudut pertemuan harus siku sambungan-sambungan
tidak boleh melentur.
B.2. Pemasangan penutup langit-langit pada :
a. Wet Area : Menggunakan bahan Kalsiboard 120x240cm (tebal 4mm) sekelas GRC sesuai
dengan gambar.
b. Dry Area : Menggunakan bahan Gypsumboard tebal 9mm sekelas Knauf sesuai dengan
gambar.
c. Pemasangan langit-langit dilaksanakan sedemikian rupa sehingga permukaan plapond
membentuk garis lurus(rata).
B.3. Pemasangan tepi langit-langit / List Plafond dengan material gypsum 8cm dan 10cm, dipasang
disesuaikan dengan gambar rencana / shopdrawing.
B.4. Pekerjaan compound pada plafond.
d. Nat plafond harus lurus dan rapat dan dikompon hingga rata.
Pasal 13
PEKERJAAN KERANGKA DAN PENUTUP ATAP
A. LINGKUP PEKERJAAN
A.1. Pembuatan, penyetelan dan pemasangan konstruksi rangka atap.
A.2. Pemasangan penutup atap.
A.3. Pembuatan listplank.
A.4. Pembuatan dan pemasangan canopy.
B. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Persyaratan pelaksanaan pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
B.1. Konstruksi Kuda-kuda
Konstruksi kuda-kuda pada :
a. Menggunakan konstruksi kuda-kuda baja profil 2L.70.70.7 dan 2L.50.50.5 sesuai dengan gambar.
B.2. Konstruksi Gording
a. Menggunakan Gording Dobel Canal (Dobel C125.50.5.2).
B.3. Konstruksi Rangka Atap
a. Rangka Atap (Usuk dan reng) menggunakan material baja ringan dengan ukuran sesuai gambar.
B.4. Penutup atap dan Nok
a. Penutup atap dan Nok menggunakan genteng Keramik M-Class sesuai gambar rencana dan
BoQ dengan kualitas baik.
b. Semua penutup atap dipasang rapi dan tidak bocor serta tidak bergelombang.
B.5. Listplang
Pemasangan lisplank ukuran (2 x 30) cm, kayu kruing.
Pasal 14
PEKERJAAN PENGECATAN
A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan pengecatan antara lain meliputi :
Semua dinding (termasuk dinding partisi), termasuk kolom beton, balok beton, plafond dan konsol baik
kayu dan beton, baikpermukaan besi dan permukaan kayu.
B. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
B.1. Cat Tembok
a. Cat dinding tembok baru (1 lapis cat dasar, 3 lapis cat penutup) dipakai cat sekelas Catylac untuk
Eksterior;
b. Cat dinding tembok baru (1 lapis cat dasar, 3 lapis cat penutup) dipakai cat sekelas Catylac untuk
Interior;
c. Pada permukaan yang akan dicat tembok, terlebih dahulu dilakukan pengamplasan atau
perataan.
d. Pekerjaan dilakukan berulang kali sampai mendapatkan warna yang merata.
B.2. Cat Plafond (3 lapis) menggunakan cat sekelas Decolith.
B.3. Pengecatan bidang kayu baru (1 lapis plamuur, 1 lapis cat dasar, 3 lapis cat penutup) sek. Avian.
B.4. Pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam PBBI1961.
B.5. Cat yang akan digunakan berada dalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak pecah atau bocor
dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Penyedia jasa bertanggung jawab bahwa warna
dan bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai dengan persetujuan Pengawas Lapangan.
B.6. Pekerjaan pengecatan tidak boleh dimulai, sebelum dinding atau bagian yang akan dicat selesai
diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
B.7. Sebelum dicat bagian-bagian yang retak, pecah atau kotor harus dibersihkan.
Pasal 15
PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITASI
A. LINGKUP PEKERJAAN
A.1. Meliputi semua tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dan digunakan serta
berhubungan dengan pekerjaan perlengkapan sanitasi dengan gambar rencana dan Spesifikasi
Teknis.
A.2. Khusus untuk fitting-fitting, stopkran dan perlengkapan sanitasi lainnya, penyedia jasa harus
memberikan contoh sesuai yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis untuk disetujui Pengawas
Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen.
A.3. Pekerjaan perlengkapan sanitasi tidak dapat terlepas dari pekerjaan mekanikal/ plumbing.
B. BAHAN
B.1. Perlengkapan sanitasi harus dilengkapi fitting-fitting, stop kran dan perlengkapannya.
B.2. Barang yang dipakai mempunyai permukaan yang halus, licin dan mengkilap dari bahan keramik
dan granit.
B.3. Perlengkapan Sanitasi terdiri dari:
a. Kloset jongkok sekelas TOTO warna putih;
b. Kran air stainless steel ½” sekelas Onda;
c. Floor drain plastik sekelas Dupon;
d. Washtafel ukuran kecil sekelas Toto;
e. Septictank ukuran 1,5x2x2m include peresapan;
f. Pemasangan pipa PVC tipe AW dengan diameter ½ inch, ¾ inch, 2 inch, 3 inch dan 4 inch,
g. Tangki Water Turn sekelas Pinguin (include accessories),
C. PERSIAPAN
C.1. Pada saat pekerjaan plesteran dilaksanakan, Penyedia Jasa harus menentukan letak klos-klos kayu
untuk pemasangan lavatory fixtures, dll.
C.2. Sebelum pemasangan pelapis dinding, Penyedia Jasa wajib memeriksa tempat-tempat yang akan
dipasang perlengkapan sanitasi dan memasang klos-klos kayu yang belum terpasang, memeriksa
instalasi air yang akan dihubungkan dengan perlengkapan sanitasi.
C.3. Pemasangan perlengkapan sanitasi dilaksanakan setelah pekerjaan lantai dan pekerjaan
penyelesaian dinding.
D. PELAKSANAAN
D.1. Perlengkapan sanitasi dipasang sesuai dengan gambar kerja;
D.2. Semua perlengkapan sanitasi dipasang ke dinding atau ke lantai dengan cara yang baik atau
sambungan-sambungannya kokoh dan tidak merusak fitting;
D.3. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik tanpa kebocoran dan tidak miring;
D.4. Untuk posisi kloset terutama kloset monoblock/duduk dan kloset jongkok tidak terlalu dekat dengan
dinding, diberi jarak samping minimal 20cm dari dinding.
D.5. Selesai dipasang wajib diadakan test dan disaksikan oleh Pengawas Lapangan, dimana biaya
pengujian pemeriksaan dan kerusakan material adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pasal 16
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
A. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan pada Pekerjaan Instalasi Listrik berupa :
A.1. Pemasangan Instalasi Penerangan Listrik.
A.2. Pemasangan stopkontak, sakelar.
A.3. Pemasangan sekeringbox.
A.4. Pemasangan lampu-lampu,
A.5. Pemasangan Panel Box MCB include accessories,
A.6. Pemasangan Penangkal Petir.
B. SPESIFIKASI MATERIAL
B.1. Lampu-lampu dalam gedung menggunakan :
a. Lampu RMI 2x18 watt sekelas SUI;
b. Lampu SL 18 watt sekelas Philips;
c. Lampu LED Kotak 18watt sekelas Philips.
B.2. Fitting = Fitting downlight 4” sekelas Panasonic.
B.3. Saklar, Stopkontak, Stopkontak AC menggunakan sekelas Panasonic.
B.4. Penangkal Petir Elektrostatis (include grounding dengan ketahanan tanah < 5 ohm, kaber penyalur
berupa Kabel BC (Bare Copper) kabel NYY dilindungi pipa conduit, Head Terminal)
C. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
C.1. Semua komponen memenuhi syarat dari PLN.
C.2. Semua pekerjaan listrik diserahkan kepada PLN atau instalatir yang diakui PLN. Semua komponen
dalam keadaan baru dan baik. Pada prinsipnya pipa listrik dan lainnya tertanam. Saklar dipasang in
bow pada ketinggian 1,5m. Sekering box dipasang pada ketinggian 180cm. Pemasangan instalasi
listrik sampai menyala.
C.3. Kabel-kabel instalasi menggunakan kabel SNI, merek sekualitas: supreme, kabe lmetal, Indokabel
dan trakokabel atau setara.
a.Kabel
MDP NYY
Kabel produksi dalam negeri yang sudah mendapat sertifikat dari LMK/SPLN/SNI.
Penarikan kabel NYM dalam pipa PVC ex Clipsal/boss, Ega, legrand tipe high conduit impact di
atas kabel tray/ duct.
Type kabel tray type SLU dengan ketebalan 1,8 mm finish powder coating
Merk kabel tray / kabel ladder : Saka Tray, Elpro dan Tri Abadi tray
Kabel Utama
• Pemasangankabelmemenuhipersyaratandaripabrikkabel dan persyaratanumum yang berlaku.
• Sebelumpenarikankabeldimulai,
PemborongharusmenunjukkankepadaPengawaspekerjaanalat roll tersebutsertaalat-
alatlainnya.
• Kabel dalambangunan
Penunjuk arus, frekunesi an tegangan, untuk LVMDP alat ukur menggunakan digital power meter.
.
5. Semua panel harus dilengkapi dengan tiga buah neon indikator
Pemasok harus melengkapi penawarannya dengan sertifikat pengujian jenis sesuai dengan standar IEC, dan
pengujian rutin yang dilakukan di pabrik.
Jika dikehendaki, owner dan PLN dapat menyaksikan pengujian rutin yang dilakukan oleh pabrik.
5.2 Program Jaminan Kualitas
Pemasok harus mempunyai program yang menjamin kualitas dari peralatan yang dihasilkan dimulai dari
rancangan, pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan purna jual, sehingga sesuai dengan spesifikasi
ini, dan standar internasional seperti ISO 9001 atau Standar Nasional Indonesia (SNI-19-9001).
Program jaminan kualitas tersebut harus diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional, atau oleh
badan badan internasional lainnya yang telah diakui secara internasional.
Spesifikasi umum :
• • Main Distribution Panel dan Sub Distribution Panel harus tertera seperti pada gambar dan dibuat
mengikuti standard SNI-IEC 61439-1&2.
• • Seluruh assembly termasuk housing, busbar, alat – alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba
dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
• • Main Distribution Panel dan Sub Distribution Panel harus dari jenis In-door type yang terbuat dari plat
baja galvanized, dimana mempunyai ketahanan terhadap tumbukan (IK = 10), lipatan dan bentuk sudut melalui
proses mekanis.
• • Form Segregasi dari Main Distribution Panel dan Sub Distribution Panel untuk Incoming dan outgoing
menggunakan Form 2B (minimal) yang mengikuti standard SNI-IEC 61439-1&2.
• • Setiap Main Distribution Panel dan Sub Distribution Panel harus mempunyai kWH meter / Power
Meter dengan jenis digital.
• • Komponen pengaman yang dipakai pada Main Distribution Panel dan Sub Distribution Panel antara
lain :
• 1. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)
Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) harus memenuhi standard IEC 60749-2 & SPLN
- Rating Arus : 16 A (minimal) – 630 A
- Insulation Rating : 690 V AC
- Impulse withstand voltage : 8kV
- Rated Breaking Capacity : 25 kA (minimum) – 50kA
- Ics : 100 % Icu
- Relay : Thermal-magnetic & Electronic release
- Untuk MCCB dengan kapasitas kurang dari atau sama dengan 160 A menggunakan unit trip dengan jenis
thermal magnetis.
- Untuk MCCB dengan kapasitas antara 80A sampai dengan 400A menggunakan unit trip electronic dengan
setelan waktu tunda yang dapat dirubah.
- Antar CB dengan Down Stream adalah Full Discrimination sampai fault breaking capacity dari hilir pemutus
sirkuit didukung oleh grafik dari produsen MCCB.
- MCCB di rancang dengan teknologi pemutusan Roto-Active, memberikan kehandalan dalam “Current Limiting
Capacity” dengan Cascading (meningkatkan fault breaking kapasitas downstream pemutus sirkuit) dengan chart
dari produsen MCCB.
89
- Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) memiliki modul komunikasi yaitu Modbus/Ethernet, yang diperlukan
untuk mengintegrasikan pemutus (breaker) kedalam sistem supervisi, sehingga fungsi proteksi, kontrol dan
monitoring dapat dilakukan dari jarak jauh.
- Trip Unit elektronik MCCB harus memiliki LED self-test penyediaan indikasi untuk check keafiatan.
- Proteksi ground fault harus menggunakan modul langsung bertindak (tanpa menggunakan kumparan shunt /
bawah tegangan atau wirings eksternal).
- Trip Unit elektronik akan menawarkan pengukuran tanpa modul tambahan dengan parameter seperti saat ini,
tegangan, listrik, energi, THD, disertai sejarah perjalanan, memakai kontak, profil beban.
2. Kontaktor
b. Setelah semua instalasi selesai dipasang aliran listrik telah dimasukkan, maka jaringan instalasi harus di-tes
terhadap grup-grup yang telah dipasang apakah telah sesuai dengan gambar.
c. Setelah jaringan dibebani beban terhadap masing-masing fase. Semua bahan-bahan peralatan dan tenaga
yang diperlukan selama testing, balancing commision dan perbaikan atas kerusakan yang timbul sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemborong.
95
11. Dokumentasi Instalasi - 3 (tiga) set : Gambar-gambar instalasi terpasang (as built drawing) yang telah
diperiksa oleh Pengawas Pekerjaan.
- 2 (dua) set : Keterangan hasil baik pemeriksaan instalasi listrik dari PLN SLO.
Pasal 17
PERSYARATAN BAHAN
H. PERATURAN RUJUKAN
Persyaratan Bahan pada pekerjaan ini mengacu kepada spesifikasi material yang sudah ditentukan
standarnya dalam :
✓ SNI Nomor : 6880:2016 tentang : Spesifikasi beton struktural.
✓ SNI Nomor : 1729:2015 tentang : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
✓ SNI Nomor : 7973:2013 tentang : Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu.
✓ SNI Nomor : 03-2459-2002 tentang : Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.
✓ SNI Nomor : 15-2049-2004 tentang : Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC).
✓ SNI Nomor : 15-3500-2004 tentang : Semen Portland campur.
I. STANDARD
4. Syarat Umum
Yang disebut dengan bahan bangunan dalam hal ini adalah semua bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi sebagai tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini
serta gambar kerja, dengan ketentuan :
c. Semua bahan bangunan harus memenuhi standart persyaratan bahan bangunan.
d. Contoh-contoh bahan yang akan digunakan harus diajukan kepada Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan/ PPTK/PPK dan apabila ada yang tidak disetujui segera diganti
yang lain sepengetahuan Pengawas Lapangan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
5. Semua bahan bangunan yang dipakai berkualitas baik dan sesuai dengan syarat yang tercantum
dalam PUBB’71, PBI’71, PMI, AV, PTC, AVE dan PKKI.
6. Penyedia jasa membuat gambar detail pelaksanaan dan contoh bahan bangunan termasuk warna
dan bentuk yang akan dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan dan harus mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
7. Contoh-contoh yang dipakai sesuai dengan macam dan kualitas keadaan bahan bangunan yang
dimaksud.
8. Penyedia jasa mengajukan Approval Material / Request Material kepada Pengawas lapangan terkait
dan PPK untuk disetujui sebelum digunakan/diaplikasikan di lapangan.
9. Air untuk pembangunan dan penyiraman tanaman.
c. Untuk pembangunan, air harus air tawar yang bersih dan bebas mineral, zat organik, tanah
lumpur, larutan alkali dan lain-lain.
d. Jika air untuk pembangunan dari saluran air minum atau sumber air yang ada tidak mencukupi,
maka penyedia jasa harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini, dengan mengadakan
sumber air sendiri atau mendatangkan dari luar yang memenuhi persyaratan.
10. Semen Portland
e. Portland Cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah PC yang memenuhi syarat
yang telah tercantum dalam PBI ’71 atau SNI Nomor : 15-2049-2004 tentang Semen Portland
merk sekualitas Tiga Roda atau sekualitas setara lainnya.
f. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai ditempat pekerjaan.
g. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh digunakan.
h. Metode membuka kemasan semen/PC harus dari atas/bawah, tidak boleh dirobek dari samping,
supaya jika akan disimpan dan digunakan kembali, isi lebih terjaga.
11. Batu Kali
c. Adalah batu belah dipilih jenis keras, tidak berpori, tidak berkulit dengan minimal tiga muka
pecahan yang bergradasi maksimal 30cm.
d. Batu belah yang sudah ditumpuk ditempat pekerjaan harus dalam keadaan siap pakai.
12. Spleet
e. Untuk pekerjaan beton, batu pecah dengan gradasi 2-3cm, bersih dari bahan organik/ kotoran
lain sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu.
f. Untuk pekerjaan perembesan dipakai kerikil dari jenis gradasi 2-3 cm dan 1-2 cm.
g. Untuk pekerjaan rembesan dipakai jenis kwarsa yang keras.
h. Untuk persyaratan spleet disesuaikan PBI ’71.
13. Pasir
f. Pasir memenuhi persyaratan PUBI ’70 Nomor 3.
g. Pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan organik dari lumpur, gradasi pasir
urug minimal 0,35 cm.
h. Pasir aduk adalah pasir yang tidak mengandung bahan organik/ garam/ tidak tercampur tanah
atau bahan yang lain.
i. Pasir beton adalah pasir yang bersih, tidak mengandung bahan organik, kasar, tajam dan
memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI’71.
j. Untuk pasir aduk dan pasir beton tidak boleh menggunakan pasir laut.
14. Batu bata
d. Batu bata yang dipakai kualitas baik, sisi rata tegak lurus.
e. Batu bata yang digunakan dari satu ukuran dan sekualitas.
f. Batu bata yang digunakan produksi daerah setempat.
15. Besi beton dan Bindrat memenuhi syarat PBI ’71.
16. Gudang.
e. Penyedia jasa harus membuat gudang material bangunan dan gudang peralatan pekerjaan.
f. Antara material yang satu dengan yang lainnya harus dipisahkan dan ditempatkan/
dikelompokkan sesuai dengan jenis dan material yang sama.
g. Gudang tidak boleh lembab yang akan mengakibatkan penurunan kualitas dan rusaknya
material.
h. Gudang bahan dan alat ditempatkan sedemikian sehingga tidak menganggu lalu lintas dan
pelaksanaan pembangunan.
DIVISI IV
PEKERJAAN LANSEKAP
Pasal 1
1.4. BAHAN-BAHAN
1.5.1. Umum
1. Elevasi akhir penimbunan yang merupakan elevasi akhir lapisan pendukung, harus tidak
lebih tinggi dan tidak lebih rendah dari 100 mm terhadap ketinggian yang ditentukan dan
harus dapat mengalirkan air permukaan. Kemiringan sisi harus diselesaikan dengan baik
sesuai petunjuk Gambar Kerja.
2. Kontraktor bertanggung jawab menjaga keseimbangan semua timbunan dan mengganti
bagian yang rusak atau yang salah penempatannya karena kelalaian Penyedia Jasa atau
karena keadaan cuaca seperti guyuran air hujan..
3. Semua susunan yang tidak diperlukan seperti pohon, saluran dan struktur sementara yang
tidak boleh berada di tempat harus dibongkar dan dibuang pada kedalaman 900 mm di
bawah elevasi permukaan akhir dan lubang
tersebut harus segera ditimbun dan dipadatkan.
4. Semua bahan konstruksi tidak diijinkan disimpan di lokasi yang disediakan sampai pekerjaan
persiapan dan perataan diserahterimakan seluruhnya dan disetujui Pengawas Lapangan.
5. Sebelum memulai pekerjaan persiapan lahan dan perataan, semua tanah lapisan atas,
pembersihan dan pembongkaran harus telah selesai dikerjakan dan disetujui Pengawas
Lapangan.
6. Peralatan yang digunakan untuk persiapan lahan dan perataan harus dari jenis alat yang
disetujui, yang disesuaikan dengan kondisi tanah pada lokasi dimaksud.
7. Bagian pekerjaan yang telah selesai yang diketahui tidak stabil atau dibawah kelas yang
ditentukan dan tidak sesuai ketentuan, harus diperbaiki dan diratakan kembali oleh Penyedia
Jasa tanpa tambahan biaya.
8. Semua patok pengukuran harus berada di tempatnya, tidak boleh dipindahkan dan tidak
boleh diganti.
9. Setelah semua pekerjaan selesai, semua tonggak atau tiang pengamat yang hancur atau
rusak harus diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
10. Semua peralatan harus dilakukan oleh operator yang ahli agar dicapai hasil yang sesuai
dengan ketentuan Spesifikasi ini, kecuali bagian–bagian yang harus dipadatkan dengan alat
pemadat tangan.
11. Pada setiap akhir pekerjaan, semua lubang harus ditutup atau ditimbun dan lahan yang
terdiri dari tanah lepas harus diratakan dan dipadatkan.
Pasal 2
PEKERJAAN RESAPAN
Lingkup pekerjaan ini mencakup semua pengadaan bahan, tenaga kerja, pembuatan dan
pemasangan sumur resapan yang lengkap, seperti ditentukan dan / atau ditunjukkan dalam Gambar
Kerja. Pekerjaan sumur resapan meliputi hal– hal berikut, tetapi tidak dibatasi pada :
• Pekerjaan pengukuran
• Galian, urugan kembali dan pemadatan
• Pemasangan sumur resapan dan pemipaan
2.4. BAHAN-BAHAN
2.5. PEMASANGAN
2.5.1. Sumur resapan harus dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan sesuai dengan kedalaman,
diameter dan detail sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, Gambar Detail Pelaksanaan yang
telah disetujui dan Spesifikasi Teknis ini.
2.5.2. Bahan pengisi harus ditempatkan pada elevasi dan dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.
2.5.3. Penutup lubang sumur resapan lengkap dengan lubang periksa yang dibuat dari beton
bertulang, harus dipasang sedemikian rupa sehingga duduk dengan rapat dan aman pada
tempatnya
Pasal 3
PEKERJAAN VEGETASI
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan–bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini guna mendapatkan hasil yang baik. Pekerjaan vegetasi yang
dilaksanakan meliputi semua pekerjaan yang tertera dalam Gambar Kerja dan sesuai petunjuk Pengawas
Lapangan, tetapi tidak terbatas pada pekerjaan berikut :
• Pekerjaan persiapan pembentukan tanah.
• Pekerjaan penanaman pohon peneduh / pelindung, tanaman perdu,tanaman hias,
tanaman penutup tanah (groundcover) dan rumput.
• Pekerjaan pembersihan dan pemeliharaan tanaman.
3.2. PROSEDUR UMUM
3.3. BAHAN-BAHAN
3.3.1. Tanaman
1. Semua jenis tanaman, baik tanaman hias, perdu, pohon peneduh, tanaman penutup,
maupun rumput yang akan ditanam harus disetujui Pengawas Lapangan dan sesuai
petunjuk Gambar Kerja serta mengikuti semua persyaratan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Daftar tanaman dan jarak penanaman dapat dilihat dalam Gambar Kerja.
2. Tanaman rumput yang dipilih untuk ditanam harus sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja
atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Penanaman dalam bentuk rumpun. Jenis yang
digunakan adalah rumput gajah mini.
3. Jenis Pohon yang ditanam memiliki tinggi min 3 meter dari permukaan tanah dengan
diameter batang minimum 50 mm. Khusus untuk tanaman Pohon hendaknya bukan
merupakan tanaman yang baru dicabut/dipindahkan dari tanah asal. Nursery harus
mempersiapkan tanaman, perakaran terbungkus karung dengan baik, minimal 3 minggu
sebelum ditanam. Sebaiknya pelaksana memilih pohon yang telah ditanam dalam pot.
Untuk mempertahankan kelembaban tanaman tersebut disiram 2 kali sehari, pagi dan
sore, baik saat disimpan maupun setelah ditanam.
3.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.4.1. Umum
a. Tahapan pelaksanaan pekerjaan menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kesiapan
lapangan.
b. Pekerjaan penanaman hanya dilaksanakan pada bagian site yang telah siap dan tidak
lagi dilakukan pekerjaan fisik, untuk menghindari kerusakan tanaman sebagai akibat
aktivitas pembangunan fisik lainnya.
c. Semua Pekerjaan penanaman harus dilaksanakan mengikuti petunjuk Gambar kerja dan
sesuai petunjuk yang diberikan Pengawas.
d. Jika terjadi perbedaan antara Gambar Kerja dan keadaan lapangan, Penyedia Jasa harus
melaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk diambil keputusan penyelesaiinya.
e. Semua tata letak tanaman dilapangan yang menyimpang dari ketentuan Gambar Kerja yang
disebabkan karena keadaan lapangan, harus mendapatpersetujuan Pengawas.
Pasal 17
PERSYARATAN BAHAN
J. PERATURAN RUJUKAN
Persyaratan Bahan pada pekerjaan ini mengacu kepada spesifikasi material yang sudah ditentukan standarnya
dalam :
✓ SNI Nomor : 6880:2016 tentang : Spesifikasi beton struktural.
✓ SNI Nomor : 1729:2015 tentang : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
✓ SNI Nomor : 7973:2013 tentang : Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu.
✓ SNI Nomor : 03-2459-2002 tentang : Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.
✓ SNI Nomor : 15-2049-2004 tentang : Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC).
✓ SNI Nomor : 15-3500-2004 tentang : Semen Portland campur.
K. STANDARD
17. Syarat Umum
Yang disebut dengan bahan bangunan dalam hal ini adalah semua bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi sebagai tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini serta
gambar kerja, dengan ketentuan :
e. Semua bahan bangunan harus memenuhi standart persyaratan bahan bangunan.
f. Contoh-contoh bahan yang akan digunakan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas/Pengawas
Lapangan/ PPTK/PPK dan apabila ada yang tidak disetujui segera diganti yang lain sepengetahuan
Pengawas Lapangan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
18. Semua bahan bangunan yang dipakai berkualitas baik dan sesuai dengan syarat yang tercantum dalam
PUBB’71, PBI’71, PMI, AV, PTC, AVE dan PKKI.
19. Penyedia jasa membuat gambar detail pelaksanaan dan contoh bahan bangunan termasuk warna dan
bentuk yang akan dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan dan harus mendapat persetujuan Pengawas
Lapangan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
20. Contoh-contoh yang dipakai sesuai dengan macam dan kualitas keadaan bahan bangunan yang
dimaksud.
21. Penyedia jasa mengajukan Approval Material / Request Material kepada Pengawas lapangan terkait dan
PPK untuk disetujui sebelum digunakan/diaplikasikan di lapangan.
22. Air untuk pembangunan dan penyiraman tanaman.
e. Untuk pembangunan, air harus air tawar yang bersih dan bebas mineral, zat organik, tanah lumpur,
larutan alkali dan lain-lain.
f. Jika air untuk pembangunan dari saluran air minum atau sumber air yang ada tidak mencukupi, maka
penyedia jasa harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini, dengan mengadakan sumber air
sendiri atau mendatangkan dari luar yang memenuhi persyaratan.
23. Semen Portland
i. Portland Cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah PC yang memenuhi syarat yang
SPESIFIKASI TEKNIS | Tahun 2021
telah tercantum dalam PBI ’71 atau SNI Nomor : 15-2049-2004 tentang Semen Portland merk
sekualitas Tiga Roda atau sekualitas setara lainnya.
j. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai ditempat pekerjaan.
k. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh digunakan.
l. Metode membuka kemasan semen/PC harus dari atas/bawah, tidak boleh dirobek dari samping,
supaya jika akan disimpan dan digunakan kembali, isi lebih terjaga.
24. Batu Kali
e. Adalah batu belah dipilih jenis keras, tidak berpori, tidak berkulit dengan minimal tiga muka pecahan
yang bergradasi maksimal 30cm.
f. Batu belah yang sudah ditumpuk ditempat pekerjaan harus dalam keadaan siap pakai.
25. Spleet
i. Untuk pekerjaan beton, batu pecah dengan gradasi 2-3cm, bersih dari bahan organik/ kotoran lain
sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu.
j. Untuk pekerjaan perembesan dipakai kerikil dari jenis gradasi 2-3 cm dan 1-2 cm.
k. Untuk pekerjaan rembesan dipakai jenis kwarsa yang keras.
l. Untuk persyaratan spleet disesuaikan PBI ’71.
26. Pasir
k. Pasir memenuhi persyaratan PUBI ’70 Nomor 3.
l. Pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan organik dari lumpur, gradasi pasir
urug minimal 0,35 cm.
m. Pasir aduk adalah pasir yang tidak mengandung bahan organik/ garam/ tidak tercampur tanah atau
bahan yang lain.
n. Pasir beton adalah pasir yang bersih, tidak mengandung bahan organik, kasar, tajam dan memenuhi
syarat yang tercantum dalam PBI’71.
o. Untuk pasir aduk dan pasir beton tidak boleh menggunakan pasir laut.
27. Batu bata
g. Batu bata yang dipakai kualitas baik, sisi rata tegak lurus.
h. Batu bata yang digunakan dari satu ukuran dan sekualitas.
i. Batu bata yang digunakan produksi daerah setempat.
28. Besi beton dan Bindrat memenuhi syarat PBI ’71.
29. Gudang.
i. Penyedia jasa harus membuat gudang material bangunan dan gudang peralatan pekerjaan.
j. Antara material yang satu dengan yang lainnya harus dipisahkan dan ditempatkan/ dikelompokkan
sesuai dengan jenis dan material yang sama.
k. Gudang tidak boleh lembab yang akan mengakibatkan penurunan kualitas dan rusaknya
material.
l. Gudang bahan dan alat ditempatkan sedemikian sehingga tidak menganggu lalu lintas dan
pelaksanaan pembangunan.
Pasal 18
ATURAN DAN SANKSI
1. Hal-hal lain yang belum masuk ataupun belum diatur dalam persyaratan teknis ini akan dibahas lebih lanjut pada
saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan atas dasar persetujuan Pemberi Tugas, PPTK, Pengawas Lapangan,
Konsultan, dan Pelaksana yang akan dituangkan di dalam Berita Acara Lapangan.
2. Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/PPTK dan PPK wajib meninjau kualitas dan metode kerja di
lapangan, apabila terjadi temuan dan penyimpangan / downspec dari RKS dan Spesifikasi Teknis ini maka akan
dikenakan sanksi tegas.
3. Setiap Penyedia Jasa wajib mentati RKS dan Spesifikasi Teknis maupun Berita Acara Lapangan yang disetujui
oleh PPK, jika terjadi pelanggaran maka akan dikenakan sanksi berupa wanprestasi / cidera janji sesuai pada
kontrak pekerjaan ini.
Wahyudiono, S.ST
NIP. 19690517 198903 1 004
Halaman 43 / 44